77128480 Referat Kehamilan Ektopik

download 77128480 Referat Kehamilan Ektopik

of 24

description

^&()($@#@$#%&nkdfjks

Transcript of 77128480 Referat Kehamilan Ektopik

  • 1

    REFERAT

    KEHAMILAN EKTOPIK

    Oleh

    Ima Damayanti, S. Ked

    NIM : I11106024

    Pembimbing

    dr. Syahnural Lubis, Sp.OG

    KEPANITERAAN KLINIK

    ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    UNIVERSITAS TANJUNGPURA

    RSU DOKTER SOEDARSO

    PONTIANAK

    2011

  • 2

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Telah disetujui Referat dengan Judul :

    KEHAMILAN EKTOPIK

    Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik

    Mayor Ilmu Kebidanan dan Kandungan (Obstetri dan Ginekologi)

    Pontianak, 08 Agustus 2011

    Pembimbing Referat

    dr. Syahnural Lubis, Sp. OG

    NIP. 140346042

    Disusun oleh :

    Ima Damayanti, S.Ked

    NIM. I11106024

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Pendahuluan

    Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita

    yang bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi

    keadaan yang gawat. Keadaan gawat dapat terjadi apabila kehamilan

    ektopik terganggu.1 Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi

    yang menjadi penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester

    pertama, karena janin pada kehamilan ektopik secara nyata bertanggung

    jawab terhadap kematian ibu, maka para dokter menyarankan untuk

    mengakhiri kehamilan.2 Hal yang perlu diingat ialah bahwa pada setiap

    wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid

    yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan dugaan

    adanya kehamilan ektopik terganggu.1

    B. Kehamilan Normal

    Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba

    falopi menuju ke uterus. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi,

    mulailah pembelahan zigot. Dalam 3 hari terbentuk kelompok sel yang

    sama besarnya dan disebut stadium morula. Dalam ukuran yang sama ini

    hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstitialis tuba

    (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus

    serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam

    kavum uteri, hasil konsepsi mencapai stadium blastula. Blastula dilindungi

    oleh simpai yang disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan

    mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan

    endometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan endometrium ini banyak

    mengandung sel-sel desidua.1

  • 4

    Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass)

    akan masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian

    sembuh dan menutup lagi. Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikit

    perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Nidasi terjadi pada

    dinding depan atau belakang uterus (korpus), dekat pada fundus uteri.

    Blastula yang berimplantasi pada rahim akan mulai tumbuh menjadi

    janin.1

    Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan

    tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering

    terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik

    juga dapat terjadi di ovarium, rongga abdomen, atau serviks.3

    Gambar 1. Proses implantasi normal di endometrium uterus4

    C. Definisi Kehamilan Ektopik

    Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadi

    di luar kavum uteri,2 yaitu bila sel telur yang dibuahi berimplantasi dan

    tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak

    sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars

  • 5

    interstitialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus tetapi

    jelas bersifat ektopik.1

    Gambar 2. Lokasi kehamilan Ektopik3

    D. Epidemiologi

    Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu

    konsepsi yang spontan terjadi dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka

    kehamilan ektopik per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran

    hidup telah dilaporkan berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Angka kejadian

    kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Diantara

    faktor-faktor yang terlibat adalah meningkatnya pemakaian alat

    kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang lanjut,

    pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi

    superovulasi.2

    Angka kejadian kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat

    dalam dekade terakhir yaitu dari 4,5 per 1000 kehamilan pada tahun 1970

    menjadi 19,7 per 1000 kehamilan pada tahun 1992. Kehamilan ektopik

    masih menjadi penyebab kematian utama pada ibu hamil di Kanada yaitu

    berkisar 4% dari 20 kematian ibu pertahun.6 Pada tahun 1980-an,

  • 6

    kehamilan ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan,

    terhitung sebesar 11% kematian maternal terjadi di Amerika Serikat.2

    Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta angka kejadian kehamilan

    ektopik pada tahun 1987 ialah 153 di antara 4.007 persalinan atau 1 di

    antara 26 persalinan.1,5

    Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur

    antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan

    ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14,6%.1

    Sekurangnya 95 % implantasi ektopik terjadi di tuba Fallopii. Di tuba

    sendiri, tempat yang paling sering adalah pada ampulla, kemudian

    berturut-turut pada pars ismika, infundibulum dan fimbria, dan pars

    intersisialis. Implantasi yang terjadi di ovarium, serviks, atau cavum

    peritonealis jarang ditemukan.2

    E. Faktor Risiko

    Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan

    ektopik. Namun kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa

    faktor risiko.1 Lebih dari setengah kehamilan ektopik yang berhasil

    diidentifikasi ditemukan pada wanita tanpa ada faktor resiko.6

    Faktor risiko kehamilan ektopik adalah 1,3

    :

    1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

    Merupakan faktor risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka

    kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan

    meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.3

    2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron

    Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih

    menggunakan kontrasepsi spiral (3-4%). Pil yang mengandung hormon

    progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena dapat

    mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang

    membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam

    rahim.3

  • 7

    3. Kerusakan dari saluran tuba

    Faktor dalam lumen tuba1:

    1. Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit atau

    membentuk kantong buntu akibat perlekatan endosalping.

    2. Pada Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan

    hal ini disertai gangguan fungsi silia endosalping.

    3. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat

    menjadi sebab lumen tuba menyempit.

    Faktor pada dinding tuba1:

    a) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang

    dibuahi dalam tuba.

    b) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat

    menahan telur yang dibuahi di tempat itu.

    Faktor di luar dinding tuba1:

    a) Perlekatan peritubal dengan ditorsi atau lekukan tuba dapat

    menghambat perjalanan telur.

    b) Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen

    tuba

    Faktor lain1 :

    a) Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri

    atau sebaliknya. Hal ini dapat memperpanjang perjalanan telur

    yang dibuahi ke uterus, pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat

    menyebabkan implantasi prematur.

    b) Fertilisasi in vitro.

    F. Patologi

    Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada

    dasarnya sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi

    secara kolumner atau interkolumner. Implantasi secara kolumner yaitu

    telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan

    telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur

  • 8

    mati secara dini dan kemudian diresorpsi. Pada nidasi secara

    interkolumner telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah

    tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan

    jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.

    Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna, dengan mudah vili

    korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba

    dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin

    selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi,

    tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi

    trofoblas.1

    Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus

    luteum graviditas dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek.

    Endometrium dapat pula berubah menjadi desidua. Setelah janin mati,

    desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan

    berkeping-keping atau dilepaskan secara utuh. Perdarahan pervaginam

    yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan

    disebabkan oleh pelepasan desidua yang degeneratif. 1

    Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga

    tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian

    besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10

    minggu. Terdapat beberapa kemungkinan mengenai nasib kehamilan

    dalam tuba yaitu 1:

    1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi

    Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati

    karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total.

    Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya

    terlambat untuk beberapa hari.

    2. Abortus ke dalam lumen tuba

    Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh

    darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat

    melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan

  • 9

    robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau

    seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya

    dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke

    arah ostium tuba abdominale. Perdarahan yang berlangsung terus

    menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping) dan

    selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba,

    berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel

    retrouterina.

    3. Ruptur dinding tuba

    Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan

    biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars

    interstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama

    yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam

    lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi

    secara spontan atau karena trauma ringan. Darah dapat mengalir ke

    dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominale. Bila ostium tuba

    tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba

    yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah

    dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum

    dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum

    tersebut. Jika janin hidup terus, dapat terjadi kehamilan

    intraligamenter.

    Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,

    tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi

    dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan

    dan kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat

    diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion.

    Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh

    kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh

    terus dalam rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektpik lanjut atau

    kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan

  • 10

    bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke

    jaringan sekitarnya misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum,

    dasar panggul dan usus.

    G. Jenis Kehamilan Ektopik

    1. Kehamilan Pars Interstisialis Tuba

    Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars

    interstisialis tuba. Keadaan ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari

    semua kehamilan tuba. Rupture pada keadaan ini terjadi pada

    kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan keempat. Perdarahan

    yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera dioperasi akan

    menyebabkan kematian.1

    Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk

    membersihkan isi kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan

    konsepsi serta menutup sumber perdarahan dengan melakukan irisan

    baji (wegde resection) pada kornu uteri dimana tuba pars interstisialis

    berada. 1

    2. Kehamilan ektopik ganda

    Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan

    kehamilan intrauterine. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda

    (combined ectopic pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara

    15.000 40.000 persalinan. Di Indonesia sudah dilaporkan beberapa

    kasus. 1

    Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi

    kehamilan ektopik yang terganggu. Pada laparotomi ditemukan uterus

    yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan dan 2 korpora lutea. 1

  • 11

    3. Kehamilan Ovarial

    Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis

    kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg,

    yakni 1:

    a. Tuba pada sisi kehamilan harus normal

    b. Kantong janin harus berlokasi pada ovarium

    c. Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum

    ovary proprium

    d. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding

    kantong janin

    Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi

    oleh jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada

    kehamilan ovarial biasanya terjadi rupture pada kehamilan muda

    dengan akibat perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula

    mengalami kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi rupture,

    ditemukan benjolan dengan berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium

    yang mengandung darah, vili korialis dan mungkin juga selaput

    mudigah. 1

    4. Kehamilan servikal

    Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum

    berimplantasi dalam kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan

    tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus,

    serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian.

    Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan biasanya

    diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan. Pengeluaran hasil

    konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak perdarahan, sehingga

    untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi totalis. 1

    Paalman dan Mc ellin (1959) membuat kriteria klinik sebagai

    berikut 1:

  • 12

    a. Ostium uteri internum tertutup

    b. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian

    c. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoservik

    d. Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri

    e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri,

    sehingga terbentuk hour-glass uterus

    5. Kehamilan ektopik lanjut

    Merupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat tumbuh terus

    karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta

    yang meluaskan implantasinya ke jaringan sekitar misalnya

    ligamentum latum, uterus, dasar panggul, usus dan sebagainya. Dalam

    keadaan demikian, anatomi sudah kabur. Kehamilan ektopik lanjut

    biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba yang mengalami abortus

    atau ruptur dan janin dikeluarkan dari tuba dalam keadaan masih

    diselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang masih utuh

    yang akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru.5

    Angka kejadian kehamilan ektopik lanjut di RSCM, Jakarta dari

    tahun 1967 1972 yaitu 1 di antara 1065 persalinan. Berbagai penulis

    mengemukakan angka antara 1 : 2000 persalinan sampai 1 : 8500

    persalinan.5

    H. Gambaran Klinik

    Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan

    penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan

    dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba.5

    1. Kehamilan ektopik belum terganggu

    Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami

    ruptur sulit untuk diketahui, karena penderita tidak menyampaikan

    keluhan yang khas. Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75-

  • 13

    95% penderita. Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin,

    sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami

    amenore karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

    Tanda-tanda kehamilan muda seperti nausea dilaporkan oleh 10-25%

    kasus.5

    Di samping gangguan haid, keluhan yang paling sering

    disampaikan ialah nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun

    kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba

    tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan

    ini juga masih harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain

    seperti ultrasonografi (USG) dan laparoskopi.5

    Mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan

    abortus atau ruptur yang disertai perdarahan dalam rongga perut, maka

    pada setiap wanita dengan gangguan haid dan setelah diperiksa

    dicurigai adanya kehamilan ektopik harus ditangani dengan sungguh-

    sungguh menggunakan alat diagnostik yang ada sampai diperoleh

    kepastian diagnostik kehamilan ektopik karena jika terlambat diatasi

    dapat membahayakan jiwa penderita.5

    2. Kehamilan ektopik terganggu

    Gejala dan tanda kehamilan tuba tergangu sangat berbeda-beda

    dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai

    terdapatnya gejala yang tidak jelas. Gejala dan tanda bergantung pada

    lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya

    kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum

    penderita sebelum hamil.1

    Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang mendadak

    atau akut biasanya tidak sulit. Nyeri merupakan keluhan utama pada

    kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada ruptur tuba, nyeri perut

    bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan

    perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah dapat

  • 14

    menurun dan nadi meningkat serta perdarahan yang lebih banyak dapat

    menimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat, basah dan dingin. Rasa

    nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke

    dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau

    keseluruh perut bawah dan bila membentuk hematokel retrouterina

    menyebabkan defekasi nyeri.1

    Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada

    kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan

    berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan dari

    uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi

    perdarahan ditemukan dari 51-93%. Perdarahan berarti gangguan

    pembentukan Hcg (human chorionic gonadotropin).1

    Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan, pucat dan pada

    pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan rongga

    perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan serviks yang nyeri

    bila digerakkan dan kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba.5

    Pada abortus tubabiasanya teraba dengan jelas suatu tumor di samping

    uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak.

    Hematokel retouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum Douglas.1

    Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik

    terganggu jenis atipik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,

    tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas, demikian pula nyeri perut

    tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini

    dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang

    terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan yang demikian, alat

    bantu diagnostik sangat diperlukan untuk memastikan diagnosis.5

    I. Diagnosis

    Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik

    belum terganggu demikian besarnya sehingga sebagian besar penderita

    mengalami abortus tuba atau ruptur ruba sebelum keadaan menjadi jelas.

  • 15

    Alat bantu diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi (USG),

    laparoskopi atau kuldoskopi.1

    Anamnesis : haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan

    kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda.1 Nyeri

    abdominal terutama bagian bawah dan perdarahan pervaginam pada

    trimester pertama kehamilan merupakan tanda dan gejala klinis yang

    mengarah ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri abdominal

    dan perdarahan pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif.2

    Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada

    perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada

    jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit menggembung dan

    nyeri tekan.1 Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak dapat

    didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan

    pemeriksaan fisik.2

    Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin

    ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat

    diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba

    tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum

    Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel

    retrouterina. Suhu kadang-kadang naik sehingga menyukarkan perbedaan

    dengan infeksi pelvik.1

    Hampir semua kehamilan ektopik didiagnosis antara kehamilan 5 dan

    12 minggu. Identifikasi dari tempat implantasi embrio lebih awal dari

    pada kehamilan 5 minggu melampaui kemampuan teknik-teknik

    diagnostik yang ada. Pada usia kehamilan 12 minggu, kehamilan ektopik

    telah memperlihatkan gejala-gejala sekunder terhadap terjadinya ruptur

    atau uterus pada wanita dengan kehamilan intrauteri yang normal telah

    mengalami pembesaran yang berbeda dengan bentuk dari kehamilan

    ektopik.2

    Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel

    darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik

  • 16

    terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.

    Pada kasus tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus

    diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.1

    Perhitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila

    leukosit meningkat (leukositosis). Untuk membedakan kehamilan ektopik

    dari infeksi pelvik dapat diperhaikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit

    yang lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi pelvik.1

    Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling

    mudah ialah dengan melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon human

    chorionic gonadotropin (-hCG) dalam urin atau serum. Hormon ini dapat

    dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal menstruasi

    berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L,

    sedangkan pada urin ialah 2050 IU/L.6 Tes kehamilan negatif tidak

    menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena

    kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan human

    chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negatif.1 Tes

    kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung

    gestasional. Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik

    cenderung memiliki level -hCG yang rendah dibandingkan kehamilan

    intrauterin.6

    Kuldosentesis : ialah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah

    terdapat darah dalam kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk

    membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik kuldosentesis

    yaitu :

    - Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.

    - Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik

    - Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan

    tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan sehingga forniks

    posterior ditampakkan

    - Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan

    dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan.

  • 17

    Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang

    tdak membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil.

    Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa :

    - Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal

    atau kista ovarium yang pecah.

    - Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau

    radang appendiks yang pecah (nanah harus dikultur).

    - Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan

    membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.

    Ultrasonografi : Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya

    kehamilan ektopik adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara

    yang terbaik untuk mengkonfirmasi satu kehamilan intrauteri adalah

    dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas dari

    diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini

    mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu. Sebaliknya

    identifikasi kehamilan ektopik dengan ultrasonografi lebih sulit (kurang

    sensitif) dan kurang spesifik.2

  • 18

    Gambar 3. USG kehamilan ektopik 6

    Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir

    untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang

    lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian

    dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium,

    tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga

    pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi

    indikasi untuk dilakukan laparotomi.

    J. Penatalaksanaan

    Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.

    Dalam tindakan demikian beberapa hal perlu diperhatikan dan

    dipertimbangkan yaitu1 :

    1. kondisi penderita saat itu

    2. keinginan penderita akan fungsi reproduksinya

    3. lokasi kehamilan ektopik

    4. kondisi anatomik organ pelvis

  • 19

    Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan

    salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan

    konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba.

    Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik

    dilakukan salpingektomi.

    1. Pembedahan

    Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan

    ektopik terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba.

    Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu

    pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama

    ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya.

    Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini mungkin dilakukan

    apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga belum

    terjadi ruptur pada tuba.

    a. Salpingotomi linier

    Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan

    pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari

    75% kehamilan ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini

    dimulai dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu

    insisi linier dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Produk kehamilan

    dikeluarkan dengan hati-hati dari dalam lumen. Setiap sisa trofoblas yang

    ada harus dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen dengan

    menggunakan cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah kerusakan

    lebih jauh pada mukosa. Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus

    dilakukan, karena kegagalan pada tindakan ini akan menyebabkan

    perdarahan postoperasi yang akan membawa pada terjadinya adhesi

    intralumen. Batas mukosa kemudian ditutup dengan jahitan terputus,

    jahitan harus diperhatikan hanya dilakukan untuk mendekatkan lapisan

    serosa dan lapisan otot dan tidak ada tegangan yang berlebihan.

  • 20

    Gambar 4. Salpingostomi7

    b. Reseksi segmental

    Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai

    satu alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan

    mengangkat bagian implantasi. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi

    arsitektur normal tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit

    dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang

    berdekatan harus diinsisi dan dipisahkan dengan hati-hati untuk

    menghindari terbentuknya hematom pada ligamentum latum. Jahitan

    seromuskuler dilakukan dengan menggunakan mikroskop/loupe.

    c. Salpingektomi

    Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami

    ruptur, karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera

    diatasi. Hemoperitonium yang luas akan menempatkan pasien pada

    keadaan krisis kardiopulmunonal yang serius. Insisi suprapubik

    Pfannenstiel dapat digunakan, dan tuba yang meregang diangkat.

    Mesosalping diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat mungkin dengan

    tuba. Tuba kemudian dieksisi dengan memotong irisan kecil pada

    myometrium di daerah cornu uteri, hindari insisi yang terlalu dalam ke

  • 21

    myometrium. Jahitan matras angka delapan dengan benang absorable 0

    digunakan untuk menutup myometrium pada sisi reseksi baji. Mesosalping

    ditutup dengan jahitan terputus dengan menggunakan benang absorbable.

    Hemostasis yang komplit sangat penting untuk mencegah terjadinya

    hematom pada ligamentum latum.

    B. Medisinalis

    Saat ini dengan adanya tes kehamilan yang sensitif dan ultrasonografi

    transvaginal, memungkinkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan

    ektopik secara dini. Keuntungan dari ditegakkannya diagnosis kehamilan

    ektopik secara dini adalah bahwa penatalaksanaan secara medisinalis dapat

    dilakukan. Penatalaksanaan medisinalis memiliki keuntungan yaitu kurang

    invasif, menghilangkan risiko pembedahan dan anestesi, mempertahankan

    fungsi fertilitas dan mengurangi biaya serta memperpendek waktu

    penyembuhan.

    Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah

    pernah dicoba ditangani menggunakan kemoterapi untuk menghindari

    tindakan pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah:

    1. Kehamian di pars ampularis tuba belum pecah

    2. Diameter kantong gestasi 4cm

    3. Perdarahan dalam rongga perut 100 ml

    4. Tanda vital baik dan stabil

    Obat yang digunakan ialah methotreksat (MTX) 1 mg/kgBB i.v. dan

    faktor sitrovorm 0,1 mg/kgBB i.m. berselang seling setiap hari selama 8

    hari. Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan mempengaruhi

    sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan cara menginhibisi kerja enzim

    Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan menghentikan proliferasi

    trofoblas. Pemberian MTX dapat secara oral, sistemik iv,im atau injeksi

    lokal dengan panduan USG atau laparoskopi. Dari seluruh 6 kasus yang

  • 22

    diobati, satu kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena gejala

    abdomen akut, sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan lain.1

    Efek samping yang timbul tergantung dosis yang diberikan. Dosis

    yang tinggi akan menyebabkan enteritis hemoragik dan perforasi usus,

    supresi sumsum tulang, nefrotoksik, disfungsi hepar permanen, alopesia,

    dermatitis, pneumonitis, dan hipersensitivitas. Pada dosis rendah akan

    menimbulkan dermatitis, gastritis, pleuritis, disfungsi hepar reversibel,

    supresi sumsum tulang sementara. Pemberian MTX biasanya disertai

    pemberian folinic acid (leucovorin calcium atau citroforum factor) yaitu

    zat yang mirip asam folat namun tidak tergantung pada enzim dihydrofolat

    reduktase. Pemberian folinic acid ini akan menyelamatkan sel-sel normal

    dan mengurangi efek MTX pada sel-sel tersebut. Sebelumnya penderita

    diperiksa dulu kadar hCG, fungsi hepar, kreatinin, golongan darah.

    Pada hari ke-4 dan ke-7 setelah pemberian MTX, kadar hCG diperiksa

    kembali. Bila kadar hCG berkurang 15% atau lebih, dari kadar yang

    diperiksa pada hari ke-4 maka MTX tidak diberikan lagi dan kadar hCG

    diperiksa setiap minggu sampai hasilnya negatif atau evaluasi dapat

    dilakukan dengan menggunakan USG transvaginal setiap minggu. Bila

    kadar hCG tidak berkurang atau sebaliknya meningkat dibandingkan kadar

    hari ke-4 atau menetap selama interval setiap minggunya, maka diberikan

    MTX 50 mg/m2 kedua.

    Stoval dan Ling pada tahun 1993 melaporkan keberhasilan metoda ini

    sebesar 94,3%. Selain dengan dosis tunggal, dapat juga diberikan

    multidosis sampai empat dosis atau kombinasi dengan leucovorin 0,1

    mg/kgBB.

    Kontraindikasi pemberian MTX absolut adalah ruptur tuba, adanya

    penyakit ginjal atau hepar yang aktif. Sedangkan kontraindikasi relatif

    adalah nyeri abdomen.

  • 23

    K. Prognosis

    Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun

    dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk.,

    (1971) melaporkan 1 kematian diantara 826 kasus, Wilson dkk., (1971)

    melaporkan 1 kematian diantara 591 kasus. Akan tetapi bila pertolongan

    terlambat angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970)

    mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Sedangkan Tardjiman

    dkk., (1973) mendapatkan angka kematian 4 dari 138 kehamilan ektopik.

    Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik

    bersifat bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami

    kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik

    yang berulang dilaporkan antara 0-14,6%. Untuk perempuan dengan

    jumlah anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan

    salpingektomi bilateralis dan sebelumnya perlu mendapat persetujuan

    suami dan isteri.1

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Prawirohardjo, S., 2005, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan,

    Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka.

    2. http://digilib.unsri.ac.id/download/Kehamilan%20Ektopik.pdf.

    3. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/kehamilan-ektopik.pdf.

    4. http://www.lusa.web.id/nidasi-atau-implantasi/.

    5. Prawirohardjo, S., 2007, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Bedah

    Kebidanan, Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka.

    6. Murray, H., Baakdah, H., Bardell, T., Tulandi, T., Diagnosis and

    Treatment of Ectopic Pregnancy, CMA Media Inc.

    (CMAJ),2005;173(8), diunduh dari http://www.cmaj.ca.full.pdf+html.

    7. http://www.surgeryencyclopedia.com/images/gesu_03_img0187.jpg