Askep Pneumonia Antyy
Transcript of Askep Pneumonia Antyy
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 1/16
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN (DIAGNOSA : PNEUMONIA)
DI POLI ANAK RSUD PRAYA LOMBOK TENGAH
Disusun oleh :
JONI HIDAYATUSSANI
031 STYC 08
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM PROFESI NERS
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 2/16
PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding
alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia
lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia). (Doenguss, 1990)
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir
di seluruh dunia. Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tanggatahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong
dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak
dijumpai.
B. Etiologi
Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi dapat juga
oleh bahan-bahan lain, sehingga dikenal:
1. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral
2. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia
seperti berilium
3. Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang
mengandung allergen, seperti debu dare parik-pabrik gula yang
mengandung spora dare actynomicetes thermofilik.
4. Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate
5. Pneumonia karena radiasi sinar rontgen
6. Pneumonia yang sebabnya tidak jelas : desquamative interstitial
pneumonia, eosinofilik pneumonia
7. Microorganisme
Disebabkan oleh virus dan bakteri
Bakteri : Pneumcoccus, streptcoccus, stapilococcus, hemaphilus
influenzae,
Pseudomonas aeruginosa
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 3/16
Virus : Resviratory syncytial virus, adenovirus, sitomegalovirus
influenza. Masa tunasnya + 1-3 hari
Pneumonitis interstialis dan bronkiolitis, pneumocystis carinii
pneumonia, Q fever, mycoplasma pneumoniae pneumonia, klamidia
dan infeksi lain
Jamur : aspergilus, koksdiodomiksis, hitoplasma
Aspirasi : cairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing.
Sidrom loeffler
Pneumonia hipostatik
Pneumonia oleh obat atau radiasi
Pneumonia hipersensitivif
GROUP PENYEBAB TYPE PNEUMONIA
Bacteri
Aktinomyctes
Fungi
Riketsia
Klamidia
Mikoplasma
Virus
Protozoa
Streptococcos pneumonia
Streptococcus piogenes
Stafilococcus aureus
Klebsiella pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Legionnaires bacillus
A. Israeli Nokardia asteroids
Kokidioides imitis
Histoplasma kapsulatum
Blastomises dermatitidis
Aspergillus
Fikomisetes
Koksiella Burnetty
Chlamidia psittaci
Mikoplasma pneumonia
Infulensa virus, adenovirus
respiratory syncytial
Pneumosistis karini
Pneumonia bacteri
Legionnaires disease
Aktinomikosis pulmonal Nokardiosis pulmonal
Kokidioidomikosis
Histoplasmosis
Blastomikosis
Aspergilosis
Mukormikosis
Q Fever
Psitakosis,Ornitosis
Pneumonia mikoplasmal
Pneumonia virus
Pneumonia pneumistis
(pneumonia plasma sel)
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 4/16
C. Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau
kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui
darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen
(bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk
mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar
kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.
Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi partikel
di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing
melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis
kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan
drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi,
gangguan imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung
bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan klirens
mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil
terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi hipoksemia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan gagal nafas.
Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari pneumonia
pneumokokus merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumokokus umumnya
mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian bawah paru-
paru paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka
pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 5/16
berurutan (Price, 1995 : 711) :
a. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa
dan berwarna merah.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padattanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
Menurut Suryadi (2001 : 247) patofisiologi pada pneumonia adalah :
a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan (Streptococcus Aureus, Haemophillus
Influenzae dan Streptococcus Pneumoniae) bakteri.
b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus. Terjadinya
destruksi sel dengan meninggalkan debris cellular ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF),
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 6/16
aspirasi benda asing dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko
pneumonia.
D. PATHWAYS
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae
• Penderita sakit berat yang dirawat di RS
• Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
• Kontaminasi peralatan RSSaluran Pernafasan Atas
Kuman berlebih di
bronkus
Proses peradangan
Akumulasi sekret
di bronkus
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Mukus bronkus
meningkat
Bau mulut tidak
sedap
Anoreksia
Intake kurang
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
Kuman terbawa di
saluran pencernaan
Infeksi saluran
pencernaan
Peningkatan flora
normal dalam usus
Peningkatan
peristaltik usus
Malabsorbrsi
Diare
Gangguan
keseimbangan
cairan dan eletrolit
Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
Dilatasi
pembuluh darah
Eksudat plasma
masuk alveoli
Gangguan difusi
dalam plasma
Gangguan
pertukaran gas
Peningkatan suhu
Septikimia
Peningkatan
metabolisme
Evaporasi
meningkat
Edema antara
kaplier dan
alveoli
Iritasi PMN
eritrosit pecah
Edema paru
Pengerasan
dinding paru
Penurunan
compliance paru
Suplai O2
menurun
Hipoksia
Metabolisme
anaeraob meningkat
Akumulasi asam
laktat
Fatigue
Intoleransi
aktivitas
Hiperventilasi
Dispneu
Retraksi dada /nafas cuping
hidung
Gangguan pola
nafas
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 7/16
E. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului :
Infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari
Demam,
Menggigil,
Suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius,
Sesak nafas,
Nyeri dada,
Batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau
Nyeri perut,
Kurang nafsu makan, dan
Sakit kepala.
Secara umum dapat dibagi menjadi :
Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu, ekspektorasi
sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
F. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Laboratorium
- Sputum : terdapat sel-sel polimorfonuklear dan bakteri gran +
- Darah :
• Jumlah leokosit meningkat (10.000 – 30.000
mm)
• LED meningkat 1 jam 40 mm, 2 jam 60 mm
• Bilirubin D/1 miningkat 6,1 mg/dl
• Analisa gas darah (AGD) Pa O2 < 50 mmhg.Pa
CO2>50 mmhg . Sa O2 <90 % PH < 7,2
b) Pemeriksaan Radiologi
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 8/16
Pada foto torax terlihat konsolidasi satu atau beberapa lonus dan bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus. (Doengus, 1990)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencakup :
a. Antibiotik,terutama untuk pneumonia bacterialis.Pneumonia lain dapat
diobati dengan antibiotic untuk mengurangi infeksi bacteris sekunder.
b. Penicilin prokain : 50.000 u/kg BB, IM sekali sehari
c. Amoksisilin : 15 mg/kg BB oral tiap 8 jam
d. Ampicillin : 25 mg/kg BB oral tiap 6 jam
e. Kotrimoksasol : 4 mg/kg BB oral tiap 12 jam
b. Istirahat
c. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
d. Teknik-teknik bernafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan
mengurangi resiko atalektasis.
e. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-organisme yang
diidentifikasi dari biakan sputum.
- Jika mengalami pusing “kejang” lakukan fungsi lumbal untuk mencari
kemungkinan terjadi meningitis.
- Gunakan spuit plastik, jika perlu hisaplah dengan lembut lendir yang
ada di hidung klien agar jalan nafas bebas.
- Berikan oksigen intranasal dengan ukuran 1 liter/menit jika kien
menderita sianosis.
- Beri kloramfenikol 25 mg/kg BB, IM setiap 6 jam, setelah ada
perbaikan baru ganti dengan kloramfenikol oral.
Jika kien dehidrasi dan tidak mampu minum, berikan cairan melalui jalur
intragatrik. Jika kien dalam keadaan syok berikan cairan secara IV sewaktu
menetukan jumlah cairan yang akan diberikan, ingatlah bahwa anak ini mudah
mendapatkan edema paru dan kegagalan pernafasan. (Peter Anugrah, 1993)
H. Komplikasi
a. Abses paru f. meningitis
b. Efusi pleura g. atelektasis
c. Empisema h. hipotensi
d. Gagal napas i. delirium
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 9/16
e. Perikarditis j. Asidosis metabolik dan
dehidrasi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. pengumpulan data
a) Biodata
Meliputi identitas klien yang terdiri dari mana, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, suku bangsa, dan identitas orang tua.
b) Keluhan Utama
Sesak nafas
c) Riwayat Penyakit Sekarang
- Demam
Mendadak suhu tubuh naik 40o C, keluar keringat, muka kemerahan,
nyeri otot, dan sakit kepala.
- Batuk berdahak
Ini timbul beberpa hari sebelumnya, mula-mula batuk kering kemudian
keluar dahak berwarna putih seperti lendir.
- Sesak nafas
Sesak nafas timbul desertai dahak, sesak timbul terutama waktu
berbaring, waktu inspirasi maupun ekspirasi.
d) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Menyangkut riwayat sakit yang pernah diderita yang dapat menyebabkan
terjadinya pnemonia seperti penderita didahului oleh ISPA, dimana tanda-
tandanya batuk, pilek, kesulitan bernafas, dan demam.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji yaitu penyakit yang pernah diderita seperti penyakit
menular yang khusunya penyakit saluran pernafasan meskipun penderita
bukan penyakit keturunan, namun perlu deperhatikan karena bila salah satu
anggota keluarga ada yang menderita pneumonia hal ini diperngaruhi oleh
sanitasi dan personal hygiene. (Doengus, 1990).
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 10/16
f) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Biologis
- Bernafas
Gejalanya pernafasan cepat dan dangkal, adanya tarikan dinding
dada, pernafasan cuping hidung.
- Nutrisi
Kehilangan safsu makan, mual/muntah, turgor kulit jelek, mukosa
mulut kering, malnutrisi.
- Elimanasi
Terjadi perubahan pola BAB dan BAK karena peruh intake dan out
put makanan dan minuman.
- Aktivitas
Ditandai dengan kelelahan, kelemahan, sering menangis.
- Istirahat tidur
Terjadi perubahan pola istirahat yang disebabkan karena sesak nafas
dan batuk.
2. Psikologis
Ditandai dengan ketakutan, kegelisahan, cemas, dan rewel.
3. Sosial
Pada data sosial yang perlu dikaji aalah hubungan klien dengan
lingkungan sekitar, hubungan klien dengan keluarga, tetangga atau
orang sekitarnya.
4. Spiritual
Biasanya kelurga mengatakan hanya bisa berdo’a untuk kesembuhan
anaknya. (Doengus, 1990)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
(Doenges, 1999 : 166)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen
darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses
inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177)
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 11/16
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
(Doenges, 1999 : 172)
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,
anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum,
distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi
oksigen untuk aktifitas sehari-hari. (Doenges, 1999 : 170)
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
2. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas
3. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
4. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
5. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
6. Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels
dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan
dengan adanya bunyi nafas adventisius
b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut.
Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding inspirasi.
c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 12/16
e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan
upaya batuk.
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada
posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah
pengeluaran.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
pengiriman oksigen.
Tujuan :
- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tidak ada distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan
Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap
demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
c. Kaji status mental
Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan
hipoksemia.
d. Awsi frekuensi jantung/ irama
Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi.
e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam
dan menggigil
Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.
f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas
dalam, dan batuk efektif
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 13/16
Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi.
g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi
Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam
alveoli
Tujuan:
- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
dan paru jelas/ bersih
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan
kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.
Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat
obstruksi kecil.
c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.
Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan
adanya kelainan.
e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.
Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
g. Berikan humidifikasi tambahan
Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan.
h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage
Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage
sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 14/16
kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi :
a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi.
Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan
c. Catat lapporan mual/ muntah.
Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
d. Pantau masukan dan haluaran urine.
Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan penggantian
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,
anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan :
- Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.
Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
b.Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu
kebersihan mulut.
Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan
dapat menurunkan mual
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan
ini
d.Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.
Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi
abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan
pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 15/16
e.Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau
makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali
f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas hidup sehari-hari.
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Intervensi :
a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi
b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.
Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan
istirahat
c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbamgan aktivitas dan istirahat.
Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan
metabolic.
d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
7. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : suhu 360C, mukosa lembab.
Intervensi :
a. Pantau tanda vital
Rasional : indikator untuk memantau peningkatan suhu secara tiba tiba yg
dapat mengakibatkan kejang.
b. Berikan kompress hangat pada klien.
Rasional : kompress hangat sangat membantu menurunkan panas secara
konduksi
c. Berikan antipiretik sesuai petunjuk dan isntruksi
7/16/2019 Askep Pneumonia Antyy
http://slidepdf.com/reader/full/askep-pneumonia-antyy 16/16
Rasional : antipiretik sangat efektif menurunkan menurunkan panas
d. Anjurkan klien untuk selalu memakai pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat
Rasional : membantu meyerap keringat agar klien merasa nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I,
Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I,
Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta.
Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit
Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi4 Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta