85308980 Tetralogi of Fallot Ika Jadi
Transcript of 85308980 Tetralogi of Fallot Ika Jadi
TUGAS STASE CARDIOLOGY
TETRALOGI OF FALLOT
Oleh :
Banu Widagdo G0006185/B1212
Galih Widi Sudiro G0004102/B1412
Auliya Suluk G0006183/C0612
Mirantika Emma G0006017/C0712
Fenda adita G0007072/C22/12
Nur MaslahahG0007118/C2412
Pembimbing :
dr. Sri Lilijanti W., Sp.A (K)
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2012
TETRALOGI OF FALLOT
A. PENDAHULUAN
Tetralogi Fallot (TOF) adalah salah satu gangguan yang paling umum dari penyakit
jantung bawaan (PJB). Kondisi ini diklasifikasikan sebagai gangguan jantung sianosis,dimana
terdapat aliran darah ke paru-paru yang tidak memadai untuk oksigenasi (right-to-left shunt).
Pasien dengan tetralogi Fallot awalnya mengalami sianosis yang terjadi segera setelah lahir,
sehingga menarik perhatian paramedis. Kelainan ini pertama kali dilaporkan oleh Fallot
(1888).Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada
anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau
lebih kurang 10 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, dan merupakan penyebab utama
diantara penyakit jantung bawaan sianotik.
Gambaran klinis dari tetralogi Fallot biasanya khas dan diagnosis klinis awal hampir
selalu dapat ditegakkan. Karena sebagian besar bayi dengan gangguan ini memerlukan operasi,
maka dengan adanya cardiopulmonary bypass (CPB), dan kemajuan teknik bedah dapat
menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas.
B. DEFINISI
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai
dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,
overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Kelainan anatomi ini disebabkan oleh
kesalahan dari perkembangan infundibulum ventrikel kanan. Tetralogi fallot merupakan
penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis akibat
adanya pirau kanan kekiri. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal
bersifat progresif , makin lama makin berat. Berdasarkan diagnosis Tetralogi Fallot dibagi
menjadi 4 klasifikasi : tetralogi fallot dengan tidak adanya katup pulmonal (3-5%), tetralogi
fallot dengan kanal pada atrioventrikular (2 %), tetralogi fallot dengan atresia pulmonal,dan
tetralogi fallot dengan stenosis pulmonal (paling banyak).
C. EPIDEMIOLOGI
Tetralogi Fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling
banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan
pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktusarteriosus persisten.
Di US Tetralogi Fallot (TOF) mewakili sekitar 10% kasus penyakit jantung bawaan
(PJB),angka kejadiannya mencapai 3-6 dari 10.000 kelahiran.Tetralogi fallot merupakan
penyebab tersering pada PJB yang menyebabkan sianosis. Lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Gangguan ini menyumbang sepertiga dari semua PJK pada pasien lebih
muda dari 15 tahun. Dalam kebanyakan kasus, tetralogi Fallot bersifat sporadis dan nonfamilial.
Kejadian pada saudara kandung yang terkena adalah 1-5%. Kelainan ini berhubungan dengan
kelainan extracardiac seperti labiopalatochisi, hipospadia, abnormalitas skeletal dan
kraniofasial.
D. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara
pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor - faktor tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom (down syndrom,DiGeorge sindrom).
Sebuah studi dari Portugal melaporkan bahwa metilen tetrahydrofolate reductase
(MTHFR) polimorfisme gen dapat dianggap sebagai gen kerentanan untuk tetralogi
Fallot. Analisis sitogenetika dapat menunjukkan penghapusan segmen kromosom 22q11
pita (DiGeorge wilayah kritis). Ablasi sel-sel pial neural telah terbukti mereproduksi
malformasi conotruncal.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan.
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntikminum obat-obatan
tanpa resep dokter (thalidomide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
c. Pajanan terhadap sinar X
d. Nutrisi yang kurang pada saat kehamilaN
e. Alkohol
f.Ibu hamil yang berusia > 40 tahun
g. Nutrisi yang buruk saat kehamilan
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari90% kasus penyebab adalah
multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan
kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai
E. PATOFISIOLOGI
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan terjadi perubahan
hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan darah yang berasal dari vena
cava superior dan inferior seluruhnya akan tertampung dalam ventrikel kanan. Kemudian masuk
ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri, sehingga timbul hipertrofi ventrikel kanan sedangkan
ventrikel kiri relatif kecil. VSD tersebut menyebabkan terjadinya shunt kanan ke kiri sehingga
timbul sianosis. Stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi menurun sehingga
terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia.
F. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari tetralogi Fallot (TOF) secara langsung berhubungan dengan
tingkat keparahan cacat anatomi. Kebanyakan bayi dengan tetralogi Fallot mengalami gangguan
makan, dan gagal tumbuh yang umumnya dapat diamati. Bayi dengan atresia pulmonal dapat
menjadi sangat sianosis apabila duktus arteriosus menutup kecuali terdapat aliran
bronkopulmonalis. Kadang-kadang, pada beberapa anak aliran darah ke paru cukup sehingga
tidak muncul sianosis; orang-orang ini tetap asimtomatik, sampai mereka mengatasi pasokan
darah paru mereka.
Saat lahir, beberapa bayi dengan tetralogi Fallot tidak menunjukkan tanda-tanda
sianosis, tetapi kemudian dapat berkembang menjadi episode kulit pucat kebiruan sewaktu
menangis atau diberi makan (ie "Tet" spell). Hipoksia tet spell berpotensi mematikan, episode
tak terduga dapat terjadi bahkan pada pasien noncyanotic dengan tetralogi Fallot. Mekanisme
ini diduga termasuk spasme septum infundibular, yang akut memperburuk obstruksi saluran
ventrikel kanan (RVOTO). Spell ini dapat dibatalkan dengan prosedur yang relatif sederhana.
Sebuah mode karakteristik dimana anak-anak yang lebih tua dengan tetralogi Fallot
meningkatkan aliran darah paru adalah dengan jongkok. Jongkok adalah mekanisme
kompensasi, signifikansi diagnostik, dan sangat khas bayi dengan tetralogi Fallot. Jongkok
meningkatkan resistensi perifer vaskular (PVR) dan dengan demikian mengurangi besarnya
shunt kanan ke kiri di seluruh defek septum ventrikel (VSD). Dispnea exertional biasanya
memburuk dengan usia. Sesekali, hemoptysis karena pecahnya bronkial dapat terjadi pada anak
yang lebih tua. Sianosis umumnya berlangsung sesuai usia dan perkembangan dari pembuluh
darah paru dan menuntut perbaikan bedah. Faktor-faktor berikut dapat memperburuk sianosis
pada bayi dengan tetralogi Fallot :
1. Asidosis
2. Tekanan
3. Infeksi
4. Sikap
5. Latihan
6. Beta-adrenergik agonis
7. Dehidrasi
8. Penutupan duktus arteriosus
Shunt dominan adalah dari kanan ke kiri dengan aliran di seluruh VSD ke ventrikel
kiri (LV), yang menghasilkan sianosis dan nilai hematokrit tinggi. Ketika stenosis pulmonal
ringan, shunting dua arah dapat terjadi. Pada beberapa pasien, stenosis infundibular minimal,
dan shunt dominan adalah dari kiri ke kanan, menghasilkan apa yang disebut tetralogi merah
muda. Meskipun pasien tersebut mungkin tidak muncul sianosis,namun sering terdapat
desaturasi oksigen dalam sirkulasi sistemik.
Gejala umumnya berkembang sekunder terhadap hipertrofi septum infundibular.
Memburuknya RVOTO menyebabkan hipertrofi RV, meningkat kanan-ke-kiri shunting, dan
hipoksemia sistemik.
G. DIFFERENSIAL DIAGNOSA
1. Defek Septum Ventrikel
Defek Septum Ventrikel (DSV) merupakan penyakit jantung bawaan (PJB) yang paling
sering ditemukan, sekitar 30% dari semua jenis PJB. Pada sebagian kasus, diagnosis
kelainan ini ditegakkan setelah melewati masa neonates, karena pada minggu-minggu
pertama bising yang bermakna biasanya belum terdengar karena resistensi vascular paru
masih tinggi dan akan menurun setelah 8-10 minggu. Pada DSV kecil hanya terjadi pirai
kiri ke kanan yang minimal sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti.
Pada defek sedang dan besar terjadi pirai yang bermakna dari ventrikel kiri ke ventrikel
kanan.
2. Duktus Arteriosus Persisten
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi
lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh PJB. DAP sering dijumpai pada bayi
premature, insidensinya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi. Sebagian besar
DAP menghubungkan aorta dengan a.pulmonalis kiri. Pada bayi baru lahir, duktus
arteriosus yang semula mengalirkan darah dari a.pulmonalis ke aorta akan berfungsi
sebaliknya karena resistensi vaskular paru menurun denagn tajam dan secara normal mulai
menutup. Maka, dalam beberapa jam secara fungsional tidak terdapat arus darah dari aorta
ke a.pulmonalis. Bila duktus tetap terbuka, terjadi keseimbangan antara aorta dan
a.pulmonalis, dengan semakin berkurangnya resistensi vascular paru maka pirai dari aorta
kea rah a.pulmonalis (kiri ke kanan) makin meningkat.
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi(faktor
endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
b. Riwayat keluarga : apakah saudara dekatnya ada yang terkena blue babies ,lahir
dalam keadaan meninggal karena penyakit jantung congenital dan ditanyakan apakah
terdapat anggota keluarga yang lain mengalami penyakit jantung, seperti hipertensi,
arterosklerosis, stroke, PJB, aritmia,dll.
c. Riwayat Anak Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena sulit untuk makan (ketika makan terasa sesak) sehingga asupan kalorinya
sangatsedikit. Apakah saat beraktifitas mengalami dispneu atau takipneu
(karenainadekuat O2 ke jaringan). Ortopneu biasanya diakibatkan kongesti
vena pulmonary. Berkeringat secara abnormal biasanya disebabkan oleh gagal jantung
kongesti. Nyeri pada dada yang disebabkan karena iskemia pada otot jantung. Pernah
mengalami sincope atau tidak (karena stenosis aorta,hipertensi pulmonal,heart rate
yang sangat tinggi/sangat rendah).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru
setelah tumbuh.
2) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
3) Skoliosis (ke arah kanan)
4) Serangan sianotik mendadak (blue spells/ cyanotic spells/ paroxysmal
hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napaskusmaul,lemas,kejang,sinkop
bahkan sampai koma dan kematian.
5) Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelumia berjalan kembali.
6) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan
b. Palpasi
Teraba getaran bising sepanjang tepi sternum kiri
c. Auskultasi
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bising ini adalah bising
stenosis pulmonal, bukan bising defek septum ventrikel. Darah dari ventrikel kanan
yang menuju ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami turbulensi karena tekanan sistolik
antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama.Pada serangan anoksia bising menghilang
(aliran darah ke paru sangatsedikit/tidak ada)
1) Bunyi jantung I keras (penutupan trikuspid yang kuat).
2) Bunyi jantung II terpisah dengan komponen pulmonal yang lemah
Pada bayi laki-laki dengan usia 9 bulan dengan keadaan BB tidak naik, sesak napas, dan
sianosis, serta pemeriksaan fisik sebagai berikut
a. Tanda vital : HR 130 x/menit ;RR : 50 x/menit
b. Inspeksi : bibir tampak sedikit kebiruan dan jari-jari kebiruan,
bertambah jelas bila menangis ; retraksi dada
c.Palpasi : pada dinding abdomen : datar dan lemas ; pembesaran hepar (1/3-1/4) ;
lien tidak teraba
d. Perkusi
e.Auskultasi : paru : vesikuler dan tidak terdapat ronkhi ; jatung : BJ I-IInormal
dengan bising/murmur jelas terdengar.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Nilai AGD menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan pH.
Pasien dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi. Nilai
juga faktor pembekuan darah (trombosit, protombin time
b. Radiologi
Radiologi Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . Tampak pembesaaran aorta asendens. Gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c. Elektrokardiogram Pada neonates
EKG tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak mungkingelombang T positif di
V1, EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi kekanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel
kanan. Gelombang P di hantaran II tinggi (P pulmonal)EkokardiografiMemperlihatkan
dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikelkanan,penurunan ukuran arteri
pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru- paru.
d. Kateterisasi
Kateterisasi diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Melihat ukuran a.pulmonalis. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen,
peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk penderita Tetralogi Fallot terdiri atas:
a. Tindakan medis
Pada saat terjadinya serangan sianotik dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
1. Meletakkan pasien dalam posisi knee-chest
2. Memberikan oksigen masker 5-8 L/menit
3. Morfin sulfat 0,1 - 0,2 mg/kgBB subkutan atau intramuscular
4. Memberikan Natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB iv untuk koreksi asidosis
5. Memberikan transfuse darah bila kadar Hb kurang dari 15g/dL, sekali pemberian 5
ml/kgBB. Bila pasien mengalami anemia relatif dapat diberikan preparat Fe untuk
meningkatkan kadar Hb.
6. Memberikan propanolol 0,1 mg/kgBB bolus iv. Bila tidak segera dilakukan operasi
dapat diberikan propanolol rumat 1 mg/kgBB perhari dalam 4 dosis.
7. Selama perawatan perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber
infeksi terjadinya endokarditis infektif dan abses otak dan cegah terjadinya dehidrasi.
8. Terapi juga dipengaruhi ada tidaknya spel hipoksia
Bayi dengan riwayat spel hipoksia
Pada bayi atau anak dengan riwayat spel hipoksia harus diberikan Propranolol
(peroral) dengan dosis 0.5-1.5 mg/kg BB/ 6-8 jam sampai dilakukan operasi.Dengan obat
ini diharapkan spasme otot infundibuler berkurang dan frekwensi spel menurun. Selain itu
keadaan umum pasien harus diperbaiki, misalnya koreksi anemia, dehidrasi atau infeksi
yang semuanya akan meningkatkan frekuensi spel.1-6 Bila spel hipoksia tak teratasi
dengan pemberian propranolol dan keadaan umumnya memburuk, maka harus secepatnya
dilakukan operasi. Bila usia kurang dari 6 bulan dilakukan operasi paliatif Blalock- Taussig
Shunt (BTS).
Sementara menunggu bayi lebih besar atau keadaan umumnya lebih baik untuk
operasi definitif (koreksi total). Tetapi bila usia sudah lebih dari 6 bulan dapat langsung
dilakukan operasi koreksi total (penutupan lubang VSD dan pembebasan alur keluar
ventrikel kanan yang sempit)1-6 Bila spel berhasil diatasi dengan propranolol dan kondisis
bayi cukup baik untuk menunggu, maka operasi koreksi total dilakukan pada usia sekitar 1
tahun.1-6.
Bayi tanpa riwayat spel hipoksia
Bila tak ada riwayat spel hipoksia, umumnya operasi koreksi total dilakukan pada
usia sekitar 1 tahun. Sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan sadap jantung untuk menilai
kondisi kedua arteri pulmonalis. Seperti pada kebanyakan kelainan jantung kongenital yang
bermakna, penanganan pada akhirnya adalah pembedahan. Untuk neonatus dengan sianosis
yang jelas, penting untuk memberikan infuse PGE1 segera.manajemen pada bayi yang
lebih tua terutama yang belum pernah mendapatkan pembedahan paliatif atau korektif
terutama diarahkan pada penyembuhan dispnea paroksismal dan serangan sianosis segera
dan mencegah komplikasi pirau kanan ke kiri.
Serangan dispneau paroksismal dapat ditangani dengan menempatkan bayi pada
abdomen dengan posisi lutut-dada (knee chest) atau dengan menahan bayi dengan posisi
tungkai fleksi pada abdomen. Oksigen harus diberikan untuk mengurangi dispneau dan
sianosis, tetapi tidak sangat membantu karena aliran darah pulmonal sangat rendah. Morfin
sulfat (0,2 mg/kgBB, subkutan). Terutama efektif dalam menghentikan serangan lama atau
berat. Jika serangan berkepanjangan dan berat serta tidak berespon terhadap terapi
sebelumnya, akan terjadi asidemia metabolik dan koreksi dengan natrium bikarbonat
intravena sangat penting. Vasopresor dapat diberikan pada awal serangan atau jika terapi
lain gagal; metoksamin (vasoxyl) 0,1 mg/kg intravena atau 0,25 mg/kg intramuscular, atau
fenilefrin (neo-synefrine) 0,02 mg/kg intravena atau 0,1 mg/kgBB intramuscular, akan
meningkatkan resistensi perifer dengan demikian, meningkatkan aliran darah pulmonal.
Jika mungkin, obat-obat ini harus diberikan dengan infus intravena terus-menerus, dengan
dosis disesuaikan dengan memantau tekanan darah. Untuk infuse terus-menerus, dosis
fenilefrin adalah 2-5 µg/kg/menit. Agonis β adrenergic secara mutlak terkontraindikasi.
Pada masa bayi serangan ini dipercepat dengan oleh anemia defisiensi besi relatif
(hipokromik mikrositik) dan penderita ini harus mendapat terapi besi sampai hematokrit
mencapai kadar yang lebih sesuai yaitu 50-55%. Peningkatan hematokrit lebih lanjut akan
mengakibatkan peningkatan viskositas darah yang mencolok dengan tahanan progresif
terhadap aliran darah dan risiko thrombosis otak. Pada beberapa bayi terutama yang dengan
obstruksi muscular dinamis saluran keluar ventrikel kanan, propanolol oral dengan dosis
0,5-1,0 mg/kgBB yang diberikan secara oral setiap 6 jam. Efektif dalam mencegah atau
mengurangi frekuensi serangan dispnea paroksismal. Manajemen farmakologis yang lama
tidak dianjurkan, dan terapi bedah dini lebih disukai.
b. Tindakan bedah
Tindakan pembedahan dibagi menjadi bedah paliatif dan bedah korektif
1. Bedah paliatif
Berupa prosedur pembuatan jalan pintas biasa dilakukan pada bayi yang sering
mengalami serangan sianotik berat pada bulan pertama kehidupan yang menunjukkan
obstruksi yang jelas dalam lintasan keluar ventrikel kanan atau mengalami suatu atresia
paru.
Ada dua cara prosedur pembuatan jalan pintas :
a) Blalock-Taussig shunts : bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan
menghubungkan a. subklavia dengan a. pulmonalis yang ipsilateral
b) Waterston : menghubungkan aorta ascenden dan arteri pulmonalis
2. Bedah korektif
Dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa bedah paliatif biasa
dilakukan pada bayi lebih besar. Tinadakan yang dilakukan dengan mengatasi obstruksi
terhadap lintasan keluar ventrikel kanan dan penutupan cacat septum ventrikel melalui
pembedahan intra jantung dengan bantuan pompa oksigen. Pembedahan efektif dini
terindikasi untuk bayi dan anak dengan tetralogi of fallot atau tetralogi dengan atresia
pulmonal, episode dispnea paroksismal, sianosis berat menetap dan gagal tumbuh.
Penderita tetralogi fallot dengan ukuran saluran aliran ke luar pulmonal cukup
adekuat dapat dilakukan perbaikan bedah malformasi intrakardial oleh ahli bedah
jantung congenital yang terampil pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama dengan
mortalitas operatif kurang dari 5 %. Beberapa bayi dengan sianosis berat pada umut
minggu-minggu atau bulan-bulan pertama mempunyai saluran keluar ventrikel kanan
yang sangat hipoplastik atau atretik dan arteria pulmonalis yang kecil. Kelompok ini
terus dipaliasi pada sebagian besar pusat dengan beberapa bentuk anostomosis
sistemik-pulmonal yang cepat menghilangkan gejala sianosis dan hipoksia dengan
meningkatkan aliran darah pulmonal dan dapat membantu pertumbuhan arteri
pulmonalis. Pirau arteri subklavia ke arteri ke arteri pulmonal orisinil (Blalock-
Taussig) tetap merupakan pirau yang cepad dan memuaskan pada bayi yang lebih
besar dan anak. Sekarang, pada neonatus dan bayi muda hasil sangat baik dan hidup
lebih lama dapat dicapai dengan pirau Blalock-Taussig yang dimodifikasi, yaitu
interposisi ujung ke sisi (end-to-side) saluran Gore-Tex ukuran tertentu (5 mm) antara
arteri subklavia dan arteri pulmonalis utama atau cabangnya. Paliasi untuk tetralogi of
Fallot dengan prosedur pirau baru ini pada sentral neonatus jantung yang
berpengalaman mmepunyai mortalitas rumah sakit kurang dari 5 %, bahkan pada
neonatus. Prosedur paliatif intrakardial pengganti pada beberapa bayi dengan arteri
pulmonalis hipoplastik berat adalah membuka dan memperbesar saluran keluar
ventrikel kanan dan memperluas berat adalah membuka dan memperbesar saluran
keluar ventrikel kanan dan mengurangi stenosis pulmonal dengan menggunakan pintas
kardiopulmonal. Defek sekat ventrikel dibiarkan terbuka sampai arteri pulmonalis
tumbuh dengan cukup baik untuk memungkinakan penutupan defek dengan aman.
Akhir-akhir ini, percobaan untuk melebarkan saluran keluar dengan menggunakan
kateter balon telah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan.
Sesudah paliasi berhasil, serangan hipoksemi berhenti, sianosis dan jari tabuh
menghilang dan bising tipe mesin terdengar pada basis menunjukkan berfungsinya
anastomosis sistemik-pulmonal. Lama penyembuhan dapat diperpendek sesudah
operasi Blalock-Taussig, terutama pada neonatus, karena pirau sering terlalu kecil atau
mengalami thrombosis. Sebaliknya, pirau baku ini pada bayi yang lebih besar dan pirau
Gore-Tex yang dimodifikasi pada neonatus dapat memberikan paliasi yang memuaskan
selama beberapa tahun.
Terapi bedah yang dipilih untuk teralogi of fallot adalah operasi korektif tunggal,
dengan penghilangan langsung obstruksi saluran keluar ventrikel kanan dan
penambalan defek sekat ventrikel. Pendekatan ini meniadakan keharusan risiko operatif
tambahan pada prosedur tahun kedua untuk menutup anastomosis paliatif dan
menyempurnakan perbaikan intrakardial. Lagipula. Ada manfaat psikologis yang kuat
pada anak dan orang tua dalam memperbaiki malformasi jantung pada awal masa bayi
dan mencegah terus-menerus dan mengantisipasi risiko bedah lebih lanjut. Melalui
melalui insisi atrium atau ventrikel kanan, stenosis infundibulum di reseksi, mungkin
perlu memperbesar saluran keluar dengan menempatkan tambalan pericardium atau
plastic pada dinding ventrikel anterior. Jika perlu untuk juga memperbesar annulus
katup pulmonalis, insisi dan tambalan dapat diperluas menyilangi annulus ke dalam
arteri pulmonalis utama atau cabang utamanya. Biasanya terjadi inkompetensi katup
pulmonalis, tetapi jika ada pembebasan distal obstruksi pulmonal yang cukup, lesi
regurgitasi ringan tidak menimbulkan gangguan hemodinamik yang serius. Seandainya
terjadi atau diduga terdapat inkompetensi pulmonal masif. Beberapa ahli bedah
menyisipkan homograf atau heterografunikuspid atau katup protestik karena regurgitasi
yang besar menimbulkan dilatasi ventrikel kanan atau disfungsi miokardium progresif.
Beberapa dokter bedah menghindari menutup annulus karena cenderung mentoleransi
obstruksi saluran keluar ringan yang dibandingkan risiko terjadinya inkompenten yang
nyata.
Walaupun perbaiki tetralogi of fallot dengan atresia pulmonal pada tahun-tahun
terakhir telah semakin berhasil, risiko operasi dan komplikasi lambat serta kematian
lebih tinggi daripada tetralogi yang tidak terkomplikasi. Angka ketahanan hidup 10 dan
20 tahun dengan menyingkirkan kematian operatif dan kematian rumah sakit dini
masing-masing sekitar 80% dan 65%, sedangkan 95%untuk tetralogo sederhana pada
interval yang sama. Perbedaan ini tidak mencerminkankesukaran perbedaan
intrakardial tetapi agaknya terjadi karena masalah sulit yang berkenaan dengan arteri
pulmonalis yang mengalami hipoplasia difus dan ekstrem, distribusi vascular yang
tidak sempurnadalam paru, tidak ada pembuluh darah segmental, stenosis perifer
multiple, penyakit mikrovaskular obstruktif, dan masalah penatalaksanaan arteri
kolateral aortapulmonal besar. Karena masalah ini, calon untuk perbaikan definitif
biasanya telah mengalami beberapa operasi paliatif atau persiapan pembedahan
termasuk berbagai pirau sistemik pulmonal; pengikatan, ligasi atau oklusi keteter
pembuluh kolateral besar; prosedur unifokalisasi, yaitu penggabungan beberapa arteri
kolateral yang terpisah ke dalam system arteri pulmonalis; atau saluran buatan ventrikel
kanan ke arteri pulmonalis atau pemasangan tambalan transanular untuk menambah
aliran darah pulmonal dan ukuran arteri. Meskipun, dilakukan upaya ini, lebih dari 25%
penderita merupakan calon yang tidak cocok untuk perbaikan definitif, dan akhirnya
dapat menjadi calon untuk transplantasi jantung-paru total.
Koreksi pembedahan pada kebanyakan penderita tetralogi of fallot tidak
terkomplikasi memberikan hasil fungsional yang sangat baik, seumur hidup, dengan
lebih dari 90% bebas dari pembedahan ulang. Pirau residual atau rekuren kecil dari kiri
ke kanan tidak lazim, tetapi lazim terdapat obstruksi ringan atau sedang pada saluran
keluar pulmonal-ventrikel kanan. Beberapa penderita mengalami blockade
atrioventrikularis total yang diinduksi oleh pembedahan dan memerlukan penanaman
alat pacu jantung. Sekitar 1-3% penderita menderita disritmia terlambat yang serius.
Terutama takikardi ventricular yang mungkin terkait dengan mekanisme re-entry pada
tempat insisi jaringan ventrikel kanan, dan sekitar 1-2% meninggal mendadak, diduga
karena disritmia. Disritmia harus dicurigai jika pada penderita ini sesudah pembedahan
mengeluh serangan pusing, sinkop, palpitasi, dan dilakukan dengan diagnostic dan
terapi yang tepat5
Syarat operasi koreksi total ialah:
1. Ukuran arteri pulmonalis kanan dan kiri
2. cukup besar dan memenuhi kriteria yang diajukan oleh kirklin yang disesuaikan
dengan berat badan.
3. Ukuran dan fungsi ventrikel kiri harus baik agar mampu menampung aliran darah
dan memompanya setelah terkoreksi.
4. Bila syarat di atas tidak terpenuhi maka harus dilakukan operasi BTS dulu dengan
tujuan memperbesar diameter arteri pumonalis atau memperbaiki ventrikel kiri.
Anak usia ≥ 1 tahun
Pada anak usia sekitar atau lebih dari 1 tahun, secepatnya dilakukan pemeriksaan
sadap jantung untuk menilai diameter arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Bila
ternyata ukuran arteri pulmonalis kecil maka harus dilakukan operasi BTS dahulu. Bayi
atau anak yang telah menjalani BTS Ukuran arteri pulmonalis harus dievaluasi sekitar 6-12
bulan post BTS. Untuk ini dilakukan penyadapan jantung dan angiografi a. pulmonalis
dengan cara menyuntikan kontras di saluran BTS. Bila pertumbuhan artri pulmonalis cukup
adekuat maka operasi koreksi total dapat dilakukan. Bila belum maka dievaluasi 6 bulan
lagi atau dipertimbangkan memasang BTS lain di sisi kontra.
Manajemen Perioperatif
Pre Anestesi
Puasakan Pasien:
- Cairan jernih 2 jam
- Makanan padat/susu 6 jam
Manajemen Post Operatif
Ventilasi:
� FiO2 yang ↑ ,Hiperventilasi ringan (PaCO2 <30), Euthermi, alkalosis ringan me ↓ PVR
dan me ↑ Pulmonary Blood flow
� Bila nafas spontan adekuat dengan AGDA normal, normothermi, Pengelolaan nyeri
yang adekuat, hemodinamik stabil dapat di ekstubasi Komplikasi Post Operasi.
Prosedur Pemasangan Shunt:
� Perdarahan
� Pneumothorax
� Shunt yg >>
� Pulmonary blood flow↑
� Pulmonary edema
� Inadequate Systemic Blood Flow
� Shunt yg <<
� Perbaikan Oksigenasi sedikit
� Trombosis pada shunt
� PA hypoplasia
Koreksi Total:
� Komplikasi segera:
- Low output state
- Obstruksi Residual RVOT
- Residual VSD
- Koagulopati
- Heart block
- Gagal ginjal
- Trauma Nervus Phrenicus
- Stroke
- Infection
Komplikasi lambat:
- Obstruksi RVOT
- Aneurysma RVOT
- Residual VSD
- Disritmia dan sudden death
- Insufisiensi valvular
J. PROGNOSIS
Prognosis cukup baik pada yang dioperasi usia anak-anak. Jika tidak dilakukan operasi maka
rata-rata mencapai umur 15 tahun
K. KOMPLIKASI
1. Trombosis Pulmonal
Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan oleh
polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya thrombosis. Trombosis
dapat terjadi di mana saja tapi yang berbahaya jika terjadi di paru dan otak
2. CVATrombosis
3. Abses Otak
Penyakit jantung sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama terjadi pada anak yang
berusia lebih dari 2 tahun, dikenal sebagai factor predisposisi abses otak. Pada penderita
ditemukan polisitemia dengan aliran darah yang lambat, sehingga dapat menyebabkan
infark kecil di dalam otak yang merupakan tempat abses mulai timbul. Aliran darah pirau
dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru sehingga memudahkan terjadinya
septikemia. Hal-hal tersebut merupakan factor predisposisi terjadinya abses otak pada PJB
sianotik. Terjadinya abses dapat dibagi menjadi 4 stadium, yaitu fase serebritis dini, fase
serebritis lambat, pembentukan kapsul dini dan pemebntukan kapsul lambat. Abses orak
pada PJB sianotik biasabya soliter, sering terdapat pada lobus frontalis, temporalis, dan
parietalis.
4. Perdarahan
Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisitemia akan mengakibatkan
trombositopenia dan kelainan pembekuan darah.
5. Endokarditis
6. Aritmia
DAFTAR PUSTAKA
1. Akhyar H Nasution. Tetralogy Of Fallot. Majalah Kedokteran Nusantara 2008;41(1): 48-53.
2. Sjamsuhidayat R. CS. Tetralogi Fallot. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2000;
587 – 590
3. Haslan R.H. Tetralogi Fallot. Dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 volume 2. Jakarta:
EGC, 2000 ; 726 – 729.
4. Mansjoer Arif Cs. Tetralogy Fallot. Dalam : Kapita Selekta Jilid II. Jakarta: EGC, 2000; 451
-452.
5. Anonimus. Tetralogi Falot. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak 2. Surabaya : Fakultas Kedokteran
Airlangga, 1990; 605 -622.
6. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta:EGC, 2007.
7. Akhyar H Nasution. Tetralogy Of Fallot. Majalah Kedokteran Nusantara 2008;41(1): 48-53.
8. Kapita Selekta edisi 3 jilid 2. Ilmu Kesehatan Anak : Tetralogi Fallot.Media Aesculapius FKUI.
2008
9. Harisson’s Principles of Internal Medicine 17Th edition. Disorders of TheHeart : Tetralogy of
Fallot. Mc Graw Hill. 2008.
10.Singh VN. Tetralogy of Fallot : Surgical Prespective. 2008. Diunduh dari
:http://emedicine.medscape.com/article/904652
11.Panggabean MM, Harun S. Penyakit Jantung Bawaan. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI. 2007