Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013 KAJIAN SOSIOLOGI DALAM KUMPULAN NOVEL REMBULAN NDADARI KARYA BAMBANG...

23
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013 Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 66 KAJIAN SOSIOLOGI DALAM KUMPULAN NOVEL REMBULAN NDADARI KARYA BAMBANG SULANJARI DAN H.R UTAMI DAN KEMUNGKINAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Yasmiyanti [email protected] Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Tujuan yang akan dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan aspek kajian sosiologi yang terdapat dalam kumpulan novel Rembulan Ndadari yang meliputi Serat Riyanta, Jago Kluruk, Jaman Kawuri, Ratu Mahadanta dan Rembulan Ndadari, karya Bambang Sulanjari dan H.R Utami, (2) mendeskripsikan kemungkinan pembelajaran sastra di SMA kelas XI. Instrumen penelitian berupa peneliti sendiri, dengan bantuan berupa novel, buku tentang kajian sosiologi, buku tentang pembelajaran sastra, dan kertas pencatatan data. Selanjutnya teknik analisis data yaitu metode analisis isi. Penyajian analisis data menggunakan metode penyajian informal. Hasil penelitian terdapat 6 macam aspek sosial dalam kumpulan novel Rembulan Ndadari karya Bambang Sulanjari dan H.R Utami, diantaranya (1) Serat Riyanta, terdapat 5 aspek sosiologi yaitu kekerabatan, perekonomian, politik, pendidikan, dan cinta kasih, (2) Jago Kluruk, terdapat 4 aspek sosiologi yaitu kekerabatan, pendidikan, perekonomian dan keagamaan, (3) Jaman Kawuri, terdapat 4 aspek sosiologi sastra yaitu kekerabatan, perekonomian, politik, dan keagamaan, (4) Ratu Mahadanta, terdapat 4 aspek sosiologi, yaitu kekerabatan, perekonomian, politik dan pendidikan, 5) Rembulan Ndadari, terdapat 5 aspek sosiologi yaitu kekerabatan, perekonomian, politik, pendidikan, dan kegamaan. Sedangkan kemungkinan pembelajaran di SMA dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Kata kunci: Sosiologi sastra , novel, dan pembelajaran. A. PENDAHULUAN Kumpulan novel Rembulan Ndadari menyajikan beragam cerita yang menarik, dan dapat dijadikan pembelajaran kehidupan. Bambang Sulanjari, menggabungkan kelima cerita dalam satu novel, diantaranya Serat Riyanta karya RB. Sulardi, Jago Kluruk karya Hilda Hananti, Jaman Kawuri karya Dyah Sulistyorini, Ratu Mahadanta karya Ahmad Syukur, dan Rembulan Ndadari karya Yuliani. Gaya penulisannya mengisahkan kehidupan masa lampau dengan istilah-istilah yang kurang familiar dengan

Transcript of Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013 KAJIAN SOSIOLOGI DALAM KUMPULAN NOVEL REMBULAN NDADARI KARYA BAMBANG...

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 66

KAJIAN SOSIOLOGI DALAM KUMPULAN NOVEL REMBULAN

NDADARI KARYA BAMBANG SULANJARI DAN H.R UTAMI DAN

KEMUNGKINAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

Yasmiyanti

[email protected]

Universitas Muhammadiyah Purworejo

ABSTRAK

Tujuan yang akan dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu (1)

mendeskripsikan aspek kajian sosiologi yang terdapat dalam kumpulan

novel Rembulan Ndadari yang meliputi Serat Riyanta, Jago Kluruk,

Jaman Kawuri, Ratu Mahadanta dan Rembulan Ndadari, karya Bambang

Sulanjari dan H.R Utami, (2) mendeskripsikan kemungkinan pembelajaran

sastra di SMA kelas XI. Instrumen penelitian berupa peneliti sendiri,

dengan bantuan berupa novel, buku tentang kajian sosiologi, buku tentang

pembelajaran sastra, dan kertas pencatatan data. Selanjutnya teknik

analisis data yaitu metode analisis isi. Penyajian analisis data

menggunakan metode penyajian informal. Hasil penelitian terdapat 6

macam aspek sosial dalam kumpulan novel Rembulan Ndadari karya

Bambang Sulanjari dan H.R Utami, diantaranya (1) Serat Riyanta, terdapat

5 aspek sosiologi yaitu kekerabatan, perekonomian, politik, pendidikan,

dan cinta kasih, (2) Jago Kluruk, terdapat 4 aspek sosiologi yaitu

kekerabatan, pendidikan, perekonomian dan keagamaan, (3) Jaman

Kawuri, terdapat 4 aspek sosiologi sastra yaitu kekerabatan,

perekonomian, politik, dan keagamaan, (4) Ratu Mahadanta, terdapat 4

aspek sosiologi, yaitu kekerabatan, perekonomian, politik dan pendidikan,

5) Rembulan Ndadari, terdapat 5 aspek sosiologi yaitu kekerabatan,

perekonomian, politik, pendidikan, dan kegamaan. Sedangkan

kemungkinan pembelajaran di SMA dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

Kata kunci: Sosiologi sastra , novel, dan pembelajaran.

A. PENDAHULUAN

Kumpulan novel Rembulan Ndadari menyajikan beragam cerita

yang menarik, dan dapat dijadikan pembelajaran kehidupan. Bambang

Sulanjari, menggabungkan kelima cerita dalam satu novel, diantaranya

Serat Riyanta karya RB. Sulardi, Jago Kluruk karya Hilda Hananti, Jaman

Kawuri karya Dyah Sulistyorini, Ratu Mahadanta karya Ahmad Syukur,

dan Rembulan Ndadari karya Yuliani. Gaya penulisannya mengisahkan

kehidupan masa lampau dengan istilah-istilah yang kurang familiar dengan

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 67

kehidupan sekarang ini. Serta hubungan antar tokoh yang mempunyai latar

belakang berbeda-beda. Itu menjadikan sebuah cerita yang menarik dan

banyak ilmu yang dapat diserap oleh pembacanya, serta pesan-pesan

pengarang yang tersirat dalam kumpulan novel tersebut, sangat bermanfaat

bagi pembacanya. Misal dalam Rembulan Ndadari karya Yuliani,

menceritakan perjuangan hidup seorang lelaki bernama Jupri, ia merantau

ke Kediri, disana ia kecopetan uang dan barang yang ia bawa hilang

semua. Untuk mememuhi kebutuhan sehari-harinya dia pun mengamen

dari rumah ke rumah dengan berjalan kaki menuju kota Tulungagung, kota

yang ia tuju.

Peneliti memilih kumpulan novel Rembulan Ndadari sebagai bahan

pembelajaran di SMA kelas XI karena dalam standar kompetensi tertulis

siswa mampu membaca dan memahami bacaan sastra maupun nonsastra

berhuruf latin maupun Jawa dengan berbagai keterampilan dan teknik

membaca. Kumpulan novel Rembulan Ndadari merupakan sebuah bacaan

sastra dengan lima buah judul cerita didalamnya antara lain, Serat Riyanta,

Jago Kluruk, Jaman Kawuri, Ratu Mahadanta, dan Rembulan Ndadari.

Masing-masing novel mempunyai jalan cerita yang berbeda-beda, tentunya

akan memperkaya gaya bahasa serta kosa kata siswa. Dengan dibuatnya

kelompok-kelompok dalam mengkaji kumpulan novel Rembulan Ndadari

ini, diharapkan tiap siswa dapat memahami kelebihan dan kelemahan

masing-masing kelompok dalam mengkaji novel serta siswa mampu

memahami aspek-aspek yang terkandung dalam masing-masing novel

tersebut, dan dapat menceritakan kembali isi novel dengan gaya bahasa

mereka sendiri. Pengenalan siswa terhadap novel jawa sangatlah penting

karena, sastra tidak seperti halnya ilmu kimia atau fisika, tidak

menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk jadi. Sastra berkaitan erat

dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Dengan

demikian peneliti mengambil judul “Kajian Sosiologi dalam Kumpulan

Novel Rembulan Ndadari Karya Bambang Sulanjari dan HR Utami dan

Kemungkinan pembelajarannya di SMA Kelas XI”.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 68

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Novel

a. Pengertian Novel

Novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula

dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena jika

dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama,

dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian (Tarigan,

1984: 164).

b. Unsur-unsur Pembangun Novel

Unsur-unsur pembangun novel, terdiri dari plot, tema,

penokohan, latar, Kepaduan, sudut pandang, dialog, dan gaya

bercerita (Nurgiantoro, 1994: 12).

2. Sosiologi sastra

a. Pengertian Sosiologi

Sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai

manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga sosial dan

proses-proses sosial (Swingewood dalam Faruk, 2010: 1).

b. Aspek-Aspek Sosiologi

Sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana

masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya dan mengapa

masyarakat itu bertahan hidup. Lewat penelitian yang ketat

mengenai lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan

keluarga yang secara bersama-sama membentuk apa yang disebut

sebagai struktur sosial, sosiologi dikatakan memperoleh gambaran

mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dan ditentukan

oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai

mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang

dengannya individu-individu dialokasikan pada dan menerima

peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial itu (Swingewood

dalam Faruk, 2010: 1).

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 69

3. Pembelajaran Sastra

a. Pengertian pembelajaran sastra

Kegiatan membaca dan mendengar karya sastra atau

kegiatan resepsi sastra. Penafsiran apapun boleh dan sah dengan

dilandasi dengan argumen yang logis. Oleh karena itu, didalam

pembelajaran apresiasi sastra sangat memungkinkan terjadi

perbedaan pendapat, perbedaan penafsiran, sehingga juga

menimbulkan perbedaan penghargaan terhadap karya sastra

(Sufanti, 2012: 22).

b. Tujuan Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan

siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akal, nilai afektif, nilai

keagamaan dan nilai sosial, secara sendiri-sendiri atau gabungan

dari keseluruhan itu (Purwo, 1991: 61).

C. METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang kajian

sosiologi dalam kumpulan novel Rembulan Ndadari karya Bambang

Sulanjari dan H.R Utami dan kemungkinan pembelajarannya di SMA

kelas XI, adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Subjek penelitian peneliti adalah kumpulan novel berbahasa Jawa

Rembulan Ndadari, diantaranya Serat Riyanta, Jago Kluruk, Jaman

Kawuri, Ratu Mahadanta dan Rembulan Ndadari. Karya Bambang

Sulanjari dan H.R Utami, tahun 2009, diterbitkan oleh Panji Pustaka, kota

Yogyakarta, panjang buku 14 × 21 cm, dan tebal 268 halaman.

Fokus Penelitian ini adalah aspek sosiologi terdapat dalam kumpulan

novel Jawa Rembulan Ndadari, diantaranya Serat Riyanta, Jago Kluruk,

Jaman Kawuri, Ratu Mahadanta dan Rembulan Ndadari. Karya Bambang

Sulanjari dan H.R Utami, meliputi: kekerabatan, perekonomian, politik,

pendidikan, cinta kasih dan agama, serta kemungkinan pembelajarannya di

SMA kelas XI.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 70

Dalam penelitian kualitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan

dengan validitas dan reliabilitas instrumen, dan kualitas pengumpulan data

berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data

(Sugiyono, 2009: 222). Instrumen dalam skripsi ini adalah peneliti sendiri,

kumpulan novel Rembulan Ndadari dan alat pencatat.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, yaitu

membaca secara kritis dan teliti. Menurut Arikunto (2010: 272), pedoman

observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan

akan diamati. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan objek penelitian, yaitu kumpulan novel;

2. Mencari referensi-referensi tambahan;

3. Membaca keseluruhan teks kumpulan novel Rembulan Ndadari,

diantaranya Serat Riyanta, Jago Kluruk, Jaman Kawuri, Ratu

Mahadanta dan Rembulan Ndadari;

4. Mencatat hasil observasi teks dalam kartu pencatat data;

5. Mengelompokkan data sesuai dengan teori sosiologi sastra dan diksi,

dalam kumpulan novel Rembulan Ndadari, diantaranya Serat Riyanta,

Jago Kluruk, Jaman Kawuri, Ratu Mahadanta dan Rembulan

Ndadari;

6. Menganalisis data dengan teori sosiologi sastra, yang menekankan

pada aspek-aspek sosialnya;

7. Merangkum hasil analisis.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik Analisis isi.

Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi,

memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa

komunikasi (Ratna, 2004: 49).

Peneliti menganalisis data dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan kumpulan novel sesuai dengan aspek-aspek

sosiologi;

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 71

2. Menganalisis data menggunakan sosiologi sastra, berupa aspek

kekerabatan, perekonomian, politik, pendidikan, cinta kasih dan

keagamaan;

3. Mendeskripsikan kemungkinan pembelajaran kumpulan novel

Rembulan Ndadari di SMA kelas XI;

4. Membuat kesimpulan.

Teknik penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan

mengunakan metode penyajian informal. Metode penyajian informal

adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).

D. PEMBAHASAN DATA

1. Aspek Sosiologi dalam Kumpulan Novel Rembulan Ndadari, Karya

Bambang Sulanjari dan H.R Utami

a. Serat Riyanta

1) Aspek Kekerabatan

1). Hubungan yang erat antara Raden Ayu Natasewaya dengan

Raden Ayu Pramayoga.

Hubungan Raden Ayu Natasewaya dengan Raden Ayu

Pramayoga sangat erat. Keduanya saling memberi motivasi

saat saudaranya tertimpa musibah.

“Kakang, anane saliramu sakaloron dakaturi mrene

kajaba aku kangen, iya ana prelune sethithik”.

“Raden Ayu Pramayoga sumambung, “Gusti, dalem

inggih sanget kangen, watawis dereng dangu dalem inggih

mentas raosan kaliyan pun kakang, badhe sowan mriki,

nanging sareng badhe mangkat lajeng boten estu, amargi

pun kakang angot napasipun” (Rembulan Ndadari, 2009:

10).

Terjemahan

“Kakak, kalian berdua saya suruh untuk datang

kesini, selain aku rindu dengan kalian, aku juga ada

kepentingan sedikit dengan kalian”.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 72

“Raden Ayu Pramoyoga menjawab, “Gusti dalem

juga sangat rindu, karena belum lama bertemu dengan

Kakak, ingin berkunjung kesini, namun tidak jadi

berangkat, karena sesak nafas.

2) Hubungan yang baik antara R. Ng. Kartamardika dengan

Martini anaknya.

Hubungan keduanya sangat erat. R. Ng. Kartamardika

memberi kebebasan kepada Martini dalam menentukan

pilihan hatinya. Martini juga mempunyai pemikiran yang

dewasa sehingga tidak gegabah dalam mengambil

keputusan”.

“R. Ng. Kartamardika, “linggiha kene, aku arep

takon, saka kandhamu, Sindhu lan Endra pada duwe

panembung marang kowe kang nunggak maksud. Kepriye

karepmu, sabab awakmu mung siji, mangka kang njaluk

ana loro, apa disigar, kang sasigar diwenehake Sindhu, lan

kang separo diwenehake marang Endra”.

“Martini “Aku uga wis mangsuli panjaluke bocah

loro mau yen wektu iki aku durung bisa mangsuli apa-apa.

Karuhane besuk patang taun maneh, aku lagi bisa mangsuli

iya utawa ora” (Rembulan Ndadari, 2009: 26).

Terjemahan

“R. Ng. Kartamardika, “duduklah sisi, aku ingin tanya,

katamu Sindhu dan Endra sama-sama ingin menikahimu.

Bagaimana pendapatmu. Bagaimana, apa kamu dibelah jadi

dua, yang sebelah untuk Sindhu dan yang sebelah lagi untuk

Endra”

“Martini” saya sudah menjawab keinginan mereka, jika

dalam waktu ini aku belum bisa menjawab apa-apa. Besok

4 tahun lagi aku akan menjawab iya atau tidak”.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 73

2) Aspek Perekonomian

Sindu termasuk masyarakat berstatus perekonomian menengah

ke atas. Dengan uang yang dia punya, dia berusaha untuk

memenangkan permainan. Dari hasil taruhan tersebut siapa yang

dapat keuntungan besar, tidak segan-segan untuk menaikkan

taruhannya kembali sebelum pada akhirnya uangnya habis untuk

membayar kemenangan orang lain.

“Dhayohe padha seneng-seneng, ana kang padha kretu,

bakaran, ceki, omber, setoteran, dhomino, lan ana uga kang

melu bakaran. Kang dadi bankire si Sukarna. Wiwit sore

kretune si Sindu urip banget, mulane sedhela wae Sindu bisa

menang satus rupiyah luwih. Nanging bareng wis rada wengi,

kretune mati (peh) nganti pirang dhuwit nang-nangan mau

entek kabeh. Saya suwe kretune saya apes, dhuwite pawitan

tansah kalong” (Rembulan Ndadari, 2009: 48).

Terjemahan

“Semua tamu bersenang-senang, ada yang main kartu, ceki,

omber, setoteran, dhomino, dan ada pula yang ikut bakar-

bakaran. Yang menjadi bankier adalah Sukarna. Sejak sore hari

kartunya Sindu bagus, oleh karena itu dalam sekejap dia menang

seratus rupiah lebih. Namun, setelah hari mulai malam, kartu

Sindu tidak seperti sebelumnya, semua taruhan habis semua.

Semakin lama kartunya semakin jelek, uang taruhan berkurang”.

3) Aspek Pendidikan

Osvia atau Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren adalah

sekolah pendidikan bagi calon pegawai-pegawai bumiputra pada

zaman Hindia Belanda. Setelah lulus mereka dipekerjakan dalam

pemerintahan kolonial sebagai pamong praja. Sekolah ini dimasukkan

ke dalam sekolah ketrampilan tingkat menengah dan mempelajari

soal-soal administrasi pemerintahan. Soal keturunan merupakan faktor

penting dalam penerimaan siswa di Osvia.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 74

“Mangka kajeng kula, manawi Gusti Allah nyembadani,

badhe kula rembagaken kaliyan putranipun ndara patih pensiyun,

ingkang sapunika sampun dados ambtenaar ter beschikking

wonten ing kontroliran. Inggih leres warninipun radi kuciwa,

nanging rak inggih sampun gadhah pedamel nyekapi ta, tur

wedalan “Osvia”, dados gadhah pangajeng-ajeng daos ageng.

Dene ingkang dados dhandhanipun jeng mantri, awit punika

taksih radi sanakipin” (Rembulan Ndadari, 2009: 27).

Terjemahan

“Keinginan saya, jika Allah menghendaki, Martini akan saya

jodohkan dengan anak ndara patih, yang sudah mejadi ambtenaar

ter beschikking wonten ing kontroliran. Iya memang dia tidak

gagah, tetapi setidaknya sudah mendapat pekerjaan, dan lulusan

“Osvia”, jadi mempunyai masa depan yang cerah. Dia masih ada

hubungan saudara dengan jeng mantri”

4) Aspek Cinta Kasih

Endra sangat mencintai Martini. Dia sadar bahwa status

perekonomian mereka berdua berbeda. Oleh karena itu dengan

keterbatasannya, Endra ingin hidup berdagang dan dengan cara itu

berharap akan membuat Martini bahagia.

“Mar, jantung atiku, geneya kowe kok katon susah? Dhuh

wong kuning, aja nusahake awakku, dumeh aku durung duwe

pagawean, ing mangka kanca-kancaku kabeh wis padha

cemanthel. Kawruhana, Ning, anane aku durung cemanthel

amarga taksengaja, aku ora niyat arep beburuh utawa dadi

priyayi, aku seneng dedagangan supaya panguripanku mredika.

Mula kowe ora susah mikir kang akeh-akeh, mung panyuwunku

wae, kowe gelema takladeni nganti tekan patiku” (Rembulan

Ndadari, 2009: 40).

Terjemahan

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 75

“Mar, jantung hatiku, mengapa kamu kelihatan sedih?

Jangan menyusahkan diriku, karena aku belum juga mendapat

pekerjaan, apalagi teman-temanku sudah bekerja semua, saya

sengaja belum mencari pekerjaan, saya tidak berniat menjadi

orang terhormat. Saya senang berdagang agar hidup bebas. Oleh

karena itu, kamu bersedia saya cintai sampai mati”.

2) Jago Kluruk (Hilda Hananti)

a) Aspek Kekerabatan

Mbah Podho mempunyai hubungan yang erat dengan cucunya.

Mbah Podho selalu mengajarkan kebaikan kepada cucunya, dan

cucunya selalu menuruti nasehatnya.

“Le, urip kuwi apike sing prasaja wae?” pituture Mbah

Podho.

“Kok ngaten. La tujuane pripun Mbah?”

“Supaya ora gampang dakwen lan open marang liyan.

Patrap dakwen open iku ngono cedhak karo ati drengki srei. Yen

wis menkono banjur panesten. Pikirane cepet banget kobong,

muntab lan nesu. Apa maneh yen wong liya pikantuk kamulyan,

age-age anggone ora nyarajuki. Atine sajak gela. Mrena-mrene

tansah metani alane” (Rembulan Ndadari, 2009: 64).

Terjemahan

“Le, hidup itu lebih baik yang rukun? Kata Mbah Podho

“Kenapa, begitu. Tujuannya apa Mbah?”

“Agar tidak mudah iri dan peduli terhadap orang lain.

Perilaku iri dekat dengan dengki. Jika terlanjur sudah pasti,

pikiran cepat terbakar emosi, gampang tersinggung dan cepat

marah. Apalagi jika orang lain mendapat kebahagiaan, pasti rasa

iri yang dirasakan. Hatinya kecewa yang ada hanya mencari

kesalahan-kesalahan orang lain”.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 76

b) Aspek Perekonomian

Majunya desa Mojodhuwur membuat sistem perekonomian di

desa tersebut semakin berkembang pesat, terbukti terdapat banyak

pendatang yang tinggal di desa tersebut. Masyarakat memanfaatkan

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada dengan

sebaik-baiknya. Sumber daya alam yang ada didaerah tersebut

diolah menjadi alat-alat kebutuhan rumah tangga, yang sangat

berguna bagi masyarakat pedesaan.

“Babad alas mojodhuwur wis rampung. Kayu jati sing

wis umur ditegor kanggo piranti mbangun omah. Kayu sana

ditegor kanggo kayu bakar. Saperangan digawe areng, rencek-

rencek ditaleni tumuli didol ing desa sing duwe pagaweyang

ngobong bata, gendheng, kuwali, maron, jua lan jambangan.

Kayu rajeg dibabati lan ditata pada saperlu kanggo pager”

(Rembulan Ndadari, 2009: 85).

Terjemahan

“Membuka hutan mojodhuwur sudah selesai. Kayu jati

yang sudah berumur ditebang sebagai bahan untuk

membangun rumah. kayu sana ditebang sebagai kayu bakar.

Yang lainnya dibuat arang, rencek-rencek diikat lalu dijual ke

desa yang sering membuat batu bata, genteng, kuwali, maron,

jua, jambangan. Kayu rajeg ditebangi dan di atur untuk dibuat

pagar”.

c) Aspek Pendidikan

Anak-anak desa Mojodhuwur rata-rata anak pintar dan

membanggakan. Guru-guru mereka sering membicarakan dan

memamerkan kepandaian mereka kepada masyarakat lain. Hal

tersebut tampak dalam kutipan berikut:

“Bocah-bocah sekolah sing asale Mojodhuwur kondhang

pinter. Ing kelas akeh sing nomer siji. Bijine apik-apik.

Semange gumregah. Guru-gurune kepranan. Bombonge ati

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 77

malah guru-guru mau seneng nduduhake kewarisane murid

Mojodhuwur. Jan ora nggumunake. Turun darah biru”

(Rembulan Ndadari, 2009: 87).

Terjemahan

Anak-anak sekolah yang berasal dari Mojodhuwur terkenal

karena kepandaiannya. Di kelas banyak yang nomer satu.

Nilainya bagus-bagus. Semangatnya menggebu-nggebu. Guru-

guru merasa bahagia. Mereka senang memberitahukan

kepintaran anak-anak Mojodhuwur. Memang membanggakan.

Keturunan darah biru.

d) Aspek Keagamaan

Masyarakat menganggap kemakmuran berkah itu berasal dari

Ratu, bukan dari Tuhan Yang Maha Esa.

“Apa maneh yen sing maringi mau Narendra Majapahit

kang sayekti kalaka misuwun. Wong-wong padesan mau

mesthi banjur mongkok. Rumangsa oleh kanugrahan. Malah

ana kang nyebut kewahyon. Raja agung kang lumaksana

tarlamtanggawa berkah kang utama. Wong-wong percaya

yen ratu iku wakiking Hyang Sukma kang mangejawantah

ing marcapande. Desa sing dilewati tindake ratu mesthi

mbanyu mili rejekine, mencorong prebawane” (Rembulan

Ndadari, 2009: 81).

Terjemahan

“Apalagi jika yang memberi adalah Ratu/Raja Majapahit.

Orang-orang desa menjadi sombong. Merasa mendapat

berkah. Ada yang menyebut itu adalah berkah Tuhan. Raja

adalah pemberi berkah seperti Tuhan. Desa yang dilewati

Raja akan mendapat rejeki yang melimpah”.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 78

3) Jaman Kawuri (Dyah Sulistyorini)

a) Aspek Kekerabatan

Sumatanaya dengan Jarot anaknya baik. Sumatanya

mengajarkan sikap baik kepada anaknya dalam bersosialisasi

dengan orang lain.

“Le, Jarot, bok kok ajak linggih ngomah kana. Aku tak

menyang sumur dhisik, ya, bah bandar. Delengen, awakku isih

waras” (Rembulan Ndadari, 2009: 180).

Terjemahan

“Le, Jarot, kamu ajak Bah bandar duduk di dalam rumah sana.

Aku mau ke sumur sebentar, ya, Bah bandar. Lihat, badanku

masih sehat”.

b) Aspek Perekonomian

Bangsa Cina adalah bangsa penyedia ganja, lalu masyarakat

menjualnya. Bah bandar adalah salah seorang yang menekuni bisnis

ganja.

“Lah, kepriye, den Suma, ngepakanku ing Gemolong,

sajrone telung sasi iki suda akeh banget papayune. Wis mesthi

bae, lah wongsing padha nyeret padha tuku candu peteng

dodolane den Dira sakancane, enggone kulak saka bawah

Demak”(Rembulan Ndadari, 2009: 181).

Terjemahan

“Lah, bagaimana, Den Suma, pekerjaan saya di

Gemolong, tiga bulan ini dagangan saya banyak yang tidak

laku. Sudah pasti orang mereka membeli melalui perdagangan

gelapnya Den Dira dan teman-teman, membeli dari Demak.

c) Aspek Politik

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 79

Kanjeng Prabu pergi tanpa meminta izin kepada Residen.

Kepergian Kanjeng Prabu membuat keraton kosong tanpa

pemimpin. Setelah Kanjeng Aprabu kembali, para Adipati meminta

kepada residen agar Kanjeng Aprabu dipindahkan saja ke Semarang

dan tidak pulang kembali ke keraton Surakarta.

“Enggalipun sareng wanci sonten raden adipati

Sastradiningrat sowan ing kanjeng tuwan residen, matur,

“Dhuh, kanjeng tuwan residen, manawi andadosaken

condhonging panggalihipun kanjeng tuwan residen, kula

darbe atur rembag sampun pinanggih, sampun ngantos

kakundhuraken dhateng karaton, mugi kalajengaken dhateng

ing kitha Semarang kemawon, karana saking panggagas kula,

sang nata bilih ngantos lami anggenipun jumeneng nata,

sampun temtu risak nagari Surakarta, punapa malih temtu

saged anuwuhaken reresah ingkang badhe damel kapitunan

ageng ing kanjeng Gupremen, kados dene prang

Dipanagaran” (Rembulan Ndadari, 2009: 107).

Terjemahan

“Raden Adipati Sastradiningrat menemui tuan residen,

kemudian berkata, “Dhuh, tuan residen, jika tuan residen

setuju, saran saya, raja jangan sampai pulang ke keraton, lebih

baik dibawa ke Semarang saja, karena menurut saya, raja

sudah lama tidak bertahta menjadi raja, sudah pasti negara

menjadi rusak, dan lagi dapat membuat rugi besar di kanjeng

Gupremen, seperti perang Dipanagaran”

d) Aspek Keagamaan

Kanjeng Prabu beragama islam, namun sering ada tradisi jika

sedang mengalami kesulitan, ziarah ke makam-makan leluhur.

“Saking pamanggihipun dalem prayogi panjenengan

dalem anungku muja semedi anedha ing Gusti Allah, sanadyan

ing kedhaton ngriki inggih wonten Allahutangla, kadoa boten

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 80

wonten bedanipun ngrika kaliyan ngriki, janji temen-temen ing

panedhanipun, ing saestu ingkang Mahakuwasa angabulaken”

(Rembulan Ndadari, 2009: 99).

Terjemahan

“Sebaiknya Kanjeng berdo’a kepada Gusti Allah di

Magiri saja Gusti Allah itu, walaupun di keraton ini ada

Allahtangla, sebenarnya tidak ada bedanya disini dan disana,

bersungguh-sungguhlah, insya Allah yang maha kuasa

mangabulkan.

4) Ratu Mahadanta (Ahmad Syukur)

a) Aspek Perekonomian

Sistem yang digunakan Juru Boga dalam mengatur makanan,

membuat penghuni Wanarapraja merasa terlindungi.

“Pagaweane Juru Boga kuwi manggedeni kethek kang

kuwajibane golek pangan. Yen wis padha oleh pangan, banjur

diladekake marang Juru Boga marang kethek. Sing akeh dewe

Mahadanta, banjur para juru, bajur para bekel lan

prabot”(Rembulan Ndadari, 2009: 194).

Terjemahan

“Tugas Juru Boga adalah mangatur kera yang bertugas

mencari makanan. Jika semua sudah mendapat makanan,

kemudian diberikan ke Juru Boga. Paling banyak adalah

Mahadanta, kemudian juru, dan perangkatnya”.

b) Aspek Politik

Cara mengambil keputusan didasarkan untuk kepentingan

bersama tanpa merugikan siapapun. Karena jika Mahadanta tidak

mengangkat Anantaswara menjadi Juru susila, dia berhadapan

dengan seluruh penghuni Wanapraja. Dan setelah Anantaswara

diangkat menjadi juru susila, kebiasaannya berpidato untuk menarik

simpati penghuni Wanarapraja sudah tidak dilakukan lagi serta tugas

yang diberikan mampu dia jalankan dengan baik

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 81

“Kethek sing padha nemoni dietung cacahe:’siji, loro,

telu. Telu. Senadyan bener penemune, nanging cacahe mung

telu. Mangka sing ngajoni Anantaswara ana siji,

lor.....sepuluh. Ana sepuluh. Yen Anantaswara sida

takdadekake Juru, kethek telu iki mesthi ora nrima. Nanging

senadyana ora nrima, cacahe mung sethithik. Upamane arep

bangga, gampang oleh nyembadani. Kosok baline, upamane

Anantaswara ora takdadekake Juru, kethek sing rada pinter-

pinter mesthine bungah, ananging sakabehing kethek sing ora

bisa turu amarga kebrebegan sesorah, mesthine banjur padha

muring-muring. Sing diuring-uring aku!” (Rembulan Ndadari,

2009: 203).

Terjemahan

“Kera yang datang dihitung ada: satu, dua, tiga. Tiga.

Walaupun pendapat mereka bertiga benar, namun jumlahnya

hanya tiga. Dan yang mendukung Anantaswara ada, sayu,

dua......sepuluh. Jika Anantaswara jadi diangkat menjadi Juru,

tiga kera tersebut pasti tidak menerimanya. Namun, jika

mereka tidak menerima, jumlahnya hanya sedikit. Apabila

mereka melawan, gampang mengatasinya. Sebaliknya, jika

Anantaswara tidak dijadikan Juru, kera yang pintar-pintar pasti

senang, tetapi semua kera tidak bisa tidur karena bising dengan

pidato Anantaswara, pastinya semua marah. Dan saya yang

dimarahi!”.

c) Aspek Pendidikan

Bahwa juru susila merupakan kera yang paling pintar diantara

kera-kera lainnya karena dia adalah guru bagi kera-kera yang lain.

Dia yang mengajarkan pendidikan dan kesusilaan kepada para kera.

“Panggaweane juru susila menggedheni para kethek sing

diwajibke mulang muruk ing bab kasusilaan lan kapinteran.

Sakabehing kethek kang umure wis genep nem sasi kudu wiwit

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 82

sinau bab kasusilaan utawa tatakrama”. (Rembulan Ndadari,

2009: 93)

Terjemahan

“Pekerjaan juru susila sebagai yang tetua diantara para

kera diwajibkan mengajar bab kesusilaan dan kepintaran.

Semua kera yang berumur enam bulan harus belajar bab

kesusilaan atau tatakrama”.

5) Rembulan Ndadari (Yuliani)

a) Aspek Perekonomian

Tidak terpikir sebelumnya jika Jupri akan bekerja sebagai

pengamen. Sejak dulu dia tahu pekerjaan seperti itu tidak baik

apalagi umur Jupri masih muda, masih banyak hal yang dapat Jupri

lakukan selain mengamen. Namun itu hanya karena keterpaksaan

sehingga Jupri mau melakukan pekerjaan tersebut.

“Jupri pancen wiwit rumiyin mila sampun gadhah

panginten utawi pamanggih bilih mbarang makaten pancen

kagolong padamelan ingkang nistha, ewa semanten nglampahi,

jalaran kapeksa, saupami botena kepeksa tamtu boten purun”

(Rembulan Ndadari, 2010: 224).

Terjemahan

Sejak dulu Jupri memang sudah pemikiran jika mengamen

merupakan pekerjaan yang tidak bagus, dia melakukan

pekerjaan tersebut karena keterpaksaan, jika bukan karena

keterpaksaan dia tidak bersedia melakukannya.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 83

b) Aspek Pendidikan

Jupri menegaskan adanya persamaan hak dan kewajiban dalam

memperdalam pendidikan. Pendidikan itu tidak hanya untuk kaum

pria, namun wanita juga harus mendapatkan pendidikan.

Jupri, “Mekaten, sing perlu pinter niku dede lare jaler

mawon, lare estri enggih perlu ugi, awit lare estri yen empun

emah-emah lajeng nglenggahi pangkat rupi-rupi, ringkesane

ingkang ageng kalih, enggih niku guru lan patih. Guru

gurunipun para anak-anakipun, kajibah mulang kautaman lan

kataberen. Patih dados pepatihing ingkang jaler, kewajiban

ngreka mbudidaya teng saening bale griya lan saening

sadayane. Padamelan kalih warni wau dede padamelan ingkang

gampil nanging angel, ingkang saged nindakaken namung

tiyang ing empun dados sesanggene sedaya tiyang estri inggih

perlu pinter, sagede pinter sarana sekolah (Rembulan Ndadari,

2010: 221).

Terjemahan

Jupri, “yang harus pintar tidak hanya kaum pria saja, tetapi

kaum wanita juga harus pintar, karena wanita bila sudah

menikah akan menduduki bermacam-macam jabatan, secara

ringkas ada dua, yaitu guru dan patih. Guru yang dimaksud

adalah guru dari anak-anaknya, mengajarkan kebaikan dan

kerajinan. Patih yang dimaksud adalah menjadi patih suami,

berkewajiban menjaga keadaan rumah agar tetap baik dan

menjaga urusan yang lainnya. Dua tugas tersebut menjadi tugas

yang mudah namun juga susah. Oleh karena itu wanita juga

harus pintar, pintar karena sekolah.

c) Aspek Politik

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 84

Prabu Aji Jayabaya selaku pemimpin kerajaan berhak untuk

mengadili siapa saja yang telah membuat kekacauan di wilayahnya.

Tidak memperdulikan status atau jabatannya.

Sang Prabu ngendika semu duka, “E, Sedhah, rehne wus

terang dumununge dosa ana titihan ingsun si Barongseta, marga

wus wani nggelarake aji macan gadhungan marang si umbul

Jagawana ing Jatisari, nganti tular-tumular wong akeh bisa dadi

macan gadhungan, padha mangsa sakehe manungsa gawe

rusaking kawulaning cilik, dadi patut si Barongseta ingsun

pidana” (Rembulan Ndadari, 2009: 248).

Terjemahan

Prabu berkata, “E, Sedhah, jika anda sudah pasti benar

kejadiannya, bawa si Barongseta, karena sudah berani

mengajarkan ilmu harimau jadi-jadian kepada penjaga Jagawana

di Jatisari, sampai menular, banyak manusia menjadi harimau

jadi-jadian, dan memangsa banyak manusia lainnya membuat

kekacauan, jadi pantas jika Barongseta anda hukum”.

d) Aspek Keagamaan

Dalang Ganda beragama islam dan selalu mengingat Tuhan-Nya.

Tidak ada mampu menandingi kuasa Allah SWT.

“Sareng dumudi sanginggiling kretek Tuntang, dhalang

Ganda teka kesupen welingipun Kyai Bangsadarma, dumadakan

nyebut asmaning Pangeran, “E, kanca, kuwasaning Gusti Allah

iku ora kena cinakrabawa”. Wicantenipun saweg dumugi

samanten, baita kakalih sareng keremipun lajeng musna kaliyan

tiyang ingkang melahi, dene tiyang ingkang numpak sami pating

krambang” (Rembulan Ndadari, 2009: 259).

Terjemahan

“Setelah sampai di atas jembatan Tuntang, dalang Ganda lupa

akan amanat Kyai Bangsadarma, tiba-tiba beliau menyebut

nama Tuhan, “E, kanca, kuasa Alloh itu jangan di remehkan”.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 85

Sampai disitu perkataan dalang Ganda, tiba-tiba kapal

tenggelam bersama penumpangnya, para penumpang

mengambang di air.

2. Pembelajaran Kumpulan Novel Rembulan Ndadari di SMA Kelas XI

Untuk menyajikan pengajaran novel, guru dituntut luwes dan

menggunakan strategi kerja kelompok dengan baik. Tujuan pokok yang

perlu dicapai dalam pengajaran novel adalah meliputi peningkatan

kemampuan membaca baik secara ekstensif maupun intensif. Sesuai

dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan tujuan pembelajaran sastra

mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator.

Pemilihan kumpulan novel Rembulan Ndadari karya Bambang Sulanjar

dan H.R Utami, sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA

kelas XI, diantaranya dilihat dari segi bahasa, segi psikologi, dan segi

latar belakang. Metode pembelajaran yang digunakan ceramah, Jigsaw

learning, diskusi, penugasan. Strategi pembelajaran yang digunakan

dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap penjelajahan, tahap interpretasi,

dan tahap rekreasi. Sumber belajar kumpulan novel Rembulan Ndadari

dan buku penunjang lain seperti lembar kerja siswa. Waktu, dalam

pengaturan waktu disesuaikan dengan materi sehingga tidak ada waktu

yang terbuang percuma, untuk pembelajaran bahasa jawa 2×45 menit.

Sedangkan evaluasi dilakukan dengan menggunakan tes tertulis atau esai.

E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

a. Aspek-aspek sosial kumpulan novel Rembulan Ndadari karya

Bambang Sulanjar dan H.R Utami.

1) Kekerabatan, yaitu dalam Serat Riyanta, hubungan kekerabatan

yang terjalin antara lain hubungan yang sangat erat antara Raden

Ayu Pramayoga dengan kakanya Raden Ayu Natasewaya, Raden

Ayu Pramayoga dengan anaknya Raden Ajeng Srini, R.

Harjawasita dengan Raden Rara Subiyah, R. Ng. Kartamardika

dengan anaknya Martini. Dalam Jago Kluruk hubungan terjalin

baik antara Mbah Podho dengan Sugeng Widodo cucunya. Dalam

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 86

Jaman Kawuri, hubungan yang baik antara bapak dan anak

Sumatanaya dengan Jarot.

2) Perekonomian, yaitu dalam Serat Riyanta, cara hidup masyarakat

berstatus perekonomian menengah ke atas dan stategi masyarakat

berstatus ekonomi menengah ke bawah. Jago Kluruk, sumber daya

manusia yang terampil dapat mengubah status perekonomian, dan

pembukaan lahan di hutan untuk pengembangan perekonomian,

dalam Jaman Kawuri tentang berbagai macam profesi pekerjaan

demi perubahan status perekonomian, dan roda perekonomian terus

berputar kadang di atas kadang di bawah, dalam Ratu Mahadanta

tentang amanat dari rakyat demi kelangsungan hidup rakyat, dalam

Rembulan Ndadari, roda perekonomian berputar kadang di atas

kadang di bawah, dan pantang menyerah dalam menjalani

kehidupan.

3) Politik, dalam Jaman Kawuri tentang pemindahan kekuasaan raja

dan menghindar dari tanggung jawab bukanlah solusi, dalam Ratu

Mahadanta yaitu mengankat jabatan yang bukan haknya demi

ketenteraman warga desa, dalam Rembulan Ndadari tentang

hukuman sesuai dengan tindak kejahatan.

4) Pendidikan, dalam Serat Riyanta, pendidikan yang tinggi

mempengaruhi pemikiran seseorang dalam menentukan jodoh,

Jago Kluruk tentang kemajuan desa atau kota dapat mempengaruhi

sektor pendidikan, dalam Ratu Mahadanta tentang juru susila

sebagai pengajar, dalam Rembulan Ndadari tentang persamaan hak

dan kewajiban dalam memperdalam pendidikan.

5) Cinta Kasih, terdapat dalam Serat Riyanta yaitu cinta kasih antara

Raden Kertaubaya dengan Raden Rara Subiyah, dan cinta kasih

antara Martini dengan Endra.

6) Agama, dalam Jago Kluruk, menyebut Ratu sebagai Tuhan yang

membawa kemakmuran, dalam Jaman Kawuri, bersyukur kepada

Alloh dan berserah diri kepada Alloh, dalam Rembulan Ndadari

tentang selalu ingat pada Allah.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 87

2. Pembelajaran Kumpulan Novel Rembulan Ndadari di SMA Kelas XI

Tujuan dari pembelajaran yaitu kurikulum tingkat satuan

pendidikan tujuan pembelajaran sastra mengacu pada standar

kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Strategi yang digunakan,

dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap penjelajahan, tahap

interpretasi, dan tahap rekreasi. Bahan pembelajaran, pemilihan bahan

pengajaran meliputi segi bahasa, segi psikologis, dan segi latar

belakang. Metode pembelajaran, antara lain metode ceramah, jigsaw,

diskusi dan penugasan. Sumber belajar kumpulan novel Rembulan

Ndadari dan buku penunjang lain seperti LKS. Waktu, dalam

pengaturan waktu disesuaikan dengan materi sehingga tidak ada waktu

yang terbuang percuma, untuk pembelajaran bahasa jawa 2×45 menit.

Evaluasi pembelajaran menggunakan tes essai.

2. Saran

Peneliti berharap penelitian tentang novel ini dapat dikaji dengan

jenis kajian yang lain, dan lebih sempurna dimasa yang akan datang.

Bagi pendidik diharapkan lebih banyak mengenalkan siswa tentang

sastra-sastra Jawa, khususnya novel dengan cara mengakaji novel

dengan berbagai macam kajian sastra agar kemampuan dan pengetahan

siswa bertambah. Bagi siswa diharapkan lebih meningkatkan intensitas

membaca, karena novel tidak hanya sekedar dibaca, namun banyak

amanat-amanat yang tersirat dalam novel yang dapat dijadikan teladan

hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 88

Nurgiantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1991. Bulir-bulir Sastra dan Bahasa

Pembaharuan Pengajaran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sufanti, Main. 2012. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Surakarta: Yurna Pustaka.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sulanjari Bambang; HR Utami (Eds). 2010. Rembulan Ndadari.

Yogyakarta: Panji Pustaka.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung:

Angkasa.

Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta:

Sebelas Maret University Press.