Post on 11-Aug-2015
Menurut Pandangan Agama Budha
Pada kasus yang dialami Ny. Dita ini dimulai dari gangguan orientasi seksual yang dialaminya,
pernikahan paksa yang terjadi, KDRT yang dilakukan suaminya terhadap dirinya, hingga
perceraian, semua ini akan dibahas satu per satu menurut sudut pandang agama Buddha (untuk
pembahasan lebih lanjut lihat bab tinjauan pustaka).
Homoseksual (gangguan orientasi seksual)
Menurut budha homoseksual yang terjadi pada Ny. Dita dipercaya merupakan akibat dari
pelanggaran sila ke 3 di masa lalu. Sila merupakan salah satu landasan moral buddhis,
dimana sila ke 3 nya diperintahkan untuk tidak melakukan perbuatan asusila.
Pernikahan
Pernikahan yang terjadi pada kasus ini merupakan pernikahan paksa, akibat dari ego ayah
Ny. Dita yang malu dengan keadaan putrinya, dimana menurut budha tidak harus
dilakukan. Sebab menurut budha pernikahan itu ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia yang
sesuai Dhamma. Jadi apabila dari salah satu pihak sudah merasa terpaksa untuk hidup
dalam suatu perkawinan maka sebaiknya tidak dilakukan atau dengan kata lain lebih baik
hidup sendiri.
KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Ny. Dita akibat perbuatan suaminya dalam
Budha sangat tidak dibenarkan. Karena Budha sangat menolak sekali tindak kekerasan,
apalagi terhadap kaum wanita. Budha mengajarkan untuk menghormati dan tidak berbuat
kasar terhadap kaum wanita.
Perceraian
Perceraian yang terjadi antara Ny. Dita dan suaminya tidak dilarang oleh Budha, walau
Budha juga tidak mendukung pereceraian. Perceraian harus menjadi jalan terakhir yang
ditempuh dalam menyelesaikan suatu permasalahan keluarga. Namun, pada kasus ini
menurut kelompok kami, Ny. Dita sebaiknya memang bercerai dari suaminya karena
suaminya sering sekali melakukan KDRT terhadapnya baik secara fisik dan psikis baik
sebelum atau sesudah mengetahui Ny. Dita memiliki gangguan orientasi seksual.
Menurut Pandangan Agama Hindu
Sama halnya dengan agama Budha, masalah pada kasus Ny. Dita ini akan dibahas satu per satu
menurut agama hindu (untuk pembahasan lebih lanjut lihat bab tinjauan pustaka).
Homoseksual (gangguan orientasi seksual)
Menurut agama hindu, kasus yang dialami oleh Ny. Dita ini merupakan salah satu dari
sekian banyak kecendrungan-kecendrungan yang ada dalam (diri) manusia. Jenis kelamin
menurut Hindu hanya bersifat sementara dan dalam wujud Atman tidak ada pemisahan
kelamin. Kaum homoseksual menurut Hindu merupakan lebih dari sekedar
kecendrungan-kecendrungan yang ada dalam diri mereka. Mereka juga adalah atman
yang indah.
Pernikahan
Pernikahan menurut Hindu adalah sesuatu prosesi yang sakral. Dimana setelah
melakukan upacara perkawinan (wiwaha) barulah suami dan istri dapat melakukan
hubungan seksual dan tujuannya adalah untuk mendapatkan keturunan (prokreasi). Walau
pernikahan yang dilakukan oleh Ny. Dita sah dalam pandangan agama hindu, namun
tujuan pernikahan Ny. Dita yang sebenarnya adalah bukan untuk prokreasi melainkan
karena dipaksa mengikuti ego sang ayah, jadi pernikahan itu pula akan mendatangkan
kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan pada Ny. Dita.
KDRT
Sehubungan dengan tujuan dilaksanakan pernikahan Ny. Dita tadi maka, tidak ada rasa
kasih sayang yang terjalin antara Ny. Dita dan suaminya sehingga mengakibatkan
terjadilah KDRT. Dimana dalam Sloka 55 (Hindu) disebutkan wanita harus dihormati
dan disayang. Kemudian pada Sloka 57 disebutkan bahwa rumah dimana wanita tidak
dihormati sewajarnya, maka keluarga/rumah itu akan hancur seluruhnya seolah-olah
dihancurkan oleh kekuatan gaib.
Perceraian
Perceraian dalam agama hindu sesungguhnya sangat dihindari, karena termasuk dalam
perbuatan dosa atau Adharma. Perceraian dalam agama hindu dipercaya akan
mendatangkan kesengsaraan bagi pihak-pihak yang bercerai. Dalam Manawa Dharma
Sastra Bab XI Sloka 77 disebutkan bahwa suami hendaknya bertahan dengan istri yang
membencinya selama 1 tahun, namun apabila sudah lewat dari 1 tahun dan masih ada
rasa benci perceraian boleh dilakukan. Pada kasus Ny. Dita ini sendiri tidak didapatkan
informasi mengenai berapa lama Ny. Dita menjalani rumah tangga bersama suaminya.
Menurut Pandangan Hukum
Berikut akan dibahas masalah pada kasus Ny. Dita menurut sudut pandang hukum (untuk
pembahasan lebih lanjut lihat bab tinjauan pustaka).
Homoseksual
Pengertian homoseksual sendiri dalam hukum tidak diterangkan. Namun menurut hukum
di Indonesia tidak mengakui adanya perkawinan antara sesama jenis. Hal ini diatur pula
dalam UU RI Nomor 1 tahun 1974 pasal 1. Mungkin hal ini pula yang menjadi alas an
mengapa ayah Ny. Dita segera menikahkan Ny. Dita dengan seorang pria.
Pernikahan
Pernikahan menurut hukum di Indonesia diatur dalam UU RI Nomor 1 tahun 1974
tentang Perkawinan, dimana dikatakan sah jika dilakukan menurut hukum agama dan
kepercayaan masing-masing. Jadi pada kasus Ny. Dita ini perkawinan yang berlangsung
menurut hukum adalah sah jika sesuai dengan kepercayaan agama mereka.
KDRT
Hukum di Indonesia jelas melarang adanya kekerasan dalam rumah tangga, hal ini
dibuktikan dengan adanya UU no. 23 tahun 2004. Di dalam UU ini melarang setiap
tindak kekerasan dalam rumah tangga khususnya untuk perempuan dan anak. Oleh
karena itu suami Ny. Dita dapat terjerat hukum berdasarkan UU tersebut.
Perceraian
Dimata hukum perceraian yang tejadi antara suami Ny. Dita dan Ny. Dita juga sah
adanya karena memenuhi beberapa alasan-alasan perceraian yang terdapat dalam UU.
UU yang mengatur mengenai perceraian ini adalah UU RI Nomor 1 Tahun 1974, dan
didalamnya dituliskan tata cara perceraian memiliki peraturannya sendiri yang ada dalam
PP No. 9 Tahun 1975. Alasan-alasan yang dapat diajukan Ny. Dita dan suami untuk
bercerai adalah karena salah satu pihak (suami) melakukan kekejaman atau penganiyaan
yang membahayakan pihak lain (istrinya), salah satu pihak (istri) memiliki gangguan
orientasi seksual yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya melayani
suaminya.