TRANSPARANSI DALAM E-PROCUREMENT
DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
KOTA TANGERANG SELATAN
Fajrin Zulmi1 dan Roy Valiant Salomo2
1Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UI, Kampus UI Depok 16424
2Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI, Kampus UI Depok 16424
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai transparansi dalam pengadaan
barang di Layanan Pengadaan Secara Elektronik, khususnya pengadaan barang pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah
e-Procurement dalam pengadaan barang di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang Selatan dapat dikatakan transparan. Namun masih terdapat beberapa permasalahan
yang dihadapi oleh penyedia yang mengikuti proses pengadaan seperti kurangnya sosialisasi
dan pelatihan terkait dengan sistem e-Procurement serta perlunya peningkatan dalam hal
aplikasi dan jaringan pada sistem pengadaan secara elektronik. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan agar menjadi acuan ke depan
dalam pelaksanaan pengadaan barang pemerintah melalui Layanan Pengadaan Secara
Elektronik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan informasi bagi penyedia
barang dalam mempersiapkan perusahaan ketika akan mengikuti pengadaan barang
pemerintah secara elektronik.
Kata kunci:
Transparansi; pengadaan barang; e-Procurement; Layanan Pengadaan Secara Elektronik.
Abstract
This study aims to provide an overview of the transparency in the procurement of goods in
Electronic Procurement Service, particularly in the procurement of Population and Civil
Registration Agency, South Tangerang City. This study uses quantitative research methods
with descriptive analysis techniques. The results of this research is e-Procurement in the
procurement of goods at the Population and Civil Registration Agency South Tangerang City
can be said transparent. However there are some problems faced by providers who follow the
procurement process such as lack of socialization and training related to e-Procurement
system and the need for improvement in terms of applications and network on the electronic
procurement system. This study is expected to be an input for the South Tangerang City Local
Government in order to be a reference for the implementation of government procurement
through the Procurement Service. This study is also expected to be a reference for the goods
providers in preparing their companies to follows the electronic government procurement.
Keywords:
Transparency; procurement; e-Procurement; Electronic Procurement Service.
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Reformasi administrasi (administrative reform) merupakan bagian dari perubahan
masyarakat. Reformasi administrasi berkaitan dengan aktivitas politik untuk melakukan
rasionalisasi organisasi publik, perbaikan pelayanan publik, dan penguatan partisipasi politik
masyarakat (Caiden, 1969: 4-9). Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan salah satu
kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik, seperti tertera
dalam Pasal 5 UU Pelayanan Publik. Sama seperti penyelenggaraan pelayanan publik lainnya,
pengadaan pemerintah dapat diselenggarakan secara konvensional atau dengan memanfaatkan
teknologi. Selama ini, pengadaan pemerintah yang dilakukan secara konvensional dinilai
memiliki beberapa kelemahan (Asian Development Bank, 2004: 69), yaitu: 1) kelemahan
pertama terkait dengan transparansi; 2) Ruang lingkup kompetisi yang terbatas dan prosedur
pengawasan yang lebih ketat membuat proses pengadaan menjadi kurang efisien; dan 3)
kekurangan dari sisi transparansi dan efisiensi membuat pengadaan pemerintah kurang
berfungsi sebagai perangkat untuk memajukan pembangunan.
Pengadaan pemerintah telah melewati sejarah panjang dan berbagai bentuk
penyimpangan telah teridentifikasi. Adapun penyimpangan dalam pengadaan pemerintah
terjadi dalam bentuk (Patriastomo, 2005): 1) Pengadaan secara arisan dan adanya kick-back
selama proses pengadaan; 2) Melakukan suap untuk memenangkan pengadaan; 3) Proses
pengadaan yang tidak transparan; 4) Satuan kerja tidak mengumumkan rencana pengadaan; 5)
Pemasok mematok harga yang lebih tinggi (mark-up); 6) Memenangkan perusahaan saudara,
kerabat, atau kelompok tertentu; 7) Tidak membuka akses bagi peserta dari daerah sekitarnya;
8) Membuat spesifikasi teknis yang hanya dapat dipasok oleh satu pelaku usaha tertentu; 9)
Adanya pemasok yang tidak memenuhi kelengkapan administrasi namun tetap dapat ikut
pengadaan dan bahkan menang; 10) Menggunakan metoda pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah yang tidak seharusnya untuk mencapai maksud tertentu (metoda penunjukan
langsung) untuk pengadaan yang seharusnya dilelang secara terbuka; serta 11) Pemecahan
paket pengadaan yang tidak sesuai ketentuan.
Inovasi layanan pengadaan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) diharapkan dapat mengatasi permasalahan di atas, seperti halnya TIK
membantu mempercepat dan mengefisienkan penyelenggaraan pelayanan publik lainnya. E-
Procurement dianggap sebagai salah satu inisiatif e-Government yang paling efektif
memberikan hasil nyata dalam bentuk transparansi dan efisiensi proses pengadaan
pemerintah, e-Procurement sering dianggap sebagai penggerak utama (prime mover) dari e-
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
Government (Magrini, 2005). Pengadaan secara elektronik (e-Procurement) bagi pemerintah
diharapkan tidak hanya meningkatkan transparansi, tetapi juga memberikan efisiensi yaitu
dalam hal harga yang lebih rendah, biaya transaksi yang lebih murah, layanan publik yang
lebih baik, dan siklus pengadaan yang lebih pendek (Manalo, 2005).
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah secara tegas menjamin peran dan partisipasi seluruh masyarakat
(stakeholders) dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Keinginan untuk
menyelenggarakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara lebih efektif, efisien dan
akuntabel serta mengutamakan penerapan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat,
transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi semua pihak telah mendorong pemerintah
untuk segera menyelenggarakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik
dengan berbasis pada internet (e-Procurement). Pada dasarnya e-procurement dimaksudkan
terutama untuk (Patriastomo, 2005): 1) Meningkatkan transparansi dan keterbukaan dalam
proses pengadaan barang/jasa Pemerintah; 2) Meningkatkan persaingan yang sehat dalam
rangka menyediakan pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan; serta 3)
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan proses pengadaan barang/jasa
Pemerintah.
Atas dasar itulah, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
untuk membentuk Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang
sudah diamanatkan sebelumnya dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, 2009: 18). Dalam hal penyelenggaraan pengadaan barang/jasa
pemerintah secara elektronik, LKPP telah mengembangkan sistem aplikasi e-Procurement
dengan berlandaskan pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Selanjutnya, penggunaan aplikasi tersebut
diperluas dengan peran serta dan kerjasama dengan berbagai pihak dengan membentuk
Layanan Pengadaan Secara Elektronik di berbagai instansi (Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, 2009: 19).
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Tangerang Selatan adalah unit
kerja yang dibentuk di Kota Tangerang Selatan untuk menyelenggarakan sistem pelayanan
pengadaan barang/jasa secara elektronik serta memfasilitasi Unit Layanan Pengadaan
(ULP)/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik
(lpse.tangerangselatankota.go.id). Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008.
Pembentukan daerah otonom baru tersebut, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten
Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan
potensi daerah (tangerangselatankota.go.id).
Reformasi administrasi, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, merupakan bagian
dari perubahan masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas politik untuk melakukan
rasionalisasi organisasi publik, perbaikan pelayanan publik, dan penguatan partisipasi politik
masyarakat. Salah satu bagian penting dalam reformasi administrasi ialah perbaikan
pelayanan publik, dalam hal ini terkait dengan pelayanan administrasi kependudukan di Kota
Tangerang Selatan. Administrasi kependudukan merupakan urusan pemerintahan yang
bersifat concurrent, artinya urusan pemerintahan tersebut merupakan urusan pemerintahan
yang ditangani secara bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Sebagai daerah otonom baru, Kota Tangerang Selatan dituntut untuk segera melakukan
upaya-upaya atau terobosan-terobosan yang dapat mengantarkan penyelenggaraan
administrasi kependudukan berjalan secara optimal dalam rangka menopang penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, serta peningkatan pelayanan prima terhadap masyarakat
(Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan,
2011).
Peranan penting Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebut tertuang dalam misi
keenam Kota Tangerang Selatan, yaitu untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan yang
baik dan bersih, hal tersebut bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan tata pemerintahan
yang baik dan bersih, partisipatif, transparan, akuntabel, dan berdedikasi, sehingga untuk
memaksimalkan pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil yang diberikan harus
didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang menunjang proses pelayanan administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil. Karena kompleksnya permasalahan kependudukan dan
pencatatan sipil yang ada di Kota Tangerang Selatan dan antisipasi terhadap perubahan
globalisasi, maka diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasinya agar penyelenggaraan
administrasi kependudukan berjalan secara optimal dalam rangka menopang penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan serta peningkatan pelayanan prima terhadap masyarakat,
sekaligus meminimalisir penyimpangan dalam pengadaan barang pemerintah untuk
menciptakan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dan bersih, partisipatif,
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
transparan, akuntabel, dan berdedikasi untuk memaksimalkan pelayanan kependudukan dan
pencatatan sipil, salah satunya ialah melalui transparansi dalam pengadaan barang secara
elektronik (e-Procurement) di lingkungan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang Selatan.
1.2. Pokok Permasalahan
Pengadaan barang pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah satu bagian
penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu perwujudan dari hal
tersebut adalah dengan pelaksanaan proses pengadaan barang pemerintah secara elektronik (e-
Procurement), yaitu pengadaan barang yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi
informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, permasalahan yang akan
dibahas adalah bagaimanakah transparansi dalam pengadaan barang di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang Selatan?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai transparansi dalam
pengadaan barang di Layanan Pengadaan Secara Elektronik, khususnya pengadaan barang
pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Tangerang Selatan.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Pengadaan (Procurement)
Pengadaan pada prinsipnya adalah kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa secara
transparan, efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya (Nur
Bahagia, 2011: 11). Pengadaan barang/jasa dilaksanakan dengan menggunakan prinsip dasar
sebagai berikut (Nur Bahagia, 2011: 22):
a) Transparan, semua ketentuan dan informasi, baik teknis maupun administratif termasuk
tata cara peninjauan, hasil peninjauan, dan penetapan Penyedia Barang/Jasa harus
bersifat terbuka bagi Penyedia Barang/Jasa yang berminat dan mampu tanpa
diskriminasi;
b) Adil, tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua calon Penyedia
Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu,
dengan cara atau alasan apapun;
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
c) Bertanggung jawab, mencapai sasaran baik fisik, kualitas, kegunaan, maupun manfaat
bagi kelancaran pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebijakan serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa;
d) Efektif, sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi para pihak terkait;
e) Efisien, menggunakan dana, daya, dan fasilitas secara optimum untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan dengan biaya yang wajar dan tepat pada waktunya;
f) Kehati-hatian, berarti senantiasa memperhatikan atau patut menduga terhadap
informasi, tindakan, atau bentuk apapun sebagai langkah antisipasi untuk menghindari
kerugian material dan imaterial selama proses pengadaan, proses pelaksanaan
pekerjaan, dan paska pelaksanaan pekerjaan;
g) Kemandirian, berarti suatu keadaan dimana pengadaan barang/jasa dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun;
h) Integritas, berarti pelaksana pengadaan barang/jasa harus berkomitmen penuh untuk
memenuhi etika pengadaan; serta
i) Good Corporate Governance, memenuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance).
2.2. Pengadaan Secara Elektronik (e-Procurement)
E-procurement dapat didefinisikan sebagai lompatan besar dalam usaha pembangunan
jangka panjang, dimana rantai pasokan dari penjual melalui pembeli menjadi sebuah proses
yang terus-menerus tanpa adanya gangguan yang membentang (Neef, 2001: 38). E-
procurement merupakan teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi pengadaan barang
melalui internet, manajemen seluruh aktivitas pengadaan secara elektronik, dan aspek-aspek
fungsi pengadaan yang didukung oleh bermacam-macam bentuk komunikasi secara
elektronik (Davila, Gupta dan Palmer, 2002). Secara umum tujuan dari diterapkannya e-
Procurement yaitu untuk menciptakan transparansi, efisiensi dan efektifitas serta akuntabilitas
dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara pengguna jasa dan
penyedia jasa (Demin, 2002). Adapun tujuan dari e-Procurement, yaitu: 1) Memperbaiki
tingkat layanan kepada para user; 2) Mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang
lebih terintegrasi melalui rantai suplai perusahaan; dan 3) Mengefektifkan penggunaan
sumber daya manusia dalam proses pengadaan. Pengadaan barang/jasa secara elektronik
bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan
persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, mendukung
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
proses monitoring dan audit, serta memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time (e-
proc.lkpp.go.id).
Manfaat tertentu dari e-Procurement di sektor publik diperkirakan mencakup
transparansi yang lebih besar dalam pengadaan melalui pengadaan secara elektronik,
pemberitahuan tender dan penghargaan kontrak. Hal ini pada gilirannya kemungkinan akan
meningkatkan akuntabilitas dan mengurangi kasus korupsi (United Nations, 2006: 16). Selain
meningkatkan akuntabilitas dan mengurangi kasus korupsi, e-Procurement juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk monitoring dan evaluasi atas indikator kinerja pengadaan
barang/jasa pemerintah yang dapat ditinjau dari beberapa kategori (World Bank, 2009), yaitu
diantaranya:
a) Tata Kelola yang mencakup aspek Transparansi dan Akuntabilitas
• Jumlah pengadaan yang diumumkan secara elektronik;
• Jumlah dokumen pengadaan yang diunggah secara elektronik;
• Jumlah pengadaan yang telah ditentukan pemenangnya;
• Seberapa luas e-Procurement memberikan kesempatan kepada penyedia
barang/jasa untuk ikut berkompetisi;
• Seberapa banyak penurunan jumlah sanggah yang muncul dari masing-masing
paket pengadaan; dan
• e-Procurement dapat digunakan untuk melakukan monitoring kinerja pelaku
usaha, termasuk mengkategorikan dalam daftar hitam bagi pelaku usaha yang
tidak memiliki integritas.
b) Efisiensi dan Efektivitas
• Seberapa besar e-Procurement mengurangi biaya yang dikeluarkan dan waktu
yang diperlukan untuk melakukan proses pengadaan; dan
• Seberapa dekat harga yang ditawarkan terhadap harga pasar.
Sistem pengadaan secara elektronik (e-Procurement) dalam implementasinya memiliki
banyak keunggulan. Keunggulan dalam implementasi e-Procurement adalah dapat
mengefisienkan proses pengadaan, serta dapat memangkas proses kerumitan dalam
pengadaan secara konvensional dan sekaligus memangkas biaya (Padeli, 2008).
2.3. Transparansi
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang
untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang
kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai (Krina, 2003:
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
18). Transparansi dibangun atas kebebasan arus informasi, dapat diakses secara langsung bagi
yang membutuhkan, serta disediakan informasi yang cukup agar mudah dipahami dan
melakukan pengawasan (United Nations, 2007: 9).
Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat umum dan
kejelasan (clarity) tentang peraturan, undang-undang, dan keputusan pemerintah (Asian
Development Bank, 1999: 7-13). Adapun indikator dari transparansi tersebut adalah:
a) Akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu (accurate and timely) tentang
kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang sangat penting bagi pengambilan keputusan
ekonomi oleh para pelaku swasta;
b) Data tersebut harus bebas didapat dan tersedia (freely and readily available); serta
c) Aturan dan prosedur yang “simple, straight forward and easy to apply” untuk
mengurangi perbedaan dalam interpretasi.
Transparansi menjadi hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan yang
demokratis. Masyarakat harus memiliki akses ke informasi sehingga mereka dapat
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan (Kim, 2007). Adapun unsur-unsur
transparansi tersebut meliputi kejelasan (clarity) dalam arti mudah dipahami/dimengerti oleh
masyarakat, aksesibilitas (accessibillity) dalam arti adanya pertukaran informasi dua arah,
integrasi (integration) dalam arti dapat menjelaskan dan memberikan informasi tambahan
yang dibutuhkan masyarakat, serta rasional (rationality) dalam arti adanya proses yang
konsisten, terstandarisasi, formal, dan dapat diupgrade.
3. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif untuk membuktikan kebenaran (justifikasi) satu varibel yaitu transparansi. Variabel
tersebut digunakan untuk menjustifikasi bagaimana transparansi dalam pengadaan barang
secara elektronik (e-Procurement) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Disdukcapil) Kota Tangerang Selatan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Kota Tangerang Selatan.
Teknik pengumpulan data dalam metode penelitian ini adalah kualitatif melalui
wawancara mendalam (depth interview) dan studi literatur untuk mengetahui bagaimana
transparansi dalam pengadaan barang secara elektronik di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota
Tangerang Selatan. Jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian
adalah data primer dan data sekunder.
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
3.1. Data Primer
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
permasalahan penelitian secara khusus. Data primer didapatkan secara langsung pada sumber-
sumber data melalui instrumen pengambilan data berupa wawancara mendalam pada
informan penelitian. Wawancara mendalam dilakukan berdasarkan pedoman wawancara
untuk mengetahui bagaimana transparansi dalam pengadaan barang secara elektronik (e-
Procurement), baik dari sisi panitia pengadaan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang Selatan maupun dari sisi penyedia yang mengikuti pengadaan barang melalui
Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang Selatan.
3.2. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang Selatan tahun 2011-2016, informasi yang terdapat dalam website resmi Kota
Tangerang Selatan dan informasi pengadaan barang secara elektronik di website Layanan
Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang Selatan, serta data yang diperoleh melalui studi
literatur seperti buku, jurnal, artikel, skripsi, tesis, dan berbagai literatur lain yang mendukung
dan membantu peneliti dalam menjawab permasalahan serta tujuan penelitian.
Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel (univariat), yaitu transparansi. Analisis
data yang digunakan oleh peneliti merupakan teknik analisis deskriptif. Teknik analisis
deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui wawancara mendalam
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Awal rencana analisis data adalah melalui variabel transparansi, dari variabel tersebut
diperoleh 4 (empat) dimensi, tiap-tiap dimensi kemudian dijabarkan menjadi pertanyaan-
pertanyaan untuk pedoman wawancara. Wawancara dilakukan kepada panitia pengadaan dan
penyedia barang dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara untuk
mengetahui bagaimana transparansi dalam e-Procurement di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan. Dari hasil wawancara tersebut disusun verbatim
(hasil wawancara), kemudian dilakukan analisis dengan didukung oleh data sekunder berupa
informasi yang diperoleh melalui Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Tangerang Selatan tahun 2011-2016, website resmi Pemerintah Kota Tangerang
Selatan, website Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang Selatan, dan teori-
teori yang digunakan untuk membantu dalam melakukan analisis data.
Dalam melakukan penelitian mengenai transparansi dalam e-Procurement di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan ini, penyedia merupakan
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
informan penting yang dapat menggambarkan bagaimana transparansi dalam e-Procurement
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan. Keterbatasan
penelitian yang dihadapi adalah sulitnya mencari informan dan melakukan wawancara
mendalam (tatap muka/melakukan wawancara) pada penyedia barang yang mengikuti
pengadaan barang secara elektronik melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik,
khususnya penyedia yang mengikuti pengadaan barang secara elektronik di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan.
4. Hasil dan Pembahasan
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangerang Selatan
sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan pelayanan administrasi
kependudukan guna memenuhi kebutuhan sarana dan prasana dalam menunjang kegiatan
pelayanan kepada masyarakat menetapkan 7 (tujuh) jenis paket pengadaan barang secara
elektronik (e-Procurement). Ketujuh paket tersebut tertuang dalam Rencana Umum
Pengadaan Barang/Jasa Disdukcapil Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2012 (Tabel
4.1.), meliputi kegiatan identifikasi kebutuhan pengadaan barang/jasa yang diperlukan,
susunan dan penetapan rencana penganggaran untuk pengadaan barang/jasa di Disdukcapil
Kota Tangerang Selatan pada Tahun Anggaran 2012, dan kebijakan umum tentang pemaketan
pekerjaan, cara pengadaan barang/jasa, serta pengorganisasian pengadaan barang/jasa.
Tabel 4.1. Rencana Umum Pengadaan Disdukcapil Kota Tangerang Selatan Tahun
2012
No. Nama Paket Cara Pengadaan
Rencana Penganggaran
Pagu
Anggaran
(Rp)
Sumber
Dana
PROGRAM PENATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
1. Peningkatan Pelayanan Publik Dalam Bidang Kependudukan
a
Cetak Sarana pendukung
pelayanan administrasi
kependudukan (non-security
printing)
Pelelangan Sederhana 199,985,000 APBD 2012
b
Cetak Sarana pendukung
pelayanan administrasi
kependudukan (security
printing)
Pelelangan Umum 653,855,000 APBD 2012
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
Tabel 4.2. (Sambungan) Rencana Umum Pengadaan Disdukcapil Kota Tangerang
Selatan Tahun 2012
2. Penerapan KTP Elektronik
a Penyediaan Barang Cetakan
Pamfleat dan Leafleat Pelelangan Sederhana 132,657,500 APBD 2012
b Penyediaan Barang Cetakan
Baliho, Spanduk dan banner Pelelangan Sederhana 199,015,750 APBD 2012
c Penyediaan Alat Tulis Kantor
(ATK) Pelelangan Sederhana 196,698,795 APBD 2012
d
Penyediaan Peralatan Penunjang
KTP Elektronik (PC, Scanner,
UPS, Camera Digital,
Software/Application/OS)
Pelelangan Umum 1,512,500,000 APBD 2012
e Pengadaan Genset untuk Dinas
dan Kecamatan Pelelangan Umum 346,400,000 APBD 2012
TOTAL ANGGARAN 3,527,112,045
Sumber: Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, telah diolah kembali
4.1.1. Kejelasan (Clarity)
1) Ketentuan dan Informasi
Kejelasan (clarity) mengandung arti bahwa pemerintah mampu menjelaskan kepada
masyarakat, dalam hal ini baik bagi penyedia yang telah terdaftar pada LPSE Kota Tangerang
Selatan maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui jenis pengadaan yang dilelangkan,
bahwa e-Procurement bertujuan untuk meningkatkan transparansi dikarenakan semua
ketentuan dan informasi bersifat terbuka bagi penyedia barang yang berminat dan mampu
tanpa diskriminasi. Adapun dasar hukum pelaksanaan atau ketentuan teknis dalam kegiatan
pengadaan barang secara elektronik di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012
dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berada dalam:
1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
2) Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1
Tahun 2011 tentang Tata Cara e-Tendering; dan
3) Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 97 Tahun 2011 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (e-Procurement).
Adapun maksud ditetapkannya Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 97 Tahun
2011 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (e-Procurement) adalah
sebagai dasar untuk penerapan sistem e-Procurement di wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal
ini sebagaimana diperkuat oleh kutipan hasil wawancara berikut:
Dari segi peraturannya, bisa diakses di sistem, sudah diatur ya semua. Ada payung
hukumnya, infonya jelas, teknis administratifnya ada (Wawancara dengan Novy
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan
Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).
2) Akses Pasar dan Persaingan Usaha yang Sehat
Dengan adanya kejelasan informasi yang terkait dengan proses pengadaan barang secara
elektronik dapat meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, dikarenakan jika
belum saatnya pengadaan tersebut diumumkan di portal LPSE Kota Tangerang Selatan, maka
panitia maupun penyedia tidak akan mengetahui pengadaan apa saja yang akan dilaksanakan
di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, hal tersebut tentu saja menjamin transparansi dalam
pengadaan barang pemerintah karena informasi yang berkaitan dengan pengadaan barang
akan diumumkan kepada publik melalui portal LPSE.
3) Mengurangi Kasus Korupsi dalam Pengadaan Barang Pemerintah
Adanya kejelasan dalam hal ketentuan dan informasi yang bersifat teknis dan
administratif diharapkan dapat mengurangi kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
dalam pengadaan barang pemerintah. Hal ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara
berikut:
Ya, karena data hasil tersimpan databasenya di LKPP, di server LKPP. Tapi kalo, kalo
saya pikir untuk masalah kasus korupsi ini ga masuk di ranah LPSE ya, karena gini, kita
hanya proses administrasi, jadi proses di aplikasi LPSE ini tidak terjadi indikasi
kerugian negara tidak muncul. Jadi yang di ranah, di aplikasi ini tidak dimungkinkan
adanya kerugian negara. Hanya seleksi administratif (Wawancara dengan Novy Ahmad
Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan
Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia
Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).
4) Memenuhi Kebutuhan Akses Informasi yang Real Time
Kejelasan dalam hal ketentuan dan informasi yang bersifat teknis dan administratif,
terjadinya peningkatan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat dalam pengadaan barang,
serta tidak terjadinya indikasi kerugian negara dalam proses pengadaan barang pemerintah
melalui LPSE, dikarenakan hal tersebut dapat memenuhi kebutuhan akses informasi yang real
time, baik bagi panitia pengadaan maupun penyedia dan masyarakat umum yang ingin
mengetahui proses pengadaan barang di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan. Hal ini
sebagaimana dikutip dari hasil wawancara berikut:
Kalo kebutuhan akses informasi yang real time itu otomatis. Ketika ada perubahan
jadwal, informasi kepada penyedia ya bukan ke masyarakat umum, ke penyedia yang
mengikuti dan terdaftar di LPSE itu otomatis, langsung terkirim ke email mereka. Jadi
perubahan jadwal, perubahan apapun, itu disampaikan langsung otomatis sistem ke
email mereka (Wawancara dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei
2013).
5) Menciptakan Partisipasi Aktif Penyedia
Adanya kejelasan dalam hal ketentuan dan informasi, terjadinya peningkatan akses
pasar dan persaingan usaha yang sehat, tidak terjadinya indikasi kerugian negara dalam proses
pengadaan barang pemerintah melalui LPSE, terpenuhinya kebutuhan akses informasi yang
real time pada akhirnya mampu menciptakan partisipasi aktif penyedia dalam pengadaan
barang pemerintah secara elektronik. Hal ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara
berikut:
Kalo secara aplikasi, banyak ya penyedia yang mendaftar, penyedia juga cukup aktif.
Yang kita evaluasi tuh yang melakukan upload dokumen penawaran (Wawancara
dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan
Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).
4.1.2. Aksesibilitas (Accessibility)
1) Mudah Diikuti/Diawasi
Aksesibilitas (accessibility) dapat diartikan bahwa proses dalam setiap tahapan
pengadaan akan dengan mudah diikuti/diawasi oleh seluruh stakeholders (penyedia dan
masyarakat umum). Proses dalam setiap tahapan pengadaan dapat dengan mudah diikuti oleh
penyedia yang telah melengkapi persyaratan. Hal tersebut juga diperkuat berdasarkan kutipan
wawancara berikut:
Ya pasti mudah diikutin ya, mudah diikutin ya kan. Kalo dibandingin konvensional ya,
pasti menghemat biaya. Satu mudah, dua menghemat biaya, dan satu lagi inget ya
softwarenya tolong diingetin, masalahnya kita kalo ngupload suka lama, kita ngupload
suka lama, itu mungkin mereka harus tambah dayanya, kalo bisa setinggi-tingginya,
keamanan juga ditingkatkan. Jadi kalo saya, menurut saya, kasih seluas-luasnya itu
softwarenya itu setinggi-tingginya, jangan tanggung-tanggung kalo untuk ini kan
(Wawancara dengan Bapak Yos, Direktur CV. Lumbung Kencana Sakti pada tanggal 29
Mei 2013).
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, proses dalam setiap tahapan pengadaan dapat
dengan mudah diikuti oleh penyedia yang telah melengkapi persyaratan teknis dan
administratif, proses tersebut juga lebih mudah diikuti oleh penyedia jika dibandingkan
dengan proses pengadaan barang secara konvensional. Akan tetapi, penyedia mengeluhkan
rendahnya kualitas infrastruktur jaringan (software) yang menghambat penyedia ketika akan
melakukan upload dokumen penawaran.
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
2) Berlangsung Secara Transparan
Tahapan pengadaan barang secara elektronik tersebut juga berlangsung secara
transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel sehingga diharapkan mampu mendorong
terjadinya persaingan yang lebih sehat dan mencegah tindakan KKN dalam pelaksanaan
pengadaan barang pemerintah. Hal ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara berikut:
KKN itu kecil ya kalo di e-proc, ga bisa kan kalo di sistem. Udah diatur semua kan
sama sistem, udah ada ketentuan sama aturan yang jelas juga disitu (Wawancara dengan
Bapak Yos, Direktur CV. Lumbung Kencana Sakti pada tanggal 29 Mei 2013).
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, tahapan pengadaan barang secara elektronik
dapat dikatakan berlangsung secara transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel karena
terdapat ketentuan teknis yang jelas.
3) Adanya Pertukaran Informasi Dua Arah
Tahapan pengadaan yang mudah diikuti/diawasi, berlangsung secara transparan,
adil/tidak diskriminatif dan akuntabel dapat menimbulkan persaingan yang lebih sehat dan
mencegah tindakan KKN dalam proses pengadaan barang pemerintah secara elektronik yang
pada akhirnya mampu menciptakan pertukaran informasi dua arah, yaitu penyedia dapat
meminta dan menerima dokumen pemerintah tentang pengadaan barang melalui e-
Procurement. Hal ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara berikut:
Ya dikasih tau, kan dapet itu ya, dapet itu ya, kalo ada informasi pasti disampaikan via
email (Wawancara dengan Bapak Harun, Direktur CV. Jabaru pada tanggal 29 Mei
2013).
Melalui pertukaran informasi dua arah tersebut, diharapkan pemerintah membantu
penyedia dalam mencari dan memahami informasi, salah satu kemudahan bagi penyedia
adalah tiap informasi akan otomatis disampaikan oleh sistem ke email penyedia yang telah
teregister di sistem LPSE Kota Tangerang Selatan. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara
kepada penyedia yang ditemui, terdapat beberapa masalah yang dialami oleh penyedia. Hal
ini sebagaimana dikutip dari hasil wawancara berikut:
Kalo menurut saya ya, pemerintah kurang ya, harusnya pemerintah itu ya ada pelatihan
ada sosialisasi terutama bagi penyedia jasa itu tadi ya (Wawancara dengan Bapak
Harun, Direktur CV. Jabaru pada tanggal 29 Mei 2013).
Kurangnya peranan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan, dalam hal ini LPSE
Kota Tangerang Selatan membantu penyedia dalam mencari dan memahami informasi
diperkuat dengan kutipan wawancara berikut:
Ya kalo, itu mah, pelayanan cukup bagus ya, maksudnya jadi kalo ada keluhan kita
dikasih tau jawabannya. Masalah itu ada di keterbatasan software, keterbatasannya ya
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
kan, jadi ya mesti diperbaikin sistemnya jadi kalo kita mau ngupload ga suka error, jadi
kita bisa kerja. Jadi kalo di Tangsel ini sistemnya sebenernya udah bagus tapi
masalahnya ya itu di softwarenya, jadi berikan seluas-luasnya, ini kan disini kalo
ngupload suka lama. Begitu jadi, ya, jadi sebenernya jangan tanggung-tanggung, gitu
aja. LKPP dengan LPSE ini cukup bagus, menurut saya, saya salah satu yang
mendukung gitu ya program ini. Jadi masalah untuk penyedia disini tuh ya softwarenya,
perbaiki lagi softwarenya, gitu aja (Wawancara dengan Bapak Yos, Direktur CV.
Lumbung Kencana Sakti pada tanggal 29 Mei 2013).
4.1.3. Integrasi (Integration)
1) Memperbaiki Tingkat Layanan Kepada Para User
Integrasi (integration) dalam transparansi adalah memperbaiki tingkat layanan kepada
para user, dalam hal ini bagi panitia pengadaan dan juga penyedia yang mengikuti proses
lelang secara elektronik di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan. Hal ini sebagaimana dikutip
dari hasil wawancara berikut:
Kalo dari segi panitia, aplikasi ini mempermudah kerja kita, keterjaminan kerahasiaan
penyedia itu benar-benar terjamin. Kalo dari segi penyedia, ini kan yang dipergunakan
kan teknologi ya, suka ada gangguan pada saat upload dokumen penawaran
(Wawancara dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala
Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).
2) Mengefektifkan Penggunaan Sumber Daya Manusia
Selain memperbaiki tingkat layanan kepada para user, dengan pengadaan barang secara
elektronik juga dapat mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses
pengadaan. Hal tersebut diperkuat dengan kutipan wawancara berikut:
Mengefektifkan sumberdaya manusia dalam proses pengadaan, ya, karena kalo dengan
sistem SPSE ya itu tidak memakai banyak sumberdaya manusia karena cukup dengan
sistem informasi (Wawancara dengan Erik Herdiana SE., menjabat sebagai Verifikator
LPSE pada tanggal 29 Mei 2013).
3) Mengefisiensikan Proses Pengadaan
Keunggulan dalam e-Procurement yang dapat memperbaiki tingkat layanan kepada para
user dan mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses pengadaan,
diharapkan dapat memangkas proses kerumitan dalam pengadaan secara konvensional dan
sekaligus memangkas biaya. Hal tersebut sebagaimana hasil kutipan wawancara berikut:
Biaya itu pasti kita kepangkas, itu kan biaya kalo yang manual itu yang harus kita
keluarkan, satu pasti kalo kita mengundang mereka itu makan minumnya harus ada,
kedua itu kita harus ada biaya fotocopy, biaya ATK atau pendukung kita harus ada, kalo
ini nggak kita lewat aplikasi aja. Lewat aplikasi aja kita periksa, selesai. Nanti, dimana
kita akan mendapatkan hardcopynya penawaran mereka pada saat pembuktian
kualifikasi. Kalo dari segi mereka, penyedia, dia ga akan mengeluarkan biaya tambahan
untuk transport mereka bolak-balik, waktunya mereka, mereka cukup dari rumah, kjadi
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
ya efektif lah, efisien sekali (Wawancara dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH.,
menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada
tanggal 28 Mei 2013).
4.1.4. Rasionalitas (Rationality)
1) Jumlah Pengadaan yang Diumumkan
Rasional (rationality) dalam transparansi adalah mampu menjelaskan dan
mengungkapkan jumlah pengadaan yang diumumkan secara elektronik. Hal ini sebagaimana
kutipan hasil wawancara berikut:
Ngejelasinnya kalo ke penyedia kan otomatis, ketika paket itu sudah dibuka, syaratnya
dia harus, dia login dulu, terdaftar. Jumlah paket yang di, yang di apa, diumumkan, itu
otomatis (Wawancara dengan Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai
Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).
Dalam menjelaskan dan mengungkapkan jumlah pengadaan yang diumumkan secara
elektronik, berdasarkan kedua kutipan wawancara diatas, pengumuman tersebut terdapat di
portal LPSE. Adapun bagi penyedia yang telah terdaftar dalam sistem LPSE, maka
pengumuman pengadaan akan otomatis disampaikan oleh sistem ke email penyedia yang
telah didaftarkan dan melakukan verifikasi. Selain disampaikan via email, penyedia yang
telah terdaftar tersebut juga akan mendapatkan informasi via aplikasi (dalam hal ini penyedia
yang telah terdaftar tersebut melakukan login penyedia menggunakan user id dan password di
portal LPSE). Selain menjelaskan pengumuman pengadaan kepada penyedia yang telah
terdaftar di sistem LPSE, portal LPSE juga dapat menjelaskan dan mengungkapkan berbagai
pengumuman dan berita terkait dengan pengadan barang di lingkungan Kota Tangerang
Selatan. Hal ini sebagaimana kutipan hasil wawancara berikut:
Kalo masyarakat melihatnya ya dia liatnya lewat tampilan umum itu aja. Kalo ke
penyedia dia langsung ke email sama di aplikasi (Wawancara dengan Novy Ahmad
Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan
Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan/Panitia
Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).
Selain mampu menjelaskan dan mengungkapkan jumlah pengadaan yang diumumkan
secara elektronik, rasional dalam transparansi adalah mampu menjelaskan dan
mengungkapkan jumlah dokumen pengadaan yang diunggah secara elektronik dan jumlah
pengadaan yang telah ditentukan pemenangnya. Jumlah dokumen pengadaan yang diunggah
secara elektronik dan jumlah pengadaan yang telah ditentukan pemenangnya tercantum di
dalam suatu summary report.
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
2) Kesempatan untuk Ikut Berkompetisi
Rasional (rationality) dalam transparansi juga harus dapat menjelaskan seberapa luas e-
Procurement memberikan kesempatan kepada penyedia barang untuk ikut berkompetisi. Hal
ini sebagaimana kutipan hasil wawancara berikut:
Syaratnya pertama, dia harus teregister dulu di LPSE, dimanapun (Wawancara dengan
Novy Ahmad Haryadi Tamher, SH., menjabat sebagai Kepala Seksi Pengolahan Data
dan Jaringan Komunikasi, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
Selatan/Panitia Pengadaan pada tanggal 28 Mei 2013).
3) Penurunan Jumlah Sanggah
Rasional (rationality) dalam transparansi juga terkait dengan seberapa banyak
penurunan jumlah sanggah yang muncul dari masing-masing paket pengadaan. Hal tersebut
dikarenakan dengan adanya LPSE, proses mengajukan sanggah menjadi lebih mudah bagi
penyedia yang terdaftar di LPSE, sebagaimana kutipan hasil wawancara berikut:
Penurunan jumlah sanggah saya bilang tetep, ga ada penurunan, malah lebih gampang
dari sistem, memudahkan panitia untuk jawab sanggah tapi, modelnya kayak chatting ke
panitianya. Tapi dibandingin sama konvensional ini lebih mudah, dalam sistem ini
apapun tidak bisa dihilangkan ga kayak konvensional (Wawancara dengan Agus
Fitriadi, A.Md., menjabat sebagai Helpdesk LPSE Kota Tangerang Selatan pada tanggal
24 Mei 2013).
Adapun jumlah sanggah yang terdapat pada pengadaan barang di Disdukcapil Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2012, berdasarkan 7 (tujuh) jenis paket pengadaan barang yang
telah dilaksanakan dan telah selesai dilelangkan tersebut, terdapat dua sanggahan, yaitu
sanggahan pada paket pengadaan barang cetakan pamfleat dan leafleat (Gambar 4.1.) dan
sanggahan pada paket pengadaan barang spanduk Disdukcapil (Gambar 4.2.).
Gambar 4.1. Sanggahan pada Pengadaan Pamfleat & Leafleat Sumber: Panitia Pengadaan Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, 2013
Berdasarkan gambar tersebut, terlihat jelas bahwa terdapat sanggahan dari salah satu
penyedia yang ditujuan kepada kepanitiaan barang cetakan pamfleat dan leafleat di
Disdukcapil Kota Tangerang Selatan. Sanggahan tersebut terkait dengan adanya dugaan
bahwa telah terjadi kesepakatan antara pemenang lelang dengan panitia pengadaan untuk
memenangkan salah satu perusahaan tertentu. Panitia pengadaan barang di Disdukcapil Kota
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
Tangerang Selatan menanggapi sanggahan tersebut melalui Surat Tanggapan Sanggahan
dengan Nomor Surat: 027/10.4.2.2/02.12/DKPS/2012 tertanggal 30 Mei 2012.
Gambar 4.2. Sanggahan pada Pengadaan Spanduk Disdukcapil Sumber: Panitia Pengadaan Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, 2013.
Berdasarkan gambar tersebut, terlihat jelas bahwa terdapat sanggahan dari salah satu
penyedia yang ditujuan kepada kepanitiaan barang cetakan baliho, spanduk dan banner di
Disdukcapil Kota Tangerang Selatan. Sanggahan tersebut terkait dengan tidak adanya
pemberitahuan kepada penyedia pada saat pembuktian kualifikasi. Panitia pengadaan barang
di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan menanggapi sanggahan tersebut melalui Surat
Tanggapan Sanggahan dengan Nomor Surat: 027/10.4.2.2/02.12/DKPS/2012 tertanggal 30
Mei 2012.
5. Penutup
5.1. Simpulan
Hasil dari penelitian ini adalah e-Procurement dalam pengadaan barang di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan transparan,
sebagaimana dapat dilihat dari beberapa hal berikut:
• Masyarakat dan penyedia dapat dengan jelas mengetahui segala informasi yang
berkaitan dengan pengadaan barang secara elektronik di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil melalui portal Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Tangerang
Selatan; dan
• Panitia pengadaan dan penyedia juga dapat dengan mudah mengetahui dan mengikuti
proses pengadaan barang secara elektronik dikarenakan berbagai pengumuman dan
berita terkait dengan pengadaan barang di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
akan diinformasikan dan diumumkan pada portal Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Kota Tangerang Selatan.
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
Akan tetapi, masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh penyedia yang
mengikuti proses pengadaan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
Selatan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik, yaitu:
• Kurangnya sosialisasi dan pelatihan; serta
• Keterbatasan software yang menyebabkan penyedia seringkali mengalami kesulitan
ketika akan melakukan upload dokumen penawaran.
5.2. Saran
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh penyedia dalam mengikuti pengadaan
barang secara elektronik tersebut, peneliti memberikan saran-saran untuk pengembangan e-
Procurement di Kota Tangerang Selatan, yaitu:
• Adanya perbaikan aplikasi dan jaringan, sehingga dapat mengatasi permasalahan
penyedia yang seringkali gagal ketika sedang melakukan upload dokumen penawaran;
dan
• Adanya sosialisasi dan pelatihan bagi penyedia untuk mengikuti proses pengadaan
barang secara elektronik. Sosialisasi dapat berupa pemberian buku manual bagi
penyedia untuk mengikuti proses pengadaan secara elektronik, sedangkan pelatihan
dapat dilaksanakan minimal setahun sekali, yang dapat dikoordinasikan dengan pihak-
pihak yang terlibat dalam pengadaan barang secara elektronik.
Daftar Pustaka
I. BUKU
Caiden, Gerald E. Administrative Reform. Aldine. Chicago. 1969.
Krina, P. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi. Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Jakarta. 2003.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Implementasi e-Procurement
sebagai Inovasi Pelayanan Publik. LKPP. Jakarta. 2009.
Neef, Dale. E-Procurement: From Strategy to Implementation. Prentice Hall. United States of
America. 2001.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Tangerang Selatan 2011-2016. 2011.
United Nations. UN Procurement Practitioner’s Handbook. Interagency Procurement
Working Group (IPWG). UN. 2006.
______________. Public Administration and Democratic Governance: Governments Serving
Citizens. 7th Global Forum on Reinventing Government Building Trust in Government.
UN. Vienna. 2007.
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
II. SERIAL
Artikel Jurnal
Asian Development Bank. Governance: Sound Development Management. Asian
Development Bank. 1999.
_____________________. Electronic Government Procurement Roadmap. Asian
Development Bank. 2004.
Davila, Antonio. Gupta, Mahendra and Palmer, Richard J. Moving Procurement Systems to
the Internet: The Adoption and Use of E-Procurement Technology Models. Research
Paper No. 1742. Standford University. 2002.
Demin, J.E. Insight Matters: Global Network Considerations for E-Procurement and
Extranets. Infonet Services Corporation. Vol.1. Singapore. 2002.
Kim, Pan Suk. How to Build and Sustain Transparency and Accountability in Public Sector.
Yonsei University. Seoul. UNDESA bekerjasama dengan Kementrian PAN, UNGC, dan
UNDP. Jakarta. 2007.
Manalo, Pamela Diaz. e-Procurement in the Philippines: Status and Future Challenges.
Occasional Paper No.3. Quezon City. Philippines. 2005.
Magrini, Paola. Transparency in Public e-Procurement: The Italian Perspective. OECD Expert
Group Meeting on Integrity in Public Procurement on 20-21 June in Paris. 2005.
Nur Bahagia, Senator. Senarai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jurnal Pengadaan Vol. 1,
No. 1. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 2011.
Padeli. Membangun (E-Procurement) Pengadaan Barang dan Jasa Dengan Prinsip Good
Corporate Governance Dengan Visual UML. Jurnal e-Procurement Vol.2, No.1.
September 2008.
Patriastomo, Ikak. Gayus. E-Procurement. Jurnal Forum Pengadaan. Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional. Jakarta. 2005.
III. PUBLIKASI ELEKTRONIK
World Bank. Electronic Government Procurement (e-GP) Frequently Asked Questions. 2009.
http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/PROJECTS/PROCUREMENT/0,,con
tentMDK:20741830~isCURL:Y~menuPK:84285~pagePK:84269~piPK:60001558~the
SitePK:84266,00.html#_Toc121292596.
IV. INTERNET
http://eproc.lkpp.go.id/goto/tentang-e-procurement
http://lpse.tangerangselatankota.go.id
Transparansi dalam ..., Fajrin Zulmi, FISIP UI, 2013
Top Related