Kasbes Katarak
-
Upload
cita-kresnanda -
Category
Documents
-
view
261 -
download
4
Embed Size (px)
description
Transcript of Kasbes Katarak

LAPORAN KASUS
SEORANG PRIA 73 TAHUN DENGAN OD KATARAK SENILIS MATUR
DAN OS PSEUDOFAKIA DENGAN SUSPEK ABLASIO RETINA
Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Penguji kasus : dr. Maharani Cahyono, Sp.M(K)
Pembimbing : dr. Sara Listyani Koentjoro
Dibacakan oleh : Khaliza Cita Kresnanda
Dibacakan tanggal : 13 Juli 2015
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
1

HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus seorang pria 73 tahun dengan OD katarak senilis matur dan OS
pseudofakia dengan suspek ablasio retina.
Penguji kasus : dr. Maharani Cahyono, Sp.M(K)
Pembimbing : dr. Sara Listyani Koentjoro
Dibacakan oleh : Khaliza Cita Kresnanda
Dibacakan tanggal : 13 Juli 2015
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang, 10 Juli 2015
Mengetahui
Penguji Kasus Pembimbing
dr. Maharani, Sp.M(K) dr. Sara Listyani Koentjoro
2

SEORANG PRIA 73 TAHUN DENGAN OD KATARAK SENILIS MATUR &
OS PSEUDOFAKIA DENGAN SUSPEK ABLASIO RETINA
LAPORAN KASUS
Penguji kasus : dr. Maharani Cahyono, Sp.M(K)
Pembimbing : dr. Sara Listyani Koentjoro
Dibacakan oleh : Khaliza Cita Kresnanda
Dibacakan tanggal : 13 Juli 2015
I. PENDAHULUAN
Salah satu panca indera yang penting dalam kehidupan adalah mata.
Mata berfungsi sebagai organ penglihatan. Tajam penglihatan dipengaruhi
oleh berbagai hal, antara lain: kelainan refraksi, media refrakta, dan saraf
mata. Media refrakta terdiri atas kornea, humor aquosus, lensa dan corpus
vitreum. Bila terdapat gangguan pada komponen tersebut, dapat
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.1
Salah satu penyebab penurunan visus akibat kekeruhan media refrakta
adalah katarak, yaitu kekeruhan lensa mata karena terganggunya metabolisme
lensa.1 Katarak dapat terjadi akibat penuaan, trauma fisik, radiasi, pegaruh zat
kimia, penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital.1,2,3
Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia. Ditandai dengan
terjadinya edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi, dan
kerusakan serabut-serabut lensa.3,4
Jenis katarak yang paling sering terjadi adalah katarak senilis. Katarak
senilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia diatas 40 tahun..
revalensi nasional katarak pada penduduk usia 45-54 tahun adalah sebesar
1,4%, usia 55-64 tahun sebesar 3,2%, usia 65-74 tahun sebesar 5,5% dan usia
75 tahun keatas sebesar 7,6%.3 Pada usia lanjut banyak terjadi perubahan pada
lensa mata, antara lain peningkatan massa dan ketebalan lensa serta penurunan
3

daya akomodasi. Hal tersebut yang mengakibatkan semakin tingginya kejadian
katarak pada usia lanjut.5
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan
di Indonesia yakni sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah katarak,
disusul glaukoma, gangguan refraksi, penyakit mata degeneratif dan penyakit
mata lainnya. Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar
1,8%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001, yaitu 1,2%. Dengan bertambahnya usia harapan
hidup dan populasi usia lanjut, diperkirakan angka kejadian kasus katarak
akan terus meningkat.
II. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. K
Umur : 73 tahun
Agama : Islam
Alamat : Sendangguwo, Tembalang, Semarang
No. CM : C522572
III. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien di bangsal Rajawali
1B pada 9 Juli 2015)
Keluhan Utama : mata kanan dan kiri tidak dapat melihat
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak ± 15 tahun yang lalu pasien mengeluh mata kanan dan kiri
sedikit kabur. Pandangan seperti tertutup kabut, perlahan-lahan, makin lama
makin kabur. Mata kanan hanya dapat melihat remang-remang. Mata merah
(-), cekot-cekot (-) , nerocos (-), silau (-), kotoran mata (-). Namun pasien
tidak memeriksakan matanya ke dokter.
Sejak ± 5 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kiri
semakin lama semakin tidak jelas, pandangan seperti tertutup kabut, perlahan-
lahan, makin lama makin kabur. Kemudian pasien memeriksakan diri ke
RSUD kota Semarang, didiagnosis katarak dan dilakukan operasi. Setelah
operasi pasien merasa penglihatan mata kiri menjadi lebih jelas.
4

Sejak ± 9 bulan yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kanan
dan mata kiri tidak jelas. Penglihatan mata kanan semakin kabur seperti
tertutup kabut. Penglihatan mata kiri dirasakan berkurang setelah pasien
terjatuh di kamar mandi dan kepala terbentur dinding. Mata merah (-), cekot-
cekot(-) , nrocos (-), silau (-), kotoran mata (-), melihat benda seperti debu
melayang-layang (-), melihat kilatan cahaya (+), pandangan seperti tertutup
tirai (+). Oleh karena penglihatan semakin menurun, pasien dibawa oleh
keluarga ke RSUD Kota Semarang pada bulan Februari 2015 dan dikatakan
terdapat kelainan pada saraf mata, kemudian pasien dibawa ke RS William
Booth dan dirujuk ke RSDK.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat pemakaian kaca mata sebelumnya disangkal
- Riwayat penyakit kencing manis disangkal
- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
- Riwayat rutin menjalani pengobatan disangkal
- Riwayat trauma (+) kecelakaan ± 15 tahun lalu dan terbentur pada
bagian kepala ± 9 bulan lalu
- Riwayat operasi katarak dan pemasangan lensa pada mata kiri (5 tahun
yang lalu)
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat keluarga dengan katarak (+) ibu dan kakak perempuan
pasien
- Riwayat penyakit kencing manis keluarga disangkal
- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi keluarga di sangkal
Riwayat Sosial Ekonomi :
- Penderita sudah tidak bekerja dahulu bekerja sebagai tukang bangunan.
- Istri ibu rumah tangga
- Memiliki tiga orang anak yang sudah mandiri.
- Biaya pengobatan ditanggung Jamkesda, kesan sosial ekonomi kurang.
5

IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesen (Tanggal 9 Juli 2015)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital : TD : 140/100 mmHg suhu : 37,20C
nadi : 80x/menit RR : 22x/menit
Pemeriksaan fisik : kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen : tidak ada kelainan
ekstremitas : tidak ada kelainan
Status Oftalmologi (Tanggal 9 Juli 2015)
Oculus Dexter Oculus Sinister
1 / 300 VISUS 1 / ∞ LPB
Tidak dikoreksi KOREKSI Tidak dikoreksi
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas ke
segala arah
PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas ke segala
arah
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA Hiperemis (-), sekret (-),
6
PseudophakiaLensa keruh merata
OD OS

edema (-) PALPEBRALIS
edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-)
CONJUNGTIVA
FORNICES
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih CORNEA Jernih
Kedalaman cukup,
Tyndall effect (-)
CAMERA OCULI
ANTERIOR
Kedalaman dalam,
Tyndall effect (-)
Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, sentral, reguler,
d : 3 mm, RP (+) N
PUPIL Bulat, sentral, reguler,
d : 3 mm, RP (+) ↓
Kekeruhan merata
Iris Shadow (-)
LENSA Pseudofakia , IOL ditempat
(-) FUNDUS REFLEKS (+) suram
Tonometri Schiotz = 18,5
mmHg
TENSIO OCULI Tonometri Schiotz = 7,1 mmHg
Tidak dilakukan SISTEM CANALIS
LACRIMALIS
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan
Funduskopi:
OD : tidak dapat dilakukan karena kekeruhan media refrakta
OS : detil sulit dinilai, kesan tampak gambaran ablasio retina
V. RESUME
Seorang pria 73 tahun sejak ± 15 tahun yang lalu pasien mengeluh
oculus dextra dan sinistra kabur. Pandangan seperti tertutup kabut, perlahan-
lahan, makin lama makin kabur.
Sejak ± 5 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan oculus sinistra
semakin tidak jelas. Kemudian pasien memeriksakan diri ke RSUD kota
Semarang dan dilakukan operasi. Setelah operasi pasien merasa penglihatan
oculus sinistra menjadi lebih jelas.
7

Sejak ± 9 bulan yang lalu pasien mengeluh penglihatan oculus dextra
dan sinistra tidak jelas. Penglihatan oculus dextra semakin kabur seperti
tertutup kabut. Penglihatan oculus sinistra dirasakan berkurang setelah pasien
terjatuh di kamar mandi dan kepala terbentur dinding. Terdapat keluhan
berupa fotopsia (+) dan skotoma (+). Pasien kemudian dibawa ke RSUD Kota
Semarang pada bulan Februari 2015 dan dikatakan terdapat ablasio retina,
kemudian pasien dibawa ke RS William Booth dan dirujuk ke RSDK.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat trauma (+) terbentur pada bagian kepala
- Riwayat operasi katarak sebelumnya dan pemasangan lensa (+) pada
mata kiri
Status Praesen:
Tanda vital : TD : 140/100 mmHg suhu : 37,20C
nadi : 80x/menit RR : 22x/menit
Status Oftalmologi :
Oculus Dextra Oculus Sinistra
1 / 300 VISUS 1 /~ LPB
Bulat, sentral, reguler,
d : 3 mm, RP (+) N
PUPIL Bulat, sentral, reguler,
d : 3 mm, RP (+) ↓
Kekeruhan merata
Iris Shadow (-)
LENSA Pseudophakia , IOL ditempat
Tonometri Schiotz = 18,5
mmHg
TENSIO OCULI Tonometri Schiotz = 7,1
mmHg
(-) FUNDUS REFLEKS (+) suram
VI. DIAGNOSIS KERJA
OD : Katarak Senilis Matur
DD: Katarak traumatika
OS : Pseudophakia
8

Suspek ablasio retina
VII. DIAGNOSIS TAMBAHAN
Hipertensi grade II
VIII. RENCANA TERAPI
OD : Operasi ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK) dengan
pemasangan IOL
IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam dubia ad bonam dubia
Quo ad sanam dubia ad bonam dubia
Quo ad vitam ad bonam
Quo ad cosmeticam ad bonam
X. USUL – USUL
1. Pemeriksaan USG B-scan untuk mata kanan dan mata kiri, Biometri,
Retinometri, keratometri pada mata kanan.
2. Pemeriksaan EKG, Darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan, GD
I/II, HbA1c, ureum, creatinin.
3. Konsul penyakit dalam untuk mengatasi masalah hipertensi
4. Edukasi tentang operasi ekstraksi katarak, meliputi jenis tindakan,
persiapan, kelebihan dan kekurangan
XI. EDUKASI
Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa pandangan kabur pada
kedua mata disebabkan kekeruhan lensa pada mata kanan dan kelainan
saraf pada mata kiri.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga, bahwa pada mata kanan akan
dilakukan operasi pengambilan katarak dan pemasangan lensa tanam.
9

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sebelum dilakukan
operasi akan dilakukan beberapa pemeriksaan untuk persiapan operasi.
Pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi saraf
mata, keadaan bagian dalam mata, menentukan kekuatan lensa yang akan
ditanam.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pada kemungkinan terjadi
kelainan saraf yang berupa lepasnya saraf mata sehingga penglihatan mata
kiri berkurang. Untuk mengetahui kondisi saraf mata, akan dilakukan
pemeriksaan USG.
XII. DISKUSI
LENSA
Lensa merupakan suatu struktur transparan bikonveks yang fungsinya
adalah menjaga kejernihan lensa, merefraksikan cahaya, dan memberikan
akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah atau inervasi setelah
perkembangan pada masa fetus dan lensa bergantung seluruhnya pada humor
aqueous untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya dan untuk
menghilangkan sisa pembuangannya. Lensa terletak di sebelah posterior iris
dan sebelah anterior korpus vitreum. Lensa dipertahankan pada posisinya oleh
zonulla Zinnii, terdiri atas serabut-serabut kuat yang lembut yang mendukung
dan melekatkannya ke korpus siliaris. Lensa tersusun atas kapsula, epitelium
lentis, korteks dan nukleus.5
Gambar 1. Bentuk dan Posisi Lensa pada Mata10
Lensa mampu merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya normal
(diantara 1,4 disentral dan 1,36 di perifer ) dimana indeksi ini berbeda dengan
humor aqueous dan vitreus disekelilingnya. Pada keadaan tidak berakomodasi,
lensa mengkontribusi kurang lebih 15-20 dioptri dari kurang lebih 60 dioptri
10

kekuatan refraksi konvergen pada mata manusia kebanyakan. Sisa 40 atau
lebih dioptri kekuatan refraksi konvergen terdapat pada kornea. 5
Gambar 2. Anatomi Lensa6
KATARAK
Salah satu gangguan pada lensa adalah kekeruhan lensa atau dikenal
sebagai katarak. Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrahakies, Inggris
cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Katarak dimaksudkan
sebagai penglihatan yang seperti tertutup air terjun.2
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Katarak dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun
terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus bersifat bilateral,
walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan
lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga
pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada
berbagai lokasi di lensa seperti pada korteks, nukleus, subkapsular. Penuaan
adalah penyebab paling umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat
terlibat, termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus),
merokok, dan keturunan. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak
meliputi pemeriksaan tajam penglihatan, slit lamp, funduskopi, serta
tonometri bila memungkinkan.
Penyebab katarak
1. Proses penuaan
2. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik)
11

3. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti uveitis, glaukoma, miopia
degeneratif, ablasio retina, tumor intraokular, retinitis pigmentosa.
4. Penyakit sistemik seperti galaktosemia, diabetes mellitus, hipoparatiroid,
hipokalsemik, distrofi miotonik, dermatitis atopik.
5. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma tembus atau tak
tembus), radiasi sinar UV, sinar rontgen
6. Obat-obatan seperti kortikosteroid, amiodaron, klorpromazin
7. Paska EKEK (Katarak sekunder)
Klasifikasi Katarak: 2
1. Katarak berdasar usia
2. Katarak Komplikata
3. Katarak Sekunder
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam : 1,2
1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)
2. Katarak juvenile (usia >1 tahun)
3. Katarak senilis (usia >40 tahun)
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yang mulai terbentuk pada usia 40 tahun. Penyebabnya sampai
sekarang tidak diketahui secara pasti.2
Perubahan lensa yang terjadi pada usia lanjut :2
1. Kapsul lensa
Menebal dan mengalami sklerosis → kurang elastis (1/4 dibanding
anak) → daya akomodasi pun berkurang (presbiopia)
Lamella kapsul berkurang
Terlihat bahan granular
2. Epitel lensa
Makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
Rusak dan menjadi lebih ireguler, terutama pada korteks
12

Sinar UV semakin lama akan merusak protein nukleus (histidin,
triptofan, metionin, sistein dan tirosin) membentuk brown sclerotic
nucleus.
Katarak senilis dibagi menjadi empat stadium yaitu insipien, imatur, matur,
dan hipermatur.
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senile
Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air + massa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Iris shadow Negative Positif Negatif Pseudopositif
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit Glaukoma Glaukoma, uveitis
Tatalaksana katarak
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan
sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding
dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan
miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga
mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila
dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam penglihatan yang tidak
memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal posterior yang kecil akan
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang sangat berat pada
penerangan yang sedang akan tetapi bila pasien berada di tempat gelap maka
tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan.6
Pengobatan definitif katarak adalah tindakan pembedahan. Pembedahan
dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sehingga mengganggu
kegiatan sehari-hari atau adanya indikasi medis lainnya seperti timbulnya
penyulit. Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
antara lain EKIK, EKEK, dan fakoemulsifikasi. Setelah dilakukan
13

pembedahan, lensa diganti dengan lensa tanam intraokular, kacamata afakia,
atau lensa kontak.6
Indikasi operasi katarak sebagai berikut:5,12
1. Perbaikan visus
Perbaikan visus merupakan indikasi umum paling sering untuk dilakukan
operasi katarak, meskipun kebutuhan bervariasi pada setiap orang. Operasi
diindikasikan hanya jika katarak menyebabkan kesulitan aktivitas sehari-hari.
2. Medis
Indikasi medis adalah katarak yang disertai komplikasi, seperti glaukoma
fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dan diskolasi lensa ke
kamera anterior. Indikasi tambahan untuk operasi katarak adalah katarak yang
padat sehingga menganggu pemeriksaan fundus dan mempengaruhi diagosis
atau manajemen penyakit okular yang lain (seperti retinopati diabetikum atau
glaukoma).
3. Kosmetik
Operasi katarak dengan indikasi kosmetik jarang dilakukan. Seperti pada
katarak matur yang menyebabkan kebutaan diekstraksi untuk mengembalikan
pupil berwarna hitam.
Terapi pembedahan :
1. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus
dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior
ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata
yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik
fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana
teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan
sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh.
Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan (Intra Ocular Lens) dipasang
untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan
penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita
dengan zonulla zinii yang rapuh.2
14

a. Keuntungan :
Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea,
perlengketan vitreus dengan iris dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa
molekul antara aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endoftalmitis.
b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.
2. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada
EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada
teknik ini dilakukan sayatan 12-14mm, lebih besar dibandingkan dengan
teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinii yang telah rapuh/
berdegenerasi/ mudah diputus.2
a. Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Tidak diperlukan instrumen yang canggih (loop operasi, forsep
kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus
lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endoftalmitis.
3. Fakoemulsifikasi
15

Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah
teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran- getaran ultrasonik untuk
mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5
mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak
senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat.
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologis
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
Tekanan intra okuler normal
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan,
waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut
harus terkontrol.
Perawatan paska operasi :
1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat ± 1 bulan
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa
lagi (afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa
S+10D untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca
operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata
S+3D.
ABLASIO RETINA
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen
retina (RPE). Ablasio retina lebih sering terjadi pada orang yang menderita
rabun jauh (miopia), tetapi dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain,
16

seperti tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari
diabetes. Bila tidak segera dilakukan tindakan, ablasio retina dapat
menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang menetap.
Penyebab
Sebagian besar ablasio retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-
robekan atau lubang-lubang di retina, dikenal sebagai ablasio retina
regmatogen (Rhegmatogenous Retinal Detachment). Kerusakan dan robekan
pada retina dapat terjadi akibat menyusutnya korpus vitreum, trauma, maupun
pasca operasi katarak. Korpus vitreum melekat erat pada beberapa lokasi. Bila
korpus vitreum menyusut, dapat terjadi tarikan sebagian retina di tempat
korpus vitreum melekat, sehingga menimbulkan robekan atau lubang pada
retina.
Pada sebagian besar kasus retina baru lepas setelah terjadi perubahan besar
struktur korpus vitreum.Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan dari
korpus vitreum dapat masuk ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara
lapisan sensoris retina dan epitel pigmen retina. Cairan ini akan mengisi celah
potensial antara dua lapisan tersebut di atas sehingga mengakibatkan retina
lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di
daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta.
Bentuk ablasio retina yang lain yaitu ablasio retina traksi (Tractional Retinal
Detachment) dan ablasio retina eksudatif (Exudative Retinal Detachment)
umumnya terjadi sekunder dari penyakit lain. Ablasio retina traksi disebabkan
adanya jaringan parut ( fibrosis ) yang melekat pada retina. Kontraksi jaringan
parut tersebut dapat menarik retina sehingga terjadi ablasio retina. Ablasio
retina traksi sering terjadi pada retinopati diabetika yang telah menyebabkan
fibrosis pada retina.
Ablasio retina eksudatif dapat terjadi karena adanya kerusakan epitel pigmen
retina ( pada keadaan normal berfungsi sebagai outer barrier ), karena
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah oleh berbagai sebab atau
penimbunan cairan yang terjadi pada proses peradangan.
Gejala
17

1. Floaters (terlihatnya benda melayang-layang). yang terjadi karena adanya
kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau
degenerasi vitreus itu sendiri.
2. Fotopsia/Light flashes (kilatan cahaya)
3. Penurunan tajam penglihatan. Penderita mengeluh penglihatannya sebagian
seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang
telah lanjut, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.
4. Ada semacam tirai yang menghalangi pandangan
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan setelah beberapa pemeriksaan:
Ketajaman penglihatan: pada pasien yang mengalami ablasio, terjadi
penurunan tajam penglihatan.
Respon refleks pupil biasanya menurun pada ablasio yang terjadi dalam
jangka waktu yang lama.
Pemeriksaan slit lamp dapat mengidentifikasi adanya perdarahan maupun
peradangan yang terjadi pada kasus ablasio retina.
Tekanan intraokuler dapat normal maupun menurun. Pada penderita ablasio
retina rhegmatogen, tekanan intra okuler cenderung menurun.
Oftalmoskopi direk dan indirek dapat menilai adanya kelainan pada retina.
USG mata dilakukan bila kondisi retina sulit dinilai dengan pemeriksaan fisik.
Tatalaksana
Operasi
Teknik operasinya bermacam macam, tergantung pada luasnya lapisan
retina yang lepas dan kerusakan yang terjadi, tetapi pada prinsipnya bertujuan
mendekatkan dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu
tetap menempel sampai jaringan parut terbentuk dan melekatkan lagi robekan.
Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan dari bawah retina untuk
memungkinkan retina menempel kembali ke dinding belakang mata.
18

Seringkali sebuah pita silikon atau bantalan penekan (scleral buckle)
diletakkan di dinding luar mata untuk dengan lembut menekan dinding
belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan untuk
menciptakan jaringan parut yang akan merekatkan robekan retina, misalnya
dengan pembekuan (cryotherapy), dengan laser atau panas diatermi dalam
bola mata (endolaser).
Pada ablasio retina yang lebih rumit mungkin diperlukan teknik yang
disebut vitrektomi. Dalam operasi ini korpus vitreum dan jaringan ikat di
dalam retina yang mengkerut dikeluarkan dari mata. Pada beberapa kasus bila
retina itu sendiri sangat berkerut dan menciut maka retina mungkin harus
didorong ke dinding mata untuk sementara waktu dengan mengisi rongga yang
tadinya berisi korpus vitreum dengan udara, gas atau minyak silikon. Lebih
dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik
bedah mata modern, meskipun kadang-kadang diperlukan lebih dan satu kali
operasi.
Prognosis
Bila retina berhasil direkatkan kembali mata akan mendapatkan kembali
sebagian fungsi penglihatan dan kebutaan total dapat dicegah. Tetapi seberapa
jauh penglihatan dapat dipulihkan dalam jangka enam bulan sesudah tindakan
operasi tergantung pada sejumlah faktor. Pada umumnya fungsi penglihatan
akan lebih sedikit pulih bila ablasio retina telah terjadi cukup lama atau
muncul pertumbuhan jaringan di permukaan retina. Jika tajam penglihatan
pulih, biasanya juga tidak akan sempurna,
Korpus vitreum yang terus menyusut dan munculnya pertumbuhan jaringan di
permukaan retina menyebabkan tidak semua retina yang terlepas dapat
direkatkan kembali. Bila retina tidak dapat direkatkan kembali, maka fungsi
penglihatan akan terus menurun dan akhirnya menjadi buta.7
XIII. Analisis Kasus
Pasien ini didiagnosis sebagai OD katarak senilis matur dan OS pseudofakia
dengan suspek ablasio retina dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Anamnesis:
19

Penderita berusia 73 tahun
Penglihatan mata kanan dan kiri pasien sedikit kabur ± sejak 15
tahun yang lalu , seperti kabut, perlahan-lahan makin lama
makin kabur. Pandangan kabur dirasa setelah pasien mengalami
kecelakaan. Mata kanan hanya dapat melihat remang-remang.
Sejak ± 5 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata
kiri semakin lama semakin tidak jelas dan dibawa ke RSUD
kota Semarang didiagnosis katarak dan dilakukan operasi.
± 9 bulan yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kanan
dan kiri tidak jelas. Penglihatan mata kanan semakin kabur
seperti tertutup kabut.
Penglihatan mata kiri dirasa berkurang setelah pasien terjatuh
di kamar mandi dan kepala terbentur dinding. Terdapat keluhan
berupa melihat kilatan cahaya dan pandangan seperti tertutup
tirai.
Terdapat riwayat trauma
Terdapat riwayat operasi katarak disertai pemasangan lensa
pada mata kiri.
Terdapat riwayat keluarga dengan katarak
2. Pemeriksaan oftalmologis:
Visus OD 1/300, OS 1/~ LPB
Refleks pupil: OD: (+) normal, OS: (+) menurun
Tekanan intraokuler: OD 18,5 mmHg, OS: 7,1 mmHg
Pada OD didapatkan kekeruhan lensa merata dengan iris
shadow (-), OS didapatkan pseudophakia
Pemeriksaan fundus reflek OD (-), OS (+) suram
Pemeriksaan funduskopi didapatkan adanya kesan ablasio
retina pada OS.
Dalam kasus ini, penderita diberikan motivasi ekstraksi katarak dengan teknik
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler dan pemasangan intraocular lens pada mata kanan
dengan pertimbangan prognosis akan lebih baik dan resiko timbulnya penyulit lebih
minimal bila dibandingkan Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler. Untuk mata kiri akan
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis ablasio retina.
20

Tatalaksana untuk mata kiri akan dipertimbangkan kemudian setelah pemeriksaan
USG dan menunggu kondisi mata kanan pulih setelah operasi katarak.
Teori Yang Ditemukan
Katarak Senilis Matur
Visus Menurun, seperti tertutup
kabut
OD : menurun, seperti
tertutup kabut
Kekeruhan lensa Merata OD : Merata
Iris Normal OD : Normal
Iris shadow Negatif OD : Negatif
COA Normal OD : kedalaman cukup
Sudut bilik mata Normal OD : normal
Fundus Reflex (-) OD : (-)
Penyulit - OD: (-)
T. Schiotz OD 18,5 mmHg
Penderita Usia tua Penderita berumur 73 tahun
Suspek Ablasio Retina
Visus Menurun, seperti melihat
benda melayang-layang,
kilatan cahaya, seperti
tertutup tirai
OS: menurun, kilatan cahaya,
seperti tertutup tirai
Pupil Refleks pupil menurun OS: RP (+) menurun
Tekanan intraokuler Normal atau menurun OS: menurun
Fundus reflex Suram OS: (+) suram
Penyulit Penyusutan korpus
vitreum, trauma, atau
pasca operasi katarak
OS: pasca trauma (terbentur
dinding) , pasca operasi
katarak 5 tahun lalu
Oftalmoskop Ada kelainan pada retina OS: kesan ablasio retina
DAFTAR PUSTAKA
21

1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya
Medika,2000
2. Ilyas S.Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK UI,1998
3. Rumah Sakit Mata ‘Bersayap’ Hinggap di Indonesia. Faculty of Medicine
Airlangga University [serial online] 2010. Available from:
www.fk.unair.ac.id/news/focus/rumah-sakit-mata-bersayap-hinggap-di-
indonesia
4. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI,
2006.
5. Association TEMD. Basic and Clinical Science Course: Lens and Cataract.
American Academy of Opthamology, 2013.
6. Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 5 ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.
7. Ablasio. 2015. Available from:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ablasio#Pengobatan
22