Pneumonia Gresmita.g99141060

27
MAKALAH FARMASI PNEUMONIA Disusun oleh : Gresmita Rindi Winarti G99141060 14

description

mnn

Transcript of Pneumonia Gresmita.g99141060

Page 1: Pneumonia Gresmita.g99141060

MAKALAH FARMASI

PNEUMONIA

Disusun oleh :

Gresmita Rindi Winarti

G99141060

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2015

14

Page 2: Pneumonia Gresmita.g99141060

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan

yang tinggi di seluruh dunia. Infeksi saluran napas bawah (ISNBA) merupakan

masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun di

negara maju. ISNBA menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi

dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia.

Pneumonia ini dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan

manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai perluasan bronkiektasis. Sekitar

80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran

nafas yang terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas) atau didalam rumah

sakit/pusat perawatan (pneumonia nosokomial).1,2

Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran nafas bagian bawah akut di

parenkim paru. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan

imunitas yang jelas. Pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia

ditemukan satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.

Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia dan sering terjadi pada

pasien penyakit paru kronis obstruktif (PPOK). Beberapa faktor predisposisi yang

dapat menimbulkan pneumonia antara lain kebiasaan merokok, diabetes mellitus,

keadaan imunodefisiensi, tindakan invasif seperti pemasangan infus, intubasi,

trakeostomi, maupun ventilator. Mengingat pneumonia dapat menyebabkan

kematian bila tidak segera diobati, pengobatan awal antibiotik harus diberikan.3

2

Page 3: Pneumonia Gresmita.g99141060

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI1,4

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan

alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan

pertukaran gas setempat. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa

kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang

menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang

mengganggu daya tahan tubuh.

Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia, penyakit

paru obstruksi kronis, diabetes mellitus (DM), payah jantung, penyakit arteri

koroner, keganasan, insufisiensi renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati

kronik.

Penularan penyakit Pneumonia dapat terbagi menjadi Pnemonia

komunitas/CAP (Community Acquired Pneumonia), dan Pnemonia

nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia pada individu yang

menjadi sakit di luar rumah sakit atau tidak berada pada fasilitas perawatan

jangka panjang selama ≥ 14 hari sebelum timbulnya gejala. Sedangkan

Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi > 48 jam setelah

dirawat dirumah sakit, baik diruang rawat umum ataupun ICU.

B. ETIOLOGI1,3

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan

oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus)

dan protozoa.

1. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi

sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling

umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan

3

Page 4: Pneumonia Gresmita.g99141060

manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau

malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan

kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,

berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat

cepat.

2. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.

Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syntitial

Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran

pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia.

Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan

sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan

dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan

kematian.

3. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan

penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai

virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia

yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma

menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja

dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang

tidak diobati.

4. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia

pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii

Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi

yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa

minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan

hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan

paru atau spesimen yang berasal dari paru.

4

Page 5: Pneumonia Gresmita.g99141060

C. PATOGENESIS2

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari

bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang

dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun

kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko.

Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang

ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang

menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk

droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab

pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di

samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan

droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara

kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui

ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi

saluran pernapasan penderita.

Bakteri pneumonia juga ada dan hidup normal pada tenggorokan yang

sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia

lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak

dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi

suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan

peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang

dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung

merusak sel-sel system pernapasan bawah.

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan

yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-

paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru

(tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari

jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui

peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum

sebagai penyebab pneumonia.

5

Page 6: Pneumonia Gresmita.g99141060

D. GEJALA DAN TANDA1

1. Gejala

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran

napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam,

menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak

napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat

berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala

lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

2. Tanda

Tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain:

a. Batuk nonproduktif

b. Ingus (nasal discharge)

c. Suara napas lemah

d. Penggunaan otot bantu napas

e. Demam

f. Cyanosis (kebiru-biruan)

g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar

h. Sakit kepala

i. Kekakuan dan nyeri otot

j. Sesak napas

k. Menggigil

l. Berkeringat

m. Lelah

n. Terkadang kulit menjadi lembab

o. Mual dan muntah

E. PENATALAKSANAAN2

1. Tatalaksana umum

Pasien dengan saturasi oksigen <90% pada saat bernafas dengan udara

kamar harus diberikan terapi oksigen dengan nasal kanul, headbox, atau

sungkup dengan mempertahankan saturasi oksigen >92%.

6

Page 7: Pneumonia Gresmita.g99141060

a. Pada pneumonia berat atau dengan asupan per oral kurang, diberikan

cairan intravena dan dilakukan balance cairan ketat, dan tidak

diperbolehkan untuk makan minum peroral. Lakukan pemasangan

NGT segera untuk kebutuhan peroral.

b. Fisioterapi tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan pada anak

dengan pneumonia.

c. Antipiretik dan analgesik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan

pasien dan mengontrol batuk.

d. Nebulisasi beta2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk

memperbaiki mucocilliary clearance

e. Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya

setiap 4jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.

2. Pemberian Antibiotik

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data

mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa

alasan yaitu :

1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab

pneumonia.

3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.

Secara umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab

pneumonia dapat dilihat sebagai berikut :

7

Page 8: Pneumonia Gresmita.g99141060

Guideline terapi antibiotic pneumonia

F. KOMPLIKASI4

Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan

yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi

8

Page 9: Pneumonia Gresmita.g99141060

karena adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu

sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang

untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa

bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita

pneumonia juga bisa meninggal. Komplikasi pneumonia yaitu: Efusi pleura,

Empiema, Abses Paru, Pneumotoraks, Gagal napas, Sepsis.

G. PROGNOSIS1

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat

di turunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi

protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

9

Page 10: Pneumonia Gresmita.g99141060

BAB III

ILUSTRASI KASUS

A. ANAMNESIS

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. U

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jebres, Surakarta, Jawa Tengah

Tanggal Pemeriksaan : 9 April 2015

No. RM : 01-17-00-45

2. Keluhan Utama

Badan panas

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSDM dengan keluhan badan panas sejak 10 hari

yang lalu, demam hilang timbul, demam mulai timbul pada sore hari dan

meninggi terutama saat malam hari, menggigil (-). Badan panas disertai

batuk berdahak dengan warna putih kental (namun dahak sulit untuk

dikeluarkan). Batuk disertai nyeri tenggorokan sudah dirasakan pasien

sejak 1 minggu SMRS. Pasien juga mengeluhkan pusing, mual, lemas dan

sesak nafas saat beraktifitas berat. Muntah tidak ada. Pilek tidak ada.

Keringat malam tidak ada. Penurunan BB tidak ada. Mengi tidak ada.

Pasien tidur dengan satu bantal, terbangun malam karena sesak nafas tidak

ada.

Pasien mempunyai kebiasaan merokok (2 bungkus/hari) dan

berhenti sejak tahun 2010.

10

Page 11: Pneumonia Gresmita.g99141060

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat allergi : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat sakit ginjal : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok : (+) sejak 10 tahun yang lalu,

2 bungkus sehari

Riwayat minum alkohol : disangkal

Riwayat makan berlemak : disangkal

Riwayat olahraga : jarang olahraga

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat allergi : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat sakit ginjal : disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Keadaan gizi : baik

Tinggi badan = 170 cm

Berat badan = 65 kg

IMT = 22,49 kg/m2

Tanda-tanda vital : TD : 120 / 80 mmHg

Suhu : 39 0 C

11

Page 12: Pneumonia Gresmita.g99141060

HR : 80 x/mnt, reguler

RR : 28 x/mnt, reguler

Kepala : normocephal

Mata : conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Telinga : bentuk normal, serumen -/-

Hidung : deviasi septum (-), secret (-), darah (-)

Mulut : bibir tidak sianosis, bibir kering, gusi tidak

berdarah, lidah kotor (-)

Tenggorokan : uvula ditengah, tonsil (T1-T1) tenang, dpp tenang

Leher : kelenjar tyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah

bening tidak teraba membesar

Thoraks

Paru : I : Simetris, statis dan dinamis kanan = kiri

P : Vokal fremitus kanan meningkat dari pada kiri

P : Redup di lapang paru kanan

A : Vesikuler meningkat, rhonki +/+, wheezing -/-

Cor : I : Ictus cordis tidak tampak

P : Ictus cordis teraba, Thrill tidak teraba

P : Batas jantung dalam batas normal

A : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I : Datar

A : Bising usus (+) normal

P : Timpani

P : Supel, Hepar tidak teraba, lien tidak teraba,

Ballotement (-), Shifting dullness (-), Defans

Musculair (-), Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri

tekan suprapubik (-)

Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-, keterbatasan gerak (-)

12

Page 13: Pneumonia Gresmita.g99141060

C. DIAGNOSIS BANDING

Pneumonia

TB Paru

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium Darah

13

Page 14: Pneumonia Gresmita.g99141060

1. Sediaan Kuman

14

Pemeriksaan Penunjang Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 13,213 – 18 g/dl

Hematokrit 46 40 – 52 %

Eritrosit 4.74,3 – 6,0 juta/ul

Leukosit 16.100*4800 – 10800 /ul

Trombosit 198.000150000 – 400000 /ul

MCV 98* 80 – 96 fl

MCH 28 27 – 32 pg

MCHC 29* 32 – 36 g/dl

Kimia

Protein total 7.6

Albumin 3.6

Cholesterol 156

Alkali fosfatase 164

SGPT 252

SGOT 577

Ureum27

20 – 50 mg/dl

Kreatinin1

0,5 – 1,5 mg/dl

Natrium120

135 – 145 mEq/L

Kalium 33,5 – 5,3 mEq/L

Klorida98

97 – 107 mEq/L

GlukosaSewaktu

70 < 140 mg/dl

Analisa gas darah

pH 7,39 7,37-7,45

pCO2 31 32-46 mmHg

pO2 71 71-104 mmHg

HCO3 21 21-29 mEq/L

O2 Sat 95 94-98 %

Page 15: Pneumonia Gresmita.g99141060

bakteri gram (+), diplokokus (S. pneumoniae)

2. Foto Ro Thoraks

a. Corakan bronkovaskular meningkat dan terdapat infiltrat pada

lobus inferior paru kanan.

b. CTR >50%

E. DIAGNOSIS KERJA

Pneumonia

F. PENATALAKSANAAN

Inj Penicilin G Procain 0,6 juta unit im

Paracetamol 3x500mg

Gliseril Guaiakolat 3x100mg

Ambroxol 3x30mg

G. PROGNOSIS

Quo Vitam : dubia ad bonam

Quo functionam : dubia ad bonam

Quo sanationam : dubia ad bonam

15

Page 16: Pneumonia Gresmita.g99141060

BAB IV

PEMBAHASAN OBAT

RSUD dr. MOEWARDI23 Maret 2015

dr.Gresmita

R/ Penicilin G Procain im 0,6 juta unit No. I

Cum spuit 5 cc No. I

Cum spuit 1 cc No. I

Aquabidest 25 cc No.I

imm

R/ Paracetamol tab 500 mg No. IX

prn (1-3) dd tab I aggrediente febre

R/ Gliseril Guaiakolat tab 100 mg No. I

3 dd tab I

16

Page 17: Pneumonia Gresmita.g99141060

R/ Ambroxol tab 30 mg No. IX

3 dd tab I

Pro : Tn. U (45 tahun)

A. PENICILIN G PROKAIN

1. Mekanisme kerjanya menghambat pembentukan mukopeptida yang

diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang

sensitif, penisillin akan menghasilkan efek bakterisid.

2. Penicilin G efektif terutama pada mikroba gram-positif.

3. Penicilin G mudah rusak dalam suasana asam. Oleh karena itu Penicilin G

tidak dianjurkan untuk diberikan secara oral.

4. Penisilin G didistribusikan secara luas dalam tubuh. Kadar obat yang

memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, serta limfe tetapi

dalam CSS sukar dicapai.

5. Aktivitas antimikroba penisilin dapat dirusak oleh enzim penisilinase

(pemecahan betalaktam) dan amidase (pemecahan rantai samping).

Penisilin umumnya dieksresikan melalui ginjal. Proses ekskresi ini dapat

dihambat oleh probenesid (obat pirai) dengan cara mengurangi kecepatan

ekskresi obat oleh ginjal.

6. Efek samping yang paling sering terjadi dari penisilin G adalah reaksi

alergi.

B. PARACETAMOL

1. Merupakan obat antipiretik pilihan pertama. Efek antipiretik dari

paracetamol ditimbulkan dari gugus aminobenzen. Paracetamol

menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat

manjadi PGG2 terganggu.

17

Page 18: Pneumonia Gresmita.g99141060

2. Selain memiliki efek antipiretik, paracetamol memiliki efek analgesik

yang serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri

ringan sampai sedang.

3. Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna dan

diekskresikan melalui ginjal.

4. Efek samping yang terjadi adalah hepatotoksik untuk penggunaan yang

melibihi dosis yang dianjurkan.

C. GLISERIL GUAIAKOLAT

Merupakan obat batuk ekspektoran yang dapat merangsang pengeluaran dahak

pada saluran napas. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi

mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar

saluran napas melalui N. Vagus sehingga mempermudah pengeluaran dahak.

D. AMBROXOL

1. Merupakan obat batuk jenis mukolitik yang dapat mengencerkan sekret

saluran napas dengan cara memecah ikatan mukoprotein dan

mukopolisakarida dari sputum.

2. Sebagai mukolitik dan sekretolitik. Memperlancar pengeluaran sekresi

yang kental dan lengket di dalam saluran pernafasan dan mengurangi

stagnasi lendir.

3. Pengeluaran  lendir  dipermudah,  sehingga  melegakan pernafasan.

Selama pengobatan, sekresi lendir menjadi normal, demikian juga batuk

dan volume dahak berkurang. Dengan demikian, sekresi yang berupa

selaput pada permukaan mukosa pernafasan akan berfungsi sebagai

protektif secara normal.

18

Page 19: Pneumonia Gresmita.g99141060

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan Z Pneumonia dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Hal 974-976.

2. Pneumonia Didapat Di Masyarakat dalam Rani AA, Soegondo S, Uyainah

NA,Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A. Panduan Pelayanan Medik. Hal 90-

94.

3. Chen Khie, Pohan HT, Syok septik dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B,

Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Hal

187-189.

4. Marrie TJ, Campbell GD, Walker DH, Low DE. Pneumonia In: Kasper

DL, Braunwald E, Paucy AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, editors.

Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16th ed. New York : Mc Graw

Hill ; 2005. P1528-38.

19

Page 20: Pneumonia Gresmita.g99141060

20