59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

13
PENDAHULUAN Pada pasien-pasien dengan keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi (kanan atau kiri), nafas berbau, atau kelainan-kelainan lain pada sinus paranasal misalnya: mukokel, pembentukan cairan dalam sinus-sinus, atau tumor, trauma sekitar sinus paranasalis, diperlukan informasi mengenai sinus tersebut. Sinus paranasal adalah sinus (rongga) pada tulang berada sekitar nasal (hidung). Rongga – rongga pada tengkorak ini berhubungan dengan hidung, dan secara terus – menerus menghasilkan lendir yang dialirkan ke hidung. Gangguan aliran ini karena berbagai sebab akan menyebabkan penumpukan lendir di rongga sinus, jika terinfeksi oleh kuman akan menyebabkan infeksi sinus yang disebut sinusitis. Sinus paranasal terdiri dari sinus frontalis, ethmoidalis, sfenoidalis dan maksilaris. Sinus – sinus ini bermuara ke dalam cavum nasi. Sinus paranasal dapat digolongkan dalam 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinus maksilaris. Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus sfenoidalis. Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3 – 4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontalis. Sinus maksila dan ethmoid telah ada sejak anak

Transcript of 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

Page 1: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

PENDAHULUAN

Pada pasien-pasien dengan keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan adanya

sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi (kanan atau

kiri), nafas berbau, atau kelainan-kelainan lain pada sinus paranasal misalnya: mukokel,

pembentukan cairan dalam sinus-sinus, atau tumor, trauma sekitar sinus paranasalis,

diperlukan informasi mengenai sinus tersebut.

Sinus paranasal adalah sinus (rongga) pada tulang berada sekitar nasal (hidung).

Rongga – rongga pada tengkorak ini berhubungan dengan hidung, dan secara terus – menerus

menghasilkan lendir yang dialirkan ke hidung. Gangguan aliran ini karena berbagai sebab

akan menyebabkan penumpukan lendir di rongga sinus, jika terinfeksi oleh kuman akan

menyebabkan infeksi sinus yang disebut sinusitis. Sinus paranasal terdiri dari sinus frontalis,

ethmoidalis, sfenoidalis dan maksilaris. Sinus – sinus ini bermuara ke dalam cavum nasi.

Sinus paranasal dapat digolongkan dalam 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu golongan

anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinus

maksilaris. Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus

sfenoidalis.

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung

dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3 – 4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus

frontalis. Sinus maksila dan ethmoid telah ada sejak anak lahir, sedangkan sinus frontalis

berkembang dari sinus ethmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun.

Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8 – 10 tahun dan berasal dari bagian postero –

superior rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia

antara 15 – 18 tahun.

Pemeriksaan radiologis untuk mendapatkan informasi dan mengevaluasi sinus

paranasal adalah :

- Pemeriksaan foto kepala dengan berbagai posisi yang khas

- Pemeriksaan tomogram

- Pemeriksaan CT-scan

Page 2: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

Dengan pemeriksaan radiologis tersebut para ahli radiologi dapat memberikan gambaran

anatomi atau variasi anatomi, kelainan-kelainan pada sinus paranasalis dan struktur tulang

sekitarnya, sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih dini.

Page 3: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

PEMERIKSAAN FOTO KEPALA

Pemeriksaan foto kepala untuk mengevaluasi sinus paranasal terdiri atas berbagai

macam posisi, antara lain:

a. Foto kepala posisi AP (Antero-Posterior) atau Caldwell

b. Foto kepala lateral

c. Foto kepala posisi Waters

d. Foto kepala posisi Submentoverteks

e. Foto Rhese

f. Foto basis kranii dengan sudut optimal

g. Foto proyeksi Towne

Pemeriksaan foto polos kepala adalah pemeriksaan yang paling baik dan paling utama

untuk mengevaluasi sinus paranasal. Karena banyaknya unsur - unsur tulang dan jaringan

lunak yang tumpang tindih pada daerah sinus paranasal, kelainan-kelainan jaringan lunak,

dan erosi tulang kadang-kadang sulit dievaluasi. Pemeriksaan ini cukup ekonomis dan

minimal radiasinya bagi pasien.

Pada beberapa rumah sakit di Indonesia,untuk mengevaluasi sinus paranasal cukup

melakukan foto kepala AP dan lateral serta Waters. Apabila dari ketiga foto tersebut belum

didapatkan hasil yang lengkap baru dilakukan posisi-posisi lain.

Semua pemeriksaan harus dilakukan dengan proteksi radiasi yang baik dan arah sinar

yang teliti. Posisi pasien yang terbaik adalah posisi duduk. Apabila dilakukan dengan posisi

tiduran, paling tidak posisi Waters dilakukan dalam posisi duduk untuk mengevaluasi adanya

air fluid level dalam sinus-sinus. Apabila pasien tidak dapat duduk, dianjurkan melakukan

foto lateral dengan film diletakkan pada posisi kontralateral dan sinar X horizontal.

Page 4: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal
Page 5: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

Foto AP Kepala (Posisi Caldwell)

Foto ini diambil dengan posisi kepala menghadap kaset, bidang midsagital kepala

tegak lurus pada film. Idealnya pada film tampak pyramid tulang petrosum diproyeksi pada

1/3 bawah orbita atau pada dasar orbita. Hal ini dapat tercapai apabila orbito-meatal line

tegak lurus pada film dan sentrasi membentuk sudut 15° kaudal. Baik untuk melihat sinus

frontalis dan etmoid.

Page 6: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

Foto Lateral Kepala

Foto lateral kepala dilakukan dengan kaset terletak sebelah lateral dengan sentrasi di

luar kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksilaris berhimpit satu sama

lain.

Foto Posisi Waters

Foto Waters dilakukan dengan posisi di mana kepala menghadap kaset, garis orbito-

meatus membentuk sudut 37° dengan kaset. Sentrasi sinar kira-kira di bawah garis

interorbital. Pada posisi Waters, secara ideal pyramid tulang petrosum diproyeksikan pada

dasar sinus maksilaris sehingga kedua sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya

(pemeriksaan paling baik untuk menilai sinus maksilaris pada foto polos). Foto Waters

umumnya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan dapat

menilai daerah dinding posterior sinus sphenoid dengan baik.

Foto Kepala Posisi Submentoverteks

Posisi submentoverteks diambil dengan meletakkan film pada vertex, kepala pasien

menengadah sehingga garis infra-orbitomeatal sejajar dengan film. Sentrasi tegak lurus kaset

dalam bidang midsagital melalui sella tursika kearah vertex. Banyak variasi-variasi sudut

sentrasi pada posisi submentoverteks, agar supaya mendapatkan gambaran yang baik pada

beberapa bagian basis kranii, khususnya sinus sfenoid dan dinding posterior sinus maksilaris.

Foto Posisi Rhese

Posisi Rhese atau oblique dapat mengevaluasi bagian posterior sinus etmoid tanpa

superposisi dengan struktur lain, kanalis optikus dan lantai dasar orbita sisi lain.

Foto Posisi Towne

Posisi Towne diambil dengan berbagai variasi sudut angulasi antara 30°-60° kearah

garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm diatas glabela dari foto polos kepala

Page 7: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

dalam bidang midsagital. Proyeksi ini adalah yang terbaik untuk menganalisis dinding

posterior sinus maksilaris, fisura orbitalis inferior, kondilus mandibularis dan arkus

zygomatikus posterior.

Page 8: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

PEMERIKSAAN TOMOGRAM

Pemeriksaan tomogram pada sinus paranasal biasanya digunakan multidirection

tomogram. Sejak digunakannya CT-scan, pemeriksaan tomogram penggunaannya agak

tergeser. Tetapi pada fraktur daerah sinus paranasal, pemeriksaan tomogram merupakan

pemeriksaan yang terbaik dibanding pemeriksaan CT-scan. Pemeriksaan tomogram juga

biasa dilakukan untuk memastikan bila pada foto polos terdapat dugaan massa pada nasal

berupa bayangan radioopak di sinus.

Pemeriksaan tomogram biasanya dilakukan dengan posisi AP (Caldwell) atau Waters.

Untuk pemeriksaan survey dilakukan irisan setiap 5 mm dari dinding anterior sinus frontalis

sampai bagian belakang tulang sphenoid. Lalu dilakukan irisan khusus setenal 1-2 mm

dengan sentrasi khusus di daerah yang dicurigai. Kadang-kadang karena irisannya sangat

tipis, fraktur tidak dapat dideteksi dengan baik, pada foto hanya tampak sebagai garis/batas

tulang yang kabur pada segmen tertentu. Untuk itu dilakukan irisan khusus dan irisan

dipertebal.

PEMERIKSAAN KOMPUTER TOMOGRAFI (CT-SCAN)

Pemeriksaan CT-scan sekarang merupakan pemeriksaan unggulan untuk memriksa

sinus paranasal, karena dapat menganalisis dengan baik tulang-tulang secara rinci dan

bentuk-bentuk jaringan lunak. CT-scan dapat memperlihatkan adanya kerusakan tulang

maupun jaringan lunak yang abnormal. Irisan aksial merupakan standar pemeriksaan paling

baik yang dilakukan dalam bidang inferior orbitomedial (IOM), dengan irisan setebal 5mm,

dimulai dari sinus maksilaris sampai sinus frontalis. Pemeriksaan ini dapat menganalisis

perluasan penyakit dari gigi-geligi, sinus-sinus dan palatum, termasuk ekstensi intracranial

dari sinus frontalis.

Irisan melalui bidang IOM dapat menyajikan anatomi paranasalis dengan baik dan

gampang dibandingkan dengan atlas standard cross section. Dapat juga mempelajari nervus

optikus dan mengevaluasi orbita. Bidang IOM berjalan sejajar dengan palatum durum,

sebagian besar dasar fossa kranialis anterior (dasar sinus nasalis, sinus-sinus etmoidalis, dan

orbita). Dalam hal ini gampang sekali membandingkan sisi kanan dan kiri. Pada irisan ini

dapat memperlihatkan perubahan-perubahan volume, penyakit/kelainan jaringan lunak di

antara tulang-tulang, atau erosi yang kecil.

Page 9: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

Pemberian kontras intravena dapat dilakukan untuk membedakan massa yang

enchance, terutama pada tumor-tumor. Bermacam-macam kontras enchance yang mungkin

terjadi antara lain dari jaringan normal (misalnya otot-otot), penyumbatan karena secret,

jaringan granulasi, jaringan pembuluh darah, dan jaringan tumor. Sebagai contoh apabila

pada foto polos terdapat massa radioopak meliputi kavum nasi. Pameriksaan tomogram dan

CT-scan polos tanpa kontras tidak dapat membedakan antara kedua kemungkinan ini, hanya

dengan pemberian kontras intravena dapat membedakan kedua kemungkinan ini. Kadang-

kadang diperlukan bolus injeksi yang dipercepat, agar supaya dilakukan dengan fase arterial,

sehingga dapat membedakan massa yang enchance atau tidak. Pada beberapa kasus dapat

diberikan drip effusion agar dapat diperlihatkan kontur patologis.

1. Potongan Axial

Posisi pasien : pasien berbaring supine di atas meja pemeriksaan. Kedua lengan di

samping tubuh, kaki lurus ke bawah dan kepala berada di atas headrest (bantalan

kepala ). Posisi pasien diatur senyaman mungkin.

Posisi objek : kepala diletakkan tepat di terowongan gantry, mid sagital plane segaris

tengah meja. Mid axial kepala tepat pada sumber terowongan gantry.

2. Potongan Coronal  

Posisi pasien : pasien berbaring prone di atas meja pemeriksaan dengan bahu diganjal

bantal. Kepala digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin dengan

membidik menuju vertikal. Gantry sejajar dengan tulang-tulang wajah. 

Page 10: 59436404 Referat Radiologi Sinus Paranasal

Posisi objek : kepala tegak atau digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa

mungkin dan diberi alat fiksasi agar tidak bergerak.