JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI UNIVERSITAS ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI UNIVERSITAS ...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL(PSIKOTROPIKA) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKURI PADA SISWA KELAS X SMA
MUHAMMADIYAH 4 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd) pada Jurusan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
ARDIANSYAH10538 1893 10
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJUNI 2015
Nama :
NIM :
Jurusan :
Fakultas :
Setelah diteliti
PERSETUJUAN PEDIBIVIBING
jar Sosiologi Pokok Bahasan Masalah
melalui Model Pembelajaran Inhtiri pada
memenuhi syarat untuk
NBⅣI:858
Makassar, 05 Agustus 2016
Diぬhkan olehi
Mengetahui
Ketua Jurusan
\atr mtatast*/ Sosiologi
wИ.Hum.
1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ARDIANSYAH
Stambuk : 10538 1893 10
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul Skripsi : Peningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Masalah
Sosial (Psikotropika) Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada
Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim
Penguji adalah asli hasil kerja saya sendiri dan bukan hasil ciplakan dan tidak
dibuat oleh siapapun.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September
2015
Yang Membuat
Pernyataan
ARDIANSYAH
Diketahui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hidayah Quraisy, M.pd Drs. H. M. Syukur Hak, M.M
2
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ARDIANSYAHStambuk : 10538 1893 10Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai penyusunan proposal sampai selesai skripsi, saya akan menyusun
sendiri skripsi saya (tidak dibuat oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan
skripsi
4. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2, dan 3, saya akan
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Januari 2014
Yang Membuat Perjanjian
ARDIANSYAHNim. 10538 1893 09
MengetahuiKetua Jurusan Pendidikan Sosiologi
Dr. H. Nursalam, M.SiNBM. 951 829
3
MOTTO
Jika kegagalan menghampiribukan berarti Kita harus menyerah,
tetapi cari jalan lain, kemudian kerjakanSekali lagi, jangan cepat menyerah.
Menyerah adalah salah satu cara untuk gagal.Jangan lupakan kegagalan, tetapi ambilah hikmahnya.
Lupakan kekecewaan, karena harapandimasa depan masih terbentang luas dan begitu cerah.
Dan berjuang demi kesuksesantidak dapat diraih tampa adanyaperjuangan dan pengorbanan
Demi cita-cita Kupesembahkan karya ini buat:Kedua orang Tuaku, Saudaraku, dan Sahabatku,
atas keikhlasan dan do’anyadalam mendukung penulis mewujudkan
harapan menjadi kenyataan.
4
ABSTRAK
Ardiansyah. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Pada Pokok Bahasan MasalahSosial (Psikotropika) melalui model Pembelajaran inkuri pada Siswa Kelas X SMAMuhammadiyah 4 Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I HidayahQuraisy dan Pembimbing II Syukur Hak.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu: Apakah dengan menggunakan modelpembelajaran inkuri, dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi pada pokok bahasanmasalah sosial (Psikotropika) pada Siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar”Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi materi masalah sosial(Psikotropika) melalui model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas X SMAMuhammadiyah 4 Makassar.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) yangdibagi dalam dua siklus dengan 4 tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi danrefleksi yang dilakukan secara berulang. Penelitian ini dilakukan di SMAMuhammadiyah 4 Makassar. Objek penelitian adalah siswa kelas X SMAMuhammadiyah 4 Makassar tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 20 orang,terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: 1) Terjadi peningkatan hasil belajarsosiologi melalui model pembelajaran inkuiri siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4Makassar pada siklus I yang tuntas secara individua dari 20 siswa hanya 6 siswa atau 30dengan nilai rata-rata hasil yang diperoleh sebesar 59,0 dan pada siklus II meningkat dari20 siswa atau 100 dengan nilai rata-rata 79,7 hasil analisis kualitatif menunjukkan adanyaperubahan yang terjadi pada sikap siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan hasilobservasi yaitu dengan adanya peningkatan hasil belajar sosiologi pada pokok bahasanmasalah sosial (psikotropika) melalui metode pembelajaran inkuiri pada siswa kelas XSMA Muhammadiyah 4 Makassar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, minat belajarsiswa serta dapat meningkatkan kehadiran siswa.
Kata kunci : Masalah sosial, melalui metode pembelajaran inkuri dan hasil belajar
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahlak muliah, serta keterampilan di perlukan dirinya,
masyarakat, Bangsa dan Negara (Fuad Ihsan, 2010 : 25). Dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang kian hari selalu penuh dengan tantangan,
maka pendidikan sangatlah memegang peranan penting bagi suatu bangsa dan
akan berhasil apabila memiliki tingkat pendidikan yang maju. Dalam menghadapi
perkembangan zaman yang penuh dengan persaingan, oleh sebab itusalah satu
kunci yang paling besar peranannya adalah peningkatan kualitas manusia dan
untuk mendapatkan hal tersebut tidak terlepas dari peningkatan kualitas
pendidikan karena apabila kualitas pendidikan sudah tercapai, maka sumber daya
manusia dapat lebih meningkat.
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 10 dikemukakan bahwa kompetensi guru mencakup kompetensi pedagogis,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional. Kompetensi
merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukan
oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional)
6
dalam upaya mencapai suatu tujuan (Wina Sanjaya, 2007: 17-18). Dalam
Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dikemukakan bahwa : “Standar kompetensi kelulusan
adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan”.
Di era moderen saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat pesat hal ini dapat dilihat dari banyaknya media maupun literatur
pengakses ilmu pengetahuan yang beragam. Sejalan dengan pembangunan
nasional, pemerintah telah berupaya untuk memajukan bangsa ini melalui
pembangunan di berbagai sektor, salah satu sektor pembangunan adalah dibidang
pendidikan.
Tapi sunguh disayangkan, hal ini masih jauh dari realitas kesempurnaan yang
ada di masyarakat, dikarenakan belum semua penduduk bangsa ini bisa mengecap
atau menikmati dunia pendidikan khususnya pendidikan formal. Untuk mencapai
hal tersebut, maka perlu disempurnakan sistem pendidikan nasional,
pembangunan pendidikan yang menitik beratkan peningkatan mutu setiap jenis
dan jenjang pendidikan dengan perluasan kesempatan belajar. Maka dalam
merumuskan sistem pendidikan yang harus diperhatikan bagaimana sistem
tersebut mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan dan tantangan yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat dan harus meningkatkan kecerdasan siswa
baik kecerdasan intelektual, emosional maupun kecerdasan spiritual.
7
Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
pemahaman terhadap fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran
mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam
pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan
nyata di masyarakat. Mata pelajaran sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan
dasar sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan
menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran sosiologi
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; pertama:
memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur
sosial, lembaga sosial, dinamika atau perubahan sosial, dan konflik sampai dengan
terciptanya integrasi sosial, kedua; Memahami berbagai peran sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, dan ketiga; menumbuhkan sikap, kesadaran dan
kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang serupa yakni menggunakan
model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas X mata pelajaran sosiologi dengan
jumlah siswa sebanyak 20 orang. Berdasarkan hasil observasi awal dengan standar
kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75 di SMA Muhammadiyah 4 Makassar,
masih ada sebahagian siswa yang belum memenuhi standar kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang di tentukan yaitu 6 siswa dapat dikategorikan memiliki
nilai tinggi (75-80) , 5 siswa sedang (65-74) sedangkan 9 siswa lainnya masih
sangat rendah (55-64). Salah satu penyebab dari hasil belajar siswa rendah yaitu:
pertama; pemilihan metode atau strategi pembelajaran yang kurang efektif, kedua;
8
kurang adanya antosias siswa dalam pembelajaran, ketiga; kurangnya penguasaan
kelas dari guru mata pelajaran, keempat; Tidak adanya keberanian siswa dalam
mengajukan pertanyaan atau pendapat.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka calon peneliti merasa tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Pokok
Bahasan Masalah Sosial (Psikotropika) melalui model pembelajaran inkuiripada
Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar”.
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran sosiologi yaitu rendahnya hasil belajar sosiologi
siswa yang disebabkan oleh metode belajar guru yang masih bersifat konvensional
proses pembelajaran banyak didominasi oleh perilaku belajar siswa.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penggunaan model
pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi pokok bahasan
masalah sosial (Psikotropika) pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar?”.
9
3. Pemecahan Masalah
Masalah dalam penelitian ini akan dipecahkan melalui model
pembelajaran Inkuiri yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dalam penelitian
tindakan kelas.
C. Tujuan Penelitian
Melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri, penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar sosiologi pokok bahasan masalah
sosial (psikotropika) ) pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai informasi mengenai penerapan metodepembelajaran Inkuiri
dalam meningkatkan hasil belajar sosiologi pada siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar.
b. Menambah wawasan bagi guru sebagai bahan alternatif pembelajaran
untuk meningkatkan nilai dan potensi belajar siswa dalam pelajaran
sosiologi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah; dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi sekolah dalam rangka perbaikan teknik pembelajaran
yang bervariasi.
10
b. Bagi guru; meningkatkan profesionalisme seorang guru seperti
kemampuan menyajikan dan mengembangkan materi khususnya dalam
pembelajaran sosiologi.
c. Bagi siswa; dengan pembelajaran inkuiri dapat merangsang
kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa dalam memecahkan
masalah, menambah rasa percaya diri siswa, pemahaman yang lebih
mendasar dan hasil belajar yang lebih tinggi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang
vital. Bahwa mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan bahwa
kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh
karena itu, penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang
proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan
lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.
Sampai saat ini, hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan
membuat tafsiran tentang belajar. Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu
berbeda satu sama lain. Berikut ini beberapa perumusan tentang belajar guna
melengkapi dan memperluas pandangan tentang belajar.
Travers (Agus Suprijo, 2009:2) Belajar adalah proses menghasilkan
penyesuain tingkah laku. Sedangkan Jackson ( Dr. Rusman, M.Pd, 2013: 252)
belajar merupakan prose membangun pengetahuan melalui transformasi
pengalaman.
Morgan (Agus Suprijo, 2009:2) belajar adalah perubahan tingkah perilaku
yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Lebih lanjut Degeng (Riyanto, 2010:5) menyatakan bahwa belajar
merupakan pengaitan pengalaman baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki
12
si pelajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan
menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam
memorinya dan kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan yang baru.
Cronbach (Agus Suprijo, 2009:9) menyatakan bahwa belajar itu
merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach
bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu
dengan menggunakan pancaindera. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu
cara mengamati, membaca, mengintimidasi, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu.
Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
karena adanya pengalaman. Perubahan tingkahlaku tersebut dapat berupa
perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan
apresiasi. Adapun pengalaman dalam proses belajara adalah bentuk interaksi
antara individu dengan lingkungan.
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang
yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau kurang baik,
direncanakan atau tidak. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
rangka mengubah tingkah laku ke arah yang lebih baik dengan apa yang
diharapkan dan dicita-citakan.
2. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.
Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek dalam
13
belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan
seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu
dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru.
Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa
mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya
intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang
dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa
setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru).
Lindgren (Agussuprijo, 2009:7) hasil belajar adalah kecakapan, informasi,
pengertian dan sikap yang harus diingat disini, hasil belajar adalah perubahan
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
3. Tujuan Belajar
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar
yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim
dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan
keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan
belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa,
kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima
orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta
didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.
14
4. Hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi
Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
pembelajaran. Tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan.
Tujuan dalam pendidikan pembelajaran sosologi merupakan suatu cita-cita yang
bernilai normmatif, sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak
didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosial, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
Sosiologi mempunyai dua pengertian, yaitu sebagai ilmu dan sebagai
metode. Sebagai ilmu sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan mengenai
masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematik berdasarkan analisis
berfikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara bertindak untuk
mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat dengan
prosedur dan teori yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Pengajaran sosiologi di sekolah menengah berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan siswa mengaktualisis potensi-potensi diri mereka dalam mengambil
dan mengungkapakan status dan peran masing-masing dalam kehidupan sosial
dan budaya yang terus mengalami perubahan.
Tujuan pengajaran sosiologi di sekolah menengah mencakup dua sasaran,
yang pertama bersifat kognitif dan yang kedua bersifat praktis. Secara kognitif
pengajaran sosiologi di SMA dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar
sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen-
komponen dari individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai suatu system.
15
Sementara itu secara praktis sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan
ketertampilan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis dalam menghadapi
kemajemukan masyarakat kebudayaan, situasi sosial, serta berbagai masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pembelajaran Sosiologi Materi Masalah Sosial
1. Pengertian Masalah Sosial
Masalah masyarakat menyangkut analisis tentang macam-macam gejala
kehidupan, masyarakat sedang problema sosial meneliti gejala-gejala abnormal
masyarakat dengan maksud untuk memperbaiki atau bahkan untuk
menghilangkannya. Soiologi menyelidiki persoalan-persoalan umum dalam
masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-
kenyataan kehidupan masyarakat. Pekerjaan sosial berusaha untuk menanggulangi
gejala-gejala abnormal yang dihadapi oleh masyarakat. Sosiologi berusaha
mempelajari masalah sosial seperti Psikotropika.
Sosiologi bertujuan untuk menemukan sebab-sebab terjadinya masalah
sosiologi tidak terlalu menekan pada pemecahan masalah atau jalan keluar dari
masalah-masalah tersebut. Sosiologi berusaha membantu untuk mencari jalan
keluar yang mungkin dapat dianggap efektif.
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia
atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor- faktor ekonomis, seperti
narkotika dan psikotropika.
16
Ditinjau dari paradigma ilmu-ilmu sosial, pengertian masalah sosial masih
lazim digunakan untuk menunjuk suatu masalah yang tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan komunitas, di mana masalah itu dianggap kurang atau bahkan
tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam komunitas tersebut.
Tumbuh dan berkembangnya suatu masalah sosial sangat tergantung pada
dinamika proses perkembangan komunitas itu sendiri.
Masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial,
atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok
sosial tersebut. Masalah sosial merupakan akibat dari interaksi sosial antara
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Ketika suatu komunitas mengalami proses perkembangan baik karena
adanya faktor-faktor dari luar komunitas, karena adanya faktor-faktor dari dalam.
komunitas itu sendiri, maupun adanya proses deferensiasi struktural dan
kultural biasanya. Komunitas tersebut akan selalu mengalami goncangan, apalagi
jika faktor -faktor Perubahan itu datangnya sangat cepat. Dalam situasi seperti ini,
tidak semua anggota komunitas siap dalam menerima perubahan itu. Misalnya,
ada anggota komunitas yang sangat siap, cukup siap dan bahkan sama sekali tidak
siap dalam menerima perubahan itu.
Masalah-masalah sosial kultural di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
Mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi
mendengarnya. Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari masalah sosial dan
17
budaya bangsa Indonesia. Segala sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan cara
damai, jawabannya pasti dengan tawuran. Bukan hanya tawuran antar pelajar atau
warga saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak atau elektronik, tetapi
aparat pemerintah pun sepertinya tidak ingin ketinggalan pula. Persoalan tawuran
banyak di picu oleh hal-hal yang sepele, misalnya kalah main kartu, saling
menggoda wanita, saling mengejek dan lain-lain. Perubahan sosial yang
diakibatkan karena sering terjadinya tawuran, mengakibatkan norma-norma
menjadi terabaikan. Selain itu, menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek
hubungan sosial.
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4
(empat) jenis faktor, yakni antara lain:
a. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
b. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
c. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
d. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
2. Definisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli.
Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masayarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan
kelompok atau sosial.
18
Menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau
dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu
masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat
kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.
Coleman dan Cresey (1987). Dan untuk memudahkan mengamati
masalah-masalah sosial, Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3 macam
yaitu :
1) Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar
kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
2) Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan
mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
3) Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut,
kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
C. Psikotropika
1. Pengertian Psikotropika
Sebelum diuraikan lebih lanjut eksistensi psikotropika sebagai bahan dan
zat yang bermanfaat bagi kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan,
terlebih dahulu perlu dijelaskan arti dan makna yang terkandung dari psikotropika
itu sendiri sehingga tidak salah atau keliru memaknai melainkan sedapat mungkin
terdapat kesamaan pemahaman persepsi mengenai psikotropika.
19
Pengertian resmi yang berlaku di Indonesia tentang psikotropika terdapat
dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 5 tahun 2007, bahwa yang
dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sntetis
bukan Psikotropika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
perilaku (Anonim, 2005:82-83).
Psikotropika sebagaimana dimaksud pada pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Nomor 5 tahun 2007, diklasifikasi atas 4 (empat) golongan, yakni:
a. Psikotropika Golongan I
Psikotropika pada golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat dan dapat menyebabkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika Golongan II
Psikotropika pada gologan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
c. Psikotropika Golongan III
Psikotropika golongan III, adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan dalam tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
20
d. Psikotropika Golongan IV
Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam segi terapi dan untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan (Anonim, 2005).
Kemudian oleh Andi Hamzah dan Surachman (1994:79), Romli
Atmasasmita (1997:115) dan Liliawati Eugenia Mulyono (1998:121) tidak
memberikan definisi psikotropika, melainkan hanya memberikan penjelasan
mengenai perbedaan-perbedaan dari segala kemungkinan akibat negatif yang
dapat ditimbulkan Narkotika dan psikotropika.
Psikotropika dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran,
menghilangkan rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Sedang
dampak negatif dari psikotropika dapat mempengaruhi susunan syaraf pusat yang
menyebabkan terjadinya perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
seseorang. Disamping itu diungkapkan pula bahwa baik Psikotropika maupun
psikotropika dapat menyebabkan ketergantungan.
Selanjutnya didalam United Nation Convention Against Illicit Traffic in
Narcotic Drugs and Psychotropic Subtances 1988, tidak diberikan definisi
psikotropika sehingga masih dicampur adukkan dengan pengertian Psikotropika
pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Konvensi PBB 1988 tersebut, memberikan kriteria
penyalahgunaan Narkotika dan psikotropika (Siswantoro, 2005:50) meliputi :
21
a) Menanam, membeli, memperdagangkan, mengangkut, mendistribusikan
Narkotika dan psikotropika.
b) Menyusun suatu organisasi, memanajemen dan membiayai tindakan
tersebut pada huruf (a).
c) Mentransfer harta kekayaan yang diperoleh dari tindakan tersebut pada
huruf (a).
d) Mempersiapkan, percobaan, pembujukan dan pemufakatan untuk
melakukan tindakan-tindakan tersebut pada huruf (a).
Sehubungan dengan hal tersebut, oleh Muladi (2002:190-192)
penyalahgunaan Narkotika dan psikotropika dipandang sebagai kejahatan
transnasional dengan karakteristik :
a) Dilakukan oleh lebih 1 (satu) Negara.
b) Dilakukan di satu negara tetapi bagian substansial dari persiapan,
perencanaan, petunjuk dan pengendaliannya dilakukan di negara lain.
c) Dilakukan di satu negara akan tetapi melibatkan organisasi kejahatan
yang terikat dalam tindak kejahatan yang terikat dalam tindak kejahatan
lebih dari satu Negara.
d) Dilakukan di satu negara, tetapi menimbulkan efek substansial bagi
Negara-negara lain.
2. Zat Adiktif Psikotropika
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat
menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang
panjang (drug dependence). Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat
22
yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun
semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Zat adiktif dan psikotropika harus dipergunakan sesuai dengan aturan. Jika
tidak, akan memberikan dampak buruk, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan
sosial sekitarnya, seperti :
1) Ganja
Ganja atau mariyuana merupakan zat adiktif narkoba dari golongan
kanabionoid. Ganja terbuat dari daun, bunga, biji, dan ranting muda
tanaman mariyuana (Cannabis sativa) yang sudah kering.
Tanda-tanda penyalahgunaan ganja, yaitu gembira dan tertawa
tanpa sebab, santai dan lemah, banyak bicara sendiri, pengendalian diri
menurun, menguap atau mengantuk, tetapi susah tidur, dan mata merah,
serta tidak tahan terhadap cahaya dan badan kurus karena susah makan.
Tanda-tanda gejala putus obat (ganja), yaitu sukar tidur, hiperaktif, dan
hilangnya nafsu makan.Tanda-tanda gejala overdosis, yaitu ketakutan,
daya pikir menurun, denyut nadi tidak teratur, napas tidak teratur, dan
mendapat gangguan jiwa.
2) Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal juga
dengan sebutan candu, morfin, heroin, dan putau. Opium diambil dari
getah buah mentah Pavapersommiverum. Opium digunakan untuk
23
menghilangkan rasa sakit karena luka atau menghilangkan rasa nyeri pada
penderita kanker.Namun dalam dosis berlebih dapat mengakibatkan
kecanduan yang akhirnya menyebabkan kematian.
Penggunaannya yang menyalahi aturan dapat menimbulkan rasa
sering mengantuk, perasaan gembira berlebihan, banyak berbicara sendiri,
kecenderungan untuk melakukan kerusuhan, merasakan nafas berat dan
lemah, ukuran pupil mata mengecil, mual, susah buang air besar, dan sulit
berpikir. Jika pemakaian obat ini diputus, akan timbul hal-hal berikut:
sering menguap, kepala terasa berat, mata basah, hidung berair, hilang
nafsu makan, lekas lelah, badan menggigil, dan kejang-kejang. Jika
pemakaiannya melebihi dosis atau overdosis, akan menimbulkan hal-hal
berikut: tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas pendek tersenggal-
senggal, dan dapat mengakibatkan kematian.
3) Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari narkotika. Kokain
diperoleh dari hasil ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum coca). Zat
ini dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan memiliki efek
merangsang jaringan otak bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan
pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan
gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan muntah.
Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis
tertentu dapat mengakibatkan kematian.
24
4) Sedativa dan Hipnotika (Penenang)
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil BK dan
magadon digunakan sebagai zat penenang(sedativa-hipnotika). Pemakaian
sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan
dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakannya tertidur.
Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk
lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat.
Jika sudah kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya maka akan
menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat,
denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan kejang-kejang.
Jika pemakaiannya overdosis maka akan timbul gejala gelisah,
kendali diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka
bertengkar, napas lambat, kesadaran turun, pingsan, dan jika
pemakaiannya melebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian.
5) Nikotin
Nikotin dapat diisolasi atau dipisahkan dari tanaman tembakau.
Namun, orang biasanya mengonsumsi nikotin tidak dalam bentuk zat
murninya, melainkan secara tidak langsung ketika mereka merokok.
Nikotin yang diisap pada saat merokok dapat menyebabkan meningkatnya
denyut jantung dan tekanan darah, bersifat karsinogenik sehingga dapat
meningkatkan risiko terserang kanker paru-paru, kaki rapuh, katarak,
gelembung paru-paru melebar (emphysema), risiko terkena penyakit
jantung koroner, kemandulan, dan gangguan kehamilan.
25
6) Alkohol
Alkohol diperoleh melalui proses peragian (fermentasi) sejumlah
bahan, seperti beras ketan, singkong, dan perasan anggur. Alkohol ini
sudah dikenal manusia cukup lama. Salah satu penggunaan alkohol adalah
untuk mensterilkan berbagai peralatan dalam bidang kedokteran.
Tanda-tanda gejala pemakaian alkohol, yaitu gembira,
pengendalian diri turun, dan muka kemerahan. Jika sudah kecanduan
meminum minuman keras, kemudian dihentikan, maka akan timbul gejala
gemetar, muntah, kejang-kejang, sukar tidur, dan gangguan jiwa. Jika
overdosisakan timbul gejala perasaan gelisah, tingkah laku menjadi kacau,
kendali turun, dan banyak bicara sendiri.
D. Model Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian Inkuiri
Seperti yang dikutip oleh suryosubroto (1993:193) menyatakan bahwa
bahwa discovery merukan bagian dari inquiry, atau inquiriy merupakan perlusan
proses discovery yang di gunakan yang lebih mendalam, inkuiri dalam bahasa
inggris inquiry, berarti pertanyaan, atua pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri
sebagia suatu proses umum yang di lakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi.
(Wina Sanjaya, 2011 : 196) pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi
bahwa sejak manusia lahir kedunia, manusia memiliki dorongan untuk
menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam
disekekelilinginya merupakan kodrat manusia sejak dia lahir ke dunia. Sejak kecil
26
manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera
pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa
keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan mengunakan
otak dan pikirannya, dalam rangka itulah strategi inkuiri dikembangkan.
Lebih lanjut (Wina Sanjaya 2011 :195) menyatakan bahwa pembelajaran
inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran
tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran; sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah dengan waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian
Schlenker, dalam (Joyce dan Weil 1992: 198), menunjukkan bahwa latihan inkuiri
dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa
menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Dewasa ini,
tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan masyarakat dan negara bergantung
pada sumbangan kretif dari masyarakat, untuk itu perlulah sikap dan perilaku
kreatif dipupuk sejak dini pada peserta didik yang kelak mampu menghasilkan
pengetahuan baru, yang salah satu caranya ialah dengan startegi pembelajaran
inkuiri ini.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang
27
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru
dan siswa.
Strategi pembelajaran ini juga sering dinamakan strategi heuristic, yang
berasal dari bahasa yunani ,yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yaitu :
pertama; strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar, dalam proses pembelajaran, kedua; seluruh aktivitas
yang dilakukan siswa diharapkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari apa yang dipertanyakan, sehingga menumbuhkan sikap percaya diri
pada siswa, dan ketiga; tujuan dari pengguanaan strategi pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala guru mengharapkan
siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin
dipecahkan: pertama; jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk
fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian, kedua; jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu
terhadap sesuatu, ketiga; juka jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak
28
sehingga bisa dikendalikan oleh guru, keempat; jika guru memiliki waktu yang
cukup untuk menggunakaan pendekatan yang berpusat pada siswa.
2. Prinsip-Prinsip Pengguaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
(Wina Sanjaya,2011 : 198) Ada lima prinsip dasar dalam strategi
pembelajaran inkuiri yaitu: pertama; berorientasi pada perkembangan
intelektual, tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajarn ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu,
kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat mnguasai materi
pelejaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan
sesuatu, kedua; Prinsip interaksi, proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi, baik interaksi anatar siswa maupun interaksi siswa dengan
guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri, ketiga; prinsip bertanya, peranan guru yang harus
dilakukan dalam mengunakaan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru
sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir, keempat; prinsip
belajar untuk berpikir, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan
tetapi belajar adalah proses berpikir, (learning how to think) yakni proses
pengembangan seluruh otak baik otak kiri mapun kanan. Pembelajaran berpikir
29
adalah pemanfataan dan penggunaan otak secara maksimal, kelima; prinsip
keterbukaan, belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan,
segalah sesuatu mungkin terjadi. Oleh sebab itu anak diperlukan memberikan
kebebasan untuk mencoba sesuatu dengan perkembangan kemampuan logika
dan nalarnya
3. Kelemahan strategi pembelajarn inkuiri
(Hardini 2012: 35-36)Disamping memiliki keunggulan strategi
pembelajaran inkuiri mempunyai kelemahan diantaranya: pertama; jika strategi
pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran maka akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, kedua; strategi ini sulit
merancang pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar, ketiga; kadang-kadang dalam mengiplemtasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuakikannya dengan waktu
yang telah ditentukan, keempat; selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan
oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi
pembelajaran inkuiri sulit di implementasikan oleh setiap guru.
4. Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri .
a) Rumusan Masalah.
Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau
dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau
diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat
dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu
diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau
30
penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan
bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan
kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak
semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka
ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai
dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.
b) Menyusun hipotesis
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban
sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis
siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru
mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu.
Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi
cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah, tetapi cukup
memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan
kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.
c) Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar
atau tidak. Dalam bidang biologi, untuk dapat mengumpulkan data, siswa
harus menyiapkan suatu peralatan untuk pengumpulan data. Maka guru
perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan,
dan mengoperasikan peralatan sehingga berfungsi dengan baik. Langkah
ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan
31
dilaboratorium tetapi kadang juga dapat di luar sekolah. Setelah peralaran
berfungsi, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya
dalam buku catatan.
d) Menganalisis data
Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat
membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan
menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur
sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun
dalam suatu tabel.
e) Menyimpulkan
Dari data yangtelah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil
kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian
dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak.
5. Teori pendukung strategi pembelajaran inkuiri
a) Teori-teori Psychoanalytic
Salah satu teori yang sangat terkenal dalam kelompok teori ini adalah
Psychoanalytic Theory (Psychosexual Theory) yang dikemukakan oleh
Freud (1856-1939) yang menyatakan bahwa semua tindakan atau perilaku
merupakan hasil dari naluri (instinct) biologis internal yang terdiri dari dua
kategori, yaitu hidup (sexual) dan mati (aggression). Erik Erikson yang
merupakan murid Freud yang menentang pendapat Freud, menyatakan
dalam Theory of Socioemotional Development (atau Psychosocial Theory)
32
bahwa yang paling mendorong perilaku manusia dan pengembangan
pribadi adalah interaksi sosial
b) Teori-teori Humanistik
Teori yang sangat berpengaruh Theory of Human Motivationyang
dalam teori humanistic ini adalah dikembangkan oleh Abraham Maslow
(1954).Maslow mengemukakan gagasans hirarki kebutuhan manusia, yang
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu deficiency needs dan growth needs.
Deficiency needs meliputi (dari urutan paling bawah) kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan
kebutuhan akan penghargaan. Dalam deficiency needs ini, kebutuhan yang
lebih bawah harus dipenuhi lebih dulu sebelum ke kebutuhan di level
berikutnya. Growth needs meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan estetik,
kebutuhan aktualisasi diri, dan kebutuhan self-transcendence. Menurut
Maslow, manusia hanya dapat bergerak ke growth needs jika dan hanya
jika deficiency needs sudah terpenuhi. Hirarki kebutuhan Maslow
merupakan cara yang menarik untuk melihat hubungan antara motif
manusia dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan.
c) Teori Social Learning
Social Learning Theory yang diajukan oleh Julian Rotter menaruh
perhatian pada apa yang dipilih seseorang ketika dihadapkan pada
sejumlah alternatif bagaimana akan bertindak. Untuk menjelaskan pilihan,
atau arah tindakan, Rotter mencoba menggabungkan dua pendekatan
utama dalam psikologi, yaitu pendekatan stimulus-response atau
reinforcement dan pendekatan cognitive atau field. Menurut Rotter,
33
motivasi merupakan fungsi dari expectation dan nilai reinforcement. Nilai
reinforcement merujuk pada tingkat preferensi terhadap reinforcement
tertentu.
d) Teori Social Cognition
Tokoh dari Social Cognition Theory adalah Albert Bandura. Melalui
berbagai eksperimen Bandura dapat menunjukkan bahwa penerapan
konsekuensi tidak diperlukan agar pembelajaran terjadi. Pembelajaran
dapat terjadi melalui proses sederhana dengan mengamati aktivitas orang
lain. Bandura menyimpulkan penemuannya dalam pola 4 langkah yang
mengkombinasikan pandangan kognitif dan pandangan belajar operan,
yaitu pertama : Attention, memperhatikan dari lingkungan, kedua :
Retention, mengingat apa yang pernah dilihat atau diperoleh, ketiga :
Reproduction, melakukan sesuatu dengan cara meniru dari apa yang
dilihat, keempat : Motivation, lingkungan memberikan konsekuensi yang
mengubah kemungkinan perilaku yang akan muncul lagi (reinforcement
and punishment.
E. Kerangka Pikir
Pencapaian kompetensi merupakan pencerminan dari hasil yang diperoleh
siswa dalam proses pembelajaran. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
tercapainya kompetensi siswa, salah satunya adalah faktor sekolah. Komponen
yang termasuk dalam faktor sekolah adalah guru, kurikulum, proses pembelajaran
dan siswa. Kurikulum sebagai rencana tertulis mengenai proses pembelajaran
34
yang akan dilakukan harus dapat mencerminkan kompetensi-kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Aktivitas belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar masih
tergolong rendah terutama saat melakukan kerja sama dengan teman
kelompoknya. Banyak diantara mereka yang apatis dan egois tidak mau bekerja
sama.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru belum menerapkan model
pembelajaran yang memberikan peluang yang lebih luas kepada siswa untuk
terlibat aktif dan bertanggungjawab dalam mengkonstruksi pengetahuannya.Hal
ini berakibat pada rendahnya prestasi hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam pelaksanaannya siswa
dilibatkan secara langsung, mulai dari perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara mempelajarinya melalui diskusi atau pleno kecil. Model
pembelajaran ini menun tut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemuhan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dengan demikian siswa
selalu aktif dan selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta
belajar bermakna dan siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat
meningkatkan kompetensi siswa.
Dari uraian di atas bahwa bagi guru yang menerapkan model pembelajaran
inkuiri dalam proses belajar sosiologi dapat memberikan dorongan bagi siswa
untuk melakukan kegiatan belajar sehingga berpengaruh dalam proses
pembelajaran dan mempunyai peranan penting dalam menunjang hasil belajar
sosiologi.
35
Adapun bagan kerangka pikir di atas adalah sebagai berikut:
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir diatas yang menjadi
hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika diterapkan model pembelajaran inkuiri,
maka hasil belajar sosiologi pokok bahasan masalah sosial (psikotropika) pada
siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar”.
KONDISIAWAL
TINDAKAN
KONDISIAKHIR
GURU:
BELUM MENGGUNAKANMODEL INKUIRI
MENGGUNAKAN MODELINKUIRI
SIKLUS II
Pemberian materiMasalah Sosial(psikotropika)
SIKLUS I
Pemberian materi Masalahsosial (psikotropika)
SISWA:
Hasil belajar sosiologirendah
HASIL BELAJARSOSIOLOGI MENINGKAT
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JenisPenelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berdaur ulang
dan dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang. ZainalAqib (2009: 130)
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang
sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 4 Makassar.
Objek penelitian adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassartahun
ajaran 2014/2015.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar yang terdiri dari 15 orang siswa, siswa laki-laki berjumlah 8 orang dan
siswa perempuan berjulmah 7 orang.
D. Faktor yang Diselidiki
Faktor yang ingin diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor siswa, dengan melihat bagaimana aktivitas belajar siswa dalam
mengajukan pertanyaan, masalah dan menyelesaikan sendiri serta melihat
bagaimana pelaksanaan pembelajaran sosiologi dengan menerapkan model
pembelajaran inkuiri.
37
2. Faktor proses, yaitu terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan antara
siswa dengan siswa agar kegiatan pembelajaran berlangsung efektif dan
efisien.
3. Faktor hasil, yaitu hasil belajar sosiologi siswa yang diperoleh pada setiap
akhir siklus setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri.
E. Prosedur Penelitian.
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus.Tiap siklus dilaksanakan sesuai rancangan siklus yang ingin
dicapai.Kedua siklus merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan artinya
pelaksanaan siklus II merupakan rangkaian kelanjutan dan perbaikan dari siklus I.
Dengan berdasarkan rencana pembelajaran di atas, maka dilaksanakan
penelitian tindakan kelas dengan prosedur: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi.
Untuk lebih jelasnya, secara skematif keterkaitan anatara tiap komponen
dengan komponen lainnya dalam satu siklus dan siklus yang lainnya dalam
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Siklus I
Siklus II
Alternatif Perencanaan Pelaksanaantindakan I
Pemahaman
Observasi IRefleksi I Analisis data I
Belumterselesaikan
Pelaksanatindakan II
Alternatif pemecahan
Terselesaikan Refkleksi II Analisis data II ObservasiII
38
Siklus I
Siklus satu dilaksanakan selama empat kali empat puluh menit (4 x 45 menit).
Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
1) Mengembangkan silabus yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan
diajarkan.
2) Menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran.
3) Pengajar membuat instrumen pedoman observasi untuk mengamati kondisi
pembelajaran di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
4) Membuat instrumen terakhir siklus I untuk mengetahui hasil perkembangan
siswa setelah pembelajaran dengan model inkuiri secara langsung.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Menuliskan materi yang akan dipelajari yaitu masalahsosial (psikotropika).
2) Menjelaskan maksud pembelajaran yang harus dicapai dalam belajar.
3) Pembahasan materi masalah sosial (psikotropika).
4) Membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. Masing-masing
kelompok membahas materiyang sudah ada secara kooperatif yang bersifat
penemuan. Selanjutnya setelah selesai diskusi juru bicara kelompok
menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
5) Guru menjadi fasilitator selama pembelajaran dengan model inkuiri.
6) Pembelajaran Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
39
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini ada dua perlakuan yaitu observasi dan tes. Pelaksanaan tahap
observasi terhadap aktivitas siswa selama berlangsung proses belajar mengajar
yang menggunakan lembar observasi. Pelaksanaan evaluasi memberikan tes hasil
belajar yang dilakukan pada akhir tindakan siklus I dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang dicapai dalam
tahap observasi dan evaluasi dikumpul kemudian dilakukan analisis dan refleksi.
Refleksi dimaksudkan untuk melihat apakah rencana telah terlaksana secara
optimal atau perlu dilakukan perbaikan. Hasil análisis siklus I inilah yang
dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II dimana aspek-aspek yang diangap
bagus tetap dipertahankan, sedangkan kekurangannya menjadi pertimbangan dan
revisi pada siklus berikutnya.
Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini relatif sama dengan pelaksanaan tindakan
pada siklus I. Namun dalam pelaksanaan ini dilakukan perbaikan-perbaikan dari
siklus I sehingga hasil belajar meningkat. Siklus ini dilakukan selama empat kali
empat puluh menit (4 x 45 menit). Secara rinci prosedur tindakan pada siklus ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
1) Mempersiapkan perangkat pembelajaran.
2) Membuat rencana pembelajaran.
40
3) Membuat lembar observasi untuk melihat keaktifan siswa selama tindakan
berlangsung.
4) Membuat tes prestasi belajar siswa siklus II sebagai alat evaluasi untuk
melihat apakah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
berdasarkan materi yang diajarkan pada siklus II.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan I
1) Menuliskan materi yang akan dipelajari yaitu masalahsosial
(psikotropika).Menjelaskan maksud pembelajaran yang harus dicapai dalam
belajar.
2) Pembahasan materi yaitu masalahsosial (psikotropika).
3) Membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. Masing-masing
kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat
penemuan. Selanjutnya setelah selesai diskusi juru bicara kelompok
menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
4) Guru Menjadi fasilitator selama pembelajaran dengan Model Pembelajaran
inkuiri berlangsung.
5) Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.
c. Tahap Pengamatan
Melakukan observasi aktivitas siswa selama berlangsung proses belajar
mengajar dengan menggunakan lembar observasi. Melakukan evaluasi dengan
memberikan tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir tindakan siklus II dengan
tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
41
b. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi akan dianalisis dan
merupakan hasil akhir pelaksanaan tindakan siklus II yang telah dilakukan.
Kemudian melakukan refleksi dengan maksud untuk melihat apakah rencana telah
terlaksana secara optimal atau perlu diadakan perbaikan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Data tentang kondisi proses belajar mengajar selama tindakan dilakukan
diambil dengan menggunakan observasi baik secara langsung dan tidak
langsung dengan beberapa indikator yang diamati.
2. Tes hasil belajar
Tes digunakan untuk mengambil data pada siklus I dan siklus II yaitu untuk
mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa selama proses
pembelajaran baik kognitif maupun afektif.
G. Teknik Analisis Data
Data hasil belajar siswa berupa tes akan dianalisis dengan menggunakan
skor yang berdasarkan penilaian acuan patokan, dihitung berdasarkan skor
maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa. Nilai yang diperoleh
dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,
Rendah dan sangat rendah. Kriteria yang digunakan untuk menentukan
42
kategori hasil belajar masalah sosial (psikotropika). adalah berdasarkan teknik
kategorisasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
(Purwanto, 2004: 32) yang dinyatakan sebagai berikut :
Tabel 1.TeknikKategoriStandarBerdasarkanKetetapan DEPDIKNAS
No Persentase Tingkat PenguasaanKategori Kategori
1 00-54 Sangat rendah
2 55-64 Rendah
3 65-79 Sedang
4 80-89 Tinggi
5 90-100 Sangat tinggi
H. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah
apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar masalah sosial
(psikotropika) siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri. Indikator lain
yang digunakan adalah kriteria ketuntasan belajar yaitu siswa dinyatakan tuntas
belajar apabila memperoleh skor minimal 75% dari skor ideal dan tuntas secara
klasikal apabila dicapai minimal 95% dari siswa dalam kelas tersebut dinyatakan
tuntas belajar.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini dibahas tentang hasil-hasil penelitian setelah pelaksanaan model
pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar
sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa hasil penelitian akan dianalisis
secara kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, hasil dan pembahasan akan
diuraikan berdasarkan data kuantitatif (data hasil belajar) dan data kualitatif (data
hasil observasi) dengan menggunakan statistik deskriptif.
1. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
1. Mengembangkan silabus yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan
diajarkan.
2. Menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran.
3. Pengajar membuat instrumen pedoman observasi untuk mengamati kondisi
pembelajaran di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Membuat instrumen tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil perkembangan
siswa setelah pembelajaran dengan strategi partisipatori secara langsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus I berdasarkan hasil diskusi dengan observasi diperoleh bahwa
penelitian pada:
Pertemuan Ke I:
Adapun pelaksanaan tindakan pada pertemuan ke I yang dilaksanakan
pada tanggal 03 September 2015 yaitu pada kegiatan awal guru memberikan
salam, kemudian melakukan pengecekan siswa dengan mengabsen dan berkenalan
44
dengan siswa. Guru kemudian melihat kondisi dalam kelas tersebut, yang terdiri
dari 20 orang siswa setelah itu guru kemudian menjelaskan pokok materi yang
akan diajarkan pada pertemuan I yaitu pengertian Masalah Sosial. Dari jumlah
total 20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan ini hanya 17 orang siswa. Dalam
kegiatan awal guru memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa cukup baik,
ini diliat dari siswa yang memperhatikan guru. Siswa yang menyimak arahan dan
penjelasan guru sekitar 16 orang sebahagian siswa yang hadir pada saat itu, siswa
yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut,
dll) berjumlah 2 orang. Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum
dimengerti 8 orang, Siswa yang mengajukan pertanyaan atau tanggapan tentang
materi hasil observasi yang belum dimengerti 8 orang, Siswa yang dapat merespon
setiap pertanyaan yang diajukan 10 orang, Siswa yang aktif memberikan
tanggapan terhadap materi dari kelompok lain 10 orang, dan Siswa yang dapat
menarik kesimpulan sebagai hasil dari diskusi 8 orang.
Pertemuan Ke II:
Pada pertemuan ke 2 yang dilaksanakan pada tanggal 07 September 2015,
pada kegiatan awal ketua kelas menyiapkan kelas, guru memberikan salam
kemudian melakukan pengecekan siswa dengan mengabsen Pada pertemuan ke II
dari jumlah total 20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan ini hanya 15 orang
siswa. Dalam kegiatan awal guru memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa
cukup baik, ini diliat dari siswa yang memperhatikan guru. Siswa yang menyimak
arahan dan penjelasan guru sekitar 13 orang sebahagian siswa yang hadir pada
saat itu, siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran
45
(main-main, ribut, dll) berjumlah 3 orang. Siswa yang bertanya tentang materi
pelajaran yang belum dimengerti 7 orang, Siswa yang mengajukan pertanyaan
atau tanggapan tentan materi hasil observasi yang belum dimengerti 9 orang,
Siswa yang dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan 8 orang, Siswa yang
aktif memberikan tanggapan terhadap materi dari kelompok lain 8 orang, dan
Siswa yang dapat menarik kesimpulan sebagai hasil dari diskusi 10 orang.
Pertemuan ke III
Pada pertemuan ke III pada tanggal 10 September 2015, Dari jumlah total
20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan ini hanya 17 orang siswa. Dalam
kegiatan awal guru memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa cukup baik,
ini diliat dari siswa yang memperhatikan guru. Siswa yang menyimak arahan dan
penjelasan guru sekitar 15 orang sebahagian siswa yang hadir pada saat itu, siswa
yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut,
dll) berjumlah 5 orang. Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum
dimengerti 5 orang, Siswa yang mengajukan pertanyaan atau tanggapan tentan
materi hasil observasi yang belum dimengerti 6 orang, Siswa yang dapat merespon
setiap pertanyaan yang diajukan 9 orang, Siswa yang aktif memberikan tanggapan
terhadap materi dari kelompok lain 10 orang, dan Siswa yang dapat menarik
kesimpulan sebagai hasil dari diskusi 6 orang.
Pertemuan ke IV
Pada pertemuan keempat dilaksanakan evaluasi siklus I yaitu ulangan
harian yang dilaksanakan pada tanggal 14 September 2015. Pada pertemuan
keempat dilaksanakan evaluasi siklus I. Evaluasi ini dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan atau pemahaman siswa terhadap materi
46
pembelajaran yang telah diberikan oleh guru. Hasil dari evaluasi tersebut
kemudian dianalisis dan direfleksi. Berdasarkan hasil evaluasi siklus I, dimana
belum mencapai hasil yang maksimal maka perlu diadakan tindakan lanjut yaitu
pada siklus II.
c. Observasi dan Evaluasi
1. Aktivitas Belajar Siswa
Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung adalah sebagai berikut:
Aktivitas Siswa Selama proses Pembelajaran Berlangsung pada Siklus I
Tabel 4.1 Keaktifan Siswa pada Siklus I
No Komponen yang DiamatiPertemuan
Rata-rataPersentase
(%)
S
I
K
L
U
I II IIIT
E
S
S
I
K
L
U
S
I
1Jumlah siswa yang hadir padasaat kegiatan pembelajaran
19 16 20 18,3 91,6
2Siswa yang memperhatikan padasaat proses pembelajaran
16 13 15 14,7 73,4
3
Siswa yang melakukan aktifitasnegatif selama prosespembelajaran (main-main, ribut,dll)
2 3 5 3,3 16,5
44
Siswa yang bertanya tentangmateri pelajaran yang belumdimengerti.
8 7 5 6,7 33,5
5
Siswa yang mengajukanpertanyaan atau tanggapan tentanmateri hasil observasi yangbelum dimengerti
8 9 6 7,7 38,5
6Siswa yang dapat meresponsetiap pertanyaan yang diajukan
10 8 9 9 45
7 Siswa yang aktif memberikan 10 8 10 9,3 46,5
47
tanggapan terhadap materi darikelompok lain
S
I
8Siswa yang dapat menarikkesimpulan sebagai hasil daridiskusi
8 10 6 8 40
Persentase % = x 100Berdasarkan tabel 2.1 diperoleh data bahwa siklus I dari 20 siswa. Siswa yang
hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 91,6% Siswa yang memperhatikan pada
saat proses pembelajaran 73,4%, yang melakukan aktivitas negative selama proses
pembelajaran (main-main, ribut, dll) mencapai 16,5%, Siswa yang bertanya tentang
materi pelajaran yang belum dimengerti. 33,5%, Siswa yang mengajukan pertanyaan atau
tanggapan tentan materi hasil observasi yang belum dimengerti 38,5%, Siswa yang dapat
merespon setiap pertanyaan yang diajukan 45% , Siswa yang aktif memberikan
tanggapan terhadap materi dari kelompok lain 46,5%, dan Siswa yang dapat menarik
kesimpulan sebagai hasil dari diskusi 40% siswa.
Pada siklus ini dilaksanakan hasil tes belajar yang berbentuk ulangan harian
setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun hasil analisis skor hasil belajar
siswa setelah diterapkan strategi pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Statistik Skor Hasil Tes Siswa Pada Siklus I
Statistik Nilai statistic
Objek 20Skor Ideal 100Skor Rata-rata 59,0Skor Tertinggi 70Skor Terendah 50Rentang Skor 20Standar deviasi 6,8
48
Dari Tabel 2.2 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar sosiologi setelah
diterapkan strategi pembelajaran inkuiri pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar adalah 59,0 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan
secara individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini tersebar dengan skor
tertinggi 70 dan skor terendah 50 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor
terendah yang mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 20.
Data hasil belajar siklus I diperoleh melalui ulangan harian yang dilaksanakan
setelah tiga kali pertemuan belajar mengajar. Adapun distribusi, frekuensi dan presentase
hasil belajar sosiologi siswa sebagai berikut:
Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Siklus I
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0-34 Sangat rendah 0 0
35-54 Rendah 5 25
55-64 Sedang 8 40
65-84 Tinggi 7 35
85-100 Sangat tinggi 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel 2.3 di atas, dapat dikemukakan bahwa pada siklus pertama ini
menunjukkan bahwa dari 20 siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar yang
diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri secara umum penguasaan
siswa terhadap materi masalah sosial (psikotropika) pada siklus I belum sepenuhnya
maksimal. Hal ini terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai pada kategori sangat
rendah 0 orang dengan presentase 0%, siswa yang berada pada kategori rendah 5 orang
dengan presentase 25%, siswa yang berada pada kategori sedang 8 orang dengan
49
persentase 40%, sedangkan siswa yang berada pada kategori tinggi 7 orang dengan
persentase 35 dan sangat tinggi 0 orang dengan persentase 0, data hasil belajar ini
menjadi salah satu bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus II.
Berdasarkan data hasil belajar dari siklus I akan mengalami peningkatan walaupun
masih ada siswa sebagian yang masih membutuhkan bimbingan guru.
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi yang menjadi rekaman pelaksanaan tindakan pada
siklus I dapat dipaparkan perubahan-perubahan sikap yang terjadi di dalam realisasi
tindakan yang ada terhadap proses aktivitas belajar di kelas selama kegiatan berlangsung.
Sejak pertemuan pada minggu pertama sikap siswa masih menunjang kurang antusias
dalam mengikuti pelajaran bahkan sebagian besar merasa berat dengan membaca dan
bersosialisasi dengan teman-teman kelompoknya.
Namun setelah kegiatan berlangsung sampai minggu terakhir siklus I sudah
nampak perubahan yang terjadi, hal ini ditunjukkan dengan minimnya siswa melakukan
kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Siswa
menunjukkan antusias untuk mengikuti pelajaran, di dalam mengerjakan soal tugas yang
diberikan sudah nampak kemandirian.
Kendala utama dalam pelaksanaan siklus I karena kurangnya minat siswa dalam
membaca dan kurangnya proses sosialisasi dengan teman-temanya. Oleh karena itu perlu
upaya selanjutnya untuk memperbaikinya. Namun diakhir siklus ini interaksi siswa mulai
meningkat terhadap penggunaan strategi pembelajaran inkuiri yang menunjukkan
perubahan positif, hal ini dilihat dari refleksi di mana mereka mulai menyukai strategi
pembelajaran inkuiri, aktivitas yang dibentuk dalam strategi pembelajaran inkuiri mereka
anggap sebagai wadah melatih diri untuk bekerja sama dalam dalam mencari dan
50
menemukan masalah dan penyelesaiannya sehingga belajar bersama-sama di antara
sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas. Selain itu, siswa
dapat mandiri dalam memahami permasalahan yang dipelajari tanpa harus bergantung
kepada guru sebagai salah satu sumber informasi.
Hasil refleksi tersebut menjadi dasar acuan dilanjutkan pelaksanaan tindakan ke
siklus II dengan mengupayakan perbaikan melalui pembelajaran dengan strategi
pembelajaran inkuiri, menekankan kepada siswa menggunakan materi pelajaran yang
telah dibaca untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dengan berinteraksi dan
saling percaya, terbuka dan rileks di antara anggota kelompok dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di antara mereka untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral serta keterampilan yang ingin
dikembangkan dalam pelajaran.
1. Paparan Data Siklus Kedua
a. Tahap Perencanaan
Pada saat pembelajaran dimulai pada siklus II kegiatan guru dalam tahap
perencanaan adalah sebagai berikut, Pertama: Peneliti akan mengangkat sebuah topic
yang kemudian dimana siswa dibimbing untuk mencari dan menemukan sebuah masalah
dan alternatife pemecahannya pada saat pembelajaran interaksi sosial (penampilan pada
panggung sosial), Kedua: Mengabsen kehadiran siswa sekaligus membagi siswa menjadi
beberapa pasangan, Ketiga: Memberikan refleksi dengan mengingatkan siswa tentang
materi sebelumnya melalui beberapa pertanyaan, Keempat: menjabarkan tujuan
pembelajaran pada siswa, Kelima: Memberi penjelasan materi tentang bentuk-bentuk
interaksi sosial, Keenam: Mengarahkan siswa untuk menemukan masalah dari topic yang
ada dan alternative pemecahan masalahnya, Ketujuh: Memberi kesempatan kepada siswa
51
untuk mengajukan pertanyaan sesuai dengan masalah yang kajinya secara bersama-
bersama dengan anggota pasangan masing-masing. Kemudian menjawab satu-persatu
pertanyaan siswa, Kedelapan: Memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi yang
telah dibahas sebelumnya agar siswa termotivasi untuk belajar, Kesembilan:
Memerintahkan salah satu siswa pada setiap pasangan untuk mempresentasekan
alternative pemecahan masalahnya kemudian mengijinkan kelompok lain memberikan
tanggapan, Kesepuluh: Memberikan kesimpulan hasil diskusi dan materi pelajaran,
Kesebelas: Pemberian tugas pada masing-masing siswa sebagai bahan refleksi.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada Siklus II berdasarkan hasil diskusi dengan observasi diperoleh bahwa
penelitian pada siklus II ini adalah sebagai berikut:
Pertemuan ke-I
Dari jumlah total 20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan ini hanya 20 orang
siswa. Dalam kegiatan awal guru memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa cukup
baik, ini diliat dari siswa yang memperhatikan guru. Siswa yang menyimak arahan dan
penjelasan guru sekitar 12 orang sebahagian siswa yang hadir pada saat itu, siswa yang
melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) berjumlah
2 orang. Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti 6 orang,
Siswa yang mengajukan pertanyaan atau tanggapan tentan materi hasil observasi yang
belum dimengerti 5 orang, Siswa yang dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan 8
orang, Siswa yang aktif memberikan tanggapan terhadap materi dari kelompok lain 7
orang, dan Siswa yang dapat menarik kesimpulan sebagai hasil dari diskusi 10 orang.
52
Pertemuan Ke II:
Pada pertemuan ke II dari jumlah total 20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan
ini hanya 19 orang siswa. Dalam kegiatan awal guru memberikan apresiasi dan motivasi
kepada siswa cukup baik, ini diliat dari siswa yang memperhatikan guru. Siswa yang
menyimak arahan dan penjelasan guru sekitar 17 orang sebahagian siswa yang hadir
pada saat itu, siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (main-
main, ribut, dll) berjumlah 1 orang. Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang
belum dimengerti 4 orang, Siswa yang mengajukan pertanyaan atau tanggapan tentan
materi hasil observasi yang belum dimengerti 4 orang, Siswa yang dapat merespon setiap
pertanyaan yang diajukan 11 orang, Siswa yang aktif memberikan tanggapan terhadap
materi dari kelompok lain 11 orang, dan Siswa yang dapat menarik kesimpulan sebagai
hasil dari diskusi 13 orang.
Pertemuan Ke III:
Dari jumlah total 20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan ini hanya 20 orang
siswa. Dalam kegiatan awal guru memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa cukup
baik, ini diliat dari siswa yang memperhatikan guru. Siswa yang menyimak arahan dan
penjelasan guru sekitar 14 orang sebahagian siswa yang hadir pada saat itu, siswa yang
melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) berjumlah
0 orang. Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti 3 orang,
Siswa yang mengajukan pertanyaan atau tanggapan tentan materi hasil observasi yang
belum dimengerti 7 orang, Siswa yang dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan
10 orang, Siswa yang aktif memberikan tanggapan terhadap materi dari kelompok lain 10
orang, dan Siswa yang dapat menarik kesimpulan sebagai hasil dari diskusi 8 orang.
53
Pertemuan Ke IV:
Pada pertemuan kali ini dilaksanakan evaluasi siklus ke-II. Hal ini semakin
terlihat meningkatnya siswa yang membuat catatan kecil dari pertanyaan yang mereka
telah ajukan. Begitupula dalam membimbing siswa untuk memecahkan masalah-
masalahnya melalui diskusi dengan masing-masing anggota pasangannya serta mengingat
materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan membuat rangkuman dari seluruh
pembahasan juga mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan penutup peneliti berada dalam kategori
sangat baik dalam membimbing siswa untuk memahami cara atau alternativ yang
digunakan dalam memecahkan sebauh masalah yang timbul atau terjadi dan
menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya serta membuat
rangkuman jawaban mengenai pertanyaan yang diajukan.
c. Obserfasi dan Eveluasi
Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa selama proses belajar selama proses
belajar berlangsung sebagai berikut:
Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Berlangsung pada Siklus II
Tabel 2.4 Keaktifan Siswa pada Siklus II
No Komponen yang diamati Pertemuan Rata-rata
Persentase
(%)I II III
T
E
1 Jumlah siswa yang hadir pada saatkegiatan pembelajaran
20 19 20 19,7 98,4
2 Siswa yang memperhatikan padasaat proses pembelajaran
12 17 14 14,3 71,7
54
3Siswa yang melakukan aktifitasnegatif selama proses pembelajaran(main-main, ribut, dll)
S
I
K
L
U
S
II
2 1 -S
S
I
K
L
U
S
II
1,5 7,5
4
4Siswa yang bertanya tentang materipelajaran yang belum dimengerti.
6 4 3 4,3 21,7
5Siswa yang mengajukan Pertanyaanatau tanggapan tentang materi hasilobservasi yang belum dimengerti
5 4 7 5,3 26,7
6 Siswa yang dapat merespon setiappertanyaan yang diajukan
8 11 10 9,7 48,3
7Siswa yang aktif memberikantanggapan tehadap materi darikelompok lain
7 11 14 10,7 53,4
8 Siswa yang menarik kesimpulan darihasil diskusi
10 13 8 10,3 51,7
Tabel 2.4 di atas, diperoleh data bahwa siklus II dari 20 orang siswa, siswa yang
hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 98,4% Siswa yang memperhatikan pada
saat proses pembelajaran 71,7%. Siswa yang melakukan aktivitas negativ selama proses
pembelajaran (ribut, main-main, dll) mencapai 7,5%. Siswa yang bertanya tentang materi
pelajaran yang belum dimengerti. 21,7%. Siswa yang mengajukan Pertanyaan atau
tanggapan tentang materi hasil observasi yang belum dimengerti 48,3% Siswa yang
mengajukan tanggapan mencapai 48,3%. Siswa yang aktif memberikan tanggapan
tehadap materi dari kelompok lain 53,4% Siswa yang menarik kesimpulan dari hasil
diskusi 51,7%. Pada siklus ini dilaksanakan hasil tes belajar yang berbentuk ulangan
harian setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun hasil analisis skor hasil
55
belajar siswa setelah diterapkan strategi pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada table 2.5
berikut:
Table 2.5 Statistik Skor Hasil Tes Siswa Pada Siklus II
Statistik Nilai statistic
Objek 20Skor Ideal 100Skor Rata-rata 75,7Skor Tertinggi 100Skor Terendah 70Rentang Skor 30
Standar deviasi 9,5
Dari Tabel 2.5 di atas, menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar sosiologi
setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah
4 Makassar adalah 75,7 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan
secara individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini tersebar dengan skor
tertinggi 100 dan skor terendah 70 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor
terendah yang mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 30.
Data hasil belajar siswa siklus II diperoleh melalui ulangan harian yang
dilaksanakan setelah tiga kali pertemuan belajar mengajar. Adapun distribusi, frekuensi
dan presentase hasil belajar sosiologi siswa dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Siklus II
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0-35 Sangat rendah - -
35-54 Rendah - -
55-64 Sedang - -
65-84 Tinggi 13 65
56
85-100 Sangat tinggi 7 28
Jumlah 20 100
Berdasarkan table 2.6 di atas, dapat dikemukakan bahwa pada siklus II ini
menunjukkan bahwa dari 20 siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar , hal ini
terlihat bahwa yang mendapat nilai yang sangat rendah tidak ada. dan kategori rendah 0
orang dengan persentase 0, kategori sedang 0 orang dengan persentase 0, 13 orang atau
65% nilainya berada pada kategori tinggi, dan 7 orang atau 28% nilainya berada pada
kategori sangat tinggi. Hasil observasi mengenai aktivitas siswa menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II menjadi lebih baik.
Untuk melihat presentase ketuntasan belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah
4 Makassar, setelah diterapkan strategi pemeblajaran inkuiri pada siklus I dan siklus II
dapat di lihat pada tabel 2.7 berikut:
Tabel 2.7 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Sosiologi Siswa
No Siklus SubjekSkor
Ideal Tertinggi Terendah RentangSkor
Rata-rata
1 I 20 100 70 50 20 59,0
2 II 20 100 100 70 30 79,7
Berdasarkan tabel 2.7 di atas, dapat dikemukakan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar sosiologi melalui strategi pembelajaran inkuiri pada siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar, dari siklus I yang tuntas 6 siswa atau 30% dengan nilai
rata-rata hasil yang di peroleh sebesar 59,0 dan pada siklus II meningkat 20 atau 100%
dengan nilai rata-rata sebesar 79,7.
Hal ini juga sempat diamati oleh peneliti pada siklus II ini adalah suasana belajar
dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara anggota kelompok
57
memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik,
dan siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu oleh siswa lain yang
mempunyai gairah belajar lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa
yang telah dipelajarinya. Jadi, data ini memperkuat data sebelumnya, yakni terjadinya
peningkatan jumlah siswa yang mampu mengerjakan tugas dengan anggota kelompoknya
masing-masing.
Peningkatan baik keaktifan, kehadiran maupun hasil belajar siswa pada siklus II,
terjadi setelah diadakan perbaikan yang dianggap tidak terlaksana secara maksimal pada
siklus sebelumnya yang diperoleh pada hasil observasi selama proses pembelajaran
berlangsung.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pada siklus II pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi pemeblajaran inkuiri berjalan lebih baik lagi
dibandingkan dengan siklus sebelumnya, ini menunjukkan bahwa perubahan sikap dari
siklus I ke siklus II selalu mengarah pada ha-hal yang telah direncanakan sesuai dengan
langkah-langkah yang telah disiapkan pada prosedur penelitian.
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dipaparkan
pada perubahan-perubahan sikap terjadi dalam realisasi tindakan tehadap proses aktivitas
belajar dikelas dalam kegiatan berlangsung. Sikap siswa sudah menunjukkan antusias
dalam mengikuti pelajaran bahkan sebagian siswa senang melakukan diskusi kelompok
karena dapat menambahkan informasi dan siswa lebih mampu memahami materi dan
cenderung belajarnya akan lebih baik apabila didukung oleh lingkungan belajar yang
menarik.
58
Frekuensi kehadiran siswa selama mengikuti proses belajar mengajar sampai akhir
pertemuan siklus II menggambarkan bahwa minat dan motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan, keberanian untuk mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang kurang
dimengerti sudah merata bukan hanya pada golongan siswa yang mempunyai hasil belajar
yang baik melainkan siswa yang selama ini diam memperlihatkan keberanian untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan.
B. Pembahasan
Menurut Bloom (Suprijono, 2010: 6), mengemukan lima macam kemampuan
manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannnya membutuhkan
sekian banyak kondisi belajar untuk mencapainya. Kelima macam kemampuan hasil
belajar tersebut adalah: pertama; keterampilan intelektual, yaitu sejumlah
pengetahuan mulai dari membaca, menulis, berhitung, sampai kepada pemikiran yang
rumit. Kemampuan intelektual tergantung dari potensi bawaan seseorang serta
kesempatan yang tersedia, kedua; strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir
seseorang dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah, ketiga; invormasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta,
kemampuan ini pada umumnya sudah dikenal, keempat; keterampilan motorik yang
diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan
jangka dan sebagainya, kelima; sikap dan nilai, berhubungan dengan sikap seseorang
dengan hal-hal tertentu seperti kecenderungan menanggapi sikap orang lain yang
mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut.
Menurut Vroom dalam As’ad (1991:48), tingkat sejauh mana keberhasilan
seseorang dalam menyelesaikan pekerjaanya disebut “level of performance”.
Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang
59
produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan
sebagai tidak produktif atau berperformance rendah.
Dari hasil analisis kualitatif dan kuantitatif terlihat bahwa pada dasarnya
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada
materi Masalah Sosial dapat memberikan perubahan kepada siswa.
Pada awal pertemuan siklus I khususnya pada pertemuan minggu pertama,
siswa masih kelihatan bingung dan bertanya denga model pembelajaran yang
diterapkan dalam proses pembelajaran ini. Siswa dihadapkan pada satu hal yang masih
baru bagi mereka yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri. Dimana siswa dituntut untuk aktif damn dapat menemukan
sendiri penyelesaian masalah yang disajikan dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini terjadi karena selama ini siswa telah terbiasa dengan metode bersifat
penyampaian atau metode ceramah, sehingga siswa merasa kesulitan dalam menjalani
kegiatan proses belajar mengajar, ini terlihat dari dari tidak adanya minat dan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, terutama dalam memberikan
pertanyaan, komentar, dan tanggapan. Pada umumnya siswa bertindak pasif hanya
mendengarkan saja penjelasan guru. Bahkan pertemuan ini siswa masih kurang
memperhatikan pelajaran yang dijelaskan untuk menyimak pelajaran dengan baik.
Pada minggu kedua, siswa mulai beradaptasi meskipun masih terbilang masih
kecil, yaitu hanya terbatas pada siswa yang tergolong pintar. Meskipun demikian siswa
lain telah menunjukkan adanya usaha dari mereka untuk mencari dan menemukan
jawaban dari masalah yang disajikan. Pada pertemuan berikutnya kerjasama siswa
sudah nampak, misalnya membahas masalah yang diberikan, siswa yang belum
mengerti sudah mulai bertanya langsung ke gurunya meskipun apa yang ingin dicapai
pada siklus ini masih jauh dari harapan. Pada akhir pertemuan siklus I diberiakn tes
60
untuk menguji kemampuan mereka atas materi yang telah dibahas selama siklus I
berlangsung dengan tertib dan lancar walaupun masih ada siswa yang menyontek dari
temannya. Setelah diadakan refleksi pada siklus I, maka dilakukan kegiatan perbaikan
demi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II.
Pada awal pertemuan siklus II keaktifan dan motifasi siswa semakin
meningkat dibandingkan pada siklus I karena pada siklus II hampir semua siswa dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Pada siklus ini juga siswa cepat
menangkap materi yang diberikan sehingga tidak terlalu banyak mengulangi materi
yang sudah dibahas.
Peningkatan baik keaktifan, motivasi, maupun hasil belajar siswa pada siklus
ini terjadi setelah diadakan perbaikan-perbaikan yang dianggap tidak terlaksana secara
maksimal pada siklus I. Adapun perbaikan yang sempat terlaksana pada siklus I
diadakan pendekatan-pendekatan pada siswa yang kurang aktif untuk memperoleh
bimbingan langsung agar lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Pada siklus II ini kemampuan siswa untuk memecahkan masalah soal-soal
latihan mengalami peningkatan dari sebelumnya, terlihat keaktifan siswa dan
menyelesaikan soal-soal latihan semakin meningkat.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar pada Tes Awal dan Setelah Proses Pembelajaran pada
Siklus I dan Siklus II:
Disamping terjadinya peningkatan hasil belajar sosiologi siswa selama
berlangsungnya penelitian dari siklus I sampai siklus II, tercatat sejumlah perubahan
yang terjadi pada sikap siswa. Perubahan tersebut merupakan data kualitatif yang
diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat guru selama
penelitian.
61
Hal ini juga sempat diamati oleh peneliti pada siklus II adalah suasana belajar
dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara anggota kelompok
memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih
baik, dan siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu oleh siswa lain.
Peningkatan baik keaktifan, kehadiran maupun hasil belajar siswa pada siklus
II, terjadi setelah diadakan perbaikan-perbaikan yang dianggap tidak terlaksana secara
maksimal pada siklus sebelumnya yang diperoleh pada hasil observasi selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun perbaikan yang sempat terlaksana adalah jika pada
siklus I hanya siswa tingkat kecerdasan di atas rata-rata yang aktif dalam proses
pembelajaran maka pada siklus II dilakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa
yang tingkat kecerdasan di bawah rata-rata untuk mendapatkan bimbingan secara
langsung agar mereka lebih aktif dan dapat melibatkan diri dalam proses pembelajaran
sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pada siklus II pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri berjalan lebih baik
lagi dibandingkan dengan siklus sebelumnya, ini menunjukkan bahwa perubahan sikap
siswa dari siklus I ke siklus II selalu mengarah pada hal-hal yang telah direncaanakan
sesuai dengan langkah yang telah disiapkan pada prosedur penelitian.
Analisis refleksi siswa
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lembar respon siswa, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut
a. Tanggapan siswa tentang pelajaran sosiologi
Sebagian besar siswa senang dengan pelajaran sosiologi, sehingga siswa merasa
bahwa sosiologi adalah pelajaran yang sangat penting untuk dikuasai karena berguna bagi
62
kehidupan sehari-hari. Adapun siswa yang beranggapan bahwa belajar sosiologi dapat
mengasah otak dan melatih siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
b. Tanggapan siswa tentang strategi pembelajaran inkuiri
Untuk hal ini siswa menanggapi secara positif, mereka menganggap bahwa
pembelajaran dengan mengunakan strategi pembelajaran inkuiri selain mengajarkan
mereka untuk mencari dan menemuakan permasalahan serta alternative dari
permasalahan yang ada dengan teman pasangannya masing-masing mereka juga
diajarkan untuk saling membantu pasangannya, dan mereka juga lebih bersemangat
dalam belajar agar kelompok mereka menjadi yang terbaik.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil belajar sosiologi yang diperoleh peserta didik kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar yang telah diajar dengan model pembelajaran inkuiri
telah berada pada kategori tinggi, yang ditunjukkan oleh hasil belajar yang dicapai.
Hasil belajar sosiologi peserta didik pada siklus I dan II disimpulkan bahwa
penerapan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
X SMA Muhammadiyah 4 Makassar. Pada siklus I yang tuntas 6 siswa atau 30%
dengan nilai rata-rata hasil yang diperoleh sebesar 59,0 dan pada siklus II meningkat
20 atau 100% dengan nilai rata-rata sebesar 79,7. Penerapan strategi pembelajaran
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran ini terlihat
dari keaktifan siswa dalam berdiskusi dan proses mencari dan menemukan suatu
permasalahanbeserta alternatif dari masalah yang ada selama proses belajar
pembelajaran.
B. Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran
sosiologi guru bisa menyesuaikan materi pembelajaran yang cocok sehingga
siswa tidak merasa bosan dan jenuh karena model pembelajaran semakin
bervariasi.
2. Guru sebaiknya memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk
berekspresi dan berkreasi dalam proses pembelajaran.
64
3. Diharapkan kepada tenaga-tenaga pengajar bidang studi khususnya bidang studi
sosiologi untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri yang tepat dalam
mengajar disetiap pokok bahasan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka CiptaAs’ad, Moh. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
Arikunto & Sumarsini. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabet
Bungin, B. 2006. Sosiologi Komunikasi.Jakarta: Kencana
Departemen pendidikan dan kebudayaan. 1989.Kamus besar bahasa indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.
Douglas, dan Ritzer George. 2009. Teori Sosiologi. Kreasi Wacana: Yokyakarta
Irma. 2004. Belajar dan Pembelajran Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
kunandar, 2008, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
pengembangan guru. Jakarta:Rajawali Pers
Niningsih, 2010 Penerapan Strategi Pembelajaran Inquiri Siswa Kelas X SMA
Negeri 2 Wera Kab.Bima Skripsi. Makassar Unismuh
Polomo M. M.2007.Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.
Ritzer George.2012.sosiologi ilmu pengetahuann Berparadigma Ganda.Jakarta :Rajawalipers
Rohman Arif Dkk. 2004. Sosiologi Kelas X SMA. Saka Mitra Kompotensi: Yogyakarta
66
Soekanto, S. 1993. Kamus sosiologi. Jakrata: PT Raja Grafindo Persada
Sanjaya, W. 2009. penelitian tindakan kelas .Jakarta: Kencana
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana
Safi, Sofyan. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi dengan menggunakan strategipembelajaran inkuiri. Makassar.
Suprijono. 2010. lima macam kemampuan manusia. Jakarta.
Tim primer pena .2006 sosiologi untuk SMA kelas X .Solo.Cahaya pustaka
Tune. 2012. sosiologi perubahah sosial budaya. Jakarta: Media Groug
Zain Aswar, dkk.2006.Strategi Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Renita Cipta
UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10.
68
SILABUS
Sekolah : SMA Muhammadiyah 4 Makassar
Mata Pelajaran : Sosiologi
Kelas/Semester : X/ I (Satu)
TAHUN PELAJARAN : 2015/2016
Standar Kompetensi : 2. Menerapkan nilai dan norma dalam proses
pengembangan kepribadian
Kompetensi Dasar :2.2 Mendeskripsikan terjadinya masalah sosial
dan sikap-sikap anti sosial
IndikatorMateri
pelajaran
Kegiatan
pembelajaran
PenilaianAlokasi
waktuSumber
Teknik Bentuk
1. Kognitif
Produk
a. Menjelaskan pengertian
masalah sosial.
b. Mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab terjadinya
masalah sosial
c. Mengidentifikasi
terjadinya masalah sosial
sebagai hasil sosialisasi
yang tidak sempurna
d. Menjelaskan sifat dan
macam masalah sosial
Proses
1) Mendeskripsikan
pengertian masalah sosial
2) Menyebutkan factor-faktor
penyebab terjadinya
masalah sosial
Masalah
Sosial
1. Guru
menyampaikan
materi
pembelajaran
kepada siswa
sesuai
kompetensi dasar
yang akan dicapai
2. Guru
mengarahkan
siswa untuk
menggali
informasi melalui
data-data
kepustakaan dan
media massa
tentang masalah
sosial.
Tes
tulis
Tes
tulis
Tes
uraian
Tes
uraian
12 x 45
menit (6 x
pertemuan)
1. Buku SosiologiKelas X SMApenerbitYudhistira
2. Buku Sosiologikelas X SMApenerbit Erlangga
3. Buku PengantarSosiologi(PemahamanFakta dan GejalaSosial : Teori,APlikasi, &Pemecahannya)penerbit MediaGroup
4. Masyarakat
5. Televisi
6. Koran
69
3) Memberi contoh kasus
penyebab terjadinya
masalah sosial sebagai
hasil sosialisasi yang tidak
sempurna
4) Mengidentifikasi sifat dan
macam masalah sosial
2. Psikomotor
Memberikan opini tentang
berbagai masalah sosial dalam
masyarakat
3. Afektif
a. Melakukan kerjasama
b. Melakukan aktifitas positif
dalam pembelajaran : tanya
jawab, presentasi, dan
berpendapat
3. Guru
mengarahkan
siswa untuk
mengamati
masalah sosial
yang terjadi di
masyarakat
sebagai hasil
sosialisasi yang
tidak sempurna
4. Guru melakukan
tanya jawab
dengan siswa
5. Guru
mengarahkan
siswa untuk
mengidentifikasi
dan berpikir kritis
tentang penyebab
terjadinya
masalah sosial
6. Guru mengecek
pemahaman
siswa dengan
mengarahkan
siswa
mengklasifikasik
an atau
mengelompokkan
masalah sosial
berdasarkan
kesamaan ciri
dari
70
penyimpangan
tersebut (sifat dan
macam)
7. Guru
mengarahkan
siswa untuk
membuat
rangkuman dan
memberikan
pelurusan dan
kesimpulan pada
akhir
pembelajaran
8. Guru
memberikan tes
kepada siswa
secara individual
Makassar, Desember 2015
Mahasiswa
ARDIANSYAH
Nim : 10538 1893 10
Mengetahui,Kepala SMA Muhammadiyah 4 Makassar
Guru Mata Pelajaran
Mujairil,S.SNIP :2303 6912 1144361
Ilhamsyah H,S.pd
NIP : 2303 8612 1145634
71
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah 4 MakassarMata Pelajaran : SosiologiKelas/Semester : X/ I (Satu)Alokasi Waktu : 6 x 40 menit ( 3 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi : Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan
kepribadianB. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan terjadinya masalah sosial dan sikap-sikap antisosial
C. Indikator1. Kognitif
a. Produk1) Menjelaskan pengertian masalah sosial2) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya masalah
sosial
b. Proses1) Mendeskripsikan pengertian masalah sosial2) Menyebutkan factor-faktor penyebab terjadinya masalah sosial
2. Psikomotora. Memberikan opini atau argumentasi tentang berbagai masalah sosial
yang terjadi dalam masyarakat
3. Afektifc. Melakukan kerjasamad. Melakukan aktifitas positif dalam pembelajaran : tanya jawab,
presentasi, dan berpendapat
D. Tujuan Pembelajaran :1. Kognitif
a. Produk1) Secara mandiri siswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian
masalah sosial
72
2) Secara mandiri siswa diharapkan dapat mengidentifikasi factor-faktor penyebab terjadinya masalah sosial
b. Proses1) Siswa diharapkan dapat mendeskripsikan pengertian masalah sosial2) Siswa diharapkan dapat menyebutkan factor-faktor penyebab
terjadinya masalah sosial
2. Psikomotora. Setiap siswa diharapkan dapat memberikan sebuah opini atau
argumentasinya tentang berbagai masalah sosial yang terjadi dalammasyarakat
3. Afektifa. Dengan terlibat secara aktif dalam pembelajaran siswa dapat
melakukan kerjasama, tanya jawab, presentasi dan berpendapat dalampembelajaran
b. Melakukan aktifitas positif dalam pembelajaran : tanya jawab,presentasi, dan berpendapat
E. Materi Pelajaran1. Pengertian masalah sosial2. Factor-faktor penyebab terjadinya masalah sosial
F. Model dan Metode Pembelajaran1. Model : model pembelajaran inkuiri2. Metode : Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas
G. Sumber Pembelajaran7. Buku Sosiologi Kelas X SMA penerbit Yudhistira,8. Buku Sosiologi kelas X SMA penerbit Erlangga,9. Buku Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Sosial : Teori,
APlikasi, dan Pemecahannya) penerbit Media Group10. Masyarakat11. Televisi, Koran, Internet
H. Kegiatan PembelajaranPertemuan I
73
No. A. Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Ket.
1.Pendahuluan Apersepsi
1. Guru mengucapkan salam pembuka danmengabsen siswa
2. Guru mengecek kesiapan siswa untukmemulai pembelajaran
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran4. Memotivasi siswa dengan cara memberikan
contoh masalah sosial yang sering munculdalam kehidupan bermasyarakat
15 Menit
2.Kegiatan Inti1.Guru menjelaskan materi pelajaran tentang
pengertian masalah sosial.2.Guru dan siswa melakukan tanya jawab
berdasarkan materi pelajaran3.Guru mengarahkan siswa untuk menggali
informasi melalui data-data kepustakaan danmedia massa tentang masalah sosial.
4.Guru mengarahkan siswa untukmempresentasekan hasil temuannya
5.Guru memberi kesempatan kepada beberapasiswa untuk membuat kesimpulan dari data yangdiperolehnya
60 Menit
3. Kegiatan Akhira. Guru memberikan pelurusan dan kesimpulan
dari materi yang telah dibahas.b. Guru memberikan tes / PR
15 Menit
2. Pertemuan II
No. B. Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Ket.
1.Pendahuluan Apersepsi
1. Guru mengucapkan salam pembuka danmengabsen siswa
10 Menit
74
2. Guru mengarahkan siswa untukmengumpulkan tugas yang telah diberikanpada pertemuan sebelumnya
3. Guru mengecek kesiapan siswa untukmemulai pembelajaran
4. Guru memotivasi siswa dengan caramemberikan pengetahuan tentang manfaatmempelajari perilaku menyimpang
2.Kegiatan Intia. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinyamasalah sosial
b. Guru mengajak siswa untuk menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi terjadinyamasalah sosial
c. Guru mengarahkan siswa untuk belajar secaramandiri dengan memecahkan permasalahanyang menyebabkan seseorang melakukanmasalah sosial.
d. Guru memberikan kesempatan pada siswauntuk mempresentasekan hasil analisis yangtelah mereka kerjakan
e. Guru menunjuk salah satu siswa untukmemberikan kesimpulan dari hasil analisisyang telah di presentasekan oleh teman-temannya
65 Menit
3. Kegiatan Akhira. Guru menyimpulkan materi pelajaran yang
telah dibahas dan memberikan penguatanb. Guru menginformasikan pada siswa untuk
pertemuan selanjutnya akan dilaksanakanevaluasi secara tertulis sebagai tes hasil belajarsiklus I
10 menit
75
3. Pertemuan III
No. C. Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Ket.
1.Pendahuluan Apersepsi
1. Guru mengucapkan salam pembuka danmengabsen siswa
2. Guru mempersiapkan kelas untuk ulangantertulis sebagai tes siklus I
3. Guru mengecek kesiapan siswa untukmemulai pembagian lembar soal
4. Guru memotivasi siswa denganmemberitahukan kepada siswa tujuan sertamanfaat pemberian ulangan
10 Menit
2.Kegiatan Intia. Guru membagikan lembar soal dan jawaban
kepada siswab. Siswa mulai menyelesaikan soal yang
diberikan oleh guruc. Setelah seluruh siswa menyelesaikan soal
tersebut, siswa kemudian mengumpulkan hasilkerja yang telah mereka selesaikan.
d. Guru kemudian membagikan kembali lembarjawaban siswa secara acak
e. Guru dan siswa secara bersama-samamemeriksa dan menjawab soal yang telahdiselesaikan oleh siswa
60 Menit
3. Kegiatan Akhir- Guru meluruskan jawaban siswa dan
memberikan penguatan- Guru mengarahkan siswa untuk
mengumpulkan kembali lembar jawaban yangtelah diperiksa untuk diberikan penilaian
- Guru memberikan arahan kepada siswa untuklebih mempersiapkan diri dalam mengikutiproses pembelajaran
- Guru memberikan tugas kepada siswa untukmembuat klipping tentang contoh-contoh
15 Menit
76
masalah sosial yang sering muncul dalamkehidupan masyarakat minimal 5 lembar
I. Penilaian1. Aspek yang dinilai
a. Aspek kognitif (pengetahuan)- Komponen yang dinilai meliputi kemampuan menjawab
pertanyaan guru saat tanya jawab dan tes uji kompetensi (Aspekpenilaian ketepatan jawaban, bobot disesuaikan denganpermintaan jawaban)
b. Aspek psikomotor (gerak)- Komponen yang dinilai meliputi kegiatan menjawab pertanyaan
dan mencatat materi yang telah diajarkan dan didokumentasikansebagai catatan akhir. (Buku catatan rapi, bersih,dan tulisan rapi)
c. Aspek afektif (sikap)- Komponen yang dinilai meliputi keberanian, kesungguhan,
kerjasama, keaktifan, kemampuan mempresentasekan hasilkegiatan. Penilaian dilakukan saat siswa melakukan tanya jawab.
2. Bentuk Penilaiana. Tes Tertulis : Tes uji kompetensib. Tes Unjuk Kerja : Kegiatan tanya jawabc. Produk (hasil kerja) : Catatan atau tugas yang didokumentasikan
(dibukukan)
Makassar,Desember 2015
Mahasiswa
ARDIANSYAHNim : 10538 1893 10
Mengetahui,Kepala SMA Muhammadiyah 4 Makassar Guru MataPelajaran
Mujairil, S.SNIP :2303 6912 1144361 Ilhamsyah H, S.pd
NIP:2303 86121145634
77
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah 4 MakassarMata Pelajaran : SosiologiKelas/Semester : X/ I (Satu)Alokasi Waktu : 6 x 40 menit ( 3 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi : Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan
kepribadianB. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan terjadinya masalah sosial dan sikap-sikap antisosial
C. Indikator1. Kognitif
a. Produk1) Mengidentifikasi terjadinya masalah sosial sebagai hasil sosialisasi
yang tidak sempurna2) Menjelaskan sifat dan macam masalah sosial
b. Proses1) Memberi contoh kasus penyebab terjadinya masalah sosial sebagai
hasil sosialisasi yang tidak sempurna2) Mengidentifikasi sifat dan macam masalah sosial
2. Psikomotora. Memberikan opini atau argumentasi tentang berbagai masalah sosial
yang terjadi dalam masyarakat
3. Afektifa. Melakukan kerjasamab. Melakukan aktifitas positif dalam pembelajaran : tanya jawab,
presentasi, dan berpendapat
D. Tujuan Pembelajaran :1. Kognitif
a. Produk1) Secara mandiri siswa diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya
masalah sosial sebagai hasil sosialisasi yang tidak sempurna
78
2) Secara mandiri siswa diharapkan dapat menjelaskan sifat danmacam masalah sosial
3) Siswa diharapkan dapat memberi contoh kasus penyebab terjadinyamasalah sosial sebagai hasil sosialisasi yang tidak sempurna
4) Siswa diharapkan dapat mengidentifikasi sifat dan macammasalah sosial
4. Psikomotora. Setiap siswa diharapkan dapat memberikan sebuah opini atau
argumentasinya tentang berbagai masalah sosial yang terjadi dalammasyarakat
5. Afektifa. Dengan terlibat secara aktif dalam pembelajaran siswa dapat
melakukan kerjasama, tanya jawab, presentasi dan berpendapat dalampembelajaran
b. Melakukan aktifitas positif dalam pembelajaran : tanya jawab,presentasi, dan berpendapat
E. Materi Pelajaran1. Hubungan antara masalah sosial dan Sosialisasi yang Tidak Sempurna2. Sifat dan Macam masalah sosial
F. Model dan Metode Pembelajaran1. Model : Model pembelajaran inkuiri2. Metode : Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas
G. Sumber Pembelajaran1. Buku Sosiologi Kelas X SMA penerbit Yudhistira,2. Buku Sosiologi kelas X SMA penerbit Erlangga,3. Buku Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Sosial : Teori,
APlikasi, dan Pemecahannya) penerbit Media Group4. Masyarakat5. Televisi, Koran, Internet
79
H. Kegiatan Pembelajaran1. Pertemuan I
No. D. Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Ket.
1.Pendahuluan Apersepsi
1. Guru mengucapkan salam pembuka danmengabsen siswa
2. Guru mengecek kesiapan siswa untukmemulai pembelajaran
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran4. Memotivasi siswa dengan cara
menginformasikan tentang penyimpanganyang terjadi sebagai akibat dari sosialisasiyang tidak sempurna
15 Menit
2.Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran tentanghubungan antara masalah sosial dansosialisasi yang tidak sempurna.
2. Guru dan siswa melakukan tanya jawabberdasarkan materi pelajaran
3. Guru mengarahkan siswa mengolahkemampuan berpikirnya tentang contohkasus masalah sosial yang yang seringmuncul dalam kehidupan masyarakatsebagai akibat dari sosialisasi yang tidaksempurna.
4. Guru mengarahkan siswa untukmempresentasekan hasil temuannya
5. Guru menunjuk salah satu siswa untukmenunjukkan satu contoh kasuspenyimpangan yang sering munculdilingkungan sekolah
60 Menit
3. Kegiatan Akhira. Guru memberikan pelurusan dan
kesimpulan dari materi yang telah dibahas.b. Guru memberikan tes / PR
11 Enit
80
2. Pertemuan II
No. E. Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Ket.
1.Pendahuluan Apersepsi1. Guru mengucapkan salam pembuka dan
mengabsen siswa.2. Guru mengarahkan siswa untuk
mengumpulkan tugas yang telah diberikanpada pertemuan sebelumnya.
3. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulaipembelajaran.
4. Guru memotivasi siswa dengan caramengingatkan kembali penyimpangan yangterjadi sebagai akibat dari sosialisasi yangtidak sempurna
15 Menit
2.Kegiatan Intia. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang
sifat dan macam masalah sosialb. Guru menunjuk salah satu siswa untuk
menunjukkan sifat dan macam masalah sosialyang sering mereka temui dalam lingkungankehidupan mereka
c. Guru mengarahkan siswa untuk belajar secaramandiri dengan memecahkan permasalahanyang menyebabkan terjadinya masalah sosial
d. Guru memberikan kesempatan pada siswauntuk mempresentasekan hasil analisis yangtelah mereka kerjakan
e. Guru menunjuk salah satu siswa untukmemberikan kesimpulan dari hasil analisisyang telah di presentasekan oleh teman-temannya
65 Menit
3. Kegiatan Akhirc. Guru menyimpulkan materi pelajaran yang
telah dibahas dan memberikan penguatand. Guru menginformasikan pada siswa untuk
pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan
15 Menit
81
evaluasi secara tertulis sebagai tes hasil belajarsiklus II
3. Pertemuan III
No. F. Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Ket.
1.Pendahuluan Apersepsi
1. Guru mengucapkan salam pembuka danmengabsen siswa
2. Guru mempersiapkan kelas untuk ulangantertulis sebagai tes siklus II
3. Guru mengecek kesiapan siswa untukmemulai pembagian lembar soal
4. Guru memotivasi siswa denganmemberitahukan kepada siswa tujuan sertamanfaat pemberian ulangan
15 Menit
2.Kegiatan Inti
a. Guru membagikan lembar soal dan jawabankepada siswa.
b. Siswa mulai menyelesaikan soal yangdiberikan oleh guru.
c. Setelah seluruh siswa menyelesaikan soaltersebut, siswa kemudian mengumpulkanhasil kerja yang telah mereka selesaikan.
d. Guru kemudian memeriksa lembar jawabansiswa sebagai hasil kerjanya danmemberikan penilaian
60 Menit
3. Kegiatan Akhir- Guru memberikan pelurusan dan kesimpulan
serta penguatan atas hasil kerja siswa dalammenjawab soal-soal yang telah diberikan
15 Menit
B. Penilaianc. Aspek yang dinilai
a. Aspek kognitif (pengetahuan)- Komponen yang dinilai meliputi kemampuan menjawab
pertanyaan guru saat tanya jawab dan tes uji kompetensi (Aspek
82
penilaian ketepatan jawaban, bobot disesuaikan denganpermintaan jawaban)
b. Aspek psikomotor (gerak)- Komponen yang dinilai meliputi kegiatan menjawab pertanyaan
dan mencatat materi yang telah diajarkan dan didokumentasikansebagai catatan akhir. (Buku catatan rapi, bersih,dan tulisan rapi)
c. Aspek afektif (sikap)- Komponen yang dinilai meliputi keberanian, kesungguhan,
kerjasama, keaktifan, kemampuan mempresentasekan hasilkegiatan. Penilaian dilakukan saat siswa melakukan tanya jawab.
2. Bentuk Penilaiana. Tes Tertulis: Tes uji kompetensib. Tes Unjuk Kerja : Kegiatan tanya jawabc. Produk (hasil kerja) : Catatan atau tugas yang didokumentasikan
(dibukukan)
Makassar,Desember 2015
Mahasiswa
ARDIANSYAHNim : 10538 1893 10
Mengetahui,Kepala SMA Muhammadiyah 4 Makassar Guru MataPelajaran
Mujairil, S.SNIP :2303 6912 1144361 Ilhamsyah H,S.pd
NIP:230386121145634
83
KRITERIA KETUNTASAN (KKM)
Bidang Studi : SosiologiKelas / Semester : X / I (Satu)Tahun Pelajaran : 2015 / 2016
Standar Kompetensi / KompetensiDasar
Standar Ketuntasan Minimal
KKMKriteria Penetapan Ketuntasan
Kompleksitas40 – 100
DayaDukung40 - 100
Intake40 – 100 Jumlah
2. Menerapkan Nilai dan Norma dalProses Pengembangan Kepribadian 65 81 64 210 70
2.1 Menjelaskan masalah sosialsebagai proses dalampembentukan kepribadian
2.2 Mendeskripsikan terjadinyamasalah sosial
2.3 Menerapkan pengetahuansosiologi dalam kehidupanbermasyarakat
63
67
65
80
83
82
64
66
62
Kompleksitas SK =∑ ∑
Daya Dukung SK =∑ ∑
Intake SK =∑ ∑
KKM =∑
Kriteria Penetapan KKM Kompleksitas (kesulitan dan kerumitan pembahasan materi)
Daya Dukung ( sarana / prasarana, kemampuan guru, lingkungan danbiaya )
Intake siswa (masukan kemampuan siswa)
84
Rentang nilai pada setiap kriteriaa. Kompleksitas : - Tinggi : 81 – 10
Tinggi : 81 – 100- Sedang : 65 – 80
Sedang : 65 – 80- Rendah : 50 – 64
Rendah : 50 – 64
b. Daya Dukung : -
c…. Intake : - Tinggi : 81 – 100- Sedang : 65 – 80- Rendah : 50 – 64
86
Tes Akhir Siklus I
Mata Pelajaran : SosiologiKelas/Semester : X/ I (Satu)Petunjuk umum :
1. Tulis nama dan nomor induk pada tempat yang telah disediakan !2. Sebelum mengerjakan soal bacalah dengan seksama !3. Kerjakanlah terlebih dahulu soal yang menurutmu lebih mudah !4. Periksalah pekerjaan anda sebelum dikumpulkan !
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !
1. Jelaskan pengertian masalah sosial berdasarkan 3 pendapat para ahli yanganda ketahui !
2. Jelaskan masalah sosial yang sangat menonjol yang kamu amati !
3. Jelaskan problema yang sering dihadapai oleh masyarakat indonesia !
4. Adakah penananggulangan dari masalah-masalah sosial tersebut ? Jelaskan !
Selamat Bekerja
87
Kunci Jawaban Tes siklus I
1. Tiga Masalah sosial menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
a. SoerjonoSoekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masayarakat, yang membahayakan
kehidupan kelompok sosial.Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang
ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan
dalam kehidupan kelompok atau sosial.
b. Menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan
atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam
nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar
anggota masyarakat kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan
bersama.
c. Coleman dan Cresey (1987). Dan untuk memudahkan mengamati
masalah-masalah sosial, Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3
macam yaitu :
1) Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik
antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
2) Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan
mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
3) Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut,
kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
2. Dewasa ini masalah sosial yang sering dihadapi oleh kebanyakan masyarakat
adalah masalah kemiskinan, pengangguran dan masalah sosial bencana alam.
Dimana masalah ini adalah topik hangat yang sering diperbincangkan, sebab
sampai sekarang belum juga ada soslusi untuk menanggulanginya.
3. Masalah-masalah sosial kultural di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
Mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing
lagi mendengarnya.Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari masalah
88
sosial dan budaya bangsa Indonesia. Segala sesuatu yang tidak bisa dilakukan
dengan cara damai, jawabannya pasti dengan tawuran. Bukan hanya tawuran
antar pelajar atau warga saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak atau
elektronik, tetapi aparat pemerintah pun sepertinya tidak ingin ketinggalan
pula.Persoalan tawuran banyak di picu oleh hal-hal yang sepele, misalnya
kalah main kartu, saling menggoda wanita, saling mengejek dan lain-
lain.Perubahan sosial yang diakibatkan karena sering terjadinya tawuran,
mengakibatkan norma-norma menjadi terabaikan.Selain itu, menyebabkan
terjadinya perubahan pada aspek hubungan sosial.
4. Penanggulangan masalah sosial bisa dilakukan dengan meningkatkan
kesadaran dari tiap-tiap individu maupun kelompok masyarakat bahwa
masalah yang dihadapai tidak mungkin selesai dengan sendirinya tanpa
adanaya kesadaran yang tertanam dalam diri.
Penskoran soal uraian
Soal bagian 1 rentang skornya, 0 – 20
Soal bagian 2 rentang skornya, 0 – 25
Soal bagian 3 rentang skornya, 0 – 20
Soal bagian 4 rentang skornya, 0 – 55
Jumlah 100
Rumus Penilaian
Skor perolehan siswa = x 100
89
Tes Akhir Siklus II
Mata Pelajaran : SosiologiKelas/Semester : X/ I (Satu)Petunjuk umum :
1. Tulis nama dan nomor induk pada tempat yang telah disediakan !2. Sebelum mengerjakan soal bacalah dengan seksama !3. Kerjakanlah terlebih dahulu soal yang menurutmu lebih mudah !4. Periksalah pekerjaan anda sebelum dikumpulkan !
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !
1. Sebutkan dan jelaskan beberapa masalah sosial yang kamu ketahui !
2. Sebutkan dan jelaskan 5 kriteria masalah sosial
3. Menurut Soejono Soekanto masalah sosial dapat dibedakan menjadi 4,sebutkan !
4. Tuliskan beberapa faktor yang menyebabkan masalah sosial !
Selamat Bekerja
90
Kunci Jawaban Tes siklus II
1. Beberapa masalah sosial yaitu sebagai berikut:
a. Kemiskinan
Dewasa ini, perbedaan kedudukan ekonomi para warga masyarakat
ditentukan secara jelas karena berkembangnya nilai-nilai sosial baru di
masyarakat tentang kedudukan berkenaan dengan pemilikan benda-benda
bernilai ekonomi.
b. Kejahatan
Kondisi dan proses social menghasilkan berbagai perilaku social
dimasyarakat termasuk perilaku kejahatan dianggap sebagai masalah
social karena dapat merugikan anggota masyarakat lainnya.
c. Disorganisasi keluarga
Disorganisasi keluarga (keretakan) sebagai unit kecil ditengah-tengah
masyarakat kerena angota-anggota gagal memenuhi kewajiban-kewajiban
yang sesuai dengan peranan sosialnya.
d. Masalah remaja
Didalam masyarakat modern sekalipun selalu dijumpai pertentangan antar
pemuda dan oramg tua. Pemuda umumnya telah merasa dewasa secara
fisik ( biologis) akan tetapi orang tua selalu menganggap mereka belum
dewasa sehingga tidak boleh memikul peran orang dewasa.
e. Peperangan
Peperangan dipandang sebagai bentuk pertentangan tang dahsyat sehingga
merugikan dan menimbulkan disorganisasi baik dinegara yang menang
maupun negara yang kalah.
2. 5 Kriteria masalah sosial yaitu sebagai berikut:
a. Kriteria utama dari masalah sosial adalah perbedaan yang mencolok
antara nilai-nilai dan kondisi-kondisi nyata kehidupan.
b. Sumber masalah sosial, adalah masalah-masalah sosial tidak hanya
berasal dari kondisi-kondisi atau proses-proses sosial tetapi juga dari
bencana alam misalnya gempa bumi, kemarau panjang dll.
91
c. Penetapan masalah sosial, penetapan tentang hal mana yang menjadi
masalah sosial biasanya dilakukan oleh sekelompok kecil individu yang
mempunyai kekuasaan dan wewenang.
d. Masalah-masalah sosial yang nyata dan laten, masalah sosial yang nyata
adalah masalah sosial yang timbul akibat terjadinya kepincangan-
kepincangan yang disebabkan tidak sesuainya tindakan dengan norma dan
nilai yang berlaku dalam masyarakat.
e. Perhatian masyarakat, suatu kejadian yang merupakan masalah sosial
belum tentu menjadi perhatian masyarakat sebaliknya suatu yang menjadi
pusat perhatian juga belum tentu merupakan masalah sosial.
3. Beberapa masalah sosial menurut Soejono Soekanto antara lain:
a. Masalah sosial dalam faktor ekonomis, misalnya: kemiskinan dan
pengangguran.
b. Masalah sosial dari faktor biologis, misalnya: penyakit menular.
c. Masalah sosial dari faktor psikologis, misalnya: penyakit syaraf dan
bunuh diri.
d. Masalah sosial dari faktor kebudayaan, misalnya: perceraian, pencuri,
kenakalan remaja, dan konflik ras.
4. Beberapa faktor yang menyebabkan masalah sosial antara lain sebagai
berikut:
a. Faktor ekonomis
b. Faktor biologis
c. Faktor psikologis
d. Faktor kebudayaan
Penskoran soal uraian
Soal bagian 1 rentang skornya, 0 – 20Soal bagian 2 rentang skornya, 0 – 25Soal bagian 3 rentang skornya, 0 – 20Soal bagian 4 rentang skornya, 0 – 35+
Jumlah 100
93
Pedoman penskoranSoal tes siklus I
No. Kunci Jawaban Skor1. Definisi perilaku menyimpang menurut 3 ahli :
a. Robert M. Z. Lawang menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah semuatindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatusystem sosial.
b. Paul B. Horton,menyatakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yangdinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok ataumasyarakat
c. Karl Marx, menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilakuyangdidefinisikan atau dibentuk oleh pihak yang berkuasa untuk melindungikepentingan mereka sendiri.
20
2. Penyimpangan primer, yaitu perbuatan menyimpang yang dilakukan seseorangnamun sang pelaku masih dapat diterima secara sosial atau masih dapat ditolerirmasyarakat. contohya, mengendarai motor atau mobil melebihi kecepatan yangnormal (kebut-kebutan). Sedangkan penyimpangan sekunder, yaitu perbuatan yangdilakukan seseorang dimana pada umumnya masyarakat tidak bisa menerima dantidak menginginkan orang-orang semacam ini berada dalam lingkungannya.Contoh, pemerkosa, pembunuh, dll.
25
3 Pemberian cap kepada seseorang dapat mengakibatkan orang tersebut menjadiseorang penyimpang karena dalam proses pemberian cap ini dapat menjadikanseseorang menjadi terbiasa dan melekat pada dirinya yang dapat mengakibatkanjulukan atau cap itu mendorongnya untuk secara terus menerus melakukanpenyimpangan dan menjadi gaya hidupnya.Contoh : seorang siswa yang bolos sekolah satu kali dicap pembolos oleh guru.Julukan dari guru ini terdengar oleh teman-temannya. Sejak saat itu, julukanpembolos melekat pada dirinya. Karena terus menerus mendengar julukanpembolos, ia malah mengulangi perbuatan it terus menerus yang pada akhirnya iamenjadi terbiasa menjadi pembolos.
20
4 Prostitusi merupakan perbuatan yang tercela karena selain melanggar nilai dannorma yang berlaku dalam masyarakat dan Negara, agamapun melaknat perbuatantersebut. Namun apabila dilihat dari sudut pandang hati nurani sebagai manusiakita tidak berhak mencap wanita yang melakukan hal tersebut sebagai wanitatercela karena wanita tersebut terpaksa melakukan perbuatan menyimpang itu danbukan karena kehendak dirinya melainkan karena keterpaksaan demi kelangsunganhidup keluarganya. Bahkan kita seharusnya merasa prihatin karena dia relamengorbankan dirinya untuk keluarganya, olehnya itu sebaiknya masyarakatbersikap lebih bijak dalam melihat permasalahan ini.
35
Jumlah 100
Pedoman penskoranSoal tes siklus II
No. Kunci Jawaban Skor1. Selain bersifat negatif, perilaku menyimpang juga mempunyai sifat positif hal ini
disebabkan karena adanya perubahan dalam system sosial yang mengandung unsurinovatif, kreatif dan memperkaya alternatif yang sesuai dengan perrubahan danperkembangan zaman.Contoh : zaman dulu wanita yang bekerja diluar rumah dianggap sebagai wanitatercela, akan tetapi zaman sekarang setelah emansipasi wanita dalam kehidupanmasyarakat, wanita dan pria mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang
20
94
kehidupan2. Contoh perilaku menyimpang yang bersifat negatif yaitu seseorang yang terbukti
melakukan hubungan suami istri diluar nikah akan diusir dan diasingkan olehmasyarakat setempat karena hal tersebut dianggap telah melanggar nilai dan normayang berlaku dalam masyarakat
25
3 Homoseksual dalam masyarakat Indonesia merupakan salah satu perilakumennyimpang karena hal tersebut telah melanggar nilai dan norma masyarakatIndonesia yang menganut budaya timur yang dimana masyarakatnya dominanmemeluk agama Islam. Dalam agama Islam homoseksual merupakan perbuatanyang tercela dan dilaknat oleh Allah SWT. Hal ini berbanding terbalik 180o dengannilai dan norma yang berlaku di masyarakat barat, dalam budaya barathomoseksual dianggap sebagai suatu perbuatan yang lumrah yang menjadi haksetiap individu untuk melakukan hal tersebut bahkan hak kaum homoseksualdiatur, dilindungi dan disahkan oleh negaranya.
20
4 Macam-macam perilaku menyimpanga. Tindakan kriminal atau kejahatan
Contoh : pencurian, penipuan, pemerkosaan, dan perampokan, tindakan ini dikategorikan sebagai tindakan kriminal atau kejahatan karena mengakibatkanpihak korban mengalami kerugian, mengganggu keamanan dan stabilitaskehidupan masyarakat
b. Penyimpangan seksualContoh : perzinahan, lesbianisme, homoseksual, kumpul kebo, dan sodomi,tindakan ini dikategorikan sebagai penyimpangan seksual karena menyangkutaktivitas seksual yang tidak lazim dilakukan dan tidak dibenarkan oleh agama.
c. Pemakaian dan pengedaran obat terlarangContoh : penggunaan dan pengedaran sabu-sabu, ganja, ekstasi, kokain danlain-lain, tindakan ini dianggap sebagai perilaku menyimpang karena selaindapat merugikan orang lain penggunaan barang-barang tersebut dapatmerugikan diri sendiri yang bisa membuat seseorang menjadi ketergantunganyang dapat menyebabkan kematian.
d. Penyimpangan dalam bentuk gaya hidupContoh : sikap arogansi yaitu sikap yang ditunjukkan oleh seseorang karenakesombongannya terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan,kekuasaan dan kepandaian.
35
Jumlah 100
96
DATA HASIL TES AKHIR SIKLUS I
NoNomor Soal
Skor Yang Diperoleh
Skor
Kec
%Ket1 2 3 4 5
Bobot Soal 20 20 20 20 20
Nama Siswa
1. Ikhsan 10 20 10 10 20 70 70 Tuntas
2. Lisa Wulandari 15 10 15 15 15 70 70 Tuntas
3. Nursandi Ramadhan 10 15 10 10 10 55 55 Tidak tuntas
4. Dina Hasan 10 10 15 10 10 55 55 Tidak tuntas
5. Erika Ali 10 15 10 15 15 65 65 Tuntas
6. Fatma Mauliya 10 10 10 10 10 50 50 Tidak tuntas
7. Akbar 10 15 10 15 10 60 60 Tidak tuntas
8. Siti Aisyah Nurmaya 12 10 13 10 5 50 50 Tidak tuntas
9. Resky Nur Habib 15 10 10 10 15 60 60 Tidak tuntas
10. M Alfian 15 10 10 10 10 55 55 Tidak tuntas
11. Safaruddin Yuddin 10 5 15 10 10 50 50 Tidak tuntas
12. Nurlinda 15 10 10 10 10 55 55 Tidak tuntas
13. Aqiqah Nurafiaty 10 10 10 10 10 50 50 Tidak tuntas
14 Wildhany 15 15 10 20 5 65 65 Tuntas
15 Fitri Yuni 10 20 10 15 10 65 65 Tuntas
16 Astuti Syarifa 15 15 10 15 15 70 70 Tuntas
17 Sofi Amalia Rahma 10 10 10 10 10 55 55 Tidak tuntas
18 Kasmawati 15 10 10 15 10 60 60 Tidak tuntas
19 Muh. Sofyan 10 20 10 10 10 60 60 Tidak tuntas
97
20 Khairul Kusuma Jaya 15 10 10 15 10 60 60 Tidak tuntas
Nilai rata-rata Siswa 59,0 TidakTuntas
Analisis Data Siklus I
0,5920
1180
.
i
ii
f
fxxratarataNilai
Rentangskor R = X mak-X min = 70 – 50 = 20
NilaiSiswaxi
JumlahSiswaFi xi.fi xxi 2)( xxi 2)( xxf ii
50 4 200 9 81 324
55 5 275 4 16 80
60 5 300 1 1 5
65 3 195 6 36 108
70 3 210 11 121 363
Jumlah 20 1180 31 256 880
StandarDeviasi :
8,6
3,46
19
880
11
2
n
xxfs
n
iii
98
DATA HASIL TES AKHIR SIKLUS II
NoNomor Soal
Skor Yang Diperoleh
Skor Kec%
Ket1 2 3 4 5
Bobot Soal 20 20 20 20 20
Nama Siswa
1 Ikhsan 20 20 10 10 20 80 80 Tuntas
2 Lisa Wulandari 20 15 20 15 20 90 90 Tuntas
3 Nursandi Ramadhan 20 15 10 20 20 85 85 Tuntas
4 Dina Hasan 20 10 10 15 10 70 70 Tuntas
5 Erika Ali 20 10 10 20 10 70 70 Tuntas
6 Fatma Mauliya 20 15 10 10 20 75 75 Tuntas
7 Akbar 10 10 15 20 15 70 70 Tuntas
8 Siti Aisyah Nurmaya 15 20 10 15 10 70 70 Tuntas
9 Resky Nur Habib 10 20 20 20 15 85 85 Tuntas
10 M Alfian 20 15 15 20 10 80 80 Tuntas
11 Safaruddin Yuddin 10 20 15 15 15 75 75 Tuntas
12 Nurlinda 15 10 20 10 20 75 75 Tuntas
13 Aqiqah Nurafiaty 20 20 20 10 20 90 90 Tuntas
14 Wildhany 20 20 20 20 20 100 100 Tuntas
15 Fitri Yuni 10 15 20 10 20 75 75 Tuntas
16 Astuti Syarifa 15 10 20 10 15 70 70 Tuntas
17 Sofi Amalia Rahma 20 20 20 20 20 100 100 Tuntas
18 Kasmawati 20 10 20 15 20 85 85 Tuntas
19 Muh. Sofyan 20 15 20 15 10 80 80 Tuntas
99
Analisis Data Siklus II
NilaiSiswaxi
JumlahSiswaFi xi.fi xxi 2)( xxi 2)( xxf ii
70 6 420 -9,7 94,1 564,6
75 4 300 -4,7 22,1 18,8
80 3 240 0.3 0,1 0,3
85 3 255 5,3 28,1 84,3
90 2 180 10,3 106,1 212,2
100 2 200 20,3 412,1 824,2
Jumlah 20 1595 50,6 662,6 1704,4
7,7920
1595
.
i
ii
f
fxxratarataNilai
Rentangskor R = X max-X min = 100 – 70 = 30
StandarDeviasi :
5,9
7,89
19
4,1704
11
2
n
xxfs i
ii
20 Khairul Kusuma Jaya 15 10 15 20 10 70 70 Tuntas
Nilai rata-rata Siswa 79,7
100
DAFTAR HADIR SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH4 MAKASSAR
NO NAMAPERTEMUAN
1 2 3 TES SIK. I 1 2 3 TES SIK. II
1 Ikhsan √ √ √ √ √ √ √ √2
Lisa Wulandari √ √ √ √ √ √ √ √3
Nursandi Ramadhan √ √ √ √ √ √ √ √4
Dina Hasan √ √ √ √ √ √ √ √5
Erika Ali √ √ √ √ √ √ √ √6
Fatma Mauliya √ √ √ √ √ √ √ √7
Akbar √ √ √ √ √ √ √ √8
Siti Aisyah Nurmaya √ √ √ √ √ √ √ √9
Resky Nur Habib √ √ √ √ √ √ √ √10
M Alfian √ √ √ √ √ √ √ √11
Safaruddin Yuddin √ √ √ √ √ √12
Nurlinda √ √ √ √ √ √ √ √13 Aqiqah Nurafiaty √ √ √ √ √ √ √ √14 Wildhany √ √ √ √ √ √ √ √15 Fitri Yuni √ √ √ √ √ √ √ √16
Astuti Syarifa √ √ √ √ √ √ √ √17 Sofi Amalia Rahma √ √ √ √ √ √ √ √18 Kasmawati √ √ √ √ √ √ √19 Muh. Sofyan √ √ √ √ √ √ √ √20 Khairul Kusuma Jaya √ √ √ √ √ √ √ √
102
MATERI AJAR
a. Pengertian Masalah Sosial
Masalah masyarakat menyangkut analisis tentang macam-macam gejala
kehidupan, masyarakat sedang problema sosial meneliti gejala- gejala abnormal
masyarakat dengan maksud untuk memperbaiki atau bahkan
ntukmenghilangkannya.Soiologi menyelidiki persoalan- persoalan umum dalam
masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-
kenyataan kehidupan masyarakat.Pekerjaan sosial berusaha untuk menanggulangi
gejala- gejala abnormal yang dihadapi oleh masyarakat.Sosiologi berusaha
mempelajari masalah sosial seperti Psikotropika.
Sosiologi bertujuan untuk menemukan sebab-sebab terjadinya masalah
sosiologi tidak terlalu menekan pada pemecahan masalah atau jalan keluar dari
masalah- masalah tersebut.Sosiologi berusaha membantu untuk mencari jalan
keluar yang mungkin dapat dianggap efektif.
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia
atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor- faktor ekonomis, seperti
narkotika dan psikotropika.
Ditinjau dari paradigma ilmu-ilmu sosial, pengertian masalah sosial masih
lazim digunakan untuk menunjuk suatu masalah yang tumbuh dan/atau
berkembang dalam kehidupan komunitas, di mana masalah itu dianggap kurang
atau bahkan tidak sesuai dengan nilai -nilai dan/atau norma-norma sosial dalam
103
komunitas tersebut. Tumbuh dan/atau berkembangnya suatu masalah sosial sangat
tergantung pada dinamika proses perkembangan komunitas itu sendiri.
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial,
atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok
sosial tersebut.Masalah sosial merupakan akibat dari interaksi sosial antara
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Ketika suatu komunitas mengalami proses perkembangan baik karena
adanya faktor -faktor dari luar komunitas, karena adanya faktor –faktordari dalam.
komunitas itu sendiri, maupun adanya proses deferensiasi struktural dan
kultural biasanya. Komunitas tersebut akan selalu mengalami goncangan, apalagi
jika faktor -faktor Perubahan itu datangnya sangat cepat. Dalam situasi seperti ini,
tidak semua anggota komunitas siap dalam menerima perubahan itu. Misalnya,
ada anggota komunitas yang sangat siap, cukup siap dan bahkan sama sekali tidak
siap dalam menerima perubahan itu.
Masalah-masalah sosial kultural di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
Mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi
mendengarnya.Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari masalah sosial dan
budaya bangsa Indonesia. Segala sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan cara
damai, jawabannya pasti dengan tawuran. Bukan hanya tawuran antar pelajar atau
warga saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak atau elektronik, tetapi
aparat pemerintah pun sepertinya tidak ingin ketinggalan pula.Persoalan tawuran
104
banyak di picu oleh hal-hal yang sepele, misalnya kalah main kartu, saling
menggoda wanita, saling mengejek dan lain-lain.Perubahan sosial yang
diakibatkan karena sering terjadinya tawuran, mengakibatkan norma-norma
menjadi terabaikan.Selain itu, menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek
hubungan sosial.
Menurut SoerjonoSoekanto masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4
(empat) jenis faktor, yakni antara lain:
e. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
f. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
g. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
h. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
b. Definisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli.
SoerjonoSoekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masayarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial.Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan
kelompok atau sosial.
Menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau
dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu
masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat
kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.
105
Coleman dan Cresey (1987). Dan untuk memudahkan mengamati
masalah-masalah sosial, Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3 macam
yaitu :
4) Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar
kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
5) Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan
mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
6) Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut,
kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
109
RIWAYAT HIDUP
Ardiansyah, lahir pada tanggal 14 Mei 1992 di pesa
kacamatan wawo kabupaten Bima. Anak pertama dari empat bersaudara buah
cinta dan kasih sayang dari pasangan Mukhtar dan Siti Nurmi.
Penulis mulai memasuki dunia pendidikan tingkat dasar pada tahun 1999 di
SDN inpres kombo kacatan wawo, kabupaten Bima dan tamat pada tahun 2005.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di MTSN 1 Wawo
Kacamatan Wawo Kabupaten Bima pada tahun 2005-2007. Kemudian pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Wawo selama tiga
tahun dan berhasil menamatkan studinya di sekolah tersebut pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan diterima di
Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar program studi Strata 1.