227360433 long-case-wulan

61
Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites LONG CASE SKIZOFRENIA PARANOID Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul

Transcript of 227360433 long-case-wulan

Get Homework/Assignment Done Homeworkping.comHomework Help https://www.homeworkping.com/

Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/

Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/

click here for freelancing tutoring sitesLONG CASE

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :WULAN SUCI SAKTI RONY

20070310177

Dokter Penguji :dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ, M.Kes

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2013

HALAMAN PENGESAHANSKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh:

WULAN SUCI SAKTI RONY

20070310177

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggalJanuari 2013

Oleh :

Dokter Penguji

dr.Vista Nurasti P, Sp.KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2013

KASUS

I. IDENTITAS

Nama :Ny. N

Usia :50 tahun

No. CM :34.91.75

Alamat :Desa Caben, Bantul.

Jenis Kelamin :Perempuan

Status :Menikah

Agama :Katolik

Pendidikan :SD

Pekerjaan : Tidak bekerja

II. ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang

ALLOANAMNESIS

Sumber 1 2

Nama Sdr. Y Ny. K

Umur 26 tahun 40 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Alamat Serumah dengan pasien Tetangga pasien

Pekerjaan Buruh Ibu Rumah Tangga

Pendidikan SMEA SMA

Hubungan Anak Kandung Pasien Tetangga Pasien

Alloanamnesis dari sumber 1

Keluhan Utama / Alasan masuk RS :Kontrol rutin ke poli jiwa, masih merasa

curiga, dan jarang bersosialisai dengan tetangga.

Kronologis :Anak pasien mengatakan perubahan tingkah laku anaknya terjadi

saat tahun 2002 yaitu saat pasien kuliah di tahun ketiga di UNY jurusan teknik

elektro. Menurut ayah pasien, kemungkinan penyebab pasien seperti keadaan

sekarang ini adalah tugas kuliahnya yang banyak, sering kali pasien mengeluhkan

tugasnya banyak dan susah dalam mengerjakan. Tanda-tanda awalnya adalah

pasien sering bicara sendiri, bingung, ling-lung, bicara kemana-mana, tidak

nyambung, tidak pernah keluar rumah, aktifitas sehari-hari sering dilakukan di

kamar, kurang aktif dan sering menyendiri. Permasalahan dengan keluarga dan

permasalahan-permasalahan lain disangkal, hanya saja masalah kecil saja, seperti

contohnya perbedaan selera acara televisi, karena televise yang dipunyai hanya

satu buah.

Sebelum terjadi tanda-tanda ini, ayah os mengatakan bahwa os merupakan anak

yang aktif seperti anak seumurannya, agak pendiam, tidak penakut, tidak memiliki

musuh, aktifitas lebih senag di kamar, perkembangannyapun tidak dirasakan

lambat, semasa SD os dapat mengikuti pelajaran dengan baik, tapi ada beberapa

nilai yang kurang memuaskan, kemudian ayahnya mulai mengatur os, boleh

kemana-mana asalkan pukul 3 sore sudah harus di kamar, duduk dan belajar.

Akhirnya os dapat lulus dan masuk ke SMP negeri, saat SMP lancar, dan

kemudian dapat masuk SMA 1 bantul dan kemudian dilanjutkan ke UNY jurusan

teknik elektro, dalam pemilihan jurusan tidak ada pemaksaan dari orang tua.

Mulai kuliah ini, os mengikuti juga pesantren di desanya, pagi kuliah kemudian

sore hari ikut mengaji di pesantren.Hal ini dilakukan karena kakak os juga

mengikuti pesantren sebelumnya, dalam mengikuti acara pesantren itupun tidak

ada paksaan dari orang tua.Artinya, os menginginkan sendiri.Os adalah orang

yang rajin beribadah, sholat 5 waktu dan mengaji rutin.Namun ketika sakit ini,

sholatnya mulai bolong-bolong, aktivitasnya pun berkurang, jadi jarang

beraktifitas, sering di rumah, tidur, menyendiri.

Os adalah empat bersaudara, os merupakan anak terakhir.Keriga kakaknya sudah

menikah dan tinggal berlainan rumah dengan os dan orang tua.Os tinggal bersama

kedua orang tuanya.Ayah os mengatakan hubungan os dengan keluarganya baik,

tidak pernah membeda-bedakan pola asuh.Kehidupan ekonomi juga tidak dirasa

kurang, karena ayah os adalah pensiunan guru dan terkadang diberi kiriman dari

kakak os yang di Kalimantan.

Kemudian sebelum keluar dari universitas, os telah berobat jalan di rumah sakit

puri nirmala. Sampai kemudian os keluar dari universitasnya, kemudian pada

tahun 2005 os mondok di Rumah Sakit Sarjito selama 2x karena atas permintaan

kakak-kakaknya. Kemudian setelah itu barulah os mulai control rutin di

RSPS.Sampai saat ini os masih terkadang bicara sendiri, marah-marah dan

menendangi ibunya.Ayah mengeluhkan sampai saat ini kenapa perkembangan

pengobatannya belum nampak.Aktifitas os mandi bisa, masak telor bisa.

Alloanamnesis dari tetangga :

Tetangga depan rumah pasien mengatakan bahwa keadaan os menjadi terganggu

dimulai dari saat kuliah. Tanda-tandanya diawali dari sering bolak-balik ke

pesantren membawa makanan untuk diberikan ke pesantren kemudian di pondok

menyalami kyai-kyainya seperti orang bingung.Sebelum diperiksakan ke RSJ

(sebelum di puri nirmala), os pernah hendak melukai orang dengan melempar

kepala orang tersebut dengan kamera, untungnya kejadian ini dapat dicegah oleh

tetangga os.Os juga pernah seolah-olah ditantang oleh tetangganya tersebut,

padahal tetangga os tidak berkata apapun.Os selama ini tidak pernah melakukan

tindak kekerasan di lingkunga sekitar, hanya saja dahulu sering membanting

kaleng dan piring, bicara kotor dan sering marah. Dahulu, os dikenal di

masyarakat sebagai remaja yang aktif dalam kegiatan, rajin ke masjid, sosialisasi

ke masyarakat baik, memiliki banyak teman, akan tetapi tetangga mengatakan os

agak pendiam. Hubungan dengan orang tua os dan saudara-saudaranya dikenal

baik dan tidak ada permasalahan.Orang tua os juga tidak dikenal orang yang

keras, Ibu os dikenal baik.Riwayat os menjalin hubungan dengan wanita tidak

didapatkan. Tetangga mengenal bahwa keluarga os adalah orang yang pintar,

saudara os pun bisa bekerja di Kalimantan dan selalu mengirimkan uang bagi

orang tuanya. Namun, ayah os pernah dikucilkan oleh warga ngrukem karena

melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hati warga, sampai acara-acara

kampong, beliau tidak pernah diikutsertakan.Namun sampai saat ini hubungan

sudah mulai membaik.Ibu os ternyata juga memiliki riwayat gangguan jiwa,

dahulu sering jalan-jalan di pasar kemudian menyalami semua penjual di pasar

dan terlihat ling-lung.Tetangga juga mengatakan bahwa ada saudara dari Ibu os

yang mengalami penyakit dengan gangguan jiwa.

Saat ini tetangga os mengatakan bahwa keadaan os sudah membaik tidak

seperti dulu lagi yang sering marah-marah, sekarang kegiatannya memang kurang

dibandingkan saat normal, yang dilakukan os adalah keluar teras, duduk-duduk

sambil merokok, mengendarai motor, tapi diakui bahwa os memang jarang keluar

rumah.

Autoanamnesis dari pasien :

Os mengatakan keluhan saat ini masih sering bingung, masih kadang

marah-marah terutama berlaku kasar (menendang-nendang) ibunya, dan takut

kalau tidak ada teman/sendiri.Os mengatakan saat ini masih sering mendengar

orang-orang berisik berbicara membisiki dia. Hal ini dimulai saat SMP setiap

malam dia sudah mendengar sesuatu tersebut, tapi dia hiraukan.Kemudian makin

parah dan merasa stress dan capai saat kuliah.Os bercerita kalau dulu mengerjakan

tugas kuliah tidak dapat menemukan materi yang ditugaskan sehingga sering dia

mencontek temannya.Os berpendapat bahwa stressnya itu karena tugas kuliah

dank arena miskin.Apalagi hal tersebut mulai kumat apabila dia tidak sholat. Os

mengatakan bahwa dahulu pertama kalinya, dia didatangi 4 kyai di kamarnya

informasi mengenai apa yang dikatakan kyai tidak didapatkan. Semenjak kejadian

itu, os mulai sering mendengar bisikan-bisikan.Dahulu, dia menanggapi bisikan-

bisikan yang mengejek dia tersebut, lama-lama dirasakan stress.Sekarang dia tidak

pernah menanggapi, namun masih mengganggu sekali. Bisikan tersebut

mengatakan kepada os antara lain : mengancam kalau tidak menyodomi orang

akan dibunuh, selalu komentar dengan apa yang akan dilakukan ada bisikan

melarang apabila os hendak berbaur dengan tetangga yang mengatakan nanti akan

terjadi hal buruk, bisikan orang-orang yang kumpul di pinggir jalan apabila ia

hendak menyeberang akan membunuhnya. Os juga percaya bahwa dia telah

diikuti (ditempleki) kolor ijo dan terkadang kolor ireng di punggungnya yang dia

bawa semenjak dari pesantren bahwa hal tersebut yang menyebabkan dia sering

memukuli ibunya.Os merasa sering disuruh-suruh, dikendalikan, dan dipengaruhi

oleh bisikan-bisikan tersebut saat melakukan tindakan. Os juga mengatakan

televise sering membicarakan tentang dosanya yang terkadang membuat dia

buneg dan mulai mendengar bisikan-bisikan lagi yang menyebabkan os

mematikan TV dan masuk ke kamar. Os juga mengatakan pernah melihat kepala

manusia di atas meja sesaat ketika dia bangun tidur, 1 tahun terakhir ini, tetapi

kemudian hilang.Os bercerita juag tentang ketidakcocokan acara TV antara ayah

dan os, seringnya os mengalah dan masuk kamar. Os juga bercerita bahwa pagi

tadi sang ibu memberikan pisau ke ayah, dia anggap itu akan digunakan untuk

bunuh diri sang ayah, ini sesuai dengan ajaran sartorial di pesantrennya. Aktivitas

kesehariannya sekarang adalah tidur, makan, merokok, jarang jalan-jalan

keluar.Saat ini dia sadar kalau sakit dan sempat bertanya bagaimana supaya tidak

sering marah dan tidak menendang ibunya, masih merasa tersinggung merasa

orang-orang membicarakan dia.

Sartori adalah mencapai penerangan, yakni menghayati, meresapi,

mengiyakan semuanya sebagaimana adanya lengkap dengan kepenuhan adanya.

Menjadi Buddha artinya mampu melihat inti dirinya, lepas dan bebas dari segala

ketidaktahuan. (Wikipedia).

HAL-HAL YANG MENDAHULUI PENYAKIT

Fakta Organik : Tidak ada

Stressor : Pekerjaan kuliah yang banyak dan tidak mampu

mengikuti

Merasa miskin

Faktor predisposisi : Penyakit herediter yang diderita ibu dan

saudara dari ibu os.

Faktor presipitasi :

- Tugas perkuliahan

- Kehidupan ekonomi

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien pernah melakukan pengobatan di :

RS Puri Nirmala tahun 2004 sebelum keluar dari Universitas berobat

jalan

RS Sardjito 2x pada tahun 2005 Rawat inap

RIWAYAT KELUARGA

1) Pola asuh keluarga

Pasien merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara.Ke-tiga

kakaknya tidak tinggal bersama dengan os dan orang tua.Ayah os

merupakan pensiunan guru dan Ibu os adalah ibu rumah

tangga.Kedua orang tua os dikenal tidak keras. Tidak menyatakan

adanya anak yang paling disayangi, semua anaknya diasuh dengan

kasih sayang yang sama. Pola asuh keluarga cenderung permisif,

anak-anaknya tidak pernah dikekang untuk menentukan keputusan,

mereka diberikan kebebasan untuk melakukan apapun sesuai

kehendak mereka.

2) Riwayat penyakit keluarga

Terdapat kelainan yang serupa pada ibu pasien dan saudara laki-

laki ibu pasien. Tidak terdapat penyakit lain pada keluarga os.

3) Silsilah keluarga

Silsilah keluarga Sdr. M

Dibuat tanggal 06 November 2012

B RT

SJ AB KH M

Ket :

= gangguan jiwa

RIWAYAT PRIBADI

a) Riwayat Kelahiran dan Perkembangan awal

Seingat ayah os, selama kehamilan dan persalinan os tidak

terdapat kelainan.Kelahiran os ditolong oleh dukun, ketika

itu langsung menangis.Selama masa-masa awal tidak ada

kuning.Perkembangan motorik dan sensorik normal, tidak

terdapat kelainan.

b) Riwayat pendidikan

SD : lulus dengan cukup

SMP : lulus dengan baik

SMA : lulus dengan baik

Universitas : selama 3 tahun, tidak tuntas.

c) Riwayat perkembangan psikoseksual

Sulit dinilai. Tidak didapatkan jalinan kasih antara os

dengan lawan jenis.

d) Sikap dan kegiatan moral spiritual

Os menganut agama Islam, sebelum sakit os rajin sholat 5

waktu dan mengaji.Setelah sakit kegiatan ini berkurang

kualitasnya.Mengikuti pondok di desanya, mengikuti

kegiatan pondok sepulang kuliah, berupa pengisian materi

dan mengaji.

e) Riwayat Kehidupan emosional

Sebelum sakit, os dikenal sebagai orang yang aktif,

sosialisasi baik dengan masyarakat, mengikuti karang

taruna, tidak memiliki musuh, cenderung pendiam, tidak

suka bercerita, pemendam, belum pernah menjalin

hubungan dengan lawan jenis, lebih sering melakukan

kegiatannya di kamar dan sendiri. Cenderung memeberikan

gambaran kepribadian schizoid.

f) Status ekonomi

Kehidupan ekonomi dari os ditanggung oleh ayah os yang

merupakan pensiunan guru.Kakak os juga membantu orang

tuanya dengan mengirimkan uang.Menurut ayah os,

keadaan ini dirasakan cukup.Rumah os cukup bagus

dibandingkan dengan rumah-rumah sekitarnya, bertingkat,

berdinding tembok, ventilasi cukup, sanitasi baik, dan

terkesan rapi, tapi keadaan rumah sering tertutup dan sunyi.

g) Riwayat khusus

Mengikuti kegiatan pondok pesantren An-Nur di desanya.

ANAMNESIS SISTEM

Sistem Saraf : nyeri kepala (-), demam (-), tremor (-)

Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edema kaki (-)

Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-)

Sistem Digestiva : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-),

sulit makan (-), Sakit perut (-)

Sistem Urogenital : BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-),

biru-biru (-)

Sistem Muskuloskeletal :edema (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-),

nyeri otot (-), kelemahan otot (-)

Dari pemeriksaan, tidak didapatkan keluhan fisik apapun.

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Mental Health

Line/Time

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 ----------------------2012

III. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

Keadaaan Umum : Seorang laki-laki sesuai umur, kebersihan diri baik,

keadaan gaduh gelisah, agak takut, agitasi psikomotor,

bingung-kooperatif.

Status Internus

Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan.

Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital

- Tekanan Darah : 120/80 mmHg.

- Nadi : 82 x/menit.

- Respirasi : 16 x/menit.

- Suhu : 36,1ºC

Kepala :

- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan

- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher :

- Inspeksi : leher tampak bersih.

- JVP : tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax

- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler

- Sistem Respirasi : wheezing (-), RBK (-), vesikuler

(+)

Abdomen

- Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), NT (-)

- Sistem Urogenital : tidak

dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan

Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan

Kelainan Khusus: (-)

Kesan Status Internus : dalam batas normal, meskipun

ada beberapa pemeriksaan yang

tidak dilakukan karena tidak

tersedianya tempat.

3.1.1. Status Neurologis

Kepala dan Leher : Dalam batas normal

Tanda Meningeal : (-)

Nervi Kranialis : tidak dilakukan.

Kekuatan Motorik : dalam batas normal

Sensibilitas : dalam batas normal

Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.

Refleks Fisiologis : tidak dilakukan

Refleks Patologis : Hoffman-Trommner (-)

Gerakan Abnormal : (-)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)

Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam

batas normal.

Status Psikiatrik

Kesadaran : Composmentis

Orientasi : Waktu : jelek

Tempat : baik

Orang : jelek

Situasi : jelek

Sikap/ Tingkah laku : kooperatif

Roman muka : sedikit mimik

Mood : cemas, ketakutan dan membingungkan

Afek : terbatas

Kesesuaian : inappropriate

Bicara : senang berbicara, cepat, emosional.

Bentuk pikir : non-realistik, sirkumstansialitas, tangensialitas,

inkoheren, flight of ideas.

Isi pikir : waham bizarre, waham referensi, waham

pengendalian, waham sesuai dengan mood, paranoid, idea of

reference, idea of influence.

Progresi pikir : inkoheren-irelevan-relevan

Cenderung irelevan

Halusinasi :

halusinasi auditorik + : mengenai ancaman apabila tidak melakukan

sesuatu, larangan melakukan sesuatu, komentar tentang tindakan os dan

ejekan yang mengganggu kehidupan os.

Ilusi : tidak ada

Hubungan jiwa : sulit dinilai

Perhatian : baik

Insight : jelek.

VIII. DIAGNOSIS

Axis I : Skizofrenia Paranoid (F.20.0)

DD : - Gangguan waham (F.22)

Axis II : Gambaran kepribadian schizoid

Axis III : Tidak ada

Axis IV : Tugas kuliah yang memberatkan

Merasa miskin

Axis V : GAF 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dgn realita dan

komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

IX. TERAPI

Risperidone 2 mg , 2 dd 1

Depakote ER 500mg 2x1/2

Triheksiphenidil 2 mg, 2 dd 1

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Skizofrenia adalah penyakit jiwa yag secara klinis adanya suatu sindroma

psikotik yang ditandai oleh penyimpangan fundamental dan karakteristik dari

pikiran, afek yang tumpul atau tak wajar, persepsi, tingkah laku, atau perilaku

yang bizzare.

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinga retak atau

pecah, dan frenia yang artinya jiwa, dengan demikian, seseorang yang menderita

skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakkan

kepribadian.

II. EPIDEMIOLOGI

Menurut data World Health Organization ( WHO),masalah gangguan kesehatan jiwa di

seluruh dunia memang sudahmenjadi masalah yang sangat serius. Pada tahun 2001 WHO

menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami gangguan

kesehatan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan

kesehatan jiwa, yang terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat

dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia serta hampir 1 juta melakukan

bunuh diri setiap tahunnya. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO

Wilayah Asia Tenggara, hampir satu pertiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami

gangguan neuropsikiatri. Hal ini dapat dilihat dari data Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1000

anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.Data American

Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk

dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada

usia 16-25 tahun.

III. ETIOLOGI

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti

mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Saat ini

etiologi yang dianut adalah model diatesis stress dimana skizofrenia timbul karena

adanya integrasi antara faktor biologis, sosial, dan lingkungan. Terdapat beberapa

penyebab terjadinya skizofrenia menurut Viedebeck tahun 2008 dan Doenges

tahun 2007, yaitu :

a. Teori biologi

Teori biologi ini berfokus pada 3 hal, yaitu :

Faktor genetik

Penelitian yang dilakukan pada anak kembar menujukkan bahwa kembar

identik beresiko mengalami gangguan ini sebanyak 50%, sedangkan

kembar fraternal hanya beresiko sebesar 15%. Hal ini mengindikasikan

bahwa skizofrenia diturunkan. Penelitian lain menunjukkan bahwa apabila

salah satu orangtua biologis penderita skizofrenia maka memiliki resiko

15% sedangakan apabila kedua orangtua biologis skizofrena maka

meningkat menjadi 35%.

Faktor neuroanatomi dan neurokimia

Penelitian menunjukkan bahwa jaringan otak penderita skizofrenia

memiliki jaringan otak yang lebih sedikit. CT scan menunjukkan

pembesaran ventrikel otak dan atropi korteks. Penelitian PET

menunjukkan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolisme glukosa

pada struktur korteks frontal otak. Penelitian secara konsisten

membuktikan bahwa adanya penurunan volume otak dan fungsi otak yang

abnormal pada area temporal dan frontal pada penderita skizofrenia. Selain

itu kemungkinan besar adanya malfungsi pada jaringan neuron yang

mentransmisikan informasi berupa sinyal-sinyal listrik dari sel saraf

melalui aksonnya dan melalui sinaps ke reseptor pascasinaptik di sel-sel

saraf yang lain.

Faktor imunovirologi

Teori populer menurut Egan dan Hyde tahun 2000 bahwa perubahan

patologi otak pada individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh

pajanan virus, atau respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah

fisiologis otak.

b. Teori Model Keluarga

Pasangan dengan salah satu atau keduanya penderita skizofrenia akan membuat

anak tidak memiliki role model yang baik untuk perkembangannya. Demikian

juga keluarga dengan komunikasi, ekspresi emosi yang destruktif bisa

menimbulkan perilaku ekplosif.

c. Teori Budaya dan Lingkungan

Skizofrenia seringkali lebih banyak ditemukan pada keadaan sosioekonomi

rendah.Hal ini terjadi karena kelompok ini lebih banyak mengalami stress seperti

dikatakan Kaplan (1994).

Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang

yang ada antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin.

Pada pasien penyakit jiwa seperti skizofrenia terdapat berbagai keadaan yang

diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan berikut:

Terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada lobus

prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal-sinyal.

Perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang

mensekresi dopamin dipusat-pusat perilaku otak, termasuk di lobus

frontalis, dan atau

Abnormalitas fungsi dari bagian-bagian penting pada pusat-pusat sistem

pengatur tingkah laku limbik di sekeliling hipokampus otak.

Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab skizofrenia secara tidak

langsung karena banyak pasien parkison yang mengalami gejala skizofrenia ketika

diobati dengan obat yang disebut L-DOPA. Obat ini melepaskan dopamin dalam

otak, yang sangat bermanfaat dalam mengobati parkinson, tetapi dalam waktu

bersaman obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang

berkaitan dengan lainnya. Telah diduga bahwa pada skizofrenia terjadi kelebihan

dopamin yang disekresikan oleh sekelompok neuron yang mensekresikan

dopamin yang badan selnya terletak tegmentum ventral dari mesensefalon,

disebelah medial dan anterior dari sistem limbik, khususnya hipokampus,

amigdala, nukleus kaudatus anterior dan sebagian lobus frefrontalis ini semua

pusatpusat pengatur tingkah laku yang sangat kuat. Suatu alasan yang sangat kuat.

Suatu alasan yang lebih meyakinkan untuk mempercayai skizofrenia mungkin

disebabkan produksi dopamin yang berlebihan ialah bahwa obat-obat yang

bersifat efektif mengobati skizofrenia seperti klorpromazin, haloperidol, dan

tiotiksen semuanya menurunkan sekresi dopamin pada ujung-ujung syaraf

dopaminergik atau menurunkan efek dopamin pada neuron yang selanjutnya.

Ada lima hipotesis perkembangan neuron pada penderita skizofrenia yaitu :

Abnormalitas perkembangan otak janin selama fase awal dari seleksi

neuron dan migrasi.

Terjadinya proses degenerasi abnormal yang mungkin berhubungan

dengan genetik dalam perkembangan otak janin

Gejal skizofrenia tidak terjadi selama otak dapat memperbaiki sinap-sinap

yang mengalami gangguan

Infeksi virus, kurang gizi dan proses autoimun selama masa kehamilan

dapat terjadi apoptosis atau nekrosis neuron di kemudian hari

Perubahan struktur dan abnormalitas dari neuron yang masih berfungsi

mengakibatkan terjadinya inervasi dan sinyal dari neuron yang salah target

dan menjadi kacau.

IV. GEJALA DAN TANDA

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,

fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala-gejala

non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun

sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi gangguan pada

fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi

perawatan diri. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada

fase aktif gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,

inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu

datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala

tersebut dapat hilang spontan suatu saat, mengalami eksaserbasi atau terus

bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dengan gejala-gejala yang

sama pada fase prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang.

Disamping gejala-gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas, penderita

skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara

spontan, mengurutkan 7 peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,

konsentrasi, hubungan sosial) (Luana, 2007).

VII. KLASIFIKASI

Kraepelin membagi skizofrenia menjadi beberapa jenis. Penderita

digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat

padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala

dapat berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan ke

dalam salah satu jenis. Pembagiannya sebagai berikut : (Maramis, 2009)

a. Skizofrenia paranoid

Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam

jalannya penyakit. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering lama kelamaan

menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplex, atau gejala-gejala hebefrenik dan

katatonik bercampuran. Skizofrenia paranoid memiliki perkembangan gejala yang

konstan. Gejala-gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai dengan

waham-waham sekunder dan halusinasi. Pemeriksaan secara lebih teliti juga

didapatkan gangguan proses pikir, gangguan afek, dan emosi. Jenis skizofrenia ini

sering mulai sesudah umur 30 tahun. Permulaannya mungkin subakut, tetapi

mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan

skizoid, mudah tersinggung, suka menyendiri dan kurang percaya pada orang lain.

b. Skizofrenia hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses

berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.

Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-

kanakan sering terdapat pada skizofrenia heberfenik. Waham dan halusinasi

banyak sekali.

c. Skizofrenia katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta

sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik

atau stupor katatonik. Stupor katatonik yaitu penderita tidak menunjukkan

perhatian sama sekali terhadap lingkungannya. Gejala paling penting adalah

gejala psikomotor seperti:

1) Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup

2) Muka tanpa mimik, seperti topeng

3) Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,

beberapa hari, bahkan kadang sampai beberapa bulan.

4) Bila diganti posisinya penderita menentang : negativisme

5) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga berkumpul dalam mulut

dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.

6) Terdapat grimas dan katalepsi.

Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan

mulai berbicara dan bergerak. Gaduh gelisah katatonik adalah terdapat

hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan

tidak dipengaruhi rangsangan dari luar.

Penderita terus berbicara atau bergerak saja, menunjukan stereotipi, manerisme,

grimas dan neologisme, tidak dapat tidur, tidak makan dan minum sehingga

mungkin terjadi dehidrasi atau kolaps dan kadang-kadang kematian (karena

kehabisan tenaga dan terlebih bila terdapat juga penyakit lain seperti jantung,

paru, dan sebagainya).

d. Skizofrenia simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis

simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses

berpikir biasanya sulit ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.

Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Permulaan gejala mungkin penderita

mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan.

e. Skizofrenia residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya

satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang ke arah gejala

negatif yang lebuh menonjol. Gejala negatif terdiri dari kelambatan psikomotor,

penurunan aktivitas, penumpula afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan

pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri

dan fungsi sosial.

VIII. TERAPI

Modalitas terapi pasien psikiatri umumnya ada empat yaitu :

• Farmakoterapi : obat-obatan

• Terapi fisika : ECT , TMS ( baru ), pembedahan, foto terapi

• Psikoterapi : Suportif, rekonstruktif dan reedukatif

• Rehabilitasi : okupasi , vokasi, Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi Somatik

1) Antipsikotik

Pemilihan obat pada dasarnya semua obat antipsikosis mempunyai efek

primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek

sekunder dengan efek samping seperti sedasi, otonomik, ekstrapiramidal.

Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan

dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen.

Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam

dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan

obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis

ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya

sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih

kembali untuk pemakaian sekarang.

Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah

obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol

dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Obat antipsikotik sering

dipakai klinisi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu antipsikotik generasi

pertama (APG I) dan antipsikotik generasi kedua (APG II).

APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal,

nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala

positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan

ekstrapiramidal, tardive diskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan

menyebabkan disfungsi seksual/peningkatan berat badan dan memperberat gejala

negatif maupun kognitif.

APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau

antipsikotik atipikal. Antipsikosa jenis ini bekerja melalui interaksi serotonin dan

dopamin pada keempat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek

samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif (Luana, 2007).

Neurotransmiter dopamin berhubungan secara resiprokal

denganneurotransmiter asetilkolin , dopamin dapat menghambat pelepasan Ach di

nigrostriatal post sinaps. Jadi bila reseptor dopamin di blok maka terjadi pening

katan aktivasi Ach(terutama golongan anti psikotika generasi I dengan blokade

muskarinik lemah) aktivitas dopamin menurun dan Ach meningkat sehingga

kejadian EPS meningkat.

Antipsikotik tipikal yang ada di Indonesia adalah :

Jenis antipsikotik Dosis Ekivalen

(mg)

Dosis

mg/hari

Efek

sedasi

Ekstrapiramidal Anti-

kolinegik

Klorpromazin

(CPZ, largactil,

Promactil)

100 200-800 +++ ++ +++

Thioridazin

(Meleril)

100 150-800 +++ + +++

Flufenazin

(Anatensol)

5 5-15 + +++ +

Perfenazin

(Trilafon)

8 8-24 + +++ +

Trifluoperazin

(Stelazin, Trizin)

5 5-30 + +++ +

Haloperidol

(Haldol,

Serenace,

Lodomer)

2 2-20 + +++ +

Antipsikotik atipikal adalah :

Jenis antipsikotik Dosis Efek Ekstrapiramidal Antikolinergik

mg/hari sedasi

Klozapin

(Clozaril, Syzoril)

300-900

Dibagi 2-3

kali/hari

+++ 0/+ +++

Olanzapin

(Zyprexa)

5-20

Dibagi 1-2

kali/hari

++ 0/+ +/++

Quetiapin

(Seroquel)

150-600

Dibagi 2-3

kali/hari

++ 0/+ 0/+

Risperidon

(Risperdal, Persidal,

Zofredal)

1-6

Dibagi 2-3

kali/hari

+ 0/+ 0/+

Aripiprazol

(Abilify)

10-30

mg/hari

dosis

tunggal

0 0/+ 0

Zolepine

(Lodopine)

75-300

dibagi 3

kali/hari

++ 0/+ 0/+

GENERASIANTIPSIKOTIK TERKINI

(Aripiprazole , Abilify ® )

• Partial agonis pada reseptor D2 dan 5HT1serta antagonis reseptor

5HT2A

• Bila hiperdopaminergik mengakibatkan afinitas terhadap Dopamin kuat.

Bila hipodopaminergik maka dapat berperan agonis dopamin

• Sehingga disebut sebagai dopamin system stabilizer

• Efektif : memperbaiki gejala positif, gejala negatif,gangguan fungsi

kognitif maupun mood

• Afinitas terhadap reseptor M1 rendah sehingga ES Ach rendah

• Tdk mempengaruhi metabolisme glukose

• Pemberian 1 kali sehari

Penggunaan antipsikotik perlu memperhatikan efek samping yang terjadi.

Menurut penelitian yang telah dilakukan Lieberman dkk tahun 2005 dengan

melihat efek samping yaitu perawatan kembali di rumah sakit untuk eksaserbasi

skizofrenia, efek neurologis, gangguan tidur, gangguan berkemih dan defekasi,

penambahan berat badan, efek metabolik, efek ekstrapiramidal, perubahan

hemoglobin, glukosa darah, kolesterol, trigliserida, dan adanya perubahan pada

EKG menyebabkan terjadinya putusnya penggunaan obat antipsikotik sebelum 18

bulan. Menurut penelitian tersebut bahwa olanzapin memiliki keberlangsungan

penggunaan yang lebih lama dibandingkan dengan qutiapine dan risperidone.

Namun olanzapin tidak lebih efektif dibandingkan prephenazine dan ziprasidon.

Olanzapin sendiri memiliki efek meningkatkan berat badan, peningkatan

hemolobin yang terglikosilasi, kolesterol, dan trigliserid sehingga meningkatkan

resiko sindroma metabolik.

2) Terapi Elektrokonvulsif

Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan jenis terapi somatik di samping

terapi obat-obatan. Indikasi terapi ini adalah pada skizofrenik yang mengalami

depresi dan tidak dapat diobati, depresi dengan bunuh diri, depresi yang disertai

penolakan makan dan minum, depresi selama kehamilan, pasien dengan riwayat

keberhasilan terapi ECT sebelumnya, sindroma katatonik, skizofrenia dengan

serangan akut, depresi psikotik atau melankolik yang tidak berespon terhadap

terapi obat, episode manik yang perilakunya mengarah ke kelelahan yang sangat

dan membahayakan tanpa pengobatan dengan lithium (Nuhriawangsa dan Adi,

2004).

Penelitian yang dilakukan Dr.Prem Pillay, Singapore Expert Neurosurgeon

- Brain, Spine & Nerve, menghasilkan pernyataan bahwa terapi kombinasi antara

ECT dan clozapine memberikan efek yang lebih baik dengan efek samping yang

lebih minimal dibandingkan dengan terapi clozapine atau ECT sendiri.

Terapi Psikososial

Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

1) Psikoterapi individual

a) Terapi suportif

Metode terapi psikososial berorientasi realita bersifat suportif dan

bermanfaat pada terapi jangka panjang skizofrenia (Tomb, 2003; Maramis,

2009).

b) Social skill training

Terapi ini melatih penderita mengenai ketrampilan atau keahlian

sosial, seperti kemampuan percakapan, yang dapat membantu dalam

beradaptasi dengan masyarakat. Social Skills Training menggunakan latihan

bermain sandiwara. Bentuk terapi seperti ini sering digunakan dalam panti-

panti rehabilitasi psikososial untuk membantu penderita agar bisa kembali

berperan dalam masyarakat.

Mereka dibantu dan didukung untuk melaksanakan tugas-tugas harian

seperti memasak, berbelanja, ataupun untuk berkomunikasi, bersahabat, dan

sebagainya. Meskipun terapi ini cukup berhasil, akan tetapi sulit

mempertahankan perilaku bila suatu program telah selesai, dan bagaimana

dengan situasi-situasi yang tidak diajarkan secara langsung (Sutatminingsih,

2002).

c) Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian

klasik dan randomisasi, karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata. Para

terapist mencoba menentukan stimulus yang mengawali respon yang

menyimpang dan kondisi lingkungan yang menguatkan atau mempertahankan

perilaku itu. Terapi ini memberikan hasil yang cukup baik, terutama untuk

kasus-kasus baru. Secara umum terapi ini juga bermaksud secara langsung

membentuk dan mengembangkan perilaku penderita skizofrenia yang lebih

sesuai, sebagai persiapan penderita untuk kembali berperan dalam masyarakat

(Sutatminingsih, 2002).

2) Psikoterapi kelompok

Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan seseorang dalam

berhubungan dengan orang lain, yang dapat menyebabkan seseorang berusaha

menghindari relasinya dengan orang lain, mengisolasi diri, sehingga

menyebabkan pola penyelesaian masalah yang dilakukannya tidak tepat dan tidak

sesuai dengan dunia empiris. Dalam menangani kasus tersebut, terapi kelompok

akan sangat bermanfaat bagi proses penyembuhan penderita skizofrenia. Terapi

kelompok termasuk salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa

skizofrenik berkumpul dan saling berkomunikasi dengan terapist yang berperan

sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Melalui terapi ini, iklim

interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga penderita

skizofrenia selalu diajak untuk berpikir secara realistis dan menilai pikiran serta

perasaan yang tidak realistis (Sutatminingsih, 2002).

3) Psikoterapi Keluarga

Terapi keluarga ini merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok.

Kelompoknya terdiri atas suami istri atau orang tua serta anaknya yang bertemu

dengan satu atau dua terapist. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah

keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Ungkapan-

ungkapan emosi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan penderita kambuh

diusahakan kembali. Keluarga diberi informasi tentang cara-cara untuk

mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif

secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara

bersama-sama (Sutatminingsih, 2002; Maramis, 2009).

Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara

untuk menghadapinya. Keluarga juga diberi penjelasan tentang cara untuk

mendampingi, mengajari, dan melatih penderita dengan sikap penuh penghargaan.

Perlakuan-perlakuan dan pengungkapan emosi anggota keluarga diatur dan

disusun sedemikian rupa serta dievaluasi (Sutaminingsih, 2002; Maramis, 2009).

IX. PROGNOSIS

Daftar masalah yang muncul :

1. Organobiologis

Adanya batuk kronis.Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

Pemeriksaan penunjang foto thorax belum dilakukan.

Differential Diagnose : TB paru, PPOK.

2. Psikososial

Perilaku dan psikomotor adalah hipoaktif.

Adanya blocking pada pembicaraan.

Tidak ada waham dan halusinasi.

Insight jelek.

Prognosis skizofrenia dikatakan baik apabila :

1. Late onset

2. Mempunyai faktor pencetus yang jelas

3. Tidak memiliki riwayat keluarga skizofrenia

4. Memiliki riwayat premorbid yang baik dalam sosial, seksual, dan

pekerjaan.

5. Mempunyai sistem support yang baik

6. Gejala aktif berlangsung tidak lama.

Prognosis skizofrenia dikatakan buruk apabila :

1. Onset usia muda

2. Onset perlahan-lahan dan tidak jelas

3. Memiliki riwayat premorbid jelek

4. Dijumpai perilaku autistik atau menarik diri.

5. Gambaran gejalan negatif tampak jelas.

6. Memiliki riwayat keluarga skizofrenia

7. Memiliki sistem support yang buruk.

8. Memiliki riwayat trauma perinatal.

9. Tidak ada remisi selama 3 tahun pengobatan.

10. Terjadinya banyak relaps.

Sehingga pada pasien ini dapat dikatakan prognosisnya buruk.

PEMBAHASAN

Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ-III, adalah sebagai berikut

(Maslim, 2003).:

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. “thought echo”, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun

isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau “thought insertion or

withdrawal” yang merupakan isi yang asing dan luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari

luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”, yaitu isi pikiranya

tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

b. “delusion of control”, adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau “delusion of passivitiy” merupaka

waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan

dari luar; (tentang ”dirinya” diartikan secara jelas merujuk kepergerakan

tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus),

atau “delusional perception” yang merupakan pengalaman indrawi yang

tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat

mistik atau mukjizat.

c. Halusinasi auditorik yang didefinisikan dalam 3 kondisi dibawah ini:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri

(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian

tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

a. Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor;

d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

e. Adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal)

f. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Adapun kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM IV adalah (Tomb, 2003):

a. Berlangsung minimal dalam enam bulan

b. Penurunan fungsi yang cukup bermakna di bidang pekerjaan, hubungan

interpersonal, dan fungsi dalam mendukung diri sendiri

c. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama

berlangsungnya sebagian dari periode tersebut

Tidak ditemui dengan gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan

mood mayor, autisme, atau gangguan organik.

Pada kasus ini, didiagnosis skizofrenia tipe paranoid sesuai dengan criteria

PPDGJ III.

USULAN TINDAK LANJUT ;

1. Penggantian antipsikotik generasi kedua selain Risperidone

Karena dalam waktu 12 minggu setelah pemberian antipsikotik generasi

kedua memberikan respon sebagian atau parsial.

DAFTAR PUSTAKAAndreasen, N,C., Carpenter, M.T., Kane, J.M.,Lasser, R.A.,Marder, S.R.,

Weinberger, D.R. 2005. Remission in Schizophrenia: Proposed Criteria and

Rationale for Consensus. Am J Psychiatry. 162:441–449.

Hawari, Dadang, 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Ed 2. Jakarta:

FKUI.

Jeffrey A. Lieberman, M.D., T. Scott Stroup, M.D., M.P.H., Joseph P. McEvoy,

M.D., Marvin S. Swartz, M.D.,Robert A. Rosenheck, M.D., Diana O. Perkins,

M.D., M.P.H., Richard S.E. Keefe, Ph.D.,

Sonia M. Davis, Dr.P.H., Clarence E. Davis, Ph.D., Barry D. Lebowitz, Ph.D.,

Joanne Severe, M.S.,

and John K. Hsiao, M.D. 2005. Effectiveness of Antipsychotic Drugs in Patients

with Chronic Schizophrenia. NEJM. 353; 1209-1223.

Kaplan H.I, Sadok B.J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Cetakan I, Widya Medika,

Jakarta, 1998 : 227-229

Keliat, B.A., 1996, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan

Jiwa, EGC, Jakarta Luana, N.A. 2007. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik

lainnya dalam Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka Menyambut Hari

Kesehatan Jiwa Se-dunia. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia cabang Jakarta Barat .

Maramis, W. F. (2009).Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2.Surabaya: Pusat penerbitan

dan percetakan.

Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari

PPGDJ-III, Jakarta, 2001 : 65

Nuhriawangsa, I dan Adi,N. Dalam Indonesian Psychiatric Association. 2004.

Tanggapan Keluarga Pasien terhadap Terapi Kejang Listrik pada Pasien

Skizofrenia di RSK Puri Waluyo Surakarta. 3ed National Conference on

Schizophrenia. Bali :Indonesian Psychiatric Association

Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III), Direktorat

Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993.

http://www.priory.com/psych/clozapinenect.htm Stroke Therapy Treatments

Dr.Prem Pillay, Singapore Expert Neurosurgeon - Brain, Spine & Nerve

www.DrPremPillay.or

Comparative Study Of Clozapine, Electroshock (ECT), And The Combination Of

ECT With Clozapine In Treatment-Resistant Schizophrenic Patients