Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren Mahasiswa
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, ini adalah sebuah
kenyataan yang tak terbantahkan dan memang sudah
kodratnya demikian. Namun terkadang kita tidak paham
dengan ruang lingkup sosial yang ada di sekitar kita,
dan itu membuat sering terjadinya salah paham yang
berujung pada konflik. Manusia juga diciptakan oleh
Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional sehingga
kita berinteraksi secara makhluk individu ataupun
sebagai makhluk sosial. Selain itu sebagai makhluk
ciptaan Tuhan kita juga mempunyai segi spritualitas,
sehingga manusia mempunyai tiga sisi yaitu sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk
spiritual.
Dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan
manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
1
kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya.
Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh
manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi
manusia lainnya. Sehingga fungsi-fungsi sosial yang
diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling
berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia
lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi sangat
bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya.
Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari adanya
kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan
demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh
berbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia
memiliki kebutuhan masing-masing secara individual
maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang bisa
diadaptasi oleh masing-masing manusia. Penyelarasan
kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan individu, kelompok,
dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
2
konsentrasi utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya
yang beradab.
Sosiologi komunikasi mengungkapkan bahwa tindakan
awal untuk menyelaraskan fungsi-fungsi sosial yang ada
di dalam manusia, adalah dengan melakukan interaksi
sosial, atau tindakan komunikasi antara satu pihak
dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi manusia ini
bisa berupa tindakan verbal, non-verbal, atau bahkan
bersifat simbolis. Kebutuhan manusia akan interaksi
sosial melahirkan budaya-budaya yang beragam nilai dan
norma-normanya. Nilai dan norma ini dibentuk oleh
manusia agar tercipta keseimbangan sosial (social
equilibrium) antara hak dan kewajiban sehingga tercipta
tatanan sosial (social order) dalam proses kehidupan
bermasyarakat.
Karena salah satu unsur terpenting dari kehidupan
sosial manusia adalah komunikasi, maka lahirlah
kebutuhan ilmu untuk mengkaji kekhususan dalam studi-
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
3
studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi.
Sosiologi komunikasi membaca fenomena sosial melalui
perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus
komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok
masyarakat, budaya, dan dunia terutama antar kalangan
mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan riil
tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk mengkaji
secara mendalam dan mengungkap dinamika sosiologi
komunikasi Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana model sosiologi komunikasi antar
mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya ?
2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh
mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya dalam rangka membangun sosiologi
komunikasi ?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan mendasar dilakukannya penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana model sosiologi
komunikasi antar mahasiswa di Pesantren Mahasiswa
UIN Sunan Ampel Surabaya
2. Untuk mengetahui dan mengatasi kendala-kendala apa
saja yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam rangka
membangun sosiologi komunikasi
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kehadiran penelitian ini diharapkan berguna bagi
peneliti sendiri, seluruh
civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya (mahasiswa,
tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan para pimpinan
lembaga), maupun masyarakat cendekia yang berada di
ranah luar institusi UIN Sunan Ampel Surabaya mengenai
model sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
5
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya mengenai
pola, bentuk, media, faktor pendorong, dan sekaligus
faktor penghambat dan juga kendala-kendala apa saja
yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN
Sunan Ampel Surabaya dalam rangka membangun sosiologi
komunikasi
E. DEFINISI KONSEP
Ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan
klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya
dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Suatu hal atau persoalan yang dirumuskan dalam
merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai
dengan maksud kita memakainya.
Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi
antar manusia dan memunkinkan manusia untuk berpikir.
Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau
representasi intelektual yang abstrak dari situasi,
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
6
obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide
atau gambaran mental.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini memuat lima bab yang masing-
masing mempunyai relasi, diantaranya:
BAB I ; Berisi mengenai Pendahuluan yang
disajikan pokok permasalahan, dalam bab ini memuat
diantaranya; latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian,definisi konsep,
dan sistematika pembahasan.
BAB II ; Tinjauan Pustaka, meliputi : pertama,
tentang Sosiologi Komunikasi yang mencakup :Pengertian
Sosiologi Komunikasi, Ruang Lingkup Sosiologi
Komunikasi, dan Pola-pola Pendekatan Sosiologi
Komunikasi, Kedua tentang Komunikasi Antarpersonal dan
Komunikasi Kelompok sebagai Bagian dari Sosiologi
Komunikasi, dan ketiga, Teori Sosiologi Komunikasi
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
7
tentang Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi
Kelompok.
BAB III ; Metode Penelitian yang mencakup tentang
Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Tahap-tahap
Penelitian, Instrumen Penelitian, Metode Pengumpulan
Data, dan Analisis Data.
BAB IV ; Penyajian dan Analisis Data meliputi :
Deskripsi Obyek Penelitian, Hasil Penelitian, dan
Telaah Teori tentang Hasil Penelitian.
BAB V ; Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran,
dan pada bagian akhir karya ilmiah: terdiri dari daftar
pustaka.
Untuk lebih jelasnya Laporan penelitian ini dibagi atas
beberapa bab.
1. Bagian Pertama (Pendahuluan)
Pada Bab I ini terdiri dari beberapa sub pokok bab
yang meliputi antara lain:
a. Latar Belakang Masalah
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
8
Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari
penulis terhadap topik permasalahan yang
bersangkutan.
b. Rumusan Masalah
Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus
merumuskan masalah dalam penelitian yang
bersangkutan.
c. Tujuan Penelitian
Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai
dan diharapkan dari penelitian ini dengan
memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
d. Manfaat Penelitian
Sesuatu yang dapat diambil dari obyek yang
diteliti oleh peneliti yang dijadikan sebagai
bahan laporan yang awalnya peneliti hanya
menghipotesis saja namun dengan melakukan
penelitian maka peneliti akan mengetahui apa yang
selama ini hanya hipotesis menjadi kenyataan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
9
Untuk orang lain yaitu sesuatu yang dapat
dipelajari dan diambil dari hasil penelitian yang
telah disusun rapi oleh peneliti yang kemudian
dibaca oleh pembaca dan dapat diperoleh kesimpulan
yang bermanfaat daloam kehidupannya.
e. Definisi Konsep
Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri sesuatu yang mempermudah
komunikasi antar manusia dan memunkinkan manusia
untuk berpikir. Definisi konsep yang lain adalah
sesuatu yang umum atau representasi intelektual
yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa,
suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran
mental.
f. Sistematika Pembahasan
Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari
Penulisan Karya tulis ilmiah.
g. Metode Penelitian
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
10
Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian,
mencakup cara pengumpulan data, alat yang
digunakan dan cara analisa data.
1) Jenis-Jenis Metode Penelitian: Studi Pustaka:
Semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau
jurnal.
2) Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi
penelitian.
3) Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di
atas.
2. Bagian Kedua (Tinjauan Pustaka)
Pada Bab II Tinjauan Pustaka ini terdiri dari
beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :
a. Konsep atau terminologi yang diteliti
Penjelasan mengenai makna atau definisi masalah
yang di teliti diserati sumber kutipan.
b. Teori
Teori yang digunakan dalam sebuah penelitian
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
11
3. Bagian Ketiga (Metode penelitian)
Pada Bab Metode penelitian ini Menjelaskan cara
pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan
alat-alat analisis yang ada.
4. Bagian Keempat (Penyajian dan Analisis Data)
Pada Bab Penyajian dan Analisis Data ini terdiri
dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :
a.Deskripsi Obyek Penelitian
Deksripsi penelitian di dapat dari teknik
pengumpulan data, alurnya logis, sistematis dan
kronologi.
b. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan hasil dari wawancara
yang didapat dari narasumber yang dilakukan secara
langlung bertatap muka, kemudian dirangkum dan
dijadikan satu sehingga memperoleh suatu hasil
penelitian yang signifikan dan faktual.
c. Telaah Teori tentang Hasil Penelitian
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
12
Telaah teori tentang hasil penelitian memiliki
beberapa tujuan penting yang beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut:1
1) Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep
penting yang digunakan, serta penjelasan aspek-
aspek yang tercakup didalamnya. Meskipun
penelitian kualitatif tidak pernah dimaksudkan
untuk mengungkap hipotesis sehingga peneliti
memang tidak harus berpegang pada definisi-
definisi tertentu untuk konsep-konsep yang
digunakan, tetapi peneliti tetap membutuhkan
penjelasan mengenai konsep yang dihadirkan.
2) Memperoleh pijakan untuk dapat mengemukakan
penjelasan-penjelasan teoritik tentang
pendekatan-pendekatan yang digunakan peneliti
dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
1 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LKIS, Yogyakarta, 2007), hlm. 81-83.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
13
3) Memperoleh acuan dalam upaya mengidentifikasi
dan mengemukakan justifikasi mengenai ruang-
ruang lingkup dari gejala komunikasi yang
diteliti.
4) Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-
posisi penelitian yang sedang dilakukan di
antara penelitian-penelitian lain yang sudah
ada sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-
catatan kritis terhadap penelitian maupun
pendekatan-pendekatan yang digunakan.
5) Memperoleh ilustrasi penelitian sejenis baik
dilihat dari segi metode dan atau prosedur
penelitian yang digunakan maupun temuan-temuan
yang dihasilkan peneliti lain.
6) Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi
hasil (temuan) penelitian yang dilakukan
diantara hasil-hasil (temuan) penelitian lain.
5. Bagian Kelima (Penutup)
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
14
Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau
ditambahkan Saran.
a.Kesimpulan
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis,
yang diperoleh dari penelitian.
b.Saran
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan
dengan hasil penelitian.
6. Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah,
dll), yang digunakan dalam penulisan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi
bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, dimana
Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi
yang beraliran jerman sementara Claude Henry Saint-
Simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim merupakan
nama-nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
Sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur.
Kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Talcott
Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan
paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori
komunikasi yang beraliran struktural fungsional.
Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan
Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya
teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
16
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian
pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan interaksi
sosial antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang
disebut oleh Comte dengan ”Social Dynamic”, kesadaran
Kolektif” oleh durkheim dan interaksi Sosial Oleh Marx
serta ”tindakan komunikatif” dan ”teori komunikasi”
oleh Habernas adalah awal mula lahirnya perspektif
sosiologi komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam
itu, maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif
sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan
lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif
struktural fungsional maupun dalam perspektif konflik.
Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan
Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi,
sumbangan dari perspektif struktural fungsional dalam
sosiologi yang diajarkan oleh Talcott Parson dalam
teori sistem tindakan maupun dalam skema Agil, serta
kajian Robert K. Merton tentang struktur fungsional,
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
17
struktur sosial dan anomi, merupakan sumbangan-
sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teor-
teori komunikasi di waktu-waktu berikutnya.
Dahulu mengenai konsep-konsep penting yang
berhubungan dengan sosiologi komunikasi adalah konsep
sosiologi, masyarakat dan komunikasi. Sosiologi.
Konsep-konsep tersebut merupakan konsep penting yang
kemudian melahirkan studi-studi integratif serta
terkait satu sama lain sehingga melahirkan studi-studi
interelasi yang penting untuk dibicarakan disini
sekaligus sebagai ruang lingkup dalam studi-studi
sosiologi komunikasi.
Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak
orang menggunakannya untuk berbagai keperluan. Sampai
saat ini masih saja banyak orang yang latah menggunakan
kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya.
Sama saja halnya dengan orang memakai cincin. Memang
cincin di pasangkan pada jari tanggan. Akan tetapi ada
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
18
saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu
jari. Pada hal sebaiknya, agar indah dipandang tentunya
dipasang pada jari manis.2
1. Pengertian Sosiologi Komunikasi
Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi
adalah kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi
sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang
menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara
para individu, individu dengan kelompok maupun
antarkelompok. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi
komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking,
yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik.
Secara komprehensif sosiologi komunikasi
mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala
aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut
2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2010), hlm. 55.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
19
seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan
dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai
akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana
perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong
oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial
macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat
dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
Komunikasi di dalam masyarakat dibagi dalam 5 jenis:
1) Komunikasi individu dengan individu (komunikasi
antar pribadi)
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar
perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi
secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak
langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan
percakapan tatap muka, percakaan melalui telepon,
surat-menyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah
bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
20
(relationship), percakapan (discourse), interaksi, dan
karakteristik komunikator.
2) Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya
kepada interaksi di antara orang-orang dalam
kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga
melibatkan komunikasi antarpribadi. Bahasan
teoretis meliputi dinamika kelompok, pola dan
bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan.
3) Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan
bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan
jaringan organisasi. Komunikasi organisasi
melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi
dan komunikasi kelompok. Pembahasannya meliputi
struktur dan fungsi organisasi, hubungan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
21
antarmanusia, komunikasi dan proses
pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi.
4) Komunikasi sosial
Komunikasi sosial adalah salah satu bentuk
komunikasi yang lebih intensif, di mana komunikasi
terjadi secara langsung antara komunikator dan
komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung
dua arah atau lebih diarahkan kepada pencapaian
suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan
ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah
yang dibahas. Komunikasi sosial sekaligus suatu
proses sosialisasi dan untuk pencapaian stabilitas
sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama
dan baru yang diagungkan oleh suatu masyarakat
melalui komunikasi sosial kesadaran masyarakat
dipupuk, dibina, dan diperluas. Melalui komunikasi
sosial, masalah-masalah sosial dipecahkan melalui
konsensus.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
22
5) Komunikasi massa
Komunikasi massa menurut Mc Quail adalah
komunikasi yang berlangsung pada tingkat
masyarakat luas. Pada tingkat ini komunikasi
dilakukan dengan manggunakan media massa.
Selanjutnya Mc Quail mengatakan ciri-ciri utama
komunikasi massa:
a) Sumbernya adalah organisasi formal dan
pengirimnya adalah profesional
b) Pesannya beragam dan dapat diperkirakan
c) Pesan diproses dan distandarisasikan
d) Pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual
dan simbolik
e) Hubungan antara komunikan dan komunikator
berlangsung satu arah
f) bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif
Dengan demikian, lingkup komunikasi massa
menyangkut sumber pemberitaan, pesan komunikasi,
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
23
hubungan komunikan dan komunikator, dan dampak
pemberitaan terhadap masyarakat.
Jadi, Sosiologi komunikasi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang ilmu komunikasi dari sudut
sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas
tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik
sebagai aktivitas sosial, interaksi sosial antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok dan
kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari
komunikasi dalam masyarakat tersebut.
Atau juga bisa diartikan, sebagai Suatu ilmu yang
mempelajari atau meneliti tentang struktur sosial dan
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial
didalam masyarakat yang mempengaruhi proses penyampaian
pesan baik verbal maupun nonverbal dari komunikator
kepada komunikan guna untuk menimbulkan feedback atau
umpan balik yang sesuai dengan harapan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
24
Sosiologi komunikasi berpendapat bahwa tindakan
awal dalam penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan
berbagai kebutuhan manusia diawali oleh dan dengan
melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi
satu dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial
dan tindakan komunikasi itu dilakukan baik secara
verbal, nonverbal, mapun simbolis. Kebutuhan adanya
sinergi fungsional dan akselerasi positif dalam
melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan
lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang
adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu
mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai
kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial
(sosial equilibirium) antara hak dan kewajiban dalam
pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi
keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial (social
order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di
waktu yang akan datang.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
25
Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah
komunikasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh
sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting
dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif
ini dalam sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka
lahirlah kebutuhan untuk mengkaji kekhususan dalam
studi-studi sosiologi yang dinamakan Sosiologi
Komunikasi, yaitu perspektif kajian sosiologi tentang
aspek-aspek khusus komunikasi dalam lingkungan
individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan dunia.
2. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi
Adapun ruang lingkup kajian sosiologi komunikasi
adalah gejala, pengaruh dan masalah sosial yang
disebabkan oleh komunikasi. Ruang lingkup kajian
sosiologi, yaitu pengaruh atau akibat-akibat sosial
yang terjadi atau ditimbulkan oleh komunikasi. Dalam
hal ini yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana
masalah sosial itu terjadi. Aspek komunikasi apa atau
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
26
yang bagaimana yang menyebabkan timbulnya masalah
tersebut. Dan dalam bahasan mata kuliah sosiologi
komunikasi ini akan difokuskan pada sosiologi
komunikasi massa. Pada dasarnya antara penelitian
dibidang komunikasi dengan sosiologi komunikasi tidak
mempunyai hubungan yang langsung. Akan tetapi
penelitian dibidang komunikasi mempunyai kecenderungan
untuk melakukan penelitian tentang:
a) Struktur, pusat perhatian, perilaku masyarakat
yang menjadi sasaran komunikator, maksudnya
bagaimana sesuatu peran itu disampaikan, ataupun
apakah yang akan menjadi pusat perhatian
penelitian tersebut.
b) Efektifitas komunikasi massa, maksudnya sejauh
mana pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh
komunikasi massa.
c) Efek-efek sosial dari komunikasi massa, maksudnya
bagaimanakah pengaruh sosialdari komunikasi massa.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
27
Dan inilah sebenarnya yang menjadi salah satu
bidang kajian sosiologi komunikasi massa.
Dengan memperhatikan lingkup kajian sosiologi
komunikasi tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa
komunikasi dengan media massa mempunyai sifat-sifat
atau ciri-ciri tertentu, disamping itu berbagai aspek
komunikasi lainnya dapat pula menimbulkan akibat-akibat
atau pengaruh sosial lainnya, misalnya, sistem
komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis,
unsur-unsur komunikasi dapat menimbulkan pengaruh
sosiologis. Gejala-gejala sosiologis yang terbentuk
dalam berbagai kemungkinan antar lain:
a) Suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan
pengaruh terhadap masyarakatnya, maksudnya, suatu
sistem akan menentukan bagaimana suatu kegiatan
itu akan dilaksanakan, sehingga hal ini juga
mengandung suatu pengertian bahwa sistem
komunikasi massa akan mempengaruhi masyarakatnya,
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
28
misalnya sistem komunikasi massa komunis mempunyai
pengaruh tertentu kepada masyarakatnya.
b) Sistem komunikasi massa dapat menyampingkan media
komunikasi tradisional yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat.
c) Sistem komunikasi massa merupakan sarana yang kuat
dan luwes untuk menpengaruhi masyarakat sehingga
suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan
pengaruh sosiologis yang kuat.
d) Sistem komunikasi massa dapat menimbulkan sikap
dan pandangan yang seragam terhadap gejala sosial
tertentu, maksudnya, sistem tersebut dapat
mempengaruhi penilaian masyarakat mengenai suatu
masalah sosial tertentu yang ditimbulkan oleh
media komunikasi massa.
Menurut Bungin, sosiologi komunikasi terdiri dari
4 konsep yang sekaligus menjadi ruang lingkup sosiologi
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
29
komunikasi. Ke-empat konsep tersebut yakni sosiologi,
masyarakat, komunikasi, dan teknologi media/informasi.3
a.Sosiologi
Asal kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie,
yaitu bercocok tanam atau bertanam, kemudian berkembang
menjadi Socius (bhs. Latin) yang berarti teman, kawan.
Bearkembang lagi menjadi kata sosial yang
berartiberteman, bersama, berserikat. Kata sosial
secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai kejadian
dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan
selanjutnya dengan pengertian itu bermaksud untuk
mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu
persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian
itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam
kehidupan bersama.
Dengan kata lain menurut Hassan Shadily, Sosiologi
adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang
3 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 27.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
30
mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau
masyarakatnya masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan
adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah
laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan
yang meliputi segala segi kehidupannya.
Berikut pengertian sosiologi menurut para ahli
diantaranya adalah:
1) Van der Zanden Memberikan batasan bahwa sosiologi
merupakan studi ilmiah tentang interaksi antar
manusia.
2) Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok.
3) William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat
bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah
terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu
organisasi sosial.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
31
4) Pitirim Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang:
a) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala-gejala sosial (misalnya antara
gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan
moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat
dengan politik dan lain sebaginya);
b) hubungan dengan pengaruh timbal balik antara
gejala sosial dengan gejala non sosial
(misalnya gejala geografis, biologis dan
sebagainya)
c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial.
5) Prof. DR. Selo Soemardjan dalam bukunya “Setangkai
Bunga”, Sosiologi mendefinisikan proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat, hubungan antara masyarakat dan akibat dari
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
32
hubungan tersebut. Karena sosiologi objeknya adalah
masyarakat maka cakupan dari objek sosiologi itu adalah
individu, kelompok, dan masyarakat. Proses hubungan
inilah yang biasa disebut dengan istilah interaksi
sosial.
Dengan melihat pengertian sosiologi dan objek
sosiologi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
sosiologi mempunyai fungsi:
1) Berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang
sedalam-dalamnya tentang masyarakat.
2) Mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin
dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan-
persoalan masyarakat.
3) Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada
interaksi manusia.
b.Masyarakat
Menurut Ralph Linton, masyarakat adalah sekelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
33
lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas.
Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan.
Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu
sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang atau
lebih, tetapi minimal adalah dua orang. Manusia
tersebut hidup bersama dalam waktu cukup lama, dan
akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling
berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara
manusia itu, kemudian melahirkan keinginan,
kepentingan, perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya.
Keseluruhan itu kemudian mewujudkan adanya system
komunikasi dan suatu kesatuan sosial peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam
masyarakat tersebut. Dalam sistem hidup tersebut, maka
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
34
muncullah budaya yang mengikat antara satu manusia
dengan lainnya.
c.Komunikasi
Masih ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang
dalam bahasa Inggris disebut communication, berasal
dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana Anda telah
pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi,
kata communicatio berasal dari kata communis yang
artinya sama. Tentu saja, konteks sama yang dimaksudkan
ialah sama makna.4
Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda
terlibat dalam percakapan dengan teman Anda, dimana
tidak saja menggunakan bahasa yang sama, namun juga
Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari
4 Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 53
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
35
apa yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan
makna lebih mengarah pada kesamaan pandangan di antara
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi mengenai isi
dari pesan tersebut.
Berikut adalah pengertian komunikasi menurut
beberapa ahli. Beberapa teori yang dikemukakan dalam
buku Teori Komunikasi antara lain dari:
1) Anderson: Komunikasi adalah suatu proses dengan
mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang
lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan
secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang
berlaku.
2) Margarete Mead: Interaksi, juga dalam tingkatan
biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi,
karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan
kebersamaan tidak akan terjadi.
3) Barnlund: Komunikasi timbul didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
36
ketidakpastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego.
4) Berelson dan Steiner: Komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian
dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol
seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan
lain-lain.
5) Onong Uchyana: Proses komunikasi pada hakikatnya
adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan
oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan,
informasi, opini, dan lain-lain yang muncul
kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan,
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati.
6) Sean Mac Bride komunikasi adalah proses pengoperan
lambang-lambang yang mengandung arti dari
komunikator kepada komunikan dengan tujuan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
37
tertentu, baik melalui media maupun tidak, sarana
atau tidak bersarana. Lambang yang berisi pesan
yang membawa pesan dan sarana yang membawa pesan
tersebut sebenarnya adalah dua muka dari satu
kenyataan. Lambang, gerak, angka, kata-kata,
gambar semuanya adalah sarana komunikasi, dan
medianya adalah tangan, halaman cetak, radio atau
televisi, tidak hanya membawa pesan tetapi
sekaligus sebagai lambang komunikasi.5
Pada prinsipnya pernyataan ini benar, bahwa
lambang gerak bahasa dan lainya itu adalah sarana dan
media komunikasi. Onong Uchjana Effendi dalam membahas
komunikasi primer dan sekunder6 serta membenarkan
lambang tersebut juga media, yakni sebagai media
primer.
Untuk kepentingan pendefinisian komunikasi,
umumnya para pakar ilmu komunikasi merujuk pada5 Sean Macbride, Many Voices One Word, dalam “Aneka Suara Satu Dunia”, Unesco-Balai Pustaka, hlm. 83
6 Onong Uchjana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan Komunikologis, Remaja Karya, Bandung, 1986, hlm. 93
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
38
pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The Structure
and Function of Communication in Society. Lasswell yang
menjelaskan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut:
Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect? Bila
diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa
dengan Saluran Apa kepada Siapa dan dengan Efek Apa?
Bila Anda menyimak baik-baik formulasi Lasswell ini
maka Anda akan dapat memahami elemen-elemen penting
dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu.
Kata who (siapa) dalam konteks komunikasi merujuk
kepada seorang pemberi pesan.Pemberi pesan ini biasanya
dikenal dengan sebutan sumber informasi, komunikator,
atau pengirim pesan.
Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang
diperkatakan. Dalam hal ini pesan atau isi dari
percakapan/pembicaraan.Pesan ini lalu kita kenal dengan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
39
sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan
non verbal (menggunakan bahasa isyarat).
In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada
alat atau saluran atau media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan, manusia
dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam
berkomunikasi. Media yang paling praktis dan semua
orang menggunakannya saat berkomunikasi adalah panca
indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran
komunikasi menggunakan alat bantu seperti telephon,
telegram, dan surat). Ada juga saluran komunikasi yang
digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar
(massa) yaitu media cetak dan elektronik.
To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima
pesan.Penerima pesan ini disebut juga sebagai
komunikan, atau receiver.Bila anda berinisiatif
menelpon sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut
sebagai komunikan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
40
With what effect (dengan efek apa) merujuk pada
pengaruh yang ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini
dapat meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap lawan bicara.7
Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat
menyimpulkan bahwa komunikasi itu terdiri dari
sekurang-kurangnya 5 unsur yakni:
1) Komunikator (pemberi informasi).
2) Pesan.
3) Media (saluran).
4) Komunikan (penerima informasi/pesan).
5) Efek (pengaruh).
Kesimpulannya ialah komunikasi adalah proses
pengiriman pesan baik verbal maupun nonverbal dari
komunikator kepada komunikan untuk mengahasilkan timbal
balik.8
7 Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta;Rajawali Pers, 1998), hal. 56.
8 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal 17-19.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
41
d.Teknologi Komunikasi Dan Informasi
Teknologi komunikasi merupakan ruang lingkup
ketiga dari sosiologi komunikasi. Menurut Alter,
teknologi informasi mencakup perangkat keras dan
perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah
tugas pemrosesan data seperti menangkap,
mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi,
atau menampilkan data.9 Sedangkan menurut Martin
mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas
pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat
lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan
informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi
untuk mengirimkan informasi.10 Berdasarkan definisi
tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa
teknologi komunikasi berhubungan erat dengan perangkat
9 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 30.
10 Ibid.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
42
keras dan lunak yang dapat digunakan untuk memproses
dan mengirimkan informasi.
Ruang lingkup sama dengan domain, atau bisa juga
dikatakan sebagai wilayah kerja. Sebagai sebuah
disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ruang
lingkup / domain.
Menurut Bungin, domain atau ruang lingkup
sosiologi adalah individu, kelompok, masyarakat, dan
sistem dunia. Selanjutnya, ruang lingkup ini juga
bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti
komunikasi, efek media massa, budaya kosmopolitan,
proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi
dan komunikasi.11 Ruang lingkup dari sosiologi
komunikasi seolah-olah, sama dengan ruang lingkup dari
sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi
komunikasi tidak mengambil utuh ruang lingkup dari
sosiologi. Begitu pula dengan komunikasi. Ruang lingkup
sosiologi komunikasi juga tidak mengambil ruang lingkup
11 Ibid. Hal. 37.[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika
Sosiologi Komunikasidi Pesantren Mahasiswa
43
komunikasi secara keseluruhan. sosiologi komunikasi
menjembatani kajian-kajian yang dibicarakan baik dalam
bidang ilmu komunikasi maupun sosiologi. Sebagaimana
dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi
komunikasi bahwa sosiologi komunikasi bukanlah ilmu
yang berdiri sendiri. Sosiologi komunikasi merupakan
salah satu cabang dari sosiologi yang secara khusus
membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan proses
komunikasi dalam masyarakat.
Setelah anda memahami konsep-konsep sosiologi dan
komunikasi, sekarang apa yang anda ketahui tentang
sosiologi komunikasi. Secara sederhana, anda dapat
membuat definisi sederhana dengan menghubungkan kedua
konsep tersebut.
Namun untuk menyeragamkan pemahaman, tidak ada
salahnya kalau anda memperhatikan beberapa pengertian
berikut ini. Stephen F. Steele dalam Anne Arundel
Community College and The Society for Applied Sociology (2002),
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
44
sebagaimana dikutip Liliwery (Tanpa Tahun, hal 4),
bahwa sosiologi komunikasi adalah studi yang
mempelajari perilaku kolektif akibat media.
Selanjutnya, Liliwery sendiri memahami sosiologi
komunikasi dalam dua bagian yakni level makro dan
mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery berpendapat
bahwa sosiologi komunikasi merupakan cabang dari
sosiologi yang mempelajari atau menerangkan mengenai
prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi)
tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam
kelompok atau masyarakat. Sementara dalam artian sempit
(mikro), Liliwery mendefinisikan sosiologi komunikasi
sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau
yang menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan
(ilmu sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses
komunikasi manusia dalam konteks komunikasi massa dari
suatu masyarakat.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
45
Apa kesimpulannya? Ingat, sosiologi komunikasi
adalah cabang dari sosiologi. Secara sederhana anda
dapat mengatakan bahwa sosiologi komunikasi adalah
cabang dari sosiologi yang mempelajari bagaimana proses
pertukaran pesan/informasi terjadi dalam konteks
masyarakat.
3. Pola-Pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi
Untuk menghasilkan suatu teori, maka kajian-kajian
ilmiah harus memiliki pendekatan-pendekatan, demikian
halnya dengan teori-teori sosiologi komunikasi. Ada
tiga pendekatan utama sosiologi komunikasi, yaitu:
a. Pendekatan struktural-fungsional.
Ini merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan
strukturalisme dan fungsionalisme. Pendekatan
strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan
masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap
struktur tersebut. Pendekatan ini hanya melihat
masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
46
struktur pembangun di dalamnya. Sedangkan
fungsionalisme lebih cenderung kepada kajian bahwa
setiap komponen dalam masyarakat mempunyai fungsi dan
peran di dalam masyarakat. Kajian ini mengutamakan
fungsi tersebut dan lebih mengabaikan struktur, bahwa
setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika tidak
maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.
Maka kombinasi antara strukturalisme dan
fungsionalisme ini memandang bahwa masyarkat tidak
hanya sebagai kesatuan struktur saja atau fungsi saja,
tapi cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari
strukturnya maupun fungsinya dan hubungan di antara
keduanya.
Pendekatan struktural-fungsional terkenal pada
akhir 1930-an, dan mengandung pandangan makroskopis
terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan ini bersumber
pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile
Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropog
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
47
sosial Inggris, namun yang pertama yang mengemukakan
rumusan sistematis mengenai teori ini adalah Halcot
Parsons, dari Harvard. Teori ini kemudian dikembangkan
oleh para mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa
tersebut, terutama di Amerika.
Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar:
1) Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-
struktur yang dalam fungsi-fungsi mereka masing-
masing saling bergantung, sehingga perubahan-
perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-
struktur dengan sendirinya akan tercermin pada
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-
struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis
sosiologis adalah menyelidiki mengapa suatu hal
berpengaruh kepada hal lainnya, dan sampai sejauh
mana pengaruh tersebut.
2) Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai penopang
aktivitas-aktivitas atau substruktur-substruktur
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
48
lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh
sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga,
perekonomian, politik, agama, pendidikan,
rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.
b. Pendekatan konflik.
Baik konflik nilai (the conflict of values)
ataupun konflik kepentingan (the conflict of interest).
Adapun pendekatan Marxien atau pendekatan konflik
merupakan pendekatan alternatif paling menonjol saat
ini terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial
makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat
terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis
internasional. Meskipun sebagian besar tulisannya ia
tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi
banyak asumsinya yang dalam pengertian modern diakui
sebagai teori sosiologis.12 Namun para pengikut
sosiologi Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis
12 Josefh S, Sociologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora (Jakarta:Bina Aksara, 1984) . Hal 22.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
49
dan ideologi Marx secara sangat eksplisit, sedangkan
praktek ideologis hanya secara implisit terdapat dalam
tulisan-tulisan para penganut pendekatan sturuktural-
fungsional.
Sosiologi Marx didasarkan pada dua asumsi pokok yaitu:
1) Ia memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor
penentu utama semua kegiatan kemasyarakatan.
2) Ia melihat masayarakat manusia terutama dari sudut
konflik di sepanjang sejarah. Menurut Marx, motif-
motif ekonomi dalam masyarakat mendominasi semua
struktur lainnya, seperti agama, keluarga, hukum,
seni, sastra, sains dan moralitas.
Ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah
manusia secara sedikian rupa, sehingga sampai-sampai ia
berpandangan sumber daya ekonomi dikuasai oleh
segelintir orang tertentu, sementara golongan
masyarakat lainnya ditakdirkan untuk bekerja untuk
mereka dan tetap bergantung pada kemurahan hati
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
50
segelintir penguasa. Karenanya Marx melihat masyarakat
terbagi jadi dua kelas:
1) Kelas pemilik yang selalu mengekploitasi yang
disebut dengan kaum Borjouis.
2) Kelas buruh yang senantiasa terekploitasi yang
dikenal dengan kaum Proletar.
Pengeksploitasian terus menerus ini menurut Marx
mengharuskan terjadinya revolusi-revolusi.
Bertolak dari memandang sejarah manusia dengan
cara seperti ini, Marx mengajukan teori sosialismenya
yakni sautu solusi final agar seluruh sumber daya dapat
dimiliki oleh semua orang. Revolusi-revolusi lanjutan
tidak lagi diperlukan karena idealnya tidak akan adala
lagi kelaparan,peng eksploitasian dan konflik.
c. Pendekatan interaksionisme-simbolis.13
Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang
menggunakan interdisiplin, yakni interaksionisme yakni
13 Ilyas Ba-Yunus, Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib (Bandung: Mizan, 1996) h. 20-24.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
51
sebuah pendekatan yang mengkaji hubungan-hubungan yang
terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini
digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi
bahwa semua interaksi dalam masyarakat hanya akan
terlihat dengan jelas bila dihubungkan dengan simbol-
simbol yang berlaku di kalangan mereka.
Sedangkan pendekatan interaksionisme-simbolis
merupakan sebuah perspektif mikro dalam sosiologi yang
barang kali sangat spekulatif pada tahapan analisanya
sekarang ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit
sekali prasangkan ideologis, walaupun meminjam banyak
dari lingkungan Barat tempat dibinanya pendekatan itu.
Sebagaimana dipesankan oleh namanya,
interaksionisme-simbolis lebih sering disebut sebagai
pendekatan interaksionis saja-bertolak dari interaksi
sosial pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro
ini, tidak seperti jenis lain psikologi sosial, ia
diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
52
menangkap keseluruhan masyarakat sebagai penentu proses
dari banyak interaksi. Manusia dipandang mempelajari
situasi-situasi yang bisa serasi atau bisa pula
menyimpang, mempelajari situasi-situasi transaksi-
trasnsaksi politis dan ekonomis, situasi-situasi di
dalam dan diluar keluarga, situasi-situasi permainan
dan pendidikan, situasi-situasi organisasi, formal dan
informal dan seterusnya.
Pendekatan ini bisa dicontohkan dengan kajian
interaksi pada tingkat keluarga, yang kemudian juga
mengkaji bagaimana interaksi itu bisa berpengaruh
kepada interaksi pada tingkat yang lebih tinggi yakni
interaksi masyarakat. Maka interaksi di tingkat
keluarga ini akan sangat kental mempengaruhi dan
mencoraki interaksi di tingkat yang lebih tinggi.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
53
B. KOMUNIKASI ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA SEBAGAI BAGIAN DARI SOSIOLOGI
KOMUNIKASI
Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa
terlepas dari komunkasi. Namun dalam melakukan
komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya
dengan efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang yang
terlibat dalam komunikasi itu berbeda budaya, kesalahan
dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa
komunikasi tidak bisa dihindari.14 Kesalahan ini dapat
menyebabkan terjadinya suasana yang tidak diharapkan
bahkan dapat menimbul pertikaian yang menjurus
munculnya konflik sosial.
Menurut Erving Goffman, proses untuk menampilkan
diri agar memiliki kesan lebih baik semacam ini disebut
“proses pengelolaan kesan” alias “impression management”.
Dalam komunikasi antarpersonal, proses pengelolaan
14 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: JurnalEditor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 47.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
54
pesan merupakan cara yang lazim digunakan orang agar
bisa menjalin komunikasi yang lancar dengan orang lain.
Setiap orang pasti pernah melakukan proses semacam
ini (komunikasi antarpersonal) terlepas dari apa
motivasinya. Boleh jadi, kita pun hampir setiap hari
mempraktikan komunikasi antarpersonal ini walaupun
dengan tanpa sadar karena sudah terotomatisasi.
Oleh karena itu Islam pun memberi nasihat yang
sangat tepat yakni, “Sesungguhnya, Allah tidak memandang
kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi
memandang hati kalian.” (HR Muslim)
Komunikasi antar personal adalah komunikasi antar
perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi
secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung
(tanpa medium). Contohnya kegiatan percakapan surat
menyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-
bentuk dan sifat-sifat hubungan, percakapan, interaksi
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
55
dan karakteristik komunikator.15 Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Somavar dan Porter, yang menyatakan
bahwa “ to understands intercultural interaction one must first
understand human communication”.16
Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa
hambatan yang ada, hambatn-hambatan tersebut antara
lain sebgai berikut :
1. Bahasa: Dalam komunikasi peranan bahasa sangat
penting karena bahasa merupakan salah satu alat
bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi.
Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman
yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan
menjadi hambatan dalam komunikasi .
2. Budaya: Budaya juga sangat penting dan
berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan
latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar
15 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi, (Bandung, PT ROSDAKARYA, 2005). Hal. 175
16 Larry Somavar and Richard E Porter, Communication Between Cultures,(Belmont: C.A. Wadsworth. 1991). Hal. 10.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika
Sosiologi Komunikasidi Pesantren Mahasiswa
56
satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi
bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang
dapat membuat perpecahan.
3. Kebenaran yang semu: Maksud dari kebenaran yang
semu adalah benar tidak dan salahpun juga tidak.
Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu
kebohongan di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi
harus ada kejelasan ataupun kejujuran agar ada
keterbukaan antar personal.
4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah
penipuan. Dalam sebuah komuikasi bila terjadi
penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi
dan sudah terpelihara selama ini.
5. Tujuan yang tidak jelas: Dalam komunikasi harus
ada kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan
yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas
akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
57
Misalnya misskomunikasi yang dapat memecahkan
hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar
personal yang lainya.
6. Salah paham Terkadang di dalam suatu komunikasi
terjadi salah paham dalam interpretasi, respon,
dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman
dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman
ini bisa terjadi perusakan suatu komunikasi.
Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut
dalam suatu hubungan komunikasi. Hubungan
komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau
ada pemutusan hubungan.
7. Sisi historis/ pengalaman: Setiap orang pasti
memiliki pengalaman sendiri-sendiri bila dari
pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak
ada titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan
bila orang yang bersangkutan tidak segera
memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
58
berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau
komunikasi.
8. Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu
komunikasi atau hubungan kita harus bisa
menghormati antar personal agar tercipta suatu
hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada
rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-
halyang tidak diiiginkan misalnya pemutusan
hubungan.
9. Mendominasi pembicaraan: Komunikasi dua arah akan
berhasil bila kita saling mengisi dan melengkapi.
Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu
pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif
dan tidak akan berjalan dengan lancar.
10. Pihak ketiga: Ketika terjadi komunikasi dua
arah jangan sampai ada pihak ketiga yang datang
karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang
dapat merusak suatu komunkasi yang sudah terbina
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
59
dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak
ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi dalam
komunikasi dua arah yang sebelumnya dan dai bias
merusak sedikit demi sedikit komunikasi atau
hubungan yang sudah tercipta sebelumnya.
Dengan adanya, tiap personal terjadi proses
komunikasi yang bertujuan untuk mengenali satu dengan
lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin harus
terdapat pengertian serta kepercayaan antar persona,
selain itu terdapat beberapa komponen yang harus dijaga
untuk menjaga hubungan komunikasi agar tidak terjadi
kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau
pemutusan.
Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia
tidak dapat untuk tidak berkomunikasi. We can’t not
communicate. Pun halnya saat kita berkelompok.
Komunikasi seakan menjadi ruh dalam jasad sebuah
kelompok.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
60
Salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi
sukses atau gagalnya suatu kelompok/komunitas
bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan
efektif suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam
komunikasi kelompok sering kali ada kegiatan penting
yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut.
Kegiatan tersebut adalah kegiatan “Diskusi Kelompok”.
Seperti halnya definisi-definisi lain, komunikasi
kelompok pun selalu diutarakan berbeda-beda untuk
setiap pakarnya. Perbedaan pendapat ini wajar sekali,
mengingat para pakar yang mengemukakan pendapat
mengenai komunikasi kelompok pun berbeda latar
belakangnya, mulai dari pengalaman, sampai pendidikan
yang berbeda satu sama lain. Latar belakang psikologi,
sosiokologi, dan komunikologi dapat membedakan pendapat
para pakar karena objek formal di setiap bidang
kajiannya berbeda namun terdapat juga persamaan pada
objek materialnya, yaitu manusia.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
61
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan
sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.
Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada
interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok
kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi
antar personal. Bahasan teoritis meliputi dinamika
kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian
informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi,
serta pembuat keputusan.
Sedangkan Komunikasi Lintas Budaya merupakan salah
satu bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih
menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar
pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda
kebudayaan. Pada awalnya, studi lintas budaya berasal
dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga
kajiannya lebih bersifat depth description, yakni
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
62
penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi
berdasarkan budaya tertentu.
Pengertian Komunikasi Lintas Budaya (cross-cultural)
dan Antar Budaya (inter-cultural) biasanya tidak begitu
dibedakan.Kedua istilah itu biasanya dipakai secara
berganti-ganti dengan makna yang hampir sama. Meski
dalam tulisan ini nantinya akan memakai kedua istilah
tersebut secara bergantian,namun ada baiknya kita
menelusuri nuansa perbedaan arti yang sempat muncul
dalam literatur KAB.
Berbicara masalah komunikasi lintas budaya tidak
dapat pisahkan dari pengertian kebudayaan (budaya).
Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya sekedar dua kata
tetapi dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan
untuk merumuskan budaya saja, Godykunts dan Yun Kim
menyebut bahwa “ more than one hundred defenition of the term
have been sugeested”.17 Sementara komunikasi itu sendiri
17 W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with strangers: Anapproach to intercultural communication (Ed), (New York: McGraw Hill,1992). Hal. 3
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
63
begitu beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya,
atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi
belum ada keseragaman. Tapi yang jelas menurut William
B. Hart II menyatakan bahwa studi komunikasi lintas
budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan
pada efek kebudayaan terhadap komunikasi.18 Bahkan
Edward T Hall dengan tegas menyatakan bahwa “culture is
communication and is cultur”.19
Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan
bagaimana cara kita berkomunikasi, artinya cara
seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah
dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang yang
berbeda budaya, karakter budaya yang sudah tertanam
sejak kecil sulit untuk dihilangkan, karena budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
18 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003). Hal. 8.
19 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: JurnalEditor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 48.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
64
generasi ke generasi.20 Dengan demikian konstruksi
budaya yang dimiliki oleh seseorang itu, diperoleh
sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat
mempengaruhi cara berpikir, berperilaku orang yang
bersangkutan dalam berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang yang berbeda budaya. Bahkan benturan
persepsi antar budaya sering kita alami sehari-hari,
dan bilamana akibatnya fatal kita cenderung menganggap
orang yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak
mengerti maksud kita. Hal ini terjadi karena, kita
cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks
latar belakang kita sendiri dan karena bersifat
subyektif.
Untuk menghindari kesalahpahaman sehingga tidak
menimbulkan benturan persepsi antarbudaya diantara
orang yang berbeda budaya, maka kita dituntut secara
obyektif untuk mengenali perbedaan dan keunikan budaya
20 Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication: Kontek-KontekKomunikasi, Buku Pertama, Editor dan Penerjemah Dedy Mulyana,(Bandung: Rosdakarya. 1996). Hal. 237
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
65
sendiri dan orang lain dengan mempelajari berbagai
karakteristik budaya, diantaranya yaitu: (1) komunikasi
dan budaya; (2) penampilan dan pakaian; (3) makanan dan
kebiasaan makan; (4) waktu dan kesadaran waktu (5)
penghargaan dan pengakuan; (6) nilai, dan norma; (7)
rasa diri dan ruang; (8) proses mental dan belajar,
dan; (9) kepercayaan dan sikap.21 Sementara itu menurut
Deddy Mulyana bahwa untuk menghindari kesalahpahaman
dalam melakukan komunikasi dengan orang yang berbeda
budaya, kita harus menjadi komunikator yang efektif,
karena hubungan dalam konteks apapun harus dilakukan
lewat komunikasi.22 Lebih lanjut dijelaskan oleh Deddy
Mulyana untuk menjadi komunikator yang efektif,
seseorang harus memahami proses komunikasi dan prinsip-
prinsip dasar komunikasi yang efektif.
21 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: JurnalEditor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 52.
22 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima,(Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003). Hal. 34
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
66
Menurut Mulyana bahwa untuk mencapai komunikasi
yang efektif, khususnya dengan orang yang berbeda
budaya yang harus kita lakukan adalah: (1) kita harus
selalu menunda penilaian kita atas pandangan dan
perilaku orang lain, karena penilaian kita tersebut
seringkali bersifat subyektif, dalam spengertian
berdasarkan persepsi kita sendiri yang dipengaruhi oleh
budaya kita atau dengan kata lain, jangan biarkan
stereotif menjebak dan menyesatkan kita ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain; (2) kita harus
berempati dengan mitra komunikasi kita, berusaha
menempatkan diri kita pada posisinya. Gunakan sapaan
yang layak sesuai dengan budayanya; (3) kita dituntut
untuk selalu tertarik kepada orang lain sebagai
individu yang unik, bukan sebagai anggota dari suatu
kategori rasial, suku, agama atau sosial tertentu; (4)
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
67
kita harus menguasai setidaknya bahasa verbal dan
nonverbal dan sistem nilai yang mereka anut.23
Komunikasi antarbudaya itu dilakukan :
1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam
pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema
(penyampaian tema melalui simbol) yang sedang di
pertentangkan.
2. Memalui pertukaran sistem simbol yang tergantung
dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam
komunikasi, sebuah keputusan di buat untuk
berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang
sama
3. Sebagai pembimbing prilaku budaya yang tidak
terprogram namun bermanfaat karena mempunyai
pengaruh terhadap prilaku kita
23 Deddy Mulyana, Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor, dan PengalamanKonyol, Cetakan kedua, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002). Hal.36.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
68
4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita
dapat membedakan diri dari kelompok lain dan
mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher juga
mengemukakan bahwa selain memandang kedudukan
komunikator dan komunikan maka terhadap faktor lain
yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku komunikasi
antar budaya bukan sekedar pesan karena pengaruh
folkways pribadi tetapi pengaruh folkways
masyarakatnya. Pesan itu sama dengan simbol budaya
masyarakat yang melingkupi suatu pribadi tertentu
ketika ia berkomunikasi antarbudaya. Dengan demikian
sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam komunikasi
antar budaya bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan
pribadi melainkan simbol dari masyarakatnya. Pesan
dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol
yang di dalamnya terkandung karakteristik komunikator
yang terdengar atau terlihat dalam pengalaman proses
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
69
komunikasi antar pribadi di antara mereka yang berbeda
etniknya. 24 dan semua itu (komunikasi antarpersonal,
komunikasi kelompok, dan komunikasi lintas budaya)
adalah bagian dari sosiologi komunikasi.
C. TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TENTANG KOMUNIKASI
ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN KOMUNIKASI
LINTAS BUDAYA
1. Teori Perbandingan Sosial
Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang
lain dan kelompok kita dengan kelompok lain. Hal-hal
yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai
dari status sosial, status ekonomi, kecantikan,
karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari
pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik
atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan
sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang24 Deddy Mulyana, Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi Antar
Budaya, Dalam: Komunikasi Antar Budaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya, Editor: Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat,Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001). Hal. 45
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
70
lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak
akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain
relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Menurut
Myers (1999) Prasangka terlahir ketika orang menilai
adanya perbedaan yang mencolok.
Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan
anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat
kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif
setara prasangka yang ada kurang kuat. Ahli sosiolog
Manger (1991), menyebutkan bahwa prasangka dan
diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang
didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan
yang tidak seimbang diantara kelompokkelompok yang
bertentangan.
Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya
perbedaan tujuan disebuah kantor ada sebuah perbedaan
sosial yaitu antara atasan dan bawahan, manajer dan
karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
71
atau masalah dan juga kerjaan yang menumpuk, karyawan
yang tidak disiplin dan adanya perbedaan gaji ini dapat
menjadi suatu konflik perbandingan sosial dan dimana
ada juga sama-sama karyawan tapi dibedakan gaji dan
fasilitas ini juga salah satu perbandingan sosial yang
jelas akan menimbulkan suatu konflik.
2. Teori Percakapan Kelompok
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan
dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk
mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota
(member input), variable-variabel perantara (mediating
variables), dan keluaran dari kelompok (group output).
Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok
dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan
harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual.
Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada
strukturstruktur formal dan struktur peran dari
kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
72
kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok adalah
pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan
kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat
dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan
harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata
lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input
variables) mengarah pada struktur formal dan struktur
peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini
mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan
(group achievement).
Contoh kasus: ketika ada suatu kelompok suku
budaya yaitu budaya batak dan jawa yang membedakan
antara bahasa dan konotasi dalam pengucapan kalau jawa
terkenal dengan kelembutannya akan tetapi suku batak
yang terkenal dengan suara keras dan lantang ini
terkadang menjadi suatu problem karena pada dasar nya
orang-orang di indonesia terlalu sensitif oleh karna
itu dari kedua suku akan menimbulkan konflik apabila
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
73
ada suatu percakapan yang sebenarnya biasa saja tapi
kalau ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang
akan menimbulkan seperti suatu emosi dan dengan
kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini dapat
menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia.
3. Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada
pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu
pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan
mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic
relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk
kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi
menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan
bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam
situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon
dari individu-individu selama interaksi sosial. Jika
imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
74
biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau
individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku
mereka untuk melindungi imbalan apa pun yang mereka
cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena
berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup
konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan
imbalan.
Contoh Kasus: Hubungan suami istri melalui sebuah
ikatan pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah
pernikahan, hanya akan langgeng manakala kalau semua
pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku
seseorang dimunculkan karena berdasarkan
perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya,
demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku
tersebut tidak ditampilkan. Banyak perceraian diantara
pasangan suami istri terjadi karena salah satu di
antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan
pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
75
pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat sering
kita saksikan melalui layar televisi, perceraian
selebritis. Bahkan buntut dari perceraian tersebut
adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak
ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling
mengumbar kasih sayang tetapi setelah bercerai malah
saling melempar caci maki dan kebencian.Sebuah ikatan
antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang
sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum
membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan
seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal
satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan
dilandasi oleh pemahaman agama yang baik.
Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami
istri selalu berkomunikasi secara intens dan terbuka
satu sama lain. Masing-masing pasangan juga harus
saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
76
hal maka alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal
tersebut diluar kesanggupan pasangannya. Komitmen-
komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar
tidak terjadi perselisihan yang akan berakibat pada
perceraian.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
77
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan
mengenai sosiologi komunikasi yang membidik terhadap
pola interaksi yang terjadi dalam sebuah rumah susun
berlantai lima yang terdiri dari berbagai etnis dan
Negara yang berbeda yang akrab disapa dengan nama PESMA
(Pesantren Mahasiswa) kami selaku peneliti memilih
untuk menggunakan model kualitatif karena dirasa sangat
tepat dalam memahami proses dialektika sosiologi
komunikasi yang terjadi antar mahasanti yang bermukim
ditempat tersebut.
Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian
yang biasanya lebih mementingkan pernyataan-pernyataan
dari pada angka-angka baik dalam pengumpulan maupun
pengamatan data.25 Pertti Alasuutari mengidentifikasi
25 Allan Bryman, “Social Research Method 2nd ed.” (United States: OxfordUniversity Press, 2004). Hal. 266.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
78
ciri utama penelitian kualitatif dengan membedakannya
dari penelitian kuantitatif: ketika kerja kuantitatif
berusaha untuk membuat kesimpulan dengan memeriksa
frekuensi keterkaitan sebab dan akibat, analisis
kualitatif justru memakai jenis penalaran yang mirip
dengan pemecahan teka-teki.26 Dia menjelaskan ini
sebagai berikut: Setiap informasi atau petunjuk bisa
berlaku untuk beberapa hal, tetapi semakin banyak
informasi tersedia, semakin kecil jumlah solusi yang
mungkin. Setiap petunjuk atau potongan informasi sama
pentingnya, dalam penyelesaian teka-teki atau
penelitian kualitatif setiap potongan informasi harus
cocok dengan gambar yang ditawarkan sebagai solusi.
Setelah membaca ketiga definisi di atas, ternyata
pemaknaan terhadap penelitian kualitatif bisa relatif
bervariasi. Ini mungkin menunjukkan kepada kita bahwa
penelitian kualitatif bukanlah perihal sederhana.
26 Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative method and culturalstudies. (London: Sage. 1995). Hal. 7.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
79
Idealnya, dalam memahami penelitian kualitatif kita
perlu mencari seperangkat kekhususan yang ada pada
penelitian itu dan tidak ada pada penelitian jenis
lain. Dengan demikian berarti tak satu pun definisi di
atas sukses dalam menunjukkan ini. Proposisi Alan
Bryman sebenarnya menggaris bawahi ciri yang penting,
yaitu minimnya pemakaian angka dalam penelitian
kualitatif. Sayangnya, pemakaian kata-kata dalam
pengumpulan data dan analisis bukanlah ciri yang hanya
ada pada penelitian kualitatif: kata-kata juga sangat
penting dalam hal pengisian kuesioner kuantitatif; dan
secara garis besar ada lebih banyak kata daripada angka
dalam bagian analisis pada laporan penelitian
kuantitaif.
Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada
materi sebelumnya, perlu adanya pemahaman mengenai
penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda
dengan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai langkah
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
80
awal, kelompok kami akan memaparkan tentang tahap-tahap
penelitian dalam penelitian kualitatif.
Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini
lebih bersifat eksploratif karena bertujuan untuk
menggali, menemukan, menggambarkan, dan sekaligus
menganalisa pola, bentuk, sosiologi komunikasi yang
dilakukan oleh para mahasantri pesma Uin Sunan Ampel
Surabaya.
B. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di pesantren mahasiswa
Ma’had Al-Jaamiah di lingkungan kampus Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel yang terletak di Jl. Jend.
Ahmad Yani 117 Surabaya. Pemilihan lokasi penelitian
ini berdasarkan beberapa pertimbangan terkait dengan
permasalahan yang berkenaan fokus penelitian.
C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
81
Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap penulisan laporan.
1. Tahap Perencanaan
a.Pemilihan masalah, dengan kriteria:
1) Merupakan tajuk penting, menarik, diminati
peneliti, bisa diteliti, mampu ditangani
2) Belum diteliti
3) bisa diteliti: kendala waktu, biaya, sdm
4) data dapat diperoleh
5) bermanfaat
b.Latar Belakang masalah, perlu untuk:
1) Menempatkan masalah dalam perspektif tertentu
2) Menegaskan fokus perhatian dalam penelitian
3) Menjelaskan cakupan dimensi permasalahan
Tahap ini sangat penting karena:
1) merupakan informasi dasar yang menggambarkan
hubungan penelitian dengan penelitian lainnya
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
82
2) membangkitkan ketertarikan pembaca dan
mendorong untuk membaca lebih lanjut
3) menjelaskan pentingnya penelitian kualitatif
dan kuantitatif
c.Perumusan masalah, berisi penjelasan mengenai
1) Faktor yang dilingkupi
2) Pertanyaan penelitian
Karakteristik pertanyaan penelitian kualitatif
antara lain:
1) Terdiri dari satu atau dua pertanyaan utama,
dan tidak lebih dari lima pertanyaan lebih
spesifik
2) Hubungkan pertanyaan utama dengan strategi
yang digunakan
3) Gunakan kata ‘mengapa’ atau ‘bagaimana’
4) Fokus kepada satu fenomena/konsep
5) Kata eksploratif yang menjelaskan apa yang
kira-kira akan dilakukan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
83
6) Pertanyaan penelitian ini dapat berubah
7) Pertanyaan terbuka yang tidak merujuk ke
literatur atau teori tertentu
8) Menyebut partisipan dan lokasi jika perlu
d.Tujuan dan manfaat penelitian, menyatakan:
1) hal yang ingin dicapai melalui penelitian
2) bersifat jelas, spesifik, tepat
3) jika lebih dari satu, disusun menurut tingkat
kepentingannya
4) memperhatikan lingkup: lebih sempit lebih
baik
5) manfaat menjelaskan kontribusi/implikasi
terhadap teori atau implementasi
Karakteristik tujuan dan maanfaat Penelitian
Kualitatif ialah:
1) Berfokus kepada satu fenomena/konsep/gagasan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
84
2) Kata kerja yang menjelaskan proses pemahaman:
menjelaskan, memahami, mengembangkan, menelaah
makna dari, menemukan
3) Kata/frasa yang bersifat netral
4) Mengandung kata yang menjelaskan strategi
yang digunakan dalam proses penelitian
5) Mengutarakan para partisipan dalam studi
6) Mengutarakan lokasi di mana penelitian
dilakukan secara detil
e.Telaah pustaka
1) Informasi/data dasar yang relevan
2) Berisi temuan yang telah dicapai
3) singkat, runtut, nalar
f.Kerangka teoritis/konseptual
1) formulasi hubungan logis antar variabel yang
diteliti
2) sebagai landasan hipotesis
3) mengandung struktur logika tertentu
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
85
Tahap ini sangat penting karena dapat menjadi jiwa
penelitian
g.Perumusan hipotesis
1) Diturunkan dari kerangka teoritis
2) Ungkapan teori yang hendak diuji
3) Jumlah tidak tertentu, berkait dengan tujuan
Tidak setiap penelitian perlu hipotesis seperti
penelitian kualitatif
h.Metode penelitian mencakup prosedur dan alat yang
digunakan:
Populasi, sampel, variabel, instrumen, statistik
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan terdapat lima tahap yakni;
a.Pengumpulan data, meliputi:
1) Prosedur pengumpulan
2) Sikap dan motivasi
3) Memperhatikan kesahihan (validitas) dan
kehandalan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
86
b.Pengolahan data meliputi: menyunting, mengkodekan,
mentabulasi
c.Analisis data
1) menyederhanakan hasil olahan agar mudah
dibaca & diinterpretasi
2) analisis non statistik untuk data kualitatif
3) analisis statistik untuk data kuantitatif
d.Penafsiran hasil analisis
e.Kesimpulan, berisi
1) Sintesis semua aspek yang dibahas
2) Membandingkan hasil dengan penelitian lain
atau pengetahuan ilmiah yang relevan
3) Pengkajian implikasi penelitian
4) Rekomendasi/saran
3. Tahap Penulisan Laporan
a.Kalangan pembaca
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
87
1) Masyarakat akademis, format: skripsi, tesis,
disertasi
2) Sponsor penelitian, format khusus
3) Masyarakat umum, format: ikhtisar, ringkasa,
artikel, brosur
b.Kerangka isi laporan
c.Format dan tata cara penulisan ilmiah
1) Penggunaan bahasa yang baik dan benar.
2) bentuk dan susunan kalimat
3) penggunaan istilah
4) tata tulis baku: sembir, jenis dan ukuran
huruf, format
5) daftar pustaka sesuai ketentuan
D. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Pengertian dan penjelasan instrumen penelitian
Instrumen penelitian Merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang
bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
88
Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang
menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian
dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami
benar penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau
hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi
peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel,
indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya.
Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam
menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut
adalah:
1)Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji
variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya,
sehingga indikator tersebut bisa diukur dan
menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam
membuat indikator variabel, peneliti dapat
menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada
dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
89
variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris
berdasarkan pengamatan lapangan.
2)Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk
mengukur variable dan subvariabel atau juga
indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa
diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih
dari satu instrumen.
3)Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti
menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-
kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan,
abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak
pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau
lingkup materi pertanyaan didasarkan pada
indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan
menghasilkann beberapa luas lingkup isi
pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya.
Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang
diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
90
kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas
prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek
dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila diukur
sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita
bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
4)Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti
menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis
instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam
kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih
dari yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap
item yang dibuat peneliti harus sudah punya
gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya,
prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus
dibuat peneliti.
5)Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba
digunakan untuk revisi instrumen, misalnya
membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
91
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan
redaksi atau bahasannya.27
Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta
menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi
sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data
tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan
data.28
2. Pengujian Instrumen penelitian
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua
kriteria sebagai berikut:
a.Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Analoginya misalnya meteran yang valid dapat
27 Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. (Jakarta: RajaGrafindo persada, 2001). Hal. 166
282 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta :PT.Asdi Mahasatia,2006). Hal. 150-160.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
92
digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti,
karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran
menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur
berat.Jadi,hasil penelitian dikatakan valid jika
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek
yang diteliti.
b.Reliable, reliable adalah konsistensi alat
pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa
saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi,
instrument yang valid dan reliable merupakan
syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian
yang valid dan reliable.29
3. Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya
Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus
tahu pengertian dari sumber data. Sumber data adalah
29 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.2009
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
93
subyek dari mana data diperoleh. Pengumpulan data
merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi,
dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner
dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut
responden yaitu, orang yang menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun
tulisan. Jika pengumpul data melakukan sedikit
kesalahan akan mempengaruhi data dan kesimpulannya
dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan
pekerjaan penting dalam penelitian, maka akan jauh
lebih penting lagi mengumpulkan data terutama jika
peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar
celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.
Ada 2 sumber data yaitu:
a.Data Primer
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
94
Data yang langsung diambil dari sumber pertama
dilokasi penelitian atau objek penelitian. Ada
tiga cara pengumpul data primer: Observasi,
wawancara dan dokumentasi.
b.Data Sekunder
Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang
lain, contoh: Data yang dimiliki perusahaan, Data
BPS, Browsing di internet dan sebagainya.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Burhan Bungin, menjelaskan metode pengumpulan data
adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang
diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir
penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan
reliable”.30
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa “metode
penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti
30 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 42
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
95
dalam mengumpulkan data penelitiannya”.31 Cara yang
dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi:
1. Metode Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan
yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara
sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan
yang telah ditetapkan. Anas Sudijono ada beberapa
kelebihan pengumpulan data melalui wawancara,
diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak langsung
dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh secara
mendalam, yang diinterview bisa mengungkapkan isi
hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas
bisa diulang dan diarahkan yang lebih bermakna.32
31 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal. 136.
32 Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan. (Jakarta.: PT Grafindo Persada. 1996). Hal. 82.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
96
Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak
terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman
yang telah di buat. Teknik wawancara digunakan untuk
mengungkapkan data tentang bentuk partisipasi orang tua
siswa, berlangsungnya bentuk partisipasi, manfaat
partisipasi orang tua siswa dan faktor yang
mempengaruhi partisipasi orang tua siswa dalam
pembelajaran.
2. Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto mengungkapkan metode
dokumentasi adalah mencari
data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya.33 Hadari Nawawi menyatakan bahwa studi
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan
33 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal. 206.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
97
termasuk juga bukumengenai pendapat, dalil yang
berhubungan dengan masalah penyelidikan.34
F. ANALISIS DATA
Setumpuk data rekaman wawancara dalam file-file
audio atau transkrip, beratus lembar catatan observasi
lapangan dan segunung dokumen yang terserak di meja
berminggu-minggu biasanya menjadi “pemandangan”
menggiriskan yang kalau tidak diantisipasi akan membuat
si peneliti malas memulai mengerjakannya. Biasanya ini
juga diperparah dengan kelelahan dan frustasi
berkepanjangan setelah berminggu bolak-balik ke
lapangan mencari data, menemui orang, memasuki lembaga
dan sebagainya. Padahal tahap yang semestinya harus
dikerjakan ini adalah tahapan maha penting tak kalah34 Nawawi Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005). Hal. 133.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
98
pentingnya dengan tahapan perencanaan dan tahap
penuaian data di lapangan. Yup, tahap yang harus
dilakukan ini namanya analisis data.
Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai
dari menelaah data secara keseluruhan yang telah
tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu
pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang
lainnya. Data tersebut memang ada banyak sekali dan
setelah dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu sudah
dilakukan maka selanjutnya melakukan reduksi data yang
dilaksanakan dengan cara membuat sebuah abstraksi dan
setelah itu maka menyusunnya ke dalam satuan-satuan.
Dari satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan
pada langkah-langkah selanjutnya.
Kategori tersebut dilakukan sembari membuat koding
dan tahap terakhir dari analisis data penelitian yaitu
dengan mengadakan pemeriksaan atas keabsahan data.
Apabila tahapan tersebut telah selesai maka sekarang
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
99
mulailah ke tahap penafsiran data untuk menjadikannya
teori substansi dengan menggunakan metode-metode
tertentu.
1. Konsep dasar analisis data penelitian
Patton menjelaskan mengenai analisis data itu
merupakan suatu proses untuk mengatur urutan data,
kemudian mengorganisasikan ke dalam kategori, pola
maupun ke dalam satuan uraian dasar. Sementara Menurut
Taylor, analisis data didefinisikan sebagai proses yang
melakukan perincian usaha secara formal yang berguna
untuk merumuskan hipotesis dan menemukan tema seperti
apa yang telah disarankan serta sebagai bentuk usaha
untuk memberikan kontribusi dan tema pada hipotesis.
Apabila dikaji, maka definisi yang pertama lebih
tertuju pada pengorganisasian data sementara untuk
definisi yang kedua menekankan pada tujuan dan maksud
dari analisis data penelitian. Dengan demikian maka
definisi tersebut bisa di sintetiskan bahwa analisis
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
100
data merupakan proses mengorganisasikan dan juga
mengurutkan data ke dalam suatu kategori, pola dan
satuan uraian dasar sehingga bisa ditemukan tema serta
dirumuskan hipotesis kerjanya seperti yang telah
didasarkan oleh data.
Berdasarkan uraian tersebut maka bisa kita tarik
kesimpulan bahwa urutan untuk melakukan analisis data
dalam penelitian yaitu pertama-tama dengan
mengorganisasikan data dari semua data yang telah
terkumpul yang terdiri atas komentar peneliti, foto,
gambar, dokumen, laporan, artikel, biografi dan
sebagainya. Kemudian pekerjaan dari seorang analisis
data di sini yaitu :
a. Mengatur
b. Mengurutkan
c. Mengelompokkan
d. Memberi Kode
e. Mengategorikan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
101
Dengan dilakukan pengorganisasian serta
pengelolaan data tersebut memiliki tujuan untuk
menemukan tema dan juga hipotesis kerja yang nantinya
akan diangkat untuk menjadi sebuah teori substantif.
Analisis data dalam penelitian itu dilakukan di
dalam suatu proses. Jadi pelaksanaan analisis mulai
dilakukan ketika pengumpulan data itu juga dikerjakan
dan dilakukan secara intensif yaitu ketika sudah
meninggalkan lapangan. Melakukan analisis membutuhkan
usaha pemusatan perhatian serta pengerahan tenaga dan
juga pikiran peneliti. Dengan demikian selain
menganalisis data para peneliti juga harus mendalami
kepustakaan yang bertujuan mengonfirmasi teori dan
menjustifikasi terhadap teori baru yang ditemukan.
2. Karakteristik Analisis Data Kualitatif
Sebenarnya, dalam penelitian kualitatif tidak
perlu menunggu seluruh proses pengumpulan data di
lapangan selesai dilakukan. Segera setelah kita
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
102
memeroleh data, sesedikit apapun data itu, ketika masih
segar ingatan kita akan detail dan konteksnya maka
sebaiknya langsung kita simpan dan organisasikan dengan
benar, dengan sistematis. Kita bisa membuat catatan
atau mendeskripsikan temuan itu, misalnya
mentranskripkan rekaman wawancara sambil membuat
catatan refleksi teoritis dan metodologis. Dan itu bisa
dilakukan secara simultan ketika masih “berada dalam
proses pencarian data lapangan”.
Mungkin bagi sebagian orang melakukan analisis
data kualitatif itu sudah bukan hal yang sulit, tapi
bagi peneliti pemula seperti kami (mahasiswa),
melakukan analisis data itu bukan pekerjaan yang
sepele. Lebih celaka lagi, ada yang malah tidak tahu
“bagaimana menganalisisnya”. Memang, dalam penelitian
kualitiatif analisis data itu “seakan” hanya
menceritakan data kita lalu mengomentari sedikit-
sedikit tentu saja dengan menyinggung teori ini dan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
103
teori itu, selesai! Padahal tidak seperti itu
semestinya.
Data kualitatif itu bentuknya teks, kata-kata
tertulis, frase dan simbol-simbol yang menggambarkan
atau merepresentasikan orang, tindakan dan peristiwa
sosial yang ada dalam kehidupan ini. Kecuali untuk
kepentingan content analysis, analisis data kualitatif
jarang yang menggunakan analisis statistik. Ini tidak
berarti kalau analisis data kualitatif semata hanya
mengandalkan spekulasi dan impresi yang semaunya.
Analisis data kualitatif bisa juga dilakukan dengan
sistematis dan logika yang rigit, yang tentu nuansanya
berbeda dengan gaya analisis kuantitatif yang
mengandalkan statistik. Di masa sekarang, peneliti
kualitatif lebih bersifat eksplisit terbuka untuk
‘diuji’ orang lain. Analisis data kualitatif sekarang
sudah semakin bersifat ekspisit dan sistematis langkah
demi langkah.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
104
Berbeda dengan analisis data kuantitatif yang
sudah lebih dahulu menentukan perangkat teknik analisis
yang spesifik, terstandarisasi, dengan bertumpu pada
matematika terapan, analisis data kualitatif relatif
tidak memiliki standar yang baku. Riset kualitatif
bersifat induktif, peneliti kualitatif jarang yang
“sudah menentukan” analisis data yang spesifik ketika
mereka memulai penelitian. Mengutip Schatznab dan
Strauss,“Qualitative analysts do not often enjoy the operational
advantages of their own analytic processes; consequently, they cannot
refine and order their raw data by operations built initially into the design
of research”.35
Seperti yang telah saya singgung di muka, bahwa
dalam analisis data kualitatif peneliti tidak harus
menunggu proses pengumpulan data itu selesai dilakukan.
Analisis data kualitatif bisa dilakukan bersamaan
dengan proses pengumpulan data di lapangan. Peneliti
35 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 418.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
105
kualitatif akan mencari pola-pola dan keterkaitan
(data) dan dia bisa memulai melakukan analisis itu
semenjak data itu diperoleh. Hasil dari analisis data
awal ini yang akan membimbing peneliti ke pengumpulan
data berikutnya.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan
menghasilkan konsep dan teori baru dengan memadukan
bukti-bukti empirik dengan konsep-konsep abstraknya.
Alih-alih menguji hipotesis, analisis kualitatif
mencoba menggambarkan atau menunjukkan bahwa di dalam
bukti temuan lapangan itu sesuatu teori, generalisasi
dan interpretasi bisa diterima akal.
Ciri yang kemudian dari analisis kualitatif
dilihat dari tingkat abstraksinya. Analisis kualitatif
tidak se-abstrak sebagaimana dalam analisis
kuantitatif; melainkan lebih dekat ke ‘raw data’. Data
dalam kualitatif berwujud kata, yang relatif
“imprecise” , diffuse dan melekat pada konteks dan bisa
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
106
mengandung lebih dari satu makna. Mengutip pendapat
Collins: “Words are not only more fundamental intellectually; one
may also say that they are necessarily superior to mathematics in the
social structure of the discipline. For words are a mode of expression with
greater open-endness, more capacity for conecting various realms of
argument and experience, and more capacity for reaching intelletual
audiences.36
3. Explanations and Qualitative Data
Penelitian kualitatif merumuskan sebuah penjelasan
(explanations) atau generalisasi yang lebih dekat ke
data konkret dan konteksnya, namun dengan cara yang
lebih dari sekedar deskripsi sederhana. Peneliti
biasanya menggunakan (bahasa) “level yang lebih
rendah,” tidak se-abstrak sebagaimana sebuah ‘teori’
dan didasarkan pada detail yang konkret. Peneliti bisa
memunculkan sebuah “new theory” yang menyajikan gambaran
realistik mengenai kehidupan sosial dan mendorong
36 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 419.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
107
pemahaman lebih dari sekedar pengujian hipotesis yang
kausalistis. Penjelasan itu cenderung dalam penjabaran
detail yang mendalam, sensitif dengan konteksnya dan
memungkinkan menunjukkan proses yang kompleks atau
penggalan-penggalan kehidupan sosial. Penjelasan
semacam ini bisa saja bersifat kausal, namun bukan ini
yang menjadi inti persoalan. Tujuan peneliti adalah
mengorganisasikan sejumlah besar detil spesifik ke
dalam gambaran utuh, model atau seperangkat konsep yang
saling terkait.
4. Proses Analisis
Sering terdapat kelemahan dalam penelitian karena
tidak selalu disadari hubungan antara analisis data,
pengumpulan data dan desain penelitian. Perlu
diperhatikan bahwa data dicari untuk mendukung atau
menguji suatu tafsiran atau mentest “hipotesis yang
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
108
timbul dalam pikiran peneliti”. Kekurangan itu antara
lain disebabkan oleh karena peneliti hanya sekedar
mengumpulkan data yang menggambarkan apa adanya tanpa
mengaitkannya dengan tujuan mencapai suatu teori.
Jalan dari data deskripsi sampai teori cukup
panjang,harus melalui beberapa langkah serta meminta
pikiran yang banyak, antara lain menemukan dan
merumuskan konsep, mengembangkan tipologi,
memperhatikan konteks, melakukan validasi dan
sebagainya sampai akhirnya mengembangkan dan “menguji
teori”. Untuk itu diperlukan kreativitas, imajinasi
dengan menggunakan analogi dan metafor.
Menurut Hammersley dan Atkinson proses analisis melalui
langkah-lanhkah sebagai berikut37:
a. Pertama, membaca dan memelajari data yang
terkumpul sampai dikuasai sepenuhnya sambil
memikirkannya untuk mencari apakah ada pola-pola
37 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 139
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
109
yang menarik atau menonjol atau justru
membingungkan. Selidikilah apakah terdapat
hubungan antara data, adakah persamaan atau justru
pertentangan atau kontradiksi dalam pandangan
berbagai informan. Sambil membaca, peneliti
senantiasa mengajukan pertanyaan kepada data, tak
ubahnya seperti mengajukan pertanyaan kepada
informan. Kedua, berbagai konsep akan timbul
dengan sendirinya bila diperhatikan istilah-
istilah yang digunakan oleh informan. Selidiki
makna istilah itu lebih lanjut. Ketiga, mungkin
juga peneliti dapat memanfaatkan istilah sehari-
hari dengan pengertian khusus yang dapat mencakup
atau merangkum sejumlah data. Peneliti dapat juga
menggunakan istilah formal yang terdapat dalam
disiplin ilmu terentu untuk mengklasifikasikan
berbagai data. Ada kemungkinan istilah itu masih
perlu diadaptasi pada situasi khusus yang
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
110
dihadapi. Atau peneliti harus menciptkan istilah
baru untuk menangkap karakteristik kategori data
tertentu. Dengan demikian peneliti dapat melihat
adanya pola dalam data yang diberinya nama atau
istilah tertentu.
b. Tugas berikut ialah mencari hubungan antara
konsep-konsep dalam usaha untuk mengembangkan
suatu teori. Salah satu cara ialah “the constant
comparative method” yaitu mengidentifikasi suatu
fokus, misalnya “omongan orang”. Misalnya,
peneliti memelajari bagaimana omongan ini terjadi
antara guru dalam berbagai lokasi dan kondisi,
siapa bicara tentang siapa kepada siapa tentang
apa dengan cara yang bagaimana. Dengan
mendeskripsikan, menganalisis, dan
membandingkannya peneliti dapat menemukan berbagai
jenis “omongan orang” dan dapat mengembangkan
suatu teori. Langkah-langkah “constant comparative
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
111
method” ini menurut Glaser ialah: Pertama,
mulailah dengan mengumpulkan data. Kedua, temukan
issue, peristiwa atau kegiatan yang berulang-ulang
terjadi yang dijadikan kategori. Ketiga, kumpulkan
data yang memberikan banyak contoh-contoh kategori
yang dijadikan fokus itu untuk mengetahui berbagai
ragam dimensi kategori itu. Keempat, uraikan
secara tertulis mengenai kategori yang anda
selidiki untuk mendeskripsikan dan memahami semua
aspek yang terdapat dalam data sambil terus
mencari hal-hal baru. Kelima. Olah data dan model
yang tampil untuk menemukan proses dan hubungan
sosial pokok. Keenam, lakukan sampling, pengkodean
dan uraian tertulis dengan memusatkan analisis
pada kategori inti.38
Dalam “constant comparative method” kita membandingkan
suatu konsep atau kategori data tertentu dengan konsep
38 Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education , An Introduction to Theory and Methods. (Boston: Allyn and Bacon. 1982). Hal. 68-70.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
112
atau kategori data lainnya. Untuk melakukannya secara
lebih sistematis sedapat mungkin kita mencoba
“memetakan” berbagai kategori itu dalam suatu bagan.
Dengan demikian model yang tampil akan lebih mantap,
namun masih harus terus menerus diuji berdasarkan data
baru. Teori yang dibentuk senantiasa diperluas,
disempurnakan, ada kalanya harus diubah agar lebih
sesuai. Makin banyak lokasi diselidiki makin mantap
teori itu, namun pada suatu saat tidak ada lagi yang
dapat diungkapkan situasi baru sehingga tibalah saat
kejenuhan atau “ point of theoritical saturation”.
Pada taraf permulaan, peneliti tidak perlu
membatasi diri pada satu teori. Bahkan lebih baik bila
ia membuka diri bagi berbagaikemungkinan perspektif dan
hipotesis. Ia harus menggunakan berbagai teori yang
dapat dimanfaatkan untuk meemahami data. Akan ternyata
bahwa tidak semua data dapat dijelaskan menurut satu
teori tertentu. Teori dalam proses penelitian bukan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
113
untuk menjelaskan semua data akan tetapi untuk
memfokuskan analisis penelitian yang mendorong untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
Tujuan penelitian naturalistik sebenarnya ialah
untuk menghasilkan model yang dapat menunjukkan
kausalitas. Akan tetapi membuktikan validitas
kausalitas dalam penelitian naturalistik sangat sukar
karena tidak dapat menggunakan eksperimen seperti
halnya dalam penelitian kuantitatif. Namun dapat
diikuti langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh
Denzin yang bersifat induksi analitis guna mentest
teori39:
a. Memberi definisi yang masih kasar mengenai gejala
yang diselidiki.
b. Merumuskan penjelasan hipotesis mengenai gejala
ini.
39 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 140.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
114
c. Mengadakan penelitian suatu kasus dengan tujuan
untuk melihat apakah hipotesis itu sesuai.
d. Jika hipotesis itu tidak sesuai dengan fakta, maka
perlu dirumuskan kembali hipotesis atau gejala
atau juga masalahnya.
e. Kepastian yang lebih besar akan diperoleh bila
telah diselidiki sejumlah kasus lain, akan tetapi
bila ditemui kasus negatif, maka harus dirumuskan
kembali hipotesis atau masalahnya.
f. Prosedur penelitian kasus, perumusan kembali
hipotesis, demikian pula gejala atau masalah dapat
dilanjutkan sampai tercapai hubungan yang
universal, setelah tiap kasus negatif yang
mengharuskan perumusan kembali telah dapat
tercakup.
Sulit ditentukan berapa banyak kasus yang harus
diteliti sampai memadai jumlahnya untuk mencapai
kesimpulan yang universal. Tak dapat diketahui apakah
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
115
masih ada kasus negatif yang masih merupakan
kekecualian yang belum diliput. Adanya kasus-kasus
demikian merupakan dorongan untuk senantiasa
memperhalus dan menyempurnakan teori yang diperoleh.
Penelitian kualitatif tak kunjung berakhir.
Ada beberapa macam teori yang dapat ditemukan atau
dibentuk, yakni yang bersifat makro dan mikro. Teori
makro adalah teori yang berlaku bagi sistem sosial
dalam skala besar, misalnya mengenai struktur sosial
secara nasional. Sebaliknya teori “mikro” berlaku bagi
organisasi sosial lokal yang terbatas, misalnya kelas,
keluarga suatu lembaga pendidikan, pabrik dan
sebagainya.
Teori dapat pula bersifat substantif dan formal.
Teori yang bersifat substantive biasanya mengenai hal-
hal yang konkret, misalnya mengenai guru sekolah,
perawat di rumah sakit, dan sebagainya, sedangkan teori
yang bersifat formal menenai konsep atau kategori
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
116
seperti disiplin, keadilan, kenakalan, tanggung jawab
dan sebagainya. Kedua golongan itu dapat dikombinasi,
misalnya makro-substantif, mikro-formal, dan
sebagainya.
5. Teknik Analisis Data
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa
data kualitatif untuk proses analisis data dalam
penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif
terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan
diantaranya:
a. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek
melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana
data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu
alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
117
dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk
rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim.
Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar
penulis mengerti benar data atau hasil yang telah
di dapatkan.
b. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema
dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang
mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan
keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar
apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori
dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah
kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman
dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti
kemudian kembali membaca transkip wawancara dan
melakukan coding, melakukan pemilihan data yang
relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang
relevan diberi kode dan penjelasan singkat,
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
118
kemudian dikelompokan atau dikategorikan
berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap
sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis
hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap
hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang
telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba
untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema
penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti
dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan
dinamika yang terjadi pada subjek.
c. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada
terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas,
peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi
yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap
ini kategori yang telah didapat melalui analisis
ditinjau kemabali berdasarkan landasan teori yang
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
119
telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat
dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan
teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun
penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu,
namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-
asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan
factor-faktor yang ada.
d. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data
dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam
tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang
telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis
merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan
lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab
dalam penelitian kualitatif memang selalu ada
alternative penjelasan yang lain. Dari hasil
analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang
menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
120
sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan
alternative lain melalui referensi atau teori-
teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna
pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
e. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil
dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu
penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan
yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini,
penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang
didapat yaitu, penulisan data-data hasil
penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan
observasi dengan subjek dan significant other.
Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari
subjek dan significant other, dibaca berulang kali
sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya,
kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran
mengenai penghayatan pengalaman dari subjek.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
121
Selanjutnya dilakukan interprestasi secara
keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup
keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
122
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan
Ampel Surabaya ditinjau dari segi letak, Operasional
dan fungsional.
Pesantren mahasiswa atau yang sering disebut
sebagai (PESMA) ini terletak dalam Universitas itu
sendiri yang berada di sebelah utara dari Gedung
Rektorat dan sebelah Timur dari Gedung Pasca Sarjana,
Pesma itu sendiri terdiri dari 220 Manusia yang terbagi
menjadi 212 Mahasantri dan 8 orang Pengurus atau yang
disebut sebagai DEMA(Dewan Mahasantri) Pesma terdiri
dari 53 kamar yang masing-masing bertempatkan 4 orang,
dalam satu kamar sudah menjadi hal yang biasa apabila
terdiri dari orang-orang yang berbeda adat kebudayaan,
maupun suku-suku yang berbeda, sehingga memicu adanya
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
123
penyelarasan kebudayaan maupun adat atau yang sering
kita sebut sebagai akulturasi budaya.
Pesma berdiri dibawah naungan kampus dan sekarang
bekerjasama dengan pihak pengurus Masjid Ulul Albab
yang terletak didalam Uninversitas Islam Negri Sunan
Ampel sendiri sehingga para Mahasantri diwajibkan untuk
menghidupkan kegiatan-kegiatan islami dalam Masjid
tersebut, seperti Pengajian kitab kuning yang dilakukan
secara rutin pada Malam Jum’at, serta sholat wajib
magrib dan isya’. Sumbangsih yang diberikan pesma
terhadap Mahasantri sendiri sangatlah besar terutama
dalam pelajaran bahasa Arab maupun inggris dikarenakan
didalam pesma diajarkan setiap subuh bahasa Arab dan
setiap malam selasa, rabu, kamis bahasa inggris
tergantung urutan kelas, dan juga kegiatan-kegiatan
yang diadakan di pesma ini sangat membantu para
mahasantri untuk lebih mudah berkomunikasi,
bersosialisasi antar budaya maupun Negara, contoh : PM
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
124
(Pengajian Malam) adalah salah satu program yang
berjalan dengan sangat baik di pesma yang dilakukan
setiap Malam selasa, rabu, kamis, dan dalam PM sendiri
kita dibagi menjadi beberapa kelas yang terkumpul dari
berbagai etnis, entah jawa, papua, Kalimantan, Jakarta,
Sumatra dll. Dengan dikumpulkannya mahasantri dalam
kelas-kelas yang terdiri dari berbagai etnis tersebut
inni akan mengajarkan kepada mahasantri secara tidak
langsung tentang cara berkomunikasi dan bersosialisasi
antar latar belakang etnis maupun kebudayaan yang
berbeda.
B. HASIL PENELITIAN
Berikut hasil penelitian yang kami tuliskan
berdasarkan data yang kami peroleh antara lain:
1. Komunikasi yang digunakan oleh para mahasantri
Pesantren Mahasiswa Uin Sunan Ampel yakni jenis
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dimana
komunikasi verbal sangat dekat kaitannya dengan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
125
ucapan atau bahasa lisan, dan bahasa lisan yang
sering digunakan yakni baha Indonesia dikarenakan
dengan menggunakan bahasa Indonesia seluruh
mahasantri mampu mehami pesan yang disampaikan
oleh seorang komunikator dan komunikasi non verbal
sendiri digunakan sering kali ketika proses
komunikasi verbal tak memadai tak mampu membuat
seorang komunikan mengerti akan pesan yang
disampaikan oleh komunikator sehingga letak
fungsi utama dari koomunikasi non verbal itu
sendiri untuk memperkuat maksut dari tujuan
seorang komunikator biasanya komunikasi non verbal
yang digunakan oleh para mahasantri ialah Gesture
(gerak tubuh) yakni dengan menggerakkan bagian-
bagian anggota tubuh serta Proxemiks (kedekatan).
2. Tidak terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi
oleh para Mahasantri karna meskipun mereka tidak
saling memahami bahasa selain bahasa daerah mereka
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
126
akan tetapi mereka semua mengerti akan bahasa
Indonesia sehingga mempermudah mereka dalam
berkomunikasi serta bersosialisaai Namun bukannya
tidak ada hambatan dalam proses komunikasi
dikarenakan terkadang cara mereka berkomunikasi
membuat lawan bicara mereka bibngung akan maksud
pesan yang disampaikan oleh sang komunikator
sehingga menuntut sang komunikator untuk
mengulang-ulang pembicaraan atau dengan
menggunakan cara-cara mereka sendiri untuk membuat
seorang komunikan mengerti akan pesan yang mereka
sampaikan.
Dan juga berikut kami lampirkan sedikit catatan
wawancara dari beberapa mahasantri (santri pesantren
mahasiswa) yang kami tulis mewakili seluruh catatan
wawancara yang kami peroleh dari puluhan mahasantri
beserta segenap jajaran pengurus mahasantri yang
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
127
berasal dari berbagai etnis dan kebudayaan yang berbeda
serta ada yang berasal dari Negara berbeda pula:
Narasumber yang pertama:
Nama : Mirza Mustainu Hidayah
Umur : 19 tahun
Asal : Tarakan (Kalimantan Utara)
Daftar pertanyaan :
1.Bagaimana Pandangan Anda Mengenai PESMA ?
Menurut saya pesma sudah cukup baik Namun masih
ada kekurangannya dari segi kegiatannya.
a)Maksud kurang dari segi kegiatan itu bagaimana?
Ya kurang kegiatannya, terlalu sedikit kegiatan
yang ada dan berjalan di pesma ini.
b)Apa sajakah yang masih berjalan tersebut.?
Ya seperti kajian setelah subuh, Pengajian Malam
serta kajian kitab kuning setiap malam jum’at.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
128
2.Apakah anda mengerti bahasa jawa?
Ya
a)Bagaimana anda bisa mengerti bahasa jawa sedangkan
anda berasal dari Kalimantan Utara?
Ya dikarenakan orang tua saya aslinya orang jawa
semua akan tetapi merantau ke Kalimantan utara
sehingga saya lahir dan besar disana.
3.Apakah Ada kesusahan dalam bersosialisasi dengan
Mahasantri yang lain, mungkin yang berasal dari
daerah yang berbeda dengan Anda?
Ya saya rasa sih biasa-biasa saja tidak ada
kesusahan yang begitu besar karena saya sudah
lumayan bisa bahasa jawa, namun jika dengan yang
berbeda Negara saya jarang sekali berkommunikasi
karena saya agak bingung memahaminya.
4.Menurut Anda Apakah Dengan adanya Pesma ini
Membantu para Mahasiswa-mahasiswa yang tidak bisa
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
129
bahasa jawa atau kurang faham dalam kultur
kebudayaan di daerah jawa ini sendiri ?
Ya sedikit membantu
5.Bagaimana cara anda beradaptasi dengan mahasantri
yang lain terutama yang berasal dari jawa?
Ya pertama saya kenalan dulu kemudian saya
sering menyapa apabila bertemu, terus sering
kumpul bareng-bareng karena dengan seringnya
kita bersama nanti dengan sendirinya akan
tercipta kedekatan emotional yang mana ini
sangat diperlukan dalam proses sosialisasi agar
terjalin dengan baik.
6.Mengapa anda memilih pesma sebagai tempat anda
bermukim?
Karena menurut pendapat orang tua saya tempat
tinggal disekitar sini (kost) itu kurang layak.
a) Kurang layak dari segi pergaulan atau
vasilitas ?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
130
Dari segi vasilitas, sehingga untuk sementara
ini orang tua saya menyuruh saya tinggal di
pesma.
Narasumber yang kedua :
Nama : Sukirman
Umur : 20
Asal : Kota baru (Kalimantan selatan)
Daftar Pertanyaan:
1.Sudah berapa lama anda berada di jawa ?
Kurang lebih 8 tahun, sejak kecil saya sudah di
taruh oleh orang tua di tanah jawa pada saat itu
umur saya 12 tahun.
a)Apakah anda bisa berbahasa jawa ?
Ya, bukan hanya bisa melainkan sangat lancar.
b)Bagaimanakah cara anda belajar bahasa jawa ?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
131
Awalnya saya banyak mengalami kesulitan-
kesulitan dalam mempelajarinya akan tetapi saya
sering kumpul dengan mereka-mereka orang jawa
sehingga dengan sendirinya saya bisa menguasai
bahasa jawa.
2.Bagaimanakah pandangan Anda mengenai pesma ?
Menurut sya pesma ini dibilang bagus ya tidak
terlalu bagus, dibilang jelek ya tidak terlalu
jelek jadi ditengah-tengah aja, tapi dalam segi
sestemnya menurut saya masih terbilang buruk.
a)Apakah itu sistem pendidikin kegiatan sehari-hari
ataukah yanglain ?
Untuk sistem sehari-hari menurut saya sudah
bagus akan tetapi penghuni dari pesma itu
sendiri yang belum terlalu menyadari peran
dirinya sendiri.
3.Mengapa Anda memilih pesma sebagai tempat bermukim
anda ?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
132
Ya dikarenakan tempatnya yang strategis dekat
dengan kampus sehingga tidak susah untuk
berangkat kuliah atau ketika ada kegiatan di
kampus sendiri.
a)Apakah ada faktor lain selain faktor jarak ?
Ya ada diantaranya dikarenakanVasilitasnya
yang memadai dan nyaman.
4.Apakah ada kesusahan atau halangan dalam menjalin
komunikasi dengan mahasantri lain ?
Tidak ada, soalnya saya sudah bisa menguasai
bahasa jawa.
a)Itu apabila dengan orang jawa, Namun, Apabila
dengan mahsantri yang lain yang berbeda kultur
serta adat apakah sama ?
Ya, bagi saya sama karena kitakan memiliki
bahasa resmi, bahasa nasional yakni Bahasa
Indonesia jadi siapapun orangnya apabila masih
di Indonesia pasti masih bisa berkomunikasi.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
133
b)Di Pesma inikan juga terdapat mahasantri yang
bersal dari luar negri seperti Malaysia, nah bagai
manakah anda berkomunikasi dengannya apabila
mereka kurang faham dengan bahasa Indonesia ?
Berkomunikasikan bukan hanya melalui omongan
atau verbal akan tetapi juga bisa dengan
menggunakan bahasa non verbal, jadi saya lebih
banyak menggunakan bahasa non verbal seperti
gerak tubuh.
5.Apakah dengan adanya pesma ini membantu anda dalam
penyesuaian diri terhadap kebudayaan yang berlaku
disini ?
Ya, sedikit banyak membantu karena setiap
daerahkan pasti memiliki kebudayaan serta adat
yang berbeda jadi dengan adanya pesma ini saya
terbantu sehingga saya tidak terlalu susah dalam
menyesuaikan diri dengan mahasiswa-mahasiswa
yang berada dikampus karena sesungguhnya apabila
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
134
kita sudah bisa menguasai cara bersosialisasi
yang baik dan penerapan yang baik di pesma ini
maka kita juga akan dapat melakukan hal yang
sama apabila berada di kampus.
Narasumber yang ketiga :
Nama : Andika bin Rasbi
Umur : 19
Asal : Malaysiya (serawak)
Daftar pertanyaan :
1.Bagaimana pendapat anda mengenai pesma ?
Cukup baik, nyaman, enak.
2.Apakah anda bisa berbahasa Indonesia dengan baik ?
Sedikit, tidak terlalu lancar.
a)Bagaimana dengan bahasa jawa ?
Bahasa jawa saya tidak mengerti.
3.Apakah ada halangan bagi anda dalam berkomunikasi
dengan mahasantri lain terutama yang berasal dari
jawa ?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
135
Menurut saya tidak halangan semuanya baik-baik
saja.
a)Jadi bahasa menurut anda bukanlah suatu halangan
dalam proses sosialisasi serta komunikasi ?
Bukan karna bagi sya yakni mengenal dan menegur.
4.Mengapa anda memilh pesma sebagai tempat tinggal
anda ?
Kamarnya besar, Tempatnya enak, bersih, terus
kamar mandinya banyak.
a)Bagaiman kisahnya sehinggan anda bisa masuk di
pesma ini ?
Ya kita semua anak Malaysia diwajibkan untuk
semester-semester awal untuk tinggal disini,
kita semua di uruskan oleh kaka-kaka kelas yang
bersal dari Malaysia juga.
5.Anda tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar
apalagi bahasa jawa, terus bagaimana cara anda
beradaptasi dengan mahasantri lain ?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
136
Sering menegur dan berbicara sebisanya saja.
C. TELAAH TEORI TENTANG HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, telaah tentang hasil
penelitian merupakan bagian yang sangat penting.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, tujuan pokok
melakukan telaah dalam penelitian ini bukan untuk
mengemukakan teori yang relevan yang kemudian
dideduksikan pada gejala yang hendak diteliti untuk
kemudian peneliti membangun hipotesis dan mengupayakan
operasionalisasi konsep serta kemudian pengukuran-
pengukuran, melainkan untuk melakukan jelajahan
literatur guna menemukan beberapa hal, misalnya
gambaran bagaimana penelitian dengan topik yang sama
atau mirip telah dilakukan oleh peneliti lain,
penggunaan konsep-konsep tertentu oleh peneliti lain
yang mungkin juga akan digunakan atau setidaknya
dianggap relevan dan temuan-temuan empirik oleh
peneliti lain yang mungkin dapat dirujuk.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
137
Sesuatu yang sangat menarik dalam penelitian
kualitatif terkait dengan telaah pustaka ini adalah,
bahwa upaya telaah ini tetap dilakukan pada saat
peneliti mencoba mengupayakan analisis data dan hendak
menarik simpulan. Di sini, ada kemungkinan peneliti
harus membuang sebagian data yang diyakini tidak
relevan (reduksi data), mengganti konsep yang telah
dijelaskan sebelumnya dengan konsep baru atau konsep
lain yang lebih tepat, atau peneliti harus membuang
pandangan-pandangan teoritik dan atau temuan peneliti
lain yang belakangan diyakini tidak atau kurang relevan
lagi untuk diganti dengan pandangan teoritik lain yang
sekiranya lebih dapat membantu upaya memahami
kecenderungan dari data yang ada.
Secara lebih terinci telaah tentang hasil
penelitian memiliki beberapa tujuan penting yang
beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
138
1. Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep
penting yang digunakan, serta penjelasan aspek-
aspek yang tercakup di dalamnya. Meskipun
penelitian kualiatif tidak pernah dimaksudkan
untuk menguji hipotesis sehingga peneliti memang
tidak harus berpegang pada definisi-definisi
tertentu untuk konsep-konsep yang digunakan,
tetapi peneliti tetap membutuhkan penjelasan
mengenai konsep yang dihadirkan.
2. Memeroleh pijakan untuk dapat mengemukakan
penjelasan-penjelasan teoritik tentang pendekatan-
pendekatan yang digunakan peneliti dalam uyapa
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
3. Memeroleh acuan dalam upaya mengidentifikasikan
dan mengemukakan justifikasi mengenai ruanng-ruang
lingkup dari gejala komunikasi yang diteliti.
4. Memeroleh ilustrasi penelitian sejenis baik
dilihat daris egi metode dan atau prosedur
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
139
penelitian yanag digunakan maupaun temuan-temuan
yang dihasilkan peneliti lain.
5. Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-
posisi penelitian yang sedang dilakukan di antara
penelitian-penelitian lain yang sudah ada
sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-catatan
kritis terhadap penelitian-penelitian lain yang
sudah ada, baik berkenanan dengan prosedur
penelitian maupun pendekatan-pendekatan yang
digunakan.
6. Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi hasil
(temuan) penelitian yang dilakukan di antara
hasil-hasil (temuan ) penelitian lain.40
40 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LkiS. Yogyakarta. 2007).Hal 81-83.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
140
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari seluruh rangkaian penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh sebuah kesimpulan bahwa:
1. Komunikasi yang digunakan oleh para mahasantri
Pesantren Mahasiswa Uin Sunan Ampel yakni jenis
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dimana
komunikasi verbal sangat dekat kaitannya dengan
ucapan atau bahasa lisan, dan bahasa lisan yang
sering digunakan yakni bahasa Indonesia
dikarenakan dengan menggunakan bahasa Indonesia
seluruh mahasantri mampu mehami pesan yang
disampaikan oleh seorang komunikator dan
komunikasi non verbal sendiri digunakan sering
kali ketika proses komunikasi verbal tak memadai
tak mampu membuat seorang komunikan mengerti akan
pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
141
letak fungsi utama dari koomunikasi non verbal itu
sendiri untuk memperkuat maksut dari tujuan
seorang komunikator biasanya komunikasi non verbal
yang digunakan oleh para mahasantri ialah Gesture
(gerak tubuh) yakni dengan menggerakkan bagian-
bagian anggota tubuh serta Proxemiks (kedekatan).
2. Tidak terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi
oleh para Mahasantri karna meskipun mereka tidak
saling memahami bahasa selain bahasa daerah mereka
akan tetapi mereka semua mengerti akan bahasa
Indonesia sehingga mempermudah mereka dalam
berkomunikasi serta bersosialisaai Namun bukannya
tidak ada hambatan dalam proses komunikasi
dikarenakan terkadang cara mereka berkomunikasi
membuat lawan bicara mereka bibngung akan maksud
pesan yang disampaikan oleh sang komunikator
sehingga menuntut sang komunikator untuk
mengulang-ulang pembicaraan atau dengan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
142
menggunakan cara-cara mereka sendiri untuk membuat
seorang komunikan mengerti akan pesan yang mereka
sampaikan.
B. KRITIK DAN SARAN
Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT
yang senantiasa memeberikan kekuatan lahir dan batin
kepada tim peneliti, sehingga dapat menyelesaikan
penelitian ini.
Dalam penulisan penelitian ini, kami selaku tim
peneliti telah mencurahkan segala kemampuan baik
pikiran, tenaga, biaya dan waktu demi kesempurnaan
penelitian ini. Namun karena keterbatasan kemampuan,
maka tentunya masih banyak kekurangan dan kejanggalan
yang terdapat dalam penyusunan bahasa, tata tulisannya
dan uraian dalam pembahasan.
Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi
serta kritik yang bersifat konstruktif dari semua
pembaca demi kesempurnaan penelitian ini.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
143
Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
taufik serta hidah-nya kepada kita semua.
Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca. Amin.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
144
DAFTAR PUSTAKA
Alasuutari, Pertti. Researching Culture: Qualitative
method and cultural studies. London: Sage. 1995
Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar
Ringkas. Jakarta; Rajawali Pers, 1998.
Bogdan, Robert C.,Biklen, Sari Knopp. Qualitative
Research for Education , An Introduction to Theory and Methods.
Boston: Allyn and Bacon. 1982.
Bryman, Allan, “Social Research Method 2nd ed.” United
States: Oxford University Press, 2004.
Bungin, M. Burhan. Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma
dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat. Jakarta:
Prenada Media Group, 2006.
Effendi, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu
Tinjauan Komunikologis, Remaja Karya, Bandung, 1986.
Hadari, Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
145
Ilyas Ba-Yunus dan Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah
Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib. Bandung: Mizan,
1996.
Khotimah, Emma. Memahami Komunikasi Antarbudaya,
Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, Bandung:
Unisba. 2000.
Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.
Macbride, Sean. Many Voices One Word, dalam “Aneka
Suara Satu Dunia”, Unesco-Balai Pustaka.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar,
cetakan kelima, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor,
dan Pengalaman Konyol, Cetakan kedua, Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2002.
Mulyana, Deddy. Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari
Komunikasi Antar Budaya, Dalam: Komunikasi Antar Budaya,
Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya,
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
146
Editor: Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat,
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001.
Neuman, W Lawrence. Social Research Methods Qualitative and
Quantitative Approaches. 4th.ed. Boston: Allyn and
Baccon. 2000.
Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta :
LKIS, 2007.
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
S, Josefh. Sosiologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat
Simamora . Jakarta: Bina Aksara, 1984.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
PT RajaGrafindo, 2010.
Somavar, Larry and Porter, Richard E. Communication
Between Cultures, Belmont: C.A. Wadsworth. 1991.
Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication:
Kontek-Kontek Komunikasi, Buku Pertama, Editor dan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
147
Penerjemah Dedy Mulyana, Bandung: Rosdakarya.
1996.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta:
PT Grafindo Persada. 1996.
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung:
Alfabeta.2009
Suharsimi, Arikunto. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian suatu pendekatan
Praktik, Jakarta :PT.Asdi Mahasatia, 2006.
Teguh, Raj Muhammad. Methodologi penelitian ekonomi.
Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001.
W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with
strangers: An approach to intercultural communication (Ed),
New York: McGraw Hill, 1992.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
148
Lampiran
Gambar I: Simbol Nama Pesantren Mahasiswa
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
149
Gambar II: Gedung Pesantren Mahasiswa Tampak
Dari Bawah
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
150
Gambar III: Pintu Masuk Gedung Pesantren
Mahasiswa Putra
Gambar IV: Sosialisasi Santri
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
151
Gambar V: Kegiatan Mahasiswa (Ngaji Kitab
Kuning)
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
152