Pneumonia Fix

23
BAB I PENDAHULUAN Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komunitas di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %. Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris. 1

description

word

Transcript of Pneumonia Fix

Page 1: Pneumonia Fix

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam

bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah

maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia

merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7

di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.

Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat

penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia

dan influenza. Insidensi pneumonia komunitas di Amerika adalah 12 kasus per

1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi

pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika

adalah 10 %. Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya

ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu

beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat

menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal

pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi

saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di

Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan

penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan

11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 %

kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam

Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi

nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180

pneumonia komunitas dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia

komunitas menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang

dirawat per tahun.

Pneumonia nosokomial atau hospital acquired pneumonia (HAP) adalah

pneumonia yang didapat di rumah sakit menduduki peringkat ke-2 sebagai infeksi

1

Page 2: Pneumonia Fix

nosokomial di Amerika Serikat, hal ini berhubungan dengan peningkatan angka

kesakitan, kematian dan biaya perawatan di rumah sakit. Pneumonia nosokomial

terjadi 5-10 kasus per 1000 pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjadi lebih

tinggi 6-20x pada pasien yang memakai alat bantu napas mekanis. Angka

kematian pada pneumonia nosokomial 20-50%. Angka kematian ini meningkat

pada pneumonia yang disebabkan P.aeruginosa atau yang mengalami bakteremia

sekunder. Angka kematian pasien pada pneumonia yang dirawat di istalansi

perawatan intensif (IPI) meningkat 3-10x dibandingkan dengan pasien tanpa

pneumonia. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa lama perawatan meningkat

2-3x dibandingkan pasien tanpa pneumonia, hal ini tentu akan meningkatkan

biaya perawatan di rumah sakit. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa lama

perawatan bertambah rata-rata 7-9 hari.

Angka kejadian pneumonia nosokomial di Jepang adalah 5 – 10 per 1000

kasus yang dirawat. Lebih kurang 10% pasien yang dirawat di IPI akan

berkembang menjadi pneumonia dan angka kejadian pneumonia nosokomial pada

pasien yang menggunakan alat bantu napas meningkat sebesar 20 – 30%. Angka

kejadian dan angka kematian pada umumnya lebih tinggi di rumah sakit yang

besar dibandingkan dengan rumah sakit yang kecil.

2

Page 3: Pneumonia Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract

(LRT) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi. Sebenarnya pneumonia bukan

penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber

infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai

senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur,

walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua dan penderita

penyakit kronis.

2.2 Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu

bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tabel di bawah ini memuat daftar

mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan pneumonia.

Infeksi Bakteri Infeksi Atipikal Infeksi JamurStreptococcus Mycoplasma pneumoniae AspergilluspneumoniaeHaemophillus influenza Legionella pneumophillia HistoplasmosisKlebsiella pneumoniae Coxiella burnetii CandidaPseudomonas aeruginosa Chlamydia psittaci NocardiaGram-negatif (E. Coli)

Infeksi Virus Infeksi Protozoa Penyebab LainInfluenza Pneumocytis carinii AspirasiCoxsackie Toksoplasmosis Pneumonia lipoidAdenovirus Amebiasis BronkiektasisSinsitial respiratori Fibrosis kistik

2.3 Patogenesis

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan

paru. Terdapatnya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara

daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme

dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.

3

Page 4: Pneumonia Fix

Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat melalui

berbagai cara:

a. Inhalasi langsung dari udara

b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

c. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

d. Penyebaran secara hematogen

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Pneumonia

Diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia yaitu:

a. Mekanisme pertahanan paru

Paru berusaha untuk mengeluarkan berbagai mikroorganisme yang

terhirup seperti partikel debu dan bahan-bahan lainnya yang terkumpul di

dalam paru. Beberapa bentuk mekanisme ini antara lain bentuk anatomis

saluran napas, reflex batuk, sistem mukosilier, juga sistem fagositosis yang

dilakukan oleh sel-sel tertentu dengan memakan partikel-partikel yag

mencapai permukaan alveoli. Bila fungsi ini berjalan baik, maka bahan

infeksi yang bersifat infeksius dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan,

sehingga pada orang sehat tidak akan terjadi infeksi serius.. Infeksi saluran

napas berulang terjadi akibat berbagai komponen sistem pertahanan paru

yang tidak bekerja dengan baik.

b. Kolonisasi bakteri di saluran pernapasan

Di dalam saluran napas atau cukup banyak bakteri yang bersifat komnesal.

Bila jumlah mereka semakin meningkat dan mencapai suatu konsentrasi yang

cukup, kuman ini kemudian masuk ke saluran napas bawah dan paru, dan

akibat kegagalan mekanisme pembersihan saluran napas, keadaan ini

bermanifestasi sebagai penyakit. Mikroorganisme yang tidak menempel pada

permukaan mukosa saluran anaps akan ikut dengan sekresi saluran napas dan

terbawa bersama mekanisme pembersihan, sehingga tidak terjadi kolonisasi.

c. Pembersihan saluran napas terhadap bahan infeksius

Saluran napas bawah dan paru berulangkali dimasuki oleh berbagai

mikroorganisme dari saluran napas atas, akan tetapi tidak menimbulkan sakit,

4

Page 5: Pneumonia Fix

ini menunjukkan adanya suatu mekanisme pertahanan paru yang efisien

sehingga dapat menyapu bersih mikroorganisme sebelum mereka

bermultiplikasi dan menimbulkan penyakit. Pertahanan paru terhadap bahan-

bahan berbahaya dan infeksius berupa reflex batuk, penyempitan saluran

napas, juga dibantu oleh respon imunitas humoral.

2.5 Epidemiologi

Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu di rawat

dirumah sakit (1-4 kasus), dan 5-10% diobati di ICU. Insidensi paling tinggi pada

pasien yang sangat muda dan usia lanjut. Mortalitas: 5-12% pada pasien yang

dirawat di rumah sakit; 25-50% pada pasien ICU (Jeremy, 2007). Di United

States, insidensi untuk penyakit ini mencapai 12 kasus tiap 1.000 orang dewasa.

Kematian untuk pasien rawat jalan kurang dari 1%, tetapi kematian pada pasien

yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 14%. Di negara

berkembang sekitar 10-20% pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit

dan angka kematian diantara pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40%. Di

Indonesia sendiri, insidensi penyakit ini cukup tinggi sekitar 5-35% dengan

kematian mencapai 20-50%.

2.6 Klasifikasi Pneumonia

a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia,

CAP): pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu terjadinya infeksi

di luar lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam

setelah dirawat di rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di

rumah sakit selama > 14 hari.

b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang

terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini

didapat selama penderita dirawat di rumah sakit. Hampir 1% dari penderita

yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam

perawatannya. Demikian pula halnya dengan penderita yang dirawat di

ICU, lebih dari 60% akan menderita pneumonia.

5

Page 6: Pneumonia Fix

c. Pneumonia aspirasi/anaerob: infeksi oleh bakteroid dan organisme anaerob

lain setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini

biasa didapat pada pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien

dengan gangguan refleks menelan.

d. Pneumonia oportunistik: pasien dengan penekanan sistem imun (misalnya

steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur, dan

mikobakteri, selain organisme bakteria lain.

e. Pneumonia rekuren: disebabkan organisme aerob dan aneorob yang terjadi

pada fibrosis kistik dan bronkietaksis.

2.7 Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan risiko pneumonia

antara lain usia > 65 tahun; dan usia < 5 tahun, penyakit kronik (misalnya ginjal,

dan paru), diabetes mellitus, imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV),

ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit virus yang baru

terjadi (misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik, pascaoperasi,

lingkungan, pekerjaan, pendingin ruangan.

2.8 Diagnosis

Tujuannya adalah untuk menegakkan diagnosis, mengidentifikasi komplikasi,

menilai keparahan, dan menentukan klasifikasi untuk membantu memilih

antibiotika. Diagnosis pneumonia utamanya didasarkan klinis, sedangkan

pemeriksaaan foto polos dada perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis,

diamping untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat.

a. Anamnesis

Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien pneumonia adalah sesak

napas, peningkatan suhu tubuh, dan batuk. Pada pasien dengan pneumonia,

keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah

meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran. Pada awalnya

keluhan batuk yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang

menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-kuningan, kehijau-

6

Page 7: Pneumonia Fix

hijauan, dan seringkali berbau busuk. Pasien biasanya mengeluh mengalami

demam tinggi dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada, sesak napas,

peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan kepala nyeri.

b. Gambaran Klinis

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian

atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu

tubuh kadang-kadang melebihi 40oC, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi.

Juga disertai batuk, dengan sputum purulen, kadang-kadang berdarah

(Supandi, 1992). Pada pasien muda atau tua dan pneumonia atipikal

(misalnya Mycoplasma), gambaran nonrespirasi (misalnya konfusi, ruam,

diare) dapat menonjol.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium tes darah rutin terdapat peningkatan sel

darah putih (White blood Cells, WBC) biasanya didapatkan jumlah WBC

15.000-40.000/mm3, jika disebabkan oleh virus atau mikoplasme jumlah

WBC dapat normal atau menurun (Supandi, 1992; Jeremy, 2007). Dalam

keadaan leukopenia laju endap darah (LED) biasanya meningkat hingga

100/mm3, dan protein reaktif C mengkonfirmasi infeksi bakteri. Gas darah

mengidentifikasi gagal napas (Jeremy, 2007). Kultur darah dapat positif pada

20-25% penderita yang tidak diobati. Kadang-kadang didapatkan peningkatan

kadar ureum darah, akan tetapi kreatinin masih dalam batas normal.

Gambaran radiologis pada pneumonia tidak dapat menunjukkan perbedaan

nyata antara infeksi virus dengan bakteri. Pneumonia virus umumnya

menunjukkan gambaran infiltrat intertisial dan hiperinflasi. Pneumonia yang

disebabkan oleh kuman Pseudomonas sering memperlihatkan adanya infiltrat

bilateral atau bronkopneumonia.

d. Pemeriksaan Radiologi

Pneumonia terlihat sebagai bayangan alveolus atau interstisium.

Pembentukan bayangan di alveolus atau pengisian rongga udara terlihat

sebagai konsolidasi, dalam kasus ini disebabkan oleh eksudat. Tanda-tanda

7

Page 8: Pneumonia Fix

konsolidasi meliputi peningkatan densitas itu sendiri, tanda air bronchogram

dan tanda siluet. Air bronchogram adalah bronkus tampak jelas berisi udara

yang dikelilingi oleh paru yang mengalami konsolidasi atau kolaps.

2.9 Penatalaksanaan

Pasien pada awalnya diberikan terapi empirik yang ditujukan pada patogen

yang paling mungkin menjadi penyebab. Pilihan antibiotik dapat berupa

antibiotik tunggal, dipilih yang paling cocok diberikan pada pasien pneumonia

komunitas yang asalnya sehat dan gambaran klinisnya sugestif disebabkan oleh

tipe kuman tertentu. Dapat pula diberikan kombinasi antibiotik dengan maksud

untuk mencakup spektrum kuman-kuman yang dicurigai, untuk meningkatkan

aktivitas spektrum, dan pada infeksi jamak. Antibiotik yang diberikan adalah

antibiotik spektrum luas, yang kemudian sesuai hasil kultur diubah menjadi

antibiotic spectrum sempit. Lama pemberian terapi ditentukan berdasarkan adanya

penyakit penyerta dan/atau bakteriemi, beratnya penyakit pada onset terapi dan

perjalanan penyakit pasien. Umumnya terapi diberikan selama 7-10 hari. Untuk

infeksi M. pneumoniae dan C. pneumoniae selama 10-14 hari, sedangkan pada

pasien dengan terapi steroid jangka panjang selama 14 hari atau lebih.

Pada terapi pneumonia komunitas rawat inap, proses perbaikan akan terlihat 3

tahap yaitu pada saat pemberian antibiotik selama 3 hari akan terlihat pasien stabil

secara klinik, kemudian terlihat perbaikan keluhan dan tanda fisik serta nilai

laboratorium. Pada fase ketiga terlihat penyembuhan dan resolusi penyakit. Bila

belum ada respons yang baik dalam 72 jam, lakukan semua evaluasi terhadap

adanya kemungkinan pathogen yang resisten, komplikasi atau penyakitnya bukan

pneumonia.

Terdapat 4 klasifikasi pemberian terapi pada pneumonia yaitu:

1. Pasien berobat jalan tanpa riwayat penyakit jantung paru dan tanpa adanya

faktor risiko perubah, diberi antibiotik golongan makrolid baru atau

doksisiklin

2. Pasien berobat jalan dengan penyakit jantung paru dengan/tanpa faktor

perubah diberi antibiotik golongan B-laktam, atau seftriakson iv

8

Page 9: Pneumonia Fix

diteruskan sefodoksim per oral ditambah makrolid baru atau golongan

fluoroquinolon saja.

3. Pasien rawat RS diluar ICU yang menderita penyakit jantung paru yang

digolongkan menjadi dengan faktor perubah dan tanpa penyakit jantung

atau faktor perubah lainnya diberi antibiotik golongan B-laktam iv

ditambah makrolid iv/peroral atau azytromisin iv atau doksisiklin dan

laktam atau fluoroquinolon saja.

4. Pasien dirawat di ICU tanpa risiko untuk Ps. Aeruginosa dan dengan risiko

terhadap Ps. Aeruginosa diberi antibiotik golongan laktam

antipseudomonas iv ditambah siprofloksasin iv atau laktam iv ditambah

aminoglikosida ditambah salah satu azytromisin iv atau siprofloksasin iv.

Untuk pneumonia nosokomial, dapat diberikan terapi sebagai berikut

a. Terapi empirik antibiotik awal untuk pneumonia nosokomial atau

pneumonia berhubungan dengan ventilator yang tidak disertai faktor risiko

untuk patogen resisten jamak, onset dini pada semua tingkat berat sakit.

Patogen Potensial Antibiotika yang disarankan

S. Pneumonia

H. Influenza

Ceftriaxone

Atau

Gram (-) sensitif antibiotik :

Escherichia coli

• K.pneumoniae

• Enterobacter spp.

• Serratia marcescens

Levofloksasin, moksifloksasin atau

ciproflokasasin

Atau

Ampisilin/ sulbaktam

Atau Ertapenem

b. Terapi empirik antibiotik awal untuk pneumonia nosokomial atau

pneumonia berhubungan dengan ventilator untuk semua derajat penyakit

pada pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR.

9

Page 10: Pneumonia Fix

Suspek Patogen Antibiotika yang disarankan

Patogen seperti tabel di atas dan

patogen resisten AB jamak :

• Ps. Aeruginosa

• K. pneumoniaw

• Acinobacter spp

• Methicillin sensitif aureus

Sefalosporin antipseudomonas

(cefepime, ceftazidime)

atau

Carbepenem antipseudomonas

(imipenem atau meropenem)

Atau

Gram (-) sensitif antibiotik :

Escherichia coli

• K.pneumoniae

• Enterobacter spp.

• Proteus spp.

• Serratia marcescens

B-laktam/B- laktamase inh

(piperasilin- tazobaktam)

Plus

Kuinolon antipseudomonas

(Ciprofloksasin atau levofloksasin)

Atau

Aminoglikosida (amikasin,

gentamisin, tobramisin) Plus

methicillin resisten Staph. Aureus

Legionella (jika dicurigai)

Linezolid atau vankomisin

Makrolid (azithromisin) atau

fluoroquinolon

c. Dosis intravena awal antibiotika untuk terapi empirik pada pneumonia

nosokomial, pneumonia yang berhubungan dengan ventilator, dan

pneumonia pada perawatan kesehatan pada pasien onset lanjut atau dengan

faktor risiko patogen resisten antibiotika jamak.

Antibiotik Dosis

Sefalosporin antipseudomonas

• Cefepime

• Ceftazidime

1-2 gram tiap 8-12 jam

2 gram tiap 8 jam

Carbapenem :

• Imipenem

• Meropenem

0,5 gr tiap 6 jam / 1 gr tiap 12 jam

1 gram tiap 8 jam

10

Page 11: Pneumonia Fix

B- laktam / B- laktamase inh :

• Piperasilin – tazobaktam 4,5 gram tiap 6 jam

Aminoglikosida :

• Gentamisin

• Toramisin

• Amikasin

7 mg/kg/hari

7 mg/kg/hari

20 mg/kg/hari

Kuinolon antipseudomonas

• Levofloksasin

• Ciprofloksasin

750 mg/ hari

400 gram/ 8 jam

Vankomisin 15 mg/ kg/ 12 jam

Linezolid 600 mg/ 12 jam

Untuk terapi suportif, dapat dilakukan penatalaksanaan sebagai berikut:

1. Terapi oksigen untuk mempertahankan PaO2 80-90% atau saturasi 95-

96%

2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental

dapat disertai pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme.

3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk

dan napas dalam.

4. Posisi tidur setengah duduk

5. Pengaturan cairan

6. Ventilasi mekanis

7. Drainase empiema bila ada

8. Nutrisi cukup kalori

2.10 Komplikasi

Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada

11

Page 12: Pneumonia Fix

pneumonia pneumokokkus dengan bakteriemi dijumpai pada 10% kasus

berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis dan

empiema. Terkadang dijumpai komplikasi ekstrapulmoner noninfeksius bisa

dijumpai yang memperlambat resolusi gambaran radiologi paru, antara lain

gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru atau infark paru, dan infark miokard

akut. Dapat terjadi komplikasi lain berupa acute respiratory distress

syndrome (ARDS), gagal organ jamak, dan komplikasi lanjut berupa

pneumonia nosokomial.

2.11 Pencegahan

Pada pneumonia komunitas, semua pasien >65 tahun atau dengan risiko

pneumonia dan orang yang belum pernah mendapatkan vaksin pneumococcus

harus diberikan 23-valent pneumococcal polysaccharide vaccine (23-PPV). Dapat

pula diberikan orang berusia 19-64 tahun yang merupakan perokok atau menderita

asma, dan anak berusia 2 tahun/lebih dengan risiko penyakit tinggi (HIV, sickle

cell anemia). PCV 13 (Pneumococcal conjugate vaccine) dianjurkan untuk anak

<5 tahun dan dewasa > 19 tahun atau lebih. Seluruh pasien dengan pneumonia

komunitas juga disarankan untuk berhenti merokok.

Pada pneumonia nosokomial dilakukan tindakan pengawasan dan

pengontrolan infeksi.

Faktor yang

mempengaruhi

Tindakan yang dilakukan

Faktor inang Nutrisi adekuat

Reduksi/penghentian terapi imunosupresif

Cegah ekstubasi yang tidak direncanakan

Tempat tidur yang kinetik

Spirometer insentif, nafas dalam, kontrol rasa nyeri

Mengobati penyaki dasar

Menghindari penghambat histamine tipe 2 dan

antasida.

12

Page 13: Pneumonia Fix

Faktor alat Kurangi obat sedatif dan paralitik

Hindari overdistensi lambung

Hindari intubasi dan reintubasi

Pencabutan slang endotrakeal dan nasogastrik yang

terencana

Posisi ½ duduk

Jaga saluran ventilator bebas dari kondensasi

Tekanan ujung slang endotrakheal > 20 cmH2O

(menjaga kebocoran patogen ke saluran napas

bawah)

Aspirasi sekresi epiglotis yang kontinyu

Faktor lingkungan Pendidikan

Menjaga prosedur pengontrol infeksi oleh staf

Program pengontrolan infeksi

Mencuci tangan, desinfektasi peralatan

2.12 Prognosis

1. Pneumonia Komunitas

Kejadian PK di USA adalah 3,4-4 juta kasus pertahun, dan 20%

diantaranya perlu dirawat di RS. Secara umum angka kematian pneumonia

oleh pneumokokkus adalah sebesar 5% namun dapat meningkat pada orang

tua dengan kondisi yang buruk. Pneumonia dengan influenza di USA

merupakan penyebab kematian nomor 6 dengan kejadian sebesar 59%.

Seagian besar pada lanjut usia yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien

pneumonia komunitas yang dirawat di ICU adalah sebesar 20%. Mortalitas

yang tinggi ini berkaitan dengan faktor perubah yang ada pada pasien.

Bakteri Penyebab Faktor Perubah

Pneumokokkus yang Usia > 65 tahun

13

Page 14: Pneumonia Fix

resisten penisilin dan obat

lain

Pengobatan B-lactam dalam 3 bulan

terakhir

Alkoholisme

Penyakit imunosupresif (termasuk

pengobatan dengan kortikosteroid)

Penyakit penyerta yang multipel

Kontak pada klinik lansia

Patogen gram negatif Tinggal di rumah jompo

Penyakit kardiopulmonal penyerta

Penyakit penyerta yang jamak

Baru selesai mendapatkan terapi

antibiotika

Pseudomonas aeruginosa Penyakit paru struktural (bronkiektasis)

Terapi kortikosteroid (>10 mg

prednisone/hari)

Terapi antibiotik spectrum luas>7 hari

pada bulan sebelumnya

Malnutrisi

2. Pneumonia Nosokomial

Angka mortalitas pneumonia nosokomial dapat mencapai 33-50% yang

bisa mencapai 70% bila termasuk yang meninggal akibat penyakit dasar yang

dideritanya. Penyebab kematian biasanya adalah akibat bakteriemi terutama

oleh Ps. Aeruginosa atau Acinobacter spp.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Pneumonia Fix

Anonim. 2003. Pneumonia Komunitas, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia. Jakarta: Perimpunan Dokter Paru Indonesia.

Anonim. 2003. Pneumonia Nosokomial, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia. Jakarta: Perimpunan Dokter Paru Indonesia.

Briggs, Greg. 2012. Buku Saku Foto Roentgen Dada Edisi 2. Jakarta: EGC.

Dahlan, Zul. 2009. Pneumonia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V

JIlid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI.

Kumar, V; Cotran, RS dan Stanley L. Robbins. 2004. Buku Ajar Patologi Robbins

Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC.

15