Post on 07-May-2023
SKRIPSI
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENERAPANFUNGSI MANAJEMEN DI PUSKESMAS HELVETIA
MEDAN TAHUN 2015
OlehABDUL SIDIK
13 02 06 151
PROGRAM STUDI NERSFAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANANUNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
i
SKRIPSI
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENERAPANFUNGSI MANAJEMEN DI PUSKESMAS HELVETIA
MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)di Program Studi Ners Fakultas keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
OlehABDUL SIDIK
13 02 06 151
PROGRAM STUDI NERSFAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANANUNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data MahasiswaNama : Abdul SidikNim : 130206151Tempat/TglLahir : Jambi, 02 Januari 1992JenisKelamin : Laki-lakiAgama : IslamSuku : JawaAnakKe : 4 dari 4 bersaudaraAlamat : DesaTalang Bukit Unit 6 Kec.SungaiBahar
Kab.Muaro Jambi
2. Data Orang TuaNama Ayah : H. RaksaPekerjaan : PetaniNamaIbu : Hj. RatiniPekerjaan : IbuRumahTanggaAgama : IslamAlamat : DesaTalang Bukit Unit 6 Kec.SungaiBahar
Kab.Muaro Jambi
3. RiwayatPendidikan1. Tahun 1998 - 2004 : SD Negeri 172 Talang Bukit2. Tahun 2004 - 2007 : MTS DarusySyafi’iahRantauPuri3. Tahun 2007 - 2010 : MA DarusySyafi’iahRantauPuri4. Tahun 2010 - 2013 : DIII KeperawatanSehatBinjai5. Tahun 2013 - 2015 : SI KeperawatanUniversitas Sari Mutiara Indonesia
Email : Abdulsidik79@yahoo.co.idNo. HP : 087891919601
iv
PROGRAM STUDI NERSFAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANANUNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, 27 Maret 2015Abdul SidikHubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Penerapan Fungsi Manajemen Di Puskesmas HelvetiaMedan Tahun 2015.xii + 44 hal + 5 tabel + 1 skema + 13 lampiran
ABSTRAKKepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen didalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukanstrategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok, mempunyaikedudukan strategis karena kepemimpinan merupakan titik sentral seluruh proses kegiatan organisasi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan penerapan fungsimanajemen di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2015. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif korelasidengan rancangan penelitian cross sectional, Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Helvetia Medandan penelitian dilakukan mulai dari Februari sampai dengan Maret 2015. Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh pegawai yang ada di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 39 responden. Teknikpengambilan sampel dengan menggunkan teknik total sampling. Analisa data menggunakan uji statistikchi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mayoritas baik sebanyak (61,5%).Penerapan fungsi manajemen mayoritas baik sebanyak (79,5%). Hasil tabulasi silang hubungan gayakepemimpinan dengan penerapan fungsi manajemen di Puskesmas Helvetia Medan diperoleh (p = 0,006),maka terdapat hubungan gaya kepemimpinan dengan penerapan fungsi manajemen di PuskesmasHelvetia Medan tahun 2015. Bagi Kepala Puskesmas Helvetia Medan agar lebih meningkatkan gayakepemimpinan yang sesuai dengan situasi penerapan fungsi manajemen yang sedang atau akandilaksanakan, hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan program dapat terlaksana sesuai dengan jadwalprogram dan tidak terjadi penyimpangan baik dalam dana maupun bentuk kegiatan. Bagi PegawaiPuskesmas diharapkan dapat melaksanakan kegiatan dengan lebih optimal terkait dengan penerapanfungsi manajemen yang telah ditetapkan.
Kata kunci : gaya kepemimpinan; penerapan fungsi manajemenDaftar pustaka : 20 (2000-2013)
v
PROGRAM STUDY OF NERSFACULTY OF NURSING & MIDWIFERYUNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIAScription, 27 March 2015Abdul SidikThe Relationship of leadership style and the implementation of the management function in PublicHealth Center in Helvetia Medan, 2015xii + 44 page + 5 tables + 1 schemes + 13 attachments
ABSTRACTThe leadership as a concept in the management of organizational life has a strategic position and is asocial phenomena that always needed in the group of life. The leadership is a central point of the wholeprocess of the organization. The purpose of this study is to find out the relationship of leadership style andthe implementation of the management function in Public Health Center in Helvetia Medan, 2015. Thisresearch is a descriptive correlation with cross sectional study design. The location of the study isconducted at the public health center in Helvetia, Medan and is started from Februari until March 2015.The population in the study are all the staff at Helvetia Public Health Center around 39 respondents. Thesampling tecnique is using the total sampling technique. The data is analyzed by using chi-square test.The result showed a majority of leadership style is good (61,5%). The implementation of managementfunction is also well (79,5%). The cross tabulation results obtained that the relationship of leadership styleand the implementation of the management function in Public Health Center is (p = 0,006), so that thereis relationship between the leadership style with the management function at Public Health Center inHelvetia Medan 2015. The leader of Helvetia Public Health Center will further enhance the leadershipstyle in accordance with the situation of the implementation which are being or will be implemented. It isintended that the implementation of the program can be implemented in accordance with the schedule ofprogram and there is no deviation both in finance or the activities. For the staff of public health center areexpected to perform the activity optimally related to the implementation of the management functionshave been assigned.
Keywords : leadership style; application of managemen functionsReference : 20 (2000-2013)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam tugas ujian akhir di Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015 dengan judul penelitian “Hubungan Gaya
Kepemimpinan Dengan Penerapan Fungsi Manajemen di Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2015”.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan &
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Masri Saragih, M.Kep, selaku Ketua penguji, yang telah membimbing dan
meluangkan waktu dalam memberikan masukan maupun saran kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ns. Laura Siregar, M.Kep, selaku penguji I, yang telah banyak memberikan
masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Ns. Bunga Theresia Purba, M.Kep, selaku penguji II, yang telah banyak
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Ns. Rosetty Sipayung, M.Kep, selaku penguji III, yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing dan memberikan masukan maupun saran kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Drg. Yumna Sari Siregar, M.Kes, selaku kepala Puskesmas Helvetia Medan yang
telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.
10. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan moral maupun
moril kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
vii
11. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa/i PSIK-B di Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Semoga kebaikannya mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Pada skripsi ini
penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.
Medan, 27 Maret 2015
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
HalCOVER DALAM................................................................................................ iPERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... iiDAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... iiiABSTRAK........................................................................................................... ivABSTRACT.......................................................................................................... vKATA PENGANTAR ....................................................................................... viDAFTAR ISI ...................................................................................................... viiiDAFTAR TABEL .............................................................................................. xDAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUANA. LatarBelakang ............................................................................... 1B. RumusanMasalah.......................................................................... 5C. TujuanPenelitian ........................................................................... 6
1. TujuanUmum......................................................................... 62. TujuanKhusus ........................................................................ 6
D. ManfaatPenelitian ......................................................................... 6
BABII :TINJAUAN PUSTAKAA. Kepemimpinan ............................................................................. 7
1. Defenisi Kepemimpinan ....................................................... 72. Teori Gaya Kepemimpinan ................................................... 83. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan ............ 104. Tipe Perilaku Pemimpin ........................................................ 11
B. Gaya Kepemimpinan ................................................................... 121. Pengertian Gaya Kepemimpinan .......................................... 122. Kegiatan-Kegiatan Kepemimpinan ....................................... 133. Peranan-Peranan Kepemimpinan .......................................... 144. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan .......................................... 15
C. Fungsi Manajamen ....................................................................... 201. Planning ( Perencanaan) ........................................................ 212. Organizing (Pengorganisasian).............................................. 223. Actuating (PenggerakanPelaksanaan) .................................... 224. Controlling (Pengawasan) ..................................................... 225. Evaluating (Penilaian) ........................................................... 22
D. Sarana Manajemen ...................................................................... 231. Man (Manusia )...................................................................... 232. Money (Uang) ........................................................................ 243. Material (Bahan).................................................................... 244. Machine (Mesin).................................................................... 245. Method (Metode) ................................................................... 246. Market (Pasar)........................................................................ 25
ix
E. KerangkaKonsep........................................................................... 25F. Hipotesa Penelitian ...................................................................... 25
BAB III : METODE PENELITIANA. JenisPenelitian .............................................................................. 26B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 26C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 26
1. Populasi Penelitian ................................................................ 262. Sampel Penelitian ................................................................. 26
D. Defenisi Operasional .................................................................... 27E. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 27F. AspekPengukuran ........................................................................ 27
1. Gaya Kepemimpinan ............................................................ 272. Penerapan Fungsi Manajemen .............................................. 28
G. EtikaPenelitian .............................................................................. 291. LembarPersetujuan(Informed Consent) ................................. 292. TanpaNama(Anonymity) ........................................................ 303. Kerahasiaan(Confidentiality) ................................................. 30
H. Pengolahan Data .......................................................................... 30I. Analisa Data ................................................................................. 31
1. Analisa Univariat ................................................................... 312. AnalisaBivariat ...................................................................... 31
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ............................................................................. 32
1. Univariat ................................................................................ 322. Gaya Kepemimpinan ............................................................. 323. Penerapan Fungsi Manajemen ............................................... 334. Tabulasi Silang Gaya Kepemimpinan Dengan Penerapan
Fungsi Manajemen Di Puskesmas Helvetia Medan Tahun2015 ....................................................................................... 33
B. Pembahasan................................................................................... 341. Interpretasi dan Diskusi hasil................................................. 342. Gaya Kepemimpinan ............................................................. 343. Penerapan Fungsi Manajemen ............................................... 374. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan penerapan Fungsi
Manajemen............................................................................. 415. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 43
BAB V : KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan .................................................................................... 44B. Saran............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Defenisi Operasional............................................................................. 27Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Pegawai Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015(N=39)................................................................................................... 32
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinandi Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015 (N=39) ........................ 32
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan FungsiManajemen di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015 (N=39). ........ 33
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Hubungan Gaya Kepemimpinan DenganPenerapan Fungsi Manajemen di Puskesmas Helvetia Medan...Tahun 2015 (N=39) ............................................................................ 33
xi
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Kerangka Konsep............................................................................... 25
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi RespondenLampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi RespondenLampiran 3 : Lembar KuisionerLampiran 4 : Master Data PenelitianLampiran 5 : Distribusi Output Program SPSSLampiran 6 : Surat Izin Memperoleh Data Dasar dari Fakultas Keperawatan &
Kebidanan Universitas Sari Mutiara IndonesiaLampiran 7 : Surat Balasan Izin Pengambilan Data Dasar dari Dinas KesehatanLampiran 8 : Surat Balasan Izin Telah Memperoleh Data Dasar dari
Puskesmas Helvetia MedanLampiran 9 : Surat Izin Melakukan Penelitian dari Fakultas Keperawatan &
Kebidanan Universitas Sari Mutiara IndonesiaLampiran 10 : Surat Balasan Melakukan Penelitian dari Dinas KesehatanLampiran 11 : Surat Balasan Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas Helvetia
MedanLampiran 12 : Lembar Konsultasi PembimbingLampiran 13 : Lembar Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi manajemen berperan penting dalam menerapkan suatu kegiatan yang
meliputi berbagai jenis kegiatan yang dapat digolongkan dalam satu kelompok
sehingga membentuk suatu kesatuan administratif yang terdiri dari memimpin,
merencanakan, menyusun, dan mengawasi.Setiap pemimpin harus menjalankan
fungsi tersebut didalam organisasi tersebut sehingga hasilnya merupakan
keseluruhan yang sistematik (Abdillah, 2011).
Menurut Kartono (2005, dalam Abdillah, 2011) kepemimpinan itu sifatnya
spesifik, khas, diperlukan bagi situasi khusus, sebab dalam suatu kelompok yang
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu mempunyai tujuan serta peralatan khusus.
Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari
situasi khusus, jadi jelasnya sifat-sifat utama dari pemimpin dan
kepemimpinannya harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya serta cocok
dengan situasi yang sama.
Kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen didalam kehidupan organisasi
mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu
diperlukan dalam kehidupan kelompok. Mempunyai kedudukan strategis karena
kepemimpinan merupakan titik sentral seluruh proses kegiatan organisasi. Maka
dalam setiap organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, akan berhasil bila organisasi tersebut mampu melaksanakan fungsi
manajemen dengan baik. Pemimpin sebagai pemegang jabatan tertinggi dalam
sebuah organisasi merupakan faktor penentu dalam mencapai tujuan demi
keberhasilan sebuah organisasi.
2
2
Seorang pemimpin dituntut memiliki kualitas kepemimpinan yang handal untuk
menjawab berbagai tantangan dan hambatan yang akan di hadapi oleh
organisasinya. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting bagi
pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi.Gaya kepemimpinan seorang
kepala puskesmas sangat berpengaruh terhadap pengembangan pegawai dan
membangun iklim motivasi dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas
Puskesmas. Di setiap Puskesmas, kepemimpinan kepala Puskesmas berbeda-
beda diantaranya ada yang menggunakan gaya kepemimpinan autokratis,
demokratis, dan laissez faire yang semuanya tidak terlepas dari kekurangan dan
kelebihannya masing-masing, tinggal bagaimana seorang pemimpin
menerapkannya dalam organisasi (Damayanti, 2013).
Menurut Hilma (2011, dalam Ramsar 2012) dalam setiap organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, akan berhasil bila organisasi
tersebut mampu melaksanakan fungsi manajemen dengan baik. Mampu untuk
mengorganisir, memberikan pengarahan kerja, mengkoordinasi dalam usaha
untuk melaksanakan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mampu
untuk melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan kerja. Tanpa adanya suatu
perencanaan yang baik, kemungkinan organisasi tersebut akan mengalami
kegagalan. Paling tidak dalam pencapaian tujuan kemungkinan akan timbul
suatu hal yang tidak diharapkan, berupa adanya biaya serta adanya tenaga yang
sangat besar digunakan. Ini disebabkan karena perencanaan pada hakikatnya
menetapkan apa yang dilakukan, bagaiman, serta siapa yang melakukan,
sebelum pekerjaan itu sendiri dilakukan.
Siagian (2003, dalam Umairi, 2009) mengatakan bahwa seorang pemimpin akan
memainkan peranan yang sangat dominan dalam kehidupan organisasinya.
Peranan tersebut sama sekali tidak mengurangi apalagi mengabaikan pentingnya
peranan yang harus dan perlu dan harus dimainkan oleh para tenaga pelaksana,
akan tetapi tenaga pelaksana perlu dibimbing, dibina, diarahkan, dan digerakkan
3
sedemikian rupa sehingga mau dan mampu mengerahkan tenaga, waktu, dan
keterampilan bagi kepentingan organisasi.
Seorang pemimpin bukanlah penguasa karena ia lahir bukan hendak semata
menguasai, melainkan pemimpin dilahirkan untuk membimbing masyarakat
menuju ketentraman dan kemakmuran. Pemimpin yang hanya ingin
memakmurkan masyarakatnya dengan segala macam cara, termasuk cara
kekerasan yang dihalalkan, jelas akan membawa petaka. Seperti tampak pada
beberapa tahun belakangan ini ketika kepemimpinan Presiden AS George W.
Bush, yang lebih menonjolkan kekerasan untuk menguasai ladang-ladang
minyak dikawasan Asia Tengah dan Timur Tengah. Bush lebih suka cara
kekerasan dengan mengeksploitasi tragedi 11 September 2001, ketimbang
menggunakan pola cerdik berdiplomasi. Kepemimpinan seperti ini kontras sekali
dengan masa Kepresidenan Bill Clinton, yang cenderung mengedepankan cara-
cara budaya dan diplomasi (Umairi, 2009).
Demikian juga kondisi di Negara Indonesia mengalami krisis multidimensi
sampai detik ini.Krisis tersebut mendera berbagai bidang, mulai dari ekonomi,
politik, budaya, sains, kesehatan, dan kemanusiaan.Seakan tidak ada jalan keluar
dari semua krisis tersebut.Adapun salah satu krisis yang paling nyata adalah
krisis kepemimpinan.Kita mengalami kegamangan dalam memilih tipe
kepemimpinan yang tepat untuk negeri ini. Ada sebagian intelektual yang
menganjurkan “westernisasi” yaitu secara total mengikuti gaya kepemimpinan
Amerika Serikat atau Eropa. Ada juga sebagian yang merasa panik dengan
gelombang globalisasi dan westernisasi dan memilih berlindung dibalik jubah
primordialisme, berbasis agama, etnis, atau ras.Zaman sekarang seakan-akan
suri teladan dari founding father kita, yaitu Soekarno-Hatta, untuk memadukan
timur dan barat seakan sudah dilupakan.Era globalisasi mengharuskan kita
melakukan redefinisi mengenai makna kepemimpinan (Umairi, 2009).
4
Menurut Covey (2000, dalam Ramsar, 2012) pada buku Principle Centeral
Leadhership mengetengahkan masalah kronis yang cukup representatif dalam
menggambarkan kondisi organisasi-organisasi pemerintah termasuk Indonesia,
salah satu diantaranya adalah penerapan gaya manajemen yang tidak sesuai
dengan situasi yang dihadapi. Hal ini merupakan masalah utama
penyelenggaraan dan pembangunan, untuk mengatasi permasalahan tersebut
salah satu cara yaitu melalui visioner, memiliki pola pikir serta perilaku dengan
tuntutan tugasnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2012, dalam Abdillah 2013)
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan dalam menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan cenderung tipe kepemimpinan yang digunakan
oleh kepala puskesmas adalah tipe demokratis. Sama halnya penelitian yang
dilakukan oleh Gunawan (2010) bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh gambaran bahwa tipe kepemimpinan dalam melakukan fungsi
manajemen di Puskesmas Anutapura Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah
cenderung pada tipe demokratis.
Menurut Donovan (1975 dalam Sulaeman 2011) beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa pegawai yang berada dibawah gaya kepemimpinan
autokrasi akan menyebabkan pegawai merasa tertekan, selalu membutuhkan
perhatian dan persetujuan pemimpin. Pegawai dibawah gaya kepemimpinan
demokrasi kurang mengalami tekanan pada saat melaksanakan tugas dan lebih
kohesif di bandingkan pegawai di bawah gaya kepemimpinan autokrasi. Namun,
produktivitas pegawai akan sama jika dipimpin dengan gaya kepemimpinan
autokrasi. Pegawai dibawah gaya kepemimpinan laissez faire kurang produktif,
selalu merasa kurang puas dengan organisasinya dan kurang kohesif. Satu gaya
kepemimpinan akan kurang efektif jika diterapkan pada semua situasi, maka
dikembangkan kombinasi gaya kepemimpinan tersebut. Kombinasinya akan
5
menghasilkan gaya kepemimpinan multikratik yaitu serangkaian gaya
kepemimpinan untuk menghadapi berbagai situasi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, bahwa jumlah
pegawai dari data kepegawaian Puskesmas yaitu berjumlah 44 pegawai.Hasil
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 5 orang pegawai dari 44pegawai
Puskesmas mengatakan bahwa dalam menerapkan fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorgansisasian, pelaksanaan dan pengawasan bahwa tipe
kepemimpinan yang digunakan oleh kepala puskesmas adalah tipe demokratis
yaitu 4 orang yang mengatakan demikian. Gaya kepemimpinan demokratis yang
ditunjukkan terlihat ketika dalam penerapan fungsi manajemen salah satunya
yaitu ketika pelaksanaan fungsi manajemen dalam hal pengorganisasian dalam
mengorganisasikan program kerja yang telah ditetapkan di Puskesmas Helvetia
Medan,pimpinan menempuh cara dengan melibatkan bawahan dalam pembagian
tugas kepada bawahan yang mana pembagian tugas tersebut ditentukan bersama-
sama bawahan dengan melihat kemampuannya. Namun ada pula sebagian yakni
1 orang yang mengatakan autokratis, hal ini terlihat ketika salah satu bawahan
yang melakukan pelanggaran seperti tidak masuk kerja atau datang terlambat
dengan tegas pemimpin memberikan sangsi/hukuman pada bawahan tersebut,
namun ada pula sebagian bawahan yang melakukan pelanggaran akan tetapi
pemimpin tidak tegas/tidak memberikan sangsi terhadap bawahan yang
melakukan suatu pelanggaran tersebut, hal ini kontras sekali pemimpin tidak
menerapkan gaya yang sesuai terhadap penerapan fungsi manajemen yang telah
di tetapkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “hubungangaya kepemimpinan dengan penerapan fungsi manajemen di
Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun maka rumusan masalah
yang dapat ditarik yaitu adakah hubungan gaya kepemimpinan dengan
penerapan fungsi manajemen di Puskesmas Helvetia Medan”.
C. Tujuuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Penerapan
Fungsi Manajemen di Puskesmas Helvetia Medan
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi Gaya Kepemimpinan Kepala Puskesmas Helvetia
Medan
b. Mengidentifikasi Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Puskesmas
Helvetia Medan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kepala Puskesmas
Untuk lebih meningkatkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi
penerapan fungsi manajemen.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini bagi kalangan akademisi, diharapkan dapat menjadi salah
satu acuan, dan sebagai referensi mengenai kepemimpinan.
3. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan membuka wawasan mahasiswa dalam
memandang permasalahan kepemimpinan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk memberi kontribusi dalam menambah wawasan dan sumber referensi
serta dapat dijadikan bahan atau dasar dalam melakukan penelitian untuk
selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepemimpinan
1. Defenisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang untuk memberikan arti (pengarahan yang berarti) terhadap
usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha
yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Sulaeman, 2011).
Pada umumnya paraahli berpendapat bahwa kepemimpinan atau leadership
adalah pokok atau inti dari manajemen. Kepemimpinan berkaitan pula dengan
kemampuan motivasi dan hubungan antar manusia. Seorang pemimpin harus
memotivasi dirinya sendiri dan orang lain agar mau bekerja dengan mencapai
tujuan. Pemimpin yang mampu berkomunikasi dan mampu berhubungan
manusiawi dengan orang lain (human relations) dengan baik dan lebih mudah
mempengaruhi dan menggerakkan orang lain sesuai dengan keinginannya
dalam mencapai tujuan yang dikehendaki (Ali, 2010).
Sebuah organisasi untuk menjalankan aktivitas membutuhkan seorang
pemimpin, berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan tersebut umumya sulit
untuk diukur dan sebagian lagi sangat sulit untuk dikenali. Pemimpin berbeda
dengan manajer dilihat dalam aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing
sebutan tersebut. Pemimpin lebih banyak menjalankan peran dimuka umum
atau langsung dan sering terlihat oleh bawahan. Sedangkan manajer dalam
melakukan aktivitas sering berada dibelakang layar dan jarang melakukan
kontak dengan bawahan, namun lebih kearah perancang organisasi dan orang
yang menjalankan tersebut disebut sebagai seorang “pemimpin” akan tetapi
manajer juga sering sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi (Alamsyah,
2012).
8
8
Pada saat menjalankan organisasi, ia juga menjalankan peranan
kepemimpinan, akan tetapi, jika ia ingin seorang diangkat selain dirinya
untuk memimpin operasional organisasi ia disebut manajer yang nantinya
menerima laporan dari pemimpin yang diangkatnya. Orang yang diangkat
tersebut disebut sebagai pemimpin. Jadi dapat disimpulkan setiap manajer
juga pemimpin, namun seorang pemimpin belum tentu juga disebut sebagai
seorang manajer.
Manajer dan pemimpin sama-sama menjalankan kepemimpinan. Jadi dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi perubahan perilaku orang lain, baik langsung
maupun tidak langsung. Atau kata lainnya kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain itu mau mendengar,
menuruti apa yang kita katakan. Secara tidak langsung kekuatan
kepemimpinan adalah kemampuan untuk melakukan proses hegomoni
terhadap orang lain (Alamsyah, 2012).
2. Teori Gaya Kepemimpinan
Banyak pengertian atau teori kepemimpinan disampaikan, beberapa
dikemukakan disini dengan maksud makin banyak pengertian diberikan oleh
para ahli semakin lengkap pemahamankita akan kedudukan, tugas, kewajiban,
dan wewenang seorang pemimpin dan sebagainya.
a. Kepemimpinan menurut James A.F Stoner dan Hendry Mintzberg :
Kepemimpinan berkaitan dengan fungsi manajemen yang amat penting
yaitu penggerakan pelaksanaan (actuating), pengarahan (directing) atau
memerintah (command), kemampuan koordinasi (coordinating),
pengawasan dan pengendalian (controlling), berkomunikasi
(comunicating), menuntun, membimbing (leading = memimpin), dan
mengambil keputusan (decision making) menjadi narasumber
(resourcing).
9
b. Kepemimpinan menurut George R. Terry
Mengungkapkan, kebanyakan pemimpin-pemimpin efektif merupakan
orang-orang yang bermotivasi tinggi dan menetapkan standar-standar
prestasi tinggi bagi mereka sendiri. Mereka ingin mengetahui banyak hal,
bersifat energik dan merasa ditantang oleh problem-problem yang sulit
dipecahkan oleh mereka. Seorang pemimpin menggugah keinginan
seseorang untuk melaksanakan suatu hal. Ia menunjukkan arah yang harus
ditempuh dan ia membina anggota-anggota kelompok kearah
penyelesaian hasil pekerjaan kelompok.
c. Kepemimpinan menurut Dubin
Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat
keputusan.
d. Kepemimpinan menurut Ralph M. Stogdill
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan
sekelompok orang yang terorganisir dalam usaha mereka menetapkan
tujuan dan mencapai tujuan.
e. Kepemimpinan menurut Harold Koontz dan Cyril o’donnel
Kepemiminan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam
mencapai tujuan umum.
Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan.
f. Kepemimpinan menurut RD. Agrawala
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan
kemana mereka, kemampuan dan usaha untuk mencapai tujuan pimpinan
Dalam hubungan dengan organisasi, kepemimpinan terletak pada
mempengaruhi usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi secara optimal.
Dari berbagai teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah hubungan antara pemimpin dan pengikut dimana pemimpin
mempengaruhi pengikut atau pihak lain atau bawahannya untuk
10
bekerjasama secara sukarela dalam mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan tugasnya untuk mencapai hal-hal yang diinginkan
pemimpin (Ali, 2010).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Seorang pemimpin berperilaku tidak sama antara pemimpin yang satu dengan
pemimpin yang lainnya. Dikarenakan ada beberapa faktor yang berbeda
sangat mempengaruhinya.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya
adalah sebagai berikut :
a. Sistem nilai yang berlaku dan diyakini
Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa orang yang mempunyai
tujuan yang sama, baik organisasi kecil dan organisasi besar ditanamkan
nilai-nilai. Nilai itu bersifat holistik akan membentuk keyakinan yang
spesifik terhadap pemimpin organisasi.
b. Kemampuan kognisi
Kemampuan kognisi meliputi kecerdasan dan kecekatan didalam
memahami dan menghayati sesuatu.
c. Latar belakang pendidikan
Setiap orang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dan yang
didahuluinya. Pendidikan seseorang bisa melalui jalur formal dan jalur non
formal. Pendidikan tidak hanya didapat disekolah, sebab pendidikan
melalui jalur non formal juga bisa dilalui. Contoh pendidikan formal
adalah ilmu yang didapat disekolah, sedangkan pendidikan jalur non
formal adalah lewat kursus dan pengalaman-pengalaman.
d. Derajat ketergantungan
Umumnya pemimpin organisasi bukanlah pemilik dari sebuah organisasi
yang dipimpinnya. Dalam hal ini pemimpin akan sangat ketergantungan
kepada gaya kepemimpinan. Semakin tergantung kepada organisasi maka
akan semakin hati-hati orang tersebut dalam mengelola organisasi dan
demikian pula sebaliknya. Jangan jadikan ketergantungan sebagai tolak
11
ukur dalam sebuah organisasi, tetapi lakukan organisasi secara kolektif
kolegial artinya semua adalah bisa menjadi pemimpin.
e. Kebutuhan
Kebutuhan akan menetukan pada tindakan yang akan dilakukan sehingga
jika dikaitkan dengan kepemimpinan maka gaya kepemimpinan seseorang
sangat ditentukan oleh sebuah kebutuhan yang ada pada dirinya.
f. Dorongan
Seseorang yang mempunyai kebutuhan yang kuat akan mendesak dan
menimbulkan mendorong yang semakin kuat.
g. Kepribadian
Kepribadian berkaitan dengan pembawaan lahir yang dibentuk oleh
lingkungan yang kuat untuk mempengaruhinya, kepribadian meliputi
kepribadian yang baik dan kepribadian yang buruk.
h. Pengaruh bawahan
Bawahan yang bandel, memberontak dan patuh dengan pimpinan akan
diberlakukan berbeda oleh pimpinan. Artinya karakteristik bawahan sangat
berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan. Pemimpin yang efektif akan
mempertimbangkan berdasarkan tindakan yang situasional.
i. Dukungan manajemen
Manajemen yang menerapkan sistem penghargaan yang baik akan
mempengaruhi kinerja bawahan dan pimpinan. Organisasi ini akan
mematuhi secara ketat peraturan organisasi hanya jika iklim manajerial
organisasi sejalan dengan gaya situasional lingkungan yang relevan dan
kondusif (Alamsyah, 2012).
4. Tipe perilaku pemimpin
Tidak selamanya jalan yang ditempuh oleh seorang manajer atau pemimpin
menempuh jalan yang lurus dan mulus tanpa ada suatu rintangan dan
hambatan. Perilaku manajer dan pemimpin dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
12
a. Kepemimpinan yang seanantiasa mendukung
Pemimpin dan manajer dengan perilaku seperti ini akan senantiasa
memberikan saran dan pertimbangan bawahan dan menunjuk perhatian
yang besar kepada bawahan serta dapat menciptakan iklim organisasi yang
optimal dan sehat. Perilaku seperti ini sangat sesuai dengan kinerja
bawahan.
b. Kepemimpinan partisipatif
Manajer dan kepemimpinan akan mengizinkan bawahan untuk
memberikan masukan kepada proses pengambilan keputusan yang akan
diambil dengan tujuan agar termotivasi kerja bawahannya.
c. Kepemimpinan instrgumental
Manajer dan pemimpin akan memberikan petunjuk khusus dan bimbingan
spesifik tentang apa yang akan diharapkan oleh manajer.
d. Kepemimpinan berorientasi pencapaian
Manajer dan pemimpin akan senantiasa terlibat didalam pencapaian tujuan
yang penuh tantangan, selalu mencari perbaikan kinerja dan selalu
mempunyai kepercayaan yang tinggi bahwa anak buahnya akan mampu
untuk mencapai tujuan yang ditetapkannya (Alamsyah, 2012).
B. Gaya Kepemimpinan
1. Pengertian gaya kepemimpinan
Menurut Sulaeman (2011), gaya kepemimpinan berasumsi bahwa
kemampuan untuk memimpin dan kemauan untuk mengikuti didasarkan atas
perilaku pemimpin atau gaya kepemimpinan. Menurut Silalahi (2002), gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku spesifik yang ditampilkan oleh pemimpin
dalam upaya mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan organisasi atau
kelompoknya. Sedangkan Hersey dan Blanchard (1995) mendefinisikan gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diperlihatkan pemimpin
pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan
orang-orang tersebut .
13
Gaya kepemimpinan pada hakekatnya memperlihatkan dua perilaku atau gaya
kepemimpinan yaitu berorientasi pada tugas (task oriented) dan berorientasi
pada manusia (human oriented). Gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas
disebut juga autocratic, iniating structure, job centeredness, dan concern for
task.Sedangkan gaya kepemimpinan berorientasi pada manusia disebut juga
democratic,considerasion, employe centeredness, relationship orientation,
concern for people (Handoko, 2003; Hersey dan Blanchard, 1995; Silalahi,
2002). Gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas lebih memperhatikan
pada penyelesaian tugas dengan pengawasan ketat agar tugas selesai sesuai
yang diinginkan, hubungan baik dengan staf diabaikan, yang penting staf
harus bekerja keras, produktif, dan bekerja tepat waktu. Sebaliknya gaya
kepemimpinan berorientasi pada manusia cenderung lebih memperhatikan
hubungan yang baik dengan staf, lebih memotivasi staf daripada mengawasi
dengan ketat.
Gaya merupakan suatu ciri atau penampilan karakteristik dari pelakasanaan
kerja. Follest (1940) menjelaskan gaya sebagai penghargaan yang ekslusif
dari para ahli. Dengan gaya terakhir yang diakukan tanpa masalah-masaah
yang mengikutinya. Gaya memberikan suatu usaha yang elegan dan
ekonomis untuk ditujukan oleh setiap manajer yang professional. Penelitian
telah mengidentifikasikan empat gaya dari kepemimpinan para manajer dari
berbagai bidang : autokrasi, demokrsasi, partisipasi, dan laissez-faire.
2. Kegiatan-Kegiatan Kepemimpinan
Kepemimpinan mencakup suatu keragaman kegiatan-kegiatan: pengarahan
(menunjukkan jalan) pengawasan (mengamati kegiatan) dan
mengkoordinasikan (menekankan usaha-usaha dari para perseorangan). Dari
sini, pengarahan adalah yang paling sulit.Untuk mengarahkan seorang
bawahan melalui suatu lapangan kegiatan tertentu, seorang pemimpin harus
benar-benar mengenal kegiatan yang diinginkan, memahami kemampuan-
kemampuan para bawahan, dan menghargai biaya-biaya manusia dan material
14
dari gambaran lapangan berikut. Mengarahkan pekerjaan orang lain
merupakan suatu transaksi yang mengandung resiko, karena hal ini
membentuk manajer dalam suatu peranan kekuasaan (secara orang tua),
melawan para bawahan yang cenderung memberontak. Pengamatan
merupakan suatu kegiatan kepemimpinan yang agak mudah, karena tanggung
jawab manajer untuk memaksimalkan produktifitas mendorong minatnya
dalam memberikan kuantitas dan kualitas pekerjaan kepada para
bawahan.Koordinasi merupakan kegiatan kepemimpinan yang paling kritis,
kecuali kalau usaha-usaha para karyawan digabungkan dan dicampur pada
tujuan-tujuan kantor perwakilan, para spesialis yang berbeda cenderung untuk
bekerja pada tujuan-tujuan yang berlawanan (Gillies, 2000).
3. Peranan-Peranan Kepemimpinan
Burns (1978) dibedakan diantara tipe-tipe kepemimpinan secara
transformasional (secara pandangan) dan transaksional (secara praktek).
Suatu pemimpin yang transformasional memandang suatu pernyataan masa
depan yang ideal, bersama dengan suatu perjalanan yang memungkinkan
terhadap pernyataan tersebut, kemudian membicarakan pandangan ini kepada
para pengikut dalam suatu gaya memudahkan mereka untuk mencapai potensi
secara menyeluruh dalam mengejar pandangan yang ideal.
Seorang pemimpin yang transaksional merupakan seseorang yang pragmatis
yang secara efektif mengatur operasi-operasi dari hari ke hari menjelaskan
tujuan-tujuan yang disusun kembali, memberikan sumber-sumber kerja yang
diperlukan, dan mengatur usaha karyawan melalui kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang dikembangkan. Tidak seperti seorang pemimpin yang
transformasional, seorang pemimpin transaksional tidak mampu akan pesan-
pesan pandangan atau inspirasi. Bass (1985) menyatakan bahwa sebagian
karakter dari baik kepemimpinan secara transformasional maupun secara
transaksional dibutuhkan untuk membujuk dan mengusahakan para bawahan
terhadap tujuan-tujuan jangka panjang organisasi.
15
Untuk kepentingan penjelasan, bagian-bagian berbeda harus digunakan
menurut para manajer pada tingkatan-tingkatan susunan yang berbeda.
Seorang manajer tingkat atas, seperti wakil pimpinan keperawatan merupakan
seorang eksekutif.Seorang manajer dalam tingkatan susunan berikutnya
sampai tingkatan atas merupakan seorang administrator.Seorang manajer
dalam pertengahan struktur organisasi merupakan seorang direktur divisi atau
pengawas. Manajer tingkatan pertama dari suatu unit keperawatan merupakan
seorang kepala perawat atau manajer perawatan pasien.Para manajer pada
setiap tingkatan mengarahkan, mengamati, dan mengkoordinasi usaha-usaha
para bawahan, tetapi para manajer pada tingkatan yang lebih tinggi dan lebih
rendah menggunakan metode-metode yang berbeda pada setiap fungsinya.
Seorang eksekutif yang secara langsung menangani para bawahan adalah para
manajer professional yang berpengalaman yang seharusnya hanya
memberikan pengarahan umum kepada para bawahan, mengawasi dengan
mengamati indikasi-indikasi produksi secara statistik dan mengkoordinasikan
dengan memberikan pernyataan-pernyataan kebijaksanaan, mengadakan
pertemuan-pertemuan staf, dan mengatur perputaran penempatan berita-
berita. Seorang kepala perawat harus memberikan pengarahan yang luas,
medetail kepada para pemberi perawatan, bekerja bersama-sama dengan para
bawahan untuk mengawasi aspek-aspek secara tekhnik dan interpersonal dari
perawatan pasien, serta mengkoordinasikan usaha-usaha para staf melalui
perputaran ruangan, pertemuan-pertemuan kelompok, serta laporan-laporan
jam kerja (Gillies, 2000).
4. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan
a. Kepemimpinan Efektif
Menurut Alamsyah (2012), dalam pengantar manajemen pada dasarnya gaya
kepemimpinan yang efektif ada empat, yaitu:
16
1) Eksekutif
Gaya ini memberikan sejumlah perhatian baik kepada tugas maupun
hubungan. Manajer yang menerapkan gaya ini merupakan motivator
yang baik, dapat menetapkan standar yang tinggi, dapat mengakui
perbedaan individu dan sering kali menggunakan manajemen tim
perombak.
2) Pengembang
Manajer dan pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung
mempercayai orang lain dan mempunyai perhatian yang tinggi untuk
mengembangkan individu yang ada dalam organisasi.
3) Otokrat yang baik
Manajer dan pemimpin yang menerapkan gaya ini sangat mengetahui
secara tepat dan cepat karakteristik orang-orang yang berada didalam
organisasi.
4) Birokrat
Manajer dan pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung menekan
pada peraturan, ingin mempertahankan pengaruh dan mengawasi situasi
dengan menggunakan peraturan yang ada. Pengaturan yang diterapkan
secara maksimal.
b. Kepemimpinan tidak Efektif
Sedangkan gaya kepemimpinan yang tidak efektif merupakan suatu yang
tidak baik terhadap organisasi, yaitu :
1) Pengkompromi
Gaya pemimpin dan manajer seperti ini merupakan gaya yang lemah
dalam pengambilan keputusan. Manajer seperti ini merupakan manajer
yang sering mendapatkan tekanan dikarenakan menurut sifatnya penakut
dan tidak berani dalam mengambil resiko.
2) Penganjur
Manajer bergaya penganjur ini mempunyai perhatian maksimum kepada
orang lain dalam melakukan hubungan dan perhatian sedikitkepada
17
petugas. Manajer seperti ini merupakan menerapkan gaya harmonis
sebagai tujuan akhirnya.
3) Otokrat
Manajer dan pemimpin seperti ini memiliki kepercayaan yang lemah dan
rendah, hanya berminat pada tugas pekerjaan jangka pendek atau tugas
yang segera dilaksanakan.
4) Pembelot
Manajer dan pemimpin pembelot adalah manajer yang memberikan
perhatian minimum terhadap tugas pekerjaan dan hubungan.Manajer
seperti ini biasanya berlaku pasif (Alamsyah, 2012).
Dari kepemimpinan efektif dan kepemimpinan tidak efektif diatas, maka
akan diketahui tipe situasi yang bagaimana dapat membentuk. Karena
situasi dapat dibentuk dan direkayasa oleh manajemen.Maka manajemen
dapat dengan mudah mempolakan situasi yang dikehendaki dan sesuai
dengan yang di terapkannya.
Gaya kepemimpinan seseorang sangat erat kaitannya dengan porsi
pengawasan dan besarnya kebebasan yang diberikan bawahan. Berdasarkan
besarnya kebebasan yang diperoleh kelompok untuk menentukan tujuan
bersama gaya kepemimpinan dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebagai
berikut:
1) Gaya Kepemimpinan Autokratik
Dalam gaya ini pemimpin menentukan semua kelayakan kemudian
memberi petunjuk untuk penerapannya. Pengumuman keputusannya
tanpa melakukan umpan balik dari kelompok yang dipimpinnya.
Metode atau cara untuk melaksanakan keputusan tersebut hanya
dijelaskan secara bertahap. Dengan memberikan umpan balik terhadap
informasi dari kepemimpinan akan mengembankan figure
kepemimpinan yang menjurus kegaya paternalistic atau stagnan.
18
Pemimpin mempunyai hubungan interpersonal dengan yang
dipimpinnya, ia dapat memberikan rasa aman dan penghargaan yang
wajar kepada kelompoknya.
2) Gaya Demokratik
Pemimpin menyarankan kepada anggota kelompok untuk
mengembangkan keputusan sendiri.Mula-mula pemimpin memberi
wawasan kepada anggota kelompok tentang tugas kelompok yang harus
dikerjakan dan langkah-langkah yang perlu diambil sebelum kelompok
memulai melaksanakan tugasnya.
3) Gaya laissez Faire
Gaya kepemimpinan seperti ini memberikan kebebasan kepada
kelompok.Dukungan fasilitas dan sumber daya sudah tersedia dan
anggota diminta kerjasama secara optimal. Dalam gaya kepemimpinan
seperti ini pemimpin hanya bertugas memberikan tanggapan jika ada
pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Gaya kepemimpinan akan dirasakan kurang efektif jika diterapkan pada
semua situasi. Tetapi berkembanglah kombinasi dari ketiga gaya
tersebut dan berinovasi sesuai dengan kombinasi yang sesuai dengan
keadaan kelompok yang dipimpinnya (Alamsyah, 2011).
Adapun gaya kepemimpinan menurut Sulaeman (2011), yaitu ada 4 jenis
gaya kepemimpinan :
1) Gaya Kepemimpinan Otokratik
Yaitu gaya kepemimpinan dengan banyak memberikan pengarahan
tetapi sedikit memberikan dukungan, pemimpin menentukan semua
kebijakan, peran/tugas stafnya apa, bagaimana, kapan, dan dimana
melakukan suatu tugas, inisiatif pengambilan keputusan hanya
dilakukan oleh pemimpin dan pelaksanaanya diawasi secara ketat
dengan melakukan supervise oleh pemimipin, wewenang dan tanggung
jawab terpusat pada pemimpin, cenderung memberikan instruksi,
19
komunikasi berlangsung satu arah (top down), menggunakan imbalan
(reward) dan hukuman (punishment) untuk memacu kinerja pegawai,
tinggi perhatian pada tugas namun rendah perhatian pada manusia,
menuntut prestasi dan hasil, menuntut kesetian dan kepatuhan staf,
kurang menciptakan lingkunagan kerja yang kondusif dan kurang
memperhatikan kesejahteraan pegawai.
Gaya kepemimpinan otokratik/direktif digunakan ketika pemimpin
mempunyai semua informasi untuk memecahkan masalah, mempunyai
waktu pendek dan pegawai termotivasi baik, efektif untuk tingkat
kematangan bawahan rendah dimana pegawai tidak mampu dan tidak
mau memikul tugas dan tanggung jawab.
2) Gaya Kepemimpinan Suportif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan banyak memberikan pengarahan dan
dukungan, pengambilan keputusan dilakukan dengan
mempertimbangkan usul dan saran staf, meperlihatkan adanya
pelimpahan wewenang kepada staf, tanggung jawab dilakukan bersama-
sama pemimpin dengan staf sesuai dengan wewenang yang dimiliki,
meminta masukan dan saran dari staf tentang keputusan yang akan
diambil, menunjukkan keramahan dan kemampuan untuk melakukan
pendekatan, meningkatkan moral dan semangat pegawai, menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dan memperhatikan kesejahteraan
pegawai. Gaya kepemimpinan suportif digunakan bila dukungan
sumber daya organisasi memadai, efektif digunakan untuk tingkat
kematangan staf rendah ke sedang dimana pegawai tidak mampu tetapi
mau memikul tugas dan tanggung jawab.
3) Gaya Kepemimpinan Delegatif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan sedikit memberikan pengarahan dan
dukungan, pengambilan keputusan dilimpahkan sepenuhnya kepada
20
staf, tanggung jawab pelaksanaan tugas berada pada pegawai, tidak
melakukan pengawasan, tidak ada komunikasi atau hanya ada bila
diperlukan, rendah perhatian pada tugas dan pegawai, tidak
memperhatikan lingkungan kerja dan kesejahteraan pegawai, digunakan
bila pegawai mampu menganalisis dan menentukan apa dan bagaimana
mengerjakan tugas, efektif digunakan untuk tingkat kematangan staf
tinggi dimana pegawai mampu dan mau memikul tugas dan tanggung
jawab.
4) Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan banyak memberikan dukungan tetapi
sedikit memberikan pengarahan, pengambilan keputusan dilakukan
bersama-sama pegawai, aktif mencari masukan dan saran dalam
menetukan keputusan/kebijakan, mendorong keikutsertaan pegawai
dalam aktivitas untuk pencapaian tujuan, control atas pelaksanaan
keputusan dilaksanakan secara bersama-sama sesuai dengan
wewenangnya, peranan pemimpin adalah memfasilitasi, mempermudah
dan melakukan komunikasi, memperlihatkan adanya pelimpahan
wewenang, supervisi dilakukan secara longgar, komunikasi berlangsung
dua arah, tinggi perhatian pada tugas dan pegawai.
Gaya kepemimpinan partisipatif digunakan ketika pemimpin
mempunyai sebagian informasi dan pegawai mempunyai sebagian
informasi yang lain, efektif digunakan untuk tingkat kematangan staf
sedang ke tinggi, dimana staf mampu tetapi tidak mau memikul tugas
dan tanggung jawab.
C. Fungsi Manajemen
Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efesien. Efektif adalah mengerjakan pekerjaan yang benar (doing the right things),
Sedangkan efisien adalah “mengerjakan pekerjaan dengan benar” (doing things
21
right),apa yang dimaksud dengan mengerjakan sesuatu yang benar atau tepat dan
mengerjakan sesuatu dengan benar atau tepat.
Manajemen diperlukan untuk menjalankan kegiatan organisasi secara efektif dan
efesien.Agar manajemen yang dilakukan mengarah kepada kegiatan secara efektif
dan efesien, manajemen perlu dijelaskan berdasarkan fungsinya atau dikenal
sebagai fungsi manjemen atau managerial functions.
Fungsi manajemen adalah berbagai tugas atau kegiatan manajemen yang
mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.Manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan
selalu ada dan melekat didalam proses manajemen yang dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakana kegiatan untuk mencapai tujuan. Banyak sekali ahli yang
mengemukakan tentang fungsi manajemen.Sebagai contoh, Terry menyebutkan
bahwa fungsi manajemen terdiri atas planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), directing (penggerakan), controlling (pengendalian dan
pengawasan).Dengan demikian, fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang
dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti
satu tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi manajemen yang digunakan ini
harus dapat menjawab What(apa) yang dilakukan, Why (mengapa) harus melakukan
apa, When (kapan) melakukan apa, Where (dimana) melakukan apa, Who (siapa)
yang melakukan apa, How (bagaimana) cara melakukan apa (Roymond, 2013).
Fungsi manajemen yang digunakan oleh puskesmas diadaptasi dari fungsi
manajemen yang dikemukakan oleh Terry dengan penambahan fungsi evaluating
(penilaian), sehingga fungsi-fungsi manajemen Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Planning (perencanaan)
Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan Puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif
kegiatan untuk mencapainya. Tanpa ada fungsi perencanaan Puskesmas, tidak
ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai
22
tujuan puskesmas. Melalui fungsi perencanaan Puskesmas akan ditetapkan
tugas-tugas pokok staf dan dengan tugas-tugas pokok staf ini Pimpinan
puskesmas akan mempunyai pedoman supervisi dan menetapkan sumber
daya yang dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugas-tugasnya.
2. Organizing (pengorganisasian)
Organizing (pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan
memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan Puskesmas. Atas dasar
pengertian tersebut, fungsi pengorganisasian juga meliputi proses
pengintegrasian semua sumber daya yang dimiiki Puskesmas.
3. Actuating (penggerakan pelaksanaan)
Actuating (directing, commanding, motivating, influencing) atau fungsi
penggerakan dan pelaksanaan Puskesmas adalah proses pembimbingan
kepada staf agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan
tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki,
serta dukungan sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan yang efektif,
pengembangan motivasi, komunikasi, dan pengarahan sangat membantu
suksesnya pelaksanaan fungsi aktuasi.
4. Controlling (pengawasan/pembimbingan)
Controlling (pengawasan/pembimbingan) adalah proses untuk mengamati
secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah
disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpangan. Pelaksanaan
fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja (standar
performance).
5. Evaluating (penilaian)
Evaluating (penilaian) adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau
tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan
saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan program.
23
Meskipun kelima fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, tetapi
sebagai suatu kesatuan kegiatan, dimana kelimanya merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Kelima fungsi ini sifatnya sekuensial
artinya fungsi yang satu mendahului fungsi yang lainnya, dimana aktivitas
manajerial dimulai dengan planning dan berakhir pada evaluating.Jika
perencanaan (planning) telah disusun, kemudian struktur organisasi dirancang
sedemikian rupa agar setiap tugas dan hubungan antar unit kerja dalam organisasi
dapat merealisasikan rencana (organizing).Jika struktur organisasi telah
dirancang, maka pimpinan memilih dan menetapkan personalia dengan kualifikasi
yang tepat untuk menempati posisi dalam struktur organsisasi dan mengerjakan
berbagai tugas. Kemudian individu atau tim yang bekerja dalam organisasi
digerakkan dan diarahkan agar mereka bertindak atau bekerja efektif untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan (actuating).
Akhirnya semua aktivitas atau operasi organisasi dikontrol untuk mengetahui
sejauh mana hasil yang dicapai sesuai standar kinerja yang telah ditentukan
(controlling), kemudian hasil yang dicapai dibandingkan dengan tolak ukur atau
kriteria kinerja yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan kesimpulan dan saran-
saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan program (evaluating)
(Sulaeman, 2011).
D. Sarana Manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, diperlukan alat atau sarana.Alat
merupakan syarat atau suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan.Sarana
tersebut dikenal dengan 6M, yaitu man, money, material, machine, method, dan
market.
1. Man (manusia)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah hal yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses
untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia, tidak ada proses kerja, sebab pada
24
dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul
karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
2. Money (uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.Uang merupakan
alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan
dengan besarnya uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga
kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli, serta beberapa hasil yang
akan dicapai dari suatu organisasi.
3. Material (bahan)
Materi terdiri atas bahan setengah jadi dan bahan jadi.Dalam dunia usaha
untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya, bahan/materi-materi harus dapat digunakkan sebagai salah satu
sarana. Materi dan manusia tidak dapat dipisahkan karena tanpa materi, hasil
yang dikehendaki tidak akan tercapai.
4. Machine (mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan.Penggunaan mesin dapat
membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efesiensi kerja.
5. Method (metode)
Dalam pelaksanaan kerja, diperlukan metode kerja. Tata cara kerja yang baik
dapat memperlancar jalannya pekerjaan. Metode dapat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat, meskipun
metode baik, bila orang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman, hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian,
manusiatetap berperan utama dalam manajemen.
25
6. Market (pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, proses produksi barang dapat berhenti. Hal ini berarti
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu , penguasa pasar dalam
arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor yang menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai, kualitas dan harga barang harus sesuai
dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen (Roymond,
2013).
E. Kerangka Konsep
Bedasarkan tujuan penelitian, maka dapat digambarkan kerangka konsep sebagai
berikut:
Skema 2.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
F. Hipotesa Penelitian
Ada Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Penerapan Fungsi Manajemen di
Puskesmas Helvetia Medan.
Gaya Kepemimpinan Penerapan FungsiManajemen
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan rancangan penelitian cross
sectional, yaitu untuk mengetahui Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan
Penerapan Fungsi Manajemen di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia Medan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Puskesmas yaitu
berjumlah 39 pegawai Puskesmas.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tekhnik total sampling yaitu 39 pegawai atau seluruh staf
pegawai Puskesmas.
27
27
D. Defenisi Operasional
Tabel 3.1Defenisi Operasional Penelitian
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur SkalaUkur
1. VariabelIndependen :GayaKepemimpinan
Pola perilaku spesifikyang ditampilkan olehpemimpin untukmempengaruhi orang laindalam mencapai suatuorganisasi sesuai situasidengan gayakepemimpinan LaissezFaire, Autokratis,danDemokratis
MenggunakanKuisioner
GayaKepemimpinan :Baik = 31-45Cukup = 16-30Kurang = 0-15
Ordinal
2. VariabelDependen :PenerapanFungsiManajemen
Fungsi yang telah ditetapkan dan dilaksanakanoleh kepala puskesmassecara terorganisasi,berurutan, danberkesinambungandengan tahapanPlanning,Organizing, Actuating,Controlling, Evaluating
MenggunakanKuisioner
PenerapanFungsimanajemen :Baik = 31-45Cukup = 16-30Kurang = 0-15
Ordinal
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner,
yaitu pengumpulan data dengan mengedarkan daftar pertanyaan dan diajukan
secara tertulis kepada responden penelitian untuk mendapatkan tanggapan,
informasi, serta jawaban.
F. Aspek Pengukuran
1. Gaya kepemimpinan
Aspek pengukuran gaya kepemimpinan diberikan 15 pertanyaan dengan
menggunakan alat ukur berupa kuisioner.Dari hasil jawaban responden maka
gaya kepemimpinandikategorikan baik, cukup, dan kurang. Pilihan jawaban
pertanyaan yaitu jawaban“selalu” diberi skor 3, jawaban “sering” diberi skor
2, “jarang” diberi skor 1, jawaban “tidak pernah” diberi skor 0. Untuk gaya
kepemimpinan Laissez Fairepilihan jawaban pertanyaan yaitu
28
jawaban“selalu” diberi skor 0, jawaban “sering” diberi skor 1, “jarang” diberi
skor 2, jawaban “tidak pernah” diberi skor 3. Penilaian gaya kepemimpinan
menggunakan rumus Sudjana (2005):
Rumus :
P =
= 45-0
Keterangan :
P = Panjang Kelas
Rentang Kelas = Skor Tertinggi – Skor Terendah
BK = Banyak Kelas
Dengan demikian gaya kepemimpinan dikategorikan:
a. Baik = 31-45
b. Cukup = 16-30
c. Kurang = 0-15
2. Penerapan Fungsi Manajemen
Untuk mengukur penerapan fungsi manajemen diberikan 15 pertanyaan
dengan menggunakan alat ukur berupa kuisioner.Dari hasil jawaban
responden maka penerapan fungsi manajemen dikategorikan baik, cukup, dan
kurang. Pilihan jawaban pertanyaan yaitu jawaban“selalu” diberi skor 3,
jawaban “sering” diberi skor 2, “jarang” diberi 1, jawaban “tidak pernah”
diberi skor 0. Penilaian penerapan fungsi manajemen menggunakan rumus
Sudjana (2005) :
Rumus :
P =
=45-0
Rentang Kelas
BK
3= 15
Rentang Kelas
BK
3
= 15
29
Keterangan :
P = Panjang Kelas
Rentang Kelas = Skor Tertinggi – Skor Terendah
BK = Banyak Kelas
Dengan demikian penerapan fungsi manajemen dikategorikan:
a. Baik = 31-45
b. Cukup = 16-30
c. Kurang = 0-15
G. Etika Penelitian
Sebelumnya peneliti mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Helvetia
Medan.Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian kepada responden, serta kerahasiaan data yang di berikan.Responden
berhak untuk menerima dan menolak untuk menjadi responden dalam
penelitian.Bila calon menyetujui menjadi responden, maka peneliti meminta
responden untuk menandatangani persetujuan yang telah disediakan. Setelah
mendapat persetujuan peneliti melakukan penelitian dengan etika peneliti meliputi :
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Sebelum melakuakan penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
peneliti kepada responden yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian.
Setelah mendapat persetujuan dari responden baru peneliti mulai melakukan
penelitian.
2. Tanpa nama ( Anonymity)
Tidak mencantumkan nama responden dalam lembar observasi dalam penelitian,
tetapi menukarnya dengan kode inisial nama responden, termaksud dalam
penyajian hasil penelitian.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan informasi tersebut dijamin oleh peneliti, hanya kelompok tertentu
saja yang disajikan atau dilaporkan hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012).
30
H. Pengolahan Data
Semua data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data melalui beberapa
tahap, yaitu :
1. Editing
Setelah selesai melakukan penelitian, maka kuisioner dikumpulkan dan peneliti
melakukan pemeriksaan ulang dari kuisioner tersebut dengan benar dan semua
kuisioner tidak ada yang tertinggal.
2. Coding
Mengubah data responden dan hasil kuisioner tersebut yakni jawaban dari
masing-masing responden dalam bentuk kode (angka atau bilangan), seperti
halnya jawaban “selalu” diberi angka 3, “sering” angka 2, “jarang” angka 1 dan
“tidak pernah” angka 0.
3. Entry data
Setelah peneliti mengubah data responden dan hasil kuisioner kedalam bentuk
angka, selanjutnya peneliti memasukkan data tersebut kedalam software
computer (Microsoft exel) yaitu dalam bentuk master tabel, kemudian peneliti
memasukkan data kedalam bentuk SPSS 17 untuk menguji data tersebut ke uji
statistik chi-square.
4. Tabulating
Setelah data dimasukkan dan dilakukan pengolahan melalui program SPSS 17,
maka di dapat hasil data pengolahan tersebut, selanjutnya peneliti memasukkan
hasil data kedalam bentuk distribusi frekuensi tabel-tabel sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan peneliti yang tujuannya untuk mempermudah
pengolahan data berikutnya.
31
I. Analisa data
1. Analisa Univariat
Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase masing-masing
variabel bebas dan terikat.
2. Analisa Bivariat
Yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
dengan menggunakan uji statistik chi-scuare. Untuk hasil kemaknaan
penghitungan statistik digunakan α 0,05 dan CI 95% sehingga bila p ≤ 0.05
maka hasil statistik bermakna/ada hubungan, jika nilai p ≥ 0.05 maka hasil
statistik tidak bermakna/tidak ada hubungan, untuk penghitungan statistik
dengan menggunakan bantuan program komputer.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. UnivariatTabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis KelaminPegawai Puskesmas Helvetia Medan Tahun2015 (N=39).
Karakteristik Responden Frekuensi (F) Persentase (%)Umur :
- 26-30 Tahun 8 20.5- 31-35 Tahun 13 33.3- 36-40 Tahun 10 25.6- > 41 Tahun 8 20.5Jenis Kelamin :- Laki-laki 3 5.1- Perempuan 36 94.9
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur bahwa mayoritas responden berumur 31-35 tahun yaitu
sebanyak 13 orang (33.3%) dan berdasarkan jenis kelamin bahwa mayoritas
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 36 orang (94.9%).
2. Gaya Kepemimpinan
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Kepemimpinandi
PuskesmasHelvetia Medan Tahun 2015 (N=39).
Gaya Kepemimpinan Frekuensi (F) Persentase (%)Baik 24 61.5Cukup 10 25.6Kurang 5 12.8
Bedasarkan tabel 4.2 dapat diketahui distribusi responden berdasarkan gaya
kepemimpinan mayoritas baik sebanyak 24 orang (61.5%).
33
3. Penerapan Fungsi Manajemen
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Fungsi
Manajemen Di Puskesmas Helvetia MedanTahun 2015 (N=39).
Penerapan Fungsi Manajemen Frekuensi (F) Persentase (%)Baik 31 79.5Cukup 5 12.8Kurang 3 7.7
Bedasarkan tabel 4.3 dapat diketahui distribusi responden berdasarkan gaya
kepemimpinan mayoritas baik sebanyak 31 orang (79.5%).
4. Hasil Uji Statistik Gaya Kepemimpinan Dengan Penerapan Fungsi
Manajemen
Tabel 4.4Tabulasi Silang Responden Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan
Penerapan Fungsi Manajemen Di Puskesmas Helvetia MedanTahun 2015 (N=39).
GayaKepemimpinan
Penerapan Fungsi ManajemenTotal P
Baik Cukup KurangF % F % F % F %
Baik 23 59 1 2.6 0 0 24 61.50.006Cukup 5 12.8 2 5.1 3 7.7 10 25.6
Kurang 3 7.7 2 5.1 0 0 5 12.8Total 31 79.5 5 12.8 3 7.7 39 100
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui hasil gaya kepemimpinan baik sebanyak
(61.5%), dari 61.5% penerapan fungsi manajemen baik (59%), cukup sebanyak
(2.6%), gaya kepemimpinan cukup sebanyak (25.6%), dari 25.6% penerapan
fungsi manajemen baik (12.8%), cukup (5.1%), dan kurang (7.7%) dan gaya
kepemimpinan kurang sebanyak (12.8%), dari 12.8% penerapan fungsi
manajemen baik (7.7%), cukup (5.1%). Hasil uji statistikchi-
squarediperolehnilai p= 0.006 yang berartiada Hubungan Gaya Kepemimpinan
Dengan Penerapan Fungsi Manajemen Di Puskesmas Helvetia Medan Tahun
2015.
34
B. Pembahasan
1. Interpretasidan Diskusi Hasil
a. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut Alamsyah (2012), yaitu kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi perubahan perilaku orang lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Atau kata lainnya kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain itu mau
mendengar, menuruti apa yang kita katakan. Secara tidak langsung
kekuatan kepemimpinan adalah kemampuan untuk melakukan proses
hegomoni terhadap orang lain.
Menurut Donovan (1975 dalam Sulaeman 2011) beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa pegawai yang berada dibawah gaya kepemimpinan
autokrasi akan menyebabkan pegawai merasa tertekan, selalu membutuhkan
perhatian dan persetujuan pemimpin. Pegawai dibawah gaya kepemimpinan
demokrasi kurang mengalami tekanan pada saat melaksanakan tugas dan
lebih kohesif di bandingkan pegawai di bawah gaya kepemimpinan
autokrasi. Namun, produktivitas pegawai akan sama jika dipimpin dengan
gaya kepemimpinan autokrasi. Pegawai dibawah gaya kepemimpinan
laissez faire kurang produktif, selalu merasa kurang puas dengan
organisasinya dan kurang kohesif. Satu gaya kepemimpinan akan kurang
efektif jika diterapkan pada semua situasi, maka dikembangkan kombinasi
gaya kepemimpinan tersebut. Kombinasinya akan menghasilkan gaya
kepemimpinan multikratik yaitu serangkaian gaya kepemimpinan untuk
menghadapi berbagai situasi.
Berdasarkan hasil uji statistik penelitian gaya kepemimpinan di Puskesmas
Helvetia Medan bahwa gaya kepemimpinan baik sebanyak (61.5%), hal ini
dikarenakan pimpinan menggunakan gaya kepemimpinan atau
mengkombinasikan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situsi yang
dihadapi, dalam hal gaya kepemimpinan demokrasi pimpinan memberikan
35
dukungan/motivasi kepada pegawai, dalam merumuskan suatu tujuan dari
program yang akan dilaksanakan pimpinan mengajak bersama-sama dengan
pegawai untuk merumuskannya, memperhatikan tugas-tugas yang diberikan
kepada pegawai dan dalam mengambil suatu keputusan dilakukan secara
bersama-sama dengan pegawai. Dalam gaya kepemimpinan autokrasi
pemimpin memberikan teguran pada pegawai yang tidak disiplin terhadap
kinerjanya, dan pimpinan juga memberikan motivasi pada pegawai ketika
mengalami penurunan kinerja. Pada gaya kepemimpinan laissez faire
pimpinan memberikan arahan maupun dukungan pada pegawai, komunikasi
yang baik dengan pegawai dan juga memperhatikan lingkungan kinerja
pegawai.
Pada gaya kepemimpinan cukup yaitu sebanyak (25.6%), dimana sebagian
pegawai beranggapan bahwa dalam gaya kepemimpinan demokrasi
pimpinan memberikan dukungan pada pegawai, memperhatikan tugas-tugas
yang diberikan pada pegawai, namun terkadang dalam mengambil suatu
keputusan tidak dilakukan secara bersama-sama dengan pegawai, pimpinan
memberikan teguran kepada pegawai yang tidak disiplin terhadap
kinerjanya, namun pimpinan kurang memberikan motivasi ketika pegawai
mengalami penurunan keefektifan kinerja. Pada gaya kepemimpinan laissez
faire pimpinan memberikan arahan maupun dukungan pada pegawai,
komunikasi yang baik dengan pegawai, namun pimpinan kurang
memperhatikan lingkungan kinerja pegawai.
Dalam gaya kepemimpinan kurang yaitu sebanyak (12.8%), dimana
sebagian pegawai beranggapan bahwa dalam gaya kepemimpinan
demokrasi pimpinan kurang memberi dukungan pada pegawai, kurang
memperhatikan tugas-tugas yang diberikan pada pegawai, dalam
mengambil suatu keputusan terkadang tidak dilakukan secara bersama-sama
dengan pegawai, pimpinan kurang memberi teguran kepada pegawai yang
tidak disiplin terhadap kinerjanya, pimpinan kurang memberikan motivasi
36
ketika pegawai mengalami penurunan keefektifan kinerja. Pada gaya
kepemimpinan laissez faire pimpinan tidak memberikan arahan maupun
dukungan pada pegawai, komunikasi yang kurang dengan pegawai dan
kurang memperhatikan lingkungan kinerja pegawai.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdillah (2013) Gaya kepemimpinan dalam
penerapan fungsi manajemen mayoritas baik, hal ini terlihat bahwa gaya
kepemimpinan dengan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis,
autokratis, dan laissez faire baik untuk di terapkan dalam penerapan fungsi
manajemen, hal ini menunjukkan dalam pelaksanaan fungsi
pengorganisasian selalu melibatkan bawahan untuk menentukan,
mengelompokkan, dan mengatur berbagai kegiatan.
Gaya kepemimpinan dalam menerapkan fungsi manajemen sebagai proses
pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan program kerja sama dengan
orang lain dalam penerapannya dimana kepala Puskesmas bersama-sama
dengan bawahan untuk merencanakan program kerja, jika ada masalah yang
rumit untuk ditangani bawahan mendiskusikan dengan pimpinan dan
menyelesaikan bersama-sama. Pelaksanaan fungsi perencanaan selalu
melibatkan seluruh elemen/sumber daya manusia yang ada di Puskesmas
tersebut. Hal ini jelas akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai oleh
organisasi, karena bawahan merasa selalu dilibatkan dan mempunyai
tanggung jawab atau beban moril untuk melaksanakan sesuatu yang telah di
tentukan (Damayanti, 2013).
37
b. Penerapan Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah berbagai tugas atau kegiatan manajemen yang
mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen adalah elemen-
elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat didalam proses manajemen
yang dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakana kegiatan untuk
mencapai tujuan. Fungsi manajemen terdiri atas planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), directing (penggerakan), controlling
(pengendalian dan pengawasan).Dengan demikian, fungsi manajemen
adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan
fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan tertentu dalam
pelaksanaannya. Fungsi manajemen yang digunakan ini harus dapat
menjawab What(apa) yang dilakukan, Why (mengapa) harus melakukan
apa, When (kapan) melakukan apa, Where (dimana) melakukan apa, Who
(siapa) yang melakukan apa, How (bagaimana) cara melakukan apa
(Roymond, 2013).
Berdasarkan hasil uji statistik penelitian terhadap penerapan fungsi
manajemen di Puskesmas Helvetia medan bahwa mayoritas baik yaitu
sebanyak (79.5%), hal ini dikarenakan bahwa dalam tahap perencanaan
yaitu selalu menyusun target cakupan tahunan, mengirim data laporan
Puskesmas kepada Dinas Kesehatan, dalam pengorganisasian meyusun
kelompok kerja kegiatan di tiap RW diwilayah kerja Puskesmas, pimpinan
membagi tugas dan tanggung jawab pada setiap anggota kelompok kerja,
pimpinan memberikan wewenang kepada kader kesehatan untuk mengatur
pelaksanaan kegiatan apabila jadwal yang ditentukan tidak terlaksana,
dalam penggerakan pimpinan memberikan pengarahan kepada kelompok
kerja, memberikan motivasi dan memberikan contoh dalam melakukan
suatu kegiatan, dalam hal pengawasan pimpinan selalu memantau kegiatan
yang dilaksanakan, dalam tahap evaluasi yaitu setiap akhir tahun
menghitung cakupan tahunan kegiatan, mengirimkan hasil cakupan
38
kegiatan kepada Dinas Kesehatan dan menghadiri pertemuan program kerja
yang di selenggarakan oleh Dinas Kesehatan.
Berdasarkan hasil uji statistik penelitian terhadap penerapan fungsi
manajemen di Puskesmas Helvetia Medan yaitu cukup sebanyak (12.8%),
hal ini dikarenakan bahwa dalam tahap perencanaan yaitu menyusun target
cakupan tahunan, mengirim data laporan Puskesmas kepada Dinas
Kesehatan, dalam pengorganisasian menyusun kelompok kerja kegiatan di
tiap RW diwilayah kerja Puskesmas, pimpinan membagi tugas dan
tanggung jawab pada setiap anggota kelompok kerja, pimpinan memberikan
wewenang kepada kader kesehatan untuk mengatur pelaksanaan kegiatan
apabila jadwal yang ditentukan tidak terlaksana, namun dalam penggerakan
pimpinan kurang memberikan pengarahan kepada kelompok kerja, kurang
motivasi dan memberikan contoh dalam melakukan suatu kegiatan, dalam
hal pengawasan pimpinan kurang memantau kegiatan yang dilaksanakan,
dalam tahap evaluasi yaitu setiap akhir tahun menghitung cakupan tahunan
kegiatan, mengirimkan hasil cakupan kegiatan kepada Dinas Kesehatan dan
terkadang menghadiri pertemuan program kerja yang di selenggarakan oleh
Dinas Kesehatan.
Berdasarkan hasil uji statistik penelitian terhadap penerapan fungsi
manajemen di Puskesmas Helvetia Medan yaitu kurang sebanyak (7.7%).
dimana sebagian pegawai beranggapan bahwa dalam tahap perencanaan
yaitu terkadang tidak menyusun target cakupan tahunan, mengirim data
laporan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan, dalam pengorganisasian
kurang menyusun kelompok kerja kegiatan di tiap RW diwilayah kerja
Puskesmas, pimpinan kurang membagi tugas dan tanggung jawab pada
setiap anggota kelompok kerja, kurang memberikan wewenang kepada
kader kesehatan untuk mengatur pelaksanaan kegiatan apabila jadwal yang
ditentukan tidak terlaksana, dalam penggerakan pimpinan kurang
memberikan pengarahan kepada kelompok kerja, kurang motivasi dan
39
memberikan contoh dalam melakukan suatu kegiatan, dalam hal
pengawasan pimpinan tidak memantau kegiatan yang dilaksanakan, dalam
tahap evaluasi setiap akhir tahun menghitung cakupan tahunan kegiatan,
mengirimkan hasil cakupan kegiatan kepada Dinas Kesehatan dan
terkadang menghadiri pertemuan program kerja yang di selenggarakan oleh
Dinas Kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdillah (2013) bahwa gaya kepemimpinan
dalam perencanaan mayoritas baik, hal ini terlihat ketika dalam halkegiatan
perencanaan untuk perumusan program kerja, pimpinan menempuh cara
dengan melibatkan bawahan dalam perumusan program yang akan
dilaksanakan, begitupun dalam hal penetapan prioritas program ditentukan
dengan cara mendiskusikan dengan bawahan dalam penetapan prioritas
program berdasarkan sumber daya yang ada.
Gaya kepemimpinan dalam pengorganisasian mayoritas baik hal ini
menunjukkan bahwa dalam fungsi perencanaan dalam merumuskan
program kerja, standar/prosedur kerja, peraturan dan pengadaan pimpinan
melakukannya bersama-sama dengan bawahan serta mendiskusikan dengan
para bawahannya hal-hal apa saja yang berkaitan dengan perencanaan atau
seluruh kegiatan /program kerja yang akan dilaksanakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2013) gayakepemimpinan
dalam pengorganisasian mayoritas baik yaitu dalam menyusun kelompok
kerja kegiatan, dan pimpinan membagi tugas dan tanggung jawab kepada
setiap anggota kelompok kerja. Peran aktif dari bawahan dapat diciptakan
oleh pemimpin dengan berbagai cara dan semuanya tergantung dari
bagaimana cara mereka mempengaruhi orang lain/bawahannya atau dengan
kata lain tergantung dari gaya kepemimpinan yang mereka miliki.
Penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai dalam proses pengorganisasian
memiliki kelebihan dimana hal tersebut dapat menciptakan suatu
40
lingkungan kerja yang dapat memotivasi bawahan untuk melaksanakan
sebaik mungkin, dimana pimpinan menberi saran-saran mengenai
bagaimana melaksanakan pekerjaan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
Gaya kepemimpinan dalam penerapan fungsi manajemen yaitu dalam hal
pelaksanaan/penggerakan mayoritas baik, hal ini terlihat bahwa pimpinan
memberikan pengarahan kepada kelompok kerja tentang prosedur kegiatan,
memberikan motivasi dalam melaksanakan tugas, dan pimpinan
memberikan contoh dalam hal pelaksanaan. Kepala puskesmas menyadari
bahwa tujuan program puskesmas akan dicapai apabila para pegawai dapat
bekerja secara efisien dan mengembangkan kemampuan masing-masing.
Pimpinan meyakini bahwa keterlibatan semua pegawai harus ditingkatkan,
memberi motivasi dan bimbingan dengan terlebih dahulu mendengarkan
kesulitan yang dialami bawahan, sehingga dapat memberi solusi terhadap
hambatan program yang akan dan sedang dijalankan oleh Puskesmas.
Gaya kepemimpinan dalam penerapan fungsi manajemen yaitu dalam hal
pengawasan mayoritas baik, yaitu pimpinan memantau kegiatan yang
dilaksanakan, pimpinan memantau keaktifan anggota kelompok kerja, dan
pimpinan memberikan arahan kepada kelompok kerja.Pelaksanaan fungsi
pengawasan di Puskesmas benar-benar dilakukan oleh pemimpin.Hal ini
sangat baik karena dapat mencegah adanya intervensi-intervensi tertentu
dari bawahan yang membuat hasil pengawasan tersebut menjadi tidak
akurat atau buruk.Jika kontrol atau pengawasan itu lemah atau longgar,
biasanya mengakibatkan gagalnya menetukan kelemahan-kelemahan dan
penyimpangan. Pengawasan sebagai sikap dan tindakan yang dilakukan
oleh pimpinan Puskesmas dalam penilaian hasil kerja, koreksi atas
penyimpangan kerja bawahan, pengawasan keuangan, ketenagaan, alat dan
obat yang digunakan serta cara pengawasan pimpinan itu sendiri. Untuk
dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan maka sebaiknya pimpinan
41
memiliki sikap yang tegas. Jalan yang terbaik dalam pengawasan adaah
melibatkan semua unsur dalam Puskesmas sehingga hubungan yang loyal
bawahan terhadap atasan dapat ditumbuhkan .
Gaya kepemimpinan dalam penerapan fungsi manajemen yaitu evaluasi
mayoritas baik, hal ini dikarenakan setiap akhir tahun menghitung cakupan
kegiatan yang telah dicapai Puskesmas, mengirimkan hasil cakupan
kegiatan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan, dan menghadiri pertemuan
kerja yang di selenggarakan oleh Dinas Kesehatan. Evaluasi merupakan
suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan,
dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberika saran-saran
yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program
(Sulaeman, 2011).
c. Hubungan gaya kepemimpinan dengan penerapan fungsi manajemen
Salah satu permasalahan yangterjadi yaitu gaya kepemimpinan yang kurang
sesuai dengan penerapan fungsi manajemen sehingga terjadinya penurunan
keefektifan kinerja. Maka dari itu seharusnya pimpinan lebih meningkatkan
gaya kepemimpinan yang sesuai dengan penerapan fungsi manajemen.
Berdasarkan hasil penelitian antara gaya kepemimpinan dengan penerapan
fungsi manajemen diperoleh hasil mayoritas gaya kepemimpinan baik
sebanyak 24 responden (61,5%) dan penerapan fungsi manajemen
mayoritas baik sebanyak 31 responden (79,5%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh hasil
nilai( p= 0.006 ≤ 0.05) artinya ada hubungan antara gaya kepemimpinan
dengan penerapan fungsi manajemen di Puskesmas Helvetia medan tahun
2015.
42
Gaya kepemimpinan yang baik maka penerapan fungsi manajemen baik
pula, sehingga gaya kepemimpinan yang baik memiliki kemampuan
mempengaruhi orang lain/bawahannya agar bersedia bekerja sama dalam
hal penerapan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan
bersama antara pimpinan dan bawahan. Selain itu juga selalu terjadi
interaksi antara pimpinan dan bawahan, saling mengeluarkan pendapat,
semua orang dianggap sama pentingnya dalam menyumbangkan ide dalam
pembuatan keputusan, namun ketika pemimpin mempunyai semua
informasi untuk memecahkan suatu masalah pemimpinlah yang mengambil
keputusan, hal ini efektif untuk tingkat kematangan bawahan rendah dimana
pegawai tidak mampu dan tidak mau memikul tugas dan tanggung jawab
(Pare, 2012).
Penelitian Damayanti (2013), kepemimpinan dalam menjalankan fungsi
manajemen terjadi penurunan nilai rata-rata mutu kinerja pegawai yaitu 8,2
(2010) menurun 7,3 (2013) yang masuk dalam kategori mutu sedang. Untuk
kegiatan manajemen Puskesmas juga mengalami penurunan, yaitu 8,6
kategori baik (2010) menjadi 8,4 kategori sedang (2011). Keadaan yang
diharapkan untuk mutu kinerja dan manajemen Puskesmas pada kisaran
nilai ≥ 8,5 tiap tahunnya, dan untuk persentase kunjungan diharapkan 95%,
untuk ketidakhadiran pegawai diharapkan 0%. Pencapaian kinerja pada
tahun 2011 paling tinggi pada upaya kesehatan ibu dan anak termasuk
keluarga berencana 99,2%, promosi kesehatan 89,5% sedangkan upaya lain
masih dibawah 60% yaitu perbaikan gizi masyarakat 58,7% kesehatan
lingkungan 56,1% dan pencegahan pemberantasan penyakit menular 43,6%.
Maka dari itu pemimpin diharapkan diterapkannya gaya kepemimpinan
multikratik dalam melaksanakan fungsi manajemen untuk meningkatkan
mutu kinerja pegawai dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.
Menurut hasil penelitian Pare (2012) bahwa sebagian besar responden di
Puskesmas Kabupaten Luwu Utara adalah berumur 25-29 tahun, perempuan
43
dan tingkat pendidikan adalah diploma. Tingkat pendidikan pegawai akan
mempengaruhi bagaimana gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh
kepala puskesmas dalam melakukan pendekatan kepada pegawainya.
Seperti misalnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
semakin sering orang tersebut lebih mengandalkan diri sendiri dalam
melakukan segala kegiatan termasuk dalam hal mengimplementasikan
fungsi-fungsi manajemen karena orang tersebut beranggapan bahwa
pengetahuan dan wawasan yang ia miliki lebih baik dibandingtkan dengan
rekan kerjanya.
Penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai yang diterapkan oleh pemimpin
tentunya dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa keputusan
serta tindakan yang lebih objektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki serta
terbinanya moral yang tinggi dan loyalitas bawahan terhadap atasan dan
tentunya akan berdampak positif terhadap kinerja pegawai sehingga tercipta
kualitas pelayanan yang maksimal dan professional yang diberikan kepada
pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dilakukannya tinjauan satu
persatu setiap kegiatan-kegiatan dalam penerapan fungsi manajemen pada
Puskesmas Helvetia Medan oleh karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
peneliti.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Mayoritas Gaya Kepemimpinan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015
adalah baik sebanyak 24 responden (61.5%).
2. Mayoritas Penerapan Fungsi Manajemen di Puskesmas Helvetia Medan tahun
2015 adalah baik sebanyak 31 responden (79.5%).
3. Terdapat hubungan gaya kepemimpinan dengan penerapan fungsi
manajemen di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015 (p = 0.006).
B. Saran
1. Bagi Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas Helvetia Medan agar lebih meningkatkan dan
memepertahankan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi penerapan
fungsi manajemen yang sedang atau akan dilaksanakan, meningkatkan
motivasi dan pengawasan pada kinerja pegawai, hal ini dimaksudkan agar
pelaksanaan program dapat terlaksana sesuai dengan jadwal program dan
tidak terjadi penyimpangan baik dalam dana maupun bentuk kegiatan.
2. Bagi Pegawai Puskesmas
Pegawai diharapkan dapat melaksanakan kegiatan dengan lebih optimal
terkait dengan penerapan fungsi manajemen yang telah ditetapkan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan agar melakukan tinjauan satu-persatu tentang
gaya kepemimpinan dalam penerapan fungsi manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, S.N.M., Indah., & Darmawansyah. (2013). Studi Gaya KepemimpinanKepala Puskesmas Dalam Penerapan Fungsi Manajemen di PuskesmasLampa Kabupaten Pinrang. Jurnal Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Hasanuddin.
Aini, N. (2011). Studi Gaya Kepemimpinan Dalam Pelaksanaan Fungsi ManajemenKepala Puskesmas Antara Makassar. Jurnal Fakultas KeperawatanMasyarakat Unismuh Palu, 1 (1), 21-28.
Alamsyah, D. (2012). Manajemen Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta: NuhaMedika
Ali, Z. (2010). Dasar-Dasar Kepemimpinan Dalam Keperawatan, Jakarta: Trans InfoMedia.
Damayanti, A., Indar., & Hamzah, A. (2013). Gaya Kepemimpinan DalamPenerapan Fungsi-Fungsi Manajemen di Puskesmas Baebunta KabupatenLuwu Utara. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Gillies, D. (2000). Manajemen Keperawatan Sebagai Suatu Pendekatan Sistem. USA:W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Miftah, T. (2009). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik KeperawatanProfesional. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika
Pare, A., Noor, B.N., & Irwady. (2012). Studi Tipe Kepemimpinan Dalam PelaksanaanFungsi Manajemen di Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar Tahun2012. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Ramsar, U., Darmawansyah., & Nurhayani. (2012). Penerapan Fungsi Manajemendi Puskesmas Minasa Upa Kota Makassar Tahun 2012. Jurnal FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Ridwan., & Salim. (2010). Perencanaan Program Kesehatan Melalui FungsiManajemen di Kab. Tegal. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, UniversitasPadjajaran.
Roymond. (2013). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siswanto., & Sastrohadiwiryo. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.Jurnal MKMI, 13 (02).
Sulaeman, S.E. (2009). Kepemimpinan Kepala Puskesmas Dengan TempatPerawatan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pegawai PuskesmasDengan Tempat Perawatan di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. JurnalManajemen Pelayanan Kesehatan, 12 (02), 59-67.
Sulaeman, S.E. (2011). Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syaddad. (2008). POAC (Planning, Organization, Actuating, Controlling). JurnalMKMI, 02 (01).
Terry, G.R., Leslie., & Rue, W. (2009). Kepemimpinan Dalam Manajemen.Jakarta: Bumi Aksara.
Umairi. (2009). Gambaran Persepsi Staf Puskesmas Terhadap GayaKepemimpinan Kepala Puskesmas di 10 Puskesmas Kota Cirebon Tahun 2009.Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
KepadaYth : Responden
Di tempat
DenganHormat,
Saya yang bertanda tangan di bawahini :
Nama : Abdul Sidik
Nim : 130206151
Saya mahasiswa Jurusan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia yang akan mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Penerapan Fungsi Manajemen di Puskesmas
Helvetia Medan Tahun 2015”.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Semua data maupun informasi
yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Jika bersedia menjadi responden, mohon Bapak/Ibu untuk menandatangani
pernyataan kesediaan menjadi responden. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu saya
ucapkan terima kasih.
Responden
( )
Medan, Maret 2015Peneliti
(Abdul idik)
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan Yang Bernama Abdul Sidik dengan judul peneiltian:
Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Penerapan Fungsi Manajemen Di
Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015
Saya tahu bahwa informasi yang akan diberikan akan besar manfaatnya bagi mahasiswa
yang akan meneliti.
Medan, Maret 2015
Responden
( )
Lampiran 2
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENERAPAN FUNGSIMANAJEMEN DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN
TAHUN 2015
A. Data Demografi Responden
1. Umur : ……. Tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
B. Kuisioner Penelitian
1. Kuisioner Gaya Kepemimpinan
Berilah tanda checklist (√) pada kolom dan angka yang disebelah kanan
masing-masing pertanyaan dengan pilihan sesuai dengan persepsi tentang
gaya kepemimpinan.
Kode 0 = Tidak Pernah
1 = Kadang-kadang
2 = Sering
3 = Selalu
No Pertanyaan 0 1 2 3
Demokratis
1. Apakah pimpinan banyak memberikan dukungankepada pegawai ?
2. Apakah pimpinan mengajak pegawai bersama-samadalam merumuskan suatu tujuan dari program yangdilaksanakan ?
3. Apakah pimpinan senang menerima saran dalammenentukan keputusan dari pegawai ?
4. Apakah pimpinan memperhatikan tugas-tugas yang
diberikan kepada pegawai ?
5. Apakah dalam mengambil suatu keputusan dilakukan
bersama-sama dengan pegawai ?
Lampiran 3
Autokratis
6. Apakah pimpinan menentukan semua tugas pada
pegawai ?
7. Apakah inisiatif pengambilan keputusan dilakukan
oleh pemimpin ?
8. Apakah wewenang terpusat pada pemimpin ?
9. Apakah pimpinan memberikan teguran pada pegawai
yang tidak disiplin terhadap kinerjanya ?
10. Apakah pimpinan memberi motivasi ketika pegawai
mengalami penurunan keefektivan kinerja ?
Kuisioner Gaya Kepemimpinan
Berilah tanda checklist (√) pada kolom dan angka yang disebelah kanan masing-
masing pertanyaan dengan pilihan sesuai dengan persepsi tentang gaya
kepemimpinan.
Kode 0 = Selalu
1 = Sering
2 = Kadang-kadang
3 = Tidak Pernah
No Laissez Faire 0 1 2 3
11. Apakah pimpinan sedikit memberikan arahan dandukungan kepada pegawai ?
12. Apakah pengambilan keputusan dilimpahkansepenuhnya pada pegawai ?
13. Apakah tanggung jawab pelaksanaan tugassepenuhnya pada pegawai ?
14. Apakah pimpinan sedikit komunikasi pada pegawaipada saat menentukan suatu keputusan ?
15. Apakah pimpinan rendah perhatian terhadaplingkungan kinerja pegawai ?
2. Kuisioner Penerapan Fungsi Manajemen
Berilah tanda checklist (√) pada kolom dan angka yang disebelah kanan masing-
masing pertanyaan dengan pilihan sesuai dengan persepsi tentang penerapan fungsi
manajemen.
Kode 0 = Tidak Pernah
1 = Kadang-kadang
2 = Sering
3 = Selalu
No. Pernyataan 0 1 2 3
Perencanaan
1. Menyusun target cakupan tahunan
2. Mengirim data laporan kegiatan puskesmas kepadaDinas Kesehatan
3. Menyusun kebutuhan tenaga yang diperlukan untuksetiap kali pelaksanaan kegiatan
Pengorganisasian4. Menyusun kelompok kerja kegiatan ditiap RW di
wilayah kerja Puskesmas5. Pimpinan membagi tugas dan tanggung jawab kepada
setiap anggota kelompok kerja6. Pimpinan memberikan wewenang kepada kader
kesehatan untuk mengatur pelaksanaan kegiatanapabila jadwal yang telah ditentukan tidak bisadilaksanakan
Penggerakan7. Pimpinan memberikan pengarahan kepada kelompok
kerja tentang prosedur kegiatan sesuai buku pedoman
8. Pimpinan memberikan motivasi kepada kelompokkerja untuk melaksanakan tugas
9. Pimpinan memberikan contoh dalam pelaksanaansuatu kegiatan sesuai buku pedoman
Pengawasan10. Pimpinan memantau kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan jadwal yang ditentukan11. Pimpinan memantau keaktifan anggota kelompok
kerja12. Pimpinan memberikan arahan kepada kelompok kerja
Evaluasi13. Setiap akhir tahun menghitung cakupan kegiatan yang
telah dicapai oleh puskesmas14. Mengirimkan hasil cakupan kegiatan puskesmas
kepada Dinas Kesehatan Kota Medan15. Menghadiri pertemuan tahunan program kerja yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan
No Umur JKGaya Kepemimpinan Penerapan Fungsi Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ∑ Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ∑ Kategori
1 1 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 37 1 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 40 1
2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 40 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 41 1
3 4 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 39 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 42 1
4 2 2 3 1 2 2 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 38 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 43 1
5 1 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 39 1 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 40 1
6 3 2 2 1 0 1 0 0 1 1 1 1 2 2 1 1 1 15 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 41 1
7 4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 40 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 42 1
8 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 38 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 39 1
9 1 2 3 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 3 3 29 2 3 0 2 0 1 0 0 2 0 0 1 2 1 1 1 14 3
10 2 2 3 2 2 1 2 1 1 2 3 2 1 2 1 2 2 27 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 40 1
11 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 39 1 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 39 1
12 3 2 3 2 3 1 2 2 3 2 1 1 1 2 1 2 2 28 2 3 2 3 1 2 0 1 2 1 1 3 3 1 2 3 28 2
13 1 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 42 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 41 1
14 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 41 1 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 40 1
15 2 2 3 3 3 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 39 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 41 1
16 3 2 2 2 0 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1 14 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 30 2
17 1 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 1 2 2 29 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 43 1
18 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 43 1 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 40 1
19 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 28 2 2 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 2 2 15 3
20 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43 1 3 2 3 2 1 1 1 3 1 1 2 2 2 3 3 30 2
21 4 2 2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 15 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 40 1
22 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 40 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 42 1
23 3 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 3 2 27 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 42 1
24 1 2 2 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 2 2 1 1 15 3 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 3 3 29 2
25 2 2 2 2 0 1 1 0 2 1 2 1 1 2 1 2 2 20 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 41 1
26 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 42 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 40 1
27 4 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 39 1 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 39 1
Lampiran 4MASTER DATAHUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN
DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2015
28 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 41 1 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 38 1
29 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 38 1 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 40 1
30 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 39 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 42 1
31 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 40 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 41 1
32 4 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 39 1 3 2 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 38 1
33 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 1 2 2 29 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 40 1
34 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 43 1 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 39 1
35 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 28 2 3 2 3 1 2 0 1 2 1 1 3 3 1 2 3 28 2
36 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 41 1
37 1 2 2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 15 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 40 1
38 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 40 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 41 1
39 3 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 3 2 27 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 30 2
Keterangan :
Umur : Jenis Kelamin: Gaya Kepemimpinan : Penerapan Fungsi Manajemen :
1. 26-30 1. Laki-laki 1. Baik : 31-45 1. Baik : 31-452. 31-35 2. Perempuan 2. Cukup : 16-30 2. Cukup : 16-303. 36-40 3. Kurang : 0-15 3. Kurang : 0-154. > 41
Frequency Table
UMUR
Frequency Valid Percent Cumulative Percent
Valid 26-30 8 20.5 20.5
31-35 13 33.3 53.8
36-40 10 25.6 79.5
> 41 8 20.5 100.0
Total 39 100.0
JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 3 7.7 7.7 7.7
Perempuan 36 92.3 92.3 100.0
Total 39 100.0 100.0
GAYA KEPEMIMPINAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 31-45 24 61.5 61.5 61.5
cukup 16-30 10 25.6 25.6 87.2
kurang 0-15 5 12.8 12.8 100.0
Total 39 100.0 100.0
Statistics
Umur JK Gaya Kepeminpinan Penerapan Fungsi Manajemen
N Valid 39 39 39 39
Missing 0 0 0 0
Lampiran 5
PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 31-45 31 79.5 79.5 79.5
Cukup 16-30 5 12.8 12.8 92.3
Kurang 0-15 3 7.7 7.7 100.0
Total 39 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Gaya Kepeminpinan *
Penerapan Fungsi
Manajemen
39 100.0% 0 .0% 39 100.0%
GAYA KEPEMINPINAN * PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN
Crosstabulation
Penerapan Fungsi Manajemen
TotalBaik 31-45 Cukup 16-30 Kurang 0-15
Gaya
Kepeminpinan
baik 31-45 Count 23 1 0 24
% of Total 59.0% 2.6% .0% 61.5%
cukup 16-30 Count 5 2 3 10
% of Total 12.8% 5.1% 7.7% 25.6%
kurang 0-15 Count 3 2 0 5
% of Total 7.7% 5.1% .0% 12.8%
Total Count
% of Total
31
79.5%
5
12.8%
3
7.7%
39
100.0%
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 15.525a 4 .004
Likelihood Ratio 14.528 4 .006
Linear-by-Linear Association 5.600 1 .018
N of Valid Cases 39
a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38.