Askep Pneumonia Jadi

38
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA Oleh: 1. Devi Kurniawati 2. Edi Purnomo 3. Fitri Zuhdyana 4. Sidik Gunarno 5. Yulita Fatimah IV C PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

description

Askep Pneumonia Jadi_1

Transcript of Askep Pneumonia Jadi

Page 1: Askep Pneumonia Jadi

ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA

Oleh:

1. Devi Kurniawati

2. Edi Purnomo

3. Fitri Zuhdyana

4. Sidik Gunarno

5. Yulita Fatimah

IV C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2013

Page 2: Askep Pneumonia Jadi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya.Sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Pneumonia”.Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respirasi II

tahun ajaran 2013.

Dan tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada:

1) Direktur STIKES “ICME” Jombang, Drs. M. Zainul Arifin, M.Kes.

2) Ketua Prodi S1 Keperawatan, Bambang Tutuko., SH.S.Kep.,Ns.

3) Pengampu Mata kuliah Sistem Respirasi II, Inayatur Rosyidah., S. Kep. Ns

4) Semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini

Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat

bagi pembaca.Tak ada gading yang tak retak,kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari

sempurna.Kami mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan makalah ini.

Jombang, April 2013

Penyusun

Page 3: Askep Pneumonia Jadi

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………..

Kata Pengantar………………………………………………………………………………..

Daftar Isi………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………

1.2 Tujuan Pembahasan………………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi………………………………………………………………………

2.2 Etiologi………………………………………………………………………

2.3 Manifestasi Klinis………………………………………………………………………

2.4 Patogenesis………………………………………………………………………

2.5 WOC………………………………………………………………………

2.6 Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………………

2.7 Pemeriksaan Laboratorium…………………………………………………………

2.8 Diagnosis………………………………………………………………………

2.9 Penatalaksanaan………………………………………………………………………

2.10 Komplikasi………………………………………………………………………

2.11 Prognosis………………………………………………………………………

2.12 Pencegahan ………………………………………………………………………

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengkajian………………………………………………………………………

3.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………

3.3 Intervensi………………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………

4.2 Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Askep Pneumonia Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:

1)      Pneumonia lobaris

2)      Pneumonia interstisial (bronkiolitis)

3)      Bronkopneumonia.

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang

terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering

menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-

anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi

kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan

angka kematian anak.

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada

parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai

alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah

penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering

merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh

tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang

dewasa.

1.2 Tujuan Pembahasan

Untuk mengetahui pengertian pneumonia

Untuk mengetahui penyebab pneumonia

Untuk mengetahui manifestasi klinis pneumonia

Utuk mengetahui bagaimana mencegah pneumoni

Page 5: Askep Pneumonia Jadi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:

1.      Pneumonia lobaris

2.      Pneumonia interstisial (bronkiolitis)

3.      Bronkopneumonia.

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus /

bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim

paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus

disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia

disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu

dipertimbangkan.

Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan

yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita

jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.

2.2 Etiologi

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :

Faktor Infeksi :

  Pada neonatus :

Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

  Pada bayi :

Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus,RSV, Cytomegalovirus.

Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

Bakteri:Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa,

B.pertusis.

Page 6: Askep Pneumonia Jadi

  Pada anak-anak :

Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.

  Pada anak besar – dewasa muda :

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.

Faktor Non Infeksi :

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

a.  Bronkopneumonia hidrokarbon :

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung ( zat

hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

b. Bronkopneumonia lipoid :

Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk

jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti

palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian

makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit

tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung

asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan .

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya

Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat

seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan

faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

2.3 Manifestasi Klinik

1) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada

usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 – 40,5 bahkan dengan infeksi ringan.

Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal,

beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.

2) Meningismus, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan

awitan demam yang tiba – tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri, dan kekakuan pada

Page 7: Askep Pneumonia Jadi

punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu

turun.

3) Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak –

kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajad yang

lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang

sampai ke tahap pemulihan.

4) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan

petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap

selama sakit.

5) Diare, biasanya ringan,diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai

infeksi pernapasan. Khususnya karena virus.

6) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri

apendiksitis.

7) Sumbatan nasal, asase nasal kecil pada bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan

mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernapasan dan menyusu pada bayi.

8) Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernapasan. Mungkin encer dan sedikit

(rinorea) atau kental dan purulent, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.

9) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit prnapasan. Dapat menjadi bukti

hanya selama fase akut.

10) Bunyi pernapasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,

krekels.

11) Sakit tenggorokan,merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.

Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.

2.4 Patogenesis

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,

keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di

dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga

mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara,

antara lain :

Inhalasi langsung dari udara.

Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

Page 8: Askep Pneumonia Jadi

Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

Penyebaran secara hematogen

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk

mencegah infeksi yang terdiri dari :

Susunan anatomis rongga hidung

Jaringan limfoid di nasofaring

Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain

yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.

Refleks batuk.

Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.Drainase

sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.Fagositosis aksi limfosit dan

respon imunohumoral terutama dari Ig A.Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi

trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh

tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang

menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu

mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat

stadium, yaitu :

1.  Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung

pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-

mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.

Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga

mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan

prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas

kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium

sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan

karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

2.      Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat

dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan.

Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan

Page 9: Askep Pneumonia Jadi

cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium

ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

3.      Stadium III (3 – 8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi

daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang

cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai

diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi

pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

4.      Stadium IV (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan

mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan

kembali ke strukturnya semula.

2.5 WOC

System pertahanan terganggu

Page 10: Askep Pneumonia Jadi

2.6 Pemeriksaan Fisik

Page 11: Askep Pneumonia Jadi

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama

beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai

kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal

disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.

Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah

beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

1.  Inspeksi :

pernafasan cuping hidung(+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.

2.  Palpasi :

Sistem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.

3.  Perkusi :

Sonor memendek sampai beda

4.  Auskultasi :

Suara pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras )disertai ronki basah gelembung halus

sampai sedang.

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang

terkena.Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.Pada auskultasi mungkin

hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi

terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras.

Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.Tanpa pengobatan biasanya proses

penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

2.7 Pemeriksaan Laboratorium

1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan

pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi

virus atau mycoplasma.

2.  Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

3.  Peningkatan LED.

4.  Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur

dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).

5. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium

lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

Page 12: Askep Pneumonia Jadi

2.8 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai

dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada

bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto

rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru,

pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai.

Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar

hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun(1,2).

Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena

pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab

tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata

laksana yang lebih sederhana.

Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan berdasarkan :

Bronkopneumonia sangat berat :

1. Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus dirawat

di rumah sakit dan diberi antibiotika.

Bronkopneumonia berat. Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan

masih sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika

Bronkopneumonia.

2. Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :

  60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

  50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun

  40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.

3. Bukan bronkopenumonia :

Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat

dan tidak perlu diberi antibiotika.

Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:

1. kultur sputum atau bilasan cairan lambung

2.  kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus.

3. deteksi antigen bakteri.

Page 13: Askep Pneumonia Jadi

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai

dengan hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup:

1.      Anak dengan sesak nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)

2.      Cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi

3.      Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini

tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek

diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan kloramfenikol atau diberi

antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin.

2.10 Komplikasi

1.      Otitis media

2.      Bronkiektase

3.      Abses paru

4.      Empiema

2.11 Prognosis

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada

anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.

Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat

memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi

esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan

tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama

dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh

faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

2.12 Pencegahan

Page 14: Askep Pneumonia Jadi

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan

penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya

bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan

daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti, cara hidup sehat,

makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin

berolahraga, dll.

Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:

1.      Vaksinasi Pneumokokus

2.      Vaksinasi H. influenza

3.      Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah

4.      Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

BAB III

Page 15: Askep Pneumonia Jadi

TINJAUAN PUSTAKA

3.1  Pengkajian

1. Usia

Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada

anak berusia dibawah tiga tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia 2

bulan.

2. Keluhan utama: merupakan keadaan yang paling sering dirasakan

3. Riwayat penyakit:

  Pneumonia virus

Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk rhinitis dan batuk

serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Pneumonia virus tidak

dapat dibedakan dengan pneumonia bakteri dan mukuplasma.

  Pneumonia stapilococcus (bakteri)

Didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah dalam

beberapa hari hingga satu minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami

kesulitan pernafasan.

4. Riwayat penyakit dahulu.

1)      Anak sering menderita saluran pernafasan bagian atas.

2)      Riwayat penyakit campak atau pertusis (pada bronco pneumonia)

5. Pemeriksaan fisik:

1)   Inspeksi. Perlu diperhatikan adanya takipneu, dipsnea, sianosis sirkumoral,

pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi

produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik nafas. Batasan takipnea pada anak

2-12bulan adalah 50x/menit atau lebih, sementara pada anak usia 12 bulan sampai 5

tahun adalah 40x/menit atau lebih. Perlu diperhatikan tarikan dinding dada kedalam

Page 16: Askep Pneumonia Jadi

pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam tampak

jelas.

2)      Palpasi. Suara yang redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, premitus

raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami

peningkatan (takikardia).

3)      Perkusi. Suara redup pada sisi yang sakit.

4)      Auskultasi. Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan

telinga ke hidung atau mulut bayi. Anak yang pneumonia akan terdengar stridor.

Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus

pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernafasan bronchial,

egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura.

6. Pemeriksaan diagnosis

1)      Pemeriksaan laboratutium

a.       Leukosit 18.000 – 40.000/mm3

b.      LED meningkat

2)      X-foto dada

Terdapat bercak-bercak infiltrate yang terbesar (bronco pneumonia) atau yang

meliputi satu/sebagian besar lobus/lobulus.

3.2 Diagnosa keperawatan pada pneumonia

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi dan obstruksi jalan nafas

2. Pola nafas tidak efektif

3. Deficit volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam

4. Intoleransi aktivitas b/d isolasi respiratori

5. Deficit pengetahuan b/d perawatan anak pulang

Page 17: Askep Pneumonia Jadi

3.4 Intervensi

N

O

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

NOC NIC

1 Bersihan jalan nafas

tidak efektif b/d

inflamasi dan

obstruksi jalan nafas

NOC :

Respiratory status :

ventilation

Respiratory status : air way

patency

Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara napas

yang bersih, tidak ada

sianosis, dan dyspnea

( mampu bernapas dengan

mudah )

Menunjukkan jalan napas

yang paten ( klien tidak

merasa tercekik, irama

napas, frekuensi

pernapasan dalam rentang

normal, tidak ada suara

napas abnormal)

Mampu

mengidentifikasikan dan

mencegah factor yang

dapat menghambat jalan

napas

NIC :

Airway suction :

Pastikan kebutuhan oral /

tracheal suctioning

Auskultasi suara napas

sebelum dan sesudah

suctioning

Informasikan pada klien

dan keluarga tentang

suctioning

Minta klien napas dalam

sebelum suction dilakukan

Berikan O2 dengan

menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suction

nasotracheal

Gunakan alat yang steril

setiap melakukan tindakan

Anjurkan pasien untuk

istirahat dan napas dalam

setelah kateter dikeluarkan

dari nasotrakeal

Monitor status O2 pasien

Ajarkan keluarga

bagaimana cara melakukan

suction

Hentikan suction dan

berikan O2 apabila pasien

menunjukkan bradikardi,

Page 18: Askep Pneumonia Jadi

2 Ketidak efektifan pola

napas b/d apnea

NOC :

Respiratory status :

ventilation

Respiratory status : airway

patency

Vital sign status

Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara napas

yang bersih, tidak ada

sianosis, dan dyspnea

( mampu bernapas dengan

mudah )

Menunjukkan jalan napas

peningkatan saturasi O2

Airway Management

Buka jalan napas

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan

napas buatan

Kolaborasi pemberian

bronkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara

kassa basah NaCl lembab

Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

Monitor respirasi dan status

O2

NIC :

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

Lakukan fisioterapi dada

jika perlu

Keluarkan secret dengan

batuk atau suction

Auskultasi suara napas,

catat adanya suara

tambahan

Berikan bronkodilator

Berikan pelembab udara

kassa basah NaCl lembab

Atur intake untuk cairan

megoptimalkan

Page 19: Askep Pneumonia Jadi

3 Deficit volume cairan

b/d intake oral tidak

adekuat, takipneu,

demam

yang paten ( klien tidak

merasa tercekik, irama

napas, frekuensi

pernapasan dalam rentang

normal, tidak ada suara

napas abnormal)

Tanda-tanda vital dalam

rentang normal (TD, nadi,

pernafasan)

NOC :

Fluid balance

Hydration

Nutritional status : food and

fluid intake

Kriteria Hasil :

Mempertahankan urine

output sesuai dengan usia

dan BB, BJ urin normal,

HT normal

TD, nadi, suhu tu uh dalam

batas normal

Tidak ada tanda-tanda

keseimbangan

Monitor respirasi dan status

O2

Bersihkan mulut, hidung,

dan secret trakea

Pertahankan jalan napas

yang paten

Observasi adanya tanda-

tanda hipoventilasi

Monitor adanya kecemasan

pasien terhadap oksigenasi

Monitor vital sign

Informasikan pada pasien

dan keluarga tentang teknik

relaksasi untuk

memperbaiki pola napas

Ajarkan bagaimana batuk

efektif

Monitor pola napas

NIC :

Fluid Management

Timbang popok atau

pembalut jika diperlukan

Pertahankan catatan intake

dan output yang akurat

Monitor status hidrasi

(kelembaban membrane

mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik),

jika diperlukan

Monitor sign vital

Monitor masukan

makanan/cairan dan hitung

Page 20: Askep Pneumonia Jadi

dehidrasi, elastisitas turgor

kulit baik, membrane

mukosa lembab, tidak ada

rasa haus yang berlebihan

intake kalori harian

Kolaborasikan pemberian

cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan IV pada

suhu ruangan

Dorong masukan oral

Berikan penggantian

nesogatrik sesuai output

Dorong keluarga untuk

membantu pasien makan

Tawarkan snack (jus buah,

buah segar)

Kolaborasi dengan dokter

Atur kemungkinan tranfusi

Persiapan untuk tranfusi

Hypovolemia Management

Monitor status cairan

termasuk intake dan output

cairan

Pelihara IV line

Monitor tingkat Hb dan Ht

Monitor tanda vital

Monitor respon pasien

terhadap penambahan

cairan

Monitor berat badan

Dorong pasien untuk

menambah intake oral

Monitor pemberian cairan

IV,

Monitor adanya tanda dan

gejala kelebihan volume

cairan

Page 21: Askep Pneumonia Jadi

4 Intoleransi aktivitas

b/d isolasi respiratory

NOC :

Energy conservation

Self care : ADLs

Kriteria Hasil :

Berprtisipasi dalam

aktivitas fisik tanpa disertai

peningkatan TD, nadi, dan

RR

Mampu melakukan

aktivitas sehari-hari

(ADLs) secara mandiri

Monitor adanya tanda gagal

ginjal

NIC :

Activity Therapy

Kolborasikan dengan

tenaga rehabilitasi medic

dalam merencanakan

program terapi yang tepat

Bantu klien untuk

mengidentifikasi aktivitas

yang mampu dilakukan

Bantu untuk memilih

aktivitas konsisten yang

sesuai dengan kemampuan

fisik, psikologi, dan social

Bantu untuk

mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas

yang diinginkan

Bantu untuk mendapatkan

alat bantuan aktivitas

seperti kursi roda, kruk

Bantu ntuk

mengidentifikasi aktivitas

yang disukai

Bantu klien untuk membuat

jadwal latihan diwaktu

luang, bantu

pasien/keluarga untuk

mengidentiikasi

kekurangan dalam

beraktivitas

Page 22: Askep Pneumonia Jadi

5 Defisiensi

pengetahuan b/d

keadaan penyakit

NOC :

Knowledge : disease

process

Knowledge : health

behavior

Sediakan penguatan positif

bagi yang aktif beraktifitas

Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi

diri dan penguatan

Monitor respon fisik,

emosi, social, dan spiritual

Energy Management

Observasi adanya

pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas

Dorong anak untuk

mengungkapkan perasaan

terhadap keterbatasan

Kaji adanya factor yang

menyebaban kelelahan

Monitor nutrisi dan sumber

energy yang adekuat

Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik dan

emosi secara berlebihan

Monitor respon

kardiovaskuler terhadap

aktivitas

Monitor pola tidur dan

lamanya tidur/istirahat

pasien

NIC :

Teaching : disease process

Berikan penilaian tentang

tingkat pengetahuan pasien

tentang proses penyakit

yang spesifik

Page 23: Askep Pneumonia Jadi

Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman

tentang penyakit, kondisi,

prognosis, dan program

pengobatan

Pasien dan keluarga

mampu melaksanakan

prosedur yang dijelaskan

secara benar

Pasien dan keluarga

mampu menjelaskan

kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

Jelaskan patofisiologi dari

penyakit dan bagaimana hal

ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang tepat

Gambarkan tanda dan

gejala yang biasa muncul

pada penyakit, dengan cara

yang tepat

Identifikasi kemungkinan

penyebab, dengan cara

yang tepat

Sediakan informasi pada

pasien tentang kondisi,

dengan cara yang tepat

Hindari dari harapan yang

kosong

Sediakan bagi keluarga

atau SO informasi tentang

kemajuan pasien denag

cara yang tepat

Diskusikan perubahan gaya

hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang

akan dating dan atau proses

pengontrolan penyakit

Diskusikan pilihan terapi

atau penanganan

Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan second

opinion dengan cara yang

tepat atau diindukasikan

Page 24: Askep Pneumonia Jadi

Eksplorasi kemungkinan

sumber atau dukungan,

dengan cara yang tepat

Rujuk pasien pada grup

atau agensi di komunitas

local, dengan cara yang

tepat

Instruksikan pasien

mengenai tanda dan gejala

untuk melaporkan pada

pemberi perawatan

kesehatan, dengan cara

yang tepat

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: Pneumonia lobaris, Pneumonia

interstisial (bronkiolitis) dan Bronkopneumonia.

Page 25: Askep Pneumonia Jadi

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus /

bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada

parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai

alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus

pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi

yang perlu dipertimbangkan.

4.2 Saran

Kita harus selalu menjaga kesehatan bayi

Kita harus selalu menjaga bersihan jalan napas bayi

Daftar Pustaka

1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC,

Jakarta.

2. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,

EGC, Jakarta.

Page 26: Askep Pneumonia Jadi

3. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4,

EGC, Jakarta.

4. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI

5. Marion Jones, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC), Second Edition,

6. Mosby inc. Joanne C. mcClowskey, etc, Nursing Intervention Classification (NIC),

Fourth edition, Mosby inc.