Post on 10-Jul-2016
description
A. DEFINISI
Pneumonia adalah proses agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) dan aspires substansi asing, berupa radang paru-paru
yang disertai eksudasi dan konsolidasi juga dapat dilihat melalui gambaran
radiologis, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai
adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk
pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia
(Depkes RI, 2002).
Definisi lain
menyebutkan pneumonia
adalah penyakit saluran
napas bawah (lower
respiratory tract (LRT))
akut, biasanya disebabkan
oleh infeksi (Jeremy, 2007).
Sebenarnya pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-
macam dan diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus,
mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini
dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul
pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi
pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul
1
sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi.“(A. Aziz
Alimul : 2006 )”
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan
terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita
(Said 2007).
B. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Pneumonia bakteri
Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses
infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dare
seluruh lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau
broncopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak
dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus.
2. Pneumonia Pneumokokus
Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus
atau saliva. Lobus paru bawah paling sering terserang, karena pengaruh gaya
tarik bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus
menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dare 4 stadium yang berurutan :
a) Kongesti (4-12 jam pertama) eksudat serusa masuk dalam alveolus-
alveolus dare pembuluh darah yang bocor dan dilatasi
2
b) epatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan
tampak bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit
polimorfonuklear mengisi alveolus-alveolus
c) hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru tampak abu-abu karena leukosit
dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
d) Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
mikrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tiba-
tiba, disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang
berwarna seperti karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai
komplikasi dan jaringan yang rusak dapat diperbaiki kemabali. Komplikasi
tentang sering terjadi adalah efusi plura ringan. Adanya bakterimia
mempengaruhi prognosis pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya
lokalisasi proses paru-paru yang tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin
berupa lesi metastatik yang dapat mengakibatkan keadaan seperti meningitis,
endokariditis bacterial dan peritonitis. Sudah ada vaksin untuk merlawan
pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan pada mereka yang mempunyai
resiko fatal yang tinggi, seperti anemia sickle-sell, multiple mietoma,
sindroma nefrotik, atau diabetes mellitus.
3. Pneumonia Stafilokokus
Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika.
Pneumonia ini menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan
sering timbul komplikasi seperti abses paru-paru dan empiema. Merupakan
3
infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit,
pasien lemah dan paling sering menyebabkan broncopneumonia.
4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander
Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, akhirnya menderita
pneumonia kronik disertai obstruksi progresif paru-paru yang akhirnya
menimbulkan kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini yang khas yaitu,
pembentukan sputum kental seperti sele kismis merah (red currant jelly).
Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol
kronik atau yang menderita penyakit kronik lainnya.
5. Pneumonia pseudomonas
Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit
atau yang mnenderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang
menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang menerima obat
imunosupresif dosis tinggi). Seringkali disebabkan karena terkontaminasi
peralatan ventilasi.
6. Pneumonia Virus
Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat
dalam dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dare eksudat
dan tidak ada konsolidasi. Pneumonia virus 50 % dare semua pneuminia akut
ditandai oleh gejala sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot-otot yang
menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini
ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak
mengakibatkan kerusakan paru-paru yang permanen. Pengobatan pneumonia
virus bersifat sympomatik dan paliatif, karena antibiotik tidak efektif terhadap
4
virus. Juga dapat mengakibatkan pneumonitis berbecak yang fatal atau
pneumonitis difus.
7. Pneumonia Mikoplasma
Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis
interstitial. Sangat mudah menular tidak seperti pneumonia virus, dapat
memberikan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin.
8. Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung.
Pneumonia yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, karena diakibatkan
oleh reaksi terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat bacterial, karena
disebabkan oleh organisme yang mendiami mulut atau lambung. Aspirasi
paling sering terjadi selama atau sesudah anestesi (terutama pada pasien
obstretik dan pembedahan darurat karena kurang persiapan pembedahan),
pada anak-anak dan pada setiap pasien yang disertai penekanan reflek batuk
atau reflek muntah. Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak
dapat menimbulkan kematian yang tiba-tiba, karena adanya obstruksi,
sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit dapat
mengakibatkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan
pernafasan. Beratnya respon peradangan lebih tergantung dare pH dare zaat
yang diaspirasikan. Aspirasi pneumonia selalu terjadi apabila pH dan zat yang
diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumpnia sering menimbulkan
kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat
masuknya isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, karena regurgitasi
dapat juga terjadi secara diam-diam pada pasien yang diberi anestesi. Paling
5
penting pasien harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret
orofarengeal dapat keluar dare mulut.
9. Pneumonia Hypostatik
Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas
yang dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama. Daya tarik bumi
menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru dan infeksi membantu
timbulnya pneumonia yang sesungguhnya
10. Pneumonia Jamur
Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru
supuratif granulomentosa yang seringkali disalah tafsirkan sebagai TBC.
Banyak dare infeksi jamur bersifat endemic pada daerah tertentu. Contohnya
di US, hystoplasmosis (barat bagian tengah dan timur), koksibiodomikosis
(barat daya) dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini ditemukan dalam
tanah dan terinhalasi. Spora yang terbawa masuk kebagian paru yang lebih
difagositosis terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua
perubahan patologis ini mirip sekali dengan TBC sehingga perbedaan kurang
dapat ditentukan dengan menemukan dan pembiakan jamur dare jaringan
paru.tes serologi serta tes hypersensitifitas kulit yang lambat belum
menunjukan tanda positif sampai beberapa minggu sesudah terjadi infeksi,
bahkan pada penyakit yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur
sering menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut,
terutama pada penyakit yang sangat berat, misalnya Ca atau leukemia, candida
alicans adalah sejenis ragi yang sering ditemukan pada sputum orang yang
sehat dan dapat menyerang jaringan paru. Penggunaan antibiotik yang lama
6
juga dapat mengubah flora normal tubuh dan memungkinkan infasi candida.
Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada paru.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut secara klinis menurut Zul Dahlan (2001) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
a. Pneumonia komunitas à sporadis atau endemic, muda dan orang tua
b. Pneumonia nosokomial à didahului oleh perawatan di RS
c. Pneumonia rekurens à mempunyai dasar penyakit paru kronik
d. Pneumonia aspirasi à alkoholik, usia tua
e. Pneumonia pd gangguan imun à pada pasien transplantasi, onkologi,
AIDS
3. Berdasarkan sindrom klinis :
a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang
akut dgn konsolidasi paru, dapat berupa :
1) Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim
paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
2) Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis
atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan
7
jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit
kronik
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
1. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,
Klebsiella,dll.
2. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan
umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya
menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme,
bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
8
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada
agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif
seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut
akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme
imun sistemik, dan humoral.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan
eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto
toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal
ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang
terjadi pada bronkiolitis.
9
E. WOC/PATHWAY
10
Virus Bakteri Jamur
Masuk kesaluran pernafasan
Paru-paru
Bronkus & alveoli
InfeksiResiko penyebaran infeksi
Peradangan/ inflamasiReseptor nyeri: Histamine, Prostaglandin, Bradikinin
Reseptor peradangan
Suhu tubuh meningkat
Nyeri Akut
Micoplasma (mirip bakteri)
HipothalamusMengganggu kerja makrofag
Cairan Edema
Produksi sekreet meningkat
Bersihan jalan napas tidak efektif
Dispnea
Ketidakefektifan pola napasBatuk
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh
Penekanan diafragma
Keringat berlebih
Risiko tinggi kekurangan cairan &elektrolit
Difusi gas antara O2 & CO2 di alveoli terganggu
Gangguan pertukaran gas
Kapasitas transportasi O2 menurun
Peningkatan tekanan Intra abdomen
Mual / muntah
Ada sumber infeksi di saluran pernafasan
Obstruksi mekanik saluran pernafasan karena aspirasi bekuan darah, pus, bagian gigi yang menyumbat makanan dan tumor bronkus
Daya tahan saluran pernafasa yang terganggu
Nyeri dada
Agen infeksius
Aspirasi Faktor lingkungan
Hipertermi
F. MANIFESTASI KLINIK
1. Menggigil, demam
2. Nyeri dada
3. Takipnea
4. Bibir dan kuku sianosis
5. Sesak nafas
6. Batuk Ronci
7. Kelelahan
G. KOMPLIKASI
1. Efusi pleura
2. Hipoksemia
3. Pneumonia kronik
4. Bronkaltasis
5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-
paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
6. Komplikasi sistemik (meningitis)
7. Bronco pneumonia
H. FAKTOR RESIKO
1. Usia diatas 65 tahun
2. Aspirasi secret orofaringeal
3. Infeksi pernapasan oleh virus
4. Penyakit pernapasan kronik
11
5. Kanker
6. Trakeostomi
7. Bedah abdominal
8. Riwayat merokok
9. Alkoholisme
10. Malnurisi
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing
12
J. PENATALAKSANAAN
Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk
menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :
1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
13
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
A. PENGKAJIAN
1. Data dasar pengkajian pasien
2. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
4. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia
(malnutrisi)
5. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
14
7. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah ditandai dengan sianosis.
15
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi
5. Ketidakefektifan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea
C. RENCANA KEPERAWATAN
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trachea bronchial, peningkatan produksi sputum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan slama 3 x 24 jam di
harapkan jaln nafas klien adekuat.
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
1. Bunyi nafas tak normal
2. Dispnea, sianosis
3. Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Jalan nafas efektif dengan kriteria:
1. Batuk efektif
2. Nafas normal
3. Bunyi nafas bersis
4. Sianosis
16
No. Intervensi Rasional
1 Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan
dan gerakan dada
takipnea, pernafasan dangkal dan
gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan
adanya cairan yang ada di paru
2 Auskultasi area paru, catat area
penurunan 1 kali ada aliran udara dan
bunyi nafas
penurunan aliran darah terjadi pada
area konsolidasi dengan cairan.
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
4 Penghisapan (suction) sesuai indikasi. merangsang batuk atau pembersihan
jalan nafas suara mekanik pada faktor
yang tidak mampu melakukan karena
batuk efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan secret
6 Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sesuai indikasi
alat untuk menurunkan spasme
bronkus dengan mobilisasi sekret,
analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi
harus digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
17
Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa
oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis,
sesak, gelisah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan.
Kriteria hasil : GDA dalam rentang normal, tak ada gejala distress
pernafasan dan warna kulit tidak pucat.
No. Intervensi Rasional
1 Kaji frekuensi/kedalaman dan
kemudahan bernafas
manifestasi distress pernafasan
tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2 Observasi warna kulit, membran
mukosa dan kuku. Catat adanya
sianosis perifer (kuku) atau sianosis
sentral.
sianosis kuku menunjukkan
vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis
pada daun telinga, membran mukosa
dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
Kaji status mental. gelisah mudah terangsang, bingung
dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksia atau penurunan oksigen
serebral.
Kolaborasi: berikan terapi oksigen
dengan benar misal dengan nasal plong
: mempertahankan PaO2 di atas 60
mmHg. O2 diberikan dengan metode
18
master, master venturi. yang memberikan pengiriman tepat
dalam toleransi.
Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap
ditandai dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
menyatakan nyeri hilang / terkontrol
Kriteria Hasil: menunjukkan rilaks, istirahat atau tidur, dan peningkatan
aktifitas dengan tepat.
No. Intervensi Rasional
1 Tentukan karakteristik nyeri, misal
kejang, konstan ditusuk.
: nyeri dada biasanya ada dalam
seberapa derajat pada pneumonia,
juga dapat timbul karena pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu
bawa Pc mengalami nyeri, khusus
bila alasan lain tanda perubahan
tanda vital telah terlihat.
3 Berikan tindakan nyaman pijatan
punggung, perubahan posisi, musik
tenang / berbincangan.
tindakan non analgesik diberikan
dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan
dan memperbesar efek derajat
analgesik.
5 Kolaborasi: Berikan analgesik dan obat dapat digunakan untuk menekan
19
antitusik sesuai indikasi batuk non produktif atau menurunkan
mukosa berlebihan meningkat
kenyamanan istirahat umum.
Dx 4 :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:
Tujuan : Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi, Anoreksia distensi abdomen
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
1. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
2. Pasien mempertahankan meningkat BB
No. Intervensi Rasional
1 identifikasi faktor yang menimbulkan
mual/muntah, misalnya: sputum,
banyak nyeri.
pilihan intervensi tergantung pada
penyebab masalah.
3 Berikan makan porsi kecil dan sering
termasuk makanan kering (roti
panggang) makanan yang menarik oleh
pasien.
tindakan ini dapat meningkat
masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
4 Evaluasi status nutrisi umum, ukur
berat badan dasar.
adanya kondisi kronis keterbatasan
ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap inflamasi/lambatnya respon
terhadap terapi.
20
Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas
mulut, penurunan masukan oral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan eperawatan selama 3 x 24 jam di
harapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan
dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
No. Intervensi Rasional
1 Kaji perubahan tanda vital contoh
peningkatan suhu demam memanjang,
takikardia.
suhu/memanjangnya demam meningkat
laju metabolik dan kehilangan cairan
untuk evaporasi.
2 Kaji turgor kulit, kelembapan membran
mukosa (bibir, lidah)
indikator langsung keadekuatan volume
cairan, meskipun membran mukosa mulut
mungkin kering karena nafas mulut dan
O2 tambahan.
3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan oral
4 Kolaborasi: beri obat indikasi misalnya
antipiretik, antimitik.
pada adanya penurunan masukan banyak
kehilangan penggunaan dapat
memperbaiki/mencegah kekurangan
5 Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau
sesuai kondisi individual
pemenuhan kebutuhan dasar cairan
menurunkan resiko dehidrasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan &
Manajemen Edisi 2. Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z Deteksi, Obati dan
Cegah Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Grhatama
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita,
Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer : Jakarta
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit
Ed. 6 Vol 2. EGC. Jakarta.
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Alsagaff, Hood & Mukty, Abdul (Editor). 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Cetakan kesepuluh, Airlangga University Press. Surabaya.
Depkes RI.2007.Bimbingan keterampilan Tata laksana Pneumonia Balita. Ditjen
P2PL , Jakarta
Jeremy, P.T. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Erlangga Medical
Series. Jakarta
Kozier, B.,Erb, G.,Snyder,S.J.,2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep Proses dan Praktik Edisi ketujuh, Jakarta;EGC.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Salemba Medika, Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2013. Diagnosis Nanda, intervensi NIC, Kriteria hasil NOC.
Alih bahasa Esty wahyuningsih. Ed.9. ECG.Jakarta.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan .Jakarta : Salemba Medika
KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-
anak.
22