47292864-refleksi-kasus ( nik)

8
 Paraf Nilai Nama NIM Stase Dokter Pembimbing Endang Sulistyawati 20050310087 Ilmu Kulit dan Kelamin dr. Endang T.S, Sp.KK LAPORAN REFLEKSI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN “VARICELLA” A. KASUS 1. IDENTI TAS PASI EN - Nama : An. Handoyo - Jenis Kelamin : Laki-laki - Umur : 10 tahun - Al amat : Ba ndaran, Ma ge la ng - Pekerjaan : Pelajar  2. ANAMNESIS : - Keluhan Utama (KU) : gatal pada bintik-bintik berisi air yang muncul di seluruh tubuh, tangan, kaki, dan wajah. - Riwaya t Penyaki t Sekarang (RPS) : pasien mendap ati di daerah perut timbul  bintik-bintik berisi air sejak 3 hari yang lalu. Pada perut mmenjadi gatal. Selain itu pasien juga merasakan sakit kepala dan nafsu makan berkurang. Pasien  belum berobat dan bintik-bintik menyebar ke seluruh tubuh, tangan, kaki, dan wajah. - Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. - Riwaya t Penyaki t Keluarg a (RPK) : pasien menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga, tet angga ataupun teman sepermainan yang sedang mengalami hal yang sama. 3. PEMERIKSAAN FISIK 1

Transcript of 47292864-refleksi-kasus ( nik)

Page 1: 47292864-refleksi-kasus ( nik)

5/13/2018 47292864-refleksi-kasus ( nik) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/47292864-refleksi-kasus-nik 1/8

Paraf Nilai

Nama

NIM

Stase

Dokter Pembimbing

Endang Sulistyawati

20050310087

Ilmu Kulit dan Kelamin

dr. Endang T.S, Sp.KK 

LAPORAN REFLEKSI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

“VARICELLA”

A. KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

- Nama : An. Handoyo

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Umur : 10 tahun

- Alamat : Bandaran, Magelang

- Pekerjaan : Pelajar  

2. ANAMNESIS:

- Keluhan Utama (KU) : gatal pada bintik-bintik berisi air yang muncul di

seluruh tubuh, tangan, kaki, dan wajah.

- Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : pasien mendapati di daerah perut timbul

 bintik-bintik berisi air sejak 3 hari yang lalu. Pada perut mmenjadi gatal. Selain

itu pasien juga merasakan sakit kepala dan nafsu makan berkurang. Pasien

 belum berobat dan bintik-bintik menyebar ke seluruh tubuh, tangan, kaki, dan

wajah.

- Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : pasien belum pernah mengalami hal yang

sama sebelumnya.- Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) : pasien menyatakan bahwa tidak ada

anggota keluarga, tetangga ataupun teman sepermainan yang sedang mengalami

hal yang sama.

3. PEMERIKSAAN FISIK 

1

Page 2: 47292864-refleksi-kasus ( nik)

5/13/2018 47292864-refleksi-kasus ( nik) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/47292864-refleksi-kasus-nik 2/8

Ujud Kelainan Kulit (UKK) : pada region fasialis, columna servikalis anterior dan

  posterior, thorax anterior, dorsal, abdomen, ekstremitas superior dan inferior 

ditemukan vesikel ukuran miliar dan pustul ukuran milar dengan dasar eritematous.

4. DIAGNOSIS BANDING

1. Varicella

2. Herpes zoster 

3. Insect bite

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang

6. DIAGNOSIS

“Varicella”

7. RENCANA PENANGANAN

Rencana penanganan varicella pada pasien anak dapat diberikan:

1. Pengobatan sistemik:

- Obat simptomatik yaitu analgesik dan antipiretik seperti asetaminofen 10-15mg/kgbb diberikan setiap 4-6 jam dan diberikan apabila demam dan nyeri saja

(apabila perlu/prn)

- Pada pasien anak-anak, varicella bersifat  self-limited  sehingga tidak 

memerlukan antiviral seperti asiclovir.

- Jika terjadi infeksi sekunder maka diberikan antibiotik (dalam kasus ini tidak 

terjadi infeksi sekunder)

2. Pengobatan lokal :

Diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2% atau

mentol 2%.

8. SARAN

2

Page 3: 47292864-refleksi-kasus ( nik)

5/13/2018 47292864-refleksi-kasus ( nik) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/47292864-refleksi-kasus-nik 3/8

Menyarankan kepada pasien untuk tidak menggaruk lesi karena dapat menyebabkan

infeksi sekunder.

B. PEMBAHASAN

Pada kasus ini apabila disimpulkan dari data-data anamnesis dan pemeriksaan virus

dapat dibuat diagnosis kerja dari pasien kali ini adalah varisela. Varisela atau biasa

disebut chickenpox merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi

 primer dari virus varisela zoster. Pada pasien yang sudah pernah mengalami varisela

sebagai manifestasi infeksi primer dari virus varisela zoster maka dapat terkena herpes

zoster apabila virus mengalami reaktifasi. Pada kasus ini, pasien belum pernah

mengalami hal yang sama sebelumnya sehingga dimungkinkan penyakit yang diderita

 pasien sekarang adalah infeksi primer sehingga dapat menyingkirkan diagnosis banding

herpes zoster. Selain itu manifestasi klinis bilateral pada pasien ini dapat menguatkan

diagnosis varisela karena herpes zoster bermanifestasi pada kulit secara unilateral dan

sesuai dengan dermatom saraf. Sedangkan diagnosis banding insect bite dapat

disingkirkan karena pada lesi pasien tidak ditemukan tanda gigitan serangga dan pasien

tidak merasa digigit serangga sebelumnya.

Varisela memiliki komplikasi yang tidak dapat diabaikan untuk diperhatikan,

namun secara umum varisela dapat dikelompokan menjadi penyakit virus yang ringandan self limited khususnya apabila mengenai pasien anak-anak. Sebelum vaksin varisela

ditemukan, varisela termasuk penyakit yang mengancam jiwa dan menyebabkan 100

kematian setiap tahunnya. Namun setelah vaksin varisela ditemukan mortalitas dan

morbiditas penyakit varisela menurun.

Virus varisela zoster termasuk dalam virus herpes (herpetiviridae) subfamily

alphaherpesvirinae yang merupakan virus DNA beruntai ganda dan linear. Virus

varisela zoster berbentuk bulat dengan diameter 120-200 nm dengan ciri berinti,

  berkapsul, memiliki tegumen (ruangan di antara selubung dan kapsid yang berisi

 protein-protein yang dikode virus dan enzim-enzim yang dapat berperan saat inisiasi

dari replikasi diri) dan envelope. Adapun selubung virus varisela zoster mengandung

glikoprotein dan reseptor Fc.

3

Page 4: 47292864-refleksi-kasus ( nik)

5/13/2018 47292864-refleksi-kasus ( nik) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/47292864-refleksi-kasus-nik 4/8

Virus varisela zoster dapat menginfeksi manusia melalui droplet dan cairan dari

vesikel yang mengandung virus varicella-zoster. Virus ini masuk ke dalam tubuh

melalui mukosa traktus respiratorius bagian atas dan menginfeksi sel limfosit T. Respon

imunitas non-spesifik yang berespon awal yaitu sel NK (  Natural Killer cell ) dan

interferon (IFN) untuk mencegah replikasi virus didalam tubuh. Kemampuan virus

varisela zoster dalam menghindar terhadap sel imun tubuh dilakukan dengan cara

menghambat ekspresi MHC 1 dan MHC 2 pada sel yang terinfeksi. MHC 1 dan 2

 berfungsi dalam menandai sel terinfeksi sebagai antigen. Akibat tidak diekspresikannya

MHC 1 dan 2 ini, selama masa inkubasi 10-21 hari virus varisela zoster terhindar dari

respon imun tubuh dan mengalami viremia primer kemudian menyebar ke kelenjar 

getah bening regional dan sel retikuloendotelial hati.

Setelah mengalami masa inkubasi, virus varrisela zoster dibawa sel T ke jaringan

kulit dengan cara mengikuti peredaran darah (viremia sekunder). Virus DNA ini

menembus sel endotel kapiler ke jaringan kulit (sel epidermis) dan berikatan dengan sel

yang memiliki reseptor mannnose-6-phosphate dan menyebabkan degenerasi sel epitel

dan terbentuklah vesikel. 24-72 jam setelah terjadi manifestasi infeksi virus varisela

zoster pada kulit, sel imun dapat mengenali sel terinfeksi sebagai antigen karena

ekspresi glikoprotein (gC, gE, gH, dan gI sebagaimana IE 62 protein di dalam kulit),

MHC 1 dan 2 pada permukaan sel yang terinfeksi. Sehingga sel CD4+ dan CD8+mengenali antigen tersebut dan dapat menghancurkan sel yang terinfeksi. Infeksi primer 

inilah yang disebut sakit varicella/chicken pox.

Selama masa viremia primer, virus ini menginfeksi ganglion posterior susunan saraf 

tepi dan ganglion kranialis tanpa menimbulkan kerusakan dan mengalami masa laten.

Virus mengalami masa laten di dalam sel neural dan sel satelit non-neural tidak seperti

 pada masa laten virus herpes simplek yang hanya dapat hidup pada sel ganglia. Adanya

kondisi yang menyebabkan reaktifasi seperti pada kondisi sistem imun kurang baik 

seperti masa anak-anak, orang tua; kondisi stress emosi, kelelahan, pajanan sinar 

matahari dan selama masa infeksi; menyebabkan reaktivasi dan virus dapat bereplikasi

kembali. Lalu secara desenden melalui batang saraf akan timbul kembali manifestasi

 pada kulit/dermatomal. Peristiwa reaktivasi ini menyebabkan penyakit herpes zoster 

 pada penderita.

4

Page 5: 47292864-refleksi-kasus ( nik)

5/13/2018 47292864-refleksi-kasus ( nik) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/47292864-refleksi-kasus-nik 5/8

Untuk menegakan diagnosis penyakit varisela dapat dilakukan dengan cara

melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ditemukan gejala prodormal pada pasien

varisela yaitu :

- Demam derajat ringan (100-102°F) mendahului manifestasi kulit 1-2 hari.

- Nyeri perut (khususnya pada anak-anak)

- Lesi awal biasanya timbul pertama kali pada kepala dan batang tubuh kemudian

menyebar ke seluruh tubuh.

- Pasien mengeluh gatal yang sangat

- Nyeri kepala

- Lemah/malaise

- Anorexia

- Batuk dan nyeri tenggorokan

Adapun dalam pemeriksaan fisik dapat ditemukan papula kemerahan yang

kemudian menjadi vesikel berukuran miliar sampai lentikular. Vesikel-vesikel tetap

terbentuk sementara vesikel terdahulu pecah, mongering dan menjadi krusta, dengan

demikian pada suatu saat akan tampak bermacam-macam ruam kulit mulai dari

eritema, vesikula, pustule, skuama hingga sikatriks (polimorf). Vesikel biasanya beratap

tipis, bentuknya bulat/lonjong menyerupai setetes air (teardrop vesicle).

Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa varisela dapat dikelompokan menjadi penyakit virus yang ringan dan  self limited namun terdapat kelompok penderita yang

memiliki kerentanan untuk mengalami varisela yang berat yaitu:

1. Periode neonatal

-  Neonatus berumur < 1 bulan memiliki resiko mengalami varisela derajat berat,

khususnya apabila ibu memiliki seronegatif 

- Neonatus yang lahir sebelum umur 28 minggu masa kehamilan karena transfer 

antibodi immunoglobulin G (Ig-G) lewat plasenta.

2. Pasien dengan kondisi immunocompromised  seperti pasien dengan riwayat

keganasan, terinfeksi HIV, sedang menjalani terapi steroid dosis tinggi, dll

Semua anak-anak dengan riwayat mengalami kanker meningkatkan resiko

mengalami varisela derajat berat. Resiko tertinggi menganai anak dengan riwayat

leukemia. Sebanyak 30% pasien dengan riwayat immunocompromised dan

5

Page 6: 47292864-refleksi-kasus ( nik)

5/13/2018 47292864-refleksi-kasus ( nik) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/47292864-refleksi-kasus-nik 6/8

memiliki riwayat leukemia mengalami varisela visceral dan 7% diantaranya

meninggal.

Pasien yang mendapatkan terapi steroid dosis tinggi (prednisolone dosis

equivalen 1-2 mg/kg bb/hari) selama 2 minggu atau lebih memiliki resiko

mengalami varisela parah. Sedangkan terapi jangka pendek dengan dosis yang sama

dengan di atas sebelum atau selama masa inkubasi varisela dapat menyebabkan

varisela yang parah dan fatal.

3. Pasien dewasa

4. Ibu hamil

 

Varisela pada anak memiliki sifat self limited disease sehingga penanganan varisela

  pada anak seringnya dilakukan untuk meredakan gejala yang dirasakan (terapi

simptomatik), disamping menyarankan kepada pasien untuk istirahat yang cukup dan

 pemenuhan gizi yang seimbang. Adapun pengobatan simptomatik yang dapat diberikan

 pada pasien ini adalah:

1. Pemberian analgesik dan antipiretik 

Obat yang dapat digunakan adalah golongan NSAID ( Non Steroid Anti

 Inflamated Drug ) seperti asetaminofen yang dapat menurunkan demam dan nyeri

 pada pasien. Dosis asetaminofen untuk pediatric adalah 10-15 mg/kg bb peroral(jangan melebihi 60 mg/kg bb) setiap 4-6 jam dan diberikan apabila diperlukan (jika

demam) sedangkan untuk dewasa diberikan dosis 500-650 mg/ setiap kali

  pemberian secara peroral dan diberikan setiap 4-6 jam apabila diperlukan (jika

demam). Sebagai perhatian, aspirin atau obat yang mengandung aspirin jangan

diberikan kepada anak-anak karena resiko terjadinya reye’s syndrome (suatu

 penyakit metabolik yang berhubungna dengan disfungsi hati dan otak, dan dapat

 berakibat kematian).

2. Manajemen gatal

Manajemen gatal pada pasien dengan varisela diberikan kompres dingin dan

mandi secara teratur. Disarankan kepada pasien untuk tidak menggaruk lesi untuk 

menghindari pecahnya lesi yang bisa berakibat perkembangan vesikel yang baru,

6

Page 7: 47292864-refleksi-kasus ( nik)

5/13/2018 47292864-refleksi-kasus ( nik) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/47292864-refleksi-kasus-nik 7/8

meningkatkan infeksi sekunder, dan bisa menjadi skar. Adapun antihistamin yang

 berfungsi menghambat sel mast untuk mereleasekan histamine sebagai penyebab

gatal, dapat digunakan untuk mengurangi gatal pada pasien. Antihistamin yang

dapat digunakan adalah diphenhydramine (Benadryl) dengan dosis untuk pediatrik 

adalah 5 mg/kg bb/hari peroral terbagi dalam 3-4 kali pemberian (jangan melebihi

300 mg/hari) sedangkan untuk dewasa diberikan dosis 25-50 mg peroral terbagi

dalam 3-4 kali pemberian.

Pemberian obat antivirus dapat diberikan pada pasien dewasa, remaja, dan ibu hamil

karena kelompok pasien ini memiliki resiko untuk mendapatkan varisela yang lebih

  berat. Selain itu anak-anak dengan riwayat penurunan daya tahan tubuh

(immunocompremised), memiliki riwayat keganasan dan memiliki riwayat penyakit

lain yang berat juga memiliki resiko mendapatkan varisela yang lebih berat. Adapun

obat yang sering dipakai sebagai antiviral adalah acyclovir (zovirax) dengan dosis

untuk pediatrik adalah 80 mg/kg bb/hari peroral terbagi dalam 4-5 kali pemberian

selama 5 hari (jangan melebihi 3200 mg/hari) sedangkan untuk dewasa diberikan dosis

800 mg peroral 5 kali pemberian/ hari selam 7 hari.

Prognosis yang bagus didapatkan pada penderita varisela anak. Adapun komplikasi

yang dapat terjadi pada penderita varisela adalah:1. Infeksi sekunder 

2. Komplikasi CNS (Sistem saraf pusat), seperti ensefalitis, akut postinfeksi

cerebral ataksia, aseptic meningitis, Guillain Barre syndrome, dan

 poliradikulitis.

3. Pneumonia

4. Otitis media

5. Trombositopenia

6. Hepatitis

7. Hemorragic varicella

7

Page 8: 47292864-refleksi-kasus ( nik)

5/13/2018 47292864-refleksi-kasus ( nik) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/47292864-refleksi-kasus-nik 8/8

C. KESIMPULAN

Pada kasus ini apabila disimpulkan dari data-data anamnesis dan pemeriksaan virus

dapat dibuat diagnosis kerja dari pasien kali ini adalah varisela. Varisela atau biasa

disebut chickenpox merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi

  primer dari virus varisela zoster. Virus varisela zoster dapat menginfeksi manusia

melalui droplet dan cairan dari vesikel yang mengandung virus varicella-zoster. Untuk 

menegakan diagnosis penyakit varisela dapat dilakukan dengan cara melakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Varisela pada anak memiliki sifat self limited disease

sehingga penanganan varisela pada anak seringnya dilakukan untuk meredakan gejala

yang dirasakan (terapi simptomatik), disamping menyarankan kepada pasien untuk 

istirahat yang cukup dan pemenuhan gizi yang seimbang. Pemberian obat antivirus

dapat diberikan pada pasien dewasa, remaja, dan ibu hamil karena kelompok pasien ini

memiliki resiko untuk mendapatkan varisela yang lebih berat. Selain itu anak-anak 

dengan riwayat penurunan daya tahan tubuh (immunocompremised), memiliki riwayat

keganasan dan memiliki riwayat penyakit lain yang berat juga memiliki resiko

mendapatkan varisela yang lebih berat.

D. DAFTAR PUSTAKA• Medline. (2010). Chickenpox. Diakses pada tanggal 15 April 2010 dari

www.medline.com

• Mehta, Parang. N.. Chattarjee, Archana.. (2010). Varicella. Diakses pada tanggal 15

April 2010, dari www.emedicine.medscape.com

• Perlstein, David.. Shiel, William. C.. (2008). Chickenpox (Varicella). Diakses pada

tanggal 15 April 2010 dari www.medicinenet.com 

8