Post on 01-Feb-2023
EVALUASI HASIL BELAJAR
MAKALAH
PENILAIAN SIKAPDosen Pembimbing:
Ama Noor Fikrati, M. Pd
PENYUSUN:
1. SHINDY PRAMUDYA AYU N. (1251064)
2. SOFI AZARIA (1251114)
3. ROBIK ATUL KHOTIMAH (1251117)
4. RETNO KURNNIA PUTRI (1251149)
5. M. TAMAM ZAINURI (1251124)
Program Pendidikan Matematika 2012-A
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
ANGKATAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Dengan memunajatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT, rahmat, nikmat, hidayah serta karunia Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang
“EVALUASI HASIL BELAJAR” ini dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan dalam penyusunannya. Dan tidak lupa pula sholawat
dan salam semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah geometri II
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Ama Noor Fikrarti, M. Pd selaku Dosen Mata Kuliah
Evaluasi Hasil Belajar Program Pendidikan Matematika
STKIP PGRI Jombang 2012 A.
2. Teman-teman yang membantu dalam penyusunan makalah ini,
dan
3. Semua pihak yang telah membantu penulis.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan mendapt ridho dari Allah SWT. Penulis mengharap
kritik dan saran kepada pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Jombang, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................ i
KATA PENGANTAR....................................... ii
DAFTAR ISI........................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................... 1
A. Latar Belakang................................ 1
B. Rumusan Masalah............................... 1
C. Tujuan........................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................... 2
A. Pengertian Penilaian Sikap.................... 2
B. Beberapa Teori Tentang Perubahan Sikap........ 4
C. Macam – Macam Skala Sikap..................... 7
D. Komponen – Komponen Sikap..................... 8
E. Tujuan Penilaian Sikap........................ 8
BAB II PENUTUP....................................... 12
1. Kesimpulan...................................... 12
2. Saran........................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada umumnya penilaian sikap dalam berbagai mata pelajarandapat dilakukan berkaitan dengan objek sikap sebagai berikut :
Sikap terhadap mata pelajaran Sikap terhadap guru mata pelajaran Sikap terhadap proses pembelajaran Sikap terhadap materi pembelajaran
Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu
Sikap berhubungan dengan kompetensi afektifitas lintas kurikulum.
Yang mempengaruhi pembentukan sikap dalam proses pembelajaran,menurut Klausmeir (1985) ada tiga model belajar pembentukansikap yaitu : mengamati dan meniru, menerima penguatan,menerima informasi verbal.
Tujuan penilaian sikap adalah :
Untuk mendapat umpan balik (feedback) baik bagi gurumaupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajarmengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.
Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didikyang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagiperbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepadaorang tua dan penentuan lulus tidaknya anak didik. Untukmenempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yangtepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan sertakarakteristik anak didik.
B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari penilaian sikap2. Apa saja teori tentang perubahan sikap3. Apa saja macam – macam skala sikap4. Apa saja komponen – komponen sikap5. Tujuan penilaian sikap
C. Tujuan 1. Untuk memahami makna penilaian sikap
2. Untuk dapat mengetahui beberapa teori tentang perubahan
sikap
3. Unutuk mengetahui macam – macam skala sikap
4. Untuk mengetahui dan memahami komponen – komponen sikap
5. Unutuk memahami tujuan dari penilaian sikap
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENILAIAN SIKAP
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk
berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang -
orangan maupun berupa objek - objek tertentu. Sikap mengacu
pada perbuatan dan perilaku seseorang tetapi bukan berarti
semua perbuatan identic dengan sikap.
Sikap menurut para ilmuan
a. Birrent, et al (1981) mendefinisikan sikap sebagai
kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap objek, orang,
atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana pribadi
seseorang di ekspresikan. Menurutnya sifat kepribadiandapat
didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi
terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap seseorang,
kita dapat mengenal siapa orang itu sebenarnya.
b. Menurut klausmeier (1985) ada tiga model belajar dalam
rangka pembentukan sikap, tiga model itu adalah: mengamati
dan meniru, menerima penguatan dan menerima informasi
verbal. Ketiga model ini sesuai dengan kepentingan penerapan
dalam dunia pendidikan. Pembelajaran model pertama
berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Bandura (1977)
menyebut proses pembelajaran ini dengan pembelajaran melalui
model (learning through modeling). Model kedua menerima
penguatan pembelajaran model ini berlangsung melalui
pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima
suatu respons yang di tunjukan. Penguatan dapat berupa
ganjaran (penguatan positif) atau hukuman (penguatan
negative). Model ketiga, menerima informasi verbal,
informasi tentang berbagai hal dapat d peroleh melalui lisan
atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di
peroleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan
sikapnya terhadap terhadap objek yang bersangkutan.
c. Menurut muhajirin (1992:75), mengatakan bahwa sikap
merupakan kecenderungan afeksi suka tidak suka pada suatu
objek social. dst!
Dari beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang
menjadi karateristik sikap seseorang oleh Rahmat (1998)
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi,
berpikir. dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi.
atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan
kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu terhadap
obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda, orang, tempat,
gagasan, situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya
rekaman masa lalu tetapi juga pilihan seseorang untuk
menentukan apa yang disukai dan menghindari apa yang tidak
diinginkan.
3. Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah
terbentuk pada diri seseorang maka hal itu akan menetap
dalam waktu relative lama karena hal itu didasari pilihan
yang menguntungkan dirinya
4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan
selama obyek sikap masih menyenangkan seseorang, tetapi
kapan obyek sikap dinilainya negatif maka sikap akan
berubah.
5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak
lahir, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah melalui
proses belajar.
Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang dapat
meramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada berbagai tingkah laku peserta didik
seperti perhatiannya yang antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran, kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi
yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang
sedang dipelajarinya, penghargaan dan rasa hormat terhadap
guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Pengertian penilaian sikap dalam lingkungan pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita
sering melakukan penilaian. Namun, banyak orang belum memahami
secara tepat arti penilaian. Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Jadi, penilaian sikap adalah penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Popham (1995) mengatakan bahwa penilaian sikap menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Seorang peserta didik yang
tidak memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran
tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan
belajar secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki
minat/karakter terhadap mata pelajaran, maka akan sangat
membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara
maksimal.
David Krathwhohl dkk (1974) dalam bukunya yang berjudul
Taxonomy of educational objective:Affective Domain. Penilaian sikap adalah
penilaian yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
B. BEBERAPA TEORI TENTANG PERUBAHAN SIKAP
Para pakar psikologa juga telah mengemukakan berbagai
teori tentang perubahan sikap. Diantara teori itu adalah
teori pembelajaran (learning theory), teori fungsional
(functional theory), teori pertimbangan sosial (social
judgement theory), dan teori konsistensi (consistency
theory). Dasar dari masing – masing teori tersebut
dikemukakan sebagai berikut:
1. Teori pembelajaran (learning theory)
Teori ini melihat perubahan sikap sebagai suatu roses
pembelajaran. Teori ini tertarik pad aciri – ciri dan
hubungan antara stimulus dan respons dalam suatu proses
komunikasi.
2. Teori fungsional (functional theory)
Teori ini beranggapan bahwa manusia mempertahankan
sikap yang sesuai dengan kepentingannya. Perubahan sikap
terjadi dalam rangka mendukung sesuatu atau maksud yang
ingin dicapai. Menurut teori ini,sikap merupakan suatu
alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk
mengubah sikap seseorang terlebih dahulu harus dipelajari
dan diketahui kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai
oleh seseorang. Katz dan statland merupakan pakar
psikologi yang pertama–tama memberikan penjelasan
berdasarkan kepada teori ini. Mereka menjelaskan bahwa
perubahan sikap pada diri seseorang terjadi
3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory)
Teori ini menganut pendekatan yang lebih bersifat
kognitif tentang perubahan sikap.Teori ini memberikan
penekanan pada persepsi dan pertimbangan individu tentang
objek, orang, atau ide yang dievaluasinya. Menurut teori
ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali
atau pendefinisian kembali terhadap objek. Sikap
dijelaskan sebagai suatu daerah posisi dalam suatu skala,
yang mencakup ruang gerak penerimaan (latitude of
acceptance), ruang gerak tidak pasti (latitude
noncommitment) dan ruang gerak penolakan(latitude of
rejection).
Sherif dan Hovland mengemukakan beberapa dalil
sebagai konsekuensi dari pengaruh pertimbangan dalam
proses perubahan sikap (Depdiknas, 2009). Dalil-dalil itu
adalah: (a) jika pandangan yang ditawarkan jatuh dalam
ruang gerak penerimaan maka pandangan dan sikap individu
akan berubah, (b) jika pandangan yang ditawarkan tersebut
jatuh dalam ruang gerak penolakan, individu tidak akan
mengubah pandangan dan sikapnya, (c) jika ketidakcocokan
antara pandangan dan penerima sendiri dengan posisi yang
ditawarkan meningkat akan lebih besar kemungkinan
pandangan dan sikap penerima berubah, sejauh pandangan
yang ditawarkan tidak jatuh dalam ruang gerak penolakan
dan (d) jika komunikasi menawarkan pada posisi yang jatuh
dalam ruang gerak penolakan, peningkatan ketidakcocokan
akan menghasilakan sedikit perubahan sikap, mendekati
batas ruang gerak penolakan.
4. Teori konsistensi
Teori ini dikembangkan berdasarkan suatu asumsi umum
bahwa manusia akan berusaha untuk mewujudkan keadaan yang
serasi dalam dirinya. Jika terjadi sesuatu keadaan yang
tidak serasi, misalnya terjadi pertentangan antara sikap
dan tingkah laku maka manusia akan berusaha untuk
menghilangkan realita tersebut dengan mengubah salah
satu: sikap atau tingkah laku.
Heider dengan teori keseimbangannya (balance theory)
merupakan orang pertama yang memberi penjelasan tentang
perubahan sikap berdasarkan teori konsistensi (Depdiknas,
2009). Heider menjelaskan tentang hubungan antara tiga
unsur dalam suatu proses komunikasi, yang terdiri dari:
O
X
P
pribadi A, pribadi yang lain O, dan objek X, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Hubungan Antara Unsur dalam Proses Komunikasi
Menurut Teori Konsistensi
Ada empat kemungkinan hubungan yang seimbang anatara
unsur-unsur: P-O-X. Kemungkinan pertama: P memiliki sikap
positid terhadap O, selanjutnya P dan O sama-sama positif
terhadap objek X. kemungkinan kedua, P positif terhadap O,
selanjutnya P dan O sama-sama negatif terhadap X. karena P
mempunyai pandangan positif terhadap O maka keadaan
konsisten dan seimbang akan terjadi jika P dan O memiliki
pandangan yang berbeda terhadap X. jika mereka mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap X maka keadaan menjadi
tidak sesuai dan tidak seimbang. Kemungkinan ketiga dan
keempat, P memiliki sikap negatif terhadap O, selanjutnya
kedua pribadi berbeda pandangan terhadap X. Pada
kemungkinan ketiga, P positif terhadap X, dan O negatif.
Sebaliknya pada kemungkinan keempat, P negatif terhadap
Heider keadaan ini tidak sesuai dan tidak seimbang karena P
memiliki sikap yang negatif terhadap O. oleh karena itu,
menurut teori ini, hubungan yang serasi dan seimbang antara
P-O-X haruslah semua positif, atau dua negatif. Sebaliknya,
hubungan yang tidak serasi terjadi jika semua negatif atau
hanya satu yang negatif.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Cara-cara tersebut antara lain: observasi perilaku,
pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala
sikap. Uraian dari masing-masing cara dikemukakan sebagai
berikut:
1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan
kecendurungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya,
orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai
kecendurungan yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,
guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang
dibinanya. Hasil observasi dapat dilakukan sebagai umpan
balik dalam pembinaan.
2. Pertanyaan langsung.
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang
sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya,
bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru di
sekolah tentang “peningkatan Ketertiban”
3. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini disekolah, misalnya siswa
diminta membuat usulan yang berisi pandangan atau
tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang
menjadi objek sikap.
4. Skala sikap
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh
pakar untuk mengukur sikap. Dalam buku ini akan diuraikan
dua model saja, yaitu skala diferensiasi semantik
(scematic differential techniques) dan skala Likert
(Likert scales). Skala diferensiasi semantik memiliki dua
kelebihan dibandingkan dengan berbagai teknik yang lain.
Pertama, teknik ini dapat digunakan dalam berbagai
bidang. Kedua, teknik ini sederhana dan mudah
diimplementasikan dalam pengukuran dan penilaian sikap
siswa di kelas. Uraian secara rinci kedua skala tersebut
disajikan pada bab-bab berikutnya.
C. MACAM – MACAM SKALA SIKAP
Ada beberapa bentuk skala sikap, antara lain :
a) Skala likert
Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi
kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap
objek sikap,mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat
positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan
menguantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir
pernyataan yang disediakan.
Untuk likert digunakan skala dengan lima angka. Skala
1(satu) berarti sangat negative dan skala 5(lima) berarti
sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu
pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang
menunjukan tingkatan.Contoh pilihan respons:
SS = sangat setuju
S = setuju
TB/R = tidak punya pendapat atau ragu – ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
b) Skala thurstone
Merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale
karena merupakan suatu onstrumen yang responsnya dengan
memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris.
Perbedaannya terletak pada jumlah skala.pada descriptive
graphic rating, skala terdiridari 5 tingkatan, sedangkan
pada skala thurstone jumlah skala yang di gunakan berkisar
antara 7 – 11.
c) Skala guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang
sesuatu objek secara berurutan. Responden di minta untuk
menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu ( setuju
atau tidak seyuju ). Bila ia setuju dengan pernyataan pada
nomor urut tertentu, maka di asumsikan juga setuju dengan
pernyataan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan
sesudahnya.
d) Semantic differential
Instrument yang disusun oleh Osgood dan kawan – kawan
ini mengukur konsep – konsep untuk tiga dimensi. Dimensi –
dimensi yang ada di ukur dalam kategori: menyenangkan –
membosankan, sulit – mudah, baik – tidak baik, kuat –
lemah, berguna – tidak berguna, dan sebagainya.
D. KOMPONEN – KOMPONEN SIKAP
Sikap pada dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu:
Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap suatu obyek.
Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai obyek.
Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku
atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan
kehadiran obyek sikap.
E. TUJUAN PENILAIAN SIKAP
Untuk mendapat umpan balik (feedback) baik bagi guru
maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.
Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik
yang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagi
perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada
orang tua dan penentuan lulus tidaknya anak didik. Untuk
menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang
tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta
karakteristik anak didik.
1. Pentingnya Penilaian Sikap
Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain
tujuan. Tiga domain tujuan itu adalah: penigkatan kemampuan
kognitif; peningkatan kemampuan afektif; dan peningkatan
keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang
ada dalam suatu mata pelajaran. Namun demikian, selama ini
penekanan yang sangat menonjol, baik dalam proses
pembelajaran maupun dalam pelaksanaan penilaiannya adalah
dalam domain kognitif. Domain afektif dan psikomor agak
terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi
sorotan masyarakat akhir-akhir ini, lembaga-lembaga
pendidikan menghasilkan lulusan yang kurang memiliki sikap
positif yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dan
kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat
lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu
diperbaiki. Domain kognitif, afektif dan konatif atau
psikomotor perlu mendapat penekanan yang seimbang dalam
proses pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian,
penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
dan hasil penilaiannya perlu ditindak lanjuti.
2. Sikap dan Objek Yang Perlu Dinilai
Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat,
secar umum dilakukan dalam berkaitan dengan berbagai objek
sikap sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran. Sisw perlu memiliki sikap
positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif
dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar,
akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah
menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu,
guru perlu menilai tentang sikap siswa terhadap mata
pelajaran yang diajarkan.
b. Sikap terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki
sikap positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata
pelajaran. Siswa yang memiliki sikap yang tidak positif
terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang
diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap
negative terhadap guru pengajar akan sukar menyerap materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu
memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup: suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik
pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit siswa yang
merasa kecewa atau tidak puas dengan proses pembelajaran
yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian
untuk menyatakan. Akibat mereka terpaksa mengikuti proses
pembelajaran yang belangsung dengan perasaan yang kurang
nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap penyerapan
materi pelajaran.
d. Sikap terhadap meteri dari pokok-pokok bahasan yang ada.
Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap meteri
pelajaran yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan
proses pembelajaran.
e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin
ditanamkan dalam diri siswa melalui materi suatu pokok
bahasan. MIsalnya, pengajaran pokok bahasan KOPERASI dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Berhubungan dengan
pokok bahasan ini, ada nilai-nilai luhur tertentu yang
relevan diajarkan dan diinternalisasikan dalam diri siswa.
Misalnya: kerjasama, kekeluargaan, hemat, dan sebagainya.
Dengan demikian, untuk mengetahui hasil dari proses
pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai tersebut dalam
diri siswa perlu dilakukan penilaian.
f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas
kurikulum, seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-
kompetensi tersebut relevan juga untuk diimplementasikan
dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 1994 yang
masih berlaku.
3. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Cara-cara tersebut antara lain: observasi perilaku,
pertanyaan langsung, laporn pribadi, dan penggunaan skala
sikap.
a. observasi perilaku
b. pertannyaan langsung
c. laporan pribadi
d. skala sikap
Cara-cara tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai
berikut.
Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan
kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang
yang biasa minum kopi, dapat dipahami sebagai
ecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,
guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang
dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan
balik dalam pembinaan.
Pertanyaan langsung
Guru juga dapat mennyakan secara lngsung tentang sikap
siswa berkaitan dengan sesuaut hal. Misalnya, bagaimana
tanggapan siswa tentang kebijakkan yang baru diberlakukan
di sekolah tentang “ Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan
jawaban dan reaksi lain dari siswa dalam memberi jawaban
dapat dipahami sikapnya terhadap objek sikap tersebut.
Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap
dan membina siswa.
Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa
diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal,
yang menjadi objek sikap. Misalnya, siswa diminta menulis
pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi
akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh
siswa tersebut dapat dapat dibaca dan dipahami
kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Teknik ini agak sukar digunakan dalam mengukur dan
menilai sikap siswa secara klasikal. Guru memerlukan waktu
lebih banyak untuk membaca dan memahami sikap seluruh
siswa.
Skala sikap
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para
pakar untuk mengukur sikap. Dalam naskah ini akan
diuraikan dua model saja, yakni Skala Diferensiasi
Semantik (Semantic Differential Techniques) dan Skala
Likert (Likert Scales). Dua model ini dipilih karena mudah
dan bermanfaat untuk diimplementasikan oleh guru dalam
proses
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku
untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik,
dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa orang - orangan maupun berupa objek - objek
tertentu
Ada beberapa teori penilaian sikap,yaitu : teori
pembelajaran, teori fungsional, teori pertimbangan
sosial, teori konsistensi.
Macam – macam skala dalam penilaian sikap: skala
likert, skala thurstone, guttman, semantic,
differential.
Beberapa komponen sikap yaitu:
afektif,kognitif,konatif.
Tujuan penilaian sikap yaitu: Untuk mendapat umpan
balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak
didiknya.
2. Saran
Demikianlah makalah ini disusun semoga Tuhan membimbing
penulis agar tidak hanya sekedar bisa menulis tetapi
dapat merealisasikannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis, pembaca dan khususnya Mahasiswa
STKIP PGRI Jombang.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin zainal.2011.Evaluasi Pembelajaran.Bandung: PTRemaja
Rosdakarya
Suprananto,Kusaeri.2012.Pengukuran dan Penilaian
Pendidikan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Widoyoko Putro,Eko.2012.Evaluai Program
Pembelajaran.Yogyakarta.Pustaka Pelajar.
Hayati,mimin.2007.Teknik dan Penilaian pada tingkat satuan
pendidikan.Jakarta:Gaung persada press.
Arikuto,S & Jabar. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara