Post on 16-Feb-2015
PENYULUHAN
SINUSITIS
Pembimbing :
dr. Chitra Rasjmi Cara
Kelompok:
Erika Devi Andriani (030.07.082)
Eva Apiani (030.07.084)
Kharina Novialie (030.07.135)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 21 JANUARI – 30 MARET 2013
PUSKESMAS KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
2013
PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT SINUSITIS
DI POSPINDU KELURAHAN KUNINGAN BARAT KACAMATAN
MAMPANG PRAPATAN
I. LAPORAN PENYULUHAN
LATAR BELAKANG
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia.Data dari
DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-
25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah
sakit. Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh
Binkesmas bekerja sama dengan PERHATI dan Bagian THT RSCM mendapatkan data penyakit
hidung dari 7 propinsi. Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005
menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya
adalah sinusitis.
Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering
juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering
ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan
gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter spesialis
lain untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi, gejala dan metode diagnosis dari
penyakit rinosinusitis ini.
Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh infeksi bakteri.
Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksila. Yang
berbahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intrakranial. Komplikasi ini terjadi
akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tak dapat dihindari.
PERMASALAHAN
belum
TUJUAN
Penyuluh ingin memberikan pengetahuan tentang sinusitis, sehingga masyarakat tahu
gejala, pengobatan,sampai pencegahan penyakit tersebut. Penyakitnya terkontrol dan tidak
mengalami infeksi akut.
MANFAAT
- Bagi Penyuluh
Melatih kemampuan dalam memberikan penyuluhan.
- Bagi Sasaran
Masyarakat mendapat pengetahuan tentang pencegahan dan pengobatan sinusitis
secara tepat.
METODE
Metode yang dipergunakan adalah metode sokratik, dimana sasaran diberikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mengemukakan pendapat sehingga
mereka dapat turut berperan aktif dalam penyuluhan tersebut dan terbinanya komunikasi dua
arah.
MEDIA
Cetak : leaflet tentang sinusitis
SASARAN
Semua warga yang berusia produktif atau usia muda.
PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal :Kamis,21 Febuari 2013
Waktu : Pukul 09.00 WIB - selesai
Tempat : Pospindu RW.03 Kelurahan Kuningan Barat
HASIL KEGIATAN
Sebagian besar peserta penyuluhan antusias mendengarkan penyuluhan yang
disampaikan oleh dokter muda FK Trisakti yang sedang menjalani kepaniteraan IKM di
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
Kesan penyuluhan menarik, karena banyaknya pertanyaan yang diutarakan oleh peserta
penyuluhan kepada tim penyaji. Peserta cukup memahami materi yang disampaikan.
Lampiran materi penyuluhan terlampir.
II. SUMBER MATERI YANG DIBERIKAN
III. SUSUNAN KEGIATAN
No Tahapan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan
kegiatan pertemuan
1. Mengucapkan salam
2. Perkenalan dokter muda sebagai
penyaji penyuluhan
3. Penjelasan tujuan program
penyuluhan yang akan dilakukan
Membalas salam
memperhatikan sambutan
dan menyimak penjelasa
yang diberikan.
2. Pemberian
penyuluhan
Menyimak dan
memperhatikan penjelasan
yang diberikan serta
mencari keterangan yang
diberikan pada brosur yang
telah dibagikan sebelum
penyuluhan
3 Tanya jawab Memberi kesempatan pada peserta
untuk mengajukan pertanyaan
Memberikan cukup banyak
pertanyaan mengenai materi
yang sudah dijelaskan.
4 Penutup 1. Menyimpulkan semua materi
yang telah dijelaskan
2. Salam penutup
Menyimak dan membalas
salam.
IV. MATERI PENYULUHAN
A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus,
bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada
(maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung
selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat
berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Dari semua
jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis.
Secara klinis sinusitis dibagia atas :
1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.
2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan.
3. Sinusitis kronis, bila infeksi beberapa bulan hingga beberapa tahun.
B. ANATOMI SINUS
Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi.
Sinus–sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai
dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus
etmoidalis. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan yang mengalami modifikasi,
yang mampu mengkasilkan mukus, dan bersilia. Sekret yang dihasilkan disalurkan ke dalam
kavum nasi. Pada orang sehat, sinus terutama berisi udara.
Gambar 1 anatomi sinus
Sinus maksilaris merupakan satu – satunya sinus yang rutin ditemukan pada saat lahir. Sinus
maksilaris terletak di dalam tulang maksilaris, dengan dinding inferior orbita sebagai batas
superior, dinding lateral nasal sebagai batas medial, prosesus alveolaris maksila sebagai batas
inferior, dan fossa canine sebagai batas anterior.
C. ETIOLOGI
Berbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi dalam terjadinya
obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran cairan oleh silia, yang akhirnya
menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara lain adalah rinitis alergika, barotrauma, atau
iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal atau tumor sinus (squamous cell carcinoma), dan juga
penyakit granulomatus (Wegener’s granulomatosis atau rhinoskleroma) juga dapat menyebabkan
obstruksi ostia sinus, sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahan kandungan sekret mukus
(fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis dengan mengganggu pengeluaran mukus.
Di rumah sakit, penggunaan pipa nasotrakeal adalah faktor resiko mayor untuk infeksi
nosokomial di unit perawatan intensif. Infeksi sinusitis akut dapat disebabkan berbagai
organisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur. Virus yang sering ditemukan adalah rhinovirus,
virus parainfluenza, dan virus influenza. Bakteri yang sering menyebabkan sinusitis adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan moraxella catarralis. Bakteri anaerob
juga terkadang ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris, terkait dengan infeksi pada gigi
premolar. Sedangkan jamur juga ditemukan sebagai penyebab sinusitis pada pasien dengan
gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi invasif yang mengancam jiwa. Jamur yang
menyebabkan infeksi antara lain adalah dari spesies Rhizopus, rhizomucor,Mucor, Absidia,
Cunninghamella, Aspergillus, dan Fusarium.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis sinusitis sangat bervariasi. Keluhan utama yang paling sering ditemukan
adalah tidak spesifik, dan dapat berupa sekret nasal purulen, kongesti nasal, rasa tertekan pada
wajah, nyeri gigi, nyeri telinga, demam, nyeri kepala, batuk, rasa lelah, halitosis, atau
berkurangnya penciuman. Gejala seperti ini sulit dibedakan dengan infeksi saluran nafas atas
karena virus, sehingga durasi gejala menjadi penting dalam diagnosis. Pasien dengan gejala
diatas selama lebih dari 7 hari mengarahkan diagnosis ke arah sinusitis.
Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi
hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor predisposisi lokal
yang paling sering ditemukan. Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan
nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin.
Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke
alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga. Wajah terasa
bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik
atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada
palpasi dan perkusi. Selama berlangsungnya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan
mengungkapkan adanya pus dalam hidung. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan
terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada.
Gambaran radiologik sinusitis akut mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya
opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan
yang memenuhi sinus. Biakan bakteri yang muncul biasanya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, bakteri anaerob, Branghamella catarrhalis. Jika tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat Sinusitis maksilaris akut dapat berubah menjadi sinusitis maksilaris
kronis yang berlangsung selama beberapa bulan atau tahun.
Gambar 2 sinusitis maksilaris
E. DIAGNOSA
Kriteria diagnosis sinusitis :
Gejala mayor Gejala minor
Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sakit kepala
Sekret nasal purulen Batuk
Demam Rasa lelah
Kongesti nasal Rasa lelah
Obstruksi nasal Halitosis
Hiposmia atau anosmia Nyeri gigi
Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor
pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik.
Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan pembedahan (operasi).
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis akut, yaitu:
1. Antibiotik. Berikan golongan penisilin selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sinusitis
akut telah hilang.
2. Dekongestan lokal. Berupa obat tetes hidung untuk memperlancar drainase hidung.
3. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit.
4. Irigasi Antrum. Indikasinya adalah apabila terapi diatas gagal dan ostium sinus
sedemikian edematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum maksilaris
dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus ke dalam
antrum maksilaris. Cairan ini kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium
normal.
5. Menghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan oleh gigi
6. Diatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu penyembuhan sinusitis
dengan memperbaiki vaskularisasi sinus.
Pembedahan (operasi) pada pasien sinusitis akut jarang dilakukan kecuali telah terjadi
komplikasi ke orbita atau intrakranial. Selain itu nyeri yang hebat akibat sekret yang tertahan
oleh sumbatan dapat menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan
LAMPIRAN