TRANSPARANSI DALAM E-PROCUREMENT DI DINAS …

20
TRANSPARANSI DALAM E-PROCUREMENT DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TANGERANG SELATAN Fajrin Zulmi 1 dan Roy Valiant Salomo 2 1 Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UI, Kampus UI Depok 16424 2 Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI, Kampus UI Depok 16424 [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai transparansi dalam pengadaan barang di Layanan Pengadaan Secara Elektronik, khususnya pengadaan barang pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah e-Procurement dalam pengadaan barang di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan transparan. Namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh penyedia yang mengikuti proses pengadaan seperti kurangnya sosialisasi dan pelatihan terkait dengan sistem e-Procurement serta perlunya peningkatan dalam hal aplikasi dan jaringan pada sistem pengadaan secara elektronik. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan agar menjadi acuan ke depan dalam pelaksanaan pengadaan barang pemerintah melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan informasi bagi penyedia barang dalam mempersiapkan perusahaan ketika akan mengikuti pengadaan barang pemerintah secara elektronik. Kata kunci: Transparansi; pengadaan barang; e-Procurement; Layanan Pengadaan Secara Elektronik. Abstract This study aims to provide an overview of the transparency in the procurement of goods in Electronic Procurement Service, particularly in the procurement of Population and Civil Registration Agency, South Tangerang City. This study uses quantitative research methods with descriptive analysis techniques. The results of this research is e-Procurement in the procurement of goods at the Population and Civil Registration Agency South Tangerang City can be said transparent. However there are some problems faced by providers who follow the procurement process such as lack of socialization and training related to e-Procurement system and the need for improvement in terms of applications and network on the electronic procurement system. This study is expected to be an input for the South Tangerang City Local Government in order to be a reference for the implementation of government procurement through the Procurement Service. This study is also expected to be a reference for the goods providers in preparing their companies to follows the electronic government procurement. Keywords: Transparency; procurement; e-Procurement; Electronic Procurement Service. Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

Transcript of TRANSPARANSI DALAM E-PROCUREMENT DI DINAS …

TRANSPARANSI DALAM E-PROCUREMENT

DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

KOTA TANGERANG SELATAN

Fajrin Zulmi1 dan Roy Valiant Salomo2

1Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UI, Kampus UI Depok 16424

2Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI, Kampus UI Depok 16424

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai transparansi dalam pengadaan

barang di Layanan Pengadaan Secara Elektronik, khususnya pengadaan barang pada Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah

e-Procurement dalam pengadaan barang di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Tangerang Selatan dapat dikatakan transparan. Namun masih terdapat beberapa permasalahan

yang dihadapi oleh penyedia yang mengikuti proses pengadaan seperti kurangnya sosialisasi

dan pelatihan terkait dengan sistem e-Procurement serta perlunya peningkatan dalam hal

aplikasi dan jaringan pada sistem pengadaan secara elektronik. Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan agar menjadi acuan ke depan

dalam pelaksanaan pengadaan barang pemerintah melalui Layanan Pengadaan Secara

Elektronik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan informasi bagi penyedia

barang dalam mempersiapkan perusahaan ketika akan mengikuti pengadaan barang

pemerintah secara elektronik.

Kata kunci:

Transparansi; pengadaan barang; e-Procurement; Layanan Pengadaan Secara Elektronik.

Abstract

This study aims to provide an overview of the transparency in the procurement of goods in

Electronic Procurement Service, particularly in the procurement of Population and Civil

Registration Agency, South Tangerang City. This study uses quantitative research methods

with descriptive analysis techniques. The results of this research is e-Procurement in the

procurement of goods at the Population and Civil Registration Agency South Tangerang City

can be said transparent. However there are some problems faced by providers who follow the

procurement process such as lack of socialization and training related to e-Procurement

system and the need for improvement in terms of applications and network on the electronic

procurement system. This study is expected to be an input for the South Tangerang City Local

Government in order to be a reference for the implementation of government procurement

through the Procurement Service. This study is also expected to be a reference for the goods

providers in preparing their companies to follows the electronic government procurement.

Keywords:

Transparency; procurement; e-Procurement; Electronic Procurement Service.

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Reformasi administrasi (administrative reform) merupakan bagian dari perubahan

masyarakat. Reformasi administrasi berkaitan dengan aktivitas politik untuk melakukan

rasionalisasi organisasi publik, perbaikan pelayanan publik, dan penguatan partisipasi politik

masyarakat (Caiden, 1969: 4-9). Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan salah satu

kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik, seperti tertera

dalam Pasal 5 UU Pelayanan Publik. Sama seperti penyelenggaraan pelayanan publik lainnya,

pengadaan pemerintah dapat diselenggarakan secara konvensional atau dengan memanfaatkan

teknologi. Selama ini, pengadaan pemerintah yang dilakukan secara konvensional dinilai

memiliki beberapa kelemahan (Asian Development Bank, 2004: 69), yaitu: 1) kelemahan

pertama terkait dengan transparansi; 2) Ruang lingkup kompetisi yang terbatas dan prosedur

pengawasan yang lebih ketat membuat proses pengadaan menjadi kurang efisien; dan 3)

kekurangan dari sisi transparansi dan efisiensi membuat pengadaan pemerintah kurang

berfungsi sebagai perangkat untuk memajukan pembangunan.

Pengadaan pemerintah telah melewati sejarah panjang dan berbagai bentuk

penyimpangan telah teridentifikasi. Adapun penyimpangan dalam pengadaan pemerintah

terjadi dalam bentuk (Patriastomo, 2005): 1) Pengadaan secara arisan dan adanya kick-back

selama proses pengadaan; 2) Melakukan suap untuk memenangkan pengadaan; 3) Proses

pengadaan yang tidak transparan; 4) Satuan kerja tidak mengumumkan rencana pengadaan; 5)

Pemasok mematok harga yang lebih tinggi (mark-up); 6) Memenangkan perusahaan saudara,

kerabat, atau kelompok tertentu; 7) Tidak membuka akses bagi peserta dari daerah sekitarnya;

8) Membuat spesifikasi teknis yang hanya dapat dipasok oleh satu pelaku usaha tertentu; 9)

Adanya pemasok yang tidak memenuhi kelengkapan administrasi namun tetap dapat ikut

pengadaan dan bahkan menang; 10) Menggunakan metoda pemilihan penyedia barang/jasa

pemerintah yang tidak seharusnya untuk mencapai maksud tertentu (metoda penunjukan

langsung) untuk pengadaan yang seharusnya dilelang secara terbuka; serta 11) Pemecahan

paket pengadaan yang tidak sesuai ketentuan.

Inovasi layanan pengadaan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) diharapkan dapat mengatasi permasalahan di atas, seperti halnya TIK

membantu mempercepat dan mengefisienkan penyelenggaraan pelayanan publik lainnya. E-

Procurement dianggap sebagai salah satu inisiatif e-Government yang paling efektif

memberikan hasil nyata dalam bentuk transparansi dan efisiensi proses pengadaan

pemerintah, e-Procurement sering dianggap sebagai penggerak utama (prime mover) dari e-

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

Government (Magrini, 2005). Pengadaan secara elektronik (e-Procurement) bagi pemerintah

diharapkan tidak hanya meningkatkan transparansi, tetapi juga memberikan efisiensi yaitu

dalam hal harga yang lebih rendah, biaya transaksi yang lebih murah, layanan publik yang

lebih baik, dan siklus pengadaan yang lebih pendek (Manalo, 2005).

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah secara tegas menjamin peran dan partisipasi seluruh masyarakat

(stakeholders) dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Keinginan untuk

menyelenggarakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara lebih efektif, efisien dan

akuntabel serta mengutamakan penerapan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat,

transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi semua pihak telah mendorong pemerintah

untuk segera menyelenggarakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik

dengan berbasis pada internet (e-Procurement). Pada dasarnya e-procurement dimaksudkan

terutama untuk (Patriastomo, 2005): 1) Meningkatkan transparansi dan keterbukaan dalam

proses pengadaan barang/jasa Pemerintah; 2) Meningkatkan persaingan yang sehat dalam

rangka menyediakan pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan; serta 3)

Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan proses pengadaan barang/jasa

Pemerintah.

Atas dasar itulah, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden

Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

untuk membentuk Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang

sudah diamanatkan sebelumnya dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, 2009: 18). Dalam hal penyelenggaraan pengadaan barang/jasa

pemerintah secara elektronik, LKPP telah mengembangkan sistem aplikasi e-Procurement

dengan berlandaskan pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Selanjutnya, penggunaan aplikasi tersebut

diperluas dengan peran serta dan kerjasama dengan berbagai pihak dengan membentuk

Layanan Pengadaan Secara Elektronik di berbagai instansi (Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, 2009: 19).

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Tangerang Selatan adalah unit

kerja yang dibentuk di Kota Tangerang Selatan untuk menyelenggarakan sistem pelayanan

pengadaan barang/jasa secara elektronik serta memfasilitasi Unit Layanan Pengadaan

(ULP)/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik

(lpse.tangerangselatankota.go.id). Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008.

Pembentukan daerah otonom baru tersebut, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten

Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan

potensi daerah (tangerangselatankota.go.id).

Reformasi administrasi, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, merupakan bagian

dari perubahan masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas politik untuk melakukan

rasionalisasi organisasi publik, perbaikan pelayanan publik, dan penguatan partisipasi politik

masyarakat. Salah satu bagian penting dalam reformasi administrasi ialah perbaikan

pelayanan publik, dalam hal ini terkait dengan pelayanan administrasi kependudukan di Kota

Tangerang Selatan. Administrasi kependudukan merupakan urusan pemerintahan yang

bersifat concurrent, artinya urusan pemerintahan tersebut merupakan urusan pemerintahan

yang ditangani secara bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Sebagai daerah otonom baru, Kota Tangerang Selatan dituntut untuk segera melakukan

upaya-upaya atau terobosan-terobosan yang dapat mengantarkan penyelenggaraan

administrasi kependudukan berjalan secara optimal dalam rangka menopang penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan, serta peningkatan pelayanan prima terhadap masyarakat

(Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan,

2011).

Peranan penting Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebut tertuang dalam misi

keenam Kota Tangerang Selatan, yaitu untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan yang

baik dan bersih, hal tersebut bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan tata pemerintahan

yang baik dan bersih, partisipatif, transparan, akuntabel, dan berdedikasi, sehingga untuk

memaksimalkan pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil yang diberikan harus

didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang menunjang proses pelayanan administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil. Karena kompleksnya permasalahan kependudukan dan

pencatatan sipil yang ada di Kota Tangerang Selatan dan antisipasi terhadap perubahan

globalisasi, maka diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasinya agar penyelenggaraan

administrasi kependudukan berjalan secara optimal dalam rangka menopang penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan serta peningkatan pelayanan prima terhadap masyarakat,

sekaligus meminimalisir penyimpangan dalam pengadaan barang pemerintah untuk

menciptakan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dan bersih, partisipatif,

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

transparan, akuntabel, dan berdedikasi untuk memaksimalkan pelayanan kependudukan dan

pencatatan sipil, salah satunya ialah melalui transparansi dalam pengadaan barang secara

elektronik (e-Procurement) di lingkungan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Tangerang Selatan.

1.2. Pokok Permasalahan

Pengadaan barang pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah satu bagian

penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu perwujudan dari hal

tersebut adalah dengan pelaksanaan proses pengadaan barang pemerintah secara elektronik (e-

Procurement), yaitu pengadaan barang yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi

informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, permasalahan yang akan

dibahas adalah bagaimanakah transparansi dalam pengadaan barang di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang Selatan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai transparansi dalam

pengadaan barang di Layanan Pengadaan Secara Elektronik, khususnya pengadaan barang

pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Tangerang Selatan.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengadaan (Procurement)

Pengadaan pada prinsipnya adalah kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa secara

transparan, efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya (Nur

Bahagia, 2011: 11). Pengadaan barang/jasa dilaksanakan dengan menggunakan prinsip dasar

sebagai berikut (Nur Bahagia, 2011: 22):

a) Transparan, semua ketentuan dan informasi, baik teknis maupun administratif termasuk

tata cara peninjauan, hasil peninjauan, dan penetapan Penyedia Barang/Jasa harus

bersifat terbuka bagi Penyedia Barang/Jasa yang berminat dan mampu tanpa

diskriminasi;

b) Adil, tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua calon Penyedia

Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu,

dengan cara atau alasan apapun;

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

c) Bertanggung jawab, mencapai sasaran baik fisik, kualitas, kegunaan, maupun manfaat

bagi kelancaran pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebijakan serta

ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa;

d) Efektif, sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya bagi para pihak terkait;

e) Efisien, menggunakan dana, daya, dan fasilitas secara optimum untuk mencapai sasaran

yang telah ditetapkan dengan biaya yang wajar dan tepat pada waktunya;

f) Kehati-hatian, berarti senantiasa memperhatikan atau patut menduga terhadap

informasi, tindakan, atau bentuk apapun sebagai langkah antisipasi untuk menghindari

kerugian material dan imaterial selama proses pengadaan, proses pelaksanaan

pekerjaan, dan paska pelaksanaan pekerjaan;

g) Kemandirian, berarti suatu keadaan dimana pengadaan barang/jasa dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun;

h) Integritas, berarti pelaksana pengadaan barang/jasa harus berkomitmen penuh untuk

memenuhi etika pengadaan; serta

i) Good Corporate Governance, memenuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang

baik (good corporate governance).

2.2. Pengadaan Secara Elektronik (e-Procurement)

E-procurement dapat didefinisikan sebagai lompatan besar dalam usaha pembangunan

jangka panjang, dimana rantai pasokan dari penjual melalui pembeli menjadi sebuah proses

yang terus-menerus tanpa adanya gangguan yang membentang (Neef, 2001: 38). E-

procurement merupakan teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi pengadaan barang

melalui internet, manajemen seluruh aktivitas pengadaan secara elektronik, dan aspek-aspek

fungsi pengadaan yang didukung oleh bermacam-macam bentuk komunikasi secara

elektronik (Davila, Gupta dan Palmer, 2002). Secara umum tujuan dari diterapkannya e-

Procurement yaitu untuk menciptakan transparansi, efisiensi dan efektifitas serta akuntabilitas

dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara pengguna jasa dan

penyedia jasa (Demin, 2002). Adapun tujuan dari e-Procurement, yaitu: 1) Memperbaiki

tingkat layanan kepada para user; 2) Mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang

lebih terintegrasi melalui rantai suplai perusahaan; dan 3) Mengefektifkan penggunaan

sumber daya manusia dalam proses pengadaan. Pengadaan barang/jasa secara elektronik

bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan

persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, mendukung

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

proses monitoring dan audit, serta memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time (e-

proc.lkpp.go.id).

Manfaat tertentu dari e-Procurement di sektor publik diperkirakan mencakup

transparansi yang lebih besar dalam pengadaan melalui pengadaan secara elektronik,

pemberitahuan tender dan penghargaan kontrak. Hal ini pada gilirannya kemungkinan akan

meningkatkan akuntabilitas dan mengurangi kasus korupsi (United Nations, 2006: 16). Selain

meningkatkan akuntabilitas dan mengurangi kasus korupsi, e-Procurement juga dapat

digunakan sebagai sarana untuk monitoring dan evaluasi atas indikator kinerja pengadaan

barang/jasa pemerintah yang dapat ditinjau dari beberapa kategori (World Bank, 2009), yaitu

diantaranya:

a) Tata Kelola yang mencakup aspek Transparansi dan Akuntabilitas

• Jumlah pengadaan yang diumumkan secara elektronik;

• Jumlah dokumen pengadaan yang diunggah secara elektronik;

• Jumlah pengadaan yang telah ditentukan pemenangnya;

• Seberapa luas e-Procurement memberikan kesempatan kepada penyedia

barang/jasa untuk ikut berkompetisi;

• Seberapa banyak penurunan jumlah sanggah yang muncul dari masing-masing

paket pengadaan; dan

• e-Procurement dapat digunakan untuk melakukan monitoring kinerja pelaku

usaha, termasuk mengkategorikan dalam daftar hitam bagi pelaku usaha yang

tidak memiliki integritas.

b) Efisiensi dan Efektivitas

• Seberapa besar e-Procurement mengurangi biaya yang dikeluarkan dan waktu

yang diperlukan untuk melakukan proses pengadaan; dan

• Seberapa dekat harga yang ditawarkan terhadap harga pasar.

Sistem pengadaan secara elektronik (e-Procurement) dalam implementasinya memiliki

banyak keunggulan. Keunggulan dalam implementasi e-Procurement adalah dapat

mengefisienkan proses pengadaan, serta dapat memangkas proses kerumitan dalam

pengadaan secara konvensional dan sekaligus memangkas biaya (Padeli, 2008).

2.3. Transparansi

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang

untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang

kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai (Krina, 2003:

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

18). Transparansi dibangun atas kebebasan arus informasi, dapat diakses secara langsung bagi

yang membutuhkan, serta disediakan informasi yang cukup agar mudah dipahami dan

melakukan pengawasan (United Nations, 2007: 9).

Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat umum dan

kejelasan (clarity) tentang peraturan, undang-undang, dan keputusan pemerintah (Asian

Development Bank, 1999: 7-13). Adapun indikator dari transparansi tersebut adalah:

a) Akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu (accurate and timely) tentang

kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang sangat penting bagi pengambilan keputusan

ekonomi oleh para pelaku swasta;

b) Data tersebut harus bebas didapat dan tersedia (freely and readily available); serta

c) Aturan dan prosedur yang “simple, straight forward and easy to apply” untuk

mengurangi perbedaan dalam interpretasi.

Transparansi menjadi hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan yang

demokratis. Masyarakat harus memiliki akses ke informasi sehingga mereka dapat

berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan (Kim, 2007). Adapun unsur-unsur

transparansi tersebut meliputi kejelasan (clarity) dalam arti mudah dipahami/dimengerti oleh

masyarakat, aksesibilitas (accessibillity) dalam arti adanya pertukaran informasi dua arah,

integrasi (integration) dalam arti dapat menjelaskan dan memberikan informasi tambahan

yang dibutuhkan masyarakat, serta rasional (rationality) dalam arti adanya proses yang

konsisten, terstandarisasi, formal, dan dapat diupgrade.

3. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif untuk membuktikan kebenaran (justifikasi) satu varibel yaitu transparansi. Variabel

tersebut digunakan untuk menjustifikasi bagaimana transparansi dalam pengadaan barang

secara elektronik (e-Procurement) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

(Disdukcapil) Kota Tangerang Selatan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Kota Tangerang Selatan.

Teknik pengumpulan data dalam metode penelitian ini adalah kualitatif melalui

wawancara mendalam (depth interview) dan studi literatur untuk mengetahui bagaimana

transparansi dalam pengadaan barang secara elektronik di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota

Tangerang Selatan. Jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian

adalah data primer dan data sekunder.

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

3.1. Data Primer

Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab

permasalahan penelitian secara khusus. Data primer didapatkan secara langsung pada sumber-

sumber data melalui instrumen pengambilan data berupa wawancara mendalam pada

informan penelitian. Wawancara mendalam dilakukan berdasarkan pedoman wawancara

untuk mengetahui bagaimana transparansi dalam pengadaan barang secara elektronik (e-

Procurement), baik dari sisi panitia pengadaan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Tangerang Selatan maupun dari sisi penyedia yang mengikuti pengadaan barang melalui

Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang Selatan.

3.2. Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Tangerang Selatan tahun 2011-2016, informasi yang terdapat dalam website resmi Kota

Tangerang Selatan dan informasi pengadaan barang secara elektronik di website Layanan

Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang Selatan, serta data yang diperoleh melalui studi

literatur seperti buku, jurnal, artikel, skripsi, tesis, dan berbagai literatur lain yang mendukung

dan membantu peneliti dalam menjawab permasalahan serta tujuan penelitian.

Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel (univariat), yaitu transparansi. Analisis

data yang digunakan oleh peneliti merupakan teknik analisis deskriptif. Teknik analisis

deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui wawancara mendalam

sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Awal rencana analisis data adalah melalui variabel transparansi, dari variabel tersebut

diperoleh 4 (empat) dimensi, tiap-tiap dimensi kemudian dijabarkan menjadi pertanyaan-

pertanyaan untuk pedoman wawancara. Wawancara dilakukan kepada panitia pengadaan dan

penyedia barang dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara untuk

mengetahui bagaimana transparansi dalam e-Procurement di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan. Dari hasil wawancara tersebut disusun verbatim

(hasil wawancara), kemudian dilakukan analisis dengan didukung oleh data sekunder berupa

informasi yang diperoleh melalui Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Tangerang Selatan tahun 2011-2016, website resmi Pemerintah Kota Tangerang

Selatan, website Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang Selatan, dan teori-

teori yang digunakan untuk membantu dalam melakukan analisis data.

Dalam melakukan penelitian mengenai transparansi dalam e-Procurement di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan ini, penyedia merupakan

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

informan penting yang dapat menggambarkan bagaimana transparansi dalam e-Procurement

di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan. Keterbatasan

penelitian yang dihadapi adalah sulitnya mencari informan dan melakukan wawancara

mendalam (tatap muka/melakukan wawancara) pada penyedia barang yang mengikuti

pengadaan barang secara elektronik melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik,

khususnya penyedia yang mengikuti pengadaan barang secara elektronik di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan.

4. Hasil dan Pembahasan

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangerang Selatan

sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan pelayanan administrasi

kependudukan guna memenuhi kebutuhan sarana dan prasana dalam menunjang kegiatan

pelayanan kepada masyarakat menetapkan 7 (tujuh) jenis paket pengadaan barang secara

elektronik (e-Procurement). Ketujuh paket tersebut tertuang dalam Rencana Umum

Pengadaan Barang/Jasa Disdukcapil Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2012 (Tabel

4.1.), meliputi kegiatan identifikasi kebutuhan pengadaan barang/jasa yang diperlukan,

susunan dan penetapan rencana penganggaran untuk pengadaan barang/jasa di Disdukcapil

Kota Tangerang Selatan pada Tahun Anggaran 2012, dan kebijakan umum tentang pemaketan

pekerjaan, cara pengadaan barang/jasa, serta pengorganisasian pengadaan barang/jasa.

Tabel 4.1. Rencana Umum Pengadaan Disdukcapil Kota Tangerang Selatan Tahun

2012

No. Nama Paket Cara Pengadaan

Rencana Penganggaran

Pagu

Anggaran

(Rp)

Sumber

Dana

PROGRAM PENATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

1. Peningkatan Pelayanan Publik Dalam Bidang Kependudukan

a

Cetak Sarana pendukung

pelayanan administrasi

kependudukan (non-security

printing)

Pelelangan Sederhana 199,985,000 APBD 2012

b

Cetak Sarana pendukung

pelayanan administrasi

kependudukan (security

printing)

Pelelangan Umum 653,855,000 APBD 2012

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

Tabel 4.2. (Sambungan) Rencana Umum Pengadaan Disdukcapil Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012

2. Penerapan KTP Elektronik

a Penyediaan Barang Cetakan

Pamfleat dan Leafleat Pelelangan Sederhana 132,657,500 APBD 2012

b Penyediaan Barang Cetakan

Baliho, Spanduk dan banner Pelelangan Sederhana 199,015,750 APBD 2012

c Penyediaan Alat Tulis Kantor

(ATK) Pelelangan Sederhana 196,698,795 APBD 2012

d

Penyediaan Peralatan Penunjang

KTP Elektronik (PC, Scanner,

UPS, Camera Digital,

Software/Application/OS)

Pelelangan Umum 1,512,500,000 APBD 2012

e Pengadaan Genset untuk Dinas

dan Kecamatan Pelelangan Umum 346,400,000 APBD 2012

TOTAL ANGGARAN 3,527,112,045

Sumber: Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, telah diolah kembali

4.1.1. Kejelasan (Clarity)

1) Ketentuan dan Informasi

Kejelasan (clarity) mengandung arti bahwa pemerintah mampu menjelaskan kepada

masyarakat, dalam hal ini baik bagi penyedia yang telah terdaftar pada LPSE Kota Tangerang

Selatan maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui jenis pengadaan yang dilelangkan,

bahwa e-Procurement bertujuan untuk meningkatkan transparansi dikarenakan semua

ketentuan dan informasi bersifat terbuka bagi penyedia barang yang berminat dan mampu

tanpa diskriminasi. Adapun dasar hukum pelaksanaan atau ketentuan teknis dalam kegiatan

pengadaan barang secara elektronik di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012

dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berada dalam:

1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

2) Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1

Tahun 2011 tentang Tata Cara e-Tendering; dan

3) Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 97 Tahun 2011 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (e-Procurement).

Adapun maksud ditetapkannya Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 97 Tahun

2011 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (e-Procurement) adalah

sebagai dasar untuk penerapan sistem e-Procurement di wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal

ini sebagaimana diperkuat oleh kutipan hasil wawancara berikut:

Dari segi peraturannya, bisa diakses di sistem, sudah diatur ya semua. Ada payung

hukumnya, infonya jelas, teknis administratifnya ada (Wawancara dengan Novy

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan

Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang

Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).

2) Akses Pasar dan Persaingan Usaha yang Sehat

Dengan adanya kejelasan informasi yang terkait dengan proses pengadaan barang secara

elektronik dapat meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, dikarenakan jika

belum saatnya pengadaan tersebut diumumkan di portal LPSE Kota Tangerang Selatan, maka

panitia maupun penyedia tidak akan mengetahui pengadaan apa saja yang akan dilaksanakan

di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, hal tersebut tentu saja menjamin transparansi dalam

pengadaan barang pemerintah karena informasi yang berkaitan dengan pengadaan barang

akan diumumkan kepada publik melalui portal LPSE.

3) Mengurangi Kasus Korupsi dalam Pengadaan Barang Pemerintah

Adanya kejelasan dalam hal ketentuan dan informasi yang bersifat teknis dan

administratif diharapkan dapat mengurangi kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)

dalam pengadaan barang pemerintah. Hal ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara

berikut:

Ya, karena data hasil tersimpan databasenya di LKPP, di server LKPP. Tapi kalo, kalo

saya pikir untuk masalah kasus korupsi ini ga masuk di ranah LPSE ya, karena gini, kita

hanya proses administrasi, jadi proses di aplikasi LPSE ini tidak terjadi indikasi

kerugian negara tidak muncul. Jadi yang di ranah, di aplikasi ini tidak dimungkinkan

adanya kerugian negara. Hanya seleksi administratif (Wawancara dengan Novy Ahmad

Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan

Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia

Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).

4) Memenuhi Kebutuhan Akses Informasi yang Real Time

Kejelasan dalam hal ketentuan dan informasi yang bersifat teknis dan administratif,

terjadinya peningkatan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat dalam pengadaan barang,

serta tidak terjadinya indikasi kerugian negara dalam proses pengadaan barang pemerintah

melalui LPSE, dikarenakan hal tersebut dapat memenuhi kebutuhan akses informasi yang real

time, baik bagi panitia pengadaan maupun penyedia dan masyarakat umum yang ingin

mengetahui proses pengadaan barang di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan. Hal ini

sebagaimana dikutip dari hasil wawancara berikut:

Kalo kebutuhan akses informasi yang real time itu otomatis. Ketika ada perubahan

jadwal, informasi kepada penyedia ya bukan ke masyarakat umum, ke penyedia yang

mengikuti dan terdaftar di LPSE itu otomatis, langsung terkirim ke email mereka. Jadi

perubahan jadwal, perubahan apapun, itu disampaikan langsung otomatis sistem ke

email mereka (Wawancara dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei

2013).

5) Menciptakan Partisipasi Aktif Penyedia

Adanya kejelasan dalam hal ketentuan dan informasi, terjadinya peningkatan akses

pasar dan persaingan usaha yang sehat, tidak terjadinya indikasi kerugian negara dalam proses

pengadaan barang pemerintah melalui LPSE, terpenuhinya kebutuhan akses informasi yang

real time pada akhirnya mampu menciptakan partisipasi aktif penyedia dalam pengadaan

barang pemerintah secara elektronik. Hal ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara

berikut:

Kalo secara aplikasi, banyak ya penyedia yang mendaftar, penyedia juga cukup aktif.

Yang kita evaluasi tuh yang melakukan upload dokumen penawaran (Wawancara

dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan

Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).

4.1.2. Aksesibilitas (Accessibility)

1) Mudah Diikuti/Diawasi

Aksesibilitas (accessibility) dapat diartikan bahwa proses dalam setiap tahapan

pengadaan akan dengan mudah diikuti/diawasi oleh seluruh stakeholders (penyedia dan

masyarakat umum). Proses dalam setiap tahapan pengadaan dapat dengan mudah diikuti oleh

penyedia yang telah melengkapi persyaratan. Hal tersebut juga diperkuat berdasarkan kutipan

wawancara berikut:

Ya pasti mudah diikutin ya, mudah diikutin ya kan. Kalo dibandingin konvensional ya,

pasti menghemat biaya. Satu mudah, dua menghemat biaya, dan satu lagi inget ya

softwarenya tolong diingetin, masalahnya kita kalo ngupload suka lama, kita ngupload

suka lama, itu mungkin mereka harus tambah dayanya, kalo bisa setinggi-tingginya,

keamanan juga ditingkatkan. Jadi kalo saya, menurut saya, kasih seluas-luasnya itu

softwarenya itu setinggi-tingginya, jangan tanggung-tanggung kalo untuk ini kan

(Wawancara dengan Bapak Yos, Direktur CV. Lumbung Kencana Sakti pada tanggal 29

Mei 2013).

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, proses dalam setiap tahapan pengadaan dapat

dengan mudah diikuti oleh penyedia yang telah melengkapi persyaratan teknis dan

administratif, proses tersebut juga lebih mudah diikuti oleh penyedia jika dibandingkan

dengan proses pengadaan barang secara konvensional. Akan tetapi, penyedia mengeluhkan

rendahnya kualitas infrastruktur jaringan (software) yang menghambat penyedia ketika akan

melakukan upload dokumen penawaran.

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

2) Berlangsung Secara Transparan

Tahapan pengadaan barang secara elektronik tersebut juga berlangsung secara

transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel sehingga diharapkan mampu mendorong

terjadinya persaingan yang lebih sehat dan mencegah tindakan KKN dalam pelaksanaan

pengadaan barang pemerintah. Hal ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara berikut:

KKN itu kecil ya kalo di e-proc, ga bisa kan kalo di sistem. Udah diatur semua kan

sama sistem, udah ada ketentuan sama aturan yang jelas juga disitu (Wawancara dengan

Bapak Yos, Direktur CV. Lumbung Kencana Sakti pada tanggal 29 Mei 2013).

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, tahapan pengadaan barang secara elektronik

dapat dikatakan berlangsung secara transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel karena

terdapat ketentuan teknis yang jelas.

3) Adanya Pertukaran Informasi Dua Arah

Tahapan pengadaan yang mudah diikuti/diawasi, berlangsung secara transparan,

adil/tidak diskriminatif dan akuntabel dapat menimbulkan persaingan yang lebih sehat dan

mencegah tindakan KKN dalam proses pengadaan barang pemerintah secara elektronik yang

pada akhirnya mampu menciptakan pertukaran informasi dua arah, yaitu penyedia dapat

meminta dan menerima dokumen pemerintah tentang pengadaan barang melalui e-

Procurement. Hal ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara berikut:

Ya dikasih tau, kan dapet itu ya, dapet itu ya, kalo ada informasi pasti disampaikan via

email (Wawancara dengan Bapak Harun, Direktur CV. Jabaru pada tanggal 29 Mei

2013).

Melalui pertukaran informasi dua arah tersebut, diharapkan pemerintah membantu

penyedia dalam mencari dan memahami informasi, salah satu kemudahan bagi penyedia

adalah tiap informasi akan otomatis disampaikan oleh sistem ke email penyedia yang telah

teregister di sistem LPSE Kota Tangerang Selatan. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara

kepada penyedia yang ditemui, terdapat beberapa masalah yang dialami oleh penyedia. Hal

ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara berikut:

Kalo menurut saya ya, pemerintah kurang ya, harusnya pemerintah itu ya ada pelatihan

ada sosialisasi terutama bagi penyedia jasa itu tadi ya (Wawancara dengan Bapak

Harun, Direktur CV. Jabaru pada tanggal 29 Mei 2013).

Kurangnya peranan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan, dalam hal ini LPSE

Kota Tangerang Selatan membantu penyedia dalam mencari dan memahami informasi

diperkuat dengan kutipan wawancara berikut:

Ya kalo, itu mah, pelayanan cukup bagus ya, maksudnya jadi kalo ada keluhan kita

dikasih tau jawabannya. Masalah itu ada di keterbatasan software, keterbatasannya ya

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

kan, jadi ya mesti diperbaikin sistemnya jadi kalo kita mau ngupload ga suka error, jadi

kita bisa kerja. Jadi kalo di Tangsel ini sistemnya sebenernya udah bagus tapi

masalahnya ya itu di softwarenya, jadi berikan seluas-luasnya, ini kan disini kalo

ngupload suka lama. Begitu jadi, ya, jadi sebenernya jangan tanggung-tanggung, gitu

aja. LKPP dengan LPSE ini cukup bagus, menurut saya, saya salah satu yang

mendukung gitu ya program ini. Jadi masalah untuk penyedia disini tuh ya softwarenya,

perbaiki lagi softwarenya, gitu aja (Wawancara dengan Bapak Yos, Direktur CV.

Lumbung Kencana Sakti pada tanggal 29 Mei 2013).

4.1.3. Integrasi (Integration)

1) Memperbaiki Tingkat Layanan Kepada Para User

Integrasi (integration) dalam transparansi adalah memperbaiki tingkat layanan kepada

para user, dalam hal ini bagi panitia pengadaan dan juga penyedia yang mengikuti proses

lelang secara elektronik di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan. Hal ini sebagaimana dikutip

dari hasil wawancara berikut:

Kalo dari segi panitia, aplikasi ini mempermudah kerja kita, keterjaminan kerahasiaan

penyedia itu benar-benar terjamin. Kalo dari segi penyedia, ini kan yang dipergunakan

kan teknologi ya, suka ada gangguan pada saat upload dokumen penawaran

(Wawancara dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala

Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).

2) Mengefektifkan Penggunaan Sumber Daya Manusia

Selain memperbaiki tingkat layanan kepada para user, dengan pengadaan barang secara

elektronik juga dapat mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses

pengadaan. Hal tersebut diperkuat dengan kutipan wawancara berikut:

Mengefektifkan sumberdaya manusia dalam proses pengadaan, ya, karena kalo dengan

sistem SPSE ya itu tidak memakai banyak sumberdaya manusia karena cukup dengan

sistem informasi (Wawancara dengan Erik Herdiana SE., menjabat sebagai Verifikator

LPSE pada tanggal 29 Mei 2013).

3) Mengefisiensikan Proses Pengadaan

Keunggulan dalam e-Procurement yang dapat memperbaiki tingkat layanan kepada para

user dan mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses pengadaan,

diharapkan dapat memangkas proses kerumitan dalam pengadaan secara konvensional dan

sekaligus memangkas biaya. Hal tersebut sebagaimana hasil kutipan wawancara berikut:

Biaya itu pasti kita kepangkas, itu kan biaya kalo yang manual itu yang harus kita

keluarkan, satu pasti kalo kita mengundang mereka itu makan minumnya harus ada,

kedua itu kita harus ada biaya fotocopy, biaya ATK atau pendukung kita harus ada, kalo

ini nggak kita lewat aplikasi aja. Lewat aplikasi aja kita periksa, selesai. Nanti, dimana

kita akan mendapatkan hardcopynya penawaran mereka pada saat pembuktian

kualifikasi. Kalo dari segi mereka, penyedia, dia ga akan mengeluarkan biaya tambahan

untuk transport mereka bolak-balik, waktunya mereka, mereka cukup dari rumah, kjadi

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

ya efektif lah, efisien sekali (Wawancara dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH.,

menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada

tanggal 28 Mei 2013).

4.1.4. Rasionalitas (Rationality)

1) Jumlah Pengadaan yang Diumumkan

Rasional (rationality) dalam transparansi adalah mampu menjelaskan dan

mengungkapkan jumlah pengadaan yang diumumkan secara elektronik. Hal ini sebagaimana

kutipan hasil wawancara berikut:

Ngejelasinnya kalo ke penyedia kan otomatis, ketika paket itu sudah dibuka, syaratnya

dia harus, dia login dulu, terdaftar. Jumlah paket yang di, yang di apa, diumumkan, itu

otomatis (Wawancara dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai

Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).

Dalam menjelaskan dan mengungkapkan jumlah pengadaan yang diumumkan secara

elektronik, berdasarkan kedua kutipan wawancara diatas, pengumuman tersebut terdapat di

portal LPSE. Adapun bagi penyedia yang telah terdaftar dalam sistem LPSE, maka

pengumuman pengadaan akan otomatis disampaikan oleh sistem ke email penyedia yang

telah didaftarkan dan melakukan verifikasi. Selain disampaikan via email, penyedia yang

telah terdaftar tersebut juga akan mendapatkan informasi via aplikasi (dalam hal ini penyedia

yang telah terdaftar tersebut melakukan login penyedia menggunakan user id dan password di

portal LPSE). Selain menjelaskan pengumuman pengadaan kepada penyedia yang telah

terdaftar di sistem LPSE, portal LPSE juga dapat menjelaskan dan mengungkapkan berbagai

pengumuman dan berita terkait dengan pengadan barang di lingkungan Kota Tangerang

Selatan. Hal ini sebagaimana kutipan hasil wawancara berikut:

Kalo masyarakat melihatnya ya dia liatnya lewat tampilan umum itu aja. Kalo ke

penyedia dia langsung ke email sama di aplikasi (Wawancara dengan Novy Ahmad

Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan

Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia

Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).

Selain mampu menjelaskan dan mengungkapkan jumlah pengadaan yang diumumkan

secara elektronik, rasional dalam transparansi adalah mampu menjelaskan dan

mengungkapkan jumlah dokumen pengadaan yang diunggah secara elektronik dan jumlah

pengadaan yang telah ditentukan pemenangnya. Jumlah dokumen pengadaan yang diunggah

secara elektronik dan jumlah pengadaan yang telah ditentukan pemenangnya tercantum di

dalam suatu summary report.

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

2) Kesempatan untuk Ikut Berkompetisi

Rasional (rationality) dalam transparansi juga harus dapat menjelaskan seberapa luas e-

Procurement memberikan kesempatan kepada penyedia barang untuk ikut berkompetisi. Hal

ini sebagaimana kutipan hasil wawancara berikut:

Syaratnya pertama, dia harus teregister dulu di LPSE, dimanapun (Wawancara dengan

Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data

dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang

Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).

3) Penurunan Jumlah Sanggah

Rasional (rationality) dalam transparansi juga terkait dengan seberapa banyak

penurunan jumlah sanggah yang muncul dari masing-masing paket pengadaan. Hal tersebut

dikarenakan dengan adanya LPSE, proses mengajukan sanggah menjadi lebih mudah bagi

penyedia yang terdaftar di LPSE, sebagaimana kutipan hasil wawancara berikut:

Penurunan jumlah sanggah saya bilang tetep, ga ada penurunan, malah lebih gampang

dari sistem, memudahkan panitia untuk jawab sanggah tapi, modelnya kayak chatting ke

panitianya. Tapi dibandingin sama konvensional ini lebih mudah, dalam sistem ini

apapun tidak bisa dihilangkan ga kayak konvensional (Wawancara dengan Agus

Fitriadi, A.Md., menjabat sebagai Helpdesk LPSE Kota Tangerang Selatan pada tanggal

24 Mei 2013).

Adapun jumlah sanggah yang terdapat pada pengadaan barang di Disdukcapil Kota

Tangerang Selatan pada tahun 2012, berdasarkan 7 (tujuh) jenis paket pengadaan barang yang

telah dilaksanakan dan telah selesai dilelangkan tersebut, terdapat dua sanggahan, yaitu

sanggahan pada paket pengadaan barang cetakan pamfleat dan leafleat (Gambar 4.1.) dan

sanggahan pada paket pengadaan barang spanduk Disdukcapil (Gambar 4.2.).

Gambar 4.1. Sanggahan pada Pengadaan Pamfleat & Leafleat Sumber: Panitia Pengadaan Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, 2013

Berdasarkan gambar tersebut, terlihat jelas bahwa terdapat sanggahan dari salah satu

penyedia yang ditujuan kepada kepanitiaan barang cetakan pamfleat dan leafleat di

Disdukcapil Kota Tangerang Selatan. Sanggahan tersebut terkait dengan adanya dugaan

bahwa telah terjadi kesepakatan antara pemenang lelang dengan panitia pengadaan untuk

memenangkan salah satu perusahaan tertentu. Panitia pengadaan barang di Disdukcapil Kota

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

Tangerang Selatan menanggapi sanggahan tersebut melalui Surat Tanggapan Sanggahan

dengan Nomor Surat: 027/10.4.2.2/02.12/DKPS/2012 tertanggal 30 Mei 2012.

Gambar 4.2. Sanggahan pada Pengadaan Spanduk Disdukcapil Sumber: Panitia Pengadaan Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, 2013.

Berdasarkan gambar tersebut, terlihat jelas bahwa terdapat sanggahan dari salah satu

penyedia yang ditujuan kepada kepanitiaan barang cetakan baliho, spanduk dan banner di

Disdukcapil Kota Tangerang Selatan. Sanggahan tersebut terkait dengan tidak adanya

pemberitahuan kepada penyedia pada saat pembuktian kualifikasi. Panitia pengadaan barang

di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan menanggapi sanggahan tersebut melalui Surat

Tanggapan Sanggahan dengan Nomor Surat: 027/10.4.2.2/02.12/DKPS/2012 tertanggal 30

Mei 2012.

5. Penutup

5.1. Simpulan

Hasil dari penelitian ini adalah e-Procurement dalam pengadaan barang di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan transparan,

sebagaimana dapat dilihat dari beberapa hal berikut:

• Masyarakat dan penyedia dapat dengan jelas mengetahui segala informasi yang

berkaitan dengan pengadaan barang secara elektronik di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil melalui portal Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang

Selatan; dan

• Panitia pengadaan dan penyedia juga dapat dengan mudah mengetahui dan mengikuti

proses pengadaan barang secara elektronik dikarenakan berbagai pengumuman dan

berita terkait dengan pengadaan barang di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

akan diinformasikan dan diumumkan pada portal Layanan Pengadaan Secara Elektronik

Kota Tangerang Selatan.

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

Akan tetapi, masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh penyedia yang

mengikuti proses pengadaan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang

Selatan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik, yaitu:

• Kurangnya sosialisasi dan pelatihan; serta

• Keterbatasan software yang menyebabkan penyedia seringkali mengalami kesulitan

ketika akan melakukan upload dokumen penawaran.

5.2. Saran

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh penyedia dalam mengikuti pengadaan

barang secara elektronik tersebut, peneliti memberikan saran-saran untuk pengembangan e-

Procurement di Kota Tangerang Selatan, yaitu:

• Adanya perbaikan aplikasi dan jaringan, sehingga dapat mengatasi permasalahan

penyedia yang seringkali gagal ketika sedang melakukan upload dokumen penawaran;

dan

• Adanya sosialisasi dan pelatihan bagi penyedia untuk mengikuti proses pengadaan

barang secara elektronik. Sosialisasi dapat berupa pemberian buku manual bagi

penyedia untuk mengikuti proses pengadaan secara elektronik, sedangkan pelatihan

dapat dilaksanakan minimal setahun sekali, yang dapat dikoordinasikan dengan pihak-

pihak yang terlibat dalam pengadaan barang secara elektronik.

Daftar Pustaka

I. BUKU

Caiden, Gerald E. Administrative Reform. Aldine. Chicago. 1969.

Krina, P. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi. Badan

Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Jakarta. 2003.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Implementasi e-Procurement

sebagai Inovasi Pelayanan Publik. LKPP. Jakarta. 2009.

Neef, Dale. E-Procurement: From Strategy to Implementation. Prentice Hall. United States of

America. 2001.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Tangerang Selatan 2011-2016. 2011.

United Nations. UN Procurement Practitioner’s Handbook. Interagency Procurement

Working Group (IPWG). UN. 2006.

______________. Public Administration and Democratic Governance: Governments Serving

Citizens. 7th Global Forum on Reinventing Government Building Trust in Government.

UN. Vienna. 2007.

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013

II. SERIAL

Artikel Jurnal

Asian Development Bank. Governance: Sound Development Management. Asian

Development Bank. 1999.

_____________________. Electronic Government Procurement Roadmap. Asian

Development Bank. 2004.

Davila, Antonio. Gupta, Mahendra and Palmer, Richard J. Moving Procurement Systems to

the Internet: The Adoption and Use of E-Procurement Technology Models. Research

Paper No. 1742. Standford University. 2002.

Demin, J.E. Insight Matters: Global Network Considerations for E-Procurement and

Extranets. Infonet Services Corporation. Vol.1. Singapore. 2002.

Kim, Pan Suk. How to Build and Sustain Transparency and Accountability in Public Sector.

Yonsei University. Seoul. UNDESA bekerjasama dengan Kementrian PAN, UNGC, dan

UNDP. Jakarta. 2007.

Manalo, Pamela Diaz. e-Procurement in the Philippines: Status and Future Challenges.

Occasional Paper No.3. Quezon City. Philippines. 2005.

Magrini, Paola. Transparency in Public e-Procurement: The Italian Perspective. OECD Expert

Group Meeting on Integrity in Public Procurement on 20-21 June in Paris. 2005.

Nur Bahagia, Senator. Senarai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jurnal Pengadaan Vol. 1,

No. 1. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 2011.

Padeli. Membangun (E-Procurement) Pengadaan Barang dan Jasa Dengan Prinsip Good

Corporate Governance Dengan Visual UML. Jurnal e-Procurement Vol.2, No.1.

September 2008.

Patriastomo, Ikak. Gayus. E-Procurement. Jurnal Forum Pengadaan. Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional. Jakarta. 2005.

III. PUBLIKASI ELEKTRONIK

World Bank. Electronic Government Procurement (e-GP) Frequently Asked Questions. 2009.

http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/PROJECTS/PROCUREMENT/0,,con

tentMDK:20741830~isCURL:Y~menuPK:84285~pagePK:84269~piPK:60001558~the

SitePK:84266,00.html#_Toc121292596.

IV. INTERNET

http://eproc.lkpp.go.id/goto/tentang-e-procurement

http://lpse.tangerangselatankota.go.id

Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013