Post on 06-Jul-2015
PURWANINGSIH PUJI RAHAYU _12.03.07.18
MIDWIFERY PROGRAM
Syok Septik
Penatalaksanaan Syok Septik
A.Definisi
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan
menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering
menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan
hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
Syok Septik
B.Etiologi
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu
respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator
kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok, yaitu
peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada perembesan cairan dari
kapiler dan vasodilatasi.
PURWANINGSIH PUJI RAHAYU _12.03.07.18
MIDWIFERY PROGRAM
Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi sistemik yang mengakibatkan
kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan
vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain
itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler
karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,
sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan
intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia,
sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan
karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman.
Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok
hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam,
tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien
sepsis dengan
volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala
takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang
melebar.
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi
bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus (Linda
D.U, 2006)
C.Gambaran Klinis
Manifestasi spesifik akan bergantung pada penyebab syok, kecuali syok
neurogenik akan mencakup :
1.Kulit yang dingin dan lembab
2.Pucat
3.Peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan
4.Penurunan drastis tekanan darah
Sedangkan individu dengan syok neurogenik akan memperlihatkan kecepatan
denyut jantung yang normal atau melambat tetapi akan hangat dan kering apabila
kulitnya diraba.
D.Gejala khas sepsis
Dikatakan sepsis jika mengalami dua atau lebih gejala di bawah ini:
1.Suhu badan> 380 C atau <360 C
2.Heart Rate >9O;/menit
3.RR >20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4..WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
PURWANINGSIH PUJI RAHAYU _12.03.07.18
MIDWIFERY PROGRAM
Tanda – tanda Syok Spesis ( Linda D.U, 2006) :
Peningkatan HR
Penurunan TD
Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat vasodilatasi)
Peningkatan RR kemudian kelamaan menjadi penurunan RR
Crakles
Perubahan sensori
Penurunan urine output
Peningkatan temperature
Peningkatan cardiac output dan cardiac index
Penurunan SVR
Penurunan tekanan atrium kanan
Penurunan tekanan arteri pulmonalis
Penurunan curah ventrikel kiri
Penurunan PaO2
Penurunan PaCO2 kemudian lama kelamaan berubah menjadi peningkatan
PaCO2
Penurunan HCO3
Gambaran Hasil laborat :
WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
Hiperglikemia > 120 mg/dl
Peningkatan Plasma C-reaktif protein
Peningkatan plasma procalcitonin.
Serum laktat > 1 mMol/L
Creatinin > 0,5 mg/dl
INR > 1,5
APTT > 60
Trombosit < 100.000/mm3
Total bilirubin > 4 mg/dl
Biakan darah, urine, sputum hasil positif.
PURWANINGSIH PUJI RAHAYU _12.03.07.18
MIDWIFERY PROGRAM
E.Penatalaksanaan
- Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum dan drainase luka dilakukan
dengan tekhnik aseptik.
- Pemberian suplementasi nutrisi tinggi kandungan protein secara agresif
dilakukan selama 4 hari dari awitan syok.
- Pemberian cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan termasuk
antibiotik Dopamin, dan Vasopresor untuk optimalisasi volume intravaskuler
F.Komplikasi
Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan
Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia
ARDS
Koagulasi intravaskular diseminata
Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)
Perdarahan usus
Gagal hati
Gagal jantung
Kematian
Pengkajian
Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
yakinkan kepatenan jalan napas
berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
segera mungkin ke ICU
Breathing
kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
kaji saturasi oksigen
periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
periksa foto thorak
PURWANINGSIH PUJI RAHAYU _12.03.07.18
MIDWIFERY PROGRAM
Circulation
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
periksa waktu pengisian kapiler
pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
pasang kateter
lakukan pemeriksaan darah lengkap
siapkan untuk pemeriksaan kultur
catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
36oC
siapkan pemeriksaan urin dan sputum
berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan
fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka
pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
Penurunan fungsi ginjal
Penurunan fungsi jantung
Hyposia
Asidosis
Gangguan pembekuan
Acute respiratory distress syndrome (ards) – tanda cardinal oedema pulmonal.
PURWANINGSIH PUJI RAHAYU _12.03.07.18
MIDWIFERY PROGRAM
G.MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL
Penurunan kardiak output berhubungan dengan penurunan afterload,
penurunan preload, ketidak efektifan kontraktilitas otot jantung, deficit volume
cairan.
Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan kardiak output yang tidak
mencukupi.
Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakefektifan ventilasi,
edema pulmonal.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolism.
Risiko ketidakseimabangan temperature tubuh behubungan dengan proses
infeksi.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kardiak output yang rendah,
ketidak mampuan mencukupi metabolism otot rangka, kongesti pulmonal yang
menyebabkan hipoksia, dan status nutrisi yang buruk.
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan perfusi
jaringan dan adanya edema.
H.Kesimpulan
Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik
pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan
debriden luka untuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan
pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan dengan benar.
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta
efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama
penderita mengalami syok.
PURWANINGSIH PUJI RAHAYU _12.03.07.18
MIDWIFERY PROGRAM
Daftar Pustaka
1. Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life
Support Course for Physicians. USA, 1993 ; 75 – 94
2. Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of
Intensive Care. London: Chapman and Hall, 1981; 18-29.
3. Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413
4. Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock. Dalam
buku: Darovic G O, ed, Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive
Clinical Application. USA : EB. Saunders Co. 1995 ; 441 – 499.
5. Haupt M T, Carlson R W. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions. Dalam
buku: Shoemaker W C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care.
Philadelphia, 1989 ; 993 – 1002.
6. Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam
kumpulan makalah: Indonesian Symposium On Shock & Critical Care.
Jakarta-Indonesia, August 30 – September 1, 1996 ; 1 – 4.
7. Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.
8. Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and
Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of
Critical Care Medicine, 1997.