Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

34
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi 1

Transcript of Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

Page 1: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang

dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.

Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba

dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.

Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)

terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga

abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya

kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika

pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD

(Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas,

kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.

Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung

lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan

vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ,

terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat

mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika

tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.

Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua

wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu,

adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan

sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin

berlipat ganda.

Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada

reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for

Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di

1

Page 2: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

Amerika Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data

statistik pada tahun 1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu

dalam 1000 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham

pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7

dalam 100 persalinan.

Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto

Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153

kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26

persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada

kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi

kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai

14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUP dr. M. Djamil

padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612

kehamilan.

Menurut data yang diperoleh dari di Ruang Camar III bagian Rawat

Inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, kasus

kehamilan ektopik menduduki peringkat ke-8 dari 10 kasus Ginekologi

terbanyak pada tahun 2004. Menurut data yang diperoleh dari di Ruang

Camar III bagian Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru, kasus kehamilan ektopik menduduki peringkat ke-8

dari 10 kasus Ginekologi terbanyak pada tahun 2004.

Jika ditemukan kehamilan ektopik terganggu, maka penanganan

satu-satunya adalah dengan pembedahan, yaitu laparotomi. Pada laparotomi,

eksplorasi kedua indung telur (ovarium) dan tuba fallopii. Jika terjadi

kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (tuba yang pecah dan

hasil pembuahan dieksisi bersama-sama). Namun jika kerusakan pada tuba

hanya kecil, lakukan salpingostomi (hasil konsepsi / pembuahan

dikeluarkan, dan tuba dipertahankan.

2

Page 3: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas II

2. Tujuan Khusus

a. Mendefinisikan dan menjelaskan terjadinya kehamilan ektopik

terganggu.

b. Mengidentifikasi penyebab terjadinya kehamilan ektopik

terganggu.

c. Mengidentifikasi dan menjelaskan tanda dan gejala pada kehamilan

ektopik terganggu.

d. Mengidentifikasi dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik

kehamilan ektopik terganggu.

e. Mendiskusikan penatalaksanaan medis dan keperawatan pada

kehamilan ektopik terganggu.

C. MANFAAT

1. Mahasiswa dapat memahami definisi kehamilan ektopik terganggu.

2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari kehamilan ektopik terganggu.

3. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pada kehamilan ektopik

terganggu.

4. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis pada kehamilan

ektopik terganggu.

5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic kehamilan ektopik

terganggu.

3

Page 4: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan

ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau

rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar

biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter rahim.

Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang telah

dibuahi tidak melekat pada dinding rahim namun melekat di tempat lain

yang bukan semestinya, yaitu pada rongga perut, leher rahim, indung telur

atau pada saluran telur (tuba falopi).

Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang

dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.

Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah sebuah keadaan gawat

darurat yang terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa

ibu dan perkembangan kehidupan janin.

Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan ektopik yang

terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi

wanita tersebut. (Sarwono Prawirohardjo,1989)

B. ETIOLOGI

Penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar

penyebabnya tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan

telur di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus

mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba.

4

Page 5: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus

sehingga mengadakan implantasi di tuba:

a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk

trofoblast sebelum telur ada cavum uteri.

b. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini

sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.

c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat

menjadi sebab lumen tuba menyempit.

d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan

pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi

gerakan ovum ke uterus lambat.

e. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat

panjang dsb.

f. Gangguan fisilogis tuba karena pengaruh hormonal, perlekatan

perituba. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan

lumen tubuh.

g. Abortus buatan.

Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri

menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita

kehamilan ektopik, yaitu :

1) Faktor dalam lumen tuba :

Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan

lumen tuba.

Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba dan berkelok – kelok.

Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna.

2) Faktor pada dinding tuba :

Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya

implantasi tuba.

Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi ovum.

3) Faktor di luar dinding tuba :

Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba.

5

Page 6: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

Tumor yang menekan dinding tuba.

Pelvic Inflammatory Disease (PID)

d. Faktor lain :

Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun.

Fertilisasi in vitro.

Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.

Infertilitas.

Mioma uteri.

Hidrosalping. (Rachimhadhi, 2005 )

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda: Dari

perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya

gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan

tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau

ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik terganggu, derajat perdarahan yang

terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.

Kisah yang khas dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang

wanita yang sudah terlambat haidnya, nyeri perut kadang-kadang lebih

nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya pasien pening dan

kadang-kadang pinsan sering keluar darah pervaginam.

1. Nyeri perut : nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri

datang  setelah mengangkat benda yang berat. Buang air besar

namun kadang-kadang bisa juga pada waktu sedang istirahat.

2. Adanya amenorea : amenorea sering di temukan walaupun hanya

pendek saja sebelum di ikuti oleh perdarahan.

3. Perdarahan :  perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya

berwarna hitam.

4. Shock karena hypovoluemia.

5. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma). 

6

Page 7: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

6. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak

kembung.

7. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.

8. Gangguan kencing : kadang-kadang terdapat gejala besar kencing

karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.

9. Perubahan darah : dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun

pada kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang

banyak dalam rongga perut.

Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah :

(Saifiddin, 2002; Cunningham et al, 2005).

1. Riwayat keterlambatan haid atau amenorrhea yang diikuti

perdarahan abnormal (60-80%).

2. Nyeri abdominal atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik

baru dapat ditegakkan pada usia kehamilan 6 – 8 minggu saat

timbulnya gejala tersebut di atas. Gejala lain yang muncul biasanya

sama seperti gejala pada kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh

pada payudara, lemah, nyeri bahu, dan dispareunia.

3. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic tenderness,

pembesaran uterus dan massa adneksa.

D. PATOFISIOLOGI

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla

tuba (lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri,

ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat

berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar.

Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi

jonjot endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga

zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot

menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian

tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut

pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan

7

Page 8: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah

di tempat tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan

perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat

implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat

invasi trofoblas.

Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun

mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron,

sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun

ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa

trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik,

intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol. Perubahan selular

demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.

Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk

berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan

terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada

kehamilan ektopik adalah:

1. hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi,

2. abortus ke dalam lumen tuba, dan

3. ruptur dinding tuba.

Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars

ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars

isthmica. Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna

atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan

terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan

membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui

ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum

Douglas dan membentuk hematokel retrouterina.

Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih

awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada

kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu)

karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif,

8

Page 9: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka sebagai

kehamilan intrauterin biasa.

Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat

berakibat fatal karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika.

Oleh sebab itu kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik

dengan angka mortalitas tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum

uteri cukup besar sehingga histerektomi pun diindikasikan.

Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars

interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan,

seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin

terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan

dengan plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di

rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba

akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus

dan ligamen (Rachimhadhi, 2005).

E. PATHWAY

9

Page 10: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Fisik :

Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah

adneksa.

Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan

ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut

tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.

2. Pemeriksaan Ginekologis :

Pemeriksaan dalam : seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada

uteris kanan dan kiri.

3. Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).

Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat

meningkat.

USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, adanya

kantung kehamilan di luar kavum uteri, adanya massa komplek di

rongga panggul.

Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah

dalam kavum Douglas ada darah.

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong

gestasi di luar uterus.

(Mansjoer, dkk, 2001).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk

tindakan operatif gawat darurat.

10

Page 11: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk

melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus

dihentikan.

3. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh

dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit

pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan

berlangsung).

4. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion

berikut ini:

Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah melalui alat

pengisap dan wadah penampung yang steril.

Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam

kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia

masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih)

dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.

Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan

pada bagian tabung tetesan.

5. Tindakan dapat berupa :

Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang

mengandung hasil konsepsi.

Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba

tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan

hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi

bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang

kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).

6. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi

transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya

pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang

luas.

7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:

Ketoprofen 100 mg supositoria.

11

Page 12: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

Tramadol 200 mg IV.

Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi

hipersensitivitas).

8.    Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.

9.  Konseling pasca tindakan : kelanjutan fungsi reproduksi.

Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan

masih dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 2 pilihan, yaitu

penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah. (Sarwono

Prawirohardjo,2002)

a. Penatalaksanaan Medis

Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat

merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Tindakan

konservativ medik dilakukan dengan pemberian methotrexate.

Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk

terapi keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit

trofoblastik, methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila

diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik, methotrexate

diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan

terminasi kehamilan tersebut.

Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun

dosis multipel. Dosis tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2

(intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan adalah

sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari

ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke

dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular),

dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis

multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba

dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9.

Methotrexate dapat pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi

tepat ke dalam massa hasil konsepsi. Terapi methotrexate dosis

12

Page 13: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan

ektopik yang belum terganggu.

Kandidat - kandidat penerima tatalaksana medis harus

memiliki syarat - syarat berikut ini:

1. Keadaan hemodinamik yang stabil dan tidak ada tanda robekan

dari tuba.

2. Tidak ada aktivitas jantung janin.

3. Diagnosis ditegakkan tanpa memerlukan laparaskopi.

4. Diameter massa ektopik < 3,5 cm,.

5. Kadar tertinggi β-hCG < 15.000mIU/ ml.

6. Harus ada informed consent dan mampu mengikuti follow up, serta

7. Tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate.

b. Penatalaksanaan Bedah

Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien

dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah

terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan

harus dilakukan secepat mungkin.

Salpingostomi

Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil

konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di

sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi

linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil

konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Insisi kemudian

dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali).

Salpingotomi

Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali

bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali.

Salpingektomi

Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:

- Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu),

13

Page 14: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

- Pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,

- Terjadi kegagalan sterilisasi,

- Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba

sebelumnya,

- Pasien meminta dilakukan sterilisasi,

- Perdarahan berlanjut pascasalpingotomi,

- Kehamilan tuba berulang,

- Kehamilan heterotopik, dan

- Massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm.

Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil

konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump)

diikat dengan jahitan ligasi. Arteria tuba ovarika diligasi,

sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan. Tuba yang

direseksi dipisahkan dari mesosalping.

Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi

Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat

dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi.

Dengan menyemburkan cairan di bawah tekanan dengan alat

aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong

dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila

massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak

dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan.

(Chalik, 2004).

H. ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK

TERGANGGU

1. Pengkajian

Pada pengkajian masalah pertama yang dikaji adalah masalah

identitas karena didalam identitas yang terkait dengan kasus KET

14

Page 15: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

adalah umur karena kasus KET banyak terjadi pada wanita dengan

usia kurang lebih 30 tahun.

Pada kasus KET keluhan utama yang biasa dirasakan klien

adalah seperti halnya kehamilan normal biasanya yaitu amenore, ibu

juga merasakan nyeri pada perut, bahkan klien dapat terjadi syok,klien

juga mengalami perdarahan yang berulang dengan warna darah hitam,

selain itu pasien juga merasakan nyeri bahu dan leher karena iritasi

diagframa. ( Buku Obstetri Patologi Universitas Padjajaran 1984 ).

Pada riwayat hidup dan riwayat lainnya kasus KET sama

dengan yang lainnya, sedangkan pada riwayat kehamilan sekarang

uterus membesar karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron,

sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick

pun ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua,

meskipun tanpa trofoblas. (Wibowo B,2007)

2. Diagnosa yang Muncul

a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh b/d perdarahan.

b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d pembesaran buah kehamilan

extrauterin.

c. Resiko shock b/d perdarahan hebat.

d. Gangguan psikologis (cemas) b/d krg pengetahuan tentang

kesuburan yang mengancam.

3. Intervensi

a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh b/d

perdarahan.

o Kaji perdarahan (juml, warna, gumpalan).

o Cek. Hb.

o Anjurkan banyak minum.

o Anjurkan Bed rest.

o Kolaborasi dengan tim medis : transfusi darah.

15

Page 16: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d pembesaran buah

kehamilan extrauterin.

o Kaji tingkat nyeri klien.

o Durasi, lokasi, frekwensi, jenis nyeri (akut, kronik,

mendadak, terus2).

o Ciptakan lingkungan yg nyaman.

o Ajarkan tehnik relaxasi dan distraksi.

o Kompres dingin.

o Posisi yang nyaman

o Kolaborasi dengan tim medis : analgetik.

c. Resiko shock b/d perdarahan hebat.

o Monitor vital sign.

o Kaji perdarahan.

o Cek Hb.

o Pasang infus.

o Check golongan darah.

o Kolaborasi dengan tim medis : transfusi darah.

o Observasi tanda shock.

d. Gangguan psikologis (cemas) b/d krg pengetahuan

tentang kesuburan yang mengancam.

o Kaji takut kecemasan.

o Kaji takut pengetahuan.

o Ajari pasien untuk lebih terbuka.

o Beri penjelasan tentang proses penyakit.

16

Page 17: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

   Kehamilan merupakan fase yang cukup penting dalam kehidupan

manusia. Beberapa wanita pasti mendambakan kehamilan dan kehadiran buah

hati yang akan menciptakan keharmonisan keluarga. Tetapi kehamilan juga

merupakan tahap yang mencemaskan, karena mereka merasakan khawatir

jika terjadi gangguan pada proses kehamilan. Salah satu gangguan dalam

kehamilan tersebut diantaranya adalah Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

atau hamil di luar kandungan (Sulistyani, 2009).

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan masalah bagi kaum

wanita, di mana ovum yang telah dibuahi sperma berimplantasi dan tumbuh

di luar kandungan. Dalam 20 tahun ini ada kecenderungan peningkatan angka

kejadian kehamilan ektopik di dunia, tetapi angka kejadian Kehamilan

Ektopik Terganggu (KET) masih sulit untuk diperkirakan secara tepat.           

17

Page 18: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

B. Saran

1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara

komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu

kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososialkultural.

2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari

berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan

kehamilan ektopik terganggu

3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan

kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi

perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan

perkembangan untuk mengatasi masalah Pada pasien dengan kehamilan

ektopik terganggu.

18

Page 19: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Kehamilan Ektopik. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 200; 267-270

Manuaba,dkk. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007

Wibowo B. 2007. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Moechtar R. 1998. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamilan Ektopik). Dalam: Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

http://mantrinews.blogspot.com/2012/01/asuhankeperawatankebidanan-pada.html, di akses pada tanggal 25, maret 2012, pukul 13.00 WIB

http://kti-akbid.blogspot.com/2012/01/kehamilan-ektopik-terganggu.html,  di akses pada tanggal 25 maret 2012, pukul 13.20 WIB

19

Page 20: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

TUGAS TERSTRUKTUR MATERNITAS II

“Kehamilan Ektopik Terganggu”

Dosen Pengampu : Atun Roudotul M. M. Kep

KELAS VI B

KELOMPOK : 1

1. Anggi Tyas W. 09/1298/PR/0011

2. Dyah Ayu Puspitasari 09/1319/PR/0032

3. Isfidia Widuri I. 09/1340/PR/0053

20

Page 21: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

4. Warnoto 09/1410/PR/0123

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmatnya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”KEHAMILAN EKTOPIK

TERGANGGU” Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan makalah

kami tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan serta masih banyak kekurangan didalamnya. Akan besar

manfaatnya apabila pembaca berkenan memberi saran dan kritik yang bersifat

membangun yang dapat kami pergunakan sebagai perbaikan dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan

pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

 

Purwokerto, Maret 2012

21

Page 22: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

Penyusun

 

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................ii

Daftar Isi ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang........................................................................1

b. Tujuan ....................................................................................3

c. Manfaat...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................4

a. Definisi ..................................................................................4

b. Etiologi ...................................................................................4

c. Manifestasi klinis ...................................................................6

d. Patofisiologi............................................................................7

e. Pathway ................................................................................10

f. Pemeriksaan diagnostik ........................................................11

g. Penatalaksanaan medis .........................................................11

h. Askep kehamilan ektopik terganggu.....................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................18

22

Page 23: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Kel 1

A. Kesimpulan...........................................................................18

B. Saran......................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................20

23

iii