Post on 31-Oct-2015
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 1/26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sinusitis maksilaris subakut rhinogen adalah peradangan pada mukosa sinus maksilaris
akibat penyebab dari factor rinogen yang gejala klinisnya berlangsung antara 1 – 3 bulan.
( Wilson, 1991; Vortel dan Chow, 1992; Brook dkk, 2000 ). Penatalaksanaan sinusitis
maksilaris subakut rhinogen di Unit Rawat Jalan ( URJ ) THT RSU Dr Soetomo selama ini
adalah dengan irigasi sinus maksilaris, antibiotika dan terapi kausal dari penyebab rinogen
( Mulyarjo dkk, 1994 ). Tindakan irigasi sinus maksilaris merupakan tindakan invasif yangmenimbulkan rasa nyeri dan membutuhkan biaya tambahan. Meskipun jarang, tindakan ini
dapat menyebabkan komplikasi misalnya pembengkakan pipi akibat ujung trokar menusuk
jaringan lunak pipi ( Lund, 1987 ).Selain itu tindakan irigasi sinus maksilaris hanya dapat
dilakukan oleh Dokter Ahli THT, sehingga kasus sinusitis maksilaris subakut rhinogen di
Puskesmas harus dirujuk ke Dokter Ahli THT. Dari beberapa kepustakaan disebut bahwa
sinusitis maksilaris subakut rhinogen dapat diobati tanpa melakukan irigasi sinus maksilaris
( Becker dkk, 1989; Wilson, 1991; Facer dan Kern, 1993; Pedersen, 1996 ).
Irigasi dilakukan untuk mempercepat hilangnya keluhan ( Thaler, 2001 ). Tampubolon
(1988) berdasarkan penelitiannya pada 10 penderita sinusitis maksilaris subakut rhinogen
yang diterapi dengan irigasi dan antibiotik didapatkan kesembuhan 100%. Sedangkan pada
8 penderita sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang diterapi dengan antibiotik didapatkan
kesembuhan 75%.
Kuman anaerob banyak berperan pada sinusitis maksilaris subakut rhinogen. Oleh karena
itu dipilih antibiotika yang efektif terhadap kuman anaerob, misalnya klindamisin (Vorteldan Chow, 1992; Mulyarjo, 1999).
Oleh karena masih ada perbedaan pendapat mengenai terapi sinusitis maksilaris subakut
rhinogen terutama tentang perlu tidaknya irigasi, maka peneliti bermaksud membandingkan
1
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 2/26
hasil pengobatan sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang dilakukan irigasi dengan tanpa
irigasi
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang dilakukan
irigasi dengan tanpa irigasi?
1.3. Hipotesis Penelitian
Tidak ada perbedaan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang dilakukan
irigasi dengan tanpa irigasi
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Membandingkan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen dengan irigasi
atau tanpa irigasi.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang dilakukan
irigasi.
2. Mendapatkan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen tanpa irigasi.
3. Membuktikan tidak adanya perbedaan hasil terapi sinusitis maksilaris subakutrhinogen yang dilakukan irigasi dengan tanpa irigasi.
1.5. Manfaat Penelitian
2
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 3/26
1. Mendapatkan alternative terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen yaitu
antibiotika, dengan demikian penderita terhindar dari tindakan invasive yang dapat
menimbulkan rasa nyeri dan tidak mengeluarkan biaya tambahan.
2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas bahwa sinusitis maksilarissubakut rhinogen dapat diobati dengan pemberian antibiotika.
3. Sebagai masukan untuk SMF THT RSU Dr Soetomo dalam membuat standar terapi
sinusitis maksilaris subakut rhinogen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sinus Maksilaris
Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal pertama yang mulai tumbuh pada janin
manusia sekitar hari ke -65 periode kehamilan. Meskipun sudah terbentuk waktu bayi
dilahirkan , sinus maksilaris tidak tampak pada X-FOTO sampai bayi berusia 4-5 bulan. Ukuran
rata – rata sinus maksilaris pada bayi baru lahir adalah 7 x 4 x 4 mm. Pertumbuhan sinus
maksilaris ini melalui dua fase . fase pertama terjadi sampai usia 3th dan fase kedua berlangsung
sejak umur 7 th sampai 18 tahun. Pertumbuhan fase kedua ini berhubungan erat dengan
pneumatisasi prosesus alveolaris mengikuti erupsi gigi permanen. Ukuran sinus maksilaris pada
usia dewasa sekitar 34 x 33 x 23 mm dengan volume rata – rata 14,75 ml ( Becker dkk,1989;
amedee, 1993 ). Sinus maksilaris ( antrum of highmore ) terletak didalam korpus tulang maksila
dan merupakan sinus paranasalis terbesar. Sinus ini berbentuk piramid terbalik dimana dasarnya
dibentuk oleh dinding lateral cavum nasi dan puncaknya kearah lateral dekat prosesus
zigomatikus. Atap sinus maksilaris memisahkan sinus dengan orbita sedangkan lantai sinus
dibentuk oleh prosesus alveolaris dan prosesus palatina maksila. Pada anak – anak lantai sinus
terletak setinggi atau diatas dasar cavum nasi. Dinding anterior sinus maksilaris adalah fossa
3
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 4/26
canina yang memisahkan sinus dengan kulit pipi. Dinding posterior sinus maksilaris memisahkan
sinus dengan isi fossa infratemporal dan pterigomaksilaris ( evans , 1987, Ameedee 1993 )
Sinus maksilaris berhubungan dengan infundibulum di meatus medius melalui ostium
sinus yang terletak dianterosuperior dinding medial sinus ( Amedee, 1993 ). Pada posisi berdiri,letak ostium ini tidak menguntungkan fungsi drainase karena letaknya diatas, dekat atap
sinus( Becker dkk, 1989 ) pada penderita sinusitis maksilaris fungsi drainase akan berjalan baik
bila penderita berbaring pada sisi yang berlawanan dengan sinus yang terinfeksi ( Vortel dan
Chow , 1992 ). Ostium sinus maksilaris dikeloilingi oleh suatu membran yang mengakibatkan
ostium lebih besar daripada ostium yang sebenarnya. Banyak pembuluh darah dan saraf
memasuki sinus maksilaris melalui bagian membran dari ostium ini. Diameter ostium ini pada
orang dewasa sekitar 3-4 mm ( Evans, 1987; amedee, 1993 )
Pada meatus medius terdapat daerah sempit dan rumit yang dinamakan komplek
osteomeatal ( KOM ). Komplek ini terdiri dari prosesus unsinatus, infundibulum, hiatus
semilunaris, resesus frontal, sel – sel etmoid anterior dengan osteumnya serta ostium sinus
maksilaris. Pembengkakan mukosa dan obstruksi pada daerah tersebut dapat menimbulkan
gangguan fisiologis sinus ( Facer dan Kern, 1993 )
Aspek penting lain dari anatomi dinding medial sinus maksilaris adalah ketebalan tulang
didaerah meatus inferior. Tulang yang memisahkan meatus inferior dengan sinus maksilariscukup tebal dibagian inferior. Namun sangat tipis dibagian superior pada sudut antara konka
inferior dan dinding lateral cavum nasi. Pungsi ke antrum pada tindakan irigasi sinus maksilaris
sebaiknya diarahkan ke sudut ini ( Lund, 1987 ).
Mukosa sinus maksilaris merupakan kelanjutan dari mukosa cavum nasi. Mukosa ini
dilapisi oleh epitel pseudostratified columnar bersilia. Diantara sel – sel epitel tersebut terdapat
sel basal dan sel goblet yang memproduksi cairan mukus. Dibawah lapisan epitel terdapat lamina
propria yang mengandung jaringan ikat longgar dan kelenjar sub mukosa yang memproduksi
bcairan serus dan mukus. Cairan dari sel goblet dan kelenjar sub mukosa membentuk suatu
lapisan mukus ( mucous blanket ) yang mengandung lisosim, albumin, imunoglobulin ( Ig ) G
dan M, secretory Ig A, serta faktor-faktor komplemen. Lapisan mukus ini terdiri dari dua lapisan
dimana lapisan atas lebih kental berfungsi menangkap partikel-partikel inhalan dan kuman,
4
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 5/26
sedangkan lapisan dalam lebih encer dimana silia bergerak. Transport mukosilia sebagai aktifitas
silia ini bergerak kearah ostium sinus ( Amedee; 1991; Clerico; 2001; Stierna 2001 ).
Aktifitas silia pada sistem transport mukosiliar sangat efektif dalam membawa mukus,
partikel-partikel inhalan yang tertangkap dan bakteri. Material-material tersebut dibawa kearahostium sinus dengan kecepatan 12 Hertz. Gerak silia ini dapat terganggu oleh produk-produk
inflamasi ( Stierna; 2001 )
2.2 Sinusitis Maksilaris Rhinogen
2.2.1 Batasan
Sinusitis maksilaris rhinogen adalah keradangan pada mukosa sinus maksilaris yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari rhinogen.
Klasifikasi sinusitis ditentukan berdasarkan lamanya gejala klinis ( Vortel danChow,1992; Brook dkk, 2000 ) bila gejala klinis berlangsung kurang dari 4 minggu digolongkan
sebagai sinusitis akut. Bila gejala klinis berlangsung antara 4 sampai 12 minggu digolongkan
sebagai sinusitis sub akut. Sedangkan bila gejala klinis berlangsung lebih dari 12 minggu
digolongkan sebagai sinusitis kronis.
Lund dan kennedy ( 1995 ) membagi sinusitis maksilaris berdasarkan respon terhadap
terapi medikamentosa. Bila respon terhadap terapi medikamentosa baik digolongkan sebagai
sinusirtis akut. Sedangkan bila respon terhadap terapi medikamentosa jelek digolongkan sebagaisinusitis kronis.
2.2.2 Etiopatogenesis
5
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 6/26
Sinusitis maksilaris rhinogen dapat terjadi akibat faktor-faktor rhinogen antara lain
rhinitis akut/selesma,polip dan deviasi septum nasi. Orang yang menderita rhinitis akut tentunya
akan terjadi proses inflamasi dan udem didaerah cavum nasi serta pengeluaran sekret yang
berlebihan. Udem yang terjadi didaerah sekitar ostium sinus maksilaris akan menyebabkan
oklusi dari ostium sinus maksilaris sehingga tekanan didalam rongga sinus menjadi negatif, hal
ini akan menyebabkan terjadinya transudasi cairan kedalam rongga sinus yang mana cairan
tersebut merupakan media yang baik bagi perkembangan kuman-kuman patogen sehingga
terjadilah sinusitis akut yang dalam perkembangannya bisa berlanjut menjadi sub akut bahkan
kronis. Hal ini berlaku juga pada penyakit-penyakit lain seperti polip/deviasi septum nasi
keduanya menyebabkan oklusi ostium sinus marginal maupun total obstruksi.
Selain oklusi ostium sinus, pergerakan dari silia dapat terganggu akibat produk-produk
inflamasi dan udem menyebakan kedua dinding mukosa sinus menjadi bertemu dan menghambat
gerakan silia yang pada akhirnya fungsi ventilasi dan drainase sinus menjadi terganggu. Sekret
yang berlebihan pada proses inflamasi bisa menyebabkan sekret masuk kedalam sinus sehingga
terperangkap susah keluar apalagi lokasi ostium sinus maksilaris berada disuperior sinus.
Perubahan mukosa yang terjadi pada sinusitis akut ini sama seperti keadaan inflamasi
akut pada jaringan lain yaitu terjadi vasodilatasi, peningkatan aliran darah dengan ektravasasi
serum dan sel-sel polimorfonuklear ( PMN ). Keadaan ini menyebabkan mukosa menjadi oedem
dan hiperemi, terjadi pula peningkatan sekresi dari sel-sel goblet dan kelenjar submukosa. Akibat
invasi bakteri ke submukosa, terjadi infiltrasi lamina propia oleh sel-sel PMN,sel mast dan
limfosit. Mediator-mediator inflamasi yang dikeluarkan oleh sel-sel radang ini dapat
mengakibatkan terganggunya gerak silia. Bakteri sendiri dapat merusak lapisan sel epitel
mukosa sehingga tersisa sel basal dan membran basalis ( Wright, 1979; Cauwenberge,
1981a;White, 1991; stierna,2000 ) mukosa sinus yang udem dapat kembali normal apabila
inflamasi tidak berlangsung lama,ini disebabkan oleh karena terjadi resorpsi cairan interseluller
kekapiler dan pembuluh limfe ( Wright, 1979 ). Selama drainase melalui ostium sinus tidak
terganggu( adekuat ) proses inflamasi dapat mereda dengan pengurangan udem dan terjadi
regenerasi epitel sehingga fungsinya kembali normal ( Norstrand dan Goodmand, 1976 ). Pada
sinusitis akut fungsi silia dapat kembali normal setelah infeksi teratasi. Sedangkan pada sinusitis
kronis terjadi perubahan ultrastruktur yang berakibat disfungsi silia. Selain itu pada mukosa
6
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 7/26
terjadi proliferasi jaringan ikat serta metaplasi keepitel skuamus sehingga mengakibatkan
perubahan yang irreversibel ( Stierna, 2001 )
2.2.3 Bakteriologi
Sinusitis maksilaris akut rhinogen pada umumnya diakibatkan oleh infeksi kuman aerob
gram positif namun apabila oklusi terusb berlanjut sehingga tekanan rongga sinus menjadi makin
negatif kuman-kuman anaerob dan gram negatif juga dapat berkembang biak. Adapun kuman-
kuman yang sering dijumpai antara lain streptococcus pneumonia ( 30-50% ), Hemophylus
influenza ( 20-40% ), moraxella cataralis ( 4% ) sisanya adalah escheriia colly, proteus vulgaris,
pseudomonas aeuroginosa sedangkan kuman-kuman anaerob yang sering dijumpai antara lain
bacteriodes gingivalis, peptococcus, fusobacterium dan vusobacterium nucleatum.
2.2.4 Kekerapan
Menurut vortel dan chow ( 1992 ) infeksi gigi menyebabkan 5-10% sinusitis maksilaris
akut dan 40% sinusitis maksilaris kronis. Ahmad dkk ( 1983 ) mendapatkan 71% kasus sinusitis
maksilaris rhinogen dari 200 penderita sinusitis maksilaris yang diteliti di RS DR KARIADI
Semarang. Pada tahun 1978, Sunoto mendapatkan 82% penderita dengan sinusitis maksilaris
rhinogen dari 45 penderita sinusitis maksilaris kronis yang diteliti di RS Dr Hasan SadikinBandung. Utami ( 1999 ) berdasarkan penelitiannya di RSUD Dr Soetomo Surabaya
mendapatkan sinusitis maksilaris rhinogen sebanyak 38% dari 69 kasus sinusitis maksilaris akut
dan sub akut.
2.2.5 Diagnosis
1. Anamnesa
Keluhan yang tersering adalah hidung berbau umumnya unilateral sesuai dengan
sinus yang terinfeksi. Keluhan lainnya adalah pilek kental,kuning kehijauan,hidung
buntu,lendir ditenggorok,nyeri di pipi dan nyeri kepala. Kurang dari separoh
penderita mengeluhkan adanya panas badan ( Shafer dkk, 1974; Dayal dkk, 1976,
mulyiarjo dkk, 1994 )
7
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 8/26
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior ditemukan sekret purulent di meatus medius
sangat mendukung diagnosis, namun tidak selalu didapatkan. Kadang ditemukan
konka nasi yang udem dan hiperemi. Pada palpasi didapatkan nyeri tekan pipi diderah
fosa kanina. Pada pemeriksaan faring didapatkan adanya sekret didinding faring
( post nasal driip )
3. Pemeriksaan penunjang
a. Transiluminasi
pada sinus yang sakit akan tampak lebih gelap dari yang lain. Transiluminasi akan
mempunyai nilai diagnostik bila didapatkan perbedaan antara sisi kiri dan kanan
b. Radiologis
posisi foto untuk mendapatkan keadaan sinus maksilaris adalah occipitomental ( foto
waters ). Pada sinusitis maksilaris akan didapatkan gambaran radiologis berupa
perselubungan,penebalan mukosa atau air fluid level ( gwaltney dkk, 1981; Vortel
dan chow, 1992 )
c. pungsi dan aspirasi
pungsi dan aspirasi penting untuk mendapatkan material yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologis ( Revonta, 1980; Vortel dan Chow, 1992 )
2.2.6 Terapi
Terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen meliputi pemberian
antibiotik,simptomatik,irigasi dan menghilangkan faktor penyebab
1. Antibiotik
8
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 9/26
Pemberian antibiotik sebaiknya sesuai dengan kuman penyebab yang didapatkan
berdasarkan dari data empiris, karena pemeriksaan bakteri dari aspirasi sinus tidak rutin
dikerjakan. Antibiotik diberikan secara teratur dengan dosis adekuat selama 10-14 hari
( White, 1991; mulyarjo,1999 )
2. Simptomatik
Pemberian obat-obatan dekongestan hidung sangat dipoerlukan baik lokal maupun oral,
obat-obatan dekongestan ini berfungsi untuk membuka ostium sinus maksilaris
Pemberian obat obatan anti inflamasi cukup diperlukan mengingat hasil dari proses
inflamasi ini sangat mengganggu gerak silia, selebihnya obat analgetik anti piretik
dipakai untuk mengurangi gejala nyeri yang sering timbul pada sinusitis baik itu nyeri
pipi maupun nyeri kepala
3. Irigasi
Irigasi sinus maksilaris umumnya dilakukan melalui meatus inferior. Tindakan ini tidak
dianjurkan pada sinusitis maksilaris akut dengan febris yang belum mendapatkan terapi
antibiotik karena dapat menimbulkan resiko osteomielitis dan septikemia. Demikian juga
dengan penderita dengan diskontuinitas dasar orbita akibat trauma, irigasi sinus merupakan
suatu kontra indikasi. Komplikasi tindakan ini adalah nyeri dan bengkak di pipi akibatujung trokar masuk ke jaringan lunak pipi, perforasi dasar orbita, serta emboli udara
( Lunds, 1987 )
Irigasi sinus maksilaris pada sinusitis maksilaris akut diindikasikan bila dengan terapi
antibiotik 1 minggu atau lebih tidak timbul perbaikan gejala (Dayal, 1976;Becker,
1989;Wilson 1991;Facer dan Kern 1993,Pederson 1996 )
Irigasi dilakukan untuk mempercepat hilangnya keluhan ( Thaller, 2001) pada sinusitis
dengan penyebab kuman anaerob evakuasi pus dan memperbaiki ventilasi sinus adalah hal
yang penting sehingga perlu dilakukan irigasi sinus pada kasus akut ( Cauwenberge, 1981 )
penggunaan antibiotika saja tanpa drainase pus tidak selalu menghasilkan eradikasi infeksi (
Brook dkk, 1996 ).
9
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 10/26
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
10
Faktor Rhinogen
Proses Inflamasi dan supuratif pada sinus maksilaris
Sinusitis maksilaris subakutSinusitis maksilaris akutsembuhAntibioti Mematikan IrigasiEvakuasi
Oklusi ostium sinus maksilaris
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 11/26
Penjelasan Kerangka Konseptual
Infeksi rhinogen (rhinitis alergi, deviasi septum) dapat menyebabkan terjadinya sinusitis
maksilaris akut rhinogen melalui proses inlamasi dan supuratif sinus maksilaris. Dikatakan akut
jika terjadi kurang dari 4 minggu. Jika lebih dari 4 minggu – 3 bulan dikatakan subakut.
Untuk mendapatkan kesembuhan, pengobatan sinusitis maksilaris akut rhinogen meliputi
pemberian antibiotic dan evakuasi pus di dalam sinus maksilaris. Evakuasi pus dapat kita
lakukan dengan cara irigasi sinus maksilaris. Dengan pemberian antibiotika, fungsi silia yang11
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 12/26
terganggu akan menjadi normal dan bila juga dilakuakn tidur miring pada sisi yang berlawanan
dengan sinus yang sakit, maka drainase sinus berfungsi baik.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tindakan irigasi terhadap kesembuhan
pasien sinusitis maksilaris subakut dentogen yang mendapat terapi medikamentosa. Adanya
kelompok yang mendapat intervensi berupa tindakan irigasi dan variable bebas yang dapat
12
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 13/26
dimanipulasi dengan sempurna oleh peneliti, maka penelitian ini termasuk eksperimental murni
(true experimental research).
Dilakukannya randomisasi alokasi perlakuan dan adanya kelompok kontrol, maka rancangan
penelitian ini adalah randomized pre test-post test design. Dengan rancangan seperti ini akandapat diketahui dengan sangat baik perubahan yang terjadi akibat perlakuan (Pocock, 1986;
Pudjirahardjo, 1993; Zainuddin, 1999).
Untuk meningkatkan objektivitas penelitian dilakukan dengan teknik buta ganda (double
blind ). Kedua kelompok baik kelompok kontrol maupun perlakuan harus sama-sama mendapat
terapi medikamentosa. Perubahan yang terjadi pada kelompok perlakuan yang diberikan
tindakan irigasi akan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan tindakan
irigasi. Dengan demikian, akan dapat dipelajari dengan jelas pengaruh pemberian tindakanirigasi yang dilakukan bersama pemberian medikamentosa terhadap variable yang hendak
diteliti.
Skema Rancangan Penelitian
13
P
S
Kel
I.1
Kel
I.2
Antibiotik +Irigasi
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 14/26
(R)
Keterangan:
P : Populasi S : Sampel R : Randomisasi
Kel I : Kelompok yang diberi terapi antibiotic dan irigasi
Kel II : Kelompok yang diberi terapi antibiotic 1 : pengukuran pertama (awal) 2 : pengukuran kedua (akhir)
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Poli THT RSU Dr. Soetomo Surabaya. Waktu penelitian mulai bulan
Juli-Desember 2013.
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi sasaran, target atau acuan (reference population) dari penelitian ini adalah semua
penderita sinusitis maksilaris rhinogen subakut. Sedangkan populasi terjangkau (accessible
population) adalah semua penderita sinusitis maksilaris rhinogen subakut yang datang berobat di
poliklinik THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Juni-Desember 2013.
14
KelII.1
KelII.2
Antibiotik
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 15/26
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah penderita sinusitis maksilaris rhinogen subakut yang datang
berobat di poliklinik THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Juni-Desember 2013 dan
telah memenuhi criteria penelitian sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria penerimaan sampel merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi agar
dapat di ikut sertakan dalam penelitian, yaitu:
1. Usia 18 tahun ke atas
2. Belum mendapatkan terapi medikamentosa dan irigasi
3. Penderita kooperatif dan bersedia ikut dalam penelitian (menandatangani surat
persetujuan bersedia mengikuti penelitian)
b. Kriteria eksklusi
Kriteria penolakan merupakan berbagai keadaan atau penyakit tertentu yang
menyebabkan sampel harus ditolak meskipun telah memenuhi criteria inklusi, antaralain:
1. Deviasi septumyang berat, polip nasi, tumor kavum nasi dan kelainan lainnya yang
dapat menyebabkan gangguan pafda kompleks osteomeatal (berdasarkan
pemeriksaan rhinoskopi anterior)
2. Wanita hamil atau menyusui
3. Menderita penyakit jantung, DM, TBC, gagal ginjal kronik (berdasarkananamnesis)
4.3.3 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus: (Mardiyono,1995)
15
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 16/26
(Z£ √ 2PQ + Zβ √ P1Q1+P2Q2 )2
n1= n2 =
(P1-P2) 2
P = ½ (P1+P2)
Keterangan:
n : besar sampel
£ : 0,05 maka Z£ : 1,96
β : 0,20 maka Zβ : 0,84
P1: proporsi penderita yang sembuh dengan irigasi = 1 (Tampubolon 1988)
P2: proporsi penderita yang sembuh dengan irigasi = 0,75 (Tampubolon 1988)
n1=n2= (1,96 √ 2. 0,875. 0.125 + 0,48√ 1.0+0,75.0.25 )2
(1-0.75)2
= 26
Jadi besar sampel seluruhnya yang diperlukan adalah 52
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil secara consecutive sampling , selanjutnya dibagi dalam 2 kelompok
(kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Alokasi pengelompokan sampel dilakukan secara
acak (random allocation) dengan menggunakan blok permutasi (random permuted blocks).
16
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 17/26
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.4.1 Variabel bebas
Tindakan irigasi sinusitis maksilaris (nominal)
4.4.2 Variabel tergantung
Hasil terapi (nominal)
4.4.3 Definisi Operasional Variabel
1. Sinusitis maksilaris rhinogen subakut adalah peradangan pada mukosa sinus maksilaris
akibat infeksi rhinogen yang gejala klinisnya berlangsung antara 4 minggu – 3 bulan.
Diagnosis sinusitis maksilaris rhinogen subakut ditegakkan berdasarkan:
a. gejala dan tanda klinis: hidung berbau, pilek, nyeri pipi, secret di meatus medius, post
nasal drip. Gejala hidung berbau harus ada. Gejala dan tanda klinis berlangsung
kurang dari 4 minggu.
b. adanya cairan pada gambaran foto Water’s
c. adanya raktor rhinogen (rhinitis alergi, deviasi septum)
2. Tindakan irigasi sinus maksilaris adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan cairan yang
terdapat pada sinus maksilaris dengan memompakan cairan PZ ke dalam sinus
maksilaris melalui suatu trokar.
3. Hasil terapi yang diberikan ditentukan dengan evaluasi klinis, yaitu dinyatakan:
17
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 18/26
a. sembuh : bila semua tanda dan gejala klinis (hidung berbau, pilek, nyeri pipi, secret
meatus medius, post nasal drip) tidak ada.
b. tidak sembuh : bila tanda dan atau gejala klinis (hidung berbau, pilek, nyeri pipi,
secret meatus medius, post nasal drip) masih ada.
4.5 Instrument Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar pengumpulan data
b. Alat-alat untuk pemeriksaan THT (lampu kepala, speculum hidung, pinset bayonet,spatula lidah, kapas, larutan lidokain 2% efedrin 1%)
c. Alat-alat untuk tindakan irigasi (trokar, speculum hidung, pinset bayonet, spuit 50cc,
cairan PZ, cawan bengkok, larutan lidokain 2% efedrin 1%, silokain semprot 10%, kapas,
kasa sprootjes steril).
4.6 Prosedur Pengumpulan data
4.6.1 Persiapan
Menyusun usulan penelitian, alat penelitian, dan surat persetujuan bersedia ikut dalam
penelitian.
4.6.2 Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan Data
1. Penderita yang telah memenuhi kriteria penelitian dijelaskan tentang tujuan penelitian,
pemeriksaan dan pengobatan yang akan dilakukan. Jika bersedia mengikuti penelitian,
penderita diminta menandatangani surat persetujuan.
18
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 19/26
2. Mengelompokkan penderita sesuai dengan hasil randomisasi blok yang telah dibuat
sebelumnya.
3. a. Pada kelompok tanpa irigasi, diberikan Klindamisin 3 x 300 mg/ hari selama 10 hari.
Penderita dianjurkan tidur miring pada sisi yang berlawanan dengan sinus yang sakit.
b. Pada kelompok yang dilakukan irigasi, dilakukan irigasi sinus pada hari ke-1 dan
diberikan Klindamisin 3 x 300 mg/ hari selama 10hari. Penderita dianjurkan tidur miring
pada sisi yang berlawanan dengan sinus yang sakit.
Teknik irigasi sinus maksilaris sebagai berikut:
1. Memberikan anestesi local di meatus inferior dan medius. Kapas yang telah dibasahi
dengan larutan lidokain 2% efedrin 1% dijepit dengan pinset bayonet. Kapas tersebutdiletakkan di meatus inferior dan medius setelah sebelumnya kavum nasi dibuka
dengan speculum hidung. Setelah 10 menit kapas diambil, kemudian disemprotkan
silokain 10% pada meatus inferior.
2. Melakukan pungsi dengan trokar di meatus inferior arah 30 derajat
3. Mencabut bagian tajam dan dihubungkan sarungnya dengan selang karet yang
terhubung dengan spuit 50 cc.
4. Dilakukan irigasi dengan caoiran PZ pelan-pelan. Mulut penderita dibuka, tahan
nafas, kepala menunduk dan irigasi diulang sampai bersih.
5. Menyemprotkan udara supaya sisa cairan di sinus habis. Penderita kita minta untuk
buang ingus.
6. Memasang kasa sprootjes kering untuk menghentikan perdarahan.
4. Penderita diminta dating kontrol pada hari ke11 untuk evaluasi hasil terapi, yang
meliputi anamnesis dan pemeriksaan klinis. Bila hari ke-11 merupakan hari libur, maka
evaluasi dilakukan pada hari kerja pertama berikutnya.
19
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 20/26
Penderita akan dikeluarkan dari penelitian (drop out ) apabila didapatkan tanda dan gejala sebagai
berikut :
a. Terdapat reaksi alergi dari terapi medikamentosa yang diberikan
b. Tidak datang kontrol
c. Menolak untuk ikut serta lebih lanjut sebagai subjek penelitian (mengundurkan diri)
4.7 Kerangka Operasional
20
Sinusitis Maksilaris Rhinogen Subakut
(anamnesis, pemeriksaan klinis, foto
Water’s)
Hari ke-1 Klindamisin 3 x 300 mg/hr
(10 hari)
Simptomatis:
Randomisasi
Irigasi sinus
Klindamisin 3 x 300 mg/hr
(10 hari)
Simptomatis:
Hari ke-11 Evaluasi:
- Anamnesis
- Pemeriksaan klinis
Evaluasi:
- Anamnesis
- Pemeriksaan
klinis
Analisis data
Laporan hasil
peneitian
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 21/26
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang terkumpul diolah secara deskriptif dan inferensial. Untuk menguji
hipotesis penelitian digunakan uji Chi-square dengan alternative uji Exact Fisher bila syarat
uji Chi-suare tidak terpenuhi.
4.9 Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2013 2014
04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 03
01 Pembuatan proposal X
02 Revisi dan presentasi proposal X X
03 Pengambilan sampel, perlakuan,
evaluasi
X X X X X X
04 Hasil dan analisa data X
05 Penulisan laporan penelitian X
06 Presentasi penelitianX
07 Revisi dan penyerahan hasil X
4.10 Anggaran Penelitian
Rincian Biaya :
Pembuatan dan revisi proposal Rp 100,000,00
Biaya perlakuan Rp 10.000.000,00
Pembuatan laporan hasil penelitian Rp 600.000,00
Presentasi hasil penelitian Rp 1.000.000,00
Lain-lain Rp 300.000,00
21
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 22/26
Rp
12.000.000,00
DAFTAR PUSTAKA
Alberti PW, 1976. Applied Surgical Anatomy of Athe Maxillary Sinus. Otolaryngol Clin NorthAm 9:3-19.
Amedee RG, 1991. Anatomy, physiology, and evaluation ofthe paranasal sinuses. In : Ballenger JJ, ed. Diseases of the nose, throat, ear, head, and neck. 14 th edition. Philadelphia : Lea andFebiger, 168 – 183.
Amedee RG, 1993. Sinus Anatomy and Function. In : Bailey BJ, ed. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Philadelphia: JB Lippincott, 342-349.
Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR, 1989. Ear, Nose and Throat Diseases. Stuttgart : GeorgThieme Verlag, 224-253.
Brook I, 1997. Clindamicyn, Metronidazol. In: Johnson JT, Yu VL. Infectious Diseases and AntiMicrobial Therapy of the Ears, Nose and Throat. Philadelphia : WB Saunders Company, 115 – 119.
Brook I, Yocum P, Frazier EH, 1996 A Bacteriology and beta lactamase activity in acute andchronic maxillary sinusitis. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 22, 418-423.
Brook I, Gooch WM, Jenkins SG, Pichichero ME, Reiner SA, Sher L, et al, 2000. MedicalManagement of acute bacteial sinusitis. Ann Otol Rhinol Laryngol 109 suppl 182, 2-20.
Cade J, 2002. Oral Cutaneus Fistulomery. http:www.emedicine.com/der.m/topic660.htm.Diakses pada tanggal 22-2-2013.
Wilson WR, Montgomerry WW, 1991. Infectious Diseases of the Paranasal Sinuses. In :Paparella MD, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL, et al,eds. Otolaryngology. 3 rd
edition. Philadelphia: WB Saunderds Company, 1843-1860.
Tampubolon DR, 1998. Uji Banding pengobatan sinusitis maksilaris tipe rhinogen dengan irigasidan tanpa irigasi. Karya akhir, Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair/RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
22
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 23/26
Lampiran
LEMBAR PENGUMPUL DATA
No. urut penelitian : Jenis Kelamin :
No. rekam medis : Pendidikan :
Tanggal mulai penelitian : Pekerjaan :
Nama : Umur :
Alamat : No. Telepon :
Hari ke-1
Anamnesis
- Hidung berbau : kanan/kiri, lamanya : ……………..hari/minggu
- Pilek : kanan/kiri/-, warna secret : ……………………………...
- Buntu hidung : kanan/kiri/-
- Terasa lendir di tenggorok : +/-
23
7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed
http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 24/26
- Nyeri pipi : kanan/kiri/-
- Sakit kepala : +/-
- Riwayat sakit gigi geraham atas : +/-
- Panas badan : +/-
- Riwayat Diabetes Mellitus, KP, gagal ginjal kronis : +/-
Pemeriksaan fisik
- Hidung : konka nasi: udem: kanan/kiri/- hiperemi : kanan/kiri/-
Secret meatus medius : kanan/kiri/-
Nyeri tekan pipi : kanan/kiri/-
Transiluminasi : SM ………./……………
- Faring : post nasal drip +/-
Pemeriksaan penunjang
Foto Water’s : perselubungan penuh / air fluid level
Hasil irigasi sinus (pada kelompok dengan irigasi)
Pus : ……………. Fetor : ……………………. Mukoid : …………….. Darah : ………….
24