EFEKTIVITAS E-PROCUREMENT (PENGADAAN BARANG/JASA …

107
SKRIPSI EFEKTIVITAS E-PROCUREMENT (PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK) DI KABUPATEN BONE Oleh: Jusniati Nomor Induk Mahasiswa : 105611120517 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Transcript of EFEKTIVITAS E-PROCUREMENT (PENGADAAN BARANG/JASA …

SKRIPSI

EFEKTIVITAS E-PROCUREMENT (PENGADAAN

BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK)

DI KABUPATEN BONE

Oleh:

Jusniati

Nomor Induk Mahasiswa : 105611120517

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

i

SKRIPSI

EFEKTIVITAS E-PROCUREMENT (PENGADAAN

BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK)

DI KABUPATEN BONE

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

JUSNIATI

Nomor Stambuk: 105611120517

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii

iii

iv

v

ABSTRAK

Jusniati. 2021 EFEKTIVITAS E-PROCUREMENT (PENGADAAN

BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK) DI KABUPATEN BONE di

bimbing oleh bapak Dr. Drs. H. Anwar Parawangi, M.Si selaku Pembimbing

I dan bapak Nur Wahid, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana e-procurement

(pengadaan barang/jasa secara elektronik) dalam mewujudkan efektivitas e-

procurement di Kantor Bagian Pengadaan Barang/Jasa Setda Kabupaten Bone.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan

keadaan atau fenomena yang terjadi dalam pengadaan barang dan jasa di kabupaten

Bone. Secara objektif dengan menggunakan logika serta teori-teori yang sesuai

dilapangan. Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) pencapaian target, menunjukkan

bahwa adanya target yang telah ditentukan melalui perencanaan kemudian target

tersebut dicapai (2) kemampuan adaptasi, yaitu kemampuan diri dalam menyesuaikan

situasi atau keadaan (3) kepuasan kerja, dalam pekerjaan dikatakan berkualitas apabila

dapat memberi kepuasan (4) Tanggung jawab, setelah adanya pembagian tugas

diharuskan menjalankan sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.

Kata Kunci: Efektivitas, E-procurement, Barang dan Jasa.

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas e-procurement (pengadaan barang

dan jasa secara elektronik) di kabupaten bone”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. Drs. H. Anwar parawangi, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak

Dr. Nur Wahid, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan segala ilmu

yang dimiliki selama proses pembelajaran dikampus sehingga dapat menjadi

pengetahuan yang sangat berharga bagi penulis kedepan.

5. Kedua orang tua saya tercinta yang telah mengorbankan serta memberikan

motivasi, nasehat, semangat dan doa kepada ALLAH SWT sehingga penulis

vii

mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga senantiasa diberikan kesehatan,

panjang umur, rezeki dan semoga anakmu ini bisa membahagiakan bapak dan

mama.

6. Ibu Andi Tenri Olle, S.T., M.Si selaku kepala bagian pengadaan barang dan jasa yang

telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi terkait penelitian penulis

sehingga skripsi ini dapat diseledaikan.

7. Bapak Agus, S.E., M.Si selaku Kasubag Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi terkait penelitian penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Ibu Andi Sugiawati, S.Sos., M.Si selaku Kasubag pengelola pengadaan barang dan jasa di

UKPBJ Kabupaten Bone.

9. Ibu Hasmi, .Sos., M.Si selaku Kasubag pembinaan dan advokasi PBJ yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan informasi terkait penelitian penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

10. Siska Rahayau, S.H selaku staff bagian Layanan Pengdaan secara Elktronik (LPSE).

11. A. Muh. Ridwan, S.T selaku Konsultas atau penyedia barang dan jasa yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan informasi terkait penelitian penulis sehingga

skripsi ini dapat diseledaikan.

12. Randy Setiawan, selaku pengguna barang dan jasa yang telah meluangkan dalam

memberikan informasi terkait penelitian penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

13. Sabri, selaku pengguna barang dan jasa yang telah meluangkan dalam memberikan

informasi terkait penelitian penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

viii

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ............................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 7

B. Teori dan Konsep .............................................................................. 13

Konsep Efektivitas ............................................................................ 13

Konsep Pengadaan Barang Dan Jasa .................................................. 17

Konsep E-Procurement ..................................................................... 23

C. Kerangka Pikir .................................................................................. 27

D. Fokus penelitian ............................................................................... 28

E. Deskripsi fokus penelitian .................................................................. 28

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi penelitian ............................................................. 30

B. Jenis dan Tipe Penelitian .................................................................. 30

x

C. Sumber Data ..................................................................................... 31

D. Informan ........................................................................................... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32

F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 33

G. Teknik pengabsahan Data ................................................................. 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokus Penelitian ............................................................... 38

B. Hasil Penelitian ................................................................................ 58

C. Pembahasan Penelitian ..................................................................... 69

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 75

B. Saran ................................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 77

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 10

Tabel 3.1 Informan Penelitian ........................................................................... 32

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Bone ......................................................... 41

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Bone .................................................... 42

Tabel 4.3 Struktur Organisasi Kabupaten Bone ................................................. 43

Tabel 4.4 Inventarisasi Pegawai Negeri Sipil .................................................... 45

Tabel 4.5 Pegawai LPSE Kabupaten Bone ........................................................ 48

Tabel 4.6 Jumlah Paket Lelang Empat Tahun Terakhir ..................................... 57

Tabel 4.7 Jumlah Paket Pengadaan Barang/Jasa Di Kab.Bone

Pada Tahun 2021 .............................................................................. 57

Tabel 4.8 Ukuran Pencapaian Target ................................................................ 61

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 27

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber ....................................................................... 36

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik ........................................................................ 36

Gambar 3.3 Triangulasi Waktu ........................................................................ 37

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Bone ....................................................... 38

Gambar 4.2 Struktur Organisasi ....................................................................... 49

Gambar 4.3 Diagram Alur Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa ..................... 50

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

suatu hal yang tentunya sangat ingin diwujudkan oleh negara-negara yang ada di

belahan dunia dan tak terkecuali indonesia itu sendiri. Indonesia sendiri sebagai

negara berkembang tentunya masih banyak hal yang harus diperbaiki lagi untuk

mewujudkan good governance pada tata kelola pemerintahannya. Salah satu

upaya yang di tempu pemerintah Indonesia adalah dengan menerapkan electronic

government (e-Government) pada sistem dan manajemen pemerintahannya.

Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial

mencapai tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi

terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan luas, sedangkan

efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan.

Sedangkan, E-procurement adalah sebuah sistem lelang dalam pengadaan

barang/jasa pemerintah dengan memanfaatkan teknologi, informasi dan

komunikasi berbasis internet, agar dapat berlangsung secara efektif, efisien,

terbuka, dan akuntabel. Dalam aplikasi ini dimunculkan seluruh proses lelang

mulai dari pengumuman, mengajukan penawaran, seleksi, sampai dengan

pengumuman pemenang pelelangan secara online.

Fraud adalah tindakan kecurangan yang disengaja dalam mendapatkan

keuntungan pribadi maupun kelompok yang melanggar hukum. Kadangkala

dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kewenangan terhadap aset baik

perusahaan atau pun negara. Kasus fraud dapat terjadi pada pemerintah, Badan

Usaha Milik Negara (BUMN), serta Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

terutama dalam kegiatan pengadaan Barang/jasa. Kegiatan pengadaan barang /jasa

sangat diperlukan oleh pemerintah/BUMN/BUMD dalam mendukung kegiatan

operasional.

Sistem e-procurement yang digunakan dalam pengadaan baik barang

maupun jasa di lingkungan kementerian dan lembaga telah dilakukan semenjak

tahun 2020. E-procurement merupakan teknologi digital yang terintegrasi dengan

website untuk memudahkan dalam proses pengadaan barang diantaranya berupa

permintaan barang, pencarian barang, pemesanan barang, kontrak kerja dengan

penyedia barang serta pembayarannya. E-procurement bertujuan untuk

memudahkan lembaga atau pemerintahan dalam proses pencarian kebutuhan

barang dan jasa yang diawali dengan pencarian spesifikasi barang sampai pada

proses pembayaran yang di dalamnya juga terdapat komunikasi langsung secara

online antara pembeli dalam hal ini pemerintah dengan penjual (swasta/pihak

ketiga).

Adapun manfaat e-procurement dalam pelaksanaan pengadaan di

lingkungan pemerintah, yaitu (1) pengadaan dapat dilakukan secara terbuka dan

menciptakan persaingan yang sehat dan adil, (2) mendorong swasta untuk

berpartisipasi dalam pengadaan di lingkungan publik. Selain itu, masyarakat

secara mudah mengetahui proses pengadaan tersebut di lingkungannya, (3) semua

peserta pengadaan dapat saling mengawasi untuk mencegah terjadinya korupsi

mengingat dalam pelaksanaan pengadaan tidak dilakukan secara tatap muka

antara penyedia barang dan pemerintah, (4) memudahkan untuk memperoleh

barang maupun jasa yang diperlukan berdasarkan kriteria teknis yang diinginkan,

(5) memberikan kemudahan baik kepada pemerintah maupun penyedia barang

karena dilakukan secara online, (6) penghematan biaya dan waktu, (7)

memudahkan untuk melakukan pertanggungjawaban.

Untuk menciptakan layanan publik yang berkualitas dengan biaya rendah,

maka pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan dan strategi nasional

pengembangan e-government melalui instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003,

yang merupakan payung hukum dari seluruh kebijakan detail teknis di bidang e-

government. Oleh karena itu untuk mendukung terselenggaranya good

governance, maka di setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menggunakan

aplikasi layanan e-procurement.

Keputusan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah menyatakan bahwa “Pengadaan secara elektronik atau e-

procurement adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan

menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.” Berikut beberapa tahapan perubahan dasar

hukum e-procurement yang diterapkan di Indonesia diantaranya sebagai berikut

(1) keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, (2) peraturan Presiden nomor 8 tahun

2006, tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemeritah, (3)

undang-undang nomor 11 tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi elektronik.

Peraturan yang digunakan dalam pelaksanaan sistem e-procurement pada

masing-masing lembaga publik di Indonesia menggunakan dasar Keputusan

Presiden nomor 80 tahun 2003 beserta perubahannya dan diikuti oleh berbagai

aturan di bawahnya hingga peraturan pelaksana masing-masing lembaga.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 pengadaan barang dan jasa

pemerintah secara elektronik bertujuan untuk (1) meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas, (2) meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, (3)

memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, (4) mendukung proses

monitoring dan audit, (5) memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.

Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu Arsyad et al. (2016) dengan

judul “Analisis Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement)

Pada LPSE Kota Kendari” dinilai telah terlaksana dengan baik. Namun masih

terdapat berbagai kendala diantaranya lelang yang harus di ulang kembali, yang

mnegakibatkan diadakannya penambahan waktu dan biaya.

Mengukur suatu efektivitas menurut Hasibuan (2012), dapat dianalisis

berdasarkan indikator (1) pencapaian target, yaitu bagaimana suatu organisasi

dapat menetapkan target kemudian merealisasikan dengan baik, yang dapat

dibuktikan dari hasil pelaksanaan tujuan organisasi dalam mencapai target

berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, (2) kemampuan adaptasi, karena

keberhasilan organisasi dapat dilihat dari sejauh mana organisasi tersebut mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, baik internal

maupun eksternal, (3) kepuasan kerja, kondisi yang mampu memberikan rasa

nyaman dan motivasi terhadap peningkatan kinerja organisasi atau pun instansi,

dan (4) tanggung jawab, pelaksanaan tugas dan kewenangan yang telah diemban

serta mampu menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam

pekerjaan.

Kantor Bagian Pengadaan Barang/Jasa Setda Kabupaten Bone telah

menerapkan e-procurement yaitu sistem pengadaan barang dan jasa yang proses

pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dan berbasis web dengan

memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi. Pada observasi awal

yang dilakukan peneliti (2/4/2021) masih belum bisa dikatakan efektif maka dari

itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji

permasalahan tersebut dengan mengangkat suatu judul penelitian yaitu

“Efektivitas E-Procurement (Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik) Di

Kabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana efektivitas e-procurement (pengadaan barang/jasa secara elektronik)

di Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian

ini adalah:

Untuk mengetahui efektivitas e-procurement (pengadaan barang/jasa secara

elektronik) di Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, adalah :

1. Manfaat akademis

a. Hasil penelitian ini di harapkan menjadi sumbangsi pemikiran bagi peneliti

lainnya yang ingin meneliti lebih komprehensif yang belum terungkap

dalam penilitian ini

b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah dan memperluas wawasan

berpikir mahasiswa tentang berbagai konsep atau teori yang memberikan

informasi dan data dalam penelitian lanjutan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbungsi pemikiran

dalam upaya peningkatan efektivitas e-procurement (pengadaan barang/jasa

secara elektronik) di Kabupaten Bone.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dalam mendukung

penelitian ini, diantaranya :

1. Arsyad et al. (2016), yang melakukan penelitian pada Kantor Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Kendari dengan metode analisis

yang digunakan adalah analisis deskriptif memberikan gambaran atau

penjelasan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) yang

dijalankan oleh LPSE kendari dengan menggunakan data primer berupa data

yang diperoleh langsung dari kontraktor, konsultan, dan kelompok kerja unit

pengadaan jasa (POKJA ULP) dengan menggunakan kuesioner untk

mendapatkan informasi yang diperlukan. Menunjukkan bahwa implementasi e-

procurement di kota kendari pada bulan Oktober-Desmber 2014 berjalan

dengan efisien dari segi biaya dan waktu. Hal ini ditunjukkan yang dapat

menghemat biaya dalam anggaran daerah kota kendari dan pengadaan barang

dan jasa dapat diselesaikan sebelum batas waktu yang ditentukan oleh ULP.

Selain itu e-procurement juga meningkatkan efektifitasnya dengan dimana nilai

rata-ratanya berdasarkan skala likert yang didasarkan pada tanggapan dari

kontraktor, konsultan dan e-procurement yang disetujui WG ULP untuk

meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan akses ke pasar dan persaingan

dengan beberapa masukan di setiap variabel.

2. Swadesi (2017), yang melakukan penelitian pada Kantor Pengadaan Barang

dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) LPSE Kota Pekanbaru dengan

metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan penilaian

data deskriptif. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan doumentasi. Dengan menggunakan kunci informan

sebagai sumber informasi dan teknik tringulasi sebagai sumber dalam

pengujian data keabsahan. Hasil penelitiannya awalnya melihat dari fenomena

masih sering terjadinya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) barang

dan jasa oleh pemerintah. Sehingga e-procurement dapat menjadi instrument

untuk mencegah dan mengurangi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) karena

melalui program e-procurement, pengadaan barang dan jasa dapat lebih

meningkatkan transaparansi dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan

usaha yang sehat. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

efektifitas pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) di

LPSE pekanbaru serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengruhi

efektifitas pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) di

LPSE Pekanbaru. Dan hasilnya adalah dengan menggunakan program e-

procurement dalam pengadaan barang dan pelayanan di lingkungan

pemerintahan kota pekanbaru belum terlaksana secara efektif. Karena hal ini

disebabkan keterbatasan sumber daya manusia (SDM), kesulitan teknis dan

terbatas pendanaan. Yang mana semua faktor tersebut sangat mempengaruhi

efektifitas pengadaan barang dan layanan elektronik (e-procurement) di LPSE

pekanbaru.

3. Habibi (2017), yang melakukan penelitian pada kantor pengadaan barang dan

jasa di kota Malang. Adapun tujuan penelitiannya yaitu untuk menganalisis

efektivitas pelaksanaan e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa di

pemerintah kota Malang, serta menganalisis hambatana pelaksanaannya. Jenis

penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data

dengan dokumentasi, observasi dan wawancara. Model interaktif digunakan

dalam analisis data . Hasil kajian menunjukkan bahwa secara umum

pelaksanaan e-procurement di Pemerintah Kota Malang berjalan efektif

terbukti dengan pelaksanaan tender yang transparan dan akuntabel sehingga

memungkinkan untuk setiap perusahaan mengikuti tender tersebut, selain itu

pelaksanaan tender juga sangat mudah dengan memanfaatkan sistem aplikasi.

Adapun hambatan dalam pelaksanaan e-procurement yaitu adanya rangkap

jabatan, sumber daya manusia yang kurang memenuhi dan prasarana yang

kurang mendukung.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Judul

Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil

1. Analisis

Pengadaan

Barang Dan

Jasa Secara

Elektronik

(E-

procurement)

Pada LPSE

Kota

Kendari.

Arsyad et al.,

(2016)

Penelitian

Kuantitatif

Implementasi e-procurement di kota kendari

pada bulan oktober-desember 2014 berjalan

dengan efisien dari segi biaya dan waktu.

Hal ini ditunjukkan yang dapat menghemat

biaya dalam anggaran daerah kota kendari

dan pengadaan barang dan jasa dapat

diselesaikan sebelum batas waktu yang

ditentukan oleh ULP. Selain itu e-

procurement juga meningkatkan

efektivitasnya dengan dimana nilai rata-

ratanya berdasarkan skala likert yang

didasarkan pada tanggapan dari kontraktor,

konsultan dan e-procurement yang disetujui

WG ULP untuk meningkatkan transparansi,

akuntabilitas, dan akses ke pasar dan

persaingan dengan beberapa masukan di

setiap variabel.

2. Efektivitas

Pengadaan

Barang Dan

Jasa Secara

Elektronik

(E-

procurement)

Pada LPSE

Kota

Pekanbaru.

Swadesi

(2017)

Penelitian

Kualitatif

Melihat dari fenomena yang masih sering

terjadinya praktek Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (KKN) barang dan jasa oleh

pemerintah. Sehingga e-procurement dapat

menjadi instrument untuk mencegah dan

mengurangi korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN) karena melalui program e-

procurement, pengadaan barang dan jasa

dapat lebih meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan

usaha yang sehat. Dan hasilnya adalah

dengan menggunakan program e-

procurement dalam pengadaan barang dan

pelayanan di lingkungan pemerintah kota

pekanbaru belum terlaksana secara efektif.

Karena hal ini disebabkan keterbatasan

sumber daya manusia (SDM), kesulitan

teknis dan terbatas pendanaan. Yang mana

semua faktor tersebut sangat mempengaruhi

efektivitas pengadaan barang dan layanan

elektronik (e-procurement) di LPSE

pekanbaru.

3. Efektivitas

Pelaksanaan

E-

procurement

Dalam

Pengadaan

Barang Dan

Jasa. Habibi

(2017)

Penelitian

Kualitatif

Secara umum pelaksanaan e-procurement di

pemerintah Kota Malang berjalan efektif

terbukti dengan pelaksanaan tender yang

transparan dan akuntabel sehingga

memungkinkan untuk setiap perusahaan

mengikuti tender tersebut, selain itu

pelaksanaan tender juga sangat mudah

dengan memanfaatkan sistem aplikasi.

Adapun hambatan dalam pelaksanaan e-

procurement yaitu adanya rangkap jabatan,

sumber daya manusia yang kurang

memenuhi dan prasarana yang kurang

mendukung.

Sumber data: Dari berbagai sumber (jurnal)

Dalam melakukan penelitian ini, penulis tidak terlepas dari penelitian-

penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang pengadaan barang dan jasa

secara elektronik. Penelitian-penelitian sebelumnya merupakan acuan bagi penulis

untuk melakukan dan membuat penelitian ini. Dimana penelitian-penelitian

sebelumnya merupakan bahan perbandingan untuk mengetahui kekurangan dan

kelebihan serta mengetahui dan membandingkan metode-metode yang digunakan

dalam dalam penelitian sebelumnya. Dan hasil perbandingan tersebut, maka

penulis dapat mengetahui metode yang tepat dalam penelitian ini serta pengguna

dapat menyempurnakan kekerangan-kekurangan penelitian sebelumnya.

Pada penelitian ini penulis menggunakan tiga buah hasil penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian tentang pengadaan barang dan jasa

secara elektronik, antara lain adalah (1) Arsyad dengan judul penelitian “Analisis

Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (E-procurement) Pada LPSE Kota

Kendari”, (2) Swadesi dengan judul oenelitian “Efektivitas Pengadaan Barang dan

Jasa Secara Elektronik (E-procurement) Pada LPSE Kota Pekanbaru, dan (3)

Habibi dengan judul penelitian “Efektivitas Pelaksanaan e-procurement Dalam

Pengadaan Barang dan Jasa”.

Dan yang menjadi kekurangan dan kelebihan diantara tiga penelitian

terdahulu ini adalah pertama yang menjadi kelebihannya adalah dua diantara

penelitian terdahulu mengatakan bahwa penerapan e-procurement (pengadaan

barang dan jasa secara elektronik) terlaksana secara efektif. Dikarenakan, yang

pertama mengatakan bahwa dengan penerapan e-procurement ini berjalan dengan

efisien dari segi biaya dan waktu karena dapat menghemat biaya dalam anggaran

daerah dan diselesaikan sebelum batas waktu yang ditentukan. Dan ada juga yang

mengatakan efektif karena pelaksanaan tender yang dilakukan itu berjalan dengan

transparan dan akuntabel sehingga memungkinkan setiap perusahaan bisa

mengikutinya.

Sedangkan yang menjadi kekurangannya yaitu ada juga penelitian yang

mengatakan dengan adanya penerapan e-procurement ini belum bisa dikatakan

efektif dikarenakan terbatas akan adanya sumber daya manusia (SDM), kesulitan

teknis dan terbatas akan pendanaannya. Dan juga ada yang mengatakan bahwa

dengan adanya penerapan e-procurement ini masih terdapat hambatan diantaranya

adanya rangkap jabatan dalam kantor. Sehingga peneliti juga tertarik untuk

melakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah di kantor LPSE kabupaten

Bone, apakah penerapan e-procurement sudah bisa dikatakan efektif atau belum.

B. Teori dan Konsep

1. Konsep Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif, kata efektif mempunyai arti efek,

pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan,

daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan

tugas dengan sasaran yang dituju.

Badrudin (2014) mengatakan efektif adalah kemampuan mengerjakan

sesuatu dengan benar. Efektivitas banyak berkaitan dengan tujuan karena semakin

dekat organisasi kepada tujuannya, semakin efektif organisasi tersebut.

Sadad (2014) mengatakan bahwa konsep efektivitas merupakan konsep

yang luas mencakup berbagai faktor dan dari sudut pandang mana kita

melihatnya. Pada umumnya efektifitas dihubungkan dengan berbagai cara

pencapaian tujuan baik dari segi proses atau pun dari segi waktu.

Winardi (2004) beranggapan efektivitas adalah hubungan suatu organisasi

dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Handoko (2007:7) berpendapat

bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau

peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata

lain, seorang manajer efektif dalam memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau

metoda (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.

Amirullah et al. (2004) efektivitas menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil-akhir) yang telah ditetapkan

secara tepat. Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah

ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu

perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya.

Danim (2004) beranggapan bahwa efektif merujuk pada hasil guna dan

efisien merujuk pada hasil kerja. Sedangkan menurut Solihin (2009:4)

mengatakan bahwa efektivitas menunjukkan tercapainya tujuan yang diinginkan

melalui serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Winardi (2004) beranggapan bahwa efektivitas diperbaiki dengan jalan

mencapai sumber-sumber yang tepat, dan pengorganisasian manajemen dan para

karyawan untuk bekerja sama guna mencapai sasaran-sasaran keorganisasian.

Efektivitas keorganisasian dapat dianggap sebagai alat pengukur kualitas

hubungan sebuah organisasi dengan lingkungannya. Secara paradoksal dapat

dikatakan bahwa sebuah organisasi mungkin efektif (suatu hubungan langgeng

dengan lingkungannya) tetapi tidak efisien (secara intern ia penuh pemborosan).

Wiludjeng (2007) mengatakan efektif adalah kemampuan untuk menetapkan

tujuan yang tepat untuk kemampuan melakukan pekerjaan yang benar (doing the

thight things). Efektif dapat dinilai dari pemenuhan atau realisasi tujuan atau dari

output suatu tugas.

Mahmudi (2005) mendefinisikan efektivitas merupakan hubungan antara

output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap

pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.

Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas mempunyai hubungan timbal

balik antara output dengan tujuan. Efektifitas berfokus pada outcome (hasil),

program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat

memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Output

merupakan segala sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu

kegiatan yang dapat berwujud (intangible) dan outcome merupakan segala sesuatu

yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah yang

mempunyai efek langsung.

Adapun kriteria atau indikator efektivitas menurut Hasibuan (2012:194),

diantaranya sebagai berikut:

a. Pencapaian target

Maksud dari pencapaian target disini adalah bagaimana suatu organisasi dapat

dikatakan menetapkan suatu target kemudian merealisasikannya dengan baik.

Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil pelaksanaan suatu tujuan organisasi

dalam mencapai target berdasarkan tujuan yang telah di tetapka sebelumnya.

b. Kemampuan adaptasi

Kemampuan dalam beradaptasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi

karena keberhasilan suatu organisasi dapat pula dilihat dari sejauh mana suatu

organisasi mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang

terjadi, baik itu perubahan yang didapatkan dari dalam organisasi (internal)

maupun dari luar organisasi (eksternal).

c. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota

organisasi ataupun pegawai dalam sebuah instansi yang mampu memberikan

rasa nyaman dan motivasi terhadap peningkatan kinerja organisasi atau pun

instansi.

d. Tanggung jawab

Organisasi dapat melaksanakan tugas dan kewenangan yang telah diberikan

sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat selanjutnya, serta mampu

menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam

pekerjaannya.

Adapun indikator lain mengenai efektivitas menurut Prawirosentono

(2008:27), yaitu (1) adanya kejelasan tujuan program, (2) adanya kejelasan

mengenai strategi pencapaian tujuan program, (3) adanya perumusan suatu

kebijakan program yang baik, (4) adanya penyusunan program yang tepat, (5)

penyediaan sarana dan prasarana, (6) efektivitas operasional program, (7)

efektivitas fungsional program, (8) efektivitas tujuan program, (9) efektivitas

sasaran program, (10) efektivitas individu dalam pelaksanaan kebijakan suatu

program, dan (11) efektivitas unit kerja dalam pelaksanaan kebijakan suatu

program.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah

sebagai berikut (1) adanya tujuan yang jelas, (2) struktur organisasi, (3) adanya

dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) adanya sistem nilai yang dianut.

Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Dengan

adanya tujuan akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya. Tujuan organisasi adalah memberikan pengarahan dengan

cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan

diwujudkan oleh organisasi. Struktur dapat mempengaruhi efektifitas dikarenakan

struktur yang akan menjalankan suatu organisasi itu. Struktur yang baik adalah

struktur yang kaya akan fungsi dan sederhana. Kemudian, tanpa adanya dukungan

dan partisipasi serta sistem nilai yang ada maka akan sulit untuk mewujudkan

organisasi yang efektif.

Richard M Steers (1995:86) menyebutkan 5 faktor yang mempengaruhi

efektivitas, yaitu (1) karakteristik Organisasi, (2) karakteristik pekerjaan, (3)

prestasi kerja, (4) karakteristik lingkungan, dan (5) kebijakan dan praktek

manajemen

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis dan menguji indikator

efektivitas yang dikemukakan oleh Hasibuan (2012:194), yaitu (1) pencapaian

target, (2) kemampuan adaptasi, (3) kepuasan kerja, dan (4) tanggung jawab,

terkait dengan efektivitas e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pada

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Kabupaten Bone, dikarenakan

keempat indikator tersebut sangat relevan dengan penelitian ini.

2. Konsep Pengadaan Barang Dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa atau yang sering dikenal dengan istilah lelang,

banyak dilakukan oleh instansi pemerintah maupun dalam sektor swasta. Kegiatan

ini sering kali dilakukan untuk memperoleh barang dan oleh suatu

instansi/lembaga yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

dengan diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa

tersebut.

Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan komponen fundamental dari

tata kelola pemerintah yang baik. Pengadaan barang/jasa pemerintah memiliki

tujuan antara lain untuk memperoleh barang/jasa dengan harga yang dapat

dipertanggungjawabkan dengan jumlah dan mutu yang sesuai dan tepat pada

waktunya (tepat jumlah, tepat mutu dan tepat waktu).

Berdasarkan keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 pengadaan barang

dan jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan

APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia

barang/jasa.

Berdasarkan peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010

Pengadaan barang dan jasa merupakan kegiatan untuk memperoleh barang atau

jasa oleh Kementerian / Lembaga / Satuan Kerja Perangkat Daerah / Institusi

lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015

Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh

Kementerian / Lembaga / Satuan Kerja Perangkat Daerah / Institusi yang

prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh

kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

Menurut Subagya, pengadaan ialah segala kegiatan dan usaha untuk

menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang

berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada.

Menurut Suherman (2010:2) kegiatan pengadaan barang dan jasa

pemerintah ditinjau dari perspektif Hukum Indonesia:

a. Pengadaan barang dan jasa pemerintah memiliki arti strategis dalam proteksi

dan preferensi bagi pelaku usaha negeri;

b. Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan sektor signifikan dalam

upaya pertumbuhan ekonomi;

c. Sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah yang mampu menerapkan prinsip

tata pemerintahan yang baik akan mendorong efisiensi dan efektivitas belanja

publik sekaligus menkondisikan perilaku 3 pilar pemerintahan, swasta dan

masyarakat dalam penyelenggaraan Good Governance;

d. Bahwa ruang lingkup pengadaan barang dan jasa pemerintah meliputi berbagai

sektor dalam berbagai aspek dalam pembangunan bangsa.

Dari pengertian yang ada, muncul pengertian bahwa terdapat dua pihak

yang berkepentingan. Pihak pertama adalah instansi pemerintah, BUMN atau

sektor swasta yang mengadakan penawaran pengadaan barang dan jasa. Pihak

kedua adalah personal maupun perusahaan kontraktor yang menawarkan diri

untuk memenuhi permintaan akan barang dan jasa tersebut.

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Pasal 3 tentang pengadaan

barang/jasa bahwa pelaksanaan barang/jasa dilakukan melalui (a) swakelola, dan

(b) pemilihan penyedia barang/jasa.

Pada pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang pengadaan

barang/jasa pemerintah meliputi (a) barang, (b) pekerjaan konstruksi, (c) jasa

konsultasi, dan (d) jasa lainnya.

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 menyebutkan jenis-jenis

pengadaan barang dan jasa yang dilakukan untuk menentukan penyedia barang

dan jasa dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Pengadaan barang/Jasa Umum

Adalah metode pemilihan penyedia barang / pekerjaan konstruksi / Jasa lainnya

untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang /

pekerjaan konstruksi / jasa lainnya yang memenuhi syarat. Pengadaan

barang/jasa umum dengan nilai diatas RP. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah);

b. Pengadaan barang/jasa terbatas

Adalah metode pemilihan penyedia barang / pekerjaan konstruksi dengan

jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk

pekerjaan yang kompleks;

c. Pemilihan Langsung

Metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai

paling tinggi Rp. 5.000.000.000,- (Lima miliar rupiah);

d. Pengadaan Langsung

Pengadaan barang/jasa langsung kepada penyedia barang/jasa tanpa melalui

pengadaan barang/jasa / seleksi / penunjukan langsung dengan nilai sampai

dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);

e. Penunjukkan Langsung

Metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara menunjuk langsung 1

(satu) penyedia barang/jasa.

Pada Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang etika

pengadaan barang/jasa harus mematuhi etika sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai

sasaran, kelancaran dan ketetapan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;

b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga keberhasilan dokumen

pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk

mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa;

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak lang yang berakibat

terjadinya persaingan tidak sehat;

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai

dengan kesepakatan tertulis para pihak;

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak

yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses

pengadaan barang/jasa;

f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan

negara dalam pengadaan barang/jasa.

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan

tujuan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara

langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan

h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau

menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada

siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan

barang/jasa.

Keppres Nomor 80/2003, pasal 3 tentang prinsip dasar (Dalam Maman

Adde, 2010:241) menyebutkan prinsip pengadaan barang dan jasa itu sebagai

berikut :

1. Efisiensi, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan

menggunakan dana, daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang

ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung

jawabkan;

2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang

telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang besar sesuai dengan

sasaran yang ditetapkan;

3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi

penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui

persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan

memenuhi syarat dan kriteria.

4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan

barang/jasa termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara, evaluasi,

hasil evaluasi penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi

peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada

umumnya;

5. Adil/tidak deskriminasi, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua

calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan

kepada pihak tertentu dengan cara dan alsan apapun;

6. Akuntabilitas, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun

manfaat bagi kelancaran sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang

berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

3. Konsep E-Procurement

Sistem e-procurement di indonesia lebih dikenal dengan istilah LPSE atau

Layanan Pengadaan Secara Elektronik, LKPP (2016). Menurut LPSE nasional ,

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (khususnya di dalam institusi pemerintahan

indonesia) merupakan unit kerja yang dibentuk di seluruh

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi Lainnya

(K/L/D/I) untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan barang atau jasa

secara elektronik serta memfasilitasi ULP (Unit Layanan Pengadaan) dalam

melaksanakan pengadaan barang barang atau jasa secara elektronik.

Pengadaan barang dan jasa secara elektronik selain akan meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha

yang sehat, serta memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, tentu secara

tidak langsung juga akan mendukung proses monitoring dan audit dan memenuhi

kebutuhan akses informasi yang real-time guna mewujudkan clean and good

government dalam pengadaan barang dan jasa pemerintahan.

E-procurement adalah proses pengadaan barang/jasa yang pelaksanaannya

dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet dengan memanfaatkan

fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum,

prakualifikasi dan sourcing secara elektronik dengan menggunakan modul

berbasis website. Dukungan Teknologi informasi ini dapat meningkatkan

kapabilitas government dalam memberikan kontribusi bagi penciptaan nilai

tambah, serta mencapai efektifitas dan efisiensi.

Sutedi (2012) e-procurement adalah sebuah sistem lelang dalam pengadaan

barang/jasa pemerintah dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan

komunikasi berbasis internet, agar dapat berlangsung secara efektif, efisien,

terbuka, dan akuntabel. Sedangkan menurut Indrajit et al. (2003) “E-procurement

adalah pembelian yang dilakukan dengan menggunakan internet”. Kemudian

dikutip kembali oleh Andrianto (2007) bahwa e-procurement diartikan sebagai

sebuah proses digitalisasi tender/lelang pengadaan barang/jasa pemerintah

berbantuan internet.

Andrianto (2007), bahwa e-procurement adalah proses pengadaan

barang/jasa yang dilakukan melalui lelang secara elektronik. Sistem e-

procurement dalam pengadaan barang/jasa bertujuan untuk menciptakan

transparansi, efisiensi, dan efektifitas serta akuntabilitas dalam pengadaan

barang/jasa melalui media elektronik antara panitia dan penyedia jasa.

Menurut Suprianto et al. (2019) Secara umum tujuan dari diterapkannya e-

procurement adalah untuk menciptakan transparansi, efisiensi, dan efektivitas

serta akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik

antara pengguna jasa dan penyedia jasa. E-procurement dapat memperbaiki

tingkat layanan kepada para user, mengefektifkan penggunaan sumber daya

manusia dalam proses pengadaan, memenuhi kebutuhan akses informasi yang real

time, serta mendukung proses monitoring dan audit.

Dari penerapan e-procurement, manfaat yang dapat diperoleh antara lain

sebagai berikut :

1. Keuntungan langsung: meningkatkan akurasi data, meningkatkan efisiensi

dalam operasi, proses aplikasi yang lebih cepat, mengurangi biaya administrasi,

mengurangi biaya operasi, dan mengurangi supply cost, dan

2. Keuntungan tidak langsung: membuat pengadaan lebih kompetitif,

meningkatkan layanan kepada konsumen, meningkatkan hubungan mitra kerja,

mempersingkat birokrasi, standarisasi proses, dan dokumentasi.

Penerapan e-procurement sebagai sistem sistem pengadaan barang dan jasa

memiliki prinsip, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010, prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan

dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam

waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk

mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum

2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan

sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar besarnya

3. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan

barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia

barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya

4. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua penyedia

barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan

dan prosedur yang jelas

5. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan

yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara dan

memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh barang/jasa yang ditawarkan

secara kompetitif dan tidak ad intervensi yang mengganggu terciptanya

mekanisme pasar dalam pengadaan barang/jasa.

6. Adil/tidak deskriminasi, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua

calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan

kepada pihak tertentu, dengan tahap memperhatikan kepentingan nasional.

7. Akuntabilitas, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait

dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan e-procurement ini diharapkan akan menjadi suatu proses yang akan

mempermudah kinerja panitia, penyedia maupun masyarakat pada umumnya, dan

meminimalkan pengadaan barang/jasa yang tidak sehat seperti mengintimidasi

panitia pengadaan barang/jasa dan berkolusinya panitia dengan penyedia seperti

yang sudah atau sering terjadi sebelumnya juga menghindarkan berkumpulnya

peserta penyedia dari hal-hal yang tidak diinginkan.

1. Fungsi e-procurement, yaitu (a) mewujudkan prinsip-prinsip pengadaan

barang dan jasa secara lebih nyata, (b) penawaran yang masuk lebih banyak,

(c) lebih aman (termasuk jaminan keamanan data), (d) mengurangi benturan

dan hambatan fisik.

2. Fungsi e-procurement bagi panitia, yaitu (a) mendapatkan penawaran yang

lebih banyak, (b) mempermudah proses administrasi, (c) mempermudah

PPK/Panitia pengadaan dalam mempertanggungjawabkan proses pengadaan,

(d) fungsi e-procurement bagi penyedia, (e) menciptakan persaingan usaha

yang sehat, (f) memperluas peluang usaha yang sehat, (g) membuka

kesempatan pelaku usaha, (h) membuka kesempatan pelaku usaha mengikuti

lelang, (i) mengurangi biaya transportasi untuk mengikuti lelang.

3. Fungsi e-procurement bagi masyarakat, yaitu (a) memberi kesempatan

masyarakat luas untuk mengetahui proses pengadaan.

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan di Sekretariat LPSE Kabupaten Bone dengan tujuan

guna menganalisis efektivitas e-procurement dalam pengadaan barang/jasa.

Indikator efektivitas dalam penelitian ini yaitu (1) pencapaian target, (2)

kemampuan adaptasi, (3) kepuasan kerja, (4) tanggung jawab.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka peneliti menyusun bagan

kerangka pikir penelitian, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1

Bagan kerangka pikir penelitian

Kantor Pengadaan Barang/Jasa Di

Kabupaten Bone

Hasibuan (2012)

1. Pencapaian Target

2. Kemampuan Adaptasi

3. Kepuasan Kerja

4. Tanggung Jawab

Efektif / Tidak Efektif

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diangkat dari latar belakang masalah, kemudian

dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan tinjauan pustaka .

adapun fokus penelitian yang bersangkutan dari rumusan masalah adalah

“Efektivitas e-procurement (pengadaan barang dan jasa secara elektronik) di

Kabupaten Bone”.

Fokus penelitian ini yaitu :

1. Pencapaian target

2. Kemampuan adaptasi

3. Kepuasan kerja

4. Tanggung jawab

E. Deskripsi Fokus

1. Pencapaian target

Pencapaian target disini adalah bagaimana di kantor UKPBJ kabupaten Bone

menetapkan suatu target kemudian mampu merealisasikannya dengan baik dan

dapat mencapai target sesuai yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat

dibuktikan dari hasil pelaksanaan suatu tujuan pada kantor UKPBJ kabupaten

bone dalam mencapai target berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya pada kantor tersebut.

2. Kemampuan adaptasi

Kemampuan dalam beradaptasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi

karena keberhasilan suatu organisasi dapat pula dilihat dari sejauh mana suatu

organisasi mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang

terjadi, baik itu perubahan yang didapatkan dari dalam organisasi (internal)

maupun dari luar organisasi (eksternal). Baik antara bawahan dengan

sesamanya maupun bawahan dengan atasannya sendiri harus memiliki

kemampuan adaptasi dalam kantor tersebut agar terciptanya suasana yang baik.

3. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota

organisasi ataupun pegawai dalam sebuah instansi yang mampu memberikan

rasa nyaman dan motivasi terhadap peningkatan kinerja organisasi atau pun

instansi. Misalnya seorang pegawai diberikan tugas oleh atasannya dan mampu

untuk menyelesaikannya sesuai dengan waktu yang diberikan kemudian

seorang atasan memberikan kompensasi juga sesuai dengan pekerjaan

bawahannya, maka dari itu kita merasakan yang namanya kepuasan kerja

dalam suatu organisasi.

4. Tanggung jawab

Organisasi dapat melaksanakan tugas dan kewenangan yang telah diberikan

sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat selanjutnya, serta mampu

menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam

pekerjaannya. Misalnya masing-masing dalam suatu organisasi sangat

diperlukan yang namanya tanggung jawab. Baik dengan pekerjaan yang

diberikan oleh atasan terhadap bawahan maupun pekerjaan yang akan

dikerjakan oleh bahawahan itu sendiri.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu yang dibutuhkan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu dua (2)

bulan setelah seminar proposal. Adapun lokasi atau tempat penelitian yaitu Bagian

Pengadaan Barang/Jasa Setda Kabupaten Bone di JL. Ahmad Yani No.3

Watampone tentang Efektivitas E-Procurement (Pengadaan Barang/Jasa Secara

Elektronik) Di Kabupaten Bone.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian Kualitatif

deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

bagaimana efektivitas e-procurement (pengadaan barang/jasa secara elektronik) di

Kabupaten Bone. Penelitian kualitatif ini berhubungan dengan ide, gagasan atau

pendapat masyarakat mengenai masalah yang akan diteliti, akan tetapi penelitian

ini tidak dapat diukur dengan angka-angka. Kemudian menggunakan teknik

deskriptif karena untuk mengetahui dan menggambarkan tentang bagaimana

Efektivitas E-Procurement (pengadaan barang/jasa secara elektronik) Di

Kabupaten Bone.

2. Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif.

Penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan

terperinci mengenai suatu masalah yang akan diteliti, mengidentifikasi dan

menjelaskan data yang ada secara terstruktur. Tipe deskriptif didasarkan pada

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat melakukan penelitian, kemudian

menguraikan dan membandingkan kenyataan yang ada serta kemudian menarik

kesimpulan.

C. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2015) terdapat dua sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data ini dapat diperoleh melalui Kata-kata dan tindakan, dimana

kata-kata dan tindakan merupakan merupakan sumber data yang diperoleh dari

lapangan dengan cara mengamati atau melakukan wawancara untuk mendapatkan

jawaban yang berkaitan dengan program Kelas Ibu Hamil pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Bone.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Data didapatkan melalui sumber bacaan dan berbagai

macam lainnya yang terdiri dari jurnal, dan buku. Data ini juga dikumpulkan dari

berbagai laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis.

D. Informan

Pemilihan informan ini diambil dengan pertimbangan tertentu, dengan

memprtimbangkan bahwa orang yang dipilih sebagai informan ini merupakan

orang yang mengetahui tentang efektivitas e-procurement dalam pengadaan

barang/jasa pada layanan pengadaan secara elektronik (lpse) di kabupaten bone.

Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang valid. Adapun informan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Informan Penelitian

No Nama Inisial Jabatan Jumlah

1. 1

1

Andi Tenri Olle, S.T., M.Si AT Kepala Bagian

Pengadaan Barang dan

Jasa

1

2. Andi Sugiawati, S.Sos., M.Si AS Kasubag Pengelolaan

Pengadaan Barang dan

Jasa

1

3. Hasmi, S.Sos., M.Si H Kasubag Pembinaan

dan Advokasi

Pengadaan Barang dn

Jasa

1

4. Agus, S.E., M.Si A Kasubag Layanan

Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE)

1

5. A. Muh. Ridwan, S.T AMR Penyedia Barang dan

Jasa

1

6. Randy Setiawan RS Pengguna Barang dan

Jasa

1

7. Sabri S Pengguna Barang dan

Jasa

1

8. Siska Rahayu, S.H SR Staff Layanan

Pengadaan Secara

Elektronik

1

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahap yang paling menentukan dalam

pelaksanaan penelitian ini untuk memperoleh data yang valid dan juga relevan di

lapangan maka harus didukung oleh prosedur pengumpulan data yang benar maka

digunakan teknik antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui Tanya jawab sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara ini sendiri memiliki tujuan yaitu untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dari pihak yang diwawancarai

diminta pendapat dan juga ide-idenya.

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan atau kunjungan langsung ke lapangan untuk

melakukan penelitian agar mendapatkan informasi yang lebih akurat. Agar dapat

mengetahui dan menganalisis berbagai masalah yang berkaitan dengan efektivitas

e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pada layanan pengadaan secara

elektronik (lpse). Adapun informasi yang dapat diperoleh dari hasil observasi

adalah tempat, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian dan perasaan.

3. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan kumpulan dokumen yang di anggap penting dan

dapat menunjang permasalahan yang akan dinteliti seperti jurnal, buku, laporan,

literature majalah dan peraturan perundang-undangan. Dengan teknik ini dapat

memberikan peluang kepada peneliti agar dapat memperluas wawasan mengenai

masalah yang akan diteliti.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan

cara mengelompokkan ke dalam bentuk kategori kemudian menjabarkan ke dalam

unit-unit memilih mana yang penting dan sudah dipelajari serta membuat

kesimpulan agar mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam menganalisis data peneliti mengacu pada beberapa tahap antara lain

sebagai berikut:

a. Pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara yang dilakukan terhadap

sumber informasi yang dapat memberikan informasi yang akurat terhadap

studi kasus penelitian.

b. Reduksi data. Banyaknya jumlah data yang diperoleh dari data lapangan

mengharuskan peneliti untuk mencatat lebih detail dan terperinci, untuk

mendapatkan data yang lebih detail memerlukan reduksi data.

c. Uji Confitmanbality. Adapun arti dari uji confitmanbality yaitu menguji hasil

penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan. Bila hasil

penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka

penelitian tersebut telah masuk standar confirmability.

d. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencari arti

pola-pola penjelasan. Sehingga dilakukan dengan teliti dan cermat dengan

melakukan beberapa tinjauan ulang pada catatan lapangan sehingga data-data

yang diperoleh akurat.

G. Teknik Pengabsahan Data

Pengabsahan data merupakan salah satu factor yang sangat penting. Karena

tanpa pengabsahan data yang diperoleh dari lapangan akan sulit untuk

dipertanggung jawabkan hasil penelitiannya. Menurut Sugiyono (2012), data

penelitian yang dikumpulkan harap dapat menghasilkan penelitian yang bermutu

atau data kredibel. Oleh karena itu penelitian melakukan pengabsahan data dengan

berbagai hal berikut:

a. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2012; 273) menegaskan sebagai berikut : “Triangulasi

dalam pengujian krediabilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan

triangulasi waktu”.

Berdasarkan pernyataan diatas menjelaskan bahwa triangulasi merupakan

salah satu cara pengujian kredibilitas data dimana triangulasi berfungsi sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber yang telah ditentukan oleh peneliti dimana dalam penentuannya

berdasarkan keterkaitannya dengan penelitian.

Kepala dan Staff Penyedia

Barang

UKPBJ dan jasa

Kab.Bone

Pengguna Barang dan Jasa

Gambar 3.1

Triangulasi Sumber

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda, dimana

teknik yang dimaksud diantaranya adalah wawancara, observasi, serta

dokumentasi.

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Gambar 3.2

Triangulasi Teknik

3) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid

sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data

dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang

sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Siang

Sore

Pagi

Gambar 3.3

Triangulasi Waktu

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokus Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Bone

a) Letak Geografis

Sumber data: Bone.go.id

Gambar 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bone

Peta wilayah Kabupaten Bone

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir

Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak dan berjarak sekitar 174 km dari

kota Makassar. Luas wilayahnya sekitar 4.559 km2

atau 9,78 persen dari luas

Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bone mempunyai garis pantai sepanjang

138 km. Wilayah yang besar ini terbagi menjadi 27 kecamatan dan 372 desa atau

kelurahan. Adapun Ibukota Kabupaten Bone adalah Watampone. Secara

geografis, kabupaten Bone berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

39

Utara : Kabupaten Wajo dan Soppeng

Timur : Teluk Bone

Selatan : Kabupaten Sinjai dan Gowa

Barat : Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru.

Secara astronomis Kabupaten Bone terletak pada posisi 4°13’ – 5°6’

Lintang Selatan dan antara 119°42’-120°30’ Bujur Timur. Letaknya yang dekat

dengan garis khatulistiwa menjadikan Kabupaten Bone beriklim tropis .

Sepanjang tahun 2014, kelembaban udara berkisar antara 77–86 persen dengan

suhu udara 24,4°C-27,6°C.

Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembapan

udara berkisar antara 95%-99% dengan temperatur berkisar 26 °C – 34 °C. Selain

kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah peralihan,

yaitu Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti

wilayah barat dan sebagian lagi wilayah timur.

Pada wilayah Kabupatan Bone terdapat juga pengunungan dan perbukitan

yang dari celah-celahnya terdapat aliran sungai. Disekitarnya terdapat lembah

yang cukup dalam. Kondisinya sebagian ada yang berair pada musim hujan yang

berjumlah sekitar 90 buah. Namun pada musim kemarau sebagian mengalami

kekeringan, kecuali sungai yang cukup besar, seperti sungai Walenae, Cenrana,

Palakka, Salomekko, Tobunne, Jaling, Bulu-bulu, dan Lekoballo.

b) Visi dan Misi Kabupaten Bone

Visi : masyarakat Bone yang mandiri, berdaya saing, dan sejahtera.

40

Misi :

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2. Mengembangkan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

3. Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan,

pendidikan dan sosial dasar lainnya.

4. Mengoptimalkan akselerasi pembangunan daerah berbasis desa dan

kawasan pedesaan.

5. Mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk

pengembangan usaha dan mengembangkan inovasi daerah dalam

peningkatan pelayanan publik.

6. Meningkatkan budaya politik, penegakan hukum, dan seni budaya dalam

kemajemukan mas yarakat.

c) Luas Wilayah Kabupaten Bone

Luas Wilayah Kabupaten Bone 4.559,00 km2

atau 9,78 persen dari luas

Provinsi Sulawesi selatan. Wilayah yang besar ini terbagi menjadi 27 kecamatan

dan 372 desa/kelurahan. Berikut rincian luas perkecamatan yaitu :

41

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kabupaten Bone

No Nama Kecamatan Luas (km2) Persentase

1. Ajangale 139,00 3,05

2. Amali 119,13 2,61

3. Awangpone 110,70 2,43

4. Barebbo 114,20 2,50

5. Bengo 164,0 3,60

6. Bontocani 463,35 10,16

7 Cenrana 143,60 3,15

8. Cina 147,50 3,24

9. Dua Boccoe 144,90 3,18

10. Kahu 189,50 4,16

11. Kajuara 124,13 2,72

12. Libureng 344,25 7,55

13. Lamuru 208,00 4,56

14. Lappariaja 138,00 3,03

15. Mare 263,50 5,78

16. Palakka 115,32 2,53

17. Patimpeng 130,47 2,86

18. Ponre 293,00 6,43

19. Salomekko 84,91 1,86

20. Sibulue 155,80 3,42

21. Tanete riattang 23,79 0,52

22. Tante Riattang Timur 48,88 1,07

23. Tanete Riattang Barat 53,68 1,18

24. Tellu Limpoe 318,10 6,98

25. Tellu Siattinge 159,30 3,49

26. Tonra 200,32 4,39

27. Ulaweng 161,67 3,55

Kabupaten Bone 4.559,00 100,00

Sumber data: Bone.go.id

Dari tabel tersebut, kecamatan terluas yaitu Kecamatan Bontocani dengan

luas wilayah 463,35 km2

, Kecamatan Libureng 344,25 km2, Tellu Limpoe 318,10

km2. Selain itu dapat dilihat Kecamatan dengan wilayah terkecil yaitu Kecamatan

Tanete Riattang 23,79 km2 dan Tanete Riattang Timur 48,88 km

2.

42

d) Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Bone pada tahun 2021 adalah sebanyak

806.889 jiwa yang terdiri atas 394.477 jiwa penduduk laki-laki dan 412.412 jiwa

penduduk perempuan.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Bone

No Nama Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Ulaweng 13.388 14.034 27.422

2. Palakka 12.435 13.332 25.767

3. Awangpone 16.348 17.795 34.143

4. Tellu Siattinge 22.167 23.666 45.833

5. Ajangale 13.783 14.901 28,684

6. Dua Boccoe 16.303 17.494 33.797

7. Cenrana 13.161 13.760 26.921

8. Tanete Riattang 25.938 27.591 53.529

9. Tanete Riattang Barat 24.326 25.220 49.546

10. Tanete Riattang Timur 22.652 22.979 45.631

11. Amali 10.248 11.338 21.586

12. Tellu Limpoe 8.424 8.000 16.424

13. Bengo 13.553 14.080 27.633

14. Patimpeng 8.824 9.214 17.038

15. Bontocani 9.042 8.869 17.911

16. Kahu 20.027 20.945 40.972

17.. Kajuara 18.064 18.570 36.634

18. Salomekko 8.315 8.345 16.660

19. Tonra 7.306 7.685 14.991

20. Libureng 15.638 16.021 31.659

21. Mare 14.406 14.761 29.167

22. Sibulue 17.207 18.455 35.662

23. Barebbo 14.574 15.496 30.070

24. Cina 13.981 14.568 28.549

25. Ponre 7.551 7.748 15.299

26. Lappariaja 13.702 13.916 27.618

27. Lamuru 13.114 13.629 26.743

Jumlah Total 394.477 412.412 806.889

Sumber data: Bone.go.id

43

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebaran penduduk di

kabupaten Bone tidak terdistribusi secara merata. Jumlah penduduk terbanyak

berada di Kecamatan Tanete Riattang 53.529 jiwa, sedangkan jumlah penduduk

terkecil berada di Kecamatan Tonra sebanyak 14.991 jiwa.

e) kondisi pemerintah kabupaten Bone

Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dilakukan oleh pemerintah

daerah yaitu Kepala Daerah baik Gubernur maupun Bupati/Walikota yang dibantu

oleh perangkat daerah sebagai unsur pembantu Gubernur atau Bupati/Walikota,

serta DPRD Provinsi maupun Kabupaten dalam penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah baik Provinsi maupun

Kabupaten/Kota.

Kabupaten Bone sebagai Pemerintahan Daerah di tingkat Kabupaten juga

menata organisasi perangkat daerahnya sesuai dengan aturan yang berlaku.

Struktur organisasi di Kabupaten Bone dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.3

Struktur organisasi kabupaten Bone

No Nama Perangkat

I BUPATI BONE

II WAKIL BUPATI BONE

1. SEKRETARIAT DAERAH

Asisten Bidang Administrasi Umum

1. Bagian Organisasi

2. Bagian Keuangan

3. Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

4. Bagian Umum

Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan

1. Bagian Perekonomian

2. Bagian Pembangunan

3. Bagian Layanan Pengadaan

4. Bagian Kesejahteraan Rakyat

Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat

44

1. Bagian Pemerintahan

2. Bagian Pemerintahan Desa

3. Bagian Hukum

Staff Ahli

1. Bidang sosial, kesejahteraan rakyat dan pemberdayaan masyarakat

2. Bidang ekonomi pembangunan dan keuangan

3. Bidang politik hukum dan pemerintahan

2. DPRD SEKRETARIAT

3. DINAS-DINAS DAERAH

1. Dinas pendidikan

2. Dinas kesehatan

3. Dinas bina marga cipta karya dan tata ruang

4. Dinas sumber daya air dan bina konstruksi

5. Dinas perumahan kawasan permukiman dan pertanahan

6. Dinas pemadam kebakaran dan penyelamatan

7. Satuan polisi pamong praja

8. Dinas sosial

9. Dinas ketenagakerjaan

10. Dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

11. Dinas ketahanan pangan

12. Dinas lingkungan hidup

13. Dinas kependudukan dan pencatatan sipil

14. Dinas pemberdayaan masyarakat dan desa

15. Dinas pengendalian penduduk dan keluarga berencana

16. Dinas perhubungan

17. Dinas komunikasi informatika persandian

18. Dinas koperasi usaha kecil dan menengah

19. Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu

20. Dinas kepemudaan dan olahraga

21. Dinas kebudayaan

22. Dinas perpustakaan dan kearsipan

23. Dinas perikanan

24. Dinas pariwisata

25. Dinas tanaman pangan hortikultura dan perkebunan

26. Dinas peternakan dan kesehatan hewan

27. Dinas perdagangan

28. Dinas perindustrian

4. INSPEKTORAT, BADAN DAERAH

Inspektorat

Badan kesatuan bangsa dan politik

Badan penanggulangan bencana daerah

Badan penelitian dan pengembangan daerah

Badan pengeolaan keuangan dan aset derah

Badan perencanaan pembangunan daerah

Badan kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia

Badan pendapatan daerah

45

5. RSUD, KANTOR DAN LEMBAGA LAIN

RSUD Pancaitana

Blud RSUD Tenriawaru

6. Kecamatan

Sumber data: Bone.go.id

Tabel 4.4

Inventarisasi Pegawai Negeri Sipil Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten

Bone Th. 2017

Uraian Jumlah

Berdasarkan jenis kelamin

a. Perempuan

b. Laki-laki

5.646 orang

3.451 orang

Berdasarkan pendidikan

a. Sekolah Dasar

b. Sekolah Menengah Pertama

c. Sekolah Menengah Atas

d. Diploma I

e. Diploma II

f. Diploma III

g. Diploma IV

h. Strata 1

i. Starata 2

j. Starata 3

25 orang

48 orang

1.344 orang

31 orang

464 orang

569 orang

148 orang

5.860 orang

605 orang

3 orang

Berdasarkan Golongan ruang

a. Golongan I

b. Golongan II

c. Golongan III

d. Golongan IV

47 orang

1.160 orang

4.162 orang

3.728 orang

Berdasarkan Jabatan Struktural

a. Eselon II

b. Eselon III

c. Eselon IV

43 orang

206 orang

950 orang

Jumlah 9.097 orang

Sumber data: BKPSDM.bone.go.id

46

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui pada tahun 2017 Jumlah Pegawai Negri

Sipil di Kabupaten Bone adalah 9.097 orang. Dengan komposisi pada tahun 2017

adalah pegawai golongan I sebanyak 47 orang, golongan II sebanyak 1.160 orang,

golongan III sebanyak 4.162 orang dan Golongan IV sebanyak 3.728

orang.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan maka jumlah PNS dengan latar

belakang pendidikan tamat SD sebanyak 25 orang, tamat SMP sebanyak 48 orang,

dan tamat SMA sebanyak 1.344 orang, untuk latar belakang tamat pendidikan

Diploma terdiri dari D-I sebanyak 31 orang, D-II 464 orang, D-III sebanyak 569

orang, dan D-IV berjumlah 148 orang.

Pegawai Negeri Sipil terbanyak adalah S1 yaitu sebanyak 5.860 orang, S2

sebanyak 605 orang dan S3 sebanyak 3 orang. Dari total Pegawai Negeri Sipil

yang tercatat yaitu sebanyak 9.097 orang pada tahun 2017 dengan jumlah pegawai

laki-laki 3.451 orang lebih sedikit daripada pegawai perempuan yang sebanyak

5.646 orang.

2. Sejarah LPSE Kabupaten Bone

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Bone dibentuk

pada tahun 2011. Dengan dasar hukum Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan Kepala Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Pegadaan secara elektronik mulai

diberlakukan di Kabupaten Bone sejak tahun 2012 yang dulunya namanya masih

unit layanan pengadaan.

47

Bergabungnya layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) dengan unit

layanan pengadaan (ULP) maka dibentuklah generik namanya unit kerja

pengadaan barang dan jasa (UKPBJ) pada tahun 2019. Dan UKPBJ sendiri telah

mengeluarkan suatu inovasi yaitu suatu sistem untuk mengurus bagian pengadaan

yag dinamakan sistem informasi pengadaan barang dan jasa (SIPABAJA)

kabupaten bone.

3. Gambaran Umum Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Kab.Bone

a) letak geografis

Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Bone

terletak di JL. Ahmad Yani No.3 Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi

Sulawesi Selatan.

b) visi dan misi

Visi : masyarakat Bone yang mandiri, Berdaya saing, dan sejahtera.

Misi :

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan

bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2. Mengembangkan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf

hidup masyarakat.

3. Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan,

pendidikan dan sosial dasar lainnya.

4. Mengoptimalkan akselerasi pembangunan daerah berbasis desa dan

kawasan pedesaan.

48

5. Mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk

pengembangan usaha dan mengembangkan inovasi daerah dalam

peningkatan pelayanan publik.

6. Meningkatkan budaya politik, penegakan hukum, dan seni budaya

dalam kemajemukan masyarakat.

4. Jumlah pegawai LPSE kabupaten Bone

Dalam rangka meningkatkan proses pengadaan barang dan jasa berbasis

elektronik yang lebih baik di kabupaten bone, maka berdasarkan peraturan Bupati

Bone Nomor 37 tahun 2018 tentang kode etik penyelenggara pengadaan barang

dan jasa pada bagian pegadaan barang dan jasa sekretariat daerah kabupaten bone.

Tabel 4.5

Pegawai LPSE Kabupaten Bone dilihat dari tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Tamat SD 0 0

2 Tamat SLTP 0 0

3 Tamat SLTA 0 0

4 D-III 0 0

5 S-1 14 63,64

6 S-2 7 31,82

7 S-3 1 4,54

Jumlah 22 100

Sumber data: lpse.bone.go.id

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pegawai LPSE kabupaten

Bone dilihat dari tingkat pendidikan. Dimana dari dua puluh dua (22) pegawai

LPSE kabupaten Bone, mayoritas 63,64 % tamatan S-1 yakni ada 14 orang. Dan

pegawai LPSE kabupaten Bone untuk pendidikan lainnya terdapat 31,82 % tamat

S-2 yakni 7 orang, dan 4,54 % tamatan S-3 yakni 1 orang.

49

a) Struktur Organisasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kab.Bone.

Gambar 4.2

Struktur Organisasi

Sumber data: kantor UKPBJ Kab.Bone

Kepala bagian pengadaan barang dan jasa

Andi Tenri Olle, S.T., M.Si

Kasubag pengelolaan barang dan jasa

Sugiawati, S.Sos., M.Si

Kasubag Layanan Pengadaan Secara Elektronik

Agus, S.E., M.Si Kasubag pembinaan dan advokasi

Hasmi, S.Sos., M.Si

Anggota:

1. Rosmiati, S.sos., M.Si 2. Arfiana Kamil, S.Sos., M.Si 3. Baramang, S.T., M.Si 4. Ir. Buyung Awaluddin 5. Muh. Sabri, S.Sos 6. Mahyudi, S.E 7. Egi Qadriana Ramdan, S.E 8. Trisnawaty, S.M

Anggota:

1. Siska Rahayu, S.H 2. Fitriana, S.Sos 3. Jusmawati, S.Sos 4. Nita Ukami, S.H 5. Irfan Yunus, S.Sos 6. Dirgahayu, S.E

Anggota:

1. Andi Raswanda, S.E 2. Darmadi Yunus, S.Sos 3. Muh. Darmawan E.A, S.Sos 4. Adinda AKDP, S.Sos

50

b) Alur dokumen pelayanan pengadaan barang dan jasa

SKPD/PPK Bagian Layanan

PBJ

Tim Pelaksana

ULP

Surat Tugas

Kepanitiaan

Gagal Lelang

Disposisi

Dokumen Tidak

Lengkap

Dokumen

Lengkap

Pemenang

Proses

Pelelangan

Persiapan

Pelelangan

Kelompok kerja

ULP Surat

Permohonan

Pelelangan

Laporan Gagal

Lelang

Laporan Hasil

Lelang

SPPBJ /

Penunjukan

Penyedia

Barang/Jasa

Gambar 4.3

Diagram Alur Dokumen Pelayanan Pengadan Barang dan Jasa

51

c) Uraian Tugas Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kab.Bone

1. Kabag Pengadaan Barang dan Jasa

a) pengelolaan pengadaan barang dan jasa.

b) pengelolaan LPSE.

c) pembinaan pendampingan, konsultasi, dan bimbingan teknis

pengadaan barang dan jasa.

d) pelaksanaan sumber daya manusia dan kelembagaan pengadaan barang

dan jasa.

e) menyelengarakan tugas dukungan erhadap penyelenggaraan

pemerintah daerah.

2. Kasubag Pengelolaan Barang dan Jasa

a) Melakukan inventarisasi paket pengadaan barang dan jasa.

b) melakukan riset dan analisis pasar barang dan jasa.

c) Menyusun strategi pengadaan barang dan jasa.

d) Menyiapkan dan melakukan pengelolaan dokumen pemilihan beserta

dokumen pendukung lainnya dan informasi yang diutuhkan.

e) Melakukan pemilihan penyedia barang dan jasa.

f) Menyusun dan melakukan pengelolaan kontrak pengadaan barang dan

jasa pemerintah.

g) Membantu perencanaan dan pengelolaan kontrak pengadaan barang

dan jasa pemerintah.

h) melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengadaan barang

dan jasa pemerintah.

52

i) melaksanakan tugas dukunga terhadap penyelenggaraan pemerintah

daerah.

3. Kasubag Layanan Pengadaan Secara Elektronik

a) Melakukan pengelolaan seluruh sistem informasi pengadaan barang

dan jasa, termasuk akun pengguna SIPABAJA dan infrastrukturnya.

b) Melakukan pelayanan pengdaan barang dan jasa pemerintah secara

elektronik.

c) Melakukan fasilitasi pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna

seluruh sistem informasi pengadaan barang dan jasa.

d) Melakukan identifikasi kebutuhan pengembangan sistem informasi.

e) Melakukan pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh

bagian pengadaan barang dan jasa.

f) Melakukan pelayanan informasi pengadaan barang dan jasa

pemerintah kepada masyarakat luas.

g) Melakukan pengelolaan informasi kontrak.

h) Melakukan percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah

daerah dan manajemen perubahan lingkup bagian pengadaan barang

dan jasa sesuai aturan yang berlaku untuk mewujudkan pemerintah

yang efektif, efisien dan transparan.

i) Melakukan pengelolaan informasi manajemen barag dan jasa hasil

pengadaan

j) Melaksanakan tugas dukungan terhadap penyelengaraan pemerintah

daerah.

53

4. Kasubag Pembinaan dan Advokasi

a) Melakukan pembinaan bagi para pelaku pengadaan barang dan jasa

pemerintah, terutama pengawai pada bagian pengadaan barang dan

jasa.

b) Melakukan pengelolaan manajemen pengetahuan pengadaan barang

dan jasa.

c) Melakukan pembinaan hubungan dengan para pemangku kepentingan.

d) Melakukan pengelolaan dan pengukuran tingkat kemtangan bagian

pengadaan barang dan jasa.

e) Melakukan analisis beban kerja bagian pengadaan barang dan jasa.

f) Melakukan pengelolaan pegawai bagian pengadaan barang dan jasa.

g) Melakukan pengembangan sistem insentif pegawai bagian pengdaan

barang dan jasa.

h) Melakukan fasilitasi implementasi standarisasi LPSE.

i) Melakukan pengelolaan dan pengukuran kinerja pengadaan barang dan

jasa pemerintah.

j) Melakukan bimbingan teknis, pendampingan, dan konsultasi proses

pengadaan barang dan jasa pemerintah di lingkungan pemerintah

daerah.

k) Melakukan bimbingan teknis, pendampingan, dan konsultasi

penggunaan sistem informasi pengadaan barang dan jasa pemerintah,

dengan SIPABAJA.

l) Melakukan layanan penyelesaian sengketa kontrak melalui mediasi.

54

m) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas an fungsinya.

d) Standar Operasional Prosedur (SOP) pengadaan barang dan jasa

1) Keterkaitan

a. SOP penyusunan, pengumuman dan peninjauan ulang rencana umum

pengadaan (RUP).

b. SOP penyusunan, pengumuman dan peninjauan ulang rencana

persiapan pengadaan (RPP).

c. SOP penyususnan dokumen pengadaan.

2) Kualifikasi Pelaksana

a. Kepala satker

Mampu menyusun dokumen usulan kebutuhan barang dan

pemeliharaan barang milik negara sesuai rencana strategis satker.

b. PA/KPA

Mampu menyusun dan menetapkan dokumen KAK, dokumen RKA

dan dokumen RUP, serta melaksanakan dokumen DPA.

c. kepalaULP/pokja ULP

Mampu membina proses pengadaan barang dan jasa secara

terintegrasi dan melakukan pemilihan penyedia barang/jasa.

d. Pejabat pengadaan

Mampu melakukan proses pemilihan penyedia barang dan jasa.

55

e. PPHP

Mampu melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan barang dan jasa

sesuai dengan dokumen kontrak serta prinsip-prinsip pengadaan

barang.

3) Peralatan/perlengkapan

a. Daftar identifikasi kebutuhan satker dan dokumen rencana kebutuhan

satker.

b. Dokumen DIPA.

c. Dokumen RUP terdiri dari namun tidak terbatas pada kebijakan

umum, RAB,KAK.

d. Dokumen RPP terdiri darinamun tidak terbatas pada HPS, spesifikasi

dan teknis paket, rancangan kontrak.

e. Dokumen pengadaan terdiri namun tidak terbatas pada dokumen

lelang, jadwal pengadaan.

f. Media tayang (website, papan pengumuman resmi dan portal

pengadaan).

g. Dokumen kontrak dan monitoring kontrak terdiri dari namun tidak

terbatas pada kontrak, SPMK, surat perintah membayar (SPM), SP2D,

BA pembayaran (BAP), BA serah terima (BAST), berita acara

pemeriksaan pekerjaan (BAPP), surat prmintaan pembayaran (SPP).

56

4) Pencatatan dan pendataan

a. Berkas-berkas terkait pengadaan terintegrasi dicatat dan didata

sebagai data elektronik dan data manual dalam berkas kearsipan

satuan kerja.

b. Berkas-berkas terkait pengadaan terintegrasi dicatat dan didata

sebagai data elektronik dan data manual dalam berkas kearsipan PPK..

c. Salin berkas-berkas terkait pengadaan secara terintegrasi dicatat dan

didata sebagai data elektronik dan data manual dalam berkas

kearsipan ULP.

d. Berkas-berkas terkait pelaksanaan kontrak dicatat dan didata sebagai

data elektronik dan data manual dalam berkas kearsipan PPK.

5) Peringatan

a. Pelaksana bertanggung jawab atas pelaksanaan aktivitas yang telah

dibakukan dan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

b. Segala bentuk penyimpangan atas mutu baku terkait perlengkapan,

waktu maupun output sebagai bentuk kegagalan yang harus

dipertanggungjawabkan oleh pelaksana.

c. SOP ini dapat dilaksanakan secara langsung (tatap muka) maupun

secara tidak langsung (website).

57

e) Pengadaan dari tahun ke-Tahun

Tabel 4.6

Jumlah Paket Lelang Empat Tahun Terakhir

No

Jenis pengadaan

Tahun Pengadaan Jumlah

2017 2018 2019 2020

1. Pengadaan barang 18 12 14 15 59

2. Pekerjaan konstruksi 85 102 92 82 361

3. Jasa konsultasi badan usaha non

konstruksi

37 20 7 6 70

4. Jasa konsultasi badan usaha

konstruksi

0 0 0 0 0

5. Jasa konsultansi perorangan 0 0 0 0 0

6. Jasa lainnya 3 2 6 3 14

Sumber data: lpse.bone.go.id

Berdasarkan dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengadaan barang dan

jasa terbanyak itu lebih menggunakan jenis pengadaan pekerjaan konstruksi, dan

jumlah dari empat tahun terakhir yaitu sebanyak 361 paket. Namun jenis

pengadaan seperti jasa konsultasi badan usaha konstruksi dan jasa konsultansi

perorangan justru tidak ada pengadaan dilihat dari tabel pengadaan empat tahun

terakhir. Hal tersebut menandakan bahwa pengadaan tersebut tidak begitu

dibutuhkan oleh pengguna barang dan jasa begitupun sebaliknya oleh penyedia

barang dan jasa.

f) Paket Barang dan Jasa

Tabel 4.7

Jumlah Paket Pengadaan Barang/Jasa Di Kab.Bone Pada Tahun 2021

No. Tahapan Jumlah Paket

1 Pendaftaran 12

2 Evaluasi Administrasi 59

3 Masa Sanggah 17

4 Tender Selesai 26

Jumlah 114 Paket

Sumber data: lpse.bone.go.id

58

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa pengadaan barang dan

jasa pada tahun 2021 tepatnya mulai bulan januari-juni terdapat 114 paket

pengadaan yang terdapat di unit layanan pengadaan barang/jasa di Kabupaten

Bone. Diantaranya paket pengadaan yang masih berada di tahap pendaftaran

terdapat 12 paket, kemudian pada tahap evaluasi administrasi terdapat 59 paket,

selanjutnya pada tahapan masa sanggah terdapat 17 paket dan untuk tahapan

tender sudah selesai terdapat 26 paket yang jumlah keseluruhannya yaitu 114

paket pengadaan di Unit Kerja Pengadaan barang/Jasa di Kabupaten Bone.

B. Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh dari

lapangan selama penelitian dilaksanakan, penelitian ini dilaksnakan di kantor

layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) Kabupaten Bone. E-procurement

merupakan merupakan teknologi digital yang terintegrasi dengan website untuk

memudahkan dalam proses pengadaan barang diantaranya berupa permintaan

barang, pencarian barang, pemesanan barang, kontrak kerja dengan penyedia

barang serta pembayarannya. E-procurement juga bertujuan untuk memudahkan

lembaga atau pemerintahan dalam proses pencarian kebutuhan barang dan jasa

yang diawali dengan pencarian spesifikasi barang sampai pada proses pembayaran

yang di dalamnya juga terdapat komunikasi langsung secara online antara pembeli

dalam hal ini pemerintah dengan penjual (swasta/pihak ketiga).

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung di

kantor Bagian Pengadaan Barang/Jasa Setda Kabupaten Bone selaku pelaksana.

Maka dari itu, efektivitas e-procurement (pengadaan barang dan jasa secara

59

elektronik) di Kabupaten Bone ini menggunakan empat indikator dari teori

Hasibuan yaitu: 1. Pencapaian target, 2. Kemampuan adaptasi, 3. Kepuasan kerja,

4. Tanggung jawab dan adapun hasil dari penelitian terkait efektivitas e-

procurement (pengadaan barang dan jasa secara elektronik) di Kabupaten Bone

yaitu:

1. Pencapaian target

Pencapaian target adalah bagaimana suatu organisasi dapat dikatakan

menetapkan suatu target kemudian merealisasikannya dengan baik. Hal

tersebut dapat dibuktikan dari hasil pelaksanaan suatu tujuan organisasi dalam

mencapai target berdasarkan tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Pencapaian target yang diperoleh dengan adanya e-procurement (pengadaan

barang dan jasa secara elektronik) di Kabupaten Bone adalah sangat luar biasa.

Terbukti dalam hasil wawancara dengan ibu AT selaku Kepala Bagian

Pengadaan Barang dan Jasa mengatakan bahwa :

“ ya, alhamdulillah target yang kita capai saat ini sudah

memuaskan, karena sebelum mengadakan pengadaan terlebih dulu

kita melakukan perencanaan, misalnya kita menentukan target

selanjutnya yang akan kita capai. Setelah perencanaan maka kita

menuju pelaksanaan atau proses disitulah seluruh penyedia

melakukan suatu pengadaan, dan mengenai hasil yang kita dapat

yah alhamdulillah sangat baik dan sangat memuaskan karena

sesuai dengan apa yang kita sudah targetkan dari awal

perencanaan.” (wawancara 22 juni 2021)

Berdasarkan pemaparan Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa LPSE

Kabupaten Bone, dapat diketahui bahwa dengan pelaksanaan e-procurement

dalam pengadaan barang dan jasa ini justru lebih meningkatkan jumlah target

60

yang kita capai dari tahun ke tahun. Hal tersebut juga didukung dengan hasil

wawancara dengan salah satu penyedia barang dan jasa yang mengatakan

bahwa:

“pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara elektronik

selama beberapa tahun ini justru lebih memudahkan kami sebagai

penyedia untuk melakukan pengadaan, karena lebih dipermudah

dengan adanya layanan secara elektronik yang dimana kita hanya

duduk terus membuka akun kita dapat mengupload dokumen

mengenai barang yang kita kerjakan ketika ikita ingin melakukan

pelaporan terhadap si pengguna barang tersebut.” (wawancara

dengan AMR, 28 juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa pencapaian target

dalam pelayanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini memberikan

hasil yang baik. Hal ini sama seperti yang dikatakan Kasubag Pengelolaan

Barang dan Jasa di unit kerja pengadaan barang dan jasa Kabupaten Bone AS

yang mengatakan bahwa:

“ya, selama proses pengadaan barang dan jasa ini berbasis

elektronik saya melihat hasil yang diperoleh ini sudah memuaskan,

dimana dalam hal pengadaan alhamdulillah lancar-lancar saja

sehingga ini memberikan aurah positif bagi target yang akan kita

capai. Karena lagi dan lagi sebelum kita melakukan sesuatu harus

ada tujuan yang akan kita capai, sama hal nya dalam pengadaan

kita sudah menetapkan suatu target capaian kita selanjutnya.”

(wawancara 22 juni 2021)

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa pengadaan

barang dan jasa secara elektronik sudah mencapai target sesuai dengan yang

telah ditentukan sebelumnya, karena dapat memberikan pelayanan lebih cepat

dengan cara menggunakan ilmu teknologi (IT) sehingga mempermudah proses

61

lelang. Hal yang sama juga disampaikan salah satu pegawai bagian pengadaan

barang/jasa setda Kabupaten Bone yang mengatakan bahwa:

“ mengenai target, kami sudah mempersiapkan memang tujuan kita

sebelum melangkah ke tahap berikutnya, yah salah satunya target

yang akan kita capai, dan kita sudah melakukan segala sesuatu

dengan sekuat tenaga karena kita sudah menentukan target sebelum

pelaksanaan, jadi sudah ada tujuan awal yang ingin kita capai. Dan

alhamdulillah untuk saat ini kita sudah mencapai target tersebut.”

(wawancara dengan SR, 24 juni 2021)

Berdasarkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat

disimpulkan bahwa pencapaian target pengadaan barang dan jasa secara

elektronik di Kabupaten Bone ini sudah memuaskan, baik dilihat dari sumber

daya manusianya, strategi perencanaannya, manajemen kinerjanya, target

setiap tahunnya. Karena dimana setiap tahunnya pengadaan sudah mencapai

target sesuai dengan awal perencanaan sebelum pelaksanaan bahwa adanya

penentuan tujuan sebelum diadakannya suatu pelaksanaan pengadaan barang

dan jasa.

Dan juga bisa kita lihat dari table di bawah ini:

Tabel 4.8

Ukuran pencapaian target

Kelompok

Target

Target Rata-Rata Skor Tingkatan

Perencanaan

Perencanaan ULP 3.20 Proactive

Sistem rekrutmen anggota

ULP

3.07 Proactive

Kaderisasi ULP 2.87 Proactive

Tingkat

kompetensi

SDM ULP

Adanta tim evaluator ULP 2.50

Kondisi kompetensi

anggota ULP

3.30 Proactive

Pelatihan teknis dan

pendidikan anggota ULP

2.17 Compliance

Studi banding anggota 1.93 Compliance

62

ULP

Jalur karir

ULP

Peta jalur karir anggota

ULP

1.93 Compliance

Pola insentif anggota ULP 2.63 Proactive

Strategi,

perencanaan,

dan

pelaksanaan

pengadaan

Strategi dan perencanaan

PBJ

2.70 Proactive

Pelaksanaan dan

pengendalian PBJ

3.27 Proactive

Fungsi ULP

dalam

pelaksanaan

anggaran

Kedudukan dan posisi

ULP dalam pelaksanaan

anggaran

3.03 Proactive

Peran ULP dalam

pelaksanaan anggaran

3.43 Performed

Manajemen

kinerja PBJ

Perencanaan manajemen

kinerja PBJ

3.00 Proactive

Pelaksanaan &

pengendalian manajemen

kinerja PBJ

2.80 Proactive

Adanya tim pengendali

manajemen kinerja ULP

dalam PBJ

2.33 Compliance

Teknologi

informasi

Penggunaan teknologi

informasi dalam PBJ

3.83 Performed

Pengelolaan data &

informasi PBJ

2.87 Proactive

Sarana dan prasarana 3.13 Proactive

Resiko

pengadaan

Pemahaman dan

identifikasi resiko PBJ

3.07 Proactive

Pengendalian resiko PBJ 3.37 Proactive

Koordinasi

antarpihak

PBJ

Koordinasi dengan pihak

luar terkait teknis dan

hukum

3.13 Proactive

Kolaborasi para pihak

dalam proses PBJ

3.30 Proactive

Kepemimpinan organisasi

dalam PBJ

3.17 Proactive

Penerapan fakta integritas

dalam PBJ

3.63 Performed

Jumlah 73.66

Sumber data: kantor lpse kab bone

63

Dari table 4.8 dapat dihitung tingkatan pencapaian target Bagian Pengadaan

Barang/Jasa Setda Kabupaten Bone secara menyeluruh yaitu sebagai berikut :

=

= 2.95

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pencapaian target Bagian Pengadaan

Barang/Jasa Setda Kabupaten Bone secara menyeluruh yaitu memiliki skor 2.95

dimana skor tersebut berarti Bagian Pengadaan Barang/jasa Setda Kabupaten

Bone berada di tingkatan Proactive atau mampu beradaptasi dengan segala

kondisi dan mampu memanfaatkan peluang untuk meraih kesuksesan.

2. Kemampuan Adaptasi

Kemampuan adaptasi adalah keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat

dari sejauh mana organisasi tersebut mampu menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan yang terjadi, baik internal maupun eksternal.

Kemampuan adaptasi juga mampu dilihat dari segi pelayanan yang diberikan

kepada penyedia dan pengguna barang dan jasa di kabupaten Bone. Dalam

hasil wawancara dengan AT selaku Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa

mengatakan bahwa:

“ya, kalau mengenai kemampuan adaptasi para pegawai disini bisa

dibilang sudah mampu, karena dimana sebelum mereka diberikan

pekerjaan ini terlebih dahulu kami melakukan pengetesan, agar

penempatan para pegawai sesuai dengan kemampuannya masing-

masing. Dan untuk mengenai adaptasi dalam hal manual ke

elektronik, yah alhamdulillah seluruh pegawai mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi

dikantor.” (wawancara 22 Juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara AT menunjukkan bahwa kemampuan adaptasi

para pegawai dalam pelayanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini

64

memberikan dampak yang baik, karena para pegawai sudah mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada yang salah satunya dari sistem

manual menjadi sistem elektronik. Hal ini sama seperti yang dikatakan Kasubag

Layanan Pegadaan Secara Elekronik di unit kerja pengadaan barang dan jasa

Kabupaten Bone A yang mengatakan bahwa:

“betul sekali, disini para pegawai merupakan orang-orang pilihan

yang akan diberikan pekerjaan ini, jadi sudah jelas dia mampu

beradaptasi dengan perubahan yang terjadi saat ini. Sebelum

mereka memasuki rana ini, mereka sudah melewati tahap

pengetesan maka dari itu mereka ini termasuk orang-rang pilihan

yang menjadi rekan kita dalam bekerja maka dari itu mampu

memenuhi kebutuhan pengguna dan penyedia barang dan jasa di

kabupaten bone ini.” (Wawancara 22 Juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa setiap

pelaksanaan pelayanan dalam pengadaan barang dan jasa secara elektronik

sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan penyedia dan

pengguna barang dan jasa. Seperti penyedia barang dan jasa yang dalam hal ini

masih membutuhkan pengetahuan tentang penggunaan sistem elektronik dalam

melakukan lelang di sistem. Adapun hasil wawancara lainnya dengan salah

satu penyedia barang dan jasa yang mengemukakan bahwa:

“ya baik, berbicara tentang kemampuan adaptasi saya tentang

pelayanan yang berbasis elektronik, disisi lain saya merasa sedikit

beban saya berkurang dikarenakan untuk melakukan laporan

terhadap si pengguna barang/jasa saya tidak perlu lagi ke kantor

untuk menyetor berkas-berkas yang akan saya ajukan, tetapi

dengan adanya pengadaan secara elektronik ini saya hanya

membuka situsnya lalu mengupload berkas-berkas barang/jasa

apakah sudah berada ditahap mana, tapi disisi lainnya lagi ada

sedikit kerumitan inikan sistem yah terkadang ada updatenya maka

dari itu ketika sistem nya sudah diupdate kita harus belajar lagi

terlebih dahulu sebelum mengupload lagi, tetapi menurut saya

65

dengan pengadaan elektronik justru lebih baik dalam melakukan

pengadaan.” (wawancara AMR, 28 Juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas yang mengemukakan bahwa

kemampuan adaptasinya dalam penggunaan sistem elektronik dalam

pengadaan barang dan jasa, sudah mampu menyesuaikan diri baik perlahan-

lahan. Selain itu ada juga hasil wawancara dengan pengguna barang dan jasa

yang mengatakan bahwa :

“kalau saya, sebenarnya awalnya sangat rumit yah dimana kita tau

kalau bagi orang tua seperti kita ini mungkin bisa dikatakan sedikit

gagal update mengenai IT, tetapi seiring berjalannya waktu kami

mampu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

yang ada, karena kami melakukan pembelajaran sehingga tidak ada

alasan lagi untuk kami tidak mengetahui tender-tender yang sudah

di lelangkan. Kami juga bisa melakukan pemantauan terhadap

barang/jasa yang telah berjalan menggunakan sistem pengadaan

barang/jasa apakah sudah berada ditahap mana. (wawancara S, 24

Juni 2021)

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik

ini memberikan dampak yang sangat baik terhadap penyedia barang dan jasa

dan pegawai yang ada di kantor itu sendiri, karena sedikit demi sedikit

memberikan pengetahuan tentang penggunaan sistem elektronik melalui

pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Pelayanan yang diberikan oleh

pegawai juga sedikit berkurang akibatnya segala sesuatu harus menggunakan

sistem elektronik, meskipun tidak secara keseluruhan menggunakan elektronik

tetapi setidaknya dapat mengurangi beban pegawai dalam hal pelayanan di

kantor.

66

3. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota

organisasi ataupun pegawai dalam sebuah instansi yang mampu memberikan

rasa nyaman dan motivasi terhadap peningkatan kinerja organisasi atau pun

instansi. Kepuasan kerja juga dapat dilihat dari segi pelayanan yang diberikan

kepada pengguna barang dan jasa di UKPBJ kabupaten Bone. Wawancara

dengan AT selaku Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa mengatakan

bahwa:

“ya kalau dari saya, sangat merasa puas dengan kinerja para

pegawai saya dikarenakan mereka sudah mau bekerja keras

meskipun jumlahnya mereka masih belum cukup sesuai dengan

SOP (standar operasional pegawai). Tetapi yang bagusnya mereka

semua mau menambah jam kerjanya demi memberikan kepuasan

terhadap pelayanan dalam pengadaan barang dan jasa. (wawancara

22 Juni 2021)

Dapat dilihat dari hasil wawancara diatas yang mengemukakan bahwa

kepuasan kerja bagi pegawai dalam penggunaan sistem elektronik dalam

pengadaan barang dan jasa, sudah memberikan hasil yang baik. Selain itu

didukung juga dengan hasil wawancara dengan Kasubag Pembinaan dan

Advokasi yang mengatakan bahwa :

“kalau selama pelayanan pengadaan barang dan jasa secara

elektronik, sampai saat ini belum ada yang mengeluh tentang

pelayanan kami di kantor, yah itu menandakan bahwa mereka

sudah merasa puas dengan pelayanan yang telah kami berikan. Dan

kami juga di kantor merasa bahwa apa yang kami berikan itu sudah

sesuai dengan apa yang mereka butuhkan selama proses pengadaan

barang dan jasa. (wawancara H, 22 Juni 2021)

67

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa penyedia dan

pengguna barang dan jasa sama sekali merasakan kepuasan dengan pelayanan

yang diberikan oleh kantor baik di kantor itu sendiri maupun di sitem yang

telah disediakan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan RS selaku

pengguna barang dan jasa yang mengatakan bahwa:

“ya kalau saya pribadi sudah puas dengan pelayanan yang ada,

cuman yang menjadi kendala yaitu bagi yang nda paham tentang

IT itu susah untuk mengikutinya. Tetapi sebelum kita

menggunakan sistem ini kita melakukan pembelajaran terlebih

dahulu bagaimana cara yang akan kita lakukan ketikan menghadapi

sistem tersebut. Tapi jujur saya puas karena kami tidak repot-repot

lagi kekantor jika ada berkas yang dibutuhkan tetapi kami hanya

mengupload nya di sistem.” (wawancara 24 juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kepuasa kerja

ini sangat diterima dikalangan masyarakat khususnya para pengguna barang

dan jasa. Meski sebagian pengguna masih memiliki kerumitan dalam hal

penggunaan sistem, tetapi secara umumnya mereka sangat puas dengan

pelayanan yang ada. Adapun hasil wawancara dengan AMR selaku penyedia

barang dan jasa mengatakan bahwa:

“iya sangat puas, karena saya tidak perlu repot-repot lgi ke kantor

lagi untuk melakukan pelaporan bahwa barang/jasa sudah berada

ditahap sekian-sekian, saya hanya membuka sistem lalu

mengupload foto keadaan yang ada di lokasi. Tapi yang namanya

menggunakan sistem yah pasti ada kendala diantaranya jaringan

apalagi kita menggunakan sistem elektronik, tetapi tidak selamanya

kita terkendala, maka dari itu saya sangat puas dengan pegadaan

secara elektronik ini karena memudahkan saya dalam proses

lelang.” (wawancara 28 Juni 2021)

68

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi kepuasan kerja dalam

pengadaan barang dan jasa secara elektronik memberikan hasil yang baik.

Karena baik pengelola, pengguna dan penyedia barang dan jasa sangat

merasakan kepuasan satu sama lain.

4. Tangung jawab

Tanggung jawab adalah pelaksanaan tugas dan kewenangan yang telah

diemban serta mampu menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang

terjadi dalam pekerjaan. Tanggung jawab juga dapat dilihat dari segi pelayanan

yang diberikan kepada pengguna barang dan jasa di UKPBJ kabupaten Bone.

Wawancara dengan AT selaku Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa

mengatakan bahwa:

“alhamdulillah mereka bertanggung jawab semua, justru mereka

lebih dari itu karena terpaksa saya beserta pegawai-pegawai disini

harus menambah jam kerja karena meskipun kami masih

kekurangan pegawai tapi tanggung jawab kami harus

menyelesaikan itu ada. Maka dari itu terkadang kami sampai

malam dikantor itu masih ramai, karena jam kerja kami tambah

dari sebelumnya. Tapi alhamdulillah mereka semua menjalankan

tanggung jawabnya masing-masing dengan baik”. (wawancara 22

Juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Pengadaan Barang

dan Jasa diatas menunjukkan bahwa para pegawai sudah menjalankan

tanggung jawabnya masing-masing. Adapun hasil wawancara dengan SR salah

satu pegawai layanan pengadaan secara elektronik yang mengatakan bahwa:

“yah mengenai tanggung jawab kami disini sebagai pegawai yang

akan memberikan pelayanan terhadap penyedia dan pengguna

barang dan jasa. Alhamdulillah kami sudah menjalankan tanggung

jawab kami dengan baik karena jika ada penyedia dan pengguna

barang da jasa yang tidak mampu mengoperasikan sistem kami

69

maka dari itu kami memberikan pembelajaran, karena di kantor

kami segala pengadaan sudah dialihkan ke berbasis internet semua,

maka dari itu kami juga mempunyai tanggung jawab untuk

mengajarkannya dalam penggunaan sistem kami.” (wawancara 22

Juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa tangung jawab

mereka sebagai pegawai sudah dijalankan dengan dengan baik. Karena dengan

adanya pengadaan secara elektronik ini para pegawai mempunyai tanggung

jawab untukmengajarkan kepada penyedia dan pengguna barang dalam hal

penggunaan sistem elektronik yang telah kami keluarkan. Hasil wawancara

tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan S

selaku pengguna barang dan jasa mengatakan bahwa:

“betul sekali, dalam penggunaan sistem elektronik kami sangat

membutuhkan yang namanya pembelajaran dalam hal

peggunaannya. Maka dari itu para pegawai memiliki tanggung

jawab untuk mengajarkan kami, tetapi alhamdulillah seiring

berjalannya waktu kami belajar dan kami pun mampu

menggunakan aplikasi ini untuk melihat apa-apa yang sudah

dilelang oleh penyedia.” (wawancara 24 juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi pengadaan

barang dan jasa secara elektronik dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan

tanggung jawabnya sudah berlangsung sangat baik. Pengadaan secara

elektronik ini sangat memudahkan penyedia dan pengguna untuk mengikuti

tender yang sedang berlangsung.

C. Pembahasan Penelitian

1. Pencapaian Target

Dalam suatu pengadaan harus mempunyai nilai lebih dan target yang akan

dicapai dengan pengadaan yang sebelumnya, dalam arti bahwa pengadaan

70

barang dan jasa secara elektronik harus mempunyai target lebih yang akan di

capai dibandingkan dengan pengadaan sebelumnya yang telah dilaksanakan.

Dalam hal ini Bagian Pengadaan Barang/Jasa Setda Kabupaten Bone

melakukan pengadaan secara elektronik dengan tujuan untuk memberikan

pelayanan yang lebih baik kepada penyedia dan pengguna barang dan jasa.

Sama halnya yang dikatakan oleh Sadad (2014) yang mengatakan bahwa

konsep efektivitad merupakan konsep yang luas mencakup berbagai faktor dan

dari sudut pandang mana kita melihatnya. Pada umumnya efektivitas

dihubungkan dengan berbagai cara pencapaian tujuan baik dari segi proses atau

pun dari segi waktu. Maka dari itu pencaipaian target disini harus mempunyai

nilai lebih dengan pengadaan sebelumya seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Pelayanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik merupakan

pengadaan yang membawa perubahan baik terhadap pelayanan yang diberikan

kepada penyedia maupun yang diberikan kepada pengguna barang dan jasa.

Dan untuk melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik

dibutuhkan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap

penyedia dan pengguna barang dan jasa. Dalam pengadaan barang dan jasa

secara elektronik selalu ada kebaruan dalam sistemnya yang membedakannya

dengan pengadaan secara manual sebelumnya.

Pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini memudahkan para penyedia

dan pengguna barang dan jasa untuk mengetahui hal-hal yang ada di sistem.

Maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pengadaan barang dan jasa secara

elektronik ini telah membawa perubahan yang baik terhadap penyedia dan

71

pengguna barang dan jasa dibandingkan yang dulu sebelum adanya pengadaan

secara elektronik. Karena sebelum adanya kegiatan pengadaan secara

elektronik segala sesuatu harus di urus sendiri ke kantor pada saat itu.

2. Kemampuan Adaptasi

Dengan sifatnya yang baru pengadaan barang dan jasa secara elektronik

tentu memiliki tingkat kerumitan dalam kemampuan beradaptasi yang bisa jadi

lebih tinggi dibandingkan dengan pengadaan sebelumnya. Pengadaan barang

dan jasa secara elektronik bukanlah hal yang rumit, walaupun ada sedikit

kesusahan namun hal itu bukanlah sebuah kendala dalam pelaksanaan

pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Penerapan proses pengadaan

barang dan jasa secara elektronik bukanlah hal yang rumit karena prosedurnya

telah disosialisasikan melalui media elektronik dan bertatap muka langsung

dengan penyedia dan pengguna barang.

Dalam pengembangannya pengadaan barang dan jasa tentu harus

mempunyai sifat kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang

terjadi. Hal ini dimaksudkan agar pengadaan yang sebelumnya tidak digantikan

begitu saja karena adanya proses pengadaan yang baru, namun juga

menjadikan pengadaan yang lama menjadi bagian dari proses transisi ke

pengadaan yang baru. Pengembangan pengadaan barang dan jasa secara

elektronik dikenal dengan tahapan pengembangan pengadaan yang selalu

muncul untuk saat ini dimana melihat juga dari perkembangan zaman. Melalui

pengadaan barang dan jasa secara elektronik yaitu memanfaatkan teknologi

dalam menjalankan prosesnya. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada

72

mereka mengadakan pengadaan secara elektronik sehingga para pegawai juga

harus mampu beradaptasi dengan keadaan.

Upaya pegawai dalam melaksanakan pengadaan secara elekronik sudah

sangat bagus karena mampu memberikan pemahaman terhadap penyedia dan

pengguna barang dan jasa, itu menandakan para pegawai juga sudah mampu

beradaptasi dengan keadaan. Pengadaan secara elektronik sangat merubah

keadaan yang dimana sebelumnya menggunakan sistem manual dan di ubah

menjadi sistem elektronik. Dengan adanya pengadaan secara elektronik ini

penyedia dan pengguna barang dan jasa mulai menggunakan teknologi dengan

baik untuk melakukan pengadaan. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa baik

pegawai, penyedia dan pengguna barang dan jasa sudah mampu beradaptasi

dengan perubahan yang terjadi dalam hal pelayanan.

3. Kepuasan Kerja

Kualitas dari suatu pengadaan barang dan jasa memang sangat penting,

suatu pengadaan dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan

dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Keunggulan dari

pengadaan barang dan jasa secara elektronik yang sudah memberikan manfaat

kepada para penyedia dan pengguna barang dan jasa tentu sangat diterima

dengan baik. Pengadaan barang dan jasa secara elektronik telah diberlakukan

dengan baik oleh pemerintah. Karena pengadaan hanya bisa diterima apabila

telah terbukti memberikan kepuasan terhadap penggunanya dan terbukti

mempunyai nilai lebih atau keuntungan dibanding dengan pengadaan

sebelumnya. Sebuah pengadaan harus melewati percobaan awal, dimana masa

73

percobaan pengadaan secara elektronik dilakukan sebelum proses pengadaan

ini benar-benar dijalankan. Selain masa percobaan dahulu, proses pengadaan

secara elektronik ini juga harus diketahui terlebih dahulu apa yang menjadi

nilai lebih dibandingkan dari pengadaan yang sebelumnya. Proses pengadaan

sebelum dilaksanakan dengan cara manual atau harus datang ke kantor.

Menurut Suprianto et al. (2019) Secara umum tujuan dari diterapkannya e-

procurement adalah untuk menciptakan transparansi, efisiensi, dan efektivitas

serta akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik

antara pengguna jasa dan penyedia jasa. E-procurement dapat memperbaiki

tingkat layanan kepada para user, mengefektifkan penggunaan sumber daya

manusia dalam proses pengadaan, memenuhi kebutuhan akses informasi yang

real time, serta mendukung proses monitoring dan audit. Maka dari itu harud

diukur dari tingkat kepuasan kerja terhadap pengguna barang/jasa.

Pemerintah melihat bahwa sebagian masyarakat kadang terkendala dengan

akses transportasi untuk datang langsung ke kantor, maka dari itu untuk

memberikan tingkat kepuasan terhadap masyarakat utamanya untuk penyedia

dan pengguna barang dan jasa maka dari itu dikeluarkan yang namanya sistem

pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Dan di Bagian Pengadaan

Barang/JAsa Setda Kabupaten Bone itu sendiri telah mengeluarkan suatu

inovasi yaitu SIPABAJA (sistem pengadaan barang dan jasa) untuk

memudahkan bagi penyedia dan pengguna barang dan jasa di kabupaten bone

untuk bertransaksi.

74

4. Taggung jawab

Setelah melihat proses pengadaan secara elektronik tentunya keseluruhan

proses mudah dijalankan ataupun diamati sejauh mana proses pengadaan ini

dapat terlaksana dan memberikan keuntungan serta kemudahan bagi

masyarakat khususnya penyedia dan pengguna barang dan jasa. Dibalik dari

proses yang berjalan dengan baik ada tanggung jawab sendiri yang harus di

penuhi, baik pegawai yang mempunyai tanggung jawan untuk memberian

pelayanan yang baik kepada penyedia dan pengguna. Dimana dalam

pelaksanaan proses pengadaan secara elektronik ini para pegawai harus

menjalankan tugasnya dengan baik seperti penyedia atau pengguna yang dalam

kesusahan dalam mengakses atau menggunakan proses pengadaan secara

elektronik.

Pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini harus bisa diamati juga dari

segi pelayanan, agar para pegawai mampu mengetahui tanggung jawabnya

masing-masing. Sesuai dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang mana salah satu di dalamnya terdapat

akuntabilitas yaitu sesuai dengan aturan atau ketentuan yang terkait dengan

pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Dengan

pelayanan yang baik dan bertanggung jawab, dari situlah dapat diperoleh hasil

yang baik atau keuntungan yang maksimal sesuai dengan tujuan awal atau

target yang akan di capai.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan indikator pada penerapan efektivitas e-procurement dalam

pengadaan barang dan jasa secara elektronik di kabupaten bone maka peneliti

dapat memberikan kesimpulan bahwa penerapan efektivitas e-procurement di

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Bone sebagai berikut:

1. Pencapaian Target, dapat dikatakan bahwa pengadaan barang dan jasa secara

elektronik di kabupaten bone ini sudah mencapai targetnya yaitu mampu

memberikan layanan proses pengadaan dengan baik sehingga para penyedia

dan pengguna juga mampu menggunakan barang dan jasa dengan baik.

2. Kemampuan Adaptasi, dalam pengembangannya pengadaan barang dan jasa

tentu harus mempunyai sifat kemampuan beradaptasi dengan perubahan-

perubahan yang terjadi. Upaya pegawai dalam melaksanakan pengadaan secara

elekronik sudah sangat bagus karena mampu memberikan pemahaman

terhadap penyedia dan pengguna barang dan jasa, itu menandakan para

pegawai juga sudah mampu beradaptasi dengan keadaan.

3. Kepuasan Kerja, kualitas dari suatu pengadaan barang dan jasa memang sangat

penting, suatu pengadaan dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memberi

kepuasan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Untuk

memberikan tingkat kepuasan terhadap masyarakat utamanya untuk penyedia

dan pengguna barang dan jasa di kabupaten bone maka dari itu dikeluarkan

yang namanya sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Maka dari

itu masyarakat sangat puas dengan pelayanan yang ada karena juga sistem nya

sangat membantu dalam hal pengadaan.

4. Tanggung jawab, dibalik dari proses yang berjalan dengan baik ada tanggung

jawab sendiri yang harus di penuhi, baik pegawai yang mempunyai tanggung

jawan untuk memberian pelayanan yang baik kepada penyedia dan pengguna.

Dengan pelayanan yang baik dan bertanggung jawab, dari situlah dapat

diperoleh hasil yang baik atau keuntungan yang maksimal sesuai dengan tujuan

awal atau target yang akan di capai.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran yaitu:

1. Di harapkan adanya kelengkapan data atau informasi pada aplikasi online agar

penyedia dan pengguna barang dan jasa dengan mudah mengakses informasi.

2. Diharapkan kepada unit kerja pengadaan barang dan jasa (UKPBJ) untuk lebih

memaksimalkan dalam pememberikan pelayanan kepada penyedia dan

pengguna barang dan jasa.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, Budiyono, & Haris. (2004). Pengantar Manajemen (p. 9). Graha Ilmu.

Andrianto, N. (2007). Good E-government:Transparansi Dan Akuntabilitas

Publik Melalui E-government. Banyumedia.

Arsyad, M., Suriadi, L. O., & Anam, S. (2016). Analisis Pengadaan Barang dan

Jasa secara Elektronik (E-procurement) Pada LPSE Kota Kendari. Jurnal

Ekonomi (JE), 1(April), 4.

Badrudin. (2014). Dasar-Dasar Manajemen. Alfabeta.

Barthos, B. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.

Danim, S. (2004). Motivasi Kepemimpinan Dan Efektivitas Kelompok. Rineka

Cipta.

Habibi, M. M., & Untari, S. (2017). Efektivitas Pelaksanaan E-Procurement

Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa. Media Ilmiah Teknik Sipil, 5(2), 81–88.

Handoko, H. (2007). Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. BPFE.

Haryati, D., Anditya, A., & Wibowo, R. A. (2010). Pelaksanaan Pengadaan

Barang / Jasa Secara Elektronik ( E-Procurement ) Pada Pemerintah Kota

Yogyakarta. 80.

Hasibuan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.

Hidayat, C. N. (2020). Efetivitas Hukum Sistem E-Procurement Dalam

Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik. Pamulang Law Review, 2(1),

37.

Indrajit, R. E., Djokopranoto, & Richardus. (2003). Dasar, Prinsip, Teknik, Dan

Potensi Pengembangan E-Procurement. Dinastindo.

Kadarisman. (2012). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Rajagrafindo Persada.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP AMP YKPN.

Munir, M. (2013). Efektivitas Electronic Procurement Dalam Pengadaan Barang

/ Jasa Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamongan. 1–6.

Nurchana, A. R. A., Haryono, B., & Adiono, R. (2014). Efektivitas E-

Procurement Dalam Pengadaan Barang/Jasa (Studi Terhadap Penerapan E-

Procurement Dalam Pengadaan Barang/Jasa Di Kabupaten Bojonegoro).

Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya, 2(2), 355–

359.

Purwosusilo. (2014). Aspek Hukum Pengadaan Barang Dan Jasa. Kencana.

RI, D. P. (2005). Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga. Balai

Pustaka.

Rowley, C., & Jackson, K. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Rajawali

Pers.

Sadad, A. (2014). Organisasi Dan Manajemen (Pengaruh Pemotivasian

Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai). Alaf Riau.

Sari, A., & Triandi. (2016). Pengaruh Penggunaan E-Procurement Terhadap

Efektifitas Dan Efisiensi Pengadaan Barang/Jasa Pada Kantor Layanan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Bogor. JIAKES Jurnal Ilmiah

Akuntansi Kesatuan, 4(2), 1–8.

Solihin, I. (2009). Pengantar Manajemen. Erlangga.

Sulistiawati, A. (2020). Analisis Efektivitas Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Secara Elektronik (E-Procurement) Pada Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE) Kota Palembang. SELL Journal, 5(1), 55.

Suprianto, A., Zauhar, S., & Haryono, B. S. (2019). Analisis Efektivitas Sistem E-

Procurement dalam Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (Studi pada Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya). Jurnal Ilmiah Administrasi

Publik, 5(2), 251–259.

Sutedi, A. (2012). Aspek Hukum Pengadaan Barang Dan Jasa Dan Berbagai

Permasalahannya-Ed 2. Sinar Grafika.

Swadesi, U. (2017). Efektivitas Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik

(E-Procurement) Pada LPSE Kota Pekanbaru. 4(2), 1–13.

Wiludjeng, S. (2007). Pengantar Manajemen. Graha Ilmu.

Winardi. (2004). Teori Organisasi Dan Pengorganisasian. Rajagrafindo Persada.

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini berfingsi untuk menjawab untuk menjawab

rumusan masalah pada penelitian yang berjudul “Efektivitas e-procurement dalam

pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kabupaten Bone” berikut draft

wawancara berdasarkan teori dari Hasibuan yang terdiri dari empat indikator

dalam menjawab rumusan masalah mengenai efektivitas e-procurement dalam

pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kabupaten Bone.

Lokasi : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Bone

Fokus : Efektivitas e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa secara

elektronik di Kabupaten Bone

1. Pencapaian Target

a. Apakah pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini sudah sesuai

dengan kebutuhan para penyedia dan pengguna barang?

b. Apakah pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini sudah dilakukan

dengan baik?

c. Apakah pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini sudah sesuai

dengan target yang telah ditentukan?

2. Kemampuan Adaptasi

a. Apakah yang menjadi kendala sehingga para pegawai, penyedia dan

pengguna dalam penggunaan sistem pengadaan barang dan jasa secara

elektronik?

b. Apakah para pegawai, penyedi dan pengguna barang dan jasa sudah

mampu beradapatasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi?

3. Kepuasan Kerja

a. Selama dilaksanakannya proses pengadaan secara elektronik, apakah para

penyedia dan pengguna sudah merasakan kepuasan?

b. Apa upaya yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada

penyedia dan pengguna, sehingga mereka merasa puas dengan pelayanan

pengadaan?

c. Apakah selama proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini

sebagai penyedia dan pengguna barang dan jasa, apa yang menjadi

keluhan selama proses pengadaan?

4. Tanggung Jawab

a. Bagaimana cara memberikan pemahaman kepada pengguna sistem

pengadaan barang dan jasa secara elektronik?

b. Apakah pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini termasuk

pengadaan yang mudah di jalankan dibandingkan dengan pengadaan

sebelumnya?

Kantor UKPBJ (Unit Kerja Layanan Pengadaan Barang dan Jasa) Kabupaten

Bone

Wawancara dengan Ibu Andi Tenri Olle, S.T., M.Si (Kepala Bagian Pengadaan Barang

dan Jasa)

Wawancara dengan ibu Andi Sugiwati, S.Sos., M.Si (Kasubag Pengelolaan

Pengadaan Barang dan Jasa)

Wawancara dengan ibu Hasmi, S.Sos., M.Si (Kasubag Pembinaan dan Advokasi

Pengadaan Barang dan Jasa)

Wawancara dengan Bapak A. Muh. Ridwan, S.T (Penyedia barang dan Jasa)

Wawancara dengan ibu Siska Rahayu, S.H (Staff Layanan Pengadaan Secara

Elektronik)

Wawancara dengan Bapak Sabri (Pengguna Barang dan Jasa)

Ruangan Pegawai UKPBJ Kab.Bone

Wawancara dengan Bapak Randy Setiawan (Pengguna Barang dan Jasa)

Ruangan Pegawai UKPBJ Kab.Bone

Ruangan Pegawai UKPBJ Kab.Bone

RIWAYAT HIDUP

Jusniati atau yang lebih dikenal dengan nama Jusni

lahir di Batutaneng, pada tanggal 09 Juni 1999. Anak

pertama dari tuju bersaudara dari pasangan suami istri

Jusman dan Indosakka. Peneliti mulai bersekolah di

jenjang Sekolah Dasar yaitu di SD Inpres 12/79 Hulo

dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan

kejenjang Sekolah Menengah Pertama yaitu di SMPN 1 Kahu dan tamat pada

tahun 2014. Kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 2 Sinjai Utara yang

saat ini menjadi SMA 5 Sinjai pada tahun 2014 dan selesai pada tahun 2017.

Karena memiliki keinginan yang kuat dalam hal pendidikan maka peneliti

melanjutkan jenjang pendidikan disalah satu perguruan tinggi di Makassar yaitu

Universitas Muhammadiyah Makassar (UMM), dan terdaftar sebagai salah satu

mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi

Negara (IAN), dengan nomor stambuk 105611120517. Dan di kampus ini juga

penulis mendapatkan gelar Sarjana Strata satu (S.Sos).