Makalah Sosiologi Perikanan unpad 2015

40
RUANG LINGKUP SOSIOLOGI PERIKANAN MELALUI PENDEKATAN AQUATIC AND MARINE PRENEURSHIP DI CIREBON, JAWA BARAT Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi Perikanan Disusun oleh : Kelompok 1- B Disa Nirmala 230110140088 Syifa Mauladani 230110140092 Felisha Gitalasa 230110140093 Prasetya Witantra 230110140098 Egi Rhamadhan 230110140125 Kelas Perikanan-B JURUSAN PERIKANAN 3

Transcript of Makalah Sosiologi Perikanan unpad 2015

RUANG LINGKUP SOSIOLOGI PERIKANAN MELALUI

PENDEKATAN AQUATIC AND MARINE PRENEURSHIP DI

CIREBON, JAWA BARAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Sosiologi Perikanan

Disusun oleh :

Kelompok 1- BDisa Nirmala 230110140088

Syifa Mauladani 230110140092

Felisha Gitalasa 230110140093

Prasetya Witantra 230110140098

Egi Rhamadhan 230110140125

Kelas Perikanan-B

JURUSAN PERIKANAN

3

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2014

4

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh Tuhan semesta alam yang

telah memberikan limpahan nikmat dan memberikan

kesehatan hingga saat ini. Solawat dan salam kita curah

limpahkan kepada sang pencerah sang pembuka tabir

kebodohan yakni kanjeng nabi Muhammad SAW. Kemudian

kami ucapkan banyak terima kasih kepada ibu Atikah

Nurhayati dosen sosiologi perikanan yang telah

membimbing kami dalam menyelesaikan makalah “Pendekatan

Sosiologi Perikanan di Daerah Cirebon Jawa Barat”. Kami

bermakud dengan adanya makalah ini bisa menambah

pengetahuan kita khususnya mahasiswa FPIK Unpad tentang

kekayaan dan keberagaman masyarakat cirebon Jawa Barat.

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................i

Daftar Isi............................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.....................................Latar Belakang

...........................................1

1.2.........................................Tujuan

...........................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1..................................Pengertian Sosiologi

...........................................2

2.2......................Pengertian Sosiologi Menurut Ahli Sosiologi

...........................................2

2.3................................Sejarah Teori Sosiologi

...........................................6

2.4.......................Tokoh Yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu

Sosiologi..................................7

2.5..............................Pengertian Sosiologi Ekonomi

...........................................9

ii

2.6..............................Letak Geografis Kota Cirebon

...........................................9

2.7...............................Perekonomian Kota Cirebon

...........................................9

2.8.........................Mayoritas Mata Pencaharian Masyarakat

Cirebon dalam Bidang Perikanan.............10

2.9............................Tradisi Sedekah Laut di Cirebon

...........................................12

2.10................................Modernisasi Perikanan

...........................................12

2.11.......................Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

...........................................14

BAB III ANALISIS......................................15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.......................................Kesimpulan

...........................................20

4.2.........................................Saran

...........................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................22

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan

timbal balik antara manusia dan lingkungan sosial.

Secara empiris sosiologi berarti pengetahuan

tersebut didasarkan pada observasi. Sedangkan secara

teoritis sosiologi merupakan abstraksi menjelaskan

hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori. Secara

kumulatif sosiologi merupakan teori yang telah ada

kemudian diperluas dan secara non etnis sosiologi

adalah menjelaskan fakta secara analitis.

Adapun pengertian sosiologi secara etimologi,

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius

yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti

ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan

diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul

"Cours De Philosophie Positive" karangan August

Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang

sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai

ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

Kota Cirebon, Jawa Barat merupakan salah satu

daerah yang tidak sedikit dari masyarakatnya

merupakan masyarakat perikanan. Dengan demikian

1

proses sosial, struktur sosial, dan perubahan sosial

yang berkaitan dengan kehidupan masyarakatnya perlu

dipelajari lebih dalam.

1.2 Tujuan

1.2.1 Agar mengetahui proses sosial perikanan yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat perikanan di

daerah Cirebon Jawa Barat.

1.2.2 Agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai

hubungan antar masyarakat perikanan di daerah

Cirebon Jawa Barat.

1.2.3 Agar dapat mengetahui adat istiadat di daerah

Cirebon Jawa Barat.

2

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sosiologi

Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang

obyeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu

pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah

memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang

ciri-ciri utamanya adalah:

a.Sosiologi bersifat empiris, yang berarti bahwa

ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada

observasi terhadap kenyataan dan akal sehat dan

hasilnya tidak bersifat spekulatif.

b.Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu

pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk

menyusun abstraksi dan hasil-hasil observasi.

c.Sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa

teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori

yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas,

dan memperhalus teori tersebut.

d.Sosiologi bersifat non-etis, yakni yang

dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta

tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk

menjelaskan fakta tersebut secara analitis.

3

Secara singkat dapat dikemukakan bahwa sosiologi

mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan

hubungan-hubungan antara orang-orang dalam

masyarakat tadi.

2.2 Pengertian Sosiologi Menurut Ahli Sosiologi

a. Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua

pendekatan yakni:

1. Statika sosial (social static) : mengkaji

tatanan sosial. Statika mewakili stabilitas.

2. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan

perubahan social. Dinamika mewakili perubahan.

Progres dlm membaca fenomena sosial perlu

melihat masyarakat secara keseluruhan sebagai

unit analisis.

Dengan memakai analogi dari biologi, Comte

menyatakan bahwa hubungan antara statika dan

dinamika merujuk pada konsep order didalamnya

ditekankan bahwa bagian-bagian dari masyarakat

tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi

harus dilihat sebagai satu kesatuan yg saling

berhubungan.

Istilah ‘sosiologi’ pertama kali digunakan oleh

Auguste Comte pada tahun 1839, comte menggunakan

istilah tersebut untuk pendekatan khusus untuk

mempelajari masyarakat. Selain itu, dia juga

4

member sumbangan yang begitu penting terhadap

sosiologi. Oleh karena itu disebut ‘Bapak

Sosiologi’ atau ‘The Founding father of

Sociology’.

b. Karl Marx

Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818

dari kalangan keluarga rohaniwan Yahudi. Tamat

dari perguruan tinggi menjadi editor di sebuah

surat kabar di Jerman. Pandangannya amat kritis

terutama sangat anti penindasan yg hadir bersama

system kapitalis yang mewarnai peradaban Eropa

Barat. Beliau pindah ke Paris setelah terjadi

pertentangan dengan pemerintah Jerman. Ia

berkolaborasi dengan Friedrich Engels menulis buku

berjudul The Communist Manifesto (1848). Lalu

menulis buku : Das Capital, dua bab terakhir buku

ini diteruskan oleh Engels karena Marx keburu

meninggal.

Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari

pertanian primitive, feudal dan industri, ditandai

hubungan social yg melembagakan sifat

ketergantungan untuk mengontrol atau menguasai

sumber-sumber ekonomi. Mereka yg menguasai dan

mengonytol sumber-sumber ekonomi adalah kelas

atas, seangkan mereka yg hanya memiliki sedikit

atau bahkan tidak punya sama sekali adalah dari

5

kelas bawah. Terjadi penindasan oleh kelas atas

terhadap kelas bawah. Fokus perhatian Marx pada

dua kelas penting :

1. BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg memiliki alat-

alat produksi seperti pabrik dan mesin)

2. PROLETAR (kelas bawah/ para buruh yang bekerja

pada borjuis).

Pendapat Marx terhadap fenomena social

semacam itu (penindasan /eksploitasi kaum borjuis

terhadap kaum proletar) hanya dapat dihentikan

dengan cara mengganti atau merusak system

kapitalis. Caranya dengan melakukan revolusi

(prinsip konflik) kemudian menggantinya dengan

system yg lebih menghargai martabat manusia. Ini

tidak mudah karena para buruh harus menghilangkan

False Consciousness (kesadaran palsu) dengan class

consciousness kesadaran kelas. Melalui bimbingan

pemimpin-pemimpin revolusioner, para buruh akan

menjadi setia dan mau berkorban demi perjuangan

kelas. Denagn demikian kan muncul masyarakat yg

adil, sama rata sama rasa, dan terhindardari

segala bentuk eksploitasi, ini yg disebutnya

sebagai masyarakat komunisme modern.

c. Max Weber (1864-1920)

6

Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal

dari keluarga kaya dan terpandang. Ayahnya seorang

birokrat yg menduduki posisi politik penting,

sedangkan ibunya adalah seorang pemeluk agama

Calvinisme yg sangat taat (mempengaruhinya

melakukan studi tentang kaitan etika protestan

dengan spirit kapitlisme industrial).

Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin

belajar hukum. Setelah berhasil mengambil gelar

doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum, di

samping itu ia juga bekerja sebagai dosen di

Universitas Wina dan Munich. Ia banyak mendalami

masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya

yg terkenal berjudul “ A Contribution to the

histoy of Medieval Business Organizations” dan “

The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism”

(1904) . Dalam bukunya yg kedua ini ia

mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan antara

etika protesan dengan munculnya kapitalisme di

Eropa Barat.

Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari

motivasi individu dan tindakan-tindakan social

(social action). Dari pandangannya sebenarnya

Weber lazim digolongkan “nominalis” yg lebih

percaya bahwa hanya individu-individu sajalah yg

riil secara obyektif, dan masyarakat adalah satu

nama yg menunjukan pada sekumpulan individu yg

7

menjalin hubungan. Pandangan beliau tentang

tindakan sosila inilah yg kemudian menjadi acuan

dikembangkannya teori sosiologi yg membahas

interaksi sosial.

d. Emile Durkheim (1958-1917)

Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari

keluarga yg mewarisi tradisi sebagai pendeta

Yahudi. Ia awlnya sebenarnya bersekolah untuk

menjadi pendeta.

Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat

produktif. Salah satu karyanya yg berjudul “ The

division of Labor in Society” (1968) membahas

mengenai gejala yg sedang melanda masyarakat :

pembagian kerja. Ia mengemukakan bahwa di bidang

perekonomian seperti industri modern terjadi

penggunaan mesin serta konsentrasi modal dan

tenaga kerja yg mengakibatkan pembagian kerja ke

dalam bentuk spesialisasi dan pemisahan okupasi yg

semakin rinci. Tujuan kajian durkheim ialah untuk

memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta

untuk mengetahui faktor penyebabnya.

e. Pitirim A. Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:

1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka

macam gejala social, misalnya antara gejala

8

ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral,

hukum dengan ekonomi, dsb.

2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara

gejala social dengan non sosial (misalnya

dengan gejala geografis, biologis, dsb)

3. Ciri-ciri umum semua gejala social

f. Hassan Shandily

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup

bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-

ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan

dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup

bersama cara terbentuk dan tumbuh, serta

berubahnya perserikatan-perserikatan hidup serta

kepercayaan.

2.3 Sejarah Teori Sosiologi

Masa Auguste Comte dipakai sebagai patokan karena

dialah yang pertama kali memakai istilah atau

pengertian Sosiologi. Akan tetapi, pemikiran-

pemikiran terhadap masyarakat telah dimulai jauh

sebelum masa Comte.

Seorang filosof Barat yang untuk pertama kalinya

menelaah masyarakat secara sistematis adalah Plato

(429-347 SM), seorang filosof Romawi. Plato

mengemukakan bahwa masyarakat sebenarnya merupakan

refleksi dari manusia perorangan. Dengan demikian,

9

maka Plato berhasil merumuskan suatu teori organis

tentang masyarakat , yang mencakup bidang-bidang

kehidupan ekonomis dan sosial.

Aristoteles (384-322 SM) mengikuti sistem analisis

secara organis dari Plato. Perhatian Aristoteles

terhadap biologi telah menyebabkannya mengadakan

suatu analogi antara masyarakat dengan organisme

biologis manusia. Disamping itu, Aristoteles

menggarisbawahi kenyataan bahwa basis masyarakat

adalah moral (etika).

Pada akhir abad pertengahan muncul ahli filsafat

Arab Ibn Khaldun (1332-1406) yang mengemukakan

beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-

kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam

sejarah. Pada kehidupan masyarakat pengembara,

dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Faktor yang

menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku

clan, negara, dan sebagainya, adalah rasa

solidaritas.

Edward Buckle dari inggris (1821-1826) dan Le Play

dari prancis (1806-1888). Di dalam hasil karyanya

yang berjudul History of Civilization In England (yang tidak

selesai), Buckle meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya

tentang pengaruh keadaan alam dengan terhadap

masyarakat. Di dalam analisis nya, dia telah

menemukan beberapa keteratuan hubungan antara

10

manusia dan alam. Misalnya, terjadi bunuh diri

akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya

penghasilsn tergantung dari keadaan alam ( teutama

iklim dan tanah ). Taraf kemakmuran suatu masyarakat

juga sangat tergantung pada keadaan alam di mana

masyarakat hidup.

2.4 Tokoh Yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi

1. Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte, seorang prancis merupakan

bapak sosiologi yang pertama-tama memberi nama

pada ilmu tersebut (yaitu dari kata-kata socius

dan logos). Walaupun dia tidak menguraikan secara

rinci masalah-masalah yang menjadi objek-objek

sosiologi dia mengagnggap sosiologi terdiri dari

dua bagian yaitu social statiscs dan social

dinamics meneropong bagaimana lembaga-lembaga

tersebut berkembang dan mengalami perkembangan

sepanjang masa.

2. Herbert Spencer (1820-1903)

Dalam bukunya yang berjudul the principles of

sociology (3 jilid, 1877),Herbert Spencer

menguraikan materi sosiologi secara rinci dan

sistematis. Spencer mengatakan bahwa obyek

sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik,

agama, pengendalian sosial dan industri. Sebagai

11

tambahan disebutkannya asosiasi, masyarakat

setempat, pembagian kerja, lapisan sosial,

sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta

penelitian terhadap kesenian dan keindahan.

3. Emile Durkeheim (1858-1917)

Menurut Emile Durkeheim, sosiologi meneliti

lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses

sosial. Dalam sebuah majalah sosiologi yang

pertama yaitu “L’annee Sociologique” dia

mengadakan pembagian sosiologi atas tujuh seksi,

yaitu:

a. Sosiologi umum yang mencangkup kepribadian

individu dan kelompok manusia,

b. Sosiologi agama,

c. Sosiologi hukum dan moral yang mencangkup

organisasi politik, organisasi sosial,

perkawinan dan keluarga,

d. Sosiologi tentang kejahatan,

e. Sosiologi ekonomi yang mencangkup ukuran-ukuran

penelitian dan kelompok kerja,

f. Demografi yang mencangkup masyarakat perkotaan

dan pedesaan, dan sosiologi etika.

4. Max Weber (1864-1920)

Sosiologi dikatakan olehnya sebagai ilmu yang

berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi

12

sosial Max Weber seorang jerman berusaha

memberikan pengertian mengenai perilaku manusia

dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya

interaksi sosial.

5. Charles Horton Cooley (1864-1929)

Seorang amerika yang mengembangkan konsepsi

mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang

tidak terpisahkan antara individu dan masyarakat.

Cooley dalam mengemukakan teorinya terpengaruh

dalam aliran romantic yang mengidamkan kehidupan

bersama, rukun dan damai, sebagaimana dijumpai

pada masyarakat-masyarakat yang masih bersahaja.

Dia berprihatin melihat masyarakat-masyarakat

modern yang telah goyah norma-normanya, sehingga

masyarakat-masyarakat bersahaja merupakan bentuk

ideal yang terlalu berlebihan kesempurnaannya.

2.5 Pengertian Sosiologi Ekonomi

Sosiologi ekonomi adalah studi sosiologis yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi

dan fenomena sosial. Asumsi yang dibangun sosiologi

ekonomi dalam melihat fenomena ekonomi adalah

tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk tindakan

sosial, tindakan ekonomi disituasikan secara sosial,

dan institusi ekonomi merupakan konstruksi sosial.

13

(Granovetter yang dikutip kembali oleh Swedberg,

Richard, 2000. Entrepreneurship: The Social Science

View, USA, Oxford University Press, hal 27)

2.6 Letak Geografis Kota Cirebon

Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis

dan menjadi simpul pergerakan transportasi

antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang

berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon

memiliki wilayah dataran yang lebih luas

dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota

Cirebon adalah 37,54 km2 dengan dominasi penggunaan

lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian

(38%).

Wilayah Kotamadya Cirebon sebelah Utara

dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi

Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah

Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur

dibatasi Laut Jawa. Kota ini dilalui oleh beberapa

sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai

Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.

2.7 Perekonomian Kota Cirebon

Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak

geografis yang strategis dan karakteristik sumber

daya alam sehingga struktur perekonomiannya

didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor

14

perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pengangkutan dan komunikasi serta

sektor jasa.

Sampai tahun 2001 kontribusi perekonomian untuk

Kota Cirebon adalah industri pengolahan (41,32%),

kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan

restoran (29,8%), sektor pengangkutan dan komunikasi

(13,56%), sektor jasa-jasa (6,06%). Sedangkan sektor

lainnya (9,26%) meliputi sektor pertambangan,

pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-

3%.

Pada triwulan I 2010, Kota Cirebon mengalami laju

inflasi tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya

di Jawa Barat. Faktor pendorong kenaikan laju

inflasi terutama berasal dari kelompok transpor,

komunikasi dan jasa, keuangan serta pendidikan,

Pariwisata, dan olahraga.

2.8 Mayoritas Mata Pencaharian Masyarakat Cirebon

dalam Bidang Perikanan

a. Pembudidaya Ikan Lele

Balai Pengembangan Budi Daya Ikan Air Tawar

Kota Cirebon terus memacu pengembangan benih ikan

lele sangkuriang yang banyak diminati masyarakat

petani di Kota Cirebon dan sekitarnya. Seorang

pembudidaya ikan lele warga Cirebon, Jawa Barat,

Suganda mengaku dengan budidaya ikan lele Ia bisa

15

menghasilkan keuntungan yang sangat lumayan

besar, bisa menghasilkan ratusan juta pertahunan.

Masyarakat dapat membeli berupa ikan lele umur

satu minggu dengan harga Rp125 atau untuk ukuran

pecel lele seharga Rp10 ribu per kilogram.

Dikatakannya, permintaan benih ikan semakin

banyak sehubungan dengan pemberian bantuan dari

Dirjen Perikanan Air Tawar ke masyarakat Kota

Cirebon berupa kolam terpal sebanyak 75 unit

ukuran 5×10 meter, di samping kolam-kolam di

pekarangan rakyat. Mengenai kolam bantuan

tersebut, penyuluh perikanan dari Dinas Perikanan

dan Kelautan Kota Cirebon Nanang mengatakan, dari

kolam plastik yang sudah dipanen hasilnya antara

1,5 kuintal hingga 2,5 kuintal.

b. Usaha Pabrik Terasi

Bumbu penyedap belacan atau yang kerap

disebut dengan terasi banyak di produksi oleh

masyarakat pesisir di Indonesia. Salah satunya

tentu, Cirebon. Kota di bagian timur Provinsi

Jawa Barat ini bahkan sering menjadi rujukan

untuk para pemburu salah satu bahan tambahan

pembuatan sambal tersebut. Terasi buatan Kota

Cirebon ini masih menjadi primadona dari kota-

kota lain karena kualitasnya yang terjaga.

16

Produksi terasi asli berbahan udang ukuran

kecil atau disebut "rebon" mengandalkan pasokan

dari hasil tangkapan nelayan, musim hujan

biasanya mereka mudah mendapatkannya karena udang

kecil tersebut melimpah di perairan pantai Losari

Cirebon.

c. Nelayan

Badan Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten

(Pemkab) Cirebon, Jawa Barat, Ir Saiduna

menyebutkan nelayan tradisional di pantai utara

yang hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan dari

melaut, menghadapi kondisi rawan pangan. Daya

beli nelayan di Pantai Utara (Pantura) Cirebon

rendah karena mereka hanya mengandalkan hasil

tangkapan ikan dari melaut. Dan sedikitnya tiga

ribu nelayan di Kabupaten Cirebon belum memiliki

perahu sendiri. Selama ini mereka hanya menyewa

dari juragan perahu dengan harga sewa yang cukup

tinggi dipotong dari hasil tangkapan mereka.

Menurut Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan

Indonesia (SNI), Budi Laksana, kondisi tersebut

membuat para nelayan kecil sulit terlepas dari

lilitan utang. Pasalnya, hasil tangkapan mereka

lebih banyak disetorkan ke pemilik perahu untuk

melunasi biaya sewa dan perbekalan yang

sebelumnya mereka ambil. Kondisi ini, membuat

17

nelayan kecil sangat membutuhkan bantuan

pemerintah. Minimalnya, pemerintah bisa

menyediakan perahu dan jala bagi kelompok nelayan

yang benar-benar membutuhkan. di Kabupaten

Cirebon ada sekitar 23.000 nelayan. Namun, jumlah

perahu yang terdata hanya ada sekitar 4070 unit.

Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil yang

benar-benar hak milik nelayan kecil yang masih

melaut. Sementara sisanya merupakan perahu milik

juragan yang sudah tak lagi melaut.Mereka

menyewakan perahu beserta perlengkapakannya bagi

nelayan kecil. Sebagai kompensasinya, nelayan

yang melaut harus menyetorkan sebagian hasil

tangkapan mereka.

2.9 Tradisi Sedekah Laut di Cirebon

Sedekah laut di cirebon dikenal dengan sebutan

“nadran”, seperti yang telah disebutkan diatas yang

berarti “syukuran”. Sedekah laut di Cirebon

dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa atas rejeki laut yang telah diperoleh

selama 1 tahun melaut dan memohon agar dimasa

mendatang dapat menghasilkan lebih banyak lagi

(ikan).

Pada Nadran di Cirebon ada istilah Bedug Basu,

yaitu tokoh (roh leluhur) yang menjadi cikal bakal

adanya ikan di laut. Dalam ritualnya, sedekah laut

18

juga meminta keselamatan agar terhindar dari

gangguan roh-roh halus yang jahat.

Pada prosesi pelaksanaannya, nadran atau sedekah

laut di Cirebon biasanya diawali dengan pemotongan

kepala kerbau dan pemotongan nasi tumpeng. Kepala

kerbau tersebut dibalut dengan kain putih dan

kemudian bersama dengan perangkat sesajen lainnya

dilarung ke tengah laut lepas dan kepala kerbau

tersebut ditenggelamkan. Sementara nasi tumpeng dan

lauk pauk lainnya dibagi-bagikan kepada anggota

masyarakat sekitarnya, yang biasa disebut

sebagai bancaan atau berkah yang langsung dimakan

ataupun dibawa pulang untuk dimakan bersama

keluarga.

Umumnya dilakukan pada bulan Sura atau

bulan Muharam di hari-hari yang telah di tetapkan,

semisal jumat kliwon dan selasa kliwon di bulan

tersebut. Bulan Muharam adalah bulan yang sakral

bagi umat islam bahkan menjadi salah satu bulan suci

bagi umat islam sebagai bentuk evaluasi diri,

pengutaraan rasa syukur kepada Allah SWT  dan

pergantian tahun pada kalender Hijriah.

2.10 Modernisasi Perikanan

Konteks faktual mengenai implikasi modernisasi

perikanan dalam kehidupan masyarakat nelayan, dapat

digambarkan baik secara makro maupun mikro. Secara

19

makro, sebelum program modernisasi diluncurkan

nelayan belum terlalu terstratifikasi dalam struktur

sosial masyarakat, karena pola produksi mereka masih

bersifat homogen, dimana penguasaan alat produksi

berupa alat penangkapan dan perahu masih dijadikan

dasar stratifikasi. Dengan belum berkembangnya alat

produksi perikanan pada waktu itu, masyarakat

nelayan hanya terdiri dua lapisan, yakni; lapisan

yang menguasai alat produksi berupa perahu dan alat

tangkap tradisional (punggaha) dan sahi (lapisan

yang tidak menguasai alat produksi dan bekerja

pada punggaha). Sistem produksi bersifat subsisten

dan pola hubungan yang egaliter. 

Namun seiring dengan masuknya program modernisasi

perikanan, seiring pula terjadinya perubahan dalam

struktur sosial masyarakat, karena:

1. munculnya organisasi-organisasi sosial baru

dengan beragam tujuan dan kepentingan;

2. munculnya profesi-profesi (vocations) baru akibat

tumbuhnya industri pengolahan perikanan (cold

stroge), industri pengasinan,

industri perbengkelan perahu, pasar perikanan

(tempat pelelangan ikan);

3. adanya perubahan dalam kelembagaan kerja usaha

penangkapan;

20

4. perubahan sistem produksi yang dulunya subsisten

menjadi tata produksi yang bersifat komersil

maupun kapitalis, dan;

5. masih bertahannya sebagian kecil nelayan

tradisional dan post-tradisonal

Strukturisasi dalam usaha penangkapan mengalami

pula perubahan kelembagaan kerja sebagai penyesuaian

meningkatnya teknologi penangkapan yang ada. Pada

tingkatan analisis mikro, kehadiran modernisasi

perikanan melalui berbagai bentuk inovasi teknologi

menciptakan konfigurasi cara produksi (mode of

production) dalam formasi sosial (social formation)

dalam masyarakat, berupa hadirnya dua atau lebih

cara produksi secara bersamaan dan salah satu cara

produksi mendominasi cara lainnya (Budiman,

1995). Konsep pokok cara produksi atau cara

berproduksi (mode of production) terdiri dari

kekuatan produksi berupa gabungan dari alat produksi

(means of production) dan hubungan-hubungan produksi

(relation of production). 

2.11 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Jumlah usaha pengelolaan hasil kelautan setiap

tahunnya di Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan.

Hingga saat ini usaha dalam skala kecil (UDSK)

maupun menengah tercatat 64 mini plant dan 4 unit

pengolahan ikan (UPI), sebagian eksportir. Sedangkan

21

jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran hasil

perikanan mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Di pertengahan tahun 2013  tercatat 147

kelompok dengan rata-rata pertumbuhan kurang lebih

10 persen pertahunnya.

Peningkatan dan pertumbuhan industri pengolahan

ikan di Kabupaten Cirebon merupakan hasil kerjasama

dan pembinan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI

dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), yang telah banyak

memberikan bantuan baik berupa transfer ilmu

pengetahuan maupun sarana dan prasarana termasuk

didalamnya pemberian program (PUMP) NP2HP dimulai

sejak tahun 2011.

22

BAB III

ANALISIS

Suku Cirebon adalah perpaduan antara dua suku

besar yaitu suku Jawa dan suku Sunda. Akulturasi kedua

suku tersebut melahirkan suku yang mandiri yaitu suku

Cirebon. Sejak dahulu hingga sekarang suku Cirebon

adalah suku yang berbeda dari suku Jawa dan suku Sunda.

Hal itu terlihat dari jejak sejarah yang termuat dan

terungkap dalam kitab Purwaka Caruban Nagari, nama

“Cirebon” berasal dari kata Sarumban yang jika

diucapkan maka menjadi caruban. Seiring perkembangan

caruban berubah menjadi carbon, cerbon dan akhirnya

menjadi Cirebon. Sarumban memiliki arti Campuran, maka

Cirebon berarti Campuran.

Pada Abad 15 keberadaan Suku Cirebon bermula dari

sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Situasi

di Muara Jati sangat produktif. Sektor perdagangan

menjadi ladang usaha yang kuat di daerah tersebut.

Banyak kapal-kapal singgah disana termasuk kapal dari

luar negeri. Seiring perkembangan daerah Muara Jati

23

menjadi kerajaan Cirebon pada masa pangeran

Walangsungsang putra Prabu Siliwangi yang sampai saat

ini ada.   

Sejak perdagangan mulai berkembang pesat di daerah

Muara Jati yang sekarang menjadi Cirebon, perkembangan

Islam di daerah tersebut sudah mulai berkembang.

Mayoritas masyarakat Cirebon memeluk agama Islam.

Adapun Islam yang ada dalam masyarakat Cirebon memiliki

kekhasan. Hal itu karena Islam di Ceirebon

berakulturasi dengan kebudayaan setempat. Selain itu

penyebaran agam Islam berkembang pesat diantaranya

karena ada walisongo yang terkenal yaitu Sunan Gunung

Jati yang menyebarkan agama Islam di Daerah Cirebon.

Masyarakat Cirebon adalah masyarakat yang lahir

dari akulturasi budaya Sunda dan Jawa termasuk lahir

dari masa animisme dan dinamisme yang percaya kepada

hal-hal yang bersifat kepercayaan. Seiring perkembangan

zaman serta masuk agama Islam, masyarakat Cirebon lebih

mulai rasional dalam memandang apapun termasuk

persoalan yang ada. Banyak perubahan dalam masyarakat

Cirebon yang mengedepankan sikap-sikap rasional dalam

menentukan banyak hal dalam kehidupan.

Dalam segi tata kelola pemerintahan serta

organisasi sosial dalam masyarakat Cirebon terdapat

sistem pemerintahan seperti adanya Bupati dan Walikota

24

beserta aparatur. Namun secara budaya setempat dan

sejarah yang telah terjadi dalam masyarakat Cirebon

adapula Sistem pemerintahan kerajaan yaitu keraton.

Dalam lingkungan keraton ada keturunan raja yang

menjabat sebagai Sultan Cirebon. Ada beberapa keraton

di daerah Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton

Kanoman, dan Keraton Kacirebonan.

Untuk mata pencaharian masyarakat Cirebon

bervariatif seperti nelayan, pedagang, petani dan

industri. Cirebon terkenal dengan  mata pencaharian

nelayan dimana Cirebon adalah salah satu pemasok

terbesar terasi. Hal ini bisa kita urut dari sejarah

bahwa Cirebon adalah pelabuhan. Selain itu dari segi

nama Cirebon memiliki arti Ci adalah air dan Rebon

adalah udang. Di daerah pesisir selatan Cirebon

mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai

nelayan. Di daerah pegunungan atau daerah dekat pusat

kota masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai

petani. Adapula pabrik-pabrik dan toko-toko sebagai

mata pencaharian masyarakat Cirebon.

Ada hal yang unik dari masyarakat Cirebon yaitu

adalah bahasa. Masyarakat Cirebon dalam berkomunikasi

menggunakan bahasa Cirebon. Bahasa Cirebon mendapat

pengaruh dari budaya Sunda. Hal itu terjadi karena

Cirebon berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda

khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka, dan juga

25

dipengaruhi oleh Budaya China, Arab dan Eropa.  Bahasa

Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa

seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya isun

(saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi

oleh bahasa Jawa Baku.

Kekhasan masyarakat Cirebon terlihat dari

aktivitas mereka yang melakukan upacara Nadran atau

biasa orang-orang Cirebon menyebutnya Sedekah Laut.

Upacara sedekah laut ini juga dilakukan oleh masyarakat

Indramayu dan Subang. Dalam perkembangannya tradisi

upacara Nadran tidak hanya berkembang di masyarakat

Cirebon saja. Upacara Nadran adalah upacara adat

masyarakat pesisir cirebon untuk mengucapkan rasa

syukur kepada Allah SWT atas karunia dan rizki yang

telah diberikan kepada masyarakat setempat. Selain itu,

upacara Nadran merupakan bentuk penghormatan kepada

leluhur mereka, kepada penguasa laut agar diberikan

keselamatan dan dijauhkan dari malapetaka. Upacara Adat

Nadran dilakukan setahun sekali kisaran bulan Juli s.d.

Agustus. Nadran memiliki arti janji atau rasa syukur.

Nadran berasal dari kata nazar dalam bahasa Arab yang

memiliki arti janji. Janji atau rasa syukur masyarakat

pesisir Cirebon atas rezeki yang telah dilimpahkan yang

maha kuasa kepada mereka. Secara turun temurun, upacara

Nadran adalah upacara yang lahir dari akulturasi agama

26

Islam dan Hindu. Perpaduan tersebut menciptakan upacara

Nadran.

Dalam pelaksanaan upacara Nadran, pertama kali

yang dilakukan adalah menyembelih kerbau dengan cara

memotong kepala kerbau disertai memotong tumpeng.

Kepala kerbau tersebut dibungkus dengan kain putih

kemudian dengan sesaji lainnya dilepaskan ke tengah

laut memakai ancak sejenis replika perahu dan kepala

kerbau ditenggelamkan. Selain itu, nasi tumpeng dan

lauk pauk yang ada dibagi-bagikan kepada anggota

masyarakat lainnya. Kegiatan itu disebut bancaan atau

berkah. Pemakaian kerbau untuk dijadikan persembahan

bukan sapi karena sapi merupakan hewan yang suci dalam

agam Hindu sehingga mesti dipeliahra dan tidak boleh

dibunuh. Sapi juga merupakan jelmaan dewa. Maka dari

itu kerbau yang dijadikan persembahan. Selain kegiatan

memotong kepala kerbau dan melepasnya ke laut, kegiatan

lainnya dalam upacara Nadran adalah membacakan mantera-

mantera sambil membakar dupata atau kemenyan yang

bertujuan untuk memohon perlindungan, keselamatan dan

rizki yang banyak kepada para dewa laut. Pembacaan

mantera dalam upacara Nadran merupakan bagian untuk

memanggil roh-roh leluhur yang telah ikut menjaga

keselamatan masyarakat pesisir Cirebon dalam mencari

rezeki di laut.

27

Upacara Nadran bertambah semarak karena upacara

ini menampilkan hiburan wayang yang merupakan

kebudayaan Hindu. Selain itu, banyak tetabuhan dan

nyanyian dalam proses upacara Nadran yang semakin

bertambah semarak. Upacara Nadran yang dilakukaan

setiap setahun sekali oleh masyarakat Cirebon mempunyai

nilai-nilai filosofi yang kuat. Nilai-nilai yang

terbangun dari upacara tersebut adalah solidaritas,

etis, kultural dan religius yang tercipta dari simbol-

simbol yang ada dalam upacara tersebut. Nilai-nilai

kebersamaan yang ada dalam upacara Nadran ini menjadi

sebuah dorongan ke depan untuk membangun masyarakat

yang menjalankan nilai-nilai kebersamaan dan kepatuhan

terhadap yang maha kuasa.

Pengolahan dan pemasaran perikanan di Cirebon

sudah cukup baik dan sangat melimpah dibanding dengan

wilayah lain yang belum dikelola oleh Pemerintah

Kabupaten Cirebon secara optimal. Padahal kalau

dikelola secara optimal akan berdampak baik bagi

pertumbuhan ekonomi masyarakat didaerah pesisir.

Sehinga daya beli masyarakat di daerah pesisir akan

meningkat per tahunya. Yang menjadi penyebab

atau faktor utama kurang optimal memanfaatkan hasil

kelautan karena rendahnya sumber daya manusia (SDM) di

Kabupaten Cirebon dan masih terbatas sarana dan

28

prasarananya seperti tekonologi pengolahan hasil laut

yang masih terbatas.

Modernisasi perikanan atau blue revolution yang

telah berlangsung dan dikembangkan sampai saat ini,

belum sepenuhnya menunjukkan keberpihakan

(menguntungkan) khususnya kepada nelayan

kelas grassroot. Malah modernisasi perikanan menjadi

sebuah persoalan baru yang harus dihadapi. Beberapa

hasil penelitian telah mempublikasikan fenomena ini.

Bagi nelayan tradisional yang tidak mampu membeli alat

tangkap modern hanya 18 persen yang menyebutkan kondisi

ekonominya membaik dan mencapai 57,4 persen dari

responden yang menyatakan kondisinya justru semakin

buruk. Begitu juga jika ditinjau dari sisi pertumbuhan

volume dan nilai produksi, peningkatan yang dicapai

tidak serta merta secara signifikan dinikmati pula oleh

pelaku kecil (nelayan kelas grassroot) dalam sistem

ekonomi modern. Iskandar dan Matsuda (1998) menyebutkan

bahwa, margin yang jatuh ke tangan nelayan dan petani

ikan hanya sekitar 5 hingga 10 persen saja. Selebihnya,

jatuh pihak lain yakni, para tengkulak tingkat desa,

pedagang tingkat lokal, dan pedagang tingkat

regional. Sehingga bentuk pasar yang terjadi, cenderung

bersifat monopoli dan monopsoni.

Modernisasi yang secara ideologis seharusnya untuk

mensejahterakan nelayan tradisional justru realitanya

29

anomali. Karena itu, studi ini hendak mengisi wacana

baru dalam sosiologi masyarakat nelayan dengan

memfokuskan diri menelaah dinamika formasi sosial yang

terjadi akibat modernisasi yang telah

berlangsung. Pemahaman mendalam tentang modernisasi

perikanan dengan pendekatan teori sosiologi, diharapkan

dapat memberi sumbangsih pemikiran dan informasi dalam

upaya penyiapan tatanan kelembagaan untuk sebuah

keberlanjutan pembangunan (revolusi biru) sehingga

gerakan ini tidak mengulang “kegagalan” dari revolusi

hijau yang ternyata menyisakan wujud ketimpangan antar

petani di pedesaan (Damanhuri, 1996).

30

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang

obyeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu

pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah

memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan.

Wilayah Kotamadya Cirebon sebelah Utara

dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi

Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah

Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur

dibatasi Laut Jawa. Dengan kondisi yang strategis

ini, masyarakat Cirebon memiliki mata pencaharian

yang beraneka ragam. Namun setelah ditinjau lebih

dalam, ada beberapa mata pencaharian yang bersifat

umum dan menjadi mayoritas di kalangan warga

Cirebon. Kekhasan ini juga sudah tersebar

informasinya ke wilayah Jawa Barat yang lain.

Diantara yang paling menonjol adalah usaha pabrik

terasi. Selain itu juga banyak masyarakat yang

menjadi pembudidaya lele dan sebagai nelayan di

laut.

31

Selain mata pencaharian yang khas, adat

istiadat yang masih dilestarikan oleh warga Cirebon

juga mampu memperkenalkan identitas Cirebon. Satu

diantaranya adalah tradisi sedekah laut atau sering

disebut nadran. Sedekah laut di Cirebon dimaksudkan

sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas rezeki laut yang telah diperoleh selama 1

tahun melaut dan memohon agar dimasa mendatang dapat

menghasilkan lebih banyak lagi (ikan).

Jumlah usaha pengelolaan hasil kelautan setiap

tahunnya di Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan.

Hingga saat ini usaha dalam skala kecil (UDSK)

maupun menengah tercatat 64 mini plant dan 4 unit

pengolahan ikan (UPI), sebagian eksportir. Sedangkan

jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran hasil

perikanan mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Di pertengahan tahun 2013  tercatat 147

kelompok dengan rata-rata pertumbuhan kurang lebih

10 persen pertahunnya.

4.2 Saran

Bantuan yang diberikan dari kementrian kepada

Pemerintah Kabupaten Cirebon setidaknya sudah dapat

menjadi sarana  dan prasarana pendukung terhadap

peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat

pengolah, dan pemasar hasil. Program ini perlu

ditingkatkan dan dilanjutkan termasuk pemberian

32

peralatan secara berjenjang. Kabupaten Cirebon

memiliki garis pantai 54 KM, potensi kolam 784 Ha,

potensi tambak, 7500 Ha, yang dapat dimanfaatkan

untuk usaha sektor kelautan dan perikanan. Sehingga

oleh para nelayan hasil budidaya dan penangkapan

ikan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan olahan

makanan.

Meski demikian pemerintah daerah harus terus

dan selalu berupaya meningkatkan sumber daya manusia

melalui pelatihan-pelatihan, pembinaan bagi nelayan

maupun pengusaha hasil laut dan revitalitasi

peralatan pengolahan dengan

penerapan teknologi tepat guna yang disesuaikan

dengan karakteristik masyarakat setempat.

33

DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri R.. et.al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah

Pesisir dan Lautan secara teratur. Jakarta: PT Pradnya

Paramita.

Gunawan., 1999. Jejaring Pengan Sosial. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

Zaman JP. dan Darmawan ., 2000. Pengelolaan Sumber Daya

Pesisir Terpadu berbasis Masyarakat, Prosedur Pelatihan untuk

Pengikat Masyarakat Pesisir. Bogor: IPB.

http://cirebon24.com/bisnis/budidaya-ikan-lele-kota-

cirebon.html (diakses pada tanggal 10 Maret 2015

pukul 13.00)

http://budidaya-ikan.com/kisah-peternak-lele-yang-

untung-10-juta-hari/ (diakses pada tanggal 10

Maret 2015 pukul 13.10)

http://www.cirebonpost.com/index.php/guyonan/item/544-

terasi-buatancirebon/miliki-kualitas-terbaik

(diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.25)

http://bandung.bisnis.com/read/20111209/34231/118866/

produksi-terasi- di-cirebon-meningkat (diakses

pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.45)

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1160/upacara-

nadran- syukuran-masyarakat-cirebon (diakses

pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.50)

34

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1120/suku-

cirebon (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul

13.50)

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/

cirebon.pdf (diakses pada tanggal 10 Maret 2015

pukul 14.20)

http://www.pikiran-rakyat.com/node/230603 (diakses pada

tanggal 10 Maret 2015 pukul 14.40)

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-

nasional/14/05/14/n5jtrm-nelayan-cirebon-hadapi-

kondisi-rawan-pangan (diakses pada tanggal 10

Maret 2015 pukul 15.30)

35