Makalah Perspektiif IMUNISASI (Kep. AnaK)

38
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 1 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Sejak adanya program Imunnisasi di Dunia, khususnya di Negara Indonesia sendiri, tidaklah gampang terhadapmasyarakat yang menerima program imunisasiyang sagat fundamental untuk preventif kesehatan anak dal menjalani tumbuh kembangnya. Rendahnya cakupan imunisasi lengkap di Indonesia, 46,2 persen, menunjukkan upaya pencegahan penyakit belum mendapat perhatian seri Karena itu, perlu komitmen bersama untuk menggalakkan kembali kamp imunisasi bagi bayi dan anak balita. Dari hasil riset kesehatan dasar tahu oleh Departemen Kesehatan dan Badan Pusat Statistik, cakupan imunisasi lengkap anak usia 12 23 bulan sebesar 46,2 persen. Mereka mendapat vaksinasi BCG, polio 3 kali, DPT 3 kali, hepatitis B 3 kali, dan campak. Provinsi dengan cakupan imunisasi lengkap paling buruk adalah Sulawe Barat (17,3 persen). Kabupaten/kota dengan cakupan imunisasi lengka persen adalah Waropen, Tolikara, Paniai, Puncak Jaya, dan Yahukimo seorang anak tak mendapat vaksinasi lengkap, kemungkinan terhindar dari penyakit kurang dari 80 persen. Tahun 1990 Indonesia sudah mencapai univer child immunization (UCI) nasional. UCI adalah tercapainya cakupan persen imunisasi lengkap bayi sebelum usia 1 tahun untuk antigen BCG 1 kal DPT 3 kali, campak 1 kali, polio 3 kali, lalu tahun 1997 masuk hepatitis B Laporan Depkes menunjukkan, pencapaian UCI desa di Indonesia tahun dengan indikator cakupan imunisasi campak 76,1 persen, tahun 2008 68,3 persen. Provinsi dengan cakupan UCI rendah antara lain Lampu Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Maluku. Atas dasar data itu, para pemakalah membentuk diskusi sederhana untu mengangkat serta menuangkanya kedalam suatu makalah sederhana di r lingkup Mata K uliah Keperawatan Anak, yaitu: Perspective Pediatric Nursing terhadapProgram Pemerintahdalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi ”.

Transcript of Makalah Perspektiif IMUNISASI (Kep. AnaK)

BAB IPendahuluanLatar Belakang Sejak adanya program Imunnisasi di Dunia, khususnya di Negara Indonesia sendiri, tidaklah gampang terhadap masyarakat yang menerima program imunisasiyang sagat fundamental untuk preventif kesehatan anak dalam menjalani tumbuh kembangnya. Rendahnya cakupan imunisasi lengkap di Indonesia, 46,2 persen, menunjukkan upaya pencegahan penyakit belum mendapat perhatian serius. Karena itu, perlu komitmen bersama untuk menggalakkan kembali kampanye imunisasi bagi bayi dan anak balita. Dari hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan dan Badan Pusat Statistik, cakupan imunisasi lengkap anak usia 12 23 bulan sebesar 46,2 persen. Mereka mendapat vaksinasi BCG, polio 3 kali, DPT 3 kali, hepatitis B 3 kali, dan campak. Provinsi dengan cakupan imunisasi lengkap paling buruk adalah Sulawesi Barat (17,3 persen). Kabupaten/kota dengan cakupan imunisasi lengkap nol persen adalah Waropen, Tolikara, Paniai, Puncak Jaya, dan Yahukimo. Bila seorang anak tak mendapat vaksinasi lengkap, kemungkinan terhindar dari penyakit kurang dari 80 persen. Tahun 1990 Indonesia sudah mencapai universal child immunization (UCI) nasional. UCI adalah tercapainya cakupan minimal 80 persen imunisasi lengkap bayi sebelum usia 1 tahun untuk antigen BCG 1 kali, DPT 3 kali, campak 1 kali, polio 3 kali, lalu tahun 1997 masuk hepatitis B 3 kali. Laporan Depkes menunjukkan, pencapaian UCI desa di Indonesia tahun 2007 dengan indikator cakupan imunisasi campak 76,1 persen, tahun 2008 sebesar 68,3 persen. Provinsi dengan cakupan UCI rendah antara lain Lampung, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Maluku. Atas dasar data itu, para pemakalah membentuk diskusi sederhana untuk mengangkat serta menuangkanya kedalam suatu makalah sederhana di ruang lingkup Mata Kuliah Keperawatan Anak, yaitu: Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)

|1

Tujuan Tujuan makalah ini secara umum adalah untuk mengupas dari interpretasi berbagai sumber tentang Mata Kuliah Keperawatan Anak terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi.

Manfaat Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi: Pemerintah Sebagai bahan evaluasi guna lebih meningkatkan kinerja Program Imunisasi bagi masyarakat luas. Masyarakat Sebagai bahan wawasan, guna tidak terlalu khawatir digelar kegiatan imunisasi dari permerintah. Instansi/Intelegensi Kesehatan Sebagai bahan penunjang dalam mengontrol laju program kegiatan Imunisasi. Pendidikan Sebagai sarana wawasan dan penunjang dalam mengarungi lautan pendidikan.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)

|2

BAB IITinjauan PustakaIMUNISASI Pengertian Imunisasi Kata imun berasal dari bahasa latin imunitas yang berarti pembebasan atau kekebalan yang di berikan senator rommawi selama jabatan mereka terhadap kewajian sebagai warga negara biasa dan terhadap dakwaan dalam sejarah istilah ini kemudian berkembang, sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit dan lebih sepesipik lagi terhadap penyakit menular, kumat disebut antigen, pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh maka sebagai reaksi tubuh akan membuat zat anti yang di sebut anti body. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang di hasilkannya yang bekerja sama secara kulitif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racun yang masuk ke dalam tubuh (depkes RI, 2002) Pada umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibody tidak terlalu kuat, karena tybuh belum mempunyai pengalaman, tetapi pada reaksi kedua-ke tiga dan seterusnya,,tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan anti body terjadi dalam waktu lebih cepat dalam jumlah lebih banyak, itulah sebabnya pada beberapa penyakit yang di anggap berbahaya di lakukan imunisasi dan vaksinasi, hal ini di maksudkan sebagai pencegahan, agar tubuh tidak terjadi penyakit,atau seandainya terkena tidak menimbulkan akibat fatal.(Ditjen PP dan PL. Depkes RI, 2005) Mekanisme pertahanan tubuh disebut imunitas. Ada 2 jenis imunitas yaitu alamaiah dan buatan. Imunitas alamiah mungkin terbatas pada spesies tertentu. Jika pertahanan tubuh atau resistensi tubuh terhadap infeksi dengan memasukan perlindungan dari luar hal ini disebut imunitas buatan, jika di berikan perlindungan dari luar dan berlangsung tidak lama,,atau tidak ada partisipasi pertahanan dalam tubuh dari dalam, yang biasa di sebut anti body.hal ini di sebut imunitas pasif, sebaliknya jika perlindungan dari luar membuat tubuh memiliki simpanan anti body yang berfungsi melawan penyakit tertentu makan tubuh secara aktif berpartisipasiPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) |3

menolak infeksi disebut imunitas aktif tidak seperti imunitas pasif, imunitas aktif berlangsung lebih lama. Jadi cara memperoleh imunitas aktif buatan untuk melindungi diri dari melawan penyakit tertentu dengan memasukan suatu zat dalam tubuh melalui penyuntikasn atau secara oral di sebut imunisasi bahan atau agen yang di gunakan untk memproduksi imunitas disebut faksin (Gupte. 2004; 146)

Tujuan Imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atu populasi atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (IDAL, 2005; 7)

Manfaat Pemberian Imunisasi Menurut (umar: 2006) manfaat keteraturan imunisasi adalah: Untuk mencegah dan melindungi bayi dari berbagai penyakit yang menyebabkan kecacatan atau kematian; Terbentuknya kekebalan tubuh yang optimal; Mempercepat proses pengembangan kekebalan tubuh; Bayi yang mendapatkan imunisasi secara teratur akan lebih kebal terhadap penyakit dibandingkan bayi yang medapatkan iunisasi secara tidak teratur; serta Menghambat pengembangan penyakit menular di masyarakat.

Tempat Mendapatkan Imunisasi Adapun tempat-tempat pelayanan imunisasi adalah sebagai berikut: posyandu, puskesmas, rumahsakit bersalin, rumah sakit pemerintah, praktek doktor atau bidan, atau rumah sakit suasta.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)

|4

Macam-macam Imunisasi Imunisasi BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000 1.000.000partikel

/dosis. Kontraindikasi untuk

vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi: Reaksi lokal: 1 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8 12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut. Reaksi regional: pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3 6 bulan. Komplikasi yang mungkin timbul adalah: Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenitis supurativa , terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2 6 bulan.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)

|5

Imunisasi DPT Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia , kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14 16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)

|6

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut: demam tinggi (lebih dari 40,50Celsius) kejang kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau

perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1 2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

Imunisasi DT Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)

|7

Imunisasi TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid ) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS ( Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri. Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.

Imunisasi Polio Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa

menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio: IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV ) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5 6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)

|8

Kontra indikasi pemberian vaksin polio: Diare berat Gangguan Kehamilan. Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejangkejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik ) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS , infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma ), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari. kekebalan (karena obat imunosupresan,

kemoterapi, kortikosteroid)

Imunisasi Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak ( bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)

|9

Kontra indikasi pemberian vaksin campak: infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 derajat Celsius gangguan sistem kekebalan pemakaian obat imunosupresan alergi terhadap protein telur hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin wanita hamil. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

Imunisasi MMR Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak,

gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan padaPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 10

pembengkakan

pada

buah

zakar

sehingga

terjadi

keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9 12 bulan. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12 15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4 6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11 13 tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90 98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin: Komponen campak Measles 1 2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5 15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1 2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1 2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua. Komponen gondongan Mumps Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1 2 minggu setelah menerima suntikan MMR. Komponen campak Jerman Rubella

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 11

Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1 3 hari, timbul dalam waktu 1 2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14 15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1 3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan(hilangtimbul). Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1 2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi. Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada: anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia , limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati

imunosupresan .

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 12

wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil Imunisasi Hib Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa

menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur 12 18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anakanak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4 8 minggu. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90 100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah

mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya

menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 13

biasanya lebih cepat. Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup. Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa: Demam nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan. Efek samping yang lebih berat adalah: kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1 6 minggu setelah penyuntikan pneumonia reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi. Ensefalitis Penurunan koordinasi otot. Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada: Wanita hamil atau wanita menyusui Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem

kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS) Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 14

Anak-anak atau orang dewasa yang 3 6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.

Imunisasi HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG ( hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 15

Imunisasi Pneumokokus Konjugata Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

Keteraturan Pemberian Imunisasi Keteraturan imunisasi adalah pemberian imunisasi sesuai umur dan jadwal yang telah di tentukan secara teratur akan memberikan kekebalan pada bayi sehingga apabila terkena inveksi bayi akan kebal terhadap penyakit yang menyerang sehinga tidak menimbulkan kecacatan atau kematian Pemberian imunisasi pada tahun pertama kelahiran mampu melawan penyakit menular yang sering pada bayi.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 16

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 17

PROSES TUMBUH KEMBANG

Pengertian Tumbuh Kembang Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.(IDAI, 2002) Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002) Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005). Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Pentingnya Tumbuh Kembang Anak Pada saat dalam kandungan, pertumbuhan janin biasanya bisa diukur dari perkiraan berat badan dan panjang badan janin. Saat lahir berat badan dan tinggi badan anak merupakan aspek fisik yang selalu menjadi perhatian utama pada saat pemeriksaan rutin di praktek Dokter Spesialis Anak. Sedangkan

perkembangan mental dan intelektual dinilai dari bertambahnya kemampuan danPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 18

fungsi masing-masing bagian tubuh anak meliputi aspek emosi, intelektual (kecerdasan) dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor genetik yang akan menentukan sifat bawaan si anak dimana anak mempunyai kemampuan dengan ciri khas yang sama yang dipunyai oleh orang tuanya. Selain itu penelitian membuktikan bahwa faktor nutrisi juga memegang peranan penting, bahkan sejak masa pra konsepsi (perencanaan kehamilan). Faktor berikutnya adalah faktor lingkungan dimana anak itu tumbuh dan berkembang sejak dari dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan membawa pengaruh yang baik, begitu juga sebaliknya, lingkungan yang kurang/tidak baik akan menghambat tumbuh kembangnya. Ada 3 kebutuhan dasar anak yang perlu diingat. Yang pertama adalah kebutuhan fisik (ASUH) diantaranya pangan (nutrisi) yang sehat, ASI, imunisasi dasar lengkap, pakaian, kesehatan, lingkungan yang baik, dan lain-lain. Yang kedua adalah kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH), yaitu

diperlukannya ikatan dan kepercayaan yang kuat antara orang tua dan anak untuk menjamin tumbuh kembang yang seimbang secara fisik, mental dan sosialnya. Dan yang ketiga adalah kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH) untuk mengembangkan kemampuan dalam berpikir, berkreatifitas, bergaul, produktivitas dan banyak hal lainnya. Anak yang memperoleh ASUH, ASIH dan ASAH yang baik dan memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi misalnya penyakit TBC, diphteri tetanus, pertusis, polio, campak, dan hepatitis B. Bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin MMR untuk mencegah measles (campak), mumps (parotitis) dan rubela (campak jerman). Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka diharapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-penyakit yang menimbulkan cacat dan kematian. Pada tahun pertama kehidupannya, si kecil sangat membutuhkan keberadaan orang lain, khususnya orang tua, yang dapat memenuhi segala kebutuhannya. Usahakan untuk selalu berada dekat dengan si kecil, dan responsif terhadap berbagai kebutuhan yang dia ungkapkan dengan menangis atauPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 19

mengoceh. Si kecil akan menangkap hal ini sebagai bentuk pemahaman orangtua terhadap kebutuhannya. Stimulasi yang diberikan dianjurkan dengan cara penuh kasih sayang sehingga jalinan kelekatan yang hangat antara anak dan orangtua akan terbentuk. Rasa percaya diri dan rasa aman pun akan tumbuh dalam diri si kecil. Tumbuh Kembang Anak usia 0 12 Bulan Rentang Usia 0 3 bulan Yang dapat dilakukan si kecil Melepaskan menggenggam Mengangkat tengkurap Mengoceh; 'aah', 'uuh Melihat ke wajah seseorang dan tersenyum Mengenal penglihatan, pendengaran dan kontak 3 6 bulan Mengangkat kepala 900 dan Ibunya dengan kepala 450 bila jemarinya yang

mengangkat dada dengan terumpu pada tangan saat tengkurap Memegang benda di kedua tangan Berusaha meraih benda Memasukkan benda ke mulut 6 9 bulan Duduk tanpa dibantu Memindahkan benda dari tangan

yang satu ke tangan yang lainnya Tengkurap dan berbalik sendiri Mengucapkan da-da, ma-ma 9 12 bulan Berdiri Mengerti kalau benda ditutupi sesuatu itu tidak hilang Perbendaharaan kata mulai banyakPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 20

Mengerti sederhana

perintah

atau

larangan

Tumbuh Kembang Anak Usia Todler Anak usia toddler (1 3 th) mempunyai sistem control tubuh yang mulai membaik,hampir setiap organ mengalami maturitas

maksimal.Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungandiluar keluarga terdekat,mereka mulai berinteraksi dengan teman,mengembangkan perilaku/moral secara simbolis,kemampuan

berbahasa yang minimal.Sebagai sumber pelayanan kesehatan ,perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan anak dengan optimal. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif,psikososial maupun spiritual (Supartini, 2000). Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan Perkembangan Biologis secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badan berjalan cukup stabil/lambat. Rata-rata bertambah sekitar 2,3 tinggi badan bertambah sekitar 6 7cm kg

/tahun, sedangkan

/tahun ( tungkai bawah lebih dominant

untuk bertambah dibanding anggota tubuh lain). Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress,sehingga saat ini sudah bisa diajarkan toilet training .Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Perkembangan psikososial Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana pusat kesenangan anak pada perilaku menahan faeses bahkan kadangkala anak bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang perbedaan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya. Konflik yang sering terjadi adalah adanya Oedipus complex atau katarsis yaitu dimana seorang anak laki-laki

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 21

menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan dirinya.sedangkan pada wanita disebut dengan Elektra complex. Sedangkan Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs Guilt, ini (inisiatif berpusat vs pada rasa malu dan bersalah) untuk

Perkembangan

kemampuan

anak

mengontrol tubuh dan lingkungannya. Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase

Preoperasional dimana sifat egosentris sangat menonjol. Pada fase ini.sering ditemukan ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain. Kohlberg menggolongkan masa ini dalam Fase Konvensional ,Anak mulai belajar baik dan buruk,benar atau salah melaui budaya sebagai dasar peletakan nilai moral. Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap,yaitu Egosentris ,kebaikan seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah Oreintasi hukuman dan ketaatan,baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan, dan tahapan yang terakhir adalah Inisiatif,Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang menyenangkan dirinya. Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang besar dan belum fasihnya kemampuan bahasa, sehingga pada saat memberikan penjelasan kepada anak toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan singkat.Anak usia toddler memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi karena mereka terus bergerak. kebutuhan nutrisi tiap anak sekitar 1800 kalori dan akan menurunpada setiap pertambahan usia sekitar 90 kkal/kg BB Pengaruh permaianan sangatlah penting pada masa ini, yaitu berpengaruh dalam Perkembangan intelektual dimana dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap alat permainan, mulai mengambangkan

otonomi dalam permainan, dan belajar memecahkan masalah. Tak kalah penting pula pengaruh terhadap perkembangan moral, yaitu anak akan mempelajari nilai benar dan salah dalam permainan sehingga mereka dapat diterima/lingkungannya. Permainan yang tepat adalah solitary play (1 2 th) dan parallel play (2 3 tahun).

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 22

Kecenderungan cedera, karakteristiknya yang tidak bisa diam, penuh rasa ingin tahu sering menjadi penyebab cedera fatal bahkan sampai kematian apabila orang tua kurang waspada.

Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3 6 tahun (Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB ratarata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir.Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit.Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm,yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi. Sementara tidak jauh beda dalam segi perkembangan, kemampuan beberapa aspek vital anak mengalami peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ketahun, diantaranya adalah Aspek motorik : Tahun ketiga Anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik,menaiki tangga dengan kaki bergantian,dan turun dengan dua kaki untuk melangkah ,melompat panjang. Anak mampu menyusu balok menara 9 10 kotak.membangun jembatan dengan 3 kotak, mampu memasukkan bijibijian kedalam kotak berleher sempit dengan benar dan dalam serta

menggambar

anak

dapat

meniru

lingkaran

dana

silangan

menyebutkannya. Tahun keempat Anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan satu kaki,menangkap bola dengan tepat,berjalan mnuruni tangga dengan kaki bergantian.anak sudah mampu menggunakan gunting dengan baik untuk memotongPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 23

gambar mrngikutio garis,dapat memasang sepatu tetapi belum dapat mengikat talinya . Tahun kelima Pada tahun kelima sampai ke enam anak sudah mampu melompat dan meloncat pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap bola dengan baik .Anak sudah mampu menggunakan gunting dan alat sederhana sepreti pensil dengan sangat baik,mampu mengikat tali sepatu,anak juga sidah mampu mencetak beberapa huruf,angka atau kata seperti nama panggilan. Aspek Bahasa Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jurang dari 900 kata, mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata, mengunakan 6 sampai 8 kata, menyebut 4 warna atau lebih, dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya, mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.

Aspek Sosial Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri, rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dank eras kepala atau tidak sabar, agresif secara fisik dan vweerbal, mendapat kebanggan dalam pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut. pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggung jawab, mencoba untuk hidup berdasarkan outran, bersikap lebih baik, dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang. Aspek Kognitif Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu,Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 24

mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan

persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran social lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang factual dunia.

Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah Pada usia ini anak disebut juga priode intelektual, karena merupakan tahap pertama anak menggunakan sebagian waktunya untuk

mengembangkan kemampuan intelektualnya. Anak usia ini sedang belajar di sekolah dasar (SD) dan mendapat pelajaran tentang Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Perhatian anak sedang ditujukan kepada dunia pengetahuan tentang dunia dan alam sekelilingnya serta senang sekali membaca tentang cerita petualangan yang menambah pengalamannya. Pada usia ini terjadi perubahan-perubahan dari usia sebelumnya diantaranya ialah: Minat Minatnya objektif, perhatian lebih ditujukan pada dunia kenyataan atau dinia objektif yang dianalisa serta menunjukkan adanya hokum sebab akibat. Anak akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Jika lingkungannya mendukung anak akan lebih mudah untuk belajar kebiasaan seperti tidur dan bangun pada waktunya, makan, belajar, pada waktu dan tempatnya, dan anak mudah diajak kerja sama dan patuh. Ikut aktif dalam kepramukaan akan sangat membantu dalam pembentukan kepribadian yang stabil. Untuk mengembangkan minat tergantung pada kesempatan yang ada, misalnya saja seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius kemungkinan besar anak tidak menauh minatPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 25

pada agama. Dalam pengembangan minat, hubungan antar pribadi lebih menunjanga dari pada pengajaran khusus, juga suka atau tidak suka memainkan peranan penting, seperti anak yang tidak menyukai gurunya cenderung tidak menyukai pelajarannya.

Kesempurnaan Menurut Ericson anak nampak rajin dan aktif karena ingin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan padanya. Karenanya jaga jangan sampai anak rendah diri, usahakan anak merasxa tenang, mampu berprestasi. Priode ini disebut usia sekolah kareana itu anak tidak boleh gagal dalam sekolahnya. Ia harus memperoleh kepuasan atas keberhasilannya dan kepuasan ini akan memperkuat perkembangan kepribadiannya. Sikap sukses akan memberikan perasaan mampu pada dirinya yang akan menjadi modal dasar untuk menyelesaikan tugas-tugas lebih lanjut dan lebih berat.

Bermain Dengan kemajuan usianya dan bertambah popularnya bentuk hiburan seperti bacaan, film dan televisi maka kegiatan bermain menjadi berkurang.

Permasalahan Dunianya makin luas demikian pula minatnya dengan pelajaran formal di sekolah, pembahasan mengenai lingkungan meningkat.melalui kemampuan membaca anak dapat bertukar pikiran dengan teman-teman sebayanya. Dengan demikian anak mengembangkan sikap yang realistis mengenai hidup.

Moral Kontaknya anak dengan orang lain membuat pandangan atau konsepnya semakin luas. Ia menemukan apa yang selama ini dianggap benar atau salah di rumah yang tidak selamanya sesuai dengan di luar rumah. Sehingga ukuran-ukuran baru mengenaiPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 26

moral

anak

tumbuh

secara

bertahap

yang

kadang-kadang

bertentangan dengan yang dianut orang tua. Anak mengemban rasa kejujuran dan keadil;an yang tinggi dan ia tidak segan-segan memprotes bila ia diperlakukan tidak adil.

Hubungan Keluarga Walaupun lingkungan anak telah bertambah luas pengaruh orang tua masih membekas dalam perkembangan kepribadiannya. Misalnya orang tua yang berambisi, dapat mempengaruhi anak menjadi kurang tenang, tidak aman dan tidak menerima bila gagal mencapai harapan-harapan orang tua.

Salah Didikan Jika salah didikan akan timbul berbagai masalah prilaku seperti mengompol, berbohong, suka berkelahi, nakal dan malas belajar, mengganggu adik-adiknya, melancong, melamun, lari dari rumah, tidak naik kelas, merokok, dsb. Untuk memperbaiki salah penyesuaiian diri perlu diteliti latar belakang kehidupan anak, mengapa hal itu terjadi, sering ditemukan sebabnya, karena kurang perhatian orang tua.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 27

BAB IIIPembahasanPROGRAM IMUNISASI MENURUT PANDANGAN BERBAGAI KALANGAN

UNICEF UNICEF mendukung pemerintah Indonesia dalam penyelenggaraan kegiatan imunisasi . Semua kegiatan ini telah terbukti sebagai cara yang paling efektif dan hemat biaya dalam upaya mengurangi angka kematian anak.

WHO Menurut WHO, dianjurkan pemberian 5 jenis macam imunisasi terhadap anak , terutama imunisasi campak 1 kali dengan dosis 0,5 ml pada bayi berusia 9 bulan.

DINAS KESEHATAN PROFINSI DKI JAKARTA Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Paradigma Sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain

pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi). Imunisasi merupakan upaya prioritas yang dapat dipilih oleh semua wilayah mengingat bahwa imunisasi merupakan upaya yang efektif dan diperlukan oleh semua daerah. Upaya imunisasi diselenggarakan di indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalamrangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (pd3i) yaitu, tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis b. Dengan upaya imunisasi pula, kita sudah dapat menekan penyakit polio dan sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar di indonesia.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 28

DIRJEN PP PL (Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan) Dirjen PP PL mengemukakan, imunisasi adalah upaya meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit , sehingga dapat mencegah/mengurangi pengaruh infeksi organisme alami ataupun yang liar. Karenanya vaksinasi dan imunisasi sangat penting

MUI (Majelis Ulama Indonesia) Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Maruf Amin dalam

rangka peringatan Hari Anak Nasional serta seminar dan lokakarya nasional sosialisasi Vaksin Imunisasi Halal dan Baik di kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta (Sabtu, 23/7). Dalam kesempatan ini Maruf juga mengatakan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik. Vaksin yang dipergunakan untuk umat haruslah halal. Pimpinan MUI yang juga sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini mengemukakan, MUI mengemban misi dan amanah Himayatu wa RiayatulUmmah, memelihara dan melindungi umat, dengan ketetapan fatwa halal-haram. Tujuannya, agar umat terhindar dari hal-hal yang diharamkan dan dilarang agama, seperti penggunaan vaksin yang proses produksinya tidak sesuai dengan syariat Islam. Ketetapan fatwa itu sendiri didasarkan pada hasil penelitian ilmiah oleh para ahli yang berkompeten dan berdedikasi untuk kepentingan umat dengan lembaga LPPOM MUI. Penekanan oleh Ketua MUI ini mengemuka, mengingat hampir semua vaksin yang beredar dan dipergunakan di Indonesia, tidak jelas status kehalalannya menurut syariat Islam. Ir. Osmena Gunawan, Wakil Direktur LPPOM MUI meminta dan menuntut komitmen yang kuat dari pihak perusahaan sebagai produsen vaksin untuk masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam agar menyediakan produk vaksin yang halal. Kami meminta komitmen perusahaan untuk benar-benar menghasilkan vaksin yang halal. Karena hingga kini, sudah enam tahun sejak tahun 2005 ketika MUI mengeluarkan fatwa No. 16 tahun 2005, tentang kedaruratan penggunaan vaksin polio, belum ada berita tentang perkembangan pembuatan dan produksi vaksin yang halal, ujar Osmena. Dalam Fatwa tahun 2005 itu disebutkan, sebagaimana juga diakui sendiri oleh pihak produsen, semua vaksin polio yang diproduksi saat ini (tahun 2005),Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 29

baik di dalam maupun di luar negeri, masih menggunakan media dan proses yang belum sepenuhnya sesuai dengan syariat Islam sehingga fatwa MUI

mempersyaratkan, pemberian vaksin polio diperbolehkan sementara, sepanjang belum ada vaksin yang produksinya menggunakan media dan proses yang sesuai dengan syariat Islam.

KETUA UMUM (IDI) IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA Sudjatmiko mengatakan bahwa, Imunisasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Begitu juga dengan vaksinasi diharapkan menumbuhkan kekebalan tubuh manusia.

Elemen Masayarakat Unsur dari substansi komponen masyarakat yang menjadi sumber pencetakan fundamental kepribadian tumbuh kembang seorang anak adalah Keluarga itu sendiri. Di dalam keluarga yang sangat erat adalah seorang Ibu (yang memiliki sosok wanita pendidik, pelindung seorang anak). Dalam sudut perspektif seperti ini kami menyisir faktor-faktor seorang Ibu melaksanakan program imunisasi, ada beberapa faktor penunjang ibu medasari, diantaranya: Umur Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama.Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi.Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Noor,N.N,2000) Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras,pendidikan, dan status sosial ekonomi berhubungan dengan cakupan imunisasi dan opini orang tua tentang vaksin berhubungan dengan status imunisasi anak mereka.( Ali, Muhammad, 2002) . Dari penelitian Ali,Muhammad (2002) didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap

imunisasi (p < 0,05).Penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Lubis (1990;dalam Ali,Muhammad,2002).Penelitian Salma

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 30

Padri,dkk (2000) juga menemukan bahwa faktor utama yang berhubungan dengan imunisasi campak adalah umur ibu (OR 2,53 95% CI: 1.21 5.27).Selanjutnya hasil penelitian Ibrahim D.P.(2001) menunjukkan bahwa karakteristik ibu yang erat hubungannya dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan adalah: umur ibu yaitu umur ibu yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian.

Pendidikan Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Menurut Azwar (1996), merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta

berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut.Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oeleh tingkat pendidikan ibu.

(Ali,Muhammad,2002). Slamet (1999), menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan pelayanan seseorang maka semakin tempat membutuhkan berobat bagi pusat-pusat dirinya dan

kesehatan

sebagai

keluarganya. Dengan berpendidikan tinggi, maka wawasan pengatehuan semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan

kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan pendapat Slamet, Singarimbun (1986), juga menyebutkan

kelengkapan status imunisasi anak tertinggi pada ibu yang berpendidikan SLTP keatas sebanyak 30,1%.Berdasarkan penelitian Idwar (2001) juga disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA/ke atas dan 0,961 kali untuk pendidikanPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 31

tamat SLTP/sederajat. Ibu yang berpendidikan mempunyai pengertian lebih baik tentang pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah.

Status Sosial Ekonomi Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda

berdasarkan status sosial ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, yaitu: a) Karena terdapatnya perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah penyakit atau mendapatkan pelayanan kesehatan, b) Karena terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku hidup yang dimiliki. (Azwar, Azrul, 1999). Menurut Noor, N. N (2000) menyebutkan dengan berbagai status variabel sangat erat

hubungannya merupakan hubungannya

sosio

ekonomi

sehingga erat

karakteristik. dengan

Status

sosio

ekonomi

pekerjaan/jenisnya,

pendapatan

keluarga, daerah tempat tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan lain sebagainya.Status ekonomi berhubungan erat pula dengan faktor psikologi dalam masyarakat. Noor, N. N (2000). Hollingshead dan Redlich (dalam Azwar, Azrul,1999) dalam

melakukan penelitian sosial menggunakan indikator pekerjaan, pendidikan dan keadaan tempat tinggal dalam menentukan status sosial

ekonomi.Sedangkan Parker & Bennet memakai indikator pendapatan, pendidikan, jumlah anak dan sikap terhadap kesehatan. Hasil penelitian Ramli,M.R (1988) menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian drop out atau tidak lengkapnya status imunisasi bayi diantaranya adalah : faktor jarak rumah ke tempat pelayanan imunisasi. Jarak antara rumah responden dengan pusat pelayanan kesehatan terdekat, sebagian besar (78%) adalah kurang dari 1 km. Jarak kurang dari 1 km ini masih tergolong dekat. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat pelayanan kesehatan,diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya untuk kesehatan keluarganya. Sejalan dengan Ramli,Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 32

kesimpulan penelitian Idwar (2001) juga menyebutkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan jarak dekat dibandingkan yang jauh sebesar 1,01 kali. Sedangkan untuk jarak sedang dibandingkan dengan jarak jauh tidak terlihat adanya hubungan yang bermakna. Ibu akan mencari pelayanan kesehatan yang terdekat dengan rumahnya karena pertimbangan aktivitas lain yang harus diselesaikan yang terpaksa ditunda. Selanjutnya Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu melakukan imunisasi dasar pada bayi antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan. (Depkes RI, 2000). Pada masa yang akan datang di Indonesia akan terjadi perubahan dari negara agraris menjadi negara industri. Dengan terjadinya peralihan itu, mengakibatkan banyak tenaga kerja yang kemungkinan tidak akan tertampung di sektor industri, sehingga sebagian besar diantaranya akan terjun ke lapangan kerja informal. Sementara itu, karena adanya perbaikan pendidikan dan perhatian terhadap perempuan menyebabkan semakin meningkatnya tenaga kerja perempuan, baik di sektor formal maupun informal.batasan Ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari penghasilan baik di sektor formal maupun informal, yang dilakukan secara reguler di luar rumah.Tentunya aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih sayang terhadap anaknya termasuk perhatian ibu pada imunisasi dasar anak tersebut. Dari penelitian Ali,Muhammad (2002) didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang imunisasi antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, dimana tingkat pengetahuan tentang imunisasi ini masih sangat kurang. Begitupun, walau tanpa dasar pengetahuan yang memadai ternyata di kalangan ibu tidak bekerja sikap dan perilaku mereka tentang imunisasi lebih baik dibanding ibu yang bekerja.Namun menurut hasil kesimpulan penelitian Idwar (2000), justru menyebutkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai risiko 2,324 kali untuk mengimunisasikan bayinya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerjaPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 33

disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Pengetahuan Pengetahuan adalah seluruh pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupan. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu, termasuk praktek atau kemauan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistimatis. (Azwar, 1996) Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Slamet (1999), pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari atau kondisi yang sebenarnya, analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi ini terkait dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan

kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen individu secara tidak pendorong langsung yang menggambarkan dengan faktor-faktor penggunaan

berhubungan

pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi dasar bayi atauPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 34

anak.

Komponen

pendukung

antara

lain

kemampuan

individu

menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan. (Depkes RI, 2000) Faktor pengetahuan memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan dan hidup sehat. Slamet (1999) menegaskan bahwa wawasan pengetahuan dan komunikasi untuk pengembangan lingkungan yang bersih dan sehat harus dikembangkan yaitu dengan pendidikan dan meningkatkan pengetahuan. Dengan adanya pendidikan dan pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan terutama kepada para ibu sebagai anggota masyarakat memberikan dorongan dan motivasi untuk menggunakan sarana pelayanan kesehatan. Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan serta informasi yang didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah ilmu dari seseorang serta merupakan proses dasar dari kehidupan manusia. Melalui pengetahuan, manusia dapat melakukan perubahanperubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas yang dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan imunisasi bayi tidak lain adalah hasil yang diperoleh dari pendidikan. (Slamet, 1999) Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Menurut Azwar (1996), merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta

berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat. Pendidikan kesehatan dapat membantu para ibu atau kelompok masyarakat disamping dapat meningkatkan pengetahuan juga untuk meningkatkan kemampuan (perilakunya) untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu sangat mempengaruhi terlaksananya kegiatan pelaksanaan imunisasi anak/ bayi, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Tahap pendidikan sangat menentukan kemampuan seseorang dalam mengatasi masalah dalamPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 35

kehidupannya baik dilingkungan sosial maupun dilingkungan kerjanya. (Notoatmodjo, 1996).

Pekerjaan Pekerjaan juga sangat mempengaruhi perhatian suami dalam mengawasi kondisi istri. Suami yang bekerja pada jalur produksi atau melakukan pekerjaan yang tidak menyenangkan dan pekerjaantangan yang sulit dapat membuat suami tertekan. Dalam keadaan ini besarnya penghasilan merupakan pendorong semangat utama. Agar yang dilakukan menjanjikan peningkatan pendapatan, sebagai suatu alat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Paritas Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu saat ini. Tingkat paritas yang tinggi mempengaruhi dukungan pada ibu.

Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 36

BAB IVPenutup Kesimpulan Imunisasi adalah cara memperoleh imunitas aktif buatan untuk melindungi diri dari melawan penyakit tertentu dengan memasukan suatu zat dalam tubuh melalui penyuntikasn atau secara oral di sebut imunisasi bahan atau agen yang di gunakan untk memproduksi imunitas disebut faksin (Gupte. 2004; 146). Tujuan imunisasi, antara lain: Untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit, Terbentuknya kekebalan tubuh yang optimal, Mempercepat proses pengembangan kekebalan tubuh, Menghambat pengembangan penyakit menular. Bisa didapatkan di posyandu, puskesmas, rumahsakit bersalin, rumah sakit pemerintah, praktek doktor atau bidan, atau rumah sakit suasta. Dan akan mendapatkan macammacam imunisasi (Imunisasi BCG, DPT, TT, Polio, Campak, MMR,Varisella, HBV, Pneumokokus Konjugata) sesuai waktu kebutuhan. Dengan seiring tumbuh kembang anak (usia toddler, usia pra-sekolah, maupun usia sekolah) diharapkan seorang sudah mendapatkan imunisasi yang diprogramkan pemerintah dan bidang kesehatan. Badan Intelegensi seperti: UNICEF, WHO, DINAS KESEHATAN PROFINSI DKI JAKARTA, DIRJEN PP PL (Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan), MUI (Majelis Ulama Indonesia), IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA , hingga ke Elemen Masayarakat terkecil yaitu sampai sosok Ibu yang miliki berbagai faktor (Umur, Pendidikan, Status Sosial Ekonomi, Pengetahuan, Pekerjaan, Paritas) yang terkadang jarang terlihat oleh kita semua dalam mengayuh program imunisasi ini. Saran Dari kami pemakalah, coba untuk Pemerintah, sebagai bahan evaluasi guna lebih meningkatkan kinerja Program Imunisasi bagi masyarakat luas.. Dan bagi Masyarakat, sebagai bahan wawasan, guna tidak terlalu khawatir digelar kegiatan imunisasi dari permerintah.tersebut, guna menyehatkan anak-anak bangsa. Bagi Instansi/Intelegensi Kesehatan, sebagai bahan penunjang dalam mengontrol laju program kegiatan Imunisasi, agar bisa berjalan secara optimal.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 37

Dan bagi sarana Pendidikan, agar tetap sebagai wadah bagi sarana penambah wawasan dan penunjang dalam mengarungi lautan pendidikan, serta membentuk para anak-anak bangsa yang akan menerima tongkat estafet dari para pendahulu yang telah menlandasi program imunisasi ini.

Kritik dan Saran Rekontruksi dari Pembaca _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 38