Post on 23-Jul-2015
Laporan Pengumpulan Data Mengenai e-Procurement di LKPP
Waktu : Kamis, 15 Maret 2012
Tempat : LKPP
Nara sumber : Ir. Ikak G. Patriastomo, MSP
a. Latar belakang dikembangkannya sistem e-Procurement?
Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan salah satu dari 3 (tiga) komponen
utama sistem pendukung manajemen pembangunan nasional sebagaimana
dinyatakan pada Buku II Bab XI RPJMN 2010 – 2014. Untuk mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran RPJMN tersebut, sasaran untuk bidang perencanaan
pembangunan, data dan statistik, serta kebijakan pengadaan barang dan jasa publik
diarahkan untuk mewujudkan:
1. Rencana pembangunan nasional (RPJMN dan RKP) yang berkualitas;
2. Data dan informasi statistik yang lengkap, akurat, dan tepat waktu di seluruh
bidang pembangunan serta meningkatnya pelayanan bagi pengguna data
statistik;
3. Proses pengadaan barang dan jasa publik di lingkungan instansi
pemerintah secara transparan, akuntabel, adil dan efisien, serta
menurunnya praktik penyimpangan atau KKN.
Guna mewujudkan proses pengadaan barang dan jasa publik di lingkungan instansi
pemerintah yang transparan, akuntabel, adil dan efisien, serta menurunkan praktek
penyimpangan atau KKN.
Aplikasi E-Procurement atau disebut Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
telah diimplementasikan oleh LKPP pada 394 LPSE di 225 instansi di seluruh
Indonesia. Penyelenggaraan e-Procurement di Indonesia didukung oleh adanya
kebijakan penerapan e-Procurement dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan terbitnya UU ITE No. 11 Tahun 2008 yang
membari payung terhadap legalitas transaksi secara elektronik.
proses pengadaan secara elektronik dilakukan terhadap proses pemilihan penyedia
dan pengelolaan kontrak pekerjaan pengadaan. Pemilihan penyedia dapat dilakukan
melalui dua mekanisme pengadaan secara elektronik yaitu dengan e-Tendering atau
e-Purchasing:
1. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa
yang terdaftar pada sistem elektronik dengan cara menyampaikan satu kali
penawaran sampai dengan waktu yang telah ditentukan.
2. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog
elektronik.
Adapun tujuan pengadaan barang/jasa secara elektronik adalah :
1. Memperbaiki transparansi dan akuntabilitas;
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;
3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;
4. Mendukung proses monitoring dan audit.
Ideologi yang digunakan dalam e-Procurement adalah “Anti Korupsi”
b. Cakupan sistem e-Procurement?
Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menurut Perpres No. 54 Tahun
2010 yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa, adalah kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi Lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa.
Menurut electronic procurement within the public sector or Government (e-GP),
yang didukung oleh The World Bank, The Inter-American Development Bank dan
The Asian Development Bank, Pengadaan barang itu mulai dari mengindetifikasi
kebutuhan, kemudian melakukan proses pemilihan rekanan (dengan pilihan
Tendering atau Purchasing), melaksanakan kontrak, serah terima barang/jasa
hingga sampai masa jaminan barang/jasa selesai. Digambarkan sebagai berikut:
Direktorat E-Procurement dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. pengembangan sistem dan strategi pengembangan e-procurement;
b. penyusunan pedoman, standar dan manual e-procurement;
c. pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) nasional;
d. pembinaan unit layanan pengadaan secara elektronik;
e. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi pengembangan sistem, pelaksanaan
dan penyusunan pedoman, standar dan manual sistem e-procurement serta
pembinaan unit layanan;
f. pelaksanaan sosialisasi, pemantauan, dan penilaian kinerja pelaksanaan
pedoman, standar dan manual e-procurement.
Interaksi bisnis pengadaan nasional
c. Tujuan sistem e-Procurement?
Tujuan strategis pengadaan nasional adalah mewujudkan pengadaan nasional yang
kredibel dan menyejahterakan bangsa
Melakukan otomasi dan transformasi di bidang pengadaan barang dan jasa
d. Dasar hukum dan peraturan terkait sistem e-Procurement?
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government;
Pada angka 15 Strategi 3 - Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
Disebutkan bahwa ”Pengembangan aplikasi dasar seperti e-billing, e-procurement,
e-reporting yang dapat dimanfaatkan oleh setiap situs pemerintah untuk menjamin
keandalan, kerahasiaan, keamanan dan interoperabilitas transaksi informasi dan
pelayanan publik.”
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah 2010 -1014, Buku II Bab XI
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam proses pengadaan barang dan jasa ini
perlu dilakukan beberapa upaya, seperti (i) mendorong penyusunan rencana
pengadaan barang/jasa melalui aplikasi yang terintegrasi dengan pengusulan
anggaran, (ii) pemantauan terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa agar
sesuai dengan rencana, serta (iii) mendorong pelaksanaan e-procurement di
seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah. Jika ketiga hal ini dilakukan,
diharapkan dapat terwujud efisiensi dan efektivitas anggaran negara dalam
pengadaan barang/jasa.
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
mengatur Ketentuan Umum Pengadaan Secara Elektronik pada pasal 106, 107,
dan 108.
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi;
Instruksi “KESEBELAS: Khusus kepada : “Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas melakukan kajian dan uji coba untuk
pelaksanaan sistem e-procurement yang dapat dipergunakan bersama oleh
Instansi Pemerintah.”
Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2006 tentang Dewan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Nasional;
Salah satu program flagship Dewan Tekonologi dan Komunikasi Nasional dalam
penerapan e-Government adalah “e-procurement”. Program Flagship, yaitu suatu
program Teknologi Informasi dan Komunikasi yang menjadi fokus nasional, yang
memiliki dampak besar pada pemerintah, masyarakat, dan internasional.
Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (Pasal 3 huruf d);
Salah satu fungsi Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
adalah Pembinaan dan pengembangan sistem informasi serta pengawasan
penyelenggaraan pengadaan barang/jasa Pemerintah secara elektronik (electronic
procurement);“
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025 (Lampiran Bab II.2 huruf G)
“Pemanfaatan TI dalam bentuk e-government, e-procurement, e-business dan
cyber law, selain akan menghasilkan pelayanan publik yang lebih cepat, lebih baik
dan lebih murah, juga akan meningkatkan diterapkannya prinsip-prinsip tata
kepemerintahan yang baik”
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
Pada pasal 5, disebutkan bahwa: Informasi Elektronik dan atau Dokumen
Elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah; Informasi
Elektronik dan atau Dokumen Elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan
perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di
Indonesia.
Pada pasal 11, disebutkan bahwa : “Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan
hukum dan akibat hukum yang sah”.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
Muatan/substansi yang mendukung, sesuai bunyi pasal 2 ayat (1), yaitu : “Setiap
Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi
Publik”.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Kehadiran undang-undang tersebut semakin menegaskan pentingnya
menghadirkan pelayanan publik yang berkualitas. Oleh karena itu, teknologi
informasi dapat berperan meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparan, dan
akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik.
e. Arsitektur sistem e-Procurement?
Arsitektur informasi pengadaan nasional:
Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa beberapa data/informasi dikelola oleh LKPP dan
tidak perlu di-share, beberapa data/informasi dikelola oleh LKPP dan di-share kepada
instansi lain, data/informasi yang dikelola oleh masing-masing instansi dan perlu
dishare serta data/informasi yang dikelola masing-masing instansi dan tidak perlu di-
share.
Arsitektur e-Procurement
1. Portal INAPROC menjadi delivery channel pengadaan barang/jasa pemerintah
dan gerbang utama bagi para pihak yang ingin mengakses informasi terkait
pengadaan atau terlibat dalam proses pengadaan itu sendiri;
2. Dikembangkan tiga modul e-Procurement yaitu e-Purchasing yang sudah dalam
tahap pengembangan, dengan rancangan dasar telah disusun oleh Tim
Pengembangan e-Purchasing yang dibentuk oleh LKPP, bekerja sama dengan
tim ITB, Universitas Diponegoro, dan ITS; SPSE atau e- Tendering yang sudah
diterapkan (warna hijau) dengan proses evaluasi penawaran yang masih
dilakukan secara manual; dan e-Contract Management yang pengembangannya
harus melibatkan ranah pengelola keuangan dalam hal ini Kementerian
Keuangan;
3. Saat telah terpilihnya pemenang pengadaan baik melalui e-Purchasing maupun
e-Tendering, maka proses selanjutnya dikelola oleh sistem e-Contract
Management yang dimulai dari proses penyusunan dokumen kontrak,
administrasi penandatanganan kontrak, monitoring kontrak, pembayaran,
sampai dengan serah terima barang;
4. Terintegrasinya sistem e-Contract Management dengan proses administrasi
pemerintahan yang terdiri atas sistem keuangan, sistem pengelolaan aset,
sistem perencanaan, dan sistem kepegawaian untuk proses perencanaan
pengadaan, pembayaran online, pengelolaan aset hasil proses pengadaan, dan
monitoring indikator kinerja pengawai;
5. Terkumpulnya data tertentu yang berasal dari transaksi pengadaan melalui e-
Purchasing dan e-Tendering, e-Contract Management, dan sistem administrasi
kedalam satu datawarehouse pengadaan nasional untuk kepentingan monitoring
pengadaan dan bahan analisis pengembangan strategi dan kebijakan
pengadaan.
Arsitektur aplikasi LKPP ke depan berbasis SOA (Service-Oriented Architecture)
yang nantinya akan memudahkan dalam interoperabilitas antar sistem, bahkan
antar modul, seperti pertukaran layanan atau service dan data. Di satu sisi, hal ini
akan memudahkan pengelolaan dan menjaga kinerja sistem, juga untuk
memberikan fleksibilitas terhadap kebutuhan organisasi yang senantiasa
berkembang.
Tim Pelaksana:
Nama Tanda Tangan Mengetahui,
Penanggung Jawab
Kegiatan,
Dra. Widiastuti
1. M. Iqbal
2. Rizki Malinda I.P
3. Redi Kalingga