Makalah Gizi Kep

25
TUGAS MAKALAH GIZI KESEHATAN MASYARAKAT ‘’ Kurang Energi Protein (KEP) Disusun Oleh : Adelina Romaito (2013-31-173) UNIVERSITAS ESA UNGGUL

description

Gizi Kesehatan Masyarakat

Transcript of Makalah Gizi Kep

TUGASMAKALAH GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Kurang Energi Protein (KEP)

Disusun Oleh :

Adelina Romaito (2013-31-173)

UNIVERSITAS ESA UNGGULFAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATANKESEHATAN MASYARAKATJAKARTA2014BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar belakangIndonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang masih menghadapi masalah kekurangan gizi yang cukup besar. Kurang gizi pada balita terjadi karena pada usia tersebut kebutuhan gizi lebih besar dan balita merupakan tahapan usia yang rawan gizi.KEP adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya KEP berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas antara 20-30%, selain itu juga dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian. Usia dibawah lima tahun (balita) terutama pada usia 1-3 tahun merupakan masa pertumbuhan yang cepat (growth spurt), baik fisik maupun otak. Sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibandingkan pada masa-masa berikutnya. pada masa ini anak sering mengalami kesulitan makan, apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan baik maka akan mudah terjadi kekurangan energi protein (KEP).Untuk mengantisipasi masalah diatas, diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan secara terpadu disetiap tingkat pelayanan kesehatan, termasuk pada sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas Perawatan, Puskesmas, Balai Pengobatan, Puskesmas Pembantu, Pos Pelayanan Terpadu, dan Pusat Pemulihan Gizi yang disertai peran aktif masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAHRumusan masalah akan memberikan gambaran mengenai hal apa saja yang akan dibahas pada bab selanjutnya adapun rumusan masalah yang akan dibahas ialah :1. Apa definisi Kurang Energi Protein (KEP) ?2. Apa determinan Kurang Energy Protein (KEP) ?3. Apa indikator Kurang Energy Protein (KEP) ?4. Bagaimana epidemiologi Kurang Energy Protein (KEP) ?5. Bagaimana pencegahan Kurang Energy Protein (KEP) ?6. Bagaimana penanggulangan Kurang Energy Protein (KEP) ?

1.3 TUJUAN PENULISANAdapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :1. Untuk mengetahui dan memahami definisi kurang energy protein (KEP)2. Untuk mengetahui dan memahami determinan dari kejadian kurang energy protein3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja indikator sehingga dikatakan kurang energy protein4. Untuk mengetahui keadaan epidemiologi dari kurang energy protein5. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan kejadian kurang energy protein6. Untuk mengetahui dan memahami cara penanggulangan kejadian KEP.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian KEP Menurut Supariasa (2000) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan

2.2 Klasifikasi KEP Berikut ini adalah klasifikasi Kurang Energi Protein, yaitu :1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS.2. KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS.3. KEP berat/Gizi buruk bila BB/U + 2 SD

Normal-2 SD s/d + 2 SD

Pendek (stunted)< - 2 SD

3. BB/TBStatus Gizi (sebutan)Keterangan

Gemuk> + 2 SD

Normal-2 SD s/d +2 SD

Kurus (wasted)< -2SD s/d - 3 SD

Sangat kurus< - 3 SD

2.3 Prevalensi KEP di Indonesia

2.4 Faktor Determinan

2.5 Etiologi KEPPenyebab terjadinya adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:1. Pola makanProtein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

2.Faktor sosialHidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.3.Faktor ekonomiKemiskinan keluarga atau penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.4. Faktor infeksi dan penyakit lainTelah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

2.4 Patofisiologi KEPMakanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stress katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relative, kalau kondisi ini terjadi terus menerus maka akan menunjukkan manifestasi kwashiorkor ataupun marasmus.Protein merupakan zat pembangun. Kekurangan protein dapat menggangu sintesis protein dengan akibat:1. Gangguan pertumbuhan2. Atrofi otot3. Penurunan kadar albumin serum (sembab)4. Hb turun (anemia gizi)5. Jumlah aktivitas fagosit turun (daya tahan terhadap infeksi turun)6. Sintesis enzim turun (gangguan pencernaan makanan)

KEP dalam keadaan berat KEP dibagi menjadi 2 yaitu :1. Kwashiorkor Kwashiorkor adalah defisiensi protein akibat terjadinya stress katabolik (infeksi).a.Etiologi Penyebab utama makanan tidak mengandung protein hewani dengan alasan : Kemiskinan. Pengetahuan mengenai penambahan makanan pada bayi dan anak. Pemikiran yang salah. Macam-macam infeksi : diare, cacingan dsb. Khusus : ibu kekurangan ASI, ibu meninggal, ibu dengan sakit berat, ibu hamil lagi, penghentian tiba-tiba dari ASI, penitipan anak atau bayi.

b. PatofisiologiPada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolic dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya (abdoeerahman, 1985).Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul edema (abdoerrahman, 1985).Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein-beta sehingga transport lemak dari hati kedepot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar(abdoerahman,1985).

c.Tanda dan Gejala1. Pertumbuhan terganggu2. Berat badan dan tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak sehat.3. Perubahan mental, biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis.4. Edema ringan maupun berat.5. Gejala gastrointestinal seperti; anoreksia, diare, hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pancreas dan usus. Intoleransi laktosa kadang-kadang ditemukan.6.Perubahan rambut; mudah dicabut, warna berubah, kusam, kering, jarang.7. Kulit kering (crazi pavement dermatosis)8.Pembesaran hati9. Anemia ringan10.Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, globulin tinggi.

2.MarasmusMarasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein. a.Etiologi1. Kegagalan menyusui anak, ibu meninggal anak diterlantarkan atau tidak dapat menyusui.2.Terapi dengan puasa karena penyakit, oleh karena itu tidak boleh lebih dari 24 jam.3. Tidak memulainya dengan makanan tambahan.

b.PatofisiologiPada keadaan ini yang menyolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, akan tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.

c.Tanda dan gejala1. Muka seperti orang tua2.Sangat kurus, tulang terbungkus kulit3.Cengeng dan rewel4.Kulit keriput5. Perut cekung6.Iga gambang7.Sering disertai penyakit infeksi dan diare

3. Marasmik-kwashiorkorTanda-tanda marasmik-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan kwashiorkor.

2.7 Komplikasi dari KEP1. Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pankreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.2. Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.3. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi buta).4. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin. B1menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.5. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.6. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.7. Defisiensi Vitamin B12, Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.8. Defisit Asam Folat, Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia.9. Defisiensi Vitamin C, Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.10. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium, Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh kembang anak.11. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.12. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat, Noma atau stomatitis merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala ini.

2.8 Penatalaksanaan DietTata laksana diet pada balita KEP berat atau gizi buruk ditujukan untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein serta cukup vitamin dan mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal. Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet,yaitu:1.Pemberian dietPemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut :a. Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan periode rehabilitasi.b. Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari.c. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu.Bahan makanan sumber mineral khusus : Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam. Sumber Cuprum : tiram, daging, hati. Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai. Sumber Magnesium : daun seledri bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam. Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak.e. Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema dikurangi.f. Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik (NGT).g. Porsi makanan kecil dan frekuensi makan sering.h. Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah laktosa dan rendah serat (lihat tabel formula WHO dan modifikasi).i. Meneruskan pemberian ASI.j. Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu:BB7 kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap.k. Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi.

2.Evaluasi dan pemantauan pemberian diet.a. BB sekali seminggu: Bila tidak naik, kaji penyebab antara lain: masukkan zat gizi tidak adekuat, defisiensi zat tertentu, misalnya iodium, adanya infeksi, adanya masalah psikologis.b. Pemeriksaan laboratorium: Hb, Gula darah, feses (adanya cacing), dan urin.c.Masukan zat gizi: bila kurang, modifikasi diet sesuai selera.d.Kejadian diare: gunakan formula rendah atau bebas laktosa dan hiperosmolar, misal: susu rendah laktosa, tempe, dan tepung-tepungan.e. Kejadian hipoglikemi: beri minum air guila atau makan setiap 2 jam.3. Penyuluhan Gizi4. Tindak Lanjut

2.9 Upaya Pencegahan (Yang harus dilakukan di rumah) a)Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannnya.b)Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 6 bulan. c)Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun, Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan. d)Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya. e)Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan atau kader bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan.f)Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas.

2.10 10 Langkah Penting Pelayanan Puskesmas Pada Balita KEP Berat atau Gizi Buruka. Atasi atau cegah hipoglekimiab. Atasi atau cegah hipotermiac. Atasi atau cegah dehidrasid. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolite. Obati atau cegah infeksif. Mulai pemberian makanang. Fasilitas tumbuh kejar (cath up growth)h. Koreksi defisiensi nutrient minkroi. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi atau mentalj. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

2.11 Tata Laksana Anak KEP BeratZat giziStabilitas (hari ke 1-2)Transisi (hari ke 3-7)Rehabilitasi (minggu ke 2- 6)

Energi 80-100 kkal/kgBB/hr100-150 kkal/kg/BB/hr150-220 kkal/kg/BB/hr

Protein 1-1,5 gr/kgBB/hr2-3 gr/kgBB/hr4-6 gr/kgBB/hr

Cairan 130 ml/kgBB/hr atau 100 ml ml/kgBB/hr bila ada edema berat150 ml/kgBB/hr150-200 ml/kgBB/hr

Fe Fe SO4 (200mg+0,25mg asam folat) Fe SO4 (150 ml) 1-3 mg elemental -

- -

-Beri tiap hari selama 4 minggu untuk anak 6 bulan 5 tahun

Vitamin AUmur< 6 bln

6 - 11 bln

1 - 5 thnDosis50.000 SI (1/2 kapsul biru)100.000 SI (1 kapsul biru)200.000 SI (1 kapsul merah)Penderita xerophtalmia

Vitamin lain Vit. C

Asam folat Vit. B, komplekBB < 5 kg : 50 mg/hr (1 tablet)BB < 5 kg : 100 mg/hr (2 tablet)5 mg/hr pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hr1 tablet/hari

Mineral mix Zinc Kalium Natrium Magnesium Cuprum

2.12 Langkah PreventifBeberapa langkah preventif dalam menanggulangi masalah gizi dapat dilakukan pemerintah :a. Menjamin ketersediaan pangan asal darat dan laut di seluruh negeri. Ketersediaan pangan masih menjadi masalah besar negeri ini. Tahun 1998, Indonesia telah menjadi negara pengimpor beras terbesar dunia dengan mengimpor 5,8 juta ton beras (48 persen) produksi beras dunia. Karena itu program diversifikasi pangan perlu dioptimalkan kembali, untuk mengurangi ketergantungan pada beras.Gerakan makan ikan mendesak dibudayakan lagi, terutama untuk memenuhi kecukupan gizi anak balita. Ikan, dengan kandungan protein berkisar antara 20-35 persen, berpotensi tinggi menjadi sumber protein utama dalam konsumsi pangan karena kelengkapan komposisi kandungan asam amino esensial serta mutu daya cernanya yang setara dengan telur. Kandungan asam-asam amino esensial yang lengkap dan tingginya kandungan asam lemak tak jenuh omega 3 (DHA, docosahexaenoic acid, C22H32O2) dan EPA (eicosapentaenoic acid, C20H30O2) yang kurang dimiliki oleh produk daratan (hewani dan nabati), merupakan keunggulan produk kelautan. Budaya makan ikan yang tinggi dalam masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan anak-anak negara itu.Adanya kenyataan bahwa Indonesia sebagai negara maritim (luas laut 5,8 juta km2), menjanjikan potensi pembangunan ekonomi yang luar biasa. Kekayaan laut Indonesia, ternyata baru sekitar 58,5 persen dari potensi lestari ikan laut (6,18 juta ton per tahun) yang dimanfaatkan saat ini, sehingga optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan masih jauh dari harapan. Tingkat konsumsi ikan per kapita di Indonesia tahun 1997 adalah 18 kg/kapita/tahun dan diharapkan menjadi 21,8 kg/kapita/tahun pada tahun 2003. Rendahnya tingkat konsumsi ikan per kapita per tahun ini menunjukkan masih rendahnya budaya makan ikan dibanding negara-negara lain seperti Jepang (110 kg), Korea Selatan (85 kg), Amerika Serikat (80 kg), Singapura (80 kg), Hongkong (85 kg), Malaysia (45 kg), Thailand (35 kg), Philipina (24 kg). Penyebabnya adalah rendahnya tingkat pengetahuan gizi ikan, keterampilan mengolah hasil perikanan, selain terbatasnya teknologi penangkapan ikan nelayan.b. Meningkatkan daya beli masyarakat. Secara umum masyarakat Indonesia telah mampu mengonsumsi makanan yang secara kuantitatif mencukupi. Namun, dari segi kualitatif, masih banyak yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimumnya. c. Meningkatkan mutu pendidikan gizi dan kesehatan dalam masyarakat. Hal ini dirasakan penting karena walaupun langkah pertama dan kedua berhasil dicapai, bila tidak disertai dengan peningkatan pengetahuan gizi dan kesehatan masyarakat, timbulnya kasus balita gizi buruk tetap berpeluang terjadi. Hal ini terbukti dengan adanya 30 persen kasus gizi buruk di Indonesia akibat dari rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan.BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat atau gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, atau marasmic-kwashiorkor.

Kurang Energi Protein dapat terjadi karena masalah ekonomi orang tua yang terimpit kemiskinan. Anak menderita sakit yang tak sembuh-sembuh sehingga susah makan. Sanitasi lingkungan yang buruk dan pemahaman warga terhadap kesehatan kurang. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh pola konsumsi yang tidak memperhatikan keseimbangan gizi. Hal itu dapat menimpa siapa saja, tidak mengenal status ekonomi. Anak orang yang berkecukupan pun bila tidak diperhatikan keseimbangan gizinya dapat terkena gizi buruk.

Beberapa langkah preventif dalam menanggulangi masalah gizi dapat dilakukan pemerintah : Pertama, menjamin ketersediaan pangan asal darat dan laut di seluruh negeri. Kedua, meningkatkan daya beli masyarakat. Ketiga, meningkatkan mutu pendidikan gizi dan kesehatan dalam masyarakat.

3.2Saran

Diharapkan masyarakat dapat melakukan satu upaya pencegahan terhadap penyakit akibat Kekurangan Energi Protein (KEP). Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat atau gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu atau PPG (Pusat Pemulihan Gizi).

DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalmkmi.blogspot.com/2009/03/faktor-faktor-determinan-kejadian.htmlhttp://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=3197&task=view http://naganartikel.blogspot.com/2011/09/makalah-kekurangan-enegi-protein-kep.htmlhttp://www.slideshare.net/diangibol/kep20631575?utm_source=slideshow02&utm_medium=ssemail&utm_campaign=share_slideshowAlmatsier,S.2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Moehji Sjahmien. 2007. Ilmu Gizi Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Papan Sinar Sinanti.Direktorat Bina Gizi. Petunjuk Teknis Tata Laksana Gizi Buruk. Indonesia : Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.Aritonang, Evawany. 2004. Protein Energy Malnutrition.Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.