71880157 Makalah Kep Anak
-
Upload
hilyati-ajrina-amalina -
Category
Documents
-
view
36 -
download
1
Transcript of 71880157 Makalah Kep Anak
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang.
Poliomielitis adalah penyakit infeksius akut yang dalam bentuk berat menyerang
sistem saraf pusat. Destruksi saraf motorik pada medula spinalis menyebabkan paralisis
flaksid. Namun, sebagian besar infeksi polovirus bersifat subklinis.
Poliovirus berperan sebagai contoh picornavirus pada banyak penelitian laboratorium
biologi molekular mengalami replika picornavirus.
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang
pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang
dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar,
nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan
merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Poliomielitis adalah penyakit kelumpuhan akut yang disebabkan oleh virus polio.
Sejak 1979 Tidak ada laporan kasus infeksi poliovirus di Amerika Serikat. Sampai
tahun 1998, rata-rata 8-10 kasus yang terkait dengan virus vaksin yang dilaporkan setiap
tahun. Karena dari semua lembaga vaksin inactivated poliovirus (IPV) kebijakan dalam
jadwal imunisasi rutin, jumlah vaksin-kasus terkait telah menurun secara signifikan.
Empat kasus vaksin berasal poliovirus diidentifikasi pada tahun 2005 di kalangan anak-
anak di sebuah unvaccinated masyarakat Amish di Minnesota. Insiden global mengenai
infeksi poliovirus ini telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988. Meskipun tidak ada
wabah yang dilaporkan di belahan bumi barat sejak 1991, Pan American Health
Organization melaporkan sebuah kejadian di Haiti dan Republik Dominika pada tahun
2001. Sejak 2001, tidak ada tambahan wabah penyakit yang disebabkan oleh poliovirus di
Amerika. Dari kelompok-jenis penyakit masih ditemukan di beberapa daerah di Afrika
1
dan Asia Tenggara. Semenjak tahun 2004, hanya 5 negara dimana poliovirus transmisi
tidak pernah terputus diantaranya adalah India, Mesir, Nigeria, Pakistan, dan Afghanistan.
Meskipun kemajuan signifikan telah dibuat terhadap pemberantasan penyakit infeksi ini
di negara-negara tersebut, peningkatan jumlah kasus yang diamati pada tahun 2006 ini
tetap ada ( L. Heymann, 2004 ).
Penyakit polio di Amerika Serikat menurut Dr. Robert Mendelsohn, ahli penyakit
anak-anak dan penyelidik medis, tidak ada bukti menunjukan bahwa pemberian vaksin
dapat menyembuhkan polio. Pada tahun 1923 - 1953, vaksin polio telah diperkenalkan
dan diberikan, tetapi angka kematian penyakit polio di Amerika Serikat dan Inggris masih
tinggi sekitar 47 persen sampai 55 persen. Pada data Statistik menunjukkan suatu
kemunduran di negara-negara Eropa. Dan ketika vaksin polio banyak tersedia di Eropa
banyak orang bertanya tentang manfaat dan efektivitas vaksin polio, karena banyak warga
disana menggunakan vaksin polio tetapi masih terserang polio ( L. Heymann, 2004 ).
2. Tujuan.
Untuk mengetahui apa ayng di maksud dengan penyakit polio,etiologi,dan cara
penata laksanaan medik serta bagai mana cara pencegahan agar tidak terjangkit polio
serta asuhan keperawtan pada penyakit polio.
BAB II
2
PEMBAHASAN
1. Definisi.
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang
pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang
dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar,
nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan
merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika
Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan
bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata
orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat
akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952, dengan
penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini ( Miller,N.Z, 2004 )
.Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),
masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran
darah dan mengalir ke sytem syaraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis).
Jenis – jenis Polio antara lain :
1. Polio Non-Paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan sensitif. Terjadi
kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2. Polio Paralisis Spinal3
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun
strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200
penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi
pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah
pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang
belakang dan neuron motor yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul
gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum
divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang
belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar
sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf
pusat, virus akan menghancurkan neuron motor. Neuron motor tidak memiliki
kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi
terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem
saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks
(dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3. Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak
ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan
saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola
mata saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata,
gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal
yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah
dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan
yang mengatur pergerakan leher ( Wilson, 2001 ).
2. Epidemiologi
4
Pada 5 Mei 2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di Sukabumi akibat strain
virus yang menyebabkan wabah di Nigeria. Virus ini diperkirakan terbawa dari Nigeria
ke Arab dan sampai ke Indonesia melalui tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab
atau orang yang bepergian ke Arab untuk haji atau hal lainnya.
Sebelum usaha eradikasi global dimulai, poliomyelitis terjadi di seluruh
dunia,sepanjang tahun pada daerahtropis dan selama musim panas dingin jarang terjadi.
Penyakit terjadi pada semua kelompok usia, tetapi anak biasanya lebih rentab dari pada
orang dewasa karena kekebalan yang didapat pada populasi dewasa. Di daerah yang
sedang berkembang dengan kondisi kehidupan yang memudahkan penyebarab virus
secara luas, poliomyelitis merupakan penyakit pada masa bayi dan kanak-kanan (paralisis
infantile). Di Negara maju, sebelum adanya vaksinasi, distribusi usia bergaser sehingga
sebagian besar pasien berusia di atas 5 tahun dan 25% di atas 15 tahun . Angka kasus
kematian paling tinggi pada bervariasi.. Angka tersebut paling tinggi pada kelompok usia
paling tua dan dapat mencapai 5-10%.
Manusia adalah satu-satunya reservoir infeksi yang diketahui. Dalam lingkungan
yang padat dengan hygiene dan sanitasi yang buruk di daerah beriklim panas, daerah
dengan hampir semua anak menjadi kebal pada awal kehidupan, poliovirus
mempertahankan diri dengan menginfeksi sebagaian kecil populasi. Di zona beriklim
sedang dengan tingkat hygiene yang telah tumbuh untuk menjadi baik,epidemic terjadi
setelah periode penyebaran virus yang terbatas sampai tercukupinya jumlah anak rentan
yang tersebut.lah tumbuh untuk menjadi sasaran penularan di daerah tersebut. Virus
didapatkan dari faring an usus pasien dan carrier yang sehat. Prefalensi infeksi paling
tinggi pada kontak rumah tangga. Ketika kasus pertama kali ditemukan dalam suatu
keluarga, semua anggota yang rentan dalam keluarga tersebut telah terinfeksi akibat
penyrbaran virus yang cepat.
Pada iklim sedang, oleh enterovisus, termasuk poliovirus, terutama terjadi Selama
musim panas. Virus terdapat dalam kotoran selama periode prevalensi tinggi dan dapat
berperan sebagai sumber kontaminasi air yang digunakan untuk minum, mandi, atau
irigasi. Terdapat kolerasi langsung antara hygiene dan sanitasi yang buruk, kepadatan
penduduk, dan akuisisi serta antibody pada usia dini.
5
3. Etiologi
Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus
Enterovirus dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran(feses) atau
sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga
menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan terkontaminasi atau
benda-benda yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut. Virus polio masuk
kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak ditenggorokan dan usus.
Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan dikeluarkan melalu tinja
selama beberapa minggu kemudian.
Sifat Virus
a. Sifat umum
Partikel poliovirus merupakan enterovirus yang khas. Partikel ini tidak aktif bila
dipanaskan pada suhu 550 selama 30 menit, tetapi Mg2+ , 1 mol/l, mencegah inaktivasi
ini. Karena poliovirus yang dimurnikan diinaktifkan oleh konsentrasi klorin sebesar 0,1
ppm, diperlukan konsentrasi klorin yang lebih tinggi untuk mendesinfeksi kotoran yang
mengandung virus pada suspensi fekal dan adanya bahan organik lain. Poliovirus tidak
dipengaruhi oleh eter atau natrium deoksiokolat.
6
b. Kerentanan hewan dan pertumbuhan virus
Poliovirus mempunyai kisaran pejamu yang sangat terbatas. Sebagian besar strain akan
menginfeksi monyet bila diinokulasi secara langsung ke dalam otak atau medula
spinalis. Simpanse dan monyet cynomolgus juga dapat terinfeksi melalui jalur oral,
pada simpanse, infeksi biasanya asimtomatik dan hewan menjadi carrier virus dalam
usus. Sebagian besar strain dapat tumbuh pada biakan galur sel primer atau kontinu dari
berbagai jaringan manusia atau dari ginjal, testis, atau otot monyet tetapi tidak dari
jaringan hewan tingkat rendah. Poliovirus memerlukan reseptor membran spesifik
primata untuk infeksi dan jika reseptor ini tidak ada pada permukaan sel nonprimata
maka mereka akan menjadi resistan terhadap virus. Restriksi ini dapat diatasi dengan
memasukkan poliovirus ke dalam sel yang resistan dengan menggunakan vesikel lipid
sintetik yaitu liposom. Setelah di dalam sel, poliovirus bereplikasi secara norma.
Masuknya gen reseptor virus juga mengubah sel yang resistan menjadi sel yang rentan.
Mencit transgenik yang mengandung gen reseptor primata telah dikembangkan; mencit
tersebut rentan terhadap poliovirus manusia.
c. Sifat antigen
Terdapat 3 jenis antigen poliovirus.
4. Patogenesis dan patofisiologi
Virus dalam ditemukan dalam darah pasien poliomielitis nonparalitik dan monyet
yang yang terinfeksi secara oral pada fase praparalitik penyakit. Antibodi terhadap
virus tampak pada awal penyakit, biasanya sebelum terjadi paralisis.
Dipercaya bahwa virus pertama kali memperbanyak diri dalam tosil, kelenjar getah
bening leher, plak nyeri, dan isus halus, sistem syaraf pusat kemudian diinvasi melalui
darah dalam sirkulasi.Poliovirus dapat menyebar di sepanjang akson saraf perifer
sampai sistem saraf pusat, tempat virus terus berkembang di sepanajang serat lower
motor neuron untuk semakin melibatkan medula spinalis atau orak. Poliovirus
menyerang jenis sel saraf tertentu dan pada proses multiplikasi intraseluler dapat
merusak atau menghancurkan seluruh sel tersebut. Poliovirus tidak memperbanyak
7
diri dalam otot in vivo. Perubahan yang terjadi pada syaraf perifer dan otot volunter
disebabkan oleh destruksi sel saraf perifer dan otot volunter disebabkan oleh destruksi
sel syaraf. Beberapa sel yang kehilangan fungsi dapat pulih sempurna. Peradangan
terjadi akibat serangan pada sel saraf.
Selain perubahan patologi sistem saraf, mungkin juga terjadi miokarditis, hiperplasi
limfatik, dan ulserasi plak penyeri.
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua
neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat
terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah
yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
a. Medula spinalis terutama kornu anterior,
b. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital,
c. Sereblum terutama inti-inti virmis,
d. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus rubra,
e. Talamus dan hipotalamus,
f. Palidum dan
g. Korteks serebri, hanya daerah motorik.
Mulut adalah prot d’entree virus dan multiplikasi primer terjadi dalam orofaring
atau usus. Virus menetap dalam tenggorok dan tinja sebelum awitan penyakit. Satu
minggu setelah infeksi terdapat virus dalam jumlah sedikit dalam tenggorok, tapin virus
terus dikeluarkan dalam tinja selama beberapa minggu meskipun kadar antibodi yang
tinggi terdapat dalam darah.
8
Imunitas bersifat permanen terhadap jenis virus yang menyebabkan infeksi.
Mungkin terjadi resistansi heterotopik derajat rendah yang diinduksi oleh infeksi,
terutama antara poliovirus tipe 1 dan tipe 2.
Imunitas pasif ditransfer dari ibu ke keturunannya antibodi maternal secara bertahap
hilang selama 6 bulan pertama. Antibodi yang diberikan secara pasif hanya bertahan 3-5
minggu.
Antibodi penetral virus terbentuk segera setelah pajanan dengan virus, sering
sebelum awitan penyakit. Dan tampaknya menetap seumur hidup. Pembentukannya pada
awal penyakit menunjukan kenyataan bahwa multiplikasi virus terjadi dalam tubuh
sebelum invasi sistem saraf. Karena virus dalam otak dan medula spinalis tidak
dipengaruhi oleh titer antibodi yang tinggi dalam darah, imunisasi akan berarti jika
diberikan sebelum awitan gejala sistem saraf.
Protein permukaan VPI poliovirus mengandung beberapa epitop penetral virus,
masing-masing dapat mengandung beberapa epitop penetral virus, masing-masing dapat
mengandung kurang dari sepuluh asam amino. Tiap epitot mampu menginduksi antibodi
penetral virus.
5. Manifestasi klinik.
Bila seseorang yang rentan terhadap infeksi terpajan virus, respons berkisar dari
infeksi subklinis tanpa gejala, penyakit demam ringan, sampai paralisis permanen dan
berat. Sebagian besar infeksi bersifat subklinis.Kemudian virus menyerang dan
9
merusakkan jaringan syaraf ,sehingga menimbulkan kelumpuhan yang
permanen.kelumpuhan permanen hanya terjadi pada kurang dari 1% orang yang terinfeksi
virus polio. Sebagian besar orang yang terinfeksi penyakit polio hanya merasa seperti
sakit flu. Keadaan ini menyebabkan virus polio dapat menyebar dengan cepat tanpa
diketahui, karena sebagian besar anak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang
khusus.
Periode inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar dari 3 hari sampai 35 hari.
1. POLIOMIELITIS ABORTIF
Keadaan ini merupakan bentuk penyakit yang paling sering. Pasien hanya menderita
penyakit minor yang ditandai dengan demam, malaise, lelah, nyeri kepala, mual,
muntah, konstipasi, dan nyeri tenggorokan dalam berbagai kombinasi. Pemulihan
terjadi dalam beberapa hari.
2. POLIOMIELITIS NON PARALISIS (MENINGITIS ASEPTIK)
Selain gejala dan tanda yang disebutkan dalam paragraf sebelumnya, pasien dalam
bentuk nonparalitik mengalami kekuatan dan nyeri di punggung serta leher. Penyakit
berlangsung 2-10 hari dan pemulihannya berlangsung cepat dan sempurna. Pada
presentase kecil kasus, penyakit berkembang menjadi pralisis. Poliovirus hanya satu
dari banyak virus yang menyebabkan meningitis aseptik.
3. POLIOMIELITIS PARALISIS
10
Keluhan yang menonjol adalah paralisis flaksid akibat kerusakan lower motor
neuron. Namun, juga dapat terjadi inkoordinasi akibat invasi batang otak dan spasme
yang nyeri pada otot nonparalisis. Jumlah kerusakan sangat bervariasi. Pemulihan
maksimal biasanya terjadi dalam 6 bulan dengan gejala sisa paralisis yang
berlangsung lebih lama.
4. ATROFI OTOT PASCAPOLIOMIELITIS PROGESIF
Rekredudensi paralisis dan pelemahan otot ditemukan pada orang beberapa dekade
setelah mereka mengalami poliomielitis paralisis. Meskipun jarang terjadi, arrofi otot
pascapoliomielitis progesif merupakan sindrom yang spesifik. Keadaan tersebut
tampaknya bukan akibat infeksi presisten tetapi akibat perubahan fisiologi dan
penuaan pada pasien paralisis yang telah terbebani oleh hilangnya fungsi
neuromuskular.
6. Diagnostik
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
11
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena
penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik
yang jarang mendapatkan hasil yang akurat.Jika poliovirus terisolasi dari seseorang
dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji
oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut
bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada
darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio
adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif
pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan
jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan
kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).
Virus dapat ditemukan dari apusan tenggorokan yang diambil segera setelah awitan
penyakit dan dari apusan rektum atau sampel tinja yang dikumpulkan dalam waktu lama.
Tidak diketahui adanya carrier yang permanen. Poliovirus jarang ditemukan dari cairan
serebrospinalis tidak seperti beberapa coxsackievirus dan echovirus.
7. Pencegahan
Dalam World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian besar
negara di penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (Erapo)
tahun 2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program Eropa pertama yang
dilakukan adalah
a. Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh
b. Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan 1997.
Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak
lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1½ tahun, 5
tahun, dan usia 15 tahun. Tersedia vaksin virus yang dimatikan maupun virus hidup.
12
Vaksin formalin (salk) diambil dari virus yang tumbuh pada biakan ginjal monyet.
Setidaknya empat inokulasi selama 1- 2 tahun dianjurkan pada seri pertama. Imunisasi
booster periodic diperlukan untuk mempertahankan kekebalan. Vaksin virus yang
dimatikan menginduksi antibody humoral tetapi tidak menginduksi kekebalan usus local
sehingga virus masih bisa memperbanyak diri dalam usus. Vaksin oral mengandung virus
hidup yang dilemahkan yang tumbuh pada biakan monyet primer atau biakan sel diploid
manusia. Vaksin dapat distabilisasi oleh magnesium klorida sehingga dapat disimpan
tanpa kehilangan potensi potensi selama setahun pada temperature 4◦C dan selama
beberapa minggu pada temperature ruangan sedang (sekitar 25◦C). Vaksin yang dapat
distabilisasi harys disimpan dalam keadaan beku sampai digunakan.
c. Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh
layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena
polio atau bukan.
d. Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang
ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi
polio sebelumnya.
8. Pengobatan
Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan cara atau
metode yang paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin yang ada hanya untuk
mencegah dan mengurangi rasa sakit pada penderita.
Rehabilitasi dengan cara dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke
tempat tidur, memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika
organ pernapasan terkena, alat pernapasan terapi fisik mungkin diperlukan. Jika
kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif.
Poliomielitis aboratif dengan cara : Diberikan analgetk dan sedative ,diet
adekuat ,istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas
yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
13
2. Poliomielitis non paralitik dengan cara : Sama seperti aborif , selain diberi
analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30
menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik dengan cara : Perawatan dirumah sakit,istirahat total,selama
fase akut kebersihan mulut dijaga,fisioterafi, akupuntur, interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan
istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai
lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit
2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis
pernapasan.
Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang
footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang
sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan
tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak
harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut : Kontraktur.atropi,dan atoni otot dikurangi dengan fisioterafy.
Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
9. Prognosis
Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan
mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu
karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian vaksin
juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah diberi
vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini.
14
BAB III
PENUTUP.
A. Kesimpulan.
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit
peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh
melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain
berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat
terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen
kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari
gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen, Jenis polio ada 3 yaitu Polio
Non-Paralisis, Polio Paralisis Spinal, Polio Bulbar.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sytem syaraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar,
nyeri pada kaki/tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan
merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Pencegahan polio antara lain melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan
menyeluruh, Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995,
1996, dan 1997, Survailance Acute Flaccid Paralysis, melakukan Mopping Up.
15
DAFTAR PUSTAKA
Blog, Gladiators, Penyakit Polio. 13-04-2010.
Direktur Jendral PP dan PL, Masalah polio dan Penanggulangannya. 23-04-2010.
News, Pusat Informasi Penyakit Infeksi. 13-04-2010.
Shvoong, Penyakit Polio. 12-03-2010
Yusharmen, Dr. Pemetaan Kerja Surveilans dalam Eradiksi dan Penanggulangan KLB Polio.
22-04-2010.
16