REFERAT Kehamilan Ektopik Terganggu

download REFERAT Kehamilan Ektopik Terganggu

of 26

description

gdvcfder

Transcript of REFERAT Kehamilan Ektopik Terganggu

  • REFERAT

    KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

    Disusun Oleh:

    Handaru Wedya Pawitra

    2051210035

    Pembimbing:

    Dr. Fitriana Handayani, Sp.OG

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

    RSD Mardi Waluyo Blitar

    Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

    2012

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan

    hidayah-Nya panulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Kehamilan Ektopik

    Terganggu. Tujuan penulisan referat ini adalah guna memenuhi persyaratan dalam

    menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit

    Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang-RSD Mardi Waloyo

    Blitar. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing kami Dr. Fitriana

    Handayani, Sp.OG atas bimbingan dalam penulisan referat ini.

    Penulis menyadari referat ini masih memiliki kekurangan, untuk itu kritik dan

    saran penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penulisan referat. Semoga

    bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

    Blitar, 20 Desember 2012

    Penulis

  • 2

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    Latar Belakang...................................................................................................... 1

    Rumusan Masalah................................................................................................... 2

    Tujuan................................................................................................................ 2

    Manfaat................................................................................................................. 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi.............................................................................................................. 3

    Etiologi.................................................................................................................... 5

    Patofisiologi............................................................................................................ 10

    Gambaran Klinik...................................................................................................... 15

    Diagnosis................................................................................................................. 16

    Penatalaksanaan................................................................................................... 17

    Prognosis dan Komplikasi...................................................................................... 20

    Diagnosis Banding.................................................................................................. 21

    BAB III PENUTUP.

    Kesimpulan.............................................................................................................. 22

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 23

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Kehamilan ektopik merupakan masalah yang besar bagi wanita yang sedang dalam usia

    reproduktif. Hal ini merupakan hasil dari kesalahan dalam fisiologi reproduksi manusia yang

    membiarkan hasil konseptus untuk berimplantasi dan matang diluar kavitas endometrium,

    yang secara langsung akan berakhir pada kematian fetus. Tanpa diagnosis dan

    penatalaksanaan yang tepat, kehamilan ektopik ini dapat menjadi keadaan yang

    membahayakan jiwa 3.

    Kehamilan ektopik menjadi penyebab utama kematian yang berhubungan dengan

    kehamilan dalam trimester pertama kehamilan di Amerika Serikat. Dengan terjadinya

    keadaan sakit yang tiba-tiba akibat kehamilan ektopik, masa depan kemampuan wanita untuk

    hamil kembali dapat terpengaruh menjadi buruk 1.

    Kehamilan ektopik pertama kali diungkapkan pada abad ke-11, dan, sampai pertengahan

    abad ke-18, biasanya berakibat fatal. John Bard melaporkan satu intervensi bedah yang

    berlangsung sukses untuk mengobati sebuah kehamilan ektopik di New York pada tahun

    1759. Angka keselamatan pada awal abad ke-19 sangat kecil, satu laporan mengatakan hanya

    5 dari 30 yang dapat selamat dari operasi abdominal. Menariknya, angka keselamatan pasien

    yang tidak diobati 1 dari 3 5.

    Pada permulaan abad ke-20, kemajuan pesat dalam ilmu anestesi, antibiotik, dan transfuse

    darah berperan dalam menurunkan angka kematian ibu. Pada awal pertengahan abad ke-20,

    tercatat 200-400 kematian per 10.000 kasus. Sejak tahun 1970, Centers for Disease Control

    and Prevention (CDC) mulai mencatat dan membuat statistik mengenai kehamilan ektopik,

    dilaporkan terdapat 17.800 kasus. Pada tahun 1992, angka kehamilan ektopik meningkat

    menjadi 108.000 kasus. Namun, angka kematian menurun dari 35,5 per 10.000 kasus pada

    tahun 1970 menjadi 2,6 per 10.000 kasus pada tahun 1992.6

    Rumusan Masalah

    1. Apakah definisi, etiologi dan patogenesis Kehamilan Ektopik Terganggu?

    2. Bagaimanakah gambaran klinis Kehamilan Ektopik Terganggu?

    I.3. Tujuan

    1. Mampu menjelaskan definisi, etiologi, dan patogenesis dari Kehamilan Ektopik

    Terganggu

    2. Mampu menjelaskan gambaran klinis dari Kehamilan Ektopik Terganggu

  • 4

    3. Mampu mendiagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu berdasarkan gejala klinis,

    pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta mampu menentukan terapi

    dengan tepat.

    I.4. Manfaat

    Manfaat dari pembuatan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan

    mengenai kehamilan ektopik baik untuk penulis pada khususnya maupun untuk pembaca pada

    umumnya.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi oleh

    spermatozoa berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus1. Berdasarkan

    tempat implantasinnya 4

    Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba

    falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian

    besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga

    perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.

    Kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan 7

    Tuba Fallopii

    Uterus (diluar endometrium kavum uterus)

    Ovarium

    Intraligamenter

    Abdominal

    Kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus

    Berdasarkan penggolongan diatas, maka kehamilan ektopik paling sering terjadi di Tuba (

    97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di isthmus, dan 17 % di fimbriae.

    Sisa 3 % berlokasi di uterus, ovarium, abdominal, dan intraligamenter, dimana sekitar 2-2,5%

    muncul di kornua uterus.2

    Gambar 1.1 : Lokasi terjadinya kehamilan ektopik

    Ada beberapa pendapat yang menggolongkan kehamilan ektrauterin, namun pendapat ini

    tidaklah tepat karena kehamilan di kornu, servik uterus termasuk dalam kehamilan ektopik. 4

  • 6

    2.2 EPIDEMIOLOGI

    Insiden dari kehamilan ektopik digambarkan dalam berbagai macam cara pada beberapa

    literature. Denominator yang paling umum digunakan adalah jumlah konsepsi yang dikenali,

    yang mana digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per 1000 konsepsi. Denominator

    lainnya adalah jumlah wanita dalam usia produktif, yang digambarkan sebagai jumlah

    kehamilan ektopik per 10.000 wanita dalam rentang usia 14-44 tahun, dan jumlah total

    kelahiran yang digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per 1000 kelahiran 5.

    Akan sangat baik bila dapat menghitung insiden kehamilan ektopik per 1000 total

    konsepsi. Namun, bagaimanapun juga, sejak abortus spontaneous dan banyak abortus yang

    direncanakan tidak dilaporkan, denominator itu selalu lebih kecil dibandingkan dengan angka

    yang sebenarnya, dan juga sejak kehamilan ektopik asimptomatis yang tidak diketahui

    sehingga tidak dilaporkan. Hal ini mengakibatkan insiden kehamilan ektopik per 1000 total

    konsepsi yang sebenarnya tidak akan dapat diukur secara tepat. Jumlah insiden yang

    dilaporkan di literature, bagaimanapun juga, merupakan perkiraan yang baik dan, sejak

    metodologi yang digunakan sama , maka dapat dibandingkan secara tepat.7

    Pada perkembangan terbaru, di Inggris Raya, kehamilan ektopik masih merupakan

    penyebab terbesar pada kematian ibu hamil trimester pertama. Hampir 32.000 kehamilan

    ektopik terjadi yang tercatat setiap tahunnya di Inggris Raya. Di Amerika Serikat, jumlah

    kejadian setiap tahunnya menurun dari 58.178 pada tahun1992 menjadi 35.382 pada tahun

    1999. Di Norwegia, diperkirakan angka kejadian ini menurun seiring dengan menurunnya

    angka kejadian Pelvic Inflammatory Disease (PID).8

    2.3 ETIOLOGI

    Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar penyebabnya

    masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan pembuahan didalam ampulla

    tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat

    nidasi masih berada di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Resiko terjadinya kehamilan

    ektopik ini meningkat dengan adanya beberapa factor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat

    kehamilan ektopik sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi pelvis, paparan Diethylstil-bestrol

    (DES), penggunaan IUD, dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-faktor ini mungkin

    berbagi mekanisme umum yang dapat berupa mekanisme anatomis, fungsional, atau

    keduanya. Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari implantasi ektopik dengan tidak

    adanya alat pendeteksi kelainan tuba 6

    Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan berjalan kedalam

    tuba ketempat implantasi. Mekanisme apapun yang mengganggu fungsi normal dari tuba

    fallopii selama proses ini meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik. Kehamilan

    ovarium dapat terjadi apabila spermatozoa memasuki folikel de Gaaf yang baru pecah dan

  • 7

    membuahi sel telur yang masih tinggal dalam folikel, atau apabila sel telur yang dibuahi

    bernidasi di daerah endometriosis di ovarium. Kehamilan intraligamenter biasanya terjadi

    sekunder dari kehamilan tuba atau kehamilan ovarial yang mengalami rupture dan mudigah

    masuk di antara 2 lapisan ligamentum latum. Kehamilan servikal berkaitan dengan faktor

    multiparitas yang beriwayat pernah mengalami abortus atau operasi pada rahim termasuk

    seksio sesarea. Sedangkan kehamilan abdominal biasanya terjadi sekunder dari kehamilan

    tuba, walau ada yang primer terjadi di rongga abdomen.9

    Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor pada tuba yang dapat mendukung terjadinya

    kehamilan ektopik 2 :

    1. Faktor dalam lumen tuba :

    a) Endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan endosalping, sehingga

    lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;

    b) Lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk yang dapat terjadi pada hipoplasia

    uteri. Hal ini dapat disertai kelainan fungsi silia endosalping;

    c) Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan sterilisasi

    yang tidak sempurna.

    Gambar 1.2. Gambaran mikroskopik dari saluran tuba

    2. Faktor pada dinding tuba :

    a) Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam

    tuba;

    b) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur

    yang dibuahi ditempat itu.

    3. Faktor diluar dinding tuba :

    a) Perlekatan peritubal dengan distorsiatau lekukan tuba dapat menghambat

    perjalanan telur;

    b) Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

  • 8

    4. Faktor lain :

    a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri- atau

    sebaliknya- dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus.

    Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi

    premature

    b) Fertilisasi in vitro.

    Diantara faktor-faktor tersebut diatas, salpingitis akut merupakan penyebab utama. Sequele

    morfologik berpengaruh pada setengah dari episode awal kehamilan ektopik. Tempat keluar

    ovum pada ovulasi di ovarium juga disinyalir mempunyai peran dalam kehamilan ektopik.

    Ovulasi yang berasal dari arah kontralateral dari ovarium telah dianggap sebagai penyebab

    dari terlambatnya transport blastokist, dan oleh Breen, dilaporkan bahwa ovulasi dari arah

    kontralateral ditemukan pada sepertiga dari gestasi tuba yang diobati dengan laparatomi.

    Bagaimanapun juga, Saito dkk. mengamati bahwa bagian dari tuba dimana terjadi implantasi

    pada wanita dengan kehamilan ektopik adalah sama pada apakah korpus luteum berada di

    ipsilateral atau kontralateral. Jika transmigrasi adalah salah satu faktor, hipotesis dari mereka

    adalah ada banyak insiden terjadinya kehamilan di distal tuba dengan ovulasi dari

    kontralateral ovarium 11

    .

    Penyebab lain yang lebih fisiologik adalah ketidakseimbangan hormonal, yang mana

    peningkatan kadar estrogen atau progesterone yang beredar dapat merusak kontraktilitas

    normal tuba. Kenaikan rata-rata kehamilan ektopik dilaporkan terjadi pada wanita yang

    digambarkan secara fisiologis dan farmakologis mempunyai kadar progestin yang

    meningakat. Secara iatrogenik, dapat terjadi peningkatan estrogen dan progesterone setelah

    induksi ovulasi baik itu dengan clomiphene citrate atau human menopausal gonadotrophins,

    dan dilaporkan terjadi kenaikan angka kehamilan ektopik pada wanita dengan perlakuan

    seperti itu. Kemungkinan penyebab lainnya adalah perkembangan embrionik yang abnormal.

    Stratford memeriksa 44 konseptus dari gestasi ektopik dengan mikrodiseksi dan potongan

    histologik dan menemukan sekitar duapertiga abnormal dan setengahnya mempunyai

    binormalitas struktural umum. Kelainan abnormal-abnormal ini dapat mengganggu transport

    normal di tuba.7

    Bahwa kehamilan yang mucul yang dikarenakan kegagalan beberapa metode kontrasepsi

    mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menjadi ektopik dibandingkan pada wanita

    yang hamil karena tidak memakai alat kontrasepsi. Wanita yang menjadi hamil sewaktu

    memakai IUD Copper T380 atau kontrasepsi oral progestin saja, mempunyai kemungkinan

    5% lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik. Wanita yang menjadi hamil selama

    memakai progesterone-releasing IUD bahkan lebih tinggi, sekitar 25%, bahkan bila

    dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai alat kontrasepsi sama sekali, kemungkinan

    terjadi kehamilan ektopik lebih besar dua lipat. Hal ini disebabkan progesterone menghambat

  • 9

    kontraksi tuba. Walaupun pada banyak laporan yang mengatakan bahwa riwayat aborsi yang

    diinduksi meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik. menunjukkan metode statistik

    yang digunakan untuk mengontrol efek dari faktor-faktor resiko, riwayat dari satu aborsi yang

    diinduksi tidak meningkatkan secara bermakna kemungkinan terjadi kehamilan ektopik. Efek

    itu baru akan nyata bila sudah dua atau lebih aborsi 10

    .

    Metode IUD/ Spiral

    Alat ini istilahnya adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan sering juga disebut

    IUD, singkatan dari Intra Uterine Device. AKDR biasa dianggap tubuh sebagai benda asing

    menimbulkan reaksi radang setempat. AKDR yang dililiti kawat tembaga dalam konsentrasi

    kecil yang dikeluarkan dalam rongga uterus selain menimbulkan reaksi radang seperti pada

    IUD biasa, juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali. IUD yang menge

    luarkan hormon juga menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi pasase sperma 10

    .

    Beberapa produk IUD saat ini terbuat dari bahan yang tidak kondusif bagi zygote sehingga

    bisa membunuhnya dan proses kehamilan tidak terjadi. Dengan demikian, maka sebagian

    metode IUD itu telah menyalahi ajaran syariah Islam karena melakukan pembunuhan atas

    zygote yang terbentuk dengan menciptakan ruang yang tidak kondusif kepadanya. Badan

    Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberikan penghargaan

    terhadap fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memperbolehkan vasektomi, asalkan

    dengan tujuan yang tidak menyalahi syariat. Fatwa MUI memperbolehkan vasektomi dengan

    syarat untuk tujuan yang tidak menyalahi syariat, tidak menimbulkan kemandulan permanen,

    dan ada jaminan dapat dilakukan rekanalisasi. Selain itu, dapat mengembalikan fungsi

    reproduksi seperti semula serta tidak menimbulkan bahaya atau mudarat bagi yang

    bersangkutan 10

    .

    2.4 PATOFISIOLOGI

    Kebanyakan dari kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopii. Tempat yang paling umum

    terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian berturut-turut adalah isthmus

    (12%), fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah intersisial tuba (2%), dan seperti yang

    disebut pada bagian diatas, kehamilan ektopik non tuba sangat jarang. Kehamilan pada daerah

    intersisial sering berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala

    yang muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya menghasilkan

    perdarahan yang sangat banyak bila terjadi rupture.8

    Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan

    halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada yang

    pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur

    selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan

    diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping.

  • 10

    Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan

    yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di

    tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis

    menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan

    pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti

    tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi

    trofoblas. Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum gravidatis

    dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat pula berubah menjadi

    desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut

    fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik,

    lobuler, dan berbentuk tidak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan

    kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan

    ektopik 4.

    Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik dalam tuba.

    Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak

    mungkin janin dapat tumbuh secara utuh seperti di uterus. Sebagian besar kehamilan tuba

    terganggu pada umur kehamilan antara 6 minggu sampai 10 minggu. Kemungkinan itu antara

    lain 9

    1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

    Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi

    kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh

    apa-apa, hanya haidnya saja yang terlambat untuk beberapa hari.

    2. Abortus tuba

    Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi koriales

    pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari koriales pada dinding

    tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi

    sebagian atau seluruhnya, tergantung dari derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan

    menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian

    didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung

    pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan tuba

    pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales kea rah peritoneum

    biasanya terjadi pada kehamilan pars isthmika. Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars

    amoullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi

    dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit 3.

    Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus

    berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai berubah menjadi mola kruenta.

    Perdarahan akan keluar melalui fimbriae dan masuk rongga abdomen dan terkumpul secara

  • 11

    khas di kavum Douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae tertutup,

    tuba fallopii dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping 6.

    3. Ruptur tuba

    Penyusupan, dan perluasan hasil konsepsi dapat mengakibatkan rupture pada saluran lahir

    pada beberapa tempat. Sebelum metode pengukuran kadar korionik gonadotropin tersedia,

    banyak kasus kehamilan tuba berakhir pada trimester pertama oleh rupture intraperitoneal.

    Pada kejadian ini lebih sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan biasanya

    muncul pada kehamilan muda, sedangkan bila berimplantasi di pars intersisialis, maka

    muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau karena

    trauma ringan seperti koitus atau pemeriksaan vagina 5.

    Gambar 1.3. Ruptur tuba

    Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan ostium tuba tertutup.

    Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis karena invasi dari trofoblas, akan pecah

    karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi diarah ligamentum latum dan

    terbentuk hematoma intraligamenter. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan

    intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila

    robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Bila pasien tidak

    mati dan meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita

    dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi kembali, namun bila

    besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion. Bila janin yang dikeluarkan tidak mati dengan

    masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta yang utuh, kemungkinan

    tumbuh terus dalam rongga abdomen sehingga terjadi kehamilan abdominal sekunder 8.

  • 12

    2.5 GAMBARAN KLINIK

    Pada wanita dengan faktor resiko untuk kehamilan ektopik, dengan penggunaan tes

    hormonal awal dan sonografi vagina, sekarang dimungkinkan untuk menegakkan diagnosis

    dari kehamilan ektopik sebelum keluar gejala. Namun, bila umur gestasi sudah meningkat dan

    perdarahan intraperitoneal muncul karena keluarnya dari dari fimbriae atau ruptur, maka

    dapat timbul gejala. Bila memang terjadi kehamilan ektopik namun belum muncul gejala,

    maka kita sebut kehamilan ektopik belum terganggu 1.

    Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri abdomen, amenore, dan

    perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut menjadi sangat penting dalam memikirkan

    diagnosis pada pasien yang datang dengan kehamilan di trimester pertama. Namun

    sayangnya, hanya 50% pasien dengan kehamilan ektopik ini yang menampilkan gejala-gejala

    tersebut secara khas. Pasien yang lain mungkin muncul gejala-gejala yang umumnya terjadi

    pada masa kehamilan awal termasuk mual, lelah, nyeri abdomen ringan, nyeri bahu, dan

    riwayat disparenu baru-baru ini. Sedangkan gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu,

    seperti tersebut diatas, dapat berbeda-beda, dari yang khas sampai tidak khas sehingga sukar

    untuk mendiagnosisnya. 7

    Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda vital dan pemeriksaan abdomen dan

    pelvik. Hipotensi dan takikardi yang dapat terjadi akibat perdarahan banyak akibat ruptur tuba

    tidak dapat memperkirakan adanya kehamilan ektopik walau tanda itu menunjukkan perlunya

    resusitasi segera, bahkan faktanya kedua hal tersebut lebih khas pada komplikasi kehamilan

    intrauterin. Lebih jauh lagi, tanda vital yang normal tidak dapat menyingkirkan adanya

    kehamilan ektopik. Pada pemeriksaan dalam, dapat teraba kavum douglas yang menonjol dan

    terdapat nyeri gerakan serviks. Adanya tanda-tanda peritoneal, nyeri gerakan serviks, dan

    nyeri lateral atau bilateral abdomen atau nyeri pelvik meningkatkan kecurigaan akan

    kehamilan ektopik dan merupakan temuan yang bermakna. Disisi yang lain, ketidakadaan

    tanda dan gejala ini tidak menyingkirkan kehamilan ektopik. Terabanya massa adneksa juga

    tidak dapat memperkirakan kehamilan ektopik secara tepat. Dalam penelitian ini massa

    adneksa hanya muncul kurang dari 10% pada pasien yang di diagnosis dengan kehamilan

    ektopik. Satu yang harus diingat juga adalah pemeriksaan pelvik benar-benar normal pada

    kira-kira 10% pasien dengan kehamilan ektopik. Kesimpulannya, beberapa riwayat dan

    penemuan pemeriksaan fisik menngkatkan kecurigaan terhadap kehamilan ektopik. Untuk itu,

    bagaimanapun juga, tidak ada kombinasi penemuan yang boleh dianggap oleh seorang dokter

    di ruang gawat darurat yang menyimpulkan adanya kehamilan ektopik berdasarkan penemuan

    klinik saja.5

    Macam - macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain 4 :

    1. Kehamilan Abdominal

    Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan intra perito

  • 13

    neal)

    2. Kehamilan Ampula

    Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus

    tuba.

    3. Kehamilan Servikal

    Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servi

    kalis uteri.

    4. Kehamilan Heterotopik Kombinasi

    Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.

    5. Kehamilan Kornu

    Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.

    6. Kehamilan Interstisial

    Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.

    7. Kehmailan Intraligamenter

    Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya keha

    milan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.

    8. Kehamilan Ismik

    Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.

    9. Kehamilan Ovarial

    Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permuka

    an ovarium.

    10. Kehamilan Tuba

    Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.

    2.6 DIAGNOSIS

    Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik yang belum terganggu

    sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau abortus dahulu sehingga

    menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis, dengan anamnesis yang teliti dapat

    dipikirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik, namun untuk menegakkan diagnosis pasti

    harus dibantu dengan pemeriksaan fisik yang cermat dan dibantu dengan alat bantu

    diagnostik. Sekarang ini, peran alat bantu diagnostik sangatlah penting, dan sudah merupakan

    sesuatu yang harus dilakukan,apabila memang tersedia, untuk menentukan diagnosis.2

    Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan terlambat haid untuk beberapa waktu dan

    kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Terdapat nyeri perut bagian bawah,

    nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus. Perdarahan pervaginam dapat terjadi, dan biasanya

    terjadi setelah muncul keluhan nyeri perut bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya,

    warna dari darahnya, apakah mengalir seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan apakah

  • 14

    keluar gumpalan-gumpalan. Ditanyakan juga riwayat kehamilan sebelumnya, bila sudah

    pernah hamil, riwayat menstruasinya. 4

    Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan kesakitan. Pada perdarahan

    dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien merasakan nyeri perut

    yang mendadak. Pada jenis yang tidak mendadak, mungkin hanya terlihat perut bagian bawah

    yang sedikit menggembung dan nyeri tekan.2

    KLASIFIKASI BERDASARKAN DIAGNOSIS

    1) Kehamilan ektopik belum terganggu 2

    a. Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui,karena biasanya penderita

    tidak menyampaikan keluhan yang khas.

    b. Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75%-95% penderita. Tanda-

    kehamilan muda seperti nausea hanya dilaporkan oleh 10%-25% kasus.

    c. Disamping gangguan haid,keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri

    diperut bawah yang tidak khas,walaupun kehamilan ektopik belum mengalami

    rupture. Kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar

    ditentukan. Keadaan ini pun masih harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik

    yang lain,seperti Ultrasonografi dan Laparoskopi.

    d. Bagaimana pun juga,mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir

    dengan abortus atau rupture yang disertai perdarahan dalam rongga perut yang

    apabila terlambat diatasi akan membahayakan jiwa penderita,maka pada setiap

    wanita dengan gangguan haid dan lebih-lebih setelah diperiksa dicurigai akan

    adanya kehamilan ektopik ,harus ditangani dengan sungguh-sungguh dengan

    menggunakan alat bantu diagnostic yang ada,sampai diperoleh kepastian

    diagnostic kehamilan ektopik.

    2) Kehamilan ektopik terganggu 2

    a. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya tidak

    sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa

    waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian bawah dan

    penesmus. Dapat terjadi perdarahan pervaginam.

    b. Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan

    ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan

    ginekologik ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang

    menonjol dan nyeri raba.

    c. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis apitik

    atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan muda tidak

    jelas,demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu

  • 15

    pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang

    terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik amat

    diperlukan untuk memastikan diagnosis.

    3) Kehamilan ektopik lanjut

    Yaitu kehamilan ektopik diman janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat

    makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya,

    misalnya ligamentum latum, uterus, dasar panggul ,dan sebagainya.

    Gambar 1.4. Jalur yang digunakan untuk mendiagnosis suspek kehamilan ektopik

    .

  • 16

    Pada pemeriksaan dalam mungkin ditemukan tanda-tanda kehamilan muda. Perabaan

    serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba

    sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar

    ditentukan. Kavum Douglas juga teraba menonjol dan nyeri raba yang menunjukkan adanya

    hematokel retrouterina. Kadang terdapat suhu yang naik, sehingga menyulitkan perbedaan

    dengan infeksi pelvik.6

    Pemeriksaan laboratorium biasanya menggunakan beta-human chorionic gonadotropin (-

    hCG) untuk mendiagnosis kehamilan, dan untuk membantu menentukan potensi pasien

    mengalami kehamilan ektopik. -hCG diproduksi oleh trofoblas dan dapat dideteksi dalam

    serum pada kira-kira 1 minggu sebelum haid berikutnya. Jika serum -hCG negative,

    kemunkinan besar tidak terjadi kehamilan. Hanya ada sedikit sekali kasus yang dilaporkan

    pasien dengan tes serum -hCG negative dengan kehamilan ektopik. Dinamika normal

    kenaikan kadar -hCG dua kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai

    puncaknya 100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai nilai

    puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan USG. Pemeriksaan

    tunggal tes -hCG kuantitatif ini berguna untuk mendiagnosis kehamilan, namun tidak dapat

    membedakan antara kehamilan ektopik atau kehamilan intrauterine. Pemeriksaan

    laboratorium umum lainnya adalah pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar

    hemoglobin yang dapat rendah bila terjadi perdarahan yang sudah lama. Juga dinilai kadar

    leukosit untuk membedakan apakah terjadi infeksi yang bisa disebabkan oleh kehamilan

    ektopik ini atau dugaan adanya infeksi pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi

    hingga dapat lebih dari 20.000. 8

    A. ALAT-ALAT BANTU DIAGNOSTIK

    Diluar dari kemajuan teknologi sekarang ini, kehamilan ektopik sering salah terdiagnosis

    pada saat kunjungan pertama pasien tentang keluhannya. Diagnosis awal diperlukan untuk

    perawatan yang maksimal terhadap ketahanan tuba dan mencegah potensi terjadinya

    perdarahan intraperitoneal. Atrash dkk. Menemukan bahwa perdarahan menjadi penyebab

    terbesar (88%) kematian pada kasus kehamilan ektopik. Pada saat ini, yang merupakan batu

    acuan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik adalah Transvaginal Ultrasonography dan

    pemeriksaan kadar hCG serial. Transvaginal Ultrasonography sekarang ini telah

    menggantikan posisi Laparaskopi karena lebih menguntungkan. 9

    Beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis kehamilan

    ektopik adalah berikut ini 11

    Ultrasonography

    Dengan menggunakan ultrasonografi abdominal, Kadar dkk. melaporkan pada tahun 1981

    bahwa jika level hCG lebih besar dari 6500 mIU/ml dan tidak ada kantong gestasi pada

  • 17

    uterus, hampir pasti kehamilan ektopik. Tapi, teknik ini tidak berguna secara klinik, karena

    banyak wanita (90%) dengan kehamilan ektopik mempunyai level hCG yang jauh dibawah

    nilai diatas.

    Perkembangan alat dengan transduser transvaginal dengan frekuensi 5.0 sampai 7.0 MHz,

    lebih mampu melihat lebih tepat organ pelvis pada awal kehamilan dibandingkan

    transabdominal. Dengan alat ini biasanya mungkin bisa untuk mengidentifikasi kantong

    gestasi intrauterine saat kadar hCG mencapai 1500 mIU/ml dan selalu bila kadar hCG sudah

    mencapai 2000 mIU/ml pada sekitar 5 atau 6 minggu setelah haid terakhir. Karena kombinasi

    kehamilan intrauterine dan ekstrauterin hampir merupakan kejadian yang jarang, maka

    penemuan kantong gestasi intrauterine hampir selalu dapat menyingkirkan adanya kehamilan

    ektopik. Bila kantong gestasi tidak ditemukan dan kadar hCG lebih

    Gambar 1.6. Langkah yang digunakan untuk mendiagnosa suspek kehamilan ektopik

    menggunakan USG transvaginal.

    Dari 1500 mIU/ml, lebih mungkin terjadi kehamilan patologis, apakah itu kehamilan

    ektopik, atau suatu gestasi intrauterine tidak viable, dan harus dipikirkan kemungkinannya.

    Biasanya massa adneksa dan/atau struktur yang menyerupai kantong gestasi dapat dikenali

    pada saluran telur saat kehamilan ektopik muncul yang menghasilkan kadar hCG diatas 2500

    mIU/ml 9.

  • 18

    Gambar 1.7. Gambaran USG kehamilan ektopik

    Jadi kriteria diagnosis USG dengan menggunakan transduser transvagina untuk kehamilan

    ektopik termasuk adanya komplek atau massa kistik adneksa atau terlihatnya embrio di

    adneksa dapat dideteksi, dan/atau tidak adanya kantong gestasi dimana diketahui bahwa usia

    gestasi sudah lebih dari 38 hari, dan/atau kadar hCG diatas ambang tertentu, biasanya antara

    1500 dan 2500 mIU/ml 8

    Human Chorionic Gonadotrophin

    Wanita dengan kehamilan ektopik menunjukan adanya kadar hCG dalam serum, walaupun

    85% diantaranya lebih rendah dibandingkan dengan kadar hCG pada kehamilan normal. Uji

    hCG tunggal kuantitatif tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik karena

    tanggal pasti dari ovulasi dan konsepsi terjadi tidak diketahui pada banyak wanita. Pada

    kehamilan yang abnormal seperti kehamilan ektopik ini, kadar hCG biasanya tidak meningkat

    seperti seharusnya. Jika persentase kenaikan kadar hCG tidak lebih dari 66%, maka

    kemungkinan seseorang untuk mempunyai kehamilan abnormal tinggi.

    Progesteron

    Karena pemeriksaan kadar hCG secara tunggal tidak dapat memberikan informasi untuk

    mendiagnosis kehamilan ektopik, sehingga membutuhkan beberapa hari untuk melakukan

    serial tes, maka pengukuran kadar progesterone serum tunggal oleh beberapa kelompok dapat

    dipakai untuk membedakan kehamilan ektopik dengan kehamilan normal intrauterin.

    Beberapa peneliti menunjukkan bahwa jumlah progesterone yang dihasilkan korpus luteum

    pada kehamilan ektopik lebih sedikit dibandingkan dengan korpus luteum pada kehamilan

    normal. Mengukur sampel kadar progesterone pada beberapa wanita hamil di minggu gestasi

    ke 4, 5, dan 6. Mereka melaporkan bahwa pada minggu ke-4 dengan kadar kurang dari 5

    ng/ml, sensitifitas yang didapat 100% dan spesifitasnya 97% dan menurun seiring

    meningkatnya umur gestasi. Bila kadar progesterone lebih dari 25 ng/ml menyingkirkan

    kehamilan ektopik dengan kepastian 97,4%.

  • 19

    Dilatasi kuretase

    Saat serum kadar hCG lebih dari 1500 mIU/ml, usia gestasi lebih dari 38 hari, atau serum

    kadar progesterone kurang dari 5 ng/ml dan tidak ada kantong gestasi interauterin yang

    terlihat denga transvaginal USG, kuretase kavum endometrial dengan pemeriksaan histologi

    pada jaringan yang dikerok, dengan potong beku bila mau, dapat dikerjakan untuk

    menentukan apakah ada jaringan gestasi. Spandorfer dkk. melaporkan bahwa potong beku 93

    % akurat dalam mengenali villi koriales. Jika tidak ada jaringan villi koriales yang terlihat

    pada jaringan yang diangkat, maka diagnosis kehamilan ektopik dapat dibuat dan dilakukan

    tindakan.

    Kuldosentesis

    Sebelum adanya perkembangan dari sonografi pelvis, terutama transvaginal, kuldosentesis

    merupakan salah satu alat bantu diagnosis yang penting untuk mengenali kehamilan ektopik.

    Penemuan hasil darah yang tidak membeku pada kuldosentesis dan terutama bila hematokrit

    lebih dari 15 % adalah bantuan yang amat berguna 8.

    Laparaskopi

    Diagnosis definitif dari kehamilan ektopik dapat hampir selalu ditegakkan dengan melihat

    organ pelvis secara langsung melalui laparaskopi. Namun, dengan adanya hemoperitoneum,

    adhesi, atau kegemukan dapat menjadi penyulit dari laparaskopi.

    Gambar 1.5. Tehnik laparaskopi

    Dalam penelitian ini didapatkan ada 4 dari 166 kehamilan ektopik yang tidak dapat dilihat

    oleh laparaskopis karena hal diatas, sehingga ada kemungkinan 2-5 % terjadi false-positif atau

    false-negatif.

    2.7 PENATALAKSANAAN

    Ada banyak opsi yang dapat dipilih dalam menangani kehamilan ektopik, yaitu terapi

    bedah dan terapi obat. Ada juga pilihan tanpa terapi, namun hanya bisa dilakukan pada

    pasien yang tidak menunjukkan gejala dan tidak ada bukti adanya rupture atau ketidakstabilan

    hemodinamik. Namun pada pilihan ini pasien harus bersedian diawasi secara lebih ketat dan

  • 20

    sering dan harus menunjukkan perkembangan yang baik. Pasien juga harus menerima segala

    resiko apabila terjadi rupture harus dioperasi. 6

    A. TERAPI BEDAH

    Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan membutuhkan tindakan bedah.

    Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif ( biasanya salpingotomi )

    dan tindakan itu dilakukan dengan jalan laparaskopi atau laparatomi. Laparatomi merupakan

    teknik yang lebih dipilih bila pasien secara hemodinamik tidak stabil, operator yang tidak

    terlatih dengan laparaskopi, fasilitas dan persediaan untuk melakukan laparaskopi kurang,

    atau ada hambatan teknik untuk melakukan laparaskopi. Pada banyak kasus, pasien-pasien ini

    membutuhkan salpingektomi karena kerusakan tuba yang banyak, hanya beberapa kasus saja

    salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien kehamilan ektopik yang hemodinamiknya stabil

    dan dikerjakan salpingotomi dapat dilakukan dengan teknik laparaskopi. Salpingotomi

    laparaskopik diindikasikan pada pasien hamil ektopik yang belum rupture dan besarnya tidak

    lebih dari 5 cm pada diameter transversa yang terlihat komplit melalui laparaskop.

    Gambar 1.8. Terapi bedah menggunakan tehnik laparatomi pada kehamilan ektopik

    Linier salpingektomi pada laparaskopi atau laparatomi dikerjakan pada pasien hamil

    ektopik yang belum rupture dengan menginsisi permukaan antimesenterik dari tuba dengan

    kauter kecil, gunting, atau laser. Kemudian diinjeksikan pitressin dilute untuk memperbaiki

    hemostasis. Gestasi ektopik dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yang

    berdarah di kauter. Pengkauteran yang banyak didalaam lumen tuba dapat mengakibatkan

    terjadinya sumbatan, dan untuk itu dihindari. Penyembuhan secara sekunder atau dengan

    menggunakan benang menghasilkan hasil yang sama. Tindakan ini baik untuk pasien dengan

    tempat implantasi di ampulla tuba. Kehamilan ektopik ini mempunyai kemungkinan invasi

  • 21

    trofoblastik kedalam muskularis tuba yang lebih kecil dibandingkan dengan implantasi pada

    isthmus 7.

    Gambar 1.9. Linear salpingektomi di permukaan antimesenterik tuba pada kehamilan ektopik

    di pars ampullaris.

    Pasien dengan implantasi pada isthmus akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari

    reseksi segmental dan anastomosis lanjut. Bagaimanapun juga, jika diagnosis ditegakkan

    lebih awal, maka pada tempat idthmus dapat dilakukan salpingotomi. Pada kehamilan ektopik

    yang berlokasi pada ujung fimbriae, dapat dilakukan gerakan seeperti memeras (milking)

    untuk mengeluarkan jaringan trofoblastik melalui fimbriae 2.

    Gambar 2 Kehamilan ektopik tuba kanan yang terlihat pada laparaskopi.

    Tuba kanan yang membesar karena terdapat kehamilan ektopik ada disebelah kanan di E.

    Tuba kiri yang tersumbat terlihat pada L- wanita ini pernah dilakukan ligasi tuba. Secara

    umum, perawatan pada laparaskopi lebih cepat dan lebih sedikit waktu yang hilang dalam

    penanganannya dibandingkan laparatomi. Parsial atau total salpingektomi laparaskopik

    mungkin dilakukan pada pasien dengan riwayat penyakit tuba yang masih ada dan diketahui

    mempunyai faktor resiko untuk kehamilan ektopik. Komplikasi bedah yang paling sering

    adalah kehamilan ektopik berulang (5-20 %) dan pengangkatan jaringan trofoblastik yang

  • 22

    tidak komplit. Disarankan pemberian dosis tunggal methotrexate post operasi sebagai

    profilaksis para pasien resiko tinggi. 11

    B. TERAPI OBAT

    Diagnosis dini yang telah dapat ditegakkan membuat pilihan pengobatan dengan obat-

    obatan memungkinkan. Keuntungannya adalah dapat menghindari tindakan bedah beserta

    segala resiko yang mengikutinya, mempertahankan patensi dan fungsi tuba, dan biaya yang

    lebih murah. Zat-zat kimia yang telah diteliti termasuk glukosa hiperosmolar, urea, zat

    sitotoksik ( misl: methotrexate dan actinomycin ), prostaglandin, dan mifeproston (RU486).

    Disini akan dibahas lebih jauh mengenai pemakaian methotrexate sebagai pilihan untuk terapi

    obat 11

    .

    METHOTREXATE

    Penggunaan methotrexate untuk kehamilan pada intersisial. Kemudian yang

    menggunakannya sebagai terapi garis pertama pada kehamilan ektopik. Sejak itu banyak

    dilaporkan pemakaian methotrexate pada berbagai jenis kehamilan ektopik yang berhasil.

    Lalu, dengan semakin banyaknya keberhasilan memakai obat, maka mulai diperbandingkan

    pemakaian methotrexate dengan terapi utama salpingostomi 3.

    Perdarahan intra-abdominal aktif merupakan kontraindikasi bagi pemakaian methotrexate.

    Ukuran dari massa ektopik juga penting dan methotrexate tidak digunakan pada massa

    kehamilan itu lebih dari 4 cm. Keberhasilannya baik bila usia gestasi kurang dari 6 minggu,

    massa tuba kurang dari 3,5 cm diameter, janin sudah mati, dan -hCG kurang dari 15.00 mIU.

    Kontraindikasi lainnya termasuk menyusui, imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit hati atau

    ginjal, penyakit paru aktif, dan ulkus peptik 4.

    Methotrexate merupakan suatu obat anti neoplastik yang bekerja sebagai antagonis asam

    folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas. Pasien yang akan diberikan

    methotrexate harus dalam keadaan hemodinamika yang stabil dengan hasil laboratorium

    darah yang normal dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati. Methotrexate diberikan

    dalam dosis tunggal (50 mg/m2 IM) atau dengan menggunakan dosis variasi 1 mg/kgBB IM

    pada hari ke 1,3,5,7 ditambah Leukoverin 0,1 mg/kgBB IM pada hari ke 2,4,6,8. Setelah

    pemakaian methotrexate yang berhasil, -hCG biasanya menghilang dari plasma dalam rata-

    rata antara 14 dan 21 hari. Kegagalan terapi bila tidak ada penurunan -hCG, kemungkinan

    ada massa ektopik persisten atau ada perdarahan intraperitoneal.10

    2.8 PROGNOSIS

    Kematian ibu karena kehamilan ektopik terganggu cenderung menurun dengan diagnosis

    dini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan terlambat, maka angka

  • 23

    kematian akan meningkat. Sedangkan janin pada kehamilan ektopik biasanya akan mati dan

    tidak dapat dipertahankan karena tidak berada pada tempat dimana ia seharusnya tumbuh.

    Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian

    wanita dapat menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami

    kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang

    dilaporkan antara 0-14,6 %. Dengan kemajuan terapi yang ada sekarang, kemungkinan ibu

    untuk dapat hamil kembali membesar, namun ini harus didukung kemampuan untuk

    menegakkan diagnosis dini sehingga dapat diintervensi secepatnya. 2

    2.8 DIAGNOSIS BANDING

    1. Salpingitis

    Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan tes kehamilan

    negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen.

    2. Abortus (imminens atau inkomplitus)

    Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum ada nyeri perut.

    Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut

    umumnya bersifat kolik dan kejang (kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi

    serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina.

    3. Appendisitis

    Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka kanan. Bisa

    ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun tidak terletak dalam di pelvis

    seperti pada pembengkakan tuba. Demam lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes

    kehamilan menunjukkan hasil negatif.

    4. Torsio kista ovarium

    Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba umumnya terasa

    menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat demam akibat perdarahan

    intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat

    serangan nyeri berulang yang menghilang dengan sendirinya.

    5. Ruptur korpus luteum

    Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus luteum sangat jarang

    ditemukan.

  • 24

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehamilan ektopik adalah kehamilan

    dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri,

    kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut.

    Sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, namun ada beberapa factor yang menghambat

    perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba, seperti migratio externa,

    hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok, gangguan fungsi silia endosalping, operasi

    plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna, bekas radang pada tuba, kelainan bawaan pada tuba,

    dan abortus buatan.

    Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu,

    dapat menyebabkan hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi , abortus ke dalam lumen tuba, dan

    ruptur pada dinding tuba. Gejala dan tanda pada kehamilan ektopik terganggu tergantung pada

    lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik

    terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Namun

    gejala yang paling sering terjadi diantaranya adalah nyeri perut, adanya amenorea, perdarahan,

    shock karena hypovolemia, nyeri bahu dan leher, nyeri pada palpasi, pembesaran uterus,

    pembesaran uterus

    Beberapa hal yang termasuk faktor risiko pada kehamilan ektopik adalah umur ibu, paritas ibu

    dan riwayat abortus. Pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu adalah

    lakukan tes kehamilan, pemeriksaan umum, anamnesis, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan

    laboratorium, pemeriksaan kuldosentesis, pemeriksaan ultra sonografi, dan pemeriksaan

    laparoskopi. Penanganan kehamilan ektopik terganggu yaitu setelah diagnosis ditegakan, segera

    lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat dapat berupa parsial salpingektomi dan

    salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah

    satu yang masih ada), berikan anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas,

    berikan analgesic untuk mengendalikan nyeri pasca tindakan dan atasi anemia dengan tablet besi

    (SF) 600 mg per hari.

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anonim. 2011. Kehamilan Ektopik Terganggu.

    http://rizkieyania.blogspot.com/2011/11/KET.html (diakses 20 Desember

    2012).

    2. Anonim. 2012. Kehamilan Ektopik (KE).

    http://sinhoomoickselalu.blogspot.com/2012/06/kehamilan-ektopik-

    terganggu.html (diakses tanggal 20 Desember 2012)

    3. Anonim. 2012. Kehamilan Ektopik.

    http://aldosugiharto.blogspot.com/2012/04/askep-kehamilan-ektopik-terganggu-

    ket.html (diakses tanggal 20 Desember 2012)

    4. Anonim. 2012. Askeb Kehamilan. Ektopik

    http://lindamelania22.blogspot.com/2012/06/makalah-askeb-patologis-

    kehamilan.html (diakses tanggal 20 Desember 2012)

    5. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002. Kehamilan

    Ektopik. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

    6. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu kebidanan dan Penyakit Kandungan, 2008.

    Edisi III. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya.

    7. Prawiro, Sarwono, 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. PT Bina Pustaka, Jakarta

    8. Sepilian, Vicken; Ellen W. Ectopic Pregnancy.

    www.emedicine.com/health/topic3212.html

    9. Standar Tatalaksana Medis Rumah Sakit fatmawati. 2002. Kehamilan ektopik

    Terganggu.Jakarta.

    10. Stikes husada, 2012. Fatwa dan hukum islam menurut Majelis Ulama Indonesia

    https://sites.google.com/site/stikeshusada/agama/sterilisasi-dan-iud

    11. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Kehamilan Ektopik. Ilmu Kebidanan edisi ketiga.

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 323-338.

    12. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Gangguan Bersangkutan Dengan Konsepsi. Ilmu

    Kandungan edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

    Jakarta..hal 250-260.

    13. Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Kehamilan Ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi

    pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 198-210.