Rico Pemicu 4

Post on 31-Jan-2016

40 views 0 download

description

Rico Pemicu 4

Transcript of Rico Pemicu 4

• Visum et Repertum (VeR)

keterangan tertulis yg dibuat o/ dokter dlm ilmu kedokteran forensik atas permintaan penyidik yg berwenang mengenai hsl pemeriksaan medik thdp manusia, baik hidup / mati ataupun bag / diduga bag tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya & di bwh sumpah, u/ kepentingan pro yustisia.

Visum et repertum

Jenis Visum1. Untuk Orang Hidup• Visum yang diberikan untuk korban luka-luka karena kekerasan,

keracunan, perkosaan, dan psikiatri.• Dibedakan atas :

a. VeR sementara :- diberikan pd korban yg msh dirawat-VeR yg diterbitkan belum ada kesimpulan karena menunggu observasi lebih lanjut.

b. VeR lanjutan :

- Merupakan lanjutan dari VeR sementara, dibuat setelah korban sembuh/meninggal.- Tgl & No. VeR sementara dicantumkan.- Telah ada kesimpulannya setelah diobservasi

Jenis Visum

c. Visum Langsung :

- Langsung diberikan stlh pmriksaan Korban

2. Visum Jenasah :a. Visum dengan pemeriksaan luarb. Visum dengan pemeriksaan luar & dalam

Macam-Macam Visum et Repertum

• Visum et Repertum TKP– Hubungan sebab akibat luka yang

ditemukan pada tubuh korban.– Saat kematian korban.– Barang bukti yang ditemukan.– Cara kematian korban jika mungkin.

• Visum et Repertum Jenazah.

• Visum et Repertum Korban Hidup– Dibuat setelah pemeriksaan selesai, korban tidak perlu

dirawat lebih lanjut atau meninggal.

– Visum et Repetum sementara, dibuat setelah pemeriksaan selesai, korban masih perlu mendapat perawatan lebih lanjut.

– Visum et Repertum lanjutan dibuat bila:• Setelah selesai perawatan korban sembuh.

• Setelah mendapat perawatan, korban meninggal.

• Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau dokter lain.

• Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau melarikan diri

• Visum et Repertum Jenazah Penggalian.• Visum et Repertum barang bukti.

• Visum et repertum terdiri dari 5 bagian:– Kata Pro justitia– Bagian Pendahuluan– Bagian Pemberitaan– Bagian Kesimpulan– Bagian Penutup

SUSUNAN dan BENTUKVisum Et Repertum

• Sudut Kiri Atas : Pro Justica (arti : untuk pengadilan)

• Pendahuluan :– Identitas pemohon Visum Et Repertum– Identitas dokter yang memeriksa– Tempat dilakukan pemeriksaan– Tanggal dan jam pemeriksaan– Identitas korban– Keterangan lain seperti kapan dan dimana korban

dirawat, kapan meninggal, cara dan sebab kematian korban.

• Pemberitaan :– Hasil pemeriksaan luar termasuk identitas

korban– Hasil pemeriksaan dalam, membuka rongga

tengkorak, dada dan perut serta organ dalam, rongga mulut dan leher

– Pemeriksaan penunjang jika diperlukan seperti konsultasi dengan ahli lain : Pemeriksaan PA, Toksikologi, Balistik, Serologi, Immunologi, Enzimatologis, Trace Evidence

• Kesimpulan :– Identitas jenazah– Kelainan yang terdapat pada tubuh korban,

baik pemeriksaan luar maupun dalam– Hubungan kausal dan kelainan yang didapati

pada pemeriksaan (penyebab luka, persentuhan dengan benda tajam)

– Sebab dan saat kematian/klasifikasi luka

• Penutup– Dicantumkan kalimat :

• “Demikianlah Visum Et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah”

– Diakhiri dengan tanda tangan dan nama lengkap dokter.

Tata Cara PermohonanVisum et Repertum

• Pasal 133 ayat (2) KUHAP :– “Permintaan Keterangan ahli sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat”

• Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus dibuat dengan menggunakan format sesuai dengan jenis kasus yang sedang ditangani.

• SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat kepangkatan dan pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 tahun 1983.

• Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan membawa SPVR.

• Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP

• Sebaiknya penyidik yang meminta Visum et Repertum mengikuti jalannya pemeriksaan bedah jenazah.

Prosedur permintaan VetR korban hidup

• Permintaan harus secara tertulis, tdk dibenarkan secara lisan / telepon / via pos.

• Korban adalah BB, maka permintaan VetR harus diserahkan sendiri oleh polisi bersama-sama korban/tersangka.

• Tidak dibenarkan permintaan V et R ttg sesuatu peristiwa yang telah lampau, mengingat rahasia kedokteran (Instruksin Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).

Prosedur permintaan VetR korban mati(mayat)

• Permintaan harus diajukan secara tertulis, tidak dibenarkan melalui telepon, lisan atau pos.

• Mayat diantar bersama-sama SPVR oleh polisi ke Bgn Ilmu Kedokteran Forensik.

• Mayat harus diikatkan label yang memuat Identitas mayat ( KUHAP psl 133 ayat 3).

KUHAP pasal 133

• (1) : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati ang diduga karena peristiwa yang mrupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

• (2) : Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1 ) dilakukan secara legal untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat

• (3) : Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identifikasi mayatm dilakukan dengan diberi cap jabatn yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat

• Penjelasan ayat (2)

Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.

• Berdasarkan pasal 133 ayat 1 yang berhak melakukan pemeriksaan atas tubuh manusi adalh :

• Ahli kedokteran kehakiman• Dokter• Ahli lain karena dengan dipergunakannya

kata-kaa “dan atau ahli lain” berarti ahli lain dapat memeriksa sendiri tanpa bekerja sama dengan dokter.

• Melakukan pemeriksaan ini merupakan kewajiban bagi dokter and ahli dengan ancaman pidana menurut KUH Pidana pasal 224 : Barangsiapa dipanggil secara sah untuk mejadi saksi ahli atau juru bahasa, dengan sengja tidak menjalankan kewajiban yang sah yang harus dijalankanya :

1. Dalam perkara pidana dipidana dengan pidana penjara selama –lamanya sembilan bulan

2. Dalam perkara – perkara lain dipidina dengan pdana penjara seama-lamanya 6 bulan

• Jika dokter mau melakukan pemeriksaan mayat tersebut, dokter dapat dituntut oleh ahli waris mayat tersebut :

• Pidana• Dokter dapat dikatakan merusak mayat, jika ia

melakukan bedah mayat berdasarkan KUHPidana psal 406 ayat 1

--. Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hak membinasakan, merusak, membuat sehingga tidakd apat dipakai lagi atau menghilangkan sesuatu barang yang semuanya atau sebagian adalah milik orang lain, dipidana dengan pidana penjara selama –lamanya 2 tahun 8 bulan atau denda sebanak – banyaknya Rp 4.500,00

• Perdata• Diatur dalam KUHperdata pasal 1365 :• Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa

kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut

• Pasal 1366• Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk

kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati –hatinya.

SIAPA YANG BERHAK MEMINTA VISUM ET REPERTUM JENAZAH

1. Penyidik (KUHAP I butir 1, 6,7,120, 133, PP RI NO 27 Th 1983)

* Pejabat polisi negara RI tertentu sekurang-kurangnya berpangkat PELDA (AIPDA)* Kapolsek berpangkat Bintara dibawah PELDA (AIPDA)

2. Penyidik Pembantu (KUHAP I Butir 3, 10, PP RI NO. 27 Th 1983)

* Pejabat polisi negara RI tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat SERDA Polisi (BRIPDA)

3. Provos

* UU No I Darurat Th 1958* Keputusan Pangab No. Kep/04/P/II/1984* UU No. 31 tahun 1997 ttg Peradilan Militer

4. Hakim Pidana (KUHAP 180)

Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pekerjaan dokter dimana yang dimaksud disini adalah autopsi forensik dalam membantu peradilan:

* KUHAP 133* KUHAP 134* KUHAP 179* KUHP 222* Reglemen pencatatan sipil Eropa 72* Reglemen pencatatan sipil Tionghoa 80* STBL 1871/91* UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70

• Pasal 134 KUHAP

• Ayat 1:Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.• Ayat 2:Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.• Ayat 3:Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

SAKSI

• pasal 222 KUHP

• Barang siapa sengaja mencegah,menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat utk pengadilan,diancam dengan pidana penjara plg lama 9 bln pidana denda plg byk Rp. 4.500,00

PERMINTAAN sbg SAKSI AHLI (masa persidangan)Pasal 179 KUHAP

• Ayat 1:Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.• Ayat 2:Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Pasal 224 KUHAPO Barang siapa dipanggil sebagi saksi, ahli atau juru bahasa menurut

UU dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban brdasarkan UU yg harus dipenuhinya diancam dalam perkara pidana, dgn penjara plg lama 9 bln.

• KETERANGAN AHLI

Pasal 1 Butir 28 KUHAP

O Keterangan Ahli adalah keterangan yg diberikan seorang yg mmiliki keahlian khusus tentang hal yg diperlukan utk mmbuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksa

• Kewajiban Menjadi saksiPasal 224 KUHP :

• Barang siapa di panggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurutundang-undang dengan sengaja tidak memenuhi suatu kewajiban yang menurut undang- undang selaku demikian harus di penuhi, di ancam:

1.Dalam perkara pidanan atau pidanan penjara paling lama 9bulan

2.Dalam pidana lain pidanan penjara paling lama 6 bulan

• Dalam KUHP pasal 242 disebutkan:

(1) Barangsiapa dalam kadaan dimana undang undang menentukan supaya memberikan keterangan diatas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang demikian, dengan sengaja memberikan keterangan palsu diatas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.(2)Jika keterangan palsu diatas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70

• Ayat 1:Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan bedah mayat untukpenyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan tenaga kesehatan.• Ayat 2:Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dankewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.• Ayat 3:Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2)ditetapkan dengan Peraturan Pemerinta

ALAT bUKTI

• Pasal 184(1)Alat bukti yang sah ialah:

a.keterangan saksi;b.keterangan ahli;c.surat;d.petunjuk;e.keterangan terdakwa.

(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Ahli A Decharge

• Menurut KUHAP pasal 184 → suatu Keterangan Ahli merupakan salah satu alat bukti yang sah dan dengan demikian memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan salah tidaknya seorang terdakwa

Ahli (Manusia biasa)

Kesalahan

Terdakwa Hak untuk mengajukan ahli yang dapat memberi keterangan yang menguntungkan bagi dirinya

Ahli A Decharge

KUHAP

pasal 65

KUHAP pasal 65• Tersangka atau terdakwa berhak untuk

mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya

KUHAP pasal 160 ayat 1c• Dalam hal ada saksi baik yang menguntungkan

maupun yang memberatkan terdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara dan atau yang diminta oleh terdakwa atau penasehat hukum atau penuntut umum selama berlangsungnya sidang atau sebelum dijatuhkannya putusan, hakim ketua sidang wajib mendengar keterangan saksi tersebut

KUHAP pasal 179 ayat 2• Dimana kedudukan seorang ahli

disamakan dengan kedudukan seorang saksi

KUHAP pasal 168• Kecuali ditentukan lain dalam undang - undang

ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:a. Keluarga sedarah atau semendalam garis lurus ke

atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama – sama sebagai terdakwa;

b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama – sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak – anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;

c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama – sama sebagai terdakwa.

Larangan Untuk Menjadi Ahli

• Jika dokter itu tidak keberatan, bahwa Visum et Repertum yang dibuatnya dipakai dalam perkara itu dan disetujui oleh terdakwa serta penuntut umum makan dapat dipergunakan KUHAP pasal 169:

1. Dalam hal mereka sebagaimana dimaksud dalam pasal 168 menghendakinya dan penuntut umum serta terdakwa secara tegas menyetujuinya dapat memberi keterangan di bawah sumpah

2. Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mereka diperbolehkan memberi keterangan tanpa sumpah