Makalah kehamilan ektopik

52
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. 1 Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba, terutama di ampulla dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan- keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan - tindakan aborsi. 1 Kehamilan ektopik terganggu merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama, karena janin pada kehamilan ektopik secara nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu, maka para dokter menyarankan untuk mengakhiri kehamilan. Hal yang perlu diingat ialah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian

description

kehamilan ektopik tak diinginkan

Transcript of Makalah kehamilan ektopik

Page 1: Makalah kehamilan ektopik

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat

mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai

kehamilan ektopik terganggu.1

Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba, terutama di

ampulla dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun

uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah

penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul,

pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat

mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai

progestin dan tindakan - tindakan aborsi.1

Kehamilan ektopik terganggu merupakan keadaan emergensi yang menjadi

penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama, karena janin pada

kehamilan ektopik secara nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu, maka para

dokter menyarankan untuk mengakhiri kehamilan. Hal yang perlu diingat ialah bahwa

pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid

yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dicurigai dugaan adanya

kehamilan ektopik terganggu. 2

Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan ektopik

menuntut para ahli kebidanan untuk mengetahui metode-metode pengobatan yang

mutakhir. Meskipun penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik adalah dengan

pembedahan, tetapi saat ini mulai dikembangkan penatalaksanaan dengan obat-obatan

yaitu dengan methotrexate. Akan tetapi, para dokter harus memperhatikan dengan hati-

hati indikasi, kontraindikasi, dan efek samping dari terapi farmakologis.2

Pada Laporan Kasus ini penulis membahas mengenai Kehamilan Ektopik

Terganggu. Mulai dari dari definisi, gejala klinis, sampai pada penatalaksanaannya.

Melalui laporan kasus ini diharapkan penulis maupun pembaca dapat mengerti lebih

dalam mengenai penyakit Kehamilan Ektopik Terganggu.

Page 2: Makalah kehamilan ektopik

2

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah sebagai berikut ini :

1. Memahami definisi, etiologi, faktor risiko, gambaran klinis, patofisiologi, diagnosis,

komplikasi dan penatalaksanaan dari penyakit Kehamilan Ektopik Terganggu.

2. Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Obstetri dan

Ginekologi RSU dr. Pirngadi Medan

1.3. Manfaat

Makalah ini adalah bermanfaat bagi para pembaca, khususnya yang terlibat dalam

bidang medis dan masyarakat secara umumnya. Diharapkan dengan makalah ini

pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai Kehamilan

Ektopik Terganggu sehingga penanganan yang lebih cepat dan tepat dapat dilakukan

untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pasien.

Page 3: Makalah kehamilan ektopik

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan

tumbuh tidak di tempat yang normal, yakni dalam endometrium kavum uteri.

Kehamilan ektopik terganggu (KET) ialah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat

terjadi abortus atau ruptur, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.3,4

2.2 Epidemiologi

Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu konsepsi yang

spontan terjadi dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka kehamilan ektopik per 1000

diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan berkisar antara 2,7

hingga 12,9. Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung

meningkat. Diantara faktor-faktor yang terlibat adalah meningkatnya pemakaian alat

kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang lanjut, pembedahan

pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi superovulasi.2

Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 25 –

35 tahun. Insidensi kehamilan ektopik meningkat di negara maju dan kini sampai pada

angka 1 dalam 80-150 kehamilan. Di negara-negara berkembang, khususnya di

Indonesia, pada RS Pirngadi Medan (1979-1981) frekuensi 1:139, dan di RS Cipto

Mangunkusumo Jakarta (1971-1975) frekuensi 1:24.4

Laporan dari Negara lain berkisar antara 1:38 dan 1:150. Di Negara-negara maju

berkisar antara 1:250 dan 1:329. Di Amerika, kehamilan ektopik lebih sering dijumpai

pada wanita kulit hitam dari pada kulit putih, karena prevalensi penyakit peradangan

pelvis lebih baik pada wanita Negro. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang adalah

sekitar 1-14,6%.2,4,5

Sekurangnya 95 % implantasi ektopik terjadi di tuba Fallopii. Di tuba sendiri,

tempat yang paling sering adalah pada ampulla, kemudian berturut-turut pada pars

ismika, infundibulum dan fimbria, dan pars intersisialis. Implantasi yang terjadi di

ovarium, serviks, atau kavum peritonealis jarang ditemukan.2

Page 4: Makalah kehamilan ektopik

4

2.3. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, akan tetapi sampai sekarang masih

belum diketahui secara jelas. Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan

kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik dan kehamilan ektopik terganggu. Beberapa

faktor risiko tersebut antara lain : 1

1. Faktor M ekanis

- Infeksi seperti salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan

aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau

pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai

akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopiii.

- Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,

atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan

lumen.

- Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan

hipoplasi.

- Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha

untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.

- Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada

adneksa.

2. Faktor Fungsional

- Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan

progesteron.

- Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang

abnormal.

- Refluks menstruasi.

3. Faktor - faktor lain nya

- Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri ataupun

sebaliknya.

- Riwayat penggunaan Kontrasepsi

- Riwayat Kehamilan Ektopik Sebelumnya

- Fertilisasi in vitro.

Page 5: Makalah kehamilan ektopik

5

2.4. Patogenesis

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.

Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara

kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur

selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini

dan direabsorbsi.1

Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping.

Setelah tempat nidasi tertutup, maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan

yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan

desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorialis menembus

endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh

darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu : 1

1. Tempat implantasi

2. Tebalnya dinding tuba

3. Banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblast.

Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum

graviditi dan trofoblast, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah

menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium, yaitu : 1

1. Sel epitel membesar

2. Nukleus hipertrofi

3. Hiperkromasi

4. Lobuler

5. Ireguler.

Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel

luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang

ditemui mitosis.1

Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias.

Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan

secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik

terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. 1

2.5 Patofisiologi

Page 6: Makalah kehamilan ektopik

6

Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista.

Vaskularisasinya kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna. Sebagian

besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

Terdapat beberapa kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu : 3,5

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi

- Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini

penderita tidak mengeluh dan haidnya terlambat untuk beberapa hari.

2. Abortus ke dalam lumen tuba

- Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi

koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari

dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan

ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah

dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh

darah ke arah ostium tuba abdominale. Perdarahan yang berlangsung terus

menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping) dan

selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba, berkumpul di

kavum douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina.

3. Ruptur dinding tuba

- Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya

pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada

kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah

penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan. Darah dapat

mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominale. Bila ostium

tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba yang

telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba.

Kadang-kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk

hematoma intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum tersebut. Jika janin hidup

terus, dapat terjadi kehamilan intraligamenter.

- Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila

robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.

Page 7: Makalah kehamilan ektopik

7

Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang diderita. Bila

janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat

diubah menjadi litopedion. Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih

diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan

tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektpik lanjut atau

kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makananbagi

janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya

misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.

Gambar 2.1. Mekanisme Terjadinya Ruptur Tuba

2.6. Klasifikasi

Page 8: Makalah kehamilan ektopik

8

Kehamilan ektopik diklasifikasi berdasarkan lokasi implantasi. Berikut ini adalah

klasifikasi kehamilan ektopik dengan urutan kejadian dari yang paling sering hingga

jarang, yaitu : 10

a. Tubal (99-98%) : Kehamilan ektopik tuba dapat dibagi lebih lanjut

menjadi beberapa bagian anatomi yaitu ampula (55%),

isthmus (25%), fimbrial (17%), interstitial (angular,

cornual) (2%), dan bilateral (sangat jarang)

b. Ovarian (0,5%) : kehamilan ovarial bisa dikarenakan fertilisasi ovum

yang tidak mengalami ekstrusi

c. Abdominal (1/15000) : kehamilan abdominal bisa primer, yang berawal dengan

implantasi zygot di luar tuba (misalnya, liver), atau

sekunder terhadap ekspulsi atau ruptur kehamilan tuba

d. Cervical (jarang) : implantasi serviks diperkirakan melalui suatu

pembesaran serviks (seringnya sebesar uterus

nonpregnan, dikenal sebagai “hourglass sign”). ini

merupakan suatu pembesaran, vaskularisasi tinggi,

perdarahan serviks, dengan internal os yang ketat dan

eksternal os yang menganga

e. Uterine (jarang) : kehamilan ektopik uteri dapat terjadi dengan implantasi

di kornu, divertikulum uteri, sakulasi uteri, rudimentary

horn, atau dinding otot (intramural)

f. Combined intrauterin : kehamilan intrauterin kombinasi disebut juga

heterotopic. Hal ini terjadi pada 1/17.000-30.000

kehamilan. kemungkinan lainnya yang termasuk ialah

intraligamentosa. Kehamilan bahkan setelah

histerektomi

Page 9: Makalah kehamilan ektopik

9

Gambar 2.2. Lokasi - lokasi Kehamilan Ektopik

Page 10: Makalah kehamilan ektopik

10

2.7. Gejala Klinis

Sebelum munculnya ultrasound dengan resolusi tinggi, hanya <2% kehamilan ektopik

yang tidak ruptur ketika ditemukan. Sekarang, hampir 50% didiagnosis pada stadium

ini. Kehamilan ektopik sendiri memiliki triasnya yaitu, amenore, perdarahan

pervaginam, dan nyeri abdomen bagian bawah. Nyeri abdominal dilaporkan oleh 97%

pasien kehamilan ektopik dan 99% melaporkan nyeri abdominal atau pelvik. pada

sekitar 80%, kasus ini berkaitan dengan perdarahan pervaginam. Amenore sekunder

dengan durasi <2 minggu dilaporkan oleh 68% pasien. Secara karakteristik, nyeri yang

berkaitan dengan kehamilan ektopik dideskripsikan sebagai moderate hingga severe,

lateral, dan tajam.11

Gejala - gejala klinis lainnya yang dialami pasien dengan kehamilan ektopik

yaitu sebagai berikut : 3

1. Amenorrhea, mual sampai muntah dan sebagainya.

Amenorrhea diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yangsering dijumpai pada

kehamilan ektopik.Biasanya perdarahan tidak banyak tapi cukup lama, dan darah

berwarna hitam.Jika mudigah mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada

pemeriksaan histologik pada desidua ini tidakditemukan villus khorialis.

2. Rasa nyeri kiri atau kanan perut bagian bawah lebih sering ditemukan.

Berhubungan dengan tarikan pada peritoneum dinding tuba berhubung dengan

pembesaran tuba karena kehamilan ektopik.

3. Uterus membesar dan lembek.

Pada kehamilan 2 bulan mungkin di samping uterus yang membesar dapat

ditemukan tumor yang lembek dan licin, akan tetapi hal itu dapat disebabkan korpus

luteum graviditatis atau suatu tumor ovarium.

4. Jika terjadi abortus tuba, dapat timbul perdarahan dari uterus yang berwarna hitam,

dan rasa nyeri di samping uterus bertambah keras. Pada pemeriksaan di samping

uterus ditemukan sebuah tumor nyeri tekan, agak lembek dengan batas-batas yang

tidak rata dan jelas.Kadang-kadang uterus termasuk dalam tumor tersebut.

5. Kavum Douglasi menonjol ke vagina karena darah di dalamnya; kadang teraba

dengan jelas hematokele sebagai tumor agak lembek.

6. Nyeri yang cukup keras jika serviks uteri digerakkan.

Page 11: Makalah kehamilan ektopik

11

7. Jika terjadi ruptur tuba, tampak gambaran anemi, penderita dalam keadaan syok,

dengan suhu badan menurun, nadi cepat, tekanan darah menurun, dan bagian perifer

yang terasa dingin. Perut agak membesar dengan menunjukkan tanda-tanda

rangsangan peritoneum dengan rasa nyeri yang keras pada palpasi. Kadang

ditemukan cairan bebas dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik, uterus

tidak dapat diraba dengan jelas karena dinding perut menegang dan uterus

dikelilingi oleh darah.Gerakan pada serviks uteri nyeri sekali, dan kavum Douglasi

terang menonjol.

Gambar 2.3. Skema Diagnosis Kehamilan Ektopik

Page 12: Makalah kehamilan ektopik

12

Gejala ini bervariasi menurut waktu kapan penderita kita lihat atau periksa,

sebelum, sewaktu, atau sesudah terjadi ruptur : 4

Sebelum terganggu

Tanda-tanda hamil muda, sedikit rasa sakit pada perut, rasa tidak enak pada

perabaan, dan biasanya diagnosis sukar ditegakkan.Rasa tidak enak ini

menyebabkan ibu pergi ke dukun dan sehingga dapat terjadi ruptur.

Sewaktu terganggu

Rasa sakit tiba-toba pada sebelah perut, sakit ini sifatnya seperti diiris dengan

pisau, dan terjadi perdarahan dengan akibat-akibatnya.Terjadi gejala akut

abdomen, jadi diagnosis mudah ditegakkan.

Sesudah terganggu

Diagnosa lebih mudah dengan adanya tanda-tanda akut abdomen dan

perdarahan.Bila penderita baru datang ke rumah sakit setelah beberapa waktu,

maka tanda-tanda di atas masih ada, tetapi kurang jelas.Yang kita dapati adalah

tumor dibelakang rahim yang disebut pelvic mass.

2.8. Diagnosis

Diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan melalui3,4:

1. Anamnesis

Dari anamnesis diketahui adanya :

Amenorrhea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan

atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil

muda dan gejala hamil lainnya.

Pada abortus keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat, hanya rasa

sakit di perut dan perdarahan pervaginam.Hal ini dapat dikacaukan dengan

abortus biasa. Pada ruptur tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat

membahayakan jiwa si ibu.

Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut, seperti diiris dengan pisau

disertai muntah dan bisa jatuh pingsan.

Nyeri bahu, hal ini karena perangsangan diafragma.

Page 13: Makalah kehamilan ektopik

13

2. Pemeriksaan Fisik

- Tanda-tanda akut abdomen

Nyeri tekan yang hebat (defance musculair), muntah, gelisah, pucat, anemis,

nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur (syok).

- Tanda Cullen

Sekitarpusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.

- Pada pemeriksaan ginekologik terdapat :

Adanya nyeri ayun, dengan menggerakkan porsio dan serviks ibu akan

merasa sangat nyeri.

Douglas crise, yaitu rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi

Kavum Douglasi teraba menonjol, Hal ini terjadi karena terkumpulnya darah

Teraba massa retrouterina (massa pelvis).

- Pervaginam keluar decidual cast.

- Pada palpasi perut dan pada perkusi : ada tanda-tanda perdarahan intra

abdominal (shifting dullness).

3. Pemeriksaan laboratorium

- Pemeriksaan Hb seri tiap 2 - 6 jam menunjukkan penurunan kadar Hb > 1 gr/dl

- Adanya leukositosis

4. Pemeriksaan penunjang lainnya

- Tes kehamilan

Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya terhadap tumor-

tumor adneksa, yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilan. Tes

kehamilan negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik

terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas

menyebabkan β-hCG menurun dan menyebabkan tes negatif

- Dialatasi dan kerokan

Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik.Biasanya

kerokan dilakukan, apabila sesudah amenorrhea terjadi perdarahan yang cukup

lama tanpa ditemukan kelainan nyata di samping uterus, sehingga dipikirkan

abortus inkompletus, perdarahan disfungsional, dan lain-lain.Ditemukan desidua

tanpa villus korialis dari sediaan yang diperoleh dari kerokan, dapat membawa

pikiran ke arah kehamilan ektopik.

Page 14: Makalah kehamilan ektopik

14

- Laparoskopi

Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosis

kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak terganggu.

Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri perubahan-

perubahan pada tuba.

- Ultrasonografi

Keunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laparoskopi adalah tidak invasif,

artinya tidak perlu memasukkan alat dalam rongga perut. Akan tetapi

pemeriksaan ini memerlukan orang yang berpengalaman dalam

menginterpretasikan hasilnya. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi,

tebal endometrium, adanya massa di kanan atau kiri uterus, apakah kavum

Douglasi berisi cairan.

Gambar 2.4. USG Cairan Bebas di Bawah Tepi Liver di Atas Ginjal Kanan.

Gambar 2.5. Ilustrasi USG Transvaginal Kehamilan Ektopik Tuba

- Kuldosintesis

Page 15: Makalah kehamilan ektopik

15

Kuldosintesis dilakukan dengan memasukkan jarum dengan lumen yang agak

besar di Kavum Douglasi di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks

ditarik ke atas dan keluar.Bila keluar darah tua berwarna coklat sampai hitam

yang tidak membeku atau hanya berupa bekuan-bekuan kecil di atas kain kasa,

maka hal ini dikatakan positif (fibrinasi) dan menunjukkan adanya hematoma

retrouterina. Bila darah segar berwarna merah dan dalam beberapa menit

membeku, hasil negatif karena darah ini berasal dari arteri atau vena yang

tertusuk.Jika hasil kuldosintesis positif, sebaiknya segera dilakukan laparotomi,

oleh karena dengan tindakan itu dapat dibawa kuman dari luar ke dalam darah

yang terkumpul di kavum Douglasi, dan dapat terjadi infeksi.

Gambar 2.6. Cara Melakukan Kuldosentesis

- Histerosalpingografi dan tes pitosin

Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan

janin di luar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik

terganggu sudah dipastikan dengan USG dan MRI.

2.9. Diagnosis Banding

Page 16: Makalah kehamilan ektopik

16

Diagnosis banding kehamilan ektopik antara lain adalah sebagai berikut ini : 1,3,4

1. Infeksi pelvik

Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah

mengenai amenorrhea. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan yang dapat diraba

pada pemeriksaaan vaginal pada umumnya bilateral. Pada infeksi pelvik

perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0,50C, selain itu leukositosis lebih

tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes kehamilan negatif.

2. Abortus imminens/ inkomplit

Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih merah sesudah

amenorrhea, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median dan adanya perasaan

subjektif penderita yang merasakan rasa tidak enak di perut lebih

menunjukkan ke arah abortus imminens atau permulaan abortus insipiens. Pada

abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di belakang uterus, dan gerakan

serviks uteri tidak menimbulkan rasa nyeri.

3. Tumor ovarium

Gejala dan tanda kehamilan muda, amenorrhea, dan perdarahan pervaginam

biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat dibanding

kehamilan ektopik terganggu.

4. Appendi s tis akut

Gejala dan tanda kehamilan muda, amenorrhea, dan perdarahan pervaginam

biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat dibanding

kehamilan ektopik terganggu.

5. Ruptur korpus luteum

6. Salpingitis akut

7. Ruptur korpus luteum

8. Torsio kista ovarium dan Mioma submukosa yang terpelinti

Gejala KET Abortus Kista ovarium Infeksi pelvis

Page 17: Makalah kehamilan ektopik

17

Amenorrhea Ada (75%) Semua Tidak ada Ada (25%)

Perdarahan vaginal Sedikit Banyak Tidak ada Bisa ada

Prdarahan abdominal Banyak Tidak Tidak Tidak

Pireksia Dibawah 380C Tidak Tidak Di atas 380C

Massa pelvis Di bawah Tidak Ada Ada bilateral

Uterus Sdkt mmbesar Membesar Tidak Tidak besar

Nyeri Hebat Tidak Hebat Nyeri

Anemia Ada Bisa ada Tidak Tidak

Leukositosis Bisa ada Tidak Tidak Ada (>20.000)

Reaksi kehamilan (+) 75% (+) Tidak Tidak

Shifting dullness Ada Tidak Tidak Tidak

Tabel 2.1. Perbedaan Gejala kehamilan Ektopik dengan Penyakit Lainnya

Tabel 2.2. Diagnosis Banding Kehamilan Ektopik

Page 18: Makalah kehamilan ektopik

18

Page 19: Makalah kehamilan ektopik

19

2.10. Penatalaksanaan

Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba

ditangani menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria

kasus yang diobati dengan cara ini ialah : 12

1. Kehamian di pars ampularis tuba belum pecah

2. Tanda vital baik dan stabil

3. Janin sudah mati

4. Diameter kantong gestasi ≤ 4cm

5. Perdarahan dalam rongga perut ≤100 ml

6. Kadar β-hCG < 5000 gr%

Obat yang digunakan ialah methotreksat (MTX) 1 mg/kgBB i.v. dan faktor

sitrovorm 0,1 mg/kgBB i.m. berselang seling setiap hari selama 8 hari. Methotrexate

merupakan analog asam folat yang akan mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi

sel dengan cara menginhibisi kerja enzim Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan

menghentikan proliferasi trofoblas. Pemberian MTX dapat secara oral, sistemik iv,im

atau injeksi lokal dengan panduan USG atau laparoskopi. Kontraindikasi pemberian

MTX absolut adalah ruptur tuba, adanya penyakit ginjal atau hepar yang aktif.

Sedangkan kontraindikasi relatif adalah nyeri abdomen.12

Terdapat beberapa laporan yang menyebutkan keberhasilan penanganan

kehamilan ektopik terganggu dengan bantuan ultrasonografi transvaginal. Teknik yang

digunakan adalah menyuntikkan larutan kalium klorida (KCl) ke dalam kantong

kehamilan. Digunakan ultrasonografi transvaginal untuk mengetahui tempat implantasi,

serta untuk mencari jalur teraman untuk mencapai kantong kehamilan. Setelah itu

dilakukan pungsi menembus dinding vagina menuju ke kantong kehamilan.Larutan KCl

disuntikkan langsung ke dalam kantong kehamilan, atau bila embrio sudah tampak

seukuran 3-10 mm penyuntikkan dapat langsung ditujukan ke embrio. Biasanya

disuntikkan 1-3 mL KCl 2 mEq/mL. 6

Lebih lanjut dilaporkan bahwa injeksi KCl tampaknya lebih disukai dibandingkan

dengan injeksi methotrexate pada kehamilan heterotopik, mengingat adanya

kekhawatiran pengaruh methotrexate terhadap kelangsungan kehamilan intrauterinnya.

Walaupun demikian, perludiperhatikan seleksi pasien yang memenuhi syarat untuk

tindakan ini, baik secara klinis maupun laboratoris. 6

Page 20: Makalah kehamilan ektopik

20

Gambar 2.8. Kehamilan Servikal, Tampak Kantong Kehamilan Berisi Fetus yang

Berimplantasi Di Kanalis Servikalis.

Gambar 2.9. Tampak garis penuntun (guide) jarum pungsi. Pada kasus ini

direncanakan pungsi dan injeksi KCL langsung pada janin.

Gambar 2.10. Tiga puluh tiga hari setelah injeksi KCl, tampak massa dengan gema

heterogen di daerah serviks.

Page 21: Makalah kehamilan ektopik

21

Untuk Kehamilan ektopik yang sudah terganggu, penanganan yang dilakukan

pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal perlu

diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu :1

1. Kondisi penderita saat itu

2. Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya

3. Lokasi kehamilan ektopik

4. Kondisi anatomik organ pelvis

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada

kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan

salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya

dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.

Kehamilan ektopik tidak terganggu harus segera dioperasi untuk menyelamatkan

penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut. Operasi yang dilakukan

ialah salpingektomi, yaitu pengangkatan tuba yang mengandung kehamilan.Terdapat

beberapa cara pendekatan yang mungkin dilakukan antara lain : 1,3,4

Melakukan laparotomi dan melakukan eksisi tuba fallopii yang berisi kehamilan

ektopik atau melakukan insisi tuba di tempat kehamilan kemudian dikeluarkan.

Memasukkan laparoskop untuk melakukan inspeksi tuba fallopii dan jika mungkin

di bawah penglihatan laparoskopik, melakukan insisi sepanjang batas superior dan

menyedot kehamilan ektopik tersebut keluar.

Jika tuba tidak ruptur, menyuntikkan methotrexate ke dalam kehamilan yang

ektopik tersebut sehingga trofoblast yang viable dan embrionya dapat diabsorbsi,

atau memberikan suntikan methotrexate 50 mg/m2 intramuskular.

Pada abortus tuba, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita,

sebaiknya juga dilakukan operasi. Keberatan terhadap terapi konservatif ialah bahwa

walaupun darah yang berkumpul di rongga perut lambat laun akan diresorbsi atau untuk

sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran lewat vagina dari darah di

kavum Douglasi), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan - perlekatan dengan bahaya

adanya ileus. Operasi terdiri atas salpingektomi, akan tetapi tidak jarang ovarium

termasuk dalam gumpalan darah dan sukar dipisahkan, sehingga terpaksa dilakukan

salpingo-ooforektomi. Darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan, dan

tuba dan ovarium dari sisi yang lain diperiksa. 6

Page 22: Makalah kehamilan ektopik

22

Gambar 2.7. Tuba Fallopii yang Bengkak dan Berdarah

Jika penderita sudah mempunyai anak yang cukup, dan terdapat kelainan pada

tuba tersebut, dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba itu pula, untuk mencegah

berulangnya kehamilan ektopik. Jika penderita belum punya anak, maka pada kelainan

tuba dpt dipertimbangkan untuk mengkoreksi kelainan tersebut, hingga tuba berfungsi. 8

Pada ruptur tuba, segera dilakukan transfusi darah dan laparotomi.Pada

laparotomi itu, perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari

adneksa yang menjadi sumber perdarahan.keadaan umum penderita terus diperbaiki dan

darah dari rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan.Sesudah itu dilakukan

salpingektomi atau salpingo-ooforektomi. Adneksa yang lain sebaiknya diperiksa, tetapi

jangan membuang waktu dengan mengambil tindakan pada tubanya. Konservasi

ovarium dan uterus pada wanita yang belum pernah punya anak perlu dipikirkan

sehubungan dewasa ini masih ada kemungkinan dapat anak melalui fertilisasi invitro.

Pada ruptur pars interstisialis tuba sering kali terpaksa dilakukan histerektomi subtotal

untuk menjamin bahwa perdarahan berhenti. 3,6,7

Beberapa hal yang harus dilakukan jika menemukan pasien dengan sangkaan

mengalami KET antara lain :8

Page 23: Makalah kehamilan ektopik

23

1. Harus dirawat inap di rumah sakit untuk penanggulangannya.

2. Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian

cairan yang cukup dan transfusi darah.

3. Sebelum diagnosis jelas atau sangat disangka KET, dan keadaan umum baik atau

lumayan, segera lakukan laparotomi untuk menghilangkan sumber perdarahan;

dicari,diklem, dan dieksisi sebersih mungkin (salpingektomi), kemudian diikat

sebaik-baiknya.

4. Sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan supaya penyembuhan lebih cepat.

5. Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasi.

2.11. Komplikasi

Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan ektopik terganggu antara

lain sebagai berikut : 4

1. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur telah lama berlangsung (4-6 minggu),

terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding). Hal ini merupakan indikasi

dilakukannya operasi.

2. Infeksi

3. Subileus karena massa pelvis

4. Sterilitas

2.12. Prognosis

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini

dan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian

diantara 826 kasus, Wilson dkk., (1971) melaporkan 1 kematian diantara 591 kasus.

Akan tetapi bila pertolongan terlambat angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan

Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Sedangkan

Tardjiman dkk., (1973) mendapatkan angka kematian 4 dari 138 kehamilan ektopik.2

Kematian karena KET cenderung menurun dengan diagnosis dini dan fasilitas

daerah yang cukup. Di RS Pirngadi Medan selama 1979-1981 dari 78 kasus KET angka

kematian ibu adalah nihil. Sastrawinata melaporkan angka kematian ibu 1,9%, Pohan

Page 24: Makalah kehamilan ektopik

24

7,2%, Sjahid dan Martohoesodo (1970) sebanyak 2 dari 120 kasus, Tardjamin (1973) 4

dari 138 kasus. 7,8

Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat

bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi

pada tuba yang lain. Untuk perempuan dengan jumlah anak yang sudah cukup,

sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi bilateralis. Hanya 60% dari wanita

yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi

lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik terganggu yang berulang dilaporkan berkisar

antara 1 - 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.4,8,9

BAB III

LAPORAN KASUS

Page 25: Makalah kehamilan ektopik

25

3.1. Status Pasien

Anamnesa Pribadi

Nama : Ny. Farida Hanum

Umur : 35 Tahun

Alamat : Jl. Denai GG Bilal No 18 Medan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Tanggal masuk : 01/08/2014

Jam Masuk : 11.48 WIB

Tanggal keluar : 06/08/2014

G P Ab : G3P2A0

Tinggi Badan : 160 cm

Berat Badan : 65 kg

Anamnesa Penyakit

Keluhan utama : Nyeri perut bagian bawah

Telaah : Hal ini telah dialami pasien sejak 5 hari ini. Nyeri bersifat terus

menerus. Nyeri dirasakan seperti ditusuk - tusuk dan tidak

menjalar. Riwayat keputihan (+), bau (-), gatal (-), sekret

berwarna (-). Riwayat perdarahan di luar siklus haid (-). Riwayat

benjolan di perut (-). Riwayat penurunan berat badan dan nafsu

makan (-). BAB (+) Normal. BAK (+), nyeri saat BAK (+),

riwayat kencing berpasir (-), riwayat kencing berdarah (-). Pasien

merupakan pasien konsul bagian interna dengan diagnosis

dispepsia tipe like ulcer.

Riwayat penyakit terdahulu : DM (-), Hipertensi (-), Asma (-)

Riwayat pemakaian obat : Tidak jelas

Page 26: Makalah kehamilan ektopik

26

Riwayat KB : -

Riwayat Operasi : -

Riwayat menstruasi

- Menarche : umur 13 tahun.

- Siklus : teratur 28 hari sekali.

- Volume : 2-3 pembalut/ hari

- Lamanya : 6-7 hari

- Nyeri haid : (-)

- HPHT : 25 Juni 2014

Riwayat persalinan

1. ♀, aterm, 3000 gr, PSP, bidan, klinik, 18 tahun, sehat

2. ♀, aterm, 3000 gr, PSP, bidan, klinik, 10 tahun, sehat

Pemeriksaan Fisik

Status Presens

Sensorium : Compos mentis Anemis : (+)

TD : 120/80 mmHg Ikterus : (-)

HR : 88 x/i, teratur Sianosis : (-)

RR : 20 x/i Dispnea : (-)

Temperatur : 36,80 C Edema : (-)

Status Obstetrikus

Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (+) regio hipokondrium kiri

TFU : tidak teraba

P/V : bercak darah (+)

Status Ginekologis

Inspekulo : - Portio erosi : (+)

Page 27: Makalah kehamilan ektopik

27

- Lividae : (+)

- Bercak darah : (+)

VT : - UT AF

- Parametrium kanan : lemas

- Parametrium kiri : tegang

- Adneksa kanan : lemas

- Adneksa kiri : tegang

- Cavum Douglass : menonjol

- Nyeri goyang serviks : (+)

USG-TAS

- Kandung Kemih terisi baik

- UT AF UK BB, ukuran 7,5 x 4,2 x 3,8 cm

- E Line (+)

- Cairan bebas (+)

Kesan : Kehamilan ektopik terganggu

Laboratorium (01 /0 8 /2014 )

- Hb : 7,5 gr %

- Leukosit : 20.400/ mm3

- Ht : 21,8 %

- Trombosit : 394.000/mm3

- Tes Kehamilan : (+)

Diagnos is S ementara

Kehamilan Ektopik Terganggu

Rencana

- Transfusi PRC 4 x (10-7,5) x 65 = 650 cc

- Laparatomi CITO

L aporan La parotomi a/i KET

• Ibu dibaringkan dimeja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.

Page 28: Makalah kehamilan ektopik

28

• Dibawah pengaruh spinal anastesi, dilakukan tindakan septic dan Antiseptik,

kemudian ditutup dengan doek steril, kecuali lapangan operasi.

• Dilakukan insisi midline dari kutis, subkutis. Fascia digunting ke arah atas dan

bawah.

• Otot dikuakkan secara tumpul, peritoneum diklem dan digunting keatas dan

kebawah. Tampak Stoll cell dan darah. Kemudian dievakuasi, kesan : volume

±1000cc.

• Identifikasi: uterus dalam batas normal, adneksa dan ovarium kanan dalam batas

normal, adneksa kiri tampak hasil konsepsi pada ampula tuba fallopi, ovarium kiri

dalam batas normal.

• Dilakukan salpingektomi sinistra, kontrol perdarahan, kesan perdarahan terkontrol.

• Kavum abdomen dicuci dengan NaCl 0,9%, kesan perdarahan terkontrol.

• Kavum abdomen ditutup lapis demi lapis mulai dari peritonium, otot, fascia,

subkutis, dan kutis.

• Luka operasi ditutup dengan supratule, kasa steril, hypafix.

• KU ibu post operasi : Baik.

Terapi Post Operasi

- IVFD RL à 20 gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam

- Inj. Keterolac 30 mg / 8 jam

- Inj. Ranitidin 25 mg / 12 jam

- Inj. Transamin 500 mg / 8 jam

Anjuran

- Observasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan.

- Cek darah rutin 2 jam post OP

Pemantauan P ost L aparotomi

Page 29: Makalah kehamilan ektopik

29

Jam (WIB) 11.00 11.30 12.00 12.30 13.00

Sensorium CM CM CM CM CM

Nadi per menit 90 92 90 94 90

TD (mmHg)120/8

0120/80 120/70 130/70 120/80

Pernafasan permenit 24 26 26 24 24

Perdarahan (cc) _ _ _ _ _

Hasil laboratorium Post laparatomi

- Hb : 7,3 gr %

- Leukosit : 11.600/ mm3

- Ht : 22,1 %

- Trombosit : 221.000/mm3

3.2. Follow up Pasien

Page 30: Makalah kehamilan ektopik

30

Tanggal 02-08- 2014 03-08-2014 04/05-08-2014 06-08-2014

Keluhan

utamaNyeri luka operasi (+)

Nyeri luka operasi (+)

Sesak napas (+)Sesak napas ↓ Tidak ada

Status

Presens

Sensorium : compos

mentis

TD :120/80mmHg

HR : 96x/i

RR : 24x/i

Temp. : 36,8°C

Anemis : (+)

Ikterik : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Edema : (-)

Sensorium : compos

mentis

TD :130/80mmHg

HR : 100x/i

RR : 32x/i

Temp.: 37,8°C

Anemis : (+)

Ikterik : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Edema : (-)

Sensorium : compos

mentis

TD :130/80mmHg

HR : 88x/i

RR : 20x/i

Temp. : 36,5°C

Anemis : (-)

Ikterik : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Edema : (-)

Sensorium : compos

mentis

TD :110/70 mmHg

HR : 85x/i

RR : 20x/i

Temp. : 36,5°C

Anemis : (-)

Ikterik : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Edema : (-)

Status

Lokalisata

Abd:soepel, peristaltik

(+) lemah

L/o : Tertutup verban,

kesan : kering

Perdarahan pervaginam:

tidak ada

BAK: (+) , via kateter,

UOP : 50cc/jam,warna :

jernih

BAB : (-)

Flatus : (-)

Abd:soepel, peristaltik

(+) lemah

L/o : Tetutup verban,

kesan : kering

Perdarahan pervaginam:

tidak ada

BAK: (+), via kateter,

UOP : 50cc/jam,warna :

jernih

BAB : (-)

Flatus : (+)

Abd:soepel,peristaltik

(+)

L/o : Tertutup

verban ,kesan : kering

Perdarahan pervaginam:

tidak ada

BAK: (+) Normal

BAB : (+) Normal

Abd: soepel,peristaltik

(+)

L/o : Tertutup

verban ,kesan : kering

Perdarahan pervaginam:

tidak ada

BAK: (+) Normal

BAB : (+) Normal

DiagnosisPost Salpingektomi

sinistra a/i KET + H1

Post Salpingektomi

sinistra a/i KET + H2

Post Salpingektomi

Dextra a/i KET + H3

Post Salpingektomi

dextra a/i KET + H4

Terapi

IVFD RL 20 gtt / i

Inj . ceftriaxone 1 gr/12

jam

Inj. Keterolac 30 mg /

8jam

Inj. Ranitidin 25 mg /

IVFD RL 20 gtt / i

Inj . ceftriaxone 1 gr/12

jam

Inj. Gentamycin 150

mg / 12 jam

Inj. Furosemide 20 mg /

IVFD RL 20 gtt / i

Inj. Ceftazidime 1 gr / 8

jam

Inj . Ciprofloxacin 200

mg / 12 jam

Inj. Keterolac 30 mg /

Cefadroxil 500 mg 2x1

Asam mefenamat 500

mg 3x1

B.complex tab 1x1

Page 31: Makalah kehamilan ektopik

31

12jam

Inj. Transamin 500 mg /

8 jam

12 jam

Inj. Keterolac 30 mg /

8jam

Inj. Ranitidin 25 mg /

12jam

PCT tab 3 x 1

8jam

Inj. Ranitidin 50 mg /

12jam

Ambroxol Syrup 3 Cth I

Rencana

Transfusi PRC 650 cc

Cek AGDA

EKG

Konsul interna

Cek DL post transfusi

Konsul pembacaan EKG

Konsul pembacaan Foto

Thoraks

Pasien PBJ

Pasien PBJ : Tanggal 6 Agustus 2014

Keadaan pulang : Ibu baik

Obat Pulang : - Cefadroxil Tab 500 mg 2 x 1

- Asam mefenamat 500 mg 3 x 1

- Vitamin B.complex Tab 1 x 1

Kontrol ulang : Poliklinik 8 RSUPM tanggal 09 Agustus 2014

BAB IV

ANALISIS KASUS

4.1. Resume Pasien

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 35 tahun

dengan diagnosa Kehamilan Ektopik Terganggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

hasil anamnesa, pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan penunjang berupa

USG dan pemeriksaan laboratorium.

Page 32: Makalah kehamilan ektopik

32

Dilaporkan kasus seorang wanita hamil Ny. F.H., 35 tahun, G3P2A0, datang ke

RSUPM pada tanggal 01/08/2014 pukul 11.48 WIB, dengan keluhan utama nyeri perut

bagian bawah, hal ini telah dialami pasien sejak 5 hari ini. Nyeri bersifat terus menerus.

Nyeri dirasakan seperti ditusuk - tusuk dan tidak menjalar. Riwayat keputihan (+), bau

(-), gatal (-), sekret berwarna (-). Riwayat perdarahan di luar siklus haid (-). Riwayat

benjolan di perut (-). Riwayat penurunan berat badan dan nafsu makan (-). BAB (+)

Normal. BAK (+), nyeri saat BAK (+). Riwayat kencing berpasir (-). Riwayat kencing

berdarah (-). Pasien merupakan pasien konsul interna dengan diagnosis dispepsia tipe

like ulcer.

Pemeriksaan obstetrik didapatkan abdomen soepel, peristaltik (+) normal, nyeri

tekan (+) regio hipokondrium. TFU tidak teraba. Perdarahan pervaginam dijumpai

bercak darah kehitaman. Pada inspekulo tampak portio erosi (+), lividae (+), bercak

darah (+). VT didapatkan UT AF, parametrium kiri tegang, parametrium kanan lemas,

adneksa kiri tegang, adneksa kanan lemas, CD menonjol, nyeri goyang serviks (+).

USG didapatkan KK terisi baik, UT AF UK BB ukuran 7,5 x 4,2 x 3,8 cm, E Line (+),

cairan bebas (+), Kesan : Kehamilan ektopik terganggu

4.2. Pembahasan

TEORI KASUS

Page 33: Makalah kehamilan ektopik

33

Frekuensi dari kehamilan ektopik dan

kehamilan intrauteri dalam satu

konsepsi yang spontan terjadi dalam 1

dalam 30.000 kehamilan. Sebagian

besar wanita yang mengalami

kehamilan ektopik berumur antara 20-

40 tahun dengan umur rata-rata 30

tahun. Frekuensi KE yang berulang

dilaporkan berkisar antara 0-14,6%.

Dari anamnesis didapatkan amenore,

nyeri perut, perdarahan pervaginam

merupakan trias dari KET. Keluhan

nyeri mendadak yang dialami pasien

disebabkan oleh terjadinya ruptur pada

kehamilan ektopik, darah yg keluar

kemudian menyebabkan iritasi

peritoneum sehingga nyeri awalnya

dirasakan pada satu sisi abdomen

bagian bawah yang kemudian meluas

ke seluruh abdomen. Terjadinya

perdarahan pervaginam disebabkan

oleh luruhnya desidua endometrium

akibat matinya hasil konsepsi karena

ruptur tuba. Sedangkan amenorea

merupakan salah satu tanda tidak pasti.

Pemeriksaan ginekologi : tanda khas

untuk KET nyeri goyang porsio dan

penonjolan kavum douglas pada

pemeriksaan vaginal, dimana

Pada kasus ini dijumpai pasien

berumur 35 tahun

Mengarahkan diagnosis KET yaitu

adanya keluhan nyeri perut bagian

bawah yang dirasakan terus menerus,

terasa seperti ditusuk - tusuk.

Hasil yang didapatkan dari

pemeriksaan ginekologi semakin

memperkuat diagnosis KET pada

pasien yaitu parametrium dan adneksa

kiri tegang, kavum douglas menonjol.

Serta dijumpai nyeri goyang serviks

Page 34: Makalah kehamilan ektopik

34

penonjolan cavum douglas disebabkan

terisinya kavum douglas oleh darah

akibat ruptur dari tuba dan

menimbulkan rasa nyeri pada perabaan.

Pemeriksaan USG: pemeriksaan

penunjang USG juga semakin

mendukung diagnosis dari KET yaitu

didapatkan adanya cairan bebas dalam

cavum peritoneal.

Pemeriksaan penunjang lain yaitu Plano

test yang hasilnya (+) juga

menunjukkan bahwa sebelumnya

pasien hamil dan hasil ini semakin

memperkuat diagnosis KET.

Pemeriksaan laboratorium :

pemeriksaan hemoglobin dan jumlah

sel darah merah berguna dalam

menegakkan diagnosis kehamilan

ektopik terganggu, terutama bila ada

tanda-tanda perdarahan dalam rongga

perut.

Penatalaksanaan kehamilan ektopik

terganggu pada umumnya adalah

laparotomi.

Dari pemeriksaan USG didapatkan:

KK terisi baik, UT AF UK BB, E Line

(+), Cairan bebas (+).

Pemeriksaan test kehamilan: (+)

Laboratorium

Hb/ Ht/ L/ T : 7,5 / 21,8 / 20.400/ 394.000

Pada pasien dilakukan tindakan

laparatomi eksplorasi untuk

membersihkan darah yang berada

didalam cavum abdomen. Selain itu

dilakukan tindakan salpingektomi tuba

sinistra. Tindakan salpingektomi

dilakukan pada pasien karena telah

terjadi ruptur pada tuba daerah ampula.

Page 35: Makalah kehamilan ektopik

35

Metode ini lebih dipilih untuk

mencegah terjadinya kehamilan tuba

berulang.

Permasalahan :

1. Bagainana mendiagnosis pasien KE agar tidak berlanjut menjadi KET ?

2. Bagaimana penanganan awal pada pasien KET sebagai dokter umum ?

3. Bagaimana edukasi pada pasien KET post operatif ?

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita

yang bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang

gawat. Keadaan gawat dapat terjadi apabila terjadi kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian

Page 36: Makalah kehamilan ektopik

36

maternal selama kehamilan trimester pertama, karena janin pada kehamilan ektopik

secara nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu, maka para dokter menyarankan

untuk mengakhiri kehamilan.

Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan

blastokista. Vaskularisasinya kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna.

Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10

minggu.

Kehamilan ektopik sendiri memiliki triasnya yaitu, amenore, perdarahan vagian

ireguler, dan nyeri abdomen bagian bawah. Nyeri abdominal dilaporkan oleh 97%

pasien kehamilan ektopik dan 99% melaporkan nyeri abdominal atau pelvik. pada

sekitar 80%, kasus ini berkaitan dengan perdarahan pervaginam. Amenore sekunder

dengan durasi <2 minggu dilaporkan oleh 68% pasien. Secara karakteristik, nyeri yang

berkaitan dengan kehamilan ektopik dideskripsikan sebagai moderate hingga severe,

lateral, dan tajam.

Hal yang perlu diingat ialah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi

dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian

bawah, perlu dicurigai dugaan adanya kehamilan ektopik terganggu

5.2. Saran

Seorang klinisi harus mengetahui pola manajemen yang benar dalam menghadapi

pasien yang datang dengan kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu. Hal ini penting

untuk dapat mengenali tanda – tanda kegawatdaruratan pada pasien Kehamilan Ektopik

Terganggu sehingga penanganan dan penatalaksanaan yang akan dilakukan tidak

terlambat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Profitasari. 2006. Kehamilan Ektopik, Obstetri Williams, EGC, Jakarta : 982-1013

2. Saifuddin, A. 2005. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBPSP , Jakarta : 153-565.

3. Mansjoer, A. 2001. Kehamilan Ektopik Terganggu. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius. FKUI, Jakarta : 267-270.

Page 37: Makalah kehamilan ektopik

37

4. Harry Prawira Ezedin, 2008. Gambaran Kasus kehamilan Ektopik Terganggu di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Achmad Arifin Pekan Baru Periode 1 Januari 2003 – 31 Desember2005.http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/04/belibis_a17_gambaran_ket.pdf. accessed on August 18th, 2013. 15:09 p.m

5. Prawirohardjo S, Hanifa W. 2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

6. Kehamilan Ektopik. http://digilib.unsri.ac.id/download/Kehamilan%20Ektopik.pdfaccessed on August 18th, 2013. 15:13 p.m.

7. Moechtar R. 1998. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamilan Ektopik). Dalam: Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

8. Jones, DL. 2001.Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Jakarta : Hipokrates.

9. Prosedur invasif dengan bantuan USG TV. http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/692/prosedur_invasif_dengan_bantuan_ultrasonografi.pdf?sequence=2

10. Pernoll, M. L. (2001). Early Pregnancy Complication. Dalam M. L. Pernoll, Handbook of Obstetrics and Gunecology tenth edition (hal. 307-319). New York: McGraw-Hill.

11. Heard, M. J., & Buster, J. E. (2003). Ectopic Pregnancy. Dalam J. R, R. S. Scott, B. Y. Gibbs, A. F. Karlan, & D. N. Haney, Danforth's Obstetrics and Ginecology 9th editin (hal. 52-60). Chicago: Lippincott Williams and Wilkins.

12. Murray, H., Baakdah, H., Bardell, T., Tulandi, T., Diagnosis and Treatment of Ectopic Pregnancy, CMA Media Inc. (CMAJ),2005;173(8), diunduh dari http://www.cmaj.ca.full.pdf+html (13 Agustus 2014)