Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor genetika ternyata menjadi pemicu talasemia, temuan mengejutkan ini disampaikan tim peneliti dari lembaga biologi molekuler ejikman stelah melakukan penelitian di sumatera dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Penderita talasemia diwililayah sumatera utara cukup kecil, tapi disumtra selatan bisa mencapai 15 persen. Sementara di sumba, NTT, penderita talasemia mencapai 36 persen. Perbedan jumlah ini cukup signifikan karna membuktikan kaitan talasemia dengan faktor genetika. Bis jadi di sumba, founder atau pemilik asal gen bawaan talasemia saling menikah dengan ras sama di daerahnya. Akibatnya disana terpusat frekuensi jumlah talasemia yang tinggi, jelas Dr. Iswari Setianingsih, phD, peneliti senior di Lembaga Ejikman kepada SH di Jakarta Rabu (22/5). Mendukung pendapat tersebut, ilmuwan biologi molekuler prof. Dr. Sangkot Marzuki mengatakan talasemia merupakan penyakit genetic tipikal penduduk wilayah tropis seperti Amerika Serikat (AS), Belanda, jerman dan sebagainya. Sangkot menjelaskan, akibat migrasi penduduk wilayah tropis ke barat maka mereka membawa gen talasemia ke daerah 1

description

Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

Transcript of Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

Page 1: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Faktor genetika ternyata menjadi pemicu talasemia, temuan

mengejutkan ini disampaikan tim peneliti dari lembaga biologi molekuler

ejikman stelah melakukan penelitian di sumatera dan Nusa Tenggara Timur

(NTT). Penderita talasemia diwililayah sumatera utara cukup kecil, tapi

disumtra selatan bisa mencapai 15 persen. Sementara di sumba, NTT,

penderita talasemia mencapai 36 persen. Perbedan jumlah ini cukup signifikan

karna membuktikan kaitan talasemia dengan faktor genetika. Bis jadi di

sumba, founder atau pemilik asal gen bawaan talasemia saling menikah

dengan ras sama di daerahnya. Akibatnya disana terpusat frekuensi jumlah

talasemia yang tinggi, jelas Dr. Iswari Setianingsih, phD, peneliti senior di

Lembaga Ejikman kepada SH di Jakarta Rabu (22/5).

Mendukung pendapat tersebut, ilmuwan biologi molekuler prof. Dr.

Sangkot Marzuki mengatakan talasemia merupakan penyakit genetic tipikal

penduduk wilayah tropis seperti Amerika Serikat (AS), Belanda, jerman dan

sebagainya. Sangkot menjelaskan, akibat migrasi penduduk wilayah tropis ke

barat maka mereka membawa gen talasemia ke daerah tersebut, terlebih

setelah terjadinya kawin silang. Setiap wilayah dimana talasemia berasal

memiliki ciri mutasi gen tersendiri. Penderita talasemia asal jawa tengah,

misalnya, mempunyai metode mutas berbeda dengan penderita dari sumatera

selatan. Dengan mengetahui asal atau ras pasien maka diagnosa dan

penangananya bisa lebih dipermudah. Dinegara maju seperti italia, misalnya,

diagnosa gen talasemia bukan hal baru. Setiap pasangan yang akan menikah

melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui apakah ia memiliki gen

pembawa talasemia. Adapun hasilnya, setiap pasangan diberi kebebasan untuk

memilih apakah tetap ngin menikah atau tidak. Di Indonesia, menurut

Sangkot, belum samapi pada taraf ini. Sampai hari ini, talasemia hari ini,

talasemia merupakan penyakit yang belum bisa disembuhkan 100 persen.

Penyakit ini ditandai dengan anemia kerusakan sel darah merah. Padahal sel

1

Page 2: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

darah merah berfungsi mengalirkan oksigen keseluruh tubuh. Dengan

kekurangan oksigen maka seluruh organ tubuh tidak bekerja baik. Yang paling

fatal tentu saja organ jantung.

B. Tujuan Penulisan

1. Tuhuan Umum

Mahasiswa memahami bagaimana proses keperawatan dari pengkajian

diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.

2. Tujuan khusus

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian Talasemia

2. Agar mahasiswa mengetahui etiologi Talasemia

3. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi Talasemia

4. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinik

5. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi Talasemia

6. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Talasemia

7. Agar mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang Talasemia

8. Agar mahasiswa mengetahui konsep tumbuh kembang anak

9. Agar mahasiswa mengetahui konsep hospitalisasi

10. Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan Talasemia

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup dari permasalahan dalam makalah ini ialah segala sesuatu yang

berkenaan dengan Asuhan Keperawatan pada bayi, anak penderita

Thalasemia.

D. Metode Penulisan

Dalam membuat makalah ini, penulisan menggunakan metode diskripsi dan

penulis mempelajari dari beberapa buku referensi dan mencari dari sumber

internet sesuai dengan materi pembahasan kelompok.

2

Page 3: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

E. Sistematika Penulisan

Pada sistematika penulisan makalah ini terdiri dari BAB I pendahuluan yang

terdiri atas latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan

sistematika penulisan. BAB II tinjauan teori yang terdiri dari pengertian,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan,

pemeriksaan penunjang, konsep tumbuh kembang anak, konsep hospitalisasi

dan asuhan keperawatan Talasemia. BAB III Penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran, Daftar Pustaka, dan Lampiran

3

Page 4: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Talasemia

Talasemia kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang di

tandai oleh penurunan kecepatan sintesis satu rantai polipeptida hemoglobin

atau lebih diklasifikasikan menurut rantai yang terkena ( alfa, beta, gamma) :

dua kategori mayor adalah alfa- dan beta-thalasemia, alfa-t, thalasemia yang

disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis rantai alfa hemoglobin. (kamus

Dorlan, 2000).

Thalasemia adalah sekelompok penyakit atau kelainan herediter yang

heterogen yang disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal,

akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya di sertai kelainan morfologi

eritrosit dan indeks-indeks erirosit (Soeparman, 1999).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa thalasemia merupakan

penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan cara resesif, dimana

terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur

eritrosit menjadi pendek ( kurang dari 100 hari ) dan juga disebabkann oleh

adanya defek produksi hemoglobin normal, akibat kelainan sintesis rantai

globin dan biasanya disertai kelainan morfologi erirosit dan indeks-indeks

erirosit.

B. Etiologi

Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuann sumsum tulang membentuk

protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana

mestinya hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di

dalam sel darah merah dan berfungsin sangat penting untuk mengangkut

oksigten dari paru – paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkanya

sebagai energy. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada,

4

Page 5: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

maka pasokan energy yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh

tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak

mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Adapun etiologi

thalasemia adalah faktor genetic (herediter). Thalasemia merupakan

penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di

dalam pembuuh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek kurang dari

100 hari, penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak

normal (hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena adanya

gangguan pembentukan yang disebabkan oleh

a). gangguan struktur pembentukan hemoglobin (hb abnormal)

b). gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin pada

thalasemia.

C. Patofisiologi

Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb A dengan dua polipeptida rantai

alpa dan dua rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau

kurangnya rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada

gangguan kemampuan erirosit membawa oksigen.

Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai

beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan

hemoglobin defectif. Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan

ketidakstabilan dan disintegrasi.

Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan

menimbulkan anemia dan atau hemosiderosi. Kelebihan pada rantai alpa

ditemukan pada thalasemia beta dan kelebihan rantai beta dan gamma

ditemukan pada thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini

mengalami presipitasi dalam sel erirosit. Globin intraerirositik yang

mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan

beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil badan Heinz, merusak sampul

erirosit dan menyebabkan hemolisis. Reduksi dalam hemoglobin

5

Page 6: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam

stimulasi yang konstan .

D. Manifestasi klinik

1. Kelesuan

2. Bibir, lidah tangan, kaki dan bagian lain berwarna pucat

3. Sesak nafas

4. Hilang selera makan dan bengkak di bagian abdomen, hemoglobin

yang rendah yaitu kurang dari pada 10g/dl.

E. Komplikasi

Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi

darah yang berulang – ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar zat

besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun didalam berbagai

jaringan tubuh seperti hepar, limfa, kulit, jantung dan lain – lain. Hal ini

dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis).

Limpa yang berat mudah rupture akibat trauma yang ringan saja. Kadang –

kadang thalasemia disertai tanda Hipersplenisme seperti leucopenia dan

trombositopenia. Kematian terutama oleh infeksi dan gagal jantung

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis :

Hingga kini belumm ada obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien

talasemia. Transfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali

( kurang dari 6g%) atau bila anak terlihat lemah tak ada nafsu makan.

Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari umur 2 tahun

sebelum terjadi pembesaran limpa atau hemosiderosis. Disamping itu

6

Page 7: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

diberikan berbagai vitamin, tetapi preparat yang mengandung zat besi

tidak boleh.

Penatalaksanaan keperawatan :

Pada dasarnya perawatan pasien talasemia sama dengan pasien anmei

lainya yaitu memerlukan perawatan tersendiri dan perhatian lebih.

Masalah pasien yang perlu di perhatikan adalah kebutuha nutria ( pasien

menderita anoreksi), resiko terjadi komplikasi akibat transfuse yang

berulang –ulang gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya

pengetahuan orang tua mengenai penyakit

G . Pemeriksaan Penunjang

Studi hematologi : tedapat perubahan – perubahan pada sel darah

merah, yaitu mirositosis, hiporomia, anosositosis, poikilositosis, sel

target, eritrosit yang immature, penurunan hemoglobin dan hemtrokrit.

Eletroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobin

Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif

terutama sel eritrosit hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang

akibat hiperplasia sumsum yang berlebihan. Perubahan meliputi

pelebaran medulla, penipisan korteks dan trabekulasi yang lebih besar

Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan PCR

( polymerase chain reaction )

.

H. Konsep Tumbuh Kembang Anak

1. Motorik Kasar

Loncat tali, badminton, memukul dan motorik kasar dibawah kendali

kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan

kehalusan.

2. Motorik Halus

7

Page 8: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

Menunjukkan keseimbangan dan koordinasi mata, tangan dan dapat

meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat

musik.

3. Kognitif

Dapat berfokus pada atau lebih dari satu aspek dan situasi, dapat

mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah,

dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak

awal dan dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan

datang.

4. Bahasa

Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak, memakai semua bagian

pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan

kata depan, menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal dan

dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan.

I. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1. Perkembangan psikoseksual menurut Fase Laten (6-12 tahun)

Selama periode laten, anak menggunakan energi fisik dan psikologis

yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan

pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada fase

laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin

perempuan, dan anak laki-laki dengan anak laki-laki. Dalam hal ini,

orang tua harus bijaksana dalam merespon, yaitu menjawabnya dengan

jujur dan hangat. Oleh karena itu, apabila anak tidak pernah bertanya

tentang seks sebaiknya orang tua waspada. Peran ibu dan ayah sangat

penting dalam melakukan pendekatan dengan anak, pelajari apa yang

sebenarnya yang sedang dipikirkan anak berkaitan dengan seks.

2. Perkembangan Psikososial menurut Industri Versus Inferiority (6-12

tahun)

8

Page 9: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

Anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya

melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam kegiatan akademik maupun

dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukannya bersama.

Otonomi mulai berkembang pada anak mulai fase ini, terutama awal

usia 6 tahun dengan dukungan keluarga dekat. Terjadinya perubahan

fisik, emosi dan sosial pada anak berpengaruh terhadap gambaran

terhadap tubuhnya. Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih

luas dengan teman di lingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan

perasaan sukses tersebut.

3. Perkembangan Kognitif (Piaget)

- Concrete Operation (7-11 tahun)

Pada usia ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan

konkeren. Ada anak mampu mengklasifikasi benda dan perintah

dan menyelesaikan masalah secara konkrit dan sistematis

berdasarkan dengan apa yang mereka terima dari lingkungannya.

- Formal Operation (11-15 tahun)

Tahapan ini ditunjukkan dengan karakteristik kemampuan

beradaptasi dengan lingkungannya dan kemampuan untuk fleksibel

terhadap lingkungannya. Anak remaja dapat berpikir dengan pola

yang abstrak menggunakan tanda atau simbol dan menggambarkan

kesimpulan.

J. Konsep Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah

sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali

ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat

mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian

ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh

dengan stress

9

Page 10: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

K. Reaksi Orang Tua terhadap Hospitalisasi Anak

Banyak penelitian membuktikan bahwa perawatan anak di rumah sakit

menimbulkan stres pada anak dan orang tua. Reaksi orang tua terhadap

perawatan anak di rumah sakit latar belakang yang menyebabkan dapat

diurai sebagai berikut :

1. Perasaan Cemas dan Takut

Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat

prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus

dilakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv lainnya. Perilaku yang

sering ditujukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas

dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang

sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekpresi wajah

tegang, dan bahkan merah.

2. Perasaan Sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal

dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk

sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku isolasi atau

tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa kooperatif terhadap

petugaskesehatan.

3. Perasaan Frustasi

Pada kondisi anakyang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak

mengalami perubahan serta tidak adakuatnya dukungan psikologis

yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya

maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena

itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku tidak koomperatif, putus

asa, menolak tindakan, bahkan mengingnginkan pulang paksa.

Reaksi Anak Usia Sekolah terhadap Hospitalisasi (6-12 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan

lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok

10

Page 11: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol tersebut

berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan

kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau

pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.

Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan di tunjukan dengan

ekpresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah

mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu

mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit

bibir atau memegang sesuatu dengan erat.

1. Reaksi anak saat di rawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)

Merasa kwatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya,

Dapat mengekpresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap

nyeri, selalu ingin tahu alasan tindakan dan berusaha independen dan

produktif.

2. Reaksi orang tua

Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,

pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak dan frustasi

karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak

familiernya peraturan rumah sakit.

L. Asuhan keperawatan

1).Pengkajian

a. Asal keturunan/kewarganegaraan

Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah

(maditernia) seperti turki, yunani, cyprus dan lain – lain. Di

Indonesia sendiri, Thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak,

bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.

b. Umur

Pada Thalasemia mayoryang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut

terlihat sejak berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada

11

Page 12: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

thalasemia minor yang gejalanya ringan, biasanya anak baru datang

berobat pada umur sekitar 4-6 tahun.

c. Riwayat kesehatan anak

Anak cendrung mudah terkena infeksi saluran nafas bagia atas atau

infeksi lainya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb

yang berfungsi sebagai alat transport.

d. Pertumbuhan dan perekembangan anak

Sering didapatkan data mengenai adanya kecendrungan gangguan

terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, Karena adanya

pengaruh hipoksia jaringan besifat kronik. Hal ini terjadi terutama

untuk thalasemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil

untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual,

seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak.

Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada

jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan

perkembangan anak normal.

e. Pola makan

Karena ada anorexia anak sering mengalami susah makan,

sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan

usianya.

f. Pola aktivitas

Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih

banyak tidur/ istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal

mudah merasa lelah.

g. Riwayat kesehatan keluarga

Kareba merupakan penyakit keturuna, mak perlu dikaji apakah ada

orang tua yang menderita thalasemia. Apabila kedua orang tua

menderita thalasemia, maka anaknya beresiko menderita

thalasemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah untuk

mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena

keterunuanan.

12

Page 13: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

h. Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core-ANC)

Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam

adanya faktro risiko thalasemia. Sering orang tua merasa bahwa

dirinya seha. Apabila diduga ada faktor risiko, maka ibu perlu

diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya

nanti setelah ;ahir. Untuk memastikan dianogsis, maka ibu segera

dirujuk kedokter.

i. Data kedaan fisik anak thalasemia yang sering didapatkan

diantaranya adalah :

1). Keadaan umum

Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak

selincah anak seusianya yang normal.

2). Kepala dan bentuk muka

Anak yang belum/ tidak mendapatkan pengobatan mempunyai

bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya

adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung,

jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.

3). Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan.

4). Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman.

5). Dada

Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat

adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia

kronik.

6). Perut

Kelihatan membuncit dari pada perabaan terdapat pembesaran

limpa dan hati (hepatoslemagali).

7). Pertumbuhan fisiknya kurang dari normal

Dan BB- nya kurang dari normal. Ukuran fisikn anak terlihat

lebih kecil bila dibandingkan dengan anak – anak lain

seusianya

13

Page 14: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

8). Pertumbuhan organ seks sekunder unhik anak pada usia

pubertas

Ada keterlambatan kematangan seksual, misalmya, tidak

adanya pertumbuhan pada ketiak, pubis, atau kumis. Nahkan

mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena

adanya anemia kronik

9). Kulit

Warna kulit pucat kekwiing-ketuiingan. Jika anak telah sering

sering mendapat transfuse darah, maka warna kulit menjadi

kelabu seperti besi akibat adanya penuimbunan zat besi akibat

adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit

(hemosiderosis)

2. Diagnosa keperawatan

a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan

berkurangnya komponen seluler yang penting untuk

menghantarkan oksigen/ zat nutrisi ke sel

b) Ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak kuat.

c) Intoleran aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya

kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen

3. Intervensi

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya

komponen seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen/

zat nutrisi ke sel

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24

jam, pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan adekuat

Kriteria hasil : menunjukan perfusi jaringan yang adekuat (TTV

stabil).

Intervensi :

1. Monitoring TTV

R : mengontrol TTV

14

Page 15: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

2. Meninggikan kepala tempat tidur

.

1. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai O2 dan kebutuhan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

diharapkan klien mampu melakukan aktivitas sehari hari

Kriteria hasil : anak bermain dan beristirahatdengan tenang serta dapat

melakukan sesuai kemampuan.

Intervensi :

- Kaji toleransi fisik anak dan bantu dalam aktivitas yang melebihi

toleransi anak. Rasional : untuk mengetahui toleransi anak.

- Berikan anak aktivitas pengalihan misalnya bermain. Rasional : untuk

melatih kemampuan anak.

- Berikan anak periode tidur sesuai kondisi dan usia. Rasional : untuk

mempercepat pemulihan kemampuan anak.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kbutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna

makanan/absorbs nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel

darah merah normal.

Tujuan : menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi

Kriteria hasil :

- Menunjukkan peningkatan BB progresif sesuai yang dinginkan.

- Tidak adanya malnutrisi (kekurangan nutrisi)

Intervensi :

- Pantau jumlah dan jenis intake dan output pasien. Rasional : untuk

mengetahui jenis dan jumlah asupan nutrisi yang penting bagi

pasien

- Timbang berat badan klien. Rasional : untuk menentukan

keseimbangan nutrisi yang tepat.

15

Page 16: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

- Beri penkes tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Rasional : untuk

membantu pasien dan keluarga memahami pentingnya nutrisi bagi

tubuh.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang

diturunkan cara resesif, dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam

pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek ( kurang dari 100

hari ) dan juga disebabkann oleh adanya defek produksi hemoglobin

normal, akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai

kelainan morfologi erirosit dan indeks-indeks erirosit.

B. Saran

Bagi para pembaca kelompok berharap agar tidak merasa puas dengan

makalah yang kelompok buat ini sehingga minat untuk mencari sumber

lain karena kelompok pun bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari

sempurna.

16

Page 17: Kep. Anak 1 (Thalasemia) New

17