kasbes Diare
Embed Size (px)
description
Transcript of kasbes Diare

LAPORAN KASUS BESAR
SEORANG ANAK LAKI-LAKI 11 BULAN
DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI TAK BERAT
Diajukan guna memenuhi syarat menempuh ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
Anindia Wardhani
22010110200028
Penguji :
dr. MS Anam, M.Si Med, Sp.A
Pembimbing :
dr. Farah
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG
2012

HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Anindia Wardhani
NIM : 22010110200028
Fakultas : Kedokteran Umum
Judul : Laporan Kasus Besar Seorang Anak 11 Bulan dengan Diare Akut
Dehidrasi Tak Berat
Bagian/SMF : Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang
Penguji : dr. MS Anam, M.Si Med, Sp.A
Pembimbing : dr. Farah
Semarang, 24 Maret 2012
Penguji
dr. Anam, M.Si Med, Sp.A
Pembimbing
dr. Farah
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan laporan kasus besar yang berjudul
Seorang Anak 11 Bulan dengan Diare Akut Dehidrasi Tak Berat.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi syarat menempuh ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. MS Anam, M.Si Med, Sp.A sebagai penguji yang telah bersedia meluangkan
waktu dan membimbing penulis.
2. dr. Farah, sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan,
petunjuk, serta kritik yang membangun dalam penyusunan kasus ini.
3. Anak R, serta keluarga, atas bantuannya sebagai pasien di dalam penyusunan kasus
besar ini.
4. Ibu, Bapak dan adik-adik atas bantuan dukungan penuh dan doanya.
5. Teman-teman yang satu stase di bagian anak yang telah memberikan bantuan baik
material maupun spiritual kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun serta saran dari semua
pihak.
Semoga laporan kasus besar ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
untuk kasus diare aku dengan dehidrasi tak berat.
Semarang, 24 Maret 2012
Penulis
iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB II. PENYAJIAN KASUS .................................................................. 4
A. Identitas Penderita ................................................................... 4
B. Data Dasar ............................................................................... 5
C. Data Khusus............................................................................. 7
D. Pemeriksaan Fisik.................................................................... 12
E. Kebutuhan Cairan, Kalori, Protein ......................................... 16
F. Daftar Masalah ........................................................................ 17
G. Initial Plan ............................................................................... 17
H. Perjalanan Penyakit ................................................................. 22
I. Hasil kunjungan rumah............................................................ 28
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 32
DIARE AKUT DEHIDRASI TAK BERAT................................. 32
A. Diagnosis ................................................................................... 32
B. Pengelolaan ................................................................................ 37
C. Pencegahan ................................................................................ 42
iv

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK...... 44
1. Kuratif........................................................................................... 44
2. Preventif ....................................................................................... 45
3. Promotif ....................................................................................... 46
4. Rehabilitatif.................................................................................. 47
5. Psikososial .................................................................................. 47
PROGNOSIS .................................................................................. 49
BAGAN PERMASALAHAN........................................................ 50
BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………… 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 54
LAMPIRAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH............................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 57
v

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari jumlah tinja dan penurunan
konsistensi tinja dari lembek cair sampai cair, dengan atau tanpa darah dan atau
tanpa lendir di dalam tinja, dimana manifestasi klinik yang utama adalah kehilangan
air dan elektrolit melalui saluran cerna. 1,2 Untuk keperluan diagnosis, secara
epidemiologis dalam masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair
sampai cair 3-5 kali perhari.1
Penyakit diare menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian
pada bayi dan balita di negara berkembang dengan perkiraan 1,3 milyar episod dan
3,2 juta kematian setiap tahun pada balita, sekitar 80% kematian yang berhubungan
dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian
karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya.
Penyebab lain yang penting adalah kekurangan gizi dan ineksi yang serius. Di
Indonesia sendiri hal ini dapat terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian
akibat diare. Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia, setiap anak
mengalami diare 1,6-2 kali pertahun.1,2
Menurut Hipokrates, diare adalah keadaaan yang abnormal dari frekuensi
dan kepadatan tinja. Sedangkan Lebenthal, Gry Bosky dan Smith mendefinisikan
diare sebagai gangguan pasase yang frekuen dari tinja dengan konsistensi lembek
sampai cair dengan volume melebihi 10 ml/kgBB/hari. Pada Seminar Rehidrasi
Nasional III (1982) mendefinisikan diare adalah perubahan konsistensi berak
menjadi lembek sampai cair lebih dari 3-5 kali per hari. Pembagian diare menurut
Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi tak berat, dan dehidrasi
berat.1,2
Berdasarkan waktu lama penyakit, diare dibedakan atas, diare akut jika
berlangsung kurang dari 14 hari dan diare persisten yaitu diare yang mula-mula
bersifat akut kemudian berlangsung lebih dari 14 hari.1,3 Hal ini dapat dibedakan
1

dengan diare kronik, yaitu diare yang bersifat intermiten ( hilang timbul) yang
berlangsung lama akibat proses noninfeksi.3
Dua bahaya utama diare adalah dehidrasi dan gizi kurang. Dehidrasi terjadi
bila pengeluaran air dan elektrolit lebih banyak dibandingkan pemasukannya.
Semakin banyak tinja yang dikeluarkan berarti semakin banyak anak tersebut
kehilangan cairan. Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda
dehidrasi, dehidrasi tak berat, dan dehidrasi berat1,2,3.
Pada umumnya pada kasus diare akut dengan pengelolaan yang tepat akan
sembuh namun sebagian kecil akan melanjut menjadi diare kronik atau komplikasi
lain. Komplikasi yang dapat terjadi adalah kehilangan air dan elektrolit, gangguan
gizi, perubahan ekologi dalam lumen usus dan perubahan mekanisme ketahanan isi
usus. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, renjatan
hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemi, intoleransi laktosa sekunder, kejang maupun
malnutrisi energi protein. Keadaan dehidrasi sering disertai penurunan jumlah cairan
ekstraseluler (hipovolemik) yang kemudian diikuti pula dengan gangguan perfusi
jaringan akibat hipoksia. Keadaan ini akan menambah berat asidosis metabolik dan
dapat memberikan gangguan kesadaran.
Penanganan diare akut terkait dengan derajat dehidrasinya, yaitu
memberikan rencana terapi A, B, dan C . 3 Rencana terapi A diberikan bila tidak
didapatkan tanda-tanda dehidrasi. Rencana terapi B diberikan pada diare dengan
dehidrasi ringan sedang, dan terapi C pada diare dengan dehidrasi berat.3 Selain
rehidrasi, perlu juga untuk memperhatikan faktor-fakor lain yang berpengaruh
terhadap diare, seperti faktor infeksi, umur, status gizi, lingkungan, dan faktor
makanan.
Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak dengan diare cair akut
dehidrasi tak berat dengan tujuan untuk mengetahui cara menegakkan diagnosa dan
mengelola penderita sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
B. TUJUAN
Pada laporan kasus ini disajikan suatu kasus seorang anak dengan diare akut
dehidrasi tak berat yang dirawat di bangsal C1 L2 IRNA C RSUP Dr. Kariadi
2

Semarang. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang cara
mendiagnosis, mengelola dan mengetahui prognosis penderita dengan penyakit
tersebut di atas.
C. MANFAAT
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
kedokteran untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan, dan
mengetahui prognosis penderita diare akut dehidrasi tak berat.
3

BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. R
Umur : 11 bulan / 28 maret 2011
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Borobudur Timur Kembangarum RT 009 RW 009, Kodya
Semarang
Agama : Islam
No. CM : C342927
Bangsal : C1 L2 Kelas III
Masuk Rumah Sakit : Rabu, 7 Maret 2012
Keluar Rumah Sakit : Jumat, 9 Maret 2012
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn.S
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Swasta (Tukang Bengkel)
Pendidikan : SMK
Alamat : Borobudur Timur Kembangarum RT 009 RW 009, Kodya
Semarang
Nama Ibu : Ny. K
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Pedagang warung
Pendidikan : SLTP
Alamat : Borobudur Timur Kembangarum RT 009 RW 009, Kodya
Semarang
4

B. DATA DASAR
Anamnesis ( Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan ibu dan ayah penderita pada tanggal 7 Maret 2012 pukul
04.00 WIB di bangsal anak C1L2 RSDK.
1. Keluhan Utama : Mencret
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 hari (Pagi) sebelum masuk rumah sakit anak mencret > 10x @
±1/3 gelas belimbing, cair, warna kuning, tidak ada ampas, tidak ada lendir
darah, berak tidak nyemprot, tidak berminyak, tidak berbau asam, tidak nyeri
maupun kemerahan di sekitar anus. Tidak ada muntah, tidak ada demam, tidak
ada batuk. Kemudian anak dibawa ke RS Mardirahayu, mendapat obat puyer,
metoclopramid, kaolin dan pectin sirup, tetapi keluhan dirasa tidak berkurang.
1 hari (Malam) sebelum masuk rumah sakit anak muntah, terutama
jika diberi makan/minum, total ± 5x, setiap kali muntah ± 3-4 sendok makan,
isi muntahan seperti yang dimakan atau diminum, terjadi tidak lama setelah
makan/minum, tidak nyemprot. Demam tinggi, terus menerus, Anak sempat
diberi obat penurun panas sirup, setelah itu panas turun tetapi kemudian naik
kembali. Anak tidak kejang, tidak menggigil, tidak kembung, tidak nyeri
perut, batuk tidak ada, pilek tidak ada, tidak keluar bintik-bintik merah
ataupun bercak merah di tubuh, tidak rewel saat kencing, tidak ada sakit pada
telinga dan keluar cairan pada telinga. Anak masih mencret 3-4 kali @ ¼
gelas belimbing, terdapat sedikit ampas.
± 2-3 jam sebelum masuk rumah sakit, anak rewel (menangis terus),
sulit tidur, dan tampak kehausan, anak masih mau diberi minum, tetapi setiap
kali setelah diberi minum anak memuntahkannya Mata anak tampak lebih
cekung daripada biasanya, bibir kering, dan jika menangis masih keluar air
mata. Nafsu makan berkurang, anak tampak lemas, kencing dirasakan
berkurang frekuensinya (terakhir ± 2 jam sebelum masuk UGD) dan bewarna
kuning. Nafas cepat dan dalam (-), biru-biru (-), kaki dan tangan dingin (-).
5

Riwayat berganti merk susu, memakan makanan terlalu asam serta
makanan basi/rusak disangkal. Anak minum susu menggunakan dot, orang
tua mempunyai 2 buah dot, metoda pencucian tidak tentu, kadang direbus,
kadang hanya dibilas menggunakan air panas, atau disabun. Riwayat minum
antibiotika jangka panjang (-), anak tidak pernah diminumi obat cacing.
Karena orangtua khawatir maka anak dibawa ke RSDK. Pasien tiba di
UGD RSDK pukul 11.40, didiagnosa sebagai diare akut dehidrasi tak berat.
Kemudian pasien diinfus dengan larutan ringer laktat 75cc/kgbb/4jam (25
tpm mikro) mulai pukul 00.30, dan sekaligus dilakukan pengambilan darah
untuk pemeriksaan darah rutin dan elektrolit. Kemudian pasien dirawat inap
ke bangsal C1L2 RSDK pada pukul 02.45.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Umur Umur
Morbili Tidak pernah Diare Pernah, ± 2x,
terakhir usia 9
bulan
Pertusis Tidak pernah Disentri Amuba Tidak pernah
Varisela Tidak pernah Difteri Tidak pernah
Tifus Abdominalis Tidak pernah
Malaria Tidak pernah Cacingan Tidak pernah
Tetanus Tidak pernah Reaksi Obat Tidak pernah
Angina Tidak pernah Demam berdarah
Dengue Tidak pernah
Pneumonia Tidak pernah Batuk pilek Pernah, 1-2x
Penyakit yang pernah diderita adalah diare dan batuk-pilek, masing-masing 1-
2x,dibawa ke RS Mardirahayu dan sembuh setelah beberapa hari. Anak tidak
pernah sakit hingga dirawat di rumah sakit sebelumnya. Riwayat berganti
susu tidak ada. mengkonsumsi makanan yang basi/rusak disangkal.
6

4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita diare.
Tidak ada tetangga yang menderita diare
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita adalah anak pertama. Ayah penderita bekerja sebagai karyawan
bengkel dengan penghasilan rata-rata Rp 1.000.000,00/bulan. Ibu penderita
berkerja dengan membuka usaha warung dirumah, penghasilan perbulan rata-
rata Rp 300.000,00/bulan. Keluarga tinggal di rumahnya sendiri peninggalan
dari orangtua ayah penderita. Keluarga menanggung 1 orang anak yang belum
mandiri. Biaya pengobatan atas tanggungan pribadi.
Kesan: sosial ekonomi kurang
C. DATA KHUSUS
1. Riwayat pemeliharaan prenatal :
Lahir dari ibu G1P1A0, ANC di bidan, teratur, dilakukan 4 kali selama masa
kehamilan, mendapat imunisasi TT 2 kali. Riwayat penyakit selama kehamilan
seperti sakit panas selama hamil, darah tinggi, trauma, kejang, sakit gula selama
hamil disangkal. Riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal Selama hamil
ibu mendapat vitamin dan tablet penambah darah.
2. Riwayat kelahiran :
No Kehamilan dan Persalinan Tgl lahir/umur
1. Laki-laki, aterm, spontan, dokter, BBL : 3250 gr 11 bulan
Penderita lahir ditolong oleh dokter di RS Mardirahayu, umur kehamilan 9
bulan, lahir spontan, langsung menangis, riwayat biru-biru disangkal, riwayat
trauma kelahiran disangkal, riwayat adanya kesulitan selama persalinan
7

disangkal. Berat badan lahir 3250 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala
lahir ibu lupa.
3. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Bayi menyusu kuat, tidak kuning, tidak kejang. Pemeliharaan postnatal di
Puskesmas dan dinyatakan sehat. Rutin ke posyandu 1 bulan sekali.
4. Riwayat Imunisasi :
BCG : 1 x ( 1 bulan, scar + )
DPT : 3 x (2, 4, 6 bulan)
Polio : 4 x ( 0, 2, 4, 6 bulan)
Campak : 1x (9 bulan)
Hepatitis B : 4 x (0, 2, 4, 6 bulan)
Booster : -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.
5. Riwayat Kontrasepsi
Ibu penderita mengikuti program Keluarga Berencana, menggunakan
KB suntik 3 bulanan.
6. Riwayat Makan dan Minum Anak
ASI sejak lahir – sekarang diberikan semau anak
Susu formula diberikan sejak usia 2 bulan :
- 0-6 bulan SGM 1, diberikan 2-3x/hari @1-2 sendok takar dalam 30-60cc
air, habis
- 6-11 bulan SGM 2, diberikan 3-4x/hari @2-3 sendok takar dalam 60-90cc
air, habis
- 11 bulan-sekarang susu Bendera 1,2,3, diberikan 3-4x/hari @3-4 sendok
takar dalam 90-120cc air, habis
Makanan padat diberikan sejak usia 3 bulan:
- 3 – 6 bulan diberikan pisang ulek 1-2x/hari 1-2 sdm, habis
- 6 – 9 bulan diberikan bubur susu 1-2x/hari ¼ mangkuk kecil, sering habis
8

- 9 – 11 bulan diberikan nasi tim (ati ayam, ceker, daging, telor,
sayur)2-3x/hari ½ mangkuk kecil, sering habis
Kesan : ASI tidak eksklusif, penyapihan dini, kualitas dan kuantitas cukup
7. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3250 gr, panjang badan lahir 50 cm, lingkar kepala lahir
ibu lupa.
Berat badan sekarang 9,3 kg, tinggi badan sekarang 78 cm, lingkar kepala
45,6 cm (mesosefal). Lingkar lengan atas 15,5 cm
BB bulan lalu 9 kg
Kesan : Pola Pertumbuhan normal growth, mesosefal, tinggi badan normal,
berat badan normal
9

Perkembangan :
- Senyum : 2 bulan
- Miring : 3 bulan
- Tengkurap : 4 bulan
- Duduk : 7 bulan
- Gigi keluar : 6 bulan
- Merangkak : 9 bulan
- Berdiri : 11 bulan
- Berjalan : 12 bulan
- Motorik halus : ketrampilan gerak halus, keseimbangan dan koordinasi
tangan baik.
- Motorik kasar : aktifitas motorik kasar berada dibawah kendali ketrampilan
kognitif dan kesadaran.
- Verbal : kemampuan kata-kata, berbicara verbal sudah bisa
mengatakan 2 kata yang mempunyai arti, seperti “papa”,
“mama”
- Sosialisasi : anak sudah bisa mengenal anggota keluarganya, sudah bisa
daag daag dengan pemeriksa, tepuk tangan.
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan Usia 9 Bulan
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik
perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi
mempertahankan lehernya secara kaku?
√
2 Pernahkah bayi memindahkan mainan atau kue kering dari satu
tangan ke tangan lain? Benda-benda panjang seperti sendok
atau kerincingan bertangkai tidak ikut dinilai.
√
3 Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan selendang, sapu √
10

tangan atau serbet, kemudian jatuhkan ke lantai. Apakah bayi
mencoba mencarinya? Misalnya mencari di bawah meja atau di
belakang kursi?
4 Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti mainan/kue
kering, dan masing-masing tangan memegang satu benda pada
saat yang sama?
√
5 Jika bayi diangkat ketiaknya ke posisi berdiri, dapatkah ia
menyangga sebagian berat badan dengan kedua kakinya?
√
6 Dapatkah bayi memungut dengan tangannya benda-benda kecil
seperti kismis, kacang-kacangan, potongan biskuit, dengan
gerakan miring atau menggerapai?
√
7 Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah bayi
duduk sendiri selama 60 detik?
√
8 Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri? √
9 Pada waktu bayi bermain sendiri dan anda diam-diam datang
berdiri di belakangnya, apakah ia menengok ke belakang seperti
mendengar kedatangan anda? Suara keras tidak ikut dihitung
√
10 Letakkan suatu mainan yang diinginkannya di luar jangkauan
bayi, apakah ia mencoba mendapatkannya dengan mengulurkan
lengan atau badannya?
√
Total jawaban “Ya” = 10
Kesan : Perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya
Instrumen Tes Daya Dengar umur 9-12 bulan
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Pada waktu bayi tidur, kemudian ada yang berbicara atau
membuat kegaduhan, apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
√
2 Pada waktu bayi telentang dan ada yang duduk di dekat
kepalanya pada posisi yang tidak terlihat bayi, kemudian tepuk
tangan dengan keras. Apakah bayi terkejut atau mengerdipkan
√
11

matanya atau menegangkan tubuh sambil mengangkat kaki
tangannya ke atas?
3 Apabila ada suara nyaring ( suara batuk, salak anjing, piring
jatuh dan lain-lainnya), apakah bayi terkejut atau terlompat?
√
4 Jika ada yang berdiri di samping atau belakang bayi dan tidak
terlihat oleh bayi, sebutkan namanya atau bunyikan sesuatu,
apakah bayi langsung memalingkan kepala ke arah sumber
suara tersebut di samping atau belakangnya?
√
Total jawaban “Ya” = 4
Kesan : Pendengaran normal
D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 7 Maret 2012 pukul 04.30 WIB di bangsal C1L2 RSUP Dr. Kariadi
Seorang anak laki- laki, umur 11 bulan, Berat Badan (BB) : 9,3 kg, Panjang
Badan (PB) : 78 cm
Keadaan umum : Sadar, nafas spontan (+) adekuat, rewel/menangis terus, mata
cowong, air mata keluar, tampak kehausan, UUB cekung
Tanda vital : Frekuensi jantung : 110 x / menit
Nadi : reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 30x / menit, reguler
Suhu : 38,1°C
Status Internus :
Kepala : lingkar kepala 45,6 cm, mesosefal
Ubun-ubun besar : Belum menutup, tampak cekung
12

Ubun-ubun besar : cekung (+)
Anemi : -
Sianotik : -
Ikterik : -
Turgor : kembali lambat
Rambut : warna hitam dan tidak mudah dicabut.
Kulit : ptekie (-), kering (-)
Mata : cowong (+/+), air mata (+/+), conjungtiva palpebra anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 2 mm / 2 mm
Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan retroaurikuler (-/-), nyeri
tarik (-/-), discharge (-/-), serumen (+/+)
Hidung : nafas cuping (-), discharge (-/-), mukosa hiperemis (-/-)
Bibir : sianosis (-), kering (-)
Mukosa : kering (-), oral trush (-)
Mulut : sianosis (-), kering (-)
Lidah : kotor (-), hiperemis (-), tremor (-)
Gigi-geligi : karies (-)
Tenggorok : Tonsil : T1-1, hiperemis (-), kripte tidak melebar, detritus (-)
faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Toraks :
Pulmo
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler (+/+)
suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-), hantaran (-/-).
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
13

Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga IV 2 cm medial linea
medioclavikularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.
Thrill (-)
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : suara jantung I dan II normal, irama reguler, gallop (-),
bising (-).
M1>M2, A1<A2, P1<P2
Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi (-).
Auskultasi : bising usus ↑
Perkusi : timpani, pekak sisi normal, pekak alih
Palpasi : supel, lemas, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali lambat
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Ekstremitas : superior inferior
Sianosis - / - - / -
Akral dingin - / - - / -
Waktu pengisian kapiler <2”/<2” <2”/<2”
Reflek fisiologis +N/+N +N/+N
Reflek patologis - / - - / -
Genital : Laki-laki, testis teraba dua buah, kenyal.
Perianal : Eksoriasi (-), hiperemis (-)
14

E. STATUS ANTROPOMETRI
Anak laki-laki, umur 11 bulan. BB : 9,3 kg, PB : 78 cm, LK : 45,6cm
Berat badan menurut umur. WAZ : -0,99
Tinggi badan menurut umur. HAZ : -0,19
15

Berat badan menurut panjang badan. WHZ : 1,30
Kesan : Gizi baik, perawakan normal, mesosefal
KEBUTUHAN 24 JAM
Cairan (cc) Kalori (kkal) Protein (gr)
Kebutuhan 24 jam 930 1023 13,95
Infus 2A ½ NS
3 x diet lunak
3 x susu 100cc
ASI ad libitum
480
300
300
81,6
690
198
-
22,8
4,74
Jumlah Total 1080 947,5 27,54
AKG (%) 116% 46,76% 197,4%
16

F. LAIN-LAIN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 7 Maret 2012 (19:29)
Pemeriksaan Darah : Hemoglobin : 13,90 g / dl (11 – 13,00 gr%)
Hematokrit : 41,8 % (36 – 44 %)
Eritrosit : 5,36juta / mm3 (3,60 – 5,00 juta/ mm3 )
Lekosit : 10.500 / mm3 (6000-18000/mm3)
Trombosit : 314.000 / mm3 (150000 – 400000/mm3)
MCV : 78,0 fl (77 – 101 fl)
MCH : 26,00 pg (23 – 31 pg)
MCHC : 33,40 g/dL (29 – 36 %)
Kesan : dalam batas normal
Pemeriksaan Kimia & Elektrolit Darah :
Natrium : 138 mmol/l (136 – 145 mmol/l)
Kalium : 4,4 mmol/l (3,5 – 5,1 mmol/l)
Chlorida : 116 mmol/l (98 – 107 mmol/l)
Calcium : 2,42 mmol/L (2,12 – 2,521 mmol/L)
Kesan : dalam batas normal
17

DAFTAR MASALAH
NO PROBLEM AKTIF TGL PROBLEM PASIF TGL
1
2
3
4
5
6
7
8
9.
Berakcair 1 hari >10x @1/3
gelas belimbing, kuning, ampas
(+) sedikit 8
Muntah >5x @ 3-4 sendok
makan 8
Demam tinggi 8,9
Anak rewel dan tampak
kehausan8
Ubun-ubun besar cekung 8
mata cowong8
turgor kulit kembali lambat8
Diare akut dehidrasi tak berat
Febris 1 hari
7/03/12
7/03/12
7/03/12
7/03/12
7/03/12
7/03/12
7/03/12
7/03/12
7/03/12
Sosial ekonomi kurang
7/03/12
G. INITIAL PLANS
ASSESSMENT
1. Diare Akut Dehidrasi Tak Berat
DD/ : - Osmotik DD/: - Infeksi : DD/ Viral
DD/ - Rotavirus
- Intoleransi laktosa
- Sekretorik DD/ : - Infeksi
DD/-Enteral
- Bakterial
DD/ - ETEC
18

- Cholera
- Parasit
DD/ - Cacing
- Jamur
- Protozoa
- Parenteral
- Keracunan makanan (toksin preformed)
IP Dx S : ( - )
O : pemeriksaan faeces rutin, pH faeces, clinitest, Sudan III
IP Rx :
- Infus RL 75cc/kgBB/4jam 750cc/4jam 400 cc/4jam i.v
(26 tpm mikro) dan oralit 300cc/4 jam, evaluasi tiap jam. Jika
tanda dehidrasi sudah (-) lanjutkan dnegan Infus 2A ½ N
480/20/5 tetes per menit mikrodrip
Per oral : - Zinc Sulfat 1 x 20 mg/hari
- Oralit sachet 50-100 cc tiap kali muntah atau
mencret
- Paracetamol syrup 3-4 x 3cth =100 mg
Diet : 3 x diet lunak
3 x 100 cc susu
ASI ad libitum
IP Mx : Evaluasi keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi, balans
cairan, volume dan konsistensi diare, tanda syok, akseptibilitas
diet
IP Ex : - Memberitahu kepada orangtua mengenai penyakit yang
diderita anak, kondisi anak sekarang, kemungkinan dari
penyebab penyakit serta cara penularannya dan pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
19

- Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman
kepada anak selama diare dengan porsi kecil tapi sering untuk
menghindarkan efek buruk pada gizi
- Meminta ibu untuk tetap memberikan ASI semau anak.
- Edukasi cara pemberian oralit pada anak 50 – 100 cc tiap
kali muntah/mencret, diberikan satu sendok teh tiap 1-2 menit
sampai habis, jika anak muntah maka dihentikan, tunggu +
10 menit lalu dilanjutkan lagi tetapi lebih lambat misalnya
sesendok tiap 2-3 menit.
- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan
alat-alat makan/minum (dot) dengan cara cuci tangan
sebelum membuat susu dan menggunakan alat-alat
makan/minum yang sudah dicuci bersih atau direbus dahulu.
- Biasakan untuk mencuci tangan sebelum memberikan
makanan dan minuman untuk anak.
- Selama dirawat di bangsal ataupun di rumah, bila anak buang
air besar harus segera dibersihkan dengan air dan ganti
dengan celana yang bersih, bila tinja mengotori perlak segera
bersihkan dan ganti dengan perlak yang bersih.
- Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI (untuk mengurangi perkembangbiakan
bakteri)
- Selalu menggunakan air bersih untuk minum.
- Memasak atau mendidihkan makanan dengan benar dan
menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan dimakan.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi
seperti rewel, kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar
air mata, bibir kering. Bila bayi diare disertai muntah
berulang, bayi tampak kehausan sebaiknya segera dibawa ke
Rumah Sakit atau poliklinik terdekat (penting bila setelah
pulang dari RSDK bayi sakit lagi )
20

- Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi
hingga 10-14 hari sekalipun nantinya diare sudah sembuh.
2. Observasi Febris 1 hari
DD/ : - Dehidrasi
- Infeksi saluran cerna (diare) akut
DD/: Osmotik
Sekretorik
- Infeksi saluran kemih
Ip Dx : S : -
O : urin rutin, preparat darah hapus, diff count, gambaran darah
tepi
IpRx : Parasetamol 1-3x100 mg
Ip Mx : - Evaluasi KU, TV
- Progresivitas penyakit
- Pantau akseptabilitas diet
Ip Ex : - Menjelaskan kepada orang tua tentang penyakitnya dan
kemungkinan-kemungkinan penyebab panas, serta mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan untuk menegakkan
diagnosis.
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa saat ini belum diperlukan
pemberian antibiotik
21

PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal Keadaan Klinis Program terapi/tindakan
07-03-2012
Jam 08.00
HP : I
Keluhan:
mencret 4x pagi, demam (-), lendir (-),
darah (-), muntah (+) 3x dari malam,
Kencing (+) 2x semalam, jumlah cukup
warna kuning, batuk (-)
KU : sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi
(-), air mata (+), nafas spontan
adekuat
TV : HR : 110x/menit
RR : 29x/menit
t : 37º C
N : reguler, isi dan tegangan cukup
Kepala : mesosefal, LK : 45,6cm
UUB : cekung (-)
Mata : cowong (-/-), air mata (+/+), anemis
(-/-), ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-)
Tenggorok: Tonsil : T1-1, hiperemis (-),
kripte tidak melebar, detritus (-)
faring hiperemis (-)
Mulut: sianosis (-), mukosa kering(-)
Dada : simetris, retraksi(-)
Cor : BJI-II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, ST (-/-)
Abd : supel, datar, bising usus (+) N, turgor
kembali cepat, hepar dan lien tidak
teraba.
Genital : laki-laki
- Infus 2A1/2N 480/20/5
- PO :
- Tablet Zinc 1x20 mg
- Paracetamol syr. 4-6x120mg
(1cth)
- Oralit 50-100 cc/diare
Diet :
- 3x diet lunak
- 3 x 120 cc SGM 2
Program :
- Evaluasi KU, TV, tanda
dehidrasi, tanda overhidrasi
- Preparat darah hapus,
gambaran darah tepi, diff
count.
- Feses rutin, pH feses, clini
test, sudan III
- Urin rutin
22

12.00
Perianal : erosi (-), hiperemis (-)
Ext : akral dingin (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Capp refill (<2”) (<2”)
Assesment :
Diare akut tanpa tanda dehidrasi
DD/ osmotik
sekretorik
Febris 1 hari
DD/ Dehidrasi
Infeksi saluran cerna (diare) akut
Infeksi saluran kemih
Hematologi :
Eosinofil : 0 (2-5)
Basofil : 0 (0-0)
Batang : 0 (2-5)
Segmen : 64 (25-70)
Limfosit : 30 (50-70)
Monosit : 6 (5-15)
Eritrosit: Normositik, poikilositosis
ringan (tear drop cell, sel krenasi,
ovalosit)
Trombosit: clumping +, jumlah sulit di
evaluasi, bentuk besar
Leukosit: Jumlah tampak menurun,
vakuolisasi (+), toxic granulasi (+),
limfosit teraktivasi +
23

14.00
Pemeriksaan Urine :
Makroskopis :
warna kuning muda, jernih, tidak ada buih
BJ : 1,010, pH : 6,50
Protein: neg mg/dL
Reduksi : neg mg/dL
Urobilinogen : 0,2 mg/dL,
Bilirubin: neg mg/dL, Aseton : neg mg/dL
Nitrit: neg mg/dL
Mikroskopis : eritrosit (-/lpb), leukosit (0-
1/lpb), epitel 0-1/LPB, silinder (-), kristal
(Ca oxalat, as. Urat, amorf, triple fosfat)
(-), Bakteri (+)
Kesan: urin dalam batas normal
Kel : BAB 2x lunak sejak pagi, demam (-),
lendir (-), darah (-), muntah (-), Kencing
(+) jumlah cukup warna kuning, batuk (-)
KU : sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi
(-), napas spontan (+) adekuat
TV : HR 100x/mnt, RR 28x/mnt, T:
36,8oC, N: reguler, isi dan tegangan cukup
Pf : tetap
Ass:
Diare akut tanpa tanda dehidrasi
DD/ osmotik
sekretorik
Febris 1 hari
DD/ Dehidrasi
Infeksi saluran cerna (diare) akut
Terapi tetap
Program:
- Evaluasi KU, TV, tanda
dehidrasi
- Urin rutin
24

Tanggal Keadaan Klinis Program terapi/tindakan
08-03-2012
06.00
HP : 2
Keluhan:
BAB cair-lunak 3x, ampas (+), muntah (+)
1x sedikit isi seperti yang dimakan, demam
(-), batuk (-)
KU : sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi
(-), air mata (+), nafas spontan
(+)adekuat
TV : HR : 108x/menit
RR : 28x/menit
t : 36,8º C
N : reguler, isi dan tegangan cukup
Kepala : mesosefal, LK : 45,6cm
UUB : cekung (-)
Mata : cowong (-/-), air mata (+/+), anemis
(-/-), ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-)
Mulut: sianosis (-), mukosa kering(-)
Tenggorok: Tonsil : T1-1, hiperemis (-),
kripte tidak melebar, detritus (-)
faring hiperemis (-)
Dada : simetris, retraksi(-)
Cor : BJI-II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, ST (-/-)
Abd : supel, datar, bising usus (+) N, turgor
kembali cepat, hepar dan lien tidak
teraba.
Genital : laki-laki
Perianal : erosi (-), hiperemis (+)
Ext : akral dingin (-/-) (-/-)
- Infus 2A1/2N 480/20/5
- PO :
- Tablet Zinc 1x20 mg
- Paracetamol syr. 4-6x120mg
(1cth)
- Oralit 50-100 cc/diare
Diet :
- 3x diet lunak
- 3 x 120 cc SGM 2
Program :
- Evaluasi KU, TV, tanda
dehidrasi
- Tunggu urin rutin
25

14.00
Sianosis (-/-) (-/-)
Capp refill (<2”) (<2”)
Assesment :
Diare akut tanpa tanda dehidrasi et causa
infeksi viral
Kel : Diare (-), BAB lunak 1x sejak pagi
sedikit, muntah (-), demam (-), muntah (-)
KU : sadar, tanda dehidrasi (-), cukup aktif,
napas spontan (+) adekuat
TV : HR 108x/mnt, RR 26x/mnt, T:
36,4oC, N: reguler, isi dan tegangan cukup
Pf : tetap
Ass:
Diare akut tanpa tanda dehidrasi et causa
infeksi viral
Tanggal Keadaan Klinis Program terapi/tindakan
09-07-2011
HP : 3
Keluhan: BAB 1x lunak, lendir (-), darah
(-), muntah (-), demam (-), batuk
(-)
KU : sadar, cukup aktif, tanda dehidrasi (-)
TV : HR : 110x/menit
RR : 26x/menit
t : 36,7º C
N : reguler, isi dan tegangan cukup
Kepala : mesosefal, LK : 45,6cm
UUB : cekung (-)
Mata : cowong (-/-), air mata (+/+), anemis
(-/-), ikterik (-/-)
- Infus 2A1/2N 480/20/5
- PO :
- Tablet Zinc 1x20 mg
- Paracetamol syr. 4-6x120mg
(1cth)
- Oralit 50-100 cc/diare
Diet :
- 3x Diet lunak
- 3 x 120 cc SGM
Program :
- Evaluasi KU, TV, tanda
26

Hidung : nafas cuping (-)
Mulut: sianosis (-), mukosa kering(-)
Tenggorok: Tonsil : T1-1, hiperemis (-),
kripte tidak melebar, detritus (-)
faring hiperemis (-)
Dada : simetris, retraksi(-)
Cor : BJI-II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, ST (-/-)
Abd : supel, datar, bising usus (+) N, turgor
kembali cepat, hepar dan lien tidak
teraba.
Genital : laki-laki
Perianal : erosi (-), hiperemis (-)
Ext : akral dingin (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Capp refill (<2”) (<2”)
Assesment :
Diare akut tanpa tanda dehidrasi et causa
infeksi viral
dehidrasi
- Pulang hari ini
- Rencana kunjungan rumah
11/03/2012
Tanggal Keadaan Klinis Program terapi/tindakan
11-03-2012
(kunjungan
rumah)
Pk.12.00
Keluhan: BAB -, padat, mencret (-) lendir
(-), darah (-), muntah (-), demam
(-), batuk (-)
KU : sadar, aktif, tanda dehidrasi (-)
TV : HR : 108x/menit
RR : 26x/menit
t : 36,6º C
N : reguler, isi dan tegangan cukup
Kepala : mesosefal, LK : 45,6cm
UUB : cekung (-)
Mata : cowong (-/-), air mata (+/+), anemis
- Edukasi:
- Lanjutkan konsumsi tablet
zinc
- Mengajari ibu cara
mempersiapkan makanan dan
susu secara benar dan bersih
- Menjelaskan kepada ibu
tanda-tanda dehidrasi
- Menjelaskan kepada ibu cara
membuat dan memberikan
27

(-/-), ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-)
Mulut: sianosis (-), mukosa kering(-)
Tenggorok: Tonsil : T1-1, hiperemis (-),
kripte tidak melebar, detritus (-)
faring hiperemis (-)
Dada : simetris, retraksi(-)
Cor : BJI-II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, ST (-/-)
Abd : supel, datar, bising usus (+) N, turgor
kembali cepat, hepar dan lien tidak
teraba.
Genital : laki-laki
Perianal : erosi (-), hiperemis (-)
Ext : akral dingin (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Capp refill (<2”) (<2”)
oralit pada anak diare
- Menjelaskan pada ibu dan
keluarga pentingnya
kebersihan lingkungan
terhadap kesehatan
penghuninya
HASIL KUNJUNGAN RUMAH (11/03/2012)
Kunjungan rumah pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 11.30 WIB.
Keadaan Rumah
Status rumah : rumah milik Ayah penderita
Ukuran : 7 m x 6 m
Penghuni : 3 orang
Halaman rumah : tidak ada
Teras rumah : 6 m x 1 m
Dinding rumah : semen + cat
Lantai rumah : keramik + semen
28

Ruangan : 7 ruang (2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1
dapur, 1 kamar mandi,1 gudang).
Kamar mandi : 1 buah, milik sendiri, ukuran 2 m x 1,5 m, air
ditampung dalam bak, dibersihkan 1 minggu sekali,
tidak terdapat jentik nyamuk.
Jamban ada.
Selokan ada mengalir lancar.
Ventilasi : Jendela 9 buah, 3 buah di ruang tamu, satu buah di
setiap ruangan berukuran 50cmx1 m, sering dibuka
Pencahayaan : pencahayaan cukup
Kebersihan dan kerapihan : cukup (foto di lampiran)
Letak kandang ayam berhimpitan dengan dapur
Sumber air : minum : air PAM
Keperluan lainnya : sumur bor/artesis, jumlah air
cukup, kualitas cukup.
Tempat sampah : kurang memadai, jumlah 1, kecil, letak di belakang
dapur, dan dibiarkan terbuka.
Selokan : Kotor, keruh, mengalir lancar.
Kebiasaan sehari-hari
Asuh
Penderita tinggal bersama ayah dan ibu. Ayah penderita seorang lulusan
SMK. Ayah bekerja sebagai karyawan bengkel dan ibu membuka usaha warung.
Pasien sehari-harinya diasuh oleh ibunya. Penderita mendapatkan ASI sejak lahir
hingga sekarang, tidak esklusif dan penyapihan dini. Jika sakit pasien dibawa ke
Rumah sakit. Makanan sehari-hari: 3x, setiap kali ½ mangkuk, terdiri dari nasi tim
dengan lauk (tahu, tempe, telur, kadang daging) serta sayur.
Makanan dan minuman direbus dahulu sebelum dikonsumsi, memakai
tudung saji dalam penyimpanan makanan. Alat makan dicuci dengan air sumur
artesis dengan sabun. Jarang Mencuci tangan sebelum makan. Ibu memiliki 3 botol
29

susu dan saat penyiapan susu formula botol jarang dicuci dan direbus sampai
mendidih, seringkali hanya dibilas memakai air termos.
Dalam bermain anak kadang memasukkan mainan ke dalam mulut.
Mandi 2 kali sehari dengan air sumur artesis dan sabun, pakaian kotor dicuci
tiap hari. Rumah disapu dan di pel 2-3 hari sekali. Tempat sampah 1 buah, kecil di
dapur namun tidak ada tutupnya. Dapur digunakan untuk menyipkan makanan
sehari-hari.
Asih
Kasih sayang diberikan terutama oleh ibu dan Ayahnya. Ayah berkerja dari
pagi dan pulang sekitar jam 6 sore, setelah pulang ayahnya sering bermain dan
banyak berinteraksi dengan anak.
Asah
Stimulasi mental terutama diberikan oleh ibunya, yang masing-masing
lulusan SLTP. Biasa bermain dengan 2-3 orang anak-anak tetangga yang seusia
dengan pasien. Mainan yang biasa dimainkan berupa krincingan, mainan bewarna,
balok-balokan, donat susun, mobil-mobilan.
Lingkungan
Rumah penderita terletak di kawasan jalan Borobudur atas, Semarang.
Rumah ukuran sedang, bersebelahan dengan rumah lainnya. Rumah yang satu
dengan yang lain tidak terlalu berdempetan, lingkungan tidak terlalu padat penduduk.
Untuk mencapai rumah penderita harus dengan jalan yang menanjak jauh naik
keatas.
Rumah penderita berdinding tembok, lantai memakai keramik, jendela di
bagian depan ruang tamu ada 3 buah, dan pada dinding setiap kamar, pertukaran
udara di rumah cukup, pencahayaan cukup, jendela sering dibuka setiap harinya.
Terdapat banyak sampah di sekitar rumah, terutama pada pekarangan
belakang rumah. Tidak terdapat tempet sampah di depan rumah. Jalan di depan
rumah berupa jalan semen yag menanjak keatas curam dengan lebar ± 2 meter,
hanya dapat dilalui 1 mobil
30

A
B C
D E
F G
H I
7,5 m
6 m
2 m
DENAH RUMAH
1,5m
2m
2m
2m
1m
31

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT DEHIDRASI TAK BERAT
A. DIAGNOSIS
Diare didefinisikan sebagai buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga
kali perhari atau lebih dari biasanya, disertai perubahan konsistensi feses menjadi
lembek atau cair dengan atau tanpa lendir dan darah. Pada bayi yang masih minum
ASI secara eksklusif untuk definisi diare adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak
seperti biasanya dan dapat menyebabkan penurunan berat badan pada bayi. Menurut
etiologinya diare dibagi menjadi diare cair dan diare berdarah. Jika berdasarkan pada
lamanya diare maka dapat dibedakan menjadi diare akut dan diare persisten.1,2
Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair dan tanpa darah dengan
frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari.1,2,3
Disentri merupakan diare akut yang pada tinjanya terlihat darah secara kasat
mata. Darah pada tinja yang hanya terlihat secara mikroskopis bukan merupakan
diare berdarah. Diare berdarah sering disebut sebagai sindroma disentri yaitu diare
dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus. Komplikasi dari disentri
yang penting antara lain anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kerusakan mukosa usus. Penyebab utama disentri akut adalah Shigella. Penyebab
lain pada disentri akut adalah Campylobacter jejuni, E coli enteroinvasife,
Salmonella, Entamoeba hystolytica.1,2,3
Diare persisten merupakan diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung
lebih dari 14 hari, dapat berupa diare cair ataupun disentri. Diare persisten tidak
boleh disamakan dengan diare kronik, yakni diare intermiten (hilang timbul) atau
diare yang berlangsung lama dengan penyebab non infeksi seperti sensitif gluten atau
gangguan metabolisme yang menurun.1,2,3
32

Adanya keterbatasan sarana penunjang dalam menegakkan diagnosis, maka
gejala klinis merupakan petunjuk yang sangat diperlukan. Pada dasarnya gejala klinis
diare dapat dibagi menjadi 4 aspek yaitu :
1. Muntah dan berak
2. Aspek etiologi
3. Aspek dehidrasi
4. Aspek komplikasi
1. Muntah dan berak
Muntah dan berak merupakan gejala utama yang dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Muntah akan menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan tubuh dan bahkan mengurangi pemasukan cairan
per oral. Hal ini akan mempercepat terjadinya dehidrasi dan timbulnya asidosis.4
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat diketahui tentang kualitas dan
kuantitas tinja seperti konsistensi, warna, disertai darah dan atau lendir, bau tinja,
berbuih, jumlahnya dan frekuensinya. Hal ini penting untuk menenukan jenis diare,
kemungkinan penyebab dan derajat dehidrasi4
2. Aspek etiologik
Etiologi diare yang selama ini dapat disebabkan karena faktor makanan,
faktor konstitusi, faktor infeksi dan faktor psikis.
Faktor makanan merupakan penyebab diare non infeksi yang paling sering
dikarenakan makanan busuk atau mengandung racun, perubahan susunan
makanan yang mendadak atau susunan makanan yang tidak sesuai dengan
umur bayi.5,6
Faktor infeksi merupakan penyebab diare yang paling sering. Infeksi ini dapat
berupa infeksi parenteral maupun enteral. Infeksi parenteral merupakan
infeksi diluar usus seperti infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing,
campak dll. Dimana infeksi ini dapat mempengaruhi jalur susunan saraf
vegetatif sehingga bermanifestasi sebagai diare pada saluran cerna. Infeksi
enteral merupakan infeksi yang berasal dari dalam usus, dapat berupa infeksi
33

virus (sebagian besar oleh rotavirus), infeksi bakteri (E.coli, shigella,
salmonella, vibrio cholerae,dll), dan infeksi parasit (protozoa, cacing) serta
infeksi jamur (candida). Virus menyebabkan 50% dari kasus diare pada anak
berumur 6-24 bulan yang datang berobat ke sarana pengobatan.2,4
Rotavirus bekerja dengan cara merusak ujung villi-villi usus pada usus halus,
sehingga menyebabkan fungsi usus, yaitu fungsi digestif dan absorbsi
terganggu. Ujung villi usus halus memiliki fungsi digestif dengan
menghasilkan enzim disakaridase, dan fungsi absorbsi berupa transport air,
elektrolit melalui transport asam amino dan glukosa co-transport. Kerusakan
pada villi ini menyebabkan absorbsi garam dan air berkurang,
ketidakseimbangan dalam rasio absorbsi-sekresi cairan intestinal, dan
berkurangnya aktivitas enzim disakaridase menyebabkan malabsorbsi
karbohidrat kompleks, khususnya laktosa.3,4,5
Masa inkubasi infeksi rotavirus kurang dari 48 jam, rata-rata berlangsung 1-7
hari, dan disertai demam subfebris, muntah, dan diikuti dengan diare cair
yang sering. Gejala ini muncul pada 50-60 % kasus.
Sedangkan untuk infeksi bakteri menyebabkan diare melalui beberapa
mekanisme, yaitu penempelan mukosa usus, pengeluaran toksin, dan invasi
mukosa usus.3,4
Faktor konstitusi merupakan kondisi saluran cerna yang akan dijumpai
adanya intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi protein.
Malabsorbsi ini merupakan gangguan transportasi mukosa yang abnormal
yang disebabkan oleh satu atau lebih substansi spesifik yang akan
menyebabkan ekskresi feses dari nutrisi yang dicerna. Malabsorbsi dapat
terjadi pada penyakit gangguan pancreas, empedu dan gangguan usus (seperti
kerusakan mukosa usus, gangguan motilitas usus, perubahan ekologi bakteri
usus, tindakan post operatif usus). Di samping itu malabsorbsi dapat terjadi
karena gangguan metabolisme kongenital, malnutrisi, defisiensi imunitas dan
faktor emosi.4,5
Faktor psikis terutama pada saat depresi dan stres emosional melalui susunan
saraf vegetatif dapat mengganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Diare
34

karena faktor psikis jarang pada bayi dan anak kecil, sehingga kemungkinan
diare karena faktor psikis pada penderita ini dapat disingkirkan.4,5,6
3. Aspek dehidrasi dan asidosis
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh terjadi bila cairan yang dikeluarkan
melebihi cairan yang masuk. Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan, muntah,
dan penguapan karena demam. Pengeluaran cairan sangat dipengaruhi oleh jumlah,
frekuensi, dan komposisi elektrolit tinja penderita. Dehidrasi adalah keadaan yang
paling berbahaya, karena dapat menyebabkan penurunan volume darah
(hipovolemia), kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diterapi dengan tepat.
Berdasarkan jumlah cairan yang hilang, dehidrasi dibagi menjadi dehidrasi
berat, tak berat atau tanpa tanda dehidrasi bila ditemukan dua tanda atau lebih pada
kriteria. Derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan melakukan anamnesis yang teliti
tentang asupan peroral, frekuensi miksi/urin, frekuensi serta volume tinja dan muntah
yang keluar. Amati keadaan umum dan aktivitas anak.1
Kategori Tanda dan Gejala
Dehidrasi Berat Dua atau lebih tanda berikut :
Letargi atau penurunan kesadaran
Mata cowong
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit kembali dengan sangat lambat (≥2 detik)
Dehidrasi tak
berat
Dua atau lebih tanda berikut :
Gelisah
Mata cowong
Kehausan atau sangat haus
Cubitan kulit perut kembali dengan lambat
Tanpa gejala
dehidrasi
Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk mengelompokkan dalam
dehidrasi berat atau tak berat
35

Pada saat diare, sejumlah besar bicarbonate dapat hilang melalui tinja. Bila
ginjal berfungsi normal, kehilangan bicarbonate dapat dikompensasi. Namun begitu,
mekanisme kompensasi ini dapat gagal apabila fungsi ginjal menurun. Kekurangan
bicarbonate menyebabkan terjadinya asidosis akibat produksi asam laktat yang
berlebihan ketika penderita mengalami syok hipovolemik. Salah satu tanda dari
asidosis metabolik adalah adanya nafas yang cepat dan dalam (nafas Kuszmaul)
yang membantu meningkatkan pH arteri dan mengakibatkan kompensasi alkatoris
respiratorik.2,3,4
4. Aspek komplikasi
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi komplikasi karena dehidrasi dan asidosisnya antara lain adanya hipokalemia,
kejang, syok, gagal ginjal, dan malnutrisi.5
Hipokalemia ditandai dengan adanya kelemahan otot secara umum, aritmia
jantung dan ileus paralitik.5 Pada penderita ini, kadar kalium dalam plasma dalam
batas normal dan perut tidak kembung sebagai salah satu manifestasi dari ileus
paralitik. Sehingga pada penderita ini tidak didapatkan keadaan hipokalemia.
Kejang karena gangguan elektrolit ditandai dengan kadar natrium plasma
yang tinggi atau kadar natrium plasma yang rendah ataupun keadaan hipokalemi.
Pada penderita ini, kadar natrium plasma dalam batas normal, sehingga kejang
karena gangguan elektrolit dapat disingkirkan.
Dalam perjalanannya, syok ditandai dengan takikardi, isi dan tegangan nadi
kecil, oliguria, akral dingin dan ekstremitas yang pucat. Pada penderita ini, tidak
didapatkan takikardi, isi dan tegangan nadi cukup, akral dingin (-) dan tidak ada
ekstremitas yang pucat. Sehingga komplikasi terjadinya syok pada penderita ini
dapat disingkirkan.
36

Gejala Khas Diare Akut Oleh Berbagai Penyebab3
Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Cholera
Inkubasi
Panas
Mualmuntah
Nyeri perut
Nyeri kepala
Lama sakit
Sifat tinja
Volume
Frekuensi
Konsistensi
Darah
Bau
Warna
Leukosit
Lain2
17-72jam
+
Sering
-
-
5-7hari
Sedang
5-10/hari
Cair
-
Langu
Kuning
-
anoreksia
24-48jam
++
Jarang
Tenesmus
Kram
+
>7hari
Sedikit
>10x/hari
Lembek
Sering
±
Merah-hijau
+
Kejang ±
6-72jam
++
Sering
Tenesmus
Kolik
+
3-7hari
Sedikit
Sering
Lembek
Kadang
Busuk
Kehijauan
+
Sepsis±
6-72jam
-
+
-
-
2-3 hari
Banyak
Sering
Cair
-
+
Tak
bewarna
-
Kembung
6-72jam
++
-
Tenesmus
Kram
-
Variasi
Sedikit
Sering
Lembek
+
-
Merah hijau
±
Infeksi
sistemik
48-72jam
-
Sering
Kram
-
3 hari
Banyak
Kontinu
Cair
-
Amis
Cucian
beras
-
±
B. PENGELOLAAN
Dasar pengelolaan diare yang dipakai adalah rumusan lima pilar
penatalaksanaan diare, yaitu :1,2,3
Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru.
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
Dukungan nutrisi.
Antibiotik selektif.
Edukasi kepada orang tua.
1. Rehidrasi dengan menggunakan cairan oralit baru
Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk
mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti
37

cairan yang hilang sampai diarenya berhenti. Kehilangan cairan dapat diganti baik
secara oral maupun parenteral.
Rehidrasi dengan oralit baru dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Berikan segera bila anak diare/muntah, untu mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa yang disebabkan oleh
kolera yang menyebabkan lebih banyak elektrolit tubuh hilang terutama Natrium.
Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi
yang lebih baik disebabkan oleh virus. Diare karena virus tidak mnyebabkan
kekurangan elektrolit seberat pada kolera. Karena itu, para ahli diare
mengembangkan formula baru supaya lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga
kurang menyebabkan resiko hipernatremi.1,2,3
Oralit baru dengan osmolaritas yang rendah ini juga menurunkan kebutuhan
suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta
mengurangi kejadian muntah hingga 30%.1,3
Komposisi oralit baru
Oralit Baru Osmolaritas Rendah mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glukosa, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total osmolaritas 245
Ketentuan pemberian oralit formula baru :3
a) Berikan ibu 2 bungkus oralit formula baru.
b) Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk
persediaan 24 jam.
c) Berikan oralit pada anak setap kali buang air besar dengan ketentuan :
- Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50 – 100 ml tiap kali BAB/muntah.
- Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100 – 200 ml tiap BAB/muntah.
38

d) Bila dalam 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus
dibuang.
Pada diare akut dehidrasi tak berat , dilakukan rencana terapi B. Beri oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 4 jam pertama.1,7
Jumlah oralit yang diberikan dalam 4 jam pertama
Umur* < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-<10 kg 10-< 12 kg 12-19 kg
Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400
* digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui
Jika anak minta minum lagi, berikan.
Tunjukkan pada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral.
Berikan minum sedikit demi sedikit. Jika anak muntah, tunggi 10 menit lalu
lanjutkan kembali rehidrasi oral pelan-pelan. Lanjutkan ASI kapanpun anak
minta.
Setelah 4 jam :
Nilai ulang derajat dehidrasi anak. Tentukan tatalaksana yang tepat untuk
melanjutkan terapi. Mulai beri makan pada anak di klinik.
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rehidrasi oral :
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah.
Berikan rehidrasi oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dalam
rencana terapi A. Jelaskan 4 cara untuk mengobati anak di rumah : berikan
anak lebih banyak minum, berikan tablet zinc, berikan makanan, kapan
harus kembali.
Bila sudah tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A, untuk kasus diare akut tanpa
tanda dehidrasi, (dapat dilakukan di rumah),1,7 yaitu :
- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
Pada bayi muda, beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian.
Jika anak masih mendapat ASI eksklusif maka beri oralit atau air matang
39

sebagai tambahan. Jika anak tidak mendapat ASI eksklusif maka berikan cairan
oralit, cairan makanan (sup, air tajin, kuah sayur) atau air matang. Cairan tetap
diberikan sampai diare berhenti.
- Beri tablet Zinc.
- Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
- Bawa anak kepada petugas kesehatan bila : buang air besar lebih sering dan cair,
muntah terus menerus, rasa haus yang nyata, makan dan minum sedikit, demam,
tinja berdarah.
- Anak harus mendapat oralit di rumah bila anak telah diobati dengan rencana
terapi B atau C daam kunjungan ini atau anak tidak dapat kembali ke klinik saat
diarenya bertambah parah.
Rumus Darrow
Berat Badan (kg) Kebutuhan cairan ml/hari
< 10 kg 100 ml/kg
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kg untuk tiap kg sisanya
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kg tuntuk tiap kg sisanya
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Zinc merupakan mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal. Meskipun dalam jumlah yang sangat kecil, dari
segi fisiologi zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan,
perkembangan seksual, ketebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan serta nafsu
makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator
potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.1,3,7
Pemberian zinc dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus
halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus dan meningkatkan respon imun
yang mempercepat pembersihan patogen dari usus halus. Pemberian zinc dapat
menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan
resiko terjadinya dehidrasi pada anak.1,3,7
40

Dosis zinc untuk anak-anak, di bawah umur 6 bulan diberikan 10 mg (½
tablet) perhari, sedangkan anak di atas usia 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet)
perhari. Zinc diberikan selama 10-24 hari meskipun anak telah sembuh dari diare.
Pada pasien ini berumur 7 bulan 3 minggu, sehingga diberikan 20 mg zinc / 1 tablet
Zinc.1,3
3. Dukungan Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.1,2,3
4. Antibiotik selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi
yaitu pada diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional
justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu
keseimbangan flora usus. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak rasional
akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik serta menambah biaya
pengobatan yang tidak perlu.1,2,3
5. Edukasi kepada orang tua
Nasihat kepada ibu atau pengasuh yaitu kembali segera jika anak demam, tinja
berdarah, nafsu makan atau minum sedikit sangat haus, diare makin sering atau
belum membaik dalam 3 hari.1,2,3
Juga diberikan edukasi lainnya, seperti :
a. Membiasakan mencuci tangan, sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum
memberi makan anak
b. Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman yang biasanya
diberikan kepada anak, jangan menguranginya, walaupun saat mencret,
sehingga anak tidak kekurangan kalori. Berikan dengan porsi yang kecil tapi
sering.
41

c. Memberikan oralit apabila anak diare, bila tidak ada oralit ibu bisa
menggunakan air gula garam atau cairan rumah tangga yang lain seperti sup,
air tajin. Minumkan oralit dengan gelas, bila anak bisa atau disendokkan 1
sendok teh tiap menit, sampai habis 100 cc. Berikan larutan sebanyak anak
mau. Bila anak muntah, dihentikan 10 menit kemudian dilanjutkan kembali.
d. Meminta ibu untuk tetap memberikan ASI semau anak
e. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
(untuk mengurangi perkembangbiakan bakteri)
f. Selalu menggunakan air bersih untuk minum, memasak atau mendidihkan
makanan dengan benar dan menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan
dimakan
g. Memberikan makanan kepada anak dengan sendok yang bersih dari cangkir
atau dengan dot yang direbus terlebih dahulu.
h. Mencuci makanan yang tidak dimasak dengan air bersih sebelum diberikan
kepada bayi, kecuali adalah buah yang dikupas sebelum dimakan seperti
pisang. Anak dapat diberikan sari buah segar, air kelapa atau pisang untuk
menambah kalium, jika anak mau.
i. Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan,
mata cekung, bibir kering, kencing berkurang/tidak kencing), sehingga bila
tampak tanda-tanda tersebut agar segera melapor ke petugas kesehatan
(dokter).
C. PENCEGAHAN
Pencegahan merupakan fase yang tidak kalah penting dalam penanganan diare.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian diare mendatang
antara lain dengan:
1. Mencegah penyebaran patogen penyebab diare
Kuman-kuman penyebab diare pada umumnya disebarkan melalui fecal-
oral Pemutusan rantai penularan diare difokuskan pada cara
penyebarannya. Upaya yang dapat dilakukan :
Pemberian ASI yang benar
42

Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan untuk anak
dan keluarga
Penggunaan air bersih yang cukup
Membudayakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun
setelah buang air besar dan sebelum makan
Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh
anggota keluarga
2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host)
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat mengurangi risiko diare antara lain :
Tetap memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi
makan dalam jumlah cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK
Sesuai dengan prinsip pengelolaan pasien secara komprehensif dan holistik,
maka pada pasien tidak hanya diperhatikan dari segi kuratifnya saja, tetapi juga
43

meliputi upaya promotif, preventif, rehabilitatif dan psikososial. Upaya promotif dan
preventif dilakukan agar anak tidak sakit kembali, sedang upaya kuratif dan
rehabilitatif dilakukan agar anak sembuh dan tidak cacat atau kembali pada
lingkungannya semula dengan memperhatikan faktor psikososial anak.
1. Kuratif
Adalah upaya untuk mendiagnosis seawal mungkin dan mengobati secara
tepat dan rasional terhadap individu yang terserang penyakit. Upaya kuratif
yang dilakukan pada penderita ini meliputi:
a. Terapi Suportif:
- Kecukupan kebutuhan cairan dan elektrolit
Infus RL 75cc/kgbb/4jam untuk mengatasi dehidrasi, setelah
dehidrasi teratasi dilanjutkan dengan pemberian cairan rumatan
infus 2A ½ N 480/20/5 tetes per menit
Oralit sachet 50 - 100 cc tiap kali muntah atau mencret
- Atasi demam
Parasetamol syrup 3-4 x 3cth = 100 mg
b. Medikamentosa
Dalam penanggulangan diare akut dehidrasi tak berat, perlu
diperhatikan 5 faktor, yaitu rehidrasi, nutrisi, pemberian Zinc sulfat,
antibiotik selektif dan edukasi pada orang tua.
Untuk mempercepat masa sakit diare, mencegah diare berulang :
Selama di RSDK diberikan Zinc Sulfat 1 x 20 mg
c. Dietetik
Kebutuhan cairan pada penderita diare akut dehidrasi tak berat
memerlukan koreksi cairan untuk mengembalikan kondisi sampai
sebelum terjadi dehidrasi. Pada kasus ini, kebutuhan cairan 24 jam
adalah 930 cc. Digunakan infus 2A ½ N 5 tetes per menit, dengan
kandungan cairan 480 cc dan 81,6 kkal. Anak mendapatkan 3 x 1 (diet
lunak dan 3 x 100 cc susu serta ASI ad libitum.
44

2. Preventif
Adalah usaha-usaha untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan
mencegah terjangkitnya penyakit tersebut. Ada tiga tingkat upaya pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier.
Pencegahan primer merupakan tingkat pencegahan awal untuk menghindari
atau mengatasi faktor resiko. Pencegahan sekunder untuk deteksi dini penyakit
sebelum penyakit menimbulkan gejala yang khas. Pencegahan tertier dengan
melakukan tindakan klinis untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau
mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut diketahui.
Terdapat beberapa upaya preventif yang perlu diedukasikan kepada
orangtua mengenai diare akut dehidrasi tak berat, yaitu:
1. Membiasakan mencuci tangan, sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
makan, dan sebelum memberi makan anak
2. Memberikan makanan kepada anak dengan sendok yang bersih dari
cangkir atau dengan dot yang direbus terlebih dahulu.
3. Bila anak diare :
- Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman yang
biasanya diberikan kepada anak, jangan menguranginya,
walaupun saat mencret, sehingga anak tidak kekurangan kalori.
Berikan dengan porsi yang kecil tapi sering.
- Memberikan oralit apabila anak diare, bila tidak ada oralit ibu
bisa menggunakan air gula garam atau cairan rumah tangga yang
lain seperti sup, air tajin. Minumkan oralit dengan gelas, bila anak
bisa atau disendokkan 1 sendok teh tiap menit, sampai habis 100
cc. Berikan larutan sebanyak anak mau. Bila anak muntah,
dihentikan 10 menit kemudian dilanjutkan kembali.
- Meminta ibu untuk tetap memberikan ASI semau anak
- Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi (tampak
kehausan, mata cekung, bibir kering, kencing berkurang/tidak
45

kencing), sehingga bila tampak tanda-tanda tersebut agar segera
melapor ke petugas kesehatan (dokter).
3. Promotif
Adalah upaya penyuluhan yang bertujuan untuk merubah kebiasaan yang
kurang baik dalam masyarakat agar berperilaku sehat dan ikut serta berperan
aktif dalam bidang kesehatan. Dalam kasus ini, upaya promotif yang dapat
dilakukan yaitu:
1. Pengetahuan tentang diare akut
Diare merupakan peristiwa yang mengkhawatirkan bagi orangtua. Pada
saat diare, orang tua khawatir karena pola defekasi dan konsistensi faeses
anak yang berubah. Hal ini dapat diubah dengan pengetahuan penyebab
diare, penanganan diare di rumah, dan hal – hal yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya diare. Hal ini dapat dilakukan dengan edukasi
kepada keluarga, penyuluhan atau media massa, seperti poster, atau
brosur.
2. Pengetahuan mengenai Imunisasi
Masyarakat memerlukan pentingnya imunisasi untuk meningkatkan
kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga mencegah
infeksi penyakit tertentu, tidak bermanifestasi menjadi berat (tidak cacat
dan meninggal). Imunisasi yang tidak sesuai umur dapat dilanjutkan
sesuai jadwal.
3. Mencukupi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang meliputi:
o Asuh: memenuhi kebutuhan dasar (pangan, papan, perawatan
kesehatan dasar, pengobatan yang layak) dan memenuhi kebutuhan
tambahan (bermain).
o Asih: memberi rasa aman dan nyaman, dilindungi dan diperhatikan
(minat, keinginan dan pendapat anak), diberi contoh (bukan dipaksa),
dibantu, diberi dorongan, dihargai, penuh kegembiraan serta koreksi
(bukan ancaman/ hukuman)
46

o Asah: memberikan stimulasi emosional-sosial, kognitif, kreativitas,
kemandirian, kepemimpinan moral dan mental.
4. Rehabilitatif
Adalah upaya untuk menolong atau membantu anak terhadap
ketidakmampuannya dengan berbagai usaha, agar anak sedapat mungkin
kembali pada lingkungannya baik lingkungan sosial maupun keluarga. Untuk
menjaga anak tetap sehat, maka orang tua diberitahu untuk:
- Menjaga kualitas dan kuantitas gizi anak sehari-hari di rumah, yaitu
memberikan makanan dengan gizi seimbang agar kebutuhan gizi anak
tetap terpenuhi dengan baik dan anak memiliki daya tahan tubuh yang
baik pula sehingga tidak mudah terserang penyakit infeksi yang
mengakibatkan diare akut.
5. Psikososial
Aspek psikososial adalah aspek yang berkaitan dengan emosi, sikap,
pengetahuan, perilaku, keterampilan, nilai-nilai sosial budaya, kepercayaan,
dan adat istiadat dilingkungan sekitar anak. Meliputi mikrosistem,
mesosistem, eksosistem dan makrosistem.
Mikrosistem meliputi interaksi anak dengan ibunya atau
pengasuhnya. Ibu / pengasuh berperan dalam pendidikan, gizi, imunisasi, dan
pengobatan sederhana pada anak. Ibu adalah orang pertama di rumah yang
memegang peranan penting terhadap proses tumbuh kembang anak dan
perawatan anak ketika anak sakit. Rendahnya pengetahuan ibu tentang
kesehatan juga mempengaruhi sikap yang diambil ketika anak sakit, seperti
usaha mengobati sendiri. Pengetahuan ibu mengenai kesehatan yang kurang
juga menyebabkan kurangnya perhatian terhadap makanan dan tumbuh
kembang anak.
Mesosistem meliputi interaksi anak dengan anggota keluarga lain,
lingkungan, tetangga, keadaan rumah dan suasana rumah dimana anak tinggal.
- Interaksi sesama anggota keluarga
47

Keluarga yang tinggal serumah dengan pasien adalah ayah dan ibu,.
Anggota keluarga yang biasanya menemani bermain bersama pasien
adalah ayah dan ibu. Anak dilatih sejak dini, untuk menghormati ayah
dan ibunya, seperti panggilan dan perilaku yang sopan, sehingga
tercipta suasana yang kondusif di lingkungan rumah, untuk tumbuh
kembang anak yang optimal.
- Mengedukasikan orangtua untuk mulai memperkenalkan anak dengan
teman – teman sebayanya di lingkungan tempat tinggal.
Eksosistem merupakan lingkungan yang meliputi wilayah yang lebih
luas. Meliputi kebijaksanaan pemerintah daerah maupun informasi yang bisa
diperoleh seperti dari surat kabar maupun televisi. Pada kasus ini kurangnya
akses tentang pengetahuan pentingnya mencegah infeksi, penanganan diare
akut, dan keterlambatan dalam penanganan.
Makrosistem yaitu berkaitan dengan kebijakan pemerintah, sosial
budaya masyarakat, dan lembaga non pemerintahan yang ikut andil dalam
usaha tumbuh kembang anak yang optimal.
- Ibu secara rutin dan teratur memeriksakan kesehatan dan memantau
perkembangan anaknya di Puskesmas yang diadakan tiap bulan. Serta
terus mengikuti program imunisasi yang dianjurkan pemerintah.
- Keluarga mampu mengenalkan dan mengajarkan anak mengenai sosial
budaya dan norma yang berlaku di masyarakat.
- Pentingnya pemerintah memperhatikan tata kota dan daerah pemukiman
penduduk, guna meningkatkan kesehatan warga dan mencegah penyakit
menular. Rumah pasien berada di daerah rumah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi.
PROGNOSIS
48

Prognosis penderita diare akut dehidrasi tak berat pada umumnya baik, bila
rehidrasi berhasil serta ditunjang dengan refeeding dan penanganan faktor penyebab,
sehingga diare akut tidak menjadi diare yang berkelanjutan.
Prognosis dari kasus ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad
bonam), prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam)
dengan syarat menjaga higienitas mulai dari cara menyiapkan makanan sampai
higienitas dalam kebiasaan berperilaku sehari-harinya, dan prognosis untuk
fungsionalnya (quo ad fungsionam) adalah baik (ad bonam).
49

Penatalaksanaan Holistik
BAGAN PERMASALAHAN
50
Anak laki-laki, 11 bulan
BB 9,3 kg,
PB 78cm
AsuhDiasuh oleh ibu dan ayah. Makanan kurang berkualitas.Imunisasi lengkap sesuai umur. Pengobatan sederhana sewaktu sakit. Sarana Pengobatan terjangkau
AsahStimulasi oleh ibu danayah
AsihKualitas dan kuantitas waktu bersama keluarga : Baik
KuratifMedikamentosa:Pengobatan suportif.
PreventifCegah infeksi,peningkatan higienitas pantau gizi anak, tanda dehidrasi, akseptibilitas diet.
PromotifPengetahuan diare akut, MP-ASI, imunisasi, penyakit infeksi.
RehabilitatifMemberikan makanan yang bergizi agar kebutuhan gizi anak tetap terpenuhi.
TUMBUH KEMBANG
ANAK OPTIMAL
MikrosistemPengetahuan ibu tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak Pengetahuan penanganan sederhana anak sewaktu sakit, ditingkatkan.
Mesosisteminteraksi anak dengan keluarga, anak seusianya.
Eksosisteminformasi infeksi, penanganan diare akut.
MakrosistemProgram imunisasi pemerintah, sosial budaya masyarakat.Tata kota dan pemukiman.
RiwayatPrenatal (-)
Natal (-)
Postnatal (-)
FAKTOR RESIKO
Penatalaksanaan Komprehensif
Kebutuhan Dasar Anak
DiagnosaDiagnosa Utama:
Diare akut dehidrasi tak beratDiagnosa Comorbid: (-)Diagnosa Komplikasi : (-)Diagnosa Pertumbuhan:
Normal growth, Perawakan normal, mesosefal
Diagnosa Gizi: Gizi baikDiagnosa Perkembangan:
perkembangan sesuai umurDiagnosa Imunisasi:
imunisasi sesuai dengan umur
Diagnosa Sosial-Ekonomi: sosial ekonomi kurang
Lingkungan :- Kebersihan lingkungan sekitar kurang- Kebersihan penyiapan makan-minum anak kurang.- Sosial ekonomi kurang

BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien ini di diagnosis diare cair akut dehidrasi tak berat. Dasar diagnosis didapatkan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diare cair akut diperoleh dari anamnesis anak mencret > 10x @ ±1/3 gelas
belimbing, cair, warna kuning, terdapat sedikit ampas, tidak ada lendir darah , berak
tidak nyemprot, tidak berbau asam, tidak nyeri maupun kemerahan di sekitar anus.
Gejala ini baru terjadi selama 1 hari (akut = kurang 14 hari).
Untuk derajat dehidrasi pada anak ini termasuk dehidrasi tak berat. Dari
anamnesis didapatkan anak rewel (menangis terus), sulit tidur, dan tampak kehausan.
Mata anak tampak lebih cekung daripada biasanya, bibir kering, dan jika menangis
masih keluar air mata. Nafsu makan berkurang, anak tampak lemas, kencing
dirasakan berkurang frekuensinya (terakhir ± 2 jam SMRS) dan bewarna kuning.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak rewel/menangis terus, tampak kehausan,
mata cowong, air mata (+), ubun-ubun besar cekung, turgor kulit kembali lambat.
Pada pasien ini dalam perjalanan penyakitnya tidak didapatkan adanya tanda-
tanda komplikasi lanjut dari dehidrasi seperti syok hipovolemik (tidak didapatkan:
akral dingin, capillary refill < 2 detik, sianosis perifer, takikardia, nadi lemah, urin
output menurun), gangguan keseimbangan elektrolit (tidak didaptkan kejang,
kelemahan otot, perut kembung, gangguan irama jantung, hasil pemeriksaan
elektrolit normal), dan walaupun pada pasien didapatkan muntah, tidak ditemukan
adanya tanda-tanda asidosis metabolik ( tidak didapatkan nafas cepat dan
dalam/kussmaul).
Untuk kemungkinan penyebab dari diare pada anak ini, dari anamnesis
diperoleh: anak mencret > 10x @ ±1/3 gelas belimbing, cair, warna kuning dan tidak
seperti cucian beras, terdapat sedikit ampas, tidak ada lendir darah, berak tidak
nyemprot, tidak berbau asam, tidak nyeri maupun kemerahan di sekitar anus
sehingga diare mengarah ke arah diare osmotik.
Penyebab diare osmotik yang paling mungkin pada kasus ini adalah karena
infeksi virus (rotavirus). Dimana pada anamnesis didapatkan diare dengan sifat tinja :
51

volume sedang, frekuensi sering (±10x), konsistensi cair, tidak ada lendir darah,
tidak berbau spesifik, warna kuning. Mual muntah sejak permulaan diare. Dari
pemeriksaan hematologi tidak didapatkan peningkatan jumlah leukosit maupun
pergeseran hitung jenis. Dari pemeriksaan feses tidak didapatkan adanya kelainan
kecuali sudan III (+) yang juga dapat diakibatkan oleh infeksi rotavirus.
Riwayat penggantian susu, makan makanan terlalu pedas/asam, perubahan
pola makan secara mendadak, keracunan makanan, makan makanan basi/kadaluarsa,
sehingga dari anamnesis diare karena faktor makanan dapat disingkirkan .
Setelah menyingkirkan faktor makanan, kemungkinan penyebab yang tersisa
adalah infeksi. Tidak ditemukannya fokus infeksi di luar saluran cerna baik melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik maupun penunjang menunjukkan adanya infeksi
enteral. Pada diare osmotik yang dikarenakan infeksi enteral, terdapat kemungkinan
infeksi viral.
Sumber infeksi ini kemungkinan didapatkan dari aktivitas sehari-hari
(penyiapan makanan, pola bermain) dan lingkungan. Dalam hal penyiapan makanan
ibu tidak selalu cuci tangan (kadang-kadang). Pemberian susu menggunakan dot
yang seringkali hanya dibilas dengan air panas saja. Anak suka bermain di lantai,
bermain boneka atau balok mainan, dan kadang-kadang mainan dimasukkan ke
mulut.Penatalaksanaan dehidrasi tak berat memakai Rencana Terapi B yaitu
memberikan rehidrasi oral selama 4 jam pertama dengan sejumlah:
Jumlah oralit yang diberikan dalam 4 jam pertama
Umur* < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-<10 kg 10-< 12 kg 12-19 kg
Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400
* digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui
(75 cc/kgbb/4jam)
Jika anak minta minum lagi, berikan.
Pada pasien ini dikarenakan muntah setiap habis makan/minum, maka di
UGD anak diberikan rehidrasi secara IV dengan Ringer laktat 75 cc/kgBB/ 4 jam,
jika tanda rehidrasi hilang maka dilanjutkan dengan 2A½N 5 tetes per menit untuk
rumatan.
52

Saat rawat inap di bangsal C1L2 anak masih diberikan RL 75cc/kgBB/4jam
kemudian diganti dengan infus 2A1/2N 5 tetes per menit, oralit, zinc sulfat, dan diet
lunak serta ASI/susu. 1 hari setelah perawatan anak tidak muntah, sehingga anak
dicoba untuk diberikan oralit jika BAB, 50-100 cc/diare yang diberikan dengan cara
1sendok teh tiap 1-2 menit. Jika kemudian dimuntahkan , maka hentikan pemberian
selama ±10 menit kemudian diteruskan seperti sebelumnya, tapi dengan frekuensi
yang lebih jarang seperti menjadi 2-3 menit sekali.
Pada pasien ini juga diberikan tablet zinc1x20mg/ hari. Tujuan pemberian
zinc adalah mengurangi lama dan beratnya diare serta mencegah terkena diare
kembali untuk jangka waktu 2-3 bulan kedepan. Selain itu pemberian zinc juga
meningkatkan nafsu makan anak. Zinc dapat diberikan baik bersama dengan air
matang, ASI, ataupun oralit.Zinc bekerja dengan cara:
1. Zinc bekerja sebagai kofaktor enzim superoksida dismutase (SOD) dimana
SOD akan berperan dalam menjaga integritas epitel usus
2. Sebagai antioksidan
3. Menghambat NO sehingga mencegah kerusakan jaringan dan hipersekresi
4. Penguatan imun dengan modulasi sel B dan T
5. Aktivasi sel limfosit T
6. Menjaga keutuhan epitel usus karena merupakan kofaktor berbagai faktor
transkripsi.
Selama perawatan 3 hari anak mengalami perbaikan klinis, frekuensi dan
jumlah mencret berkurang, tidak muntah, anak tidak demam, nafsu makan membaik,
maka anak diperbolehkan pulang dengan memberikan edukasi untuk pencegahan,
dan pengelolaan lebih lanjut saat di rumah.
53

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Diare masih merupakan penyebab mayor kematian pada bayi dan balita
di negara berkembang termasuk Indonesia. Pada diare yang dapat menyebabkan
kematian adalah dehidrasi yang tidak tertangani dengan sempurna. Di lapangan
masih banyak penanganan diare yang kurang sesuai dengan prosedur
penanganan diare yaitu berupa pemberian antibiotik yang tidak sesuai,
pemberian obat anti muntah, dan kadang pemberian obat anti diare yang
sebenarnya dapat memperberat kondisi diare anak.
5.2 Saran
Untuk menurunkan tingkat kejadian diare di masyarakat dan angka
kematian bayi balita akibat dehidrasi maka sangat diperlukan sosialisasi dan
edukasi secara luas mengenai diare dan penatalaksanaannya kepada tenaga
medis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
54

LAMPIRAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Teras Depan
Dapur
55

Ruang tamu
Kamar anak
56

DAFTAR PUSTAKA
1. Juffrie M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare UKK Gastro-Hepatologi
IDAI;2009
2. Sudigbia I. Pengantar Diare Akut Anak. Semarang: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 1991: 1- 63.
3. Subagyo B, Santoso NB. Diare Akut. In: Juffrie M, Soenarto Sri SY, Oswari Y,
Arief S, Rosalina I, Mulyani N, editors. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi
Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2010; p. 87-115.
4. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) Akut. In:
Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, editors. Gastroenterologi Anak Praktis.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003; p. 51-
76.
5. Buku Ajar Diare. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP. Jakarta : Depkes RI, 1999 ; 3,
25–72; 8, 121 – 136.
6. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
1991: 445 – 8.
7. Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di
Kabupaten/Kota. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2008. P. 131-155.
57

8. Sudigbia I, Santoso B, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan medik
anak RSDK/FK UNDIP. Semarang: Laboratorium ilmu kesehatan anak FK
UNDIP, 1989:179-202
9. Kleinman RE. Pediatrics Nutrition Handbook. 4 th ed. Committee on Nutrition.
American Academy of Pediatrics. Illnois. 1998 : 125 -37, 351 – 61
10. Waterlow JC. Effects of PEM on structure and function of organ. In : Protein
energy malnutrition. London : Edward Arnold, 1992 : 54 – 74 ; 290 – 310.
58