Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren Mahasiswa

153
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial, ini adalah sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan memang sudah kodratnya demikian. Namun terkadang kita tidak paham dengan ruang lingkup sosial yang ada di sekitar kita, dan itu membuat sering terjadinya salah paham yang berujung pada konflik. Manusia juga diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional sehingga kita berinteraksi secara makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Selain itu sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita juga mempunyai segi spritualitas, sehingga manusia mempunyai tiga sisi yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk spiritual. Dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 1

Transcript of Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren Mahasiswa

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk sosial, ini adalah sebuah

kenyataan yang tak terbantahkan dan memang sudah

kodratnya demikian. Namun terkadang kita tidak paham

dengan ruang lingkup sosial yang ada di sekitar kita,

dan itu membuat sering terjadinya salah paham yang

berujung pada konflik. Manusia juga diciptakan oleh

Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional sehingga

kita berinteraksi secara makhluk individu ataupun

sebagai makhluk sosial. Selain itu sebagai makhluk

ciptaan Tuhan kita juga mempunyai segi spritualitas,

sehingga manusia mempunyai tiga sisi yaitu sebagai

makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk

spiritual.

Dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan

manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

1

kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya.

Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh

manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi

manusia lainnya. Sehingga fungsi-fungsi sosial yang

diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling

berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia

lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi sangat

bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya.

Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari adanya

kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan

demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh

berbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia

memiliki kebutuhan masing-masing secara individual

maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang bisa

diadaptasi oleh masing-masing manusia. Penyelarasan

kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan individu, kelompok,

dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

2

konsentrasi utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya

yang beradab.

Sosiologi komunikasi mengungkapkan bahwa tindakan

awal untuk menyelaraskan fungsi-fungsi sosial yang ada

di dalam manusia, adalah dengan melakukan interaksi

sosial, atau tindakan komunikasi antara satu pihak

dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi manusia ini

bisa berupa tindakan verbal, non-verbal, atau bahkan

bersifat simbolis. Kebutuhan manusia akan interaksi

sosial melahirkan budaya-budaya yang beragam nilai dan

norma-normanya. Nilai dan norma ini dibentuk oleh

manusia agar tercipta keseimbangan sosial (social

equilibrium) antara hak dan kewajiban sehingga tercipta

tatanan sosial (social order) dalam proses kehidupan

bermasyarakat.

Karena salah satu unsur terpenting dari kehidupan

sosial manusia adalah komunikasi, maka lahirlah

kebutuhan ilmu untuk mengkaji kekhususan dalam studi-

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

3

studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi.

Sosiologi komunikasi membaca fenomena sosial melalui

perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus

komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok

masyarakat, budaya, dan dunia terutama antar kalangan

mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan riil

tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk mengkaji

secara mendalam dan mengungkap dinamika sosiologi

komunikasi Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana model sosiologi komunikasi antar

mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya ?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh

mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya dalam rangka membangun sosiologi

komunikasi ?

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

4

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan mendasar dilakukannya penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana model sosiologi

komunikasi antar mahasiswa di Pesantren Mahasiswa

UIN Sunan Ampel Surabaya

2. Untuk mengetahui dan mengatasi kendala-kendala apa

saja yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam rangka

membangun sosiologi komunikasi

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Kehadiran penelitian ini diharapkan berguna bagi

peneliti sendiri, seluruh

civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya (mahasiswa,

tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan para pimpinan

lembaga), maupun masyarakat cendekia yang berada di

ranah luar institusi UIN Sunan Ampel Surabaya mengenai

model sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

5

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya mengenai

pola, bentuk, media, faktor pendorong, dan sekaligus

faktor penghambat dan juga kendala-kendala apa saja

yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN

Sunan Ampel Surabaya dalam rangka membangun sosiologi

komunikasi

E. DEFINISI KONSEP

Ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan

klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.

Suatu hal atau persoalan yang dirumuskan dalam

merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai

dengan maksud kita memakainya.

Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang

mempunyai ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi

antar manusia dan memunkinkan manusia untuk berpikir.

Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau

representasi intelektual yang abstrak dari situasi,

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

6

obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide

atau gambaran mental.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini memuat lima bab yang masing-

masing mempunyai relasi, diantaranya:

BAB I ;  Berisi mengenai Pendahuluan yang

disajikan pokok permasalahan, dalam bab ini memuat

diantaranya; latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian,definisi konsep,

dan sistematika pembahasan.

BAB II ; Tinjauan Pustaka, meliputi : pertama,

tentang Sosiologi Komunikasi yang mencakup :Pengertian

Sosiologi Komunikasi, Ruang Lingkup Sosiologi

Komunikasi, dan Pola-pola Pendekatan Sosiologi

Komunikasi, Kedua tentang Komunikasi Antarpersonal dan

Komunikasi Kelompok sebagai Bagian dari Sosiologi

Komunikasi, dan ketiga, Teori Sosiologi Komunikasi

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

7

tentang Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi

Kelompok.

BAB III ; Metode Penelitian yang mencakup tentang

Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Tahap-tahap

Penelitian, Instrumen Penelitian, Metode Pengumpulan

Data, dan Analisis Data.

BAB IV ; Penyajian dan Analisis Data meliputi :

Deskripsi Obyek Penelitian, Hasil Penelitian, dan

Telaah Teori tentang Hasil Penelitian.

BAB V ; Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran,

dan pada bagian akhir karya ilmiah: terdiri dari daftar

pustaka.

Untuk lebih jelasnya Laporan penelitian ini dibagi atas

beberapa bab.

1. Bagian Pertama (Pendahuluan)

Pada Bab I ini terdiri dari beberapa sub pokok bab

yang meliputi antara lain:

a. Latar Belakang Masalah

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

8

Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari

penulis terhadap topik permasalahan yang

bersangkutan.

b. Rumusan Masalah

Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus

merumuskan masalah dalam penelitian yang

bersangkutan.

c. Tujuan Penelitian

Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai

dan diharapkan dari penelitian ini dengan

memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.

d. Manfaat Penelitian

Sesuatu yang dapat diambil dari obyek yang

diteliti oleh peneliti yang dijadikan sebagai

bahan laporan yang awalnya peneliti hanya

menghipotesis saja namun dengan melakukan

penelitian maka peneliti akan mengetahui apa yang

selama ini hanya hipotesis menjadi kenyataan.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

9

Untuk orang lain yaitu sesuatu yang dapat

dipelajari dan diambil dari hasil penelitian yang

telah disusun rapi oleh peneliti yang kemudian

dibaca oleh pembaca dan dapat diperoleh kesimpulan

yang bermanfaat daloam kehidupannya.

e. Definisi Konsep

Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang

mempunyai ciri-ciri sesuatu yang mempermudah

komunikasi antar manusia dan memunkinkan manusia

untuk berpikir. Definisi konsep yang lain adalah

sesuatu yang umum atau representasi intelektual

yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa,

suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran

mental.

f. Sistematika Pembahasan

Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari

Penulisan Karya tulis ilmiah.

g. Metode Penelitian

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

10

Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian,

mencakup cara pengumpulan data, alat yang

digunakan dan cara analisa data.

1) Jenis-Jenis Metode Penelitian: Studi Pustaka:

Semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau

jurnal.

2) Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi

penelitian.

3) Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di

atas.

2. Bagian Kedua (Tinjauan Pustaka)

Pada Bab II Tinjauan Pustaka ini terdiri dari

beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :

a. Konsep atau terminologi yang diteliti

Penjelasan mengenai makna atau definisi masalah

yang di teliti diserati sumber kutipan.

b. Teori

Teori yang digunakan dalam sebuah penelitian

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

11

3. Bagian Ketiga (Metode penelitian)

Pada Bab Metode penelitian ini Menjelaskan cara

pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan

alat-alat analisis yang ada.

4. Bagian Keempat (Penyajian dan Analisis Data)

Pada Bab Penyajian dan Analisis Data ini terdiri

dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :

a.Deskripsi Obyek Penelitian

Deksripsi penelitian di dapat dari teknik

pengumpulan data, alurnya logis, sistematis dan

kronologi.

b. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan hasil dari wawancara

yang didapat dari narasumber yang dilakukan secara

langlung bertatap muka, kemudian dirangkum dan

dijadikan satu sehingga memperoleh suatu hasil

penelitian yang signifikan dan faktual.

c. Telaah Teori tentang Hasil Penelitian

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

12

Telaah teori tentang hasil penelitian memiliki

beberapa tujuan penting yang beberapa diantaranya

adalah sebagai berikut:1

1) Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep

penting yang digunakan, serta penjelasan aspek-

aspek yang tercakup didalamnya. Meskipun

penelitian kualitatif tidak pernah dimaksudkan

untuk mengungkap hipotesis sehingga peneliti

memang tidak harus berpegang pada definisi-

definisi tertentu untuk konsep-konsep yang

digunakan, tetapi peneliti tetap membutuhkan

penjelasan mengenai konsep yang dihadirkan.

2) Memperoleh pijakan untuk dapat mengemukakan

penjelasan-penjelasan teoritik tentang

pendekatan-pendekatan yang digunakan peneliti

dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian.

1 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LKIS, Yogyakarta, 2007), hlm. 81-83.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

13

3) Memperoleh acuan dalam upaya mengidentifikasi

dan mengemukakan justifikasi mengenai ruang-

ruang lingkup dari gejala komunikasi yang

diteliti.

4) Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-

posisi penelitian yang sedang dilakukan di

antara penelitian-penelitian lain yang sudah

ada sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-

catatan kritis terhadap penelitian maupun

pendekatan-pendekatan yang digunakan.

5) Memperoleh ilustrasi penelitian sejenis baik

dilihat dari segi metode dan atau prosedur

penelitian yang digunakan maupun temuan-temuan

yang dihasilkan peneliti lain.

6) Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi

hasil (temuan) penelitian yang dilakukan

diantara hasil-hasil (temuan) penelitian lain.

5. Bagian Kelima (Penutup)

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

14

Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau

ditambahkan Saran.

a.Kesimpulan

Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis,

yang diperoleh dari penelitian.

b.Saran

Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan

dengan hasil penelitian.

6. Daftar Pustaka

Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah,

dll), yang digunakan dalam penulisan.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SOSIOLOGI KOMUNIKASI

Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi

bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, dimana

Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi

yang beraliran jerman sementara Claude Henry Saint-

Simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim merupakan

nama-nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis.

Sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur.

Kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Talcott

Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan

paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori

komunikasi yang beraliran struktural fungsional.

Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan

Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya

teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

16

Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian

pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan interaksi

sosial antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang

disebut oleh Comte dengan ”Social Dynamic”, kesadaran

Kolektif” oleh durkheim dan interaksi Sosial Oleh Marx

serta ”tindakan komunikatif” dan ”teori komunikasi”

oleh Habernas adalah awal mula lahirnya perspektif

sosiologi komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam

itu, maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif

sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan

lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif

struktural fungsional maupun dalam perspektif konflik.

Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan

Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi,

sumbangan dari perspektif struktural fungsional dalam

sosiologi yang diajarkan oleh Talcott Parson dalam

teori sistem tindakan maupun dalam skema Agil, serta

kajian Robert K. Merton tentang struktur fungsional,

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

17

struktur sosial dan anomi, merupakan sumbangan-

sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teor-

teori komunikasi di waktu-waktu berikutnya.

Dahulu mengenai konsep-konsep penting yang

berhubungan dengan sosiologi komunikasi adalah konsep

sosiologi, masyarakat dan komunikasi. Sosiologi.

Konsep-konsep tersebut merupakan konsep penting yang

kemudian melahirkan studi-studi integratif serta

terkait satu sama lain sehingga melahirkan studi-studi

interelasi yang penting untuk dibicarakan disini

sekaligus sebagai ruang lingkup dalam studi-studi

sosiologi komunikasi.

Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak

orang menggunakannya untuk berbagai keperluan. Sampai

saat ini masih saja banyak orang yang latah menggunakan

kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya.

Sama saja halnya dengan orang memakai cincin. Memang

cincin di pasangkan pada jari tanggan. Akan tetapi ada

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

18

saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu

jari. Pada hal sebaiknya, agar indah dipandang tentunya

dipasang pada jari manis.2

1. Pengertian Sosiologi Komunikasi

Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi

adalah kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi

sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang

menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara

para individu, individu dengan kelompok maupun

antarkelompok. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi

komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking,

yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik.

Secara komprehensif sosiologi komunikasi

mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala

aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut

2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2010), hlm. 55.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

19

seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan

dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai

akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana

perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong

oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial

macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat

dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.

Komunikasi di dalam masyarakat dibagi dalam 5 jenis:

1) Komunikasi individu dengan individu (komunikasi

antar pribadi)

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar

perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi

secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak

langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan

percakapan tatap muka, percakaan melalui telepon,

surat-menyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah

bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

20

(relationship), percakapan (discourse), interaksi, dan

karakteristik komunikator.

2) Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya

kepada interaksi di antara orang-orang dalam

kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga

melibatkan komunikasi antarpribadi. Bahasan

teoretis meliputi dinamika kelompok, pola dan

bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan.

3) Komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan

bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan

jaringan organisasi. Komunikasi organisasi

melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi

dan komunikasi kelompok. Pembahasannya meliputi

struktur dan fungsi organisasi, hubungan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

21

antarmanusia, komunikasi dan proses

pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi.

4) Komunikasi sosial

Komunikasi sosial adalah salah satu bentuk

komunikasi yang lebih intensif, di mana komunikasi

terjadi secara langsung antara komunikator dan

komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung

dua arah atau lebih diarahkan kepada pencapaian

suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan

ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah

yang dibahas. Komunikasi sosial sekaligus suatu

proses sosialisasi dan untuk pencapaian stabilitas

sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama

dan baru yang diagungkan oleh suatu masyarakat

melalui komunikasi sosial kesadaran masyarakat

dipupuk, dibina, dan diperluas. Melalui komunikasi

sosial, masalah-masalah sosial dipecahkan melalui

konsensus.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

22

5) Komunikasi massa

Komunikasi massa menurut Mc Quail adalah

komunikasi yang berlangsung pada tingkat

masyarakat luas. Pada tingkat ini komunikasi

dilakukan dengan manggunakan media massa.

Selanjutnya Mc Quail mengatakan ciri-ciri utama

komunikasi massa:

a) Sumbernya adalah organisasi formal dan

pengirimnya adalah profesional

b) Pesannya beragam dan dapat diperkirakan

c) Pesan diproses dan distandarisasikan

d) Pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual

dan simbolik

e) Hubungan antara komunikan dan komunikator

berlangsung satu arah

f) bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif

Dengan demikian, lingkup komunikasi massa

menyangkut sumber pemberitaan, pesan komunikasi,

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

23

hubungan komunikan dan komunikator, dan dampak

pemberitaan terhadap masyarakat.

Jadi, Sosiologi komunikasi adalah suatu ilmu yang

mempelajari tentang ilmu komunikasi dari sudut

sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas

tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik

sebagai aktivitas sosial, interaksi sosial antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok dan

kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari

komunikasi dalam masyarakat tersebut.

Atau juga bisa diartikan, sebagai Suatu ilmu yang

mempelajari atau meneliti tentang struktur sosial dan

proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial

didalam masyarakat yang mempengaruhi proses penyampaian

pesan baik verbal maupun nonverbal dari komunikator

kepada komunikan guna untuk menimbulkan feedback atau

umpan balik yang sesuai dengan harapan.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

24

Sosiologi komunikasi berpendapat bahwa tindakan

awal dalam penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan

berbagai kebutuhan manusia diawali oleh dan dengan

melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi

satu dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial

dan tindakan komunikasi itu dilakukan baik secara

verbal, nonverbal, mapun simbolis. Kebutuhan adanya

sinergi fungsional dan akselerasi positif dalam

melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan

lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang

adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu

mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai

kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial

(sosial equilibirium) antara hak dan kewajiban dalam

pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi

keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial (social

order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di

waktu yang akan datang.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

25

Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah

komunikasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh

sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting

dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif

ini dalam sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka

lahirlah kebutuhan untuk mengkaji kekhususan dalam

studi-studi sosiologi yang dinamakan Sosiologi

Komunikasi, yaitu perspektif kajian sosiologi tentang

aspek-aspek khusus komunikasi dalam lingkungan

individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan dunia.

2. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi

Adapun ruang lingkup kajian sosiologi komunikasi

adalah gejala, pengaruh dan masalah sosial yang

disebabkan oleh komunikasi. Ruang lingkup kajian

sosiologi, yaitu pengaruh atau akibat-akibat sosial

yang terjadi atau ditimbulkan oleh komunikasi. Dalam

hal ini yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana

masalah sosial itu terjadi. Aspek komunikasi apa atau

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

26

yang bagaimana yang menyebabkan timbulnya masalah

tersebut. Dan dalam bahasan mata kuliah sosiologi

komunikasi ini akan difokuskan pada sosiologi

komunikasi massa. Pada dasarnya antara penelitian

dibidang komunikasi dengan sosiologi komunikasi tidak

mempunyai hubungan yang langsung. Akan tetapi

penelitian dibidang komunikasi mempunyai kecenderungan

untuk melakukan penelitian tentang:

a) Struktur, pusat perhatian, perilaku masyarakat

yang menjadi sasaran komunikator, maksudnya

bagaimana sesuatu peran itu disampaikan, ataupun

apakah yang akan menjadi pusat perhatian

penelitian tersebut.

b) Efektifitas komunikasi massa, maksudnya sejauh

mana pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh

komunikasi massa.

c) Efek-efek sosial dari komunikasi massa, maksudnya

bagaimanakah pengaruh sosialdari komunikasi massa.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

27

Dan inilah sebenarnya yang menjadi salah satu

bidang kajian sosiologi komunikasi massa.

Dengan memperhatikan lingkup kajian sosiologi

komunikasi tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa

komunikasi dengan media massa mempunyai sifat-sifat

atau ciri-ciri tertentu, disamping itu berbagai aspek

komunikasi lainnya dapat pula menimbulkan akibat-akibat

atau pengaruh sosial lainnya, misalnya, sistem

komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis,

unsur-unsur komunikasi dapat menimbulkan pengaruh

sosiologis. Gejala-gejala sosiologis yang terbentuk

dalam berbagai kemungkinan antar lain:

a) Suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan

pengaruh terhadap masyarakatnya, maksudnya, suatu

sistem akan menentukan bagaimana suatu kegiatan

itu akan dilaksanakan, sehingga hal ini juga

mengandung suatu pengertian bahwa sistem

komunikasi massa akan mempengaruhi masyarakatnya,

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

28

misalnya sistem komunikasi massa komunis mempunyai

pengaruh tertentu kepada masyarakatnya.

b) Sistem komunikasi massa dapat menyampingkan media

komunikasi tradisional yang berlaku dalam

kehidupan masyarakat.

c) Sistem komunikasi massa merupakan sarana yang kuat

dan luwes untuk menpengaruhi masyarakat sehingga

suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan

pengaruh sosiologis yang kuat.

d) Sistem komunikasi massa dapat menimbulkan sikap

dan pandangan yang seragam terhadap gejala sosial

tertentu, maksudnya, sistem tersebut dapat

mempengaruhi penilaian masyarakat mengenai suatu

masalah sosial tertentu yang ditimbulkan oleh

media komunikasi massa.

Menurut Bungin, sosiologi komunikasi terdiri dari

4 konsep yang sekaligus menjadi ruang lingkup sosiologi

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

29

komunikasi. Ke-empat konsep tersebut yakni sosiologi,

masyarakat, komunikasi, dan teknologi media/informasi.3

a.Sosiologi

Asal kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie,

yaitu bercocok tanam atau bertanam, kemudian berkembang

menjadi Socius (bhs. Latin) yang berarti teman, kawan.

Bearkembang lagi menjadi kata sosial yang

berartiberteman, bersama, berserikat. Kata sosial

secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai kejadian

dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan

selanjutnya dengan pengertian itu bermaksud untuk

mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu

persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian

itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam

kehidupan bersama.

Dengan kata lain menurut Hassan Shadily, Sosiologi

adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang

3 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 27.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

30

mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau

masyarakatnya masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan

adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah

laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan

yang meliputi segala segi kehidupannya.

Berikut pengertian sosiologi menurut para ahli

diantaranya adalah:

1) Van der Zanden Memberikan batasan bahwa sosiologi

merupakan studi ilmiah tentang interaksi antar

manusia.

2) Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi

adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara

manusia dalam kelompok.

3) William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat

bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah

terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu

organisasi sosial.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

31

4) Pitirim Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi

adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang:

a) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka

macam gejala-gejala sosial (misalnya antara

gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan

moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat

dengan politik dan lain sebaginya);

b) hubungan dengan pengaruh timbal balik antara

gejala sosial dengan gejala non sosial

(misalnya gejala geografis, biologis dan

sebagainya)

c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala

sosial.

5) Prof. DR. Selo Soemardjan dalam bukunya “Setangkai

Bunga”, Sosiologi mendefinisikan proses sosial,

termasuk perubahan-perubahan sosial.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

masyarakat, hubungan antara masyarakat dan akibat dari

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

32

hubungan tersebut. Karena sosiologi objeknya adalah

masyarakat maka cakupan dari objek sosiologi itu adalah

individu, kelompok, dan masyarakat. Proses hubungan

inilah yang biasa disebut dengan istilah interaksi

sosial.

Dengan melihat pengertian sosiologi dan objek

sosiologi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

sosiologi mempunyai fungsi:

1) Berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang

sedalam-dalamnya tentang masyarakat.

2) Mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin

dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan-

persoalan masyarakat.

3) Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada

interaksi manusia.

b.Masyarakat

Menurut Ralph Linton, masyarakat adalah sekelompok

manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

33

lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan

menganggap diri mereka sebagai dengan batas-batas yang

dirumuskan dengan jelas.

Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah

orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan

kebudayaan.

Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu

sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang atau

lebih, tetapi minimal adalah dua orang. Manusia

tersebut hidup bersama dalam waktu cukup lama, dan

akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling

berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara

manusia itu, kemudian melahirkan keinginan,

kepentingan, perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya.

Keseluruhan itu kemudian mewujudkan adanya system

komunikasi dan suatu kesatuan sosial peraturan-

peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam

masyarakat tersebut. Dalam sistem hidup tersebut, maka

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

34

muncullah budaya yang mengikat antara satu manusia

dengan lainnya.

c.Komunikasi

Masih ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang

dalam bahasa Inggris disebut communication, berasal

dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana Anda telah

pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi,

kata communicatio berasal dari kata communis yang

artinya sama. Tentu saja, konteks sama yang dimaksudkan

ialah sama makna.4

Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda

terlibat dalam percakapan dengan teman Anda, dimana

tidak saja menggunakan bahasa yang sama, namun juga

Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari

4 Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 53

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

35

apa yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan

makna lebih mengarah pada kesamaan pandangan di antara

orang-orang yang terlibat dalam komunikasi mengenai isi

dari pesan tersebut.

Berikut adalah pengertian komunikasi menurut

beberapa ahli. Beberapa teori yang dikemukakan dalam

buku Teori Komunikasi antara lain dari:

1) Anderson: Komunikasi adalah suatu proses dengan

mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang

lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan

secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang

berlaku.

2) Margarete Mead: Interaksi, juga dalam tingkatan

biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi,

karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan

kebersamaan tidak akan terjadi.

3) Barnlund: Komunikasi timbul didorong oleh

kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

36

ketidakpastian, bertindak secara efektif,

mempertahankan atau memperkuat ego.

4) Berelson dan Steiner: Komunikasi adalah proses

penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian

dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol

seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan

lain-lain.

5) Onong Uchyana: Proses komunikasi pada hakikatnya

adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan

oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan,

informasi, opini, dan lain-lain yang muncul

kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan,

keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul

dari lubuk hati.

6) Sean Mac Bride komunikasi adalah proses pengoperan

lambang-lambang yang mengandung arti dari

komunikator kepada komunikan dengan tujuan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

37

tertentu, baik melalui media maupun tidak, sarana

atau tidak bersarana. Lambang yang berisi pesan

yang membawa pesan dan sarana yang membawa pesan

tersebut sebenarnya adalah dua muka dari satu

kenyataan. Lambang, gerak, angka, kata-kata,

gambar semuanya adalah sarana komunikasi, dan

medianya adalah tangan, halaman cetak, radio atau

televisi, tidak hanya membawa pesan tetapi

sekaligus sebagai lambang komunikasi.5

Pada prinsipnya pernyataan ini benar, bahwa

lambang gerak bahasa dan lainya itu adalah sarana dan

media komunikasi. Onong Uchjana Effendi dalam membahas

komunikasi primer dan sekunder6 serta membenarkan

lambang tersebut juga media, yakni sebagai media

primer.

Untuk kepentingan pendefinisian komunikasi,

umumnya para pakar ilmu komunikasi merujuk pada5 Sean Macbride, Many Voices One Word, dalam “Aneka Suara Satu Dunia”, Unesco-Balai Pustaka, hlm. 83

6 Onong Uchjana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan Komunikologis, Remaja Karya, Bandung, 1986, hlm. 93

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

38

pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The Structure

and Function of Communication in Society. Lasswell yang

menjelaskan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut:

Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect? Bila

diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa

dengan Saluran Apa kepada Siapa dan dengan Efek Apa?

Bila Anda menyimak baik-baik formulasi Lasswell ini

maka Anda akan dapat memahami elemen-elemen penting

dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu.

Kata who (siapa) dalam konteks komunikasi merujuk

kepada seorang pemberi pesan.Pemberi pesan ini biasanya

dikenal dengan sebutan sumber informasi, komunikator,

atau pengirim pesan.

Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang

diperkatakan. Dalam hal ini pesan atau isi dari

percakapan/pembicaraan.Pesan ini lalu kita kenal dengan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

39

sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan

non verbal (menggunakan bahasa isyarat).

In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada

alat atau saluran atau media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan, manusia

dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam

berkomunikasi. Media yang paling praktis dan semua

orang menggunakannya saat berkomunikasi adalah panca

indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran

komunikasi menggunakan alat bantu seperti telephon,

telegram, dan surat). Ada juga saluran komunikasi yang

digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar

(massa) yaitu media cetak dan elektronik.

To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima

pesan.Penerima pesan ini disebut juga sebagai

komunikan, atau receiver.Bila anda berinisiatif

menelpon sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut

sebagai komunikan.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

40

With what effect (dengan efek apa) merujuk pada

pengaruh yang ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini

dapat meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan, dan

sikap lawan bicara.7

Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat

menyimpulkan bahwa komunikasi itu terdiri dari

sekurang-kurangnya 5 unsur yakni:

1) Komunikator (pemberi informasi).

2) Pesan.

3) Media (saluran).

4) Komunikan (penerima informasi/pesan).

5) Efek (pengaruh).

Kesimpulannya ialah komunikasi adalah proses

pengiriman pesan baik verbal maupun nonverbal dari

komunikator kepada komunikan untuk mengahasilkan timbal

balik.8

7 Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta;Rajawali Pers, 1998), hal. 56.

8 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal 17-19.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

41

d.Teknologi Komunikasi Dan Informasi

Teknologi komunikasi merupakan ruang lingkup

ketiga dari sosiologi komunikasi. Menurut Alter,

teknologi informasi mencakup perangkat keras dan

perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah

tugas pemrosesan data seperti menangkap,

mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi,

atau menampilkan data.9 Sedangkan menurut Martin

mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas

pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat

lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan

informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi

untuk mengirimkan informasi.10 Berdasarkan definisi

tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa

teknologi komunikasi berhubungan erat dengan perangkat

9 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 30.

10 Ibid.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

42

keras dan lunak yang dapat digunakan untuk memproses

dan mengirimkan informasi.

Ruang lingkup sama dengan domain, atau bisa juga

dikatakan sebagai wilayah kerja. Sebagai sebuah

disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ruang

lingkup / domain.

Menurut Bungin, domain atau ruang lingkup

sosiologi adalah individu, kelompok, masyarakat, dan

sistem dunia. Selanjutnya, ruang lingkup ini juga

bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti

komunikasi, efek media massa, budaya kosmopolitan,

proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi

dan komunikasi.11 Ruang lingkup dari sosiologi

komunikasi seolah-olah, sama dengan ruang lingkup dari

sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi

komunikasi tidak mengambil utuh ruang lingkup dari

sosiologi. Begitu pula dengan komunikasi. Ruang lingkup

sosiologi komunikasi juga tidak mengambil ruang lingkup

11 Ibid. Hal. 37.[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika

Sosiologi Komunikasidi Pesantren Mahasiswa

43

komunikasi secara keseluruhan. sosiologi komunikasi

menjembatani kajian-kajian yang dibicarakan baik dalam

bidang ilmu komunikasi maupun sosiologi. Sebagaimana

dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi

komunikasi bahwa sosiologi komunikasi bukanlah ilmu

yang berdiri sendiri. Sosiologi komunikasi merupakan

salah satu cabang dari sosiologi yang secara khusus

membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan proses

komunikasi dalam masyarakat.

Setelah anda memahami konsep-konsep sosiologi dan

komunikasi, sekarang apa yang anda ketahui tentang

sosiologi komunikasi. Secara sederhana, anda dapat

membuat definisi sederhana dengan menghubungkan kedua

konsep tersebut.

Namun untuk menyeragamkan pemahaman, tidak ada

salahnya kalau anda memperhatikan beberapa pengertian

berikut ini. Stephen F. Steele dalam Anne Arundel

Community College and The Society for Applied Sociology (2002),

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

44

sebagaimana dikutip Liliwery (Tanpa Tahun, hal 4),

bahwa sosiologi komunikasi adalah studi yang

mempelajari perilaku kolektif akibat media.

Selanjutnya, Liliwery sendiri memahami sosiologi

komunikasi dalam dua bagian yakni level makro dan

mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery berpendapat

bahwa sosiologi komunikasi merupakan cabang dari

sosiologi yang mempelajari atau menerangkan mengenai

prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi)

tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam

kelompok atau masyarakat. Sementara dalam artian sempit

(mikro), Liliwery mendefinisikan sosiologi komunikasi

sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau

yang menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan

(ilmu sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses

komunikasi manusia dalam konteks komunikasi massa dari

suatu masyarakat.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

45

Apa kesimpulannya? Ingat, sosiologi komunikasi

adalah cabang dari sosiologi. Secara sederhana anda

dapat mengatakan bahwa sosiologi komunikasi adalah

cabang dari sosiologi yang mempelajari bagaimana proses

pertukaran pesan/informasi terjadi dalam konteks

masyarakat.

3. Pola-Pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi

Untuk menghasilkan suatu teori, maka kajian-kajian

ilmiah harus memiliki pendekatan-pendekatan, demikian

halnya dengan teori-teori sosiologi komunikasi. Ada

tiga pendekatan utama sosiologi komunikasi, yaitu:

a. Pendekatan struktural-fungsional.

Ini merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan

strukturalisme dan fungsionalisme. Pendekatan

strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan

masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap

struktur tersebut. Pendekatan ini hanya melihat

masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

46

struktur pembangun di dalamnya. Sedangkan

fungsionalisme lebih cenderung kepada kajian bahwa

setiap komponen dalam masyarakat mempunyai fungsi dan

peran di dalam masyarakat. Kajian ini mengutamakan

fungsi tersebut dan lebih mengabaikan struktur, bahwa

setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika tidak

maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.

Maka kombinasi antara strukturalisme dan

fungsionalisme ini memandang bahwa masyarkat tidak

hanya sebagai kesatuan struktur saja atau fungsi saja,

tapi cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari

strukturnya maupun fungsinya dan hubungan di antara

keduanya.

Pendekatan struktural-fungsional terkenal pada

akhir 1930-an, dan mengandung pandangan makroskopis

terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan ini bersumber

pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile

Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropog

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

47

sosial Inggris, namun yang pertama yang mengemukakan

rumusan sistematis mengenai teori ini adalah Halcot

Parsons, dari Harvard. Teori ini kemudian dikembangkan

oleh para mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa

tersebut, terutama di Amerika.

Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar:

1) Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-

struktur yang dalam fungsi-fungsi mereka masing-

masing saling bergantung, sehingga perubahan-

perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-

struktur dengan sendirinya akan tercermin pada

perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-

struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis

sosiologis adalah menyelidiki mengapa suatu hal

berpengaruh kepada hal lainnya, dan sampai sejauh

mana pengaruh tersebut.

2) Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai penopang

aktivitas-aktivitas atau substruktur-substruktur

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

48

lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh

sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga,

perekonomian, politik, agama, pendidikan,

rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.

b. Pendekatan konflik.

Baik konflik nilai (the conflict of values)

ataupun konflik kepentingan (the conflict of interest).

Adapun pendekatan Marxien atau pendekatan konflik

merupakan pendekatan alternatif paling menonjol saat

ini terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial

makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat

terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis

internasional. Meskipun sebagian besar tulisannya ia

tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi

banyak asumsinya yang dalam pengertian modern diakui

sebagai teori sosiologis.12 Namun para pengikut

sosiologi Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis

12 Josefh S, Sociologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora (Jakarta:Bina Aksara, 1984) . Hal 22.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

49

dan ideologi Marx secara sangat eksplisit, sedangkan

praktek ideologis hanya secara implisit terdapat dalam

tulisan-tulisan para penganut pendekatan sturuktural-

fungsional.

Sosiologi Marx didasarkan pada dua asumsi pokok yaitu:

1) Ia memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor

penentu utama semua kegiatan kemasyarakatan.

2) Ia melihat masayarakat manusia terutama dari sudut

konflik di sepanjang sejarah. Menurut Marx, motif-

motif ekonomi dalam masyarakat mendominasi semua

struktur lainnya, seperti agama, keluarga, hukum,

seni, sastra, sains dan moralitas.

Ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah

manusia secara sedikian rupa, sehingga sampai-sampai ia

berpandangan sumber daya ekonomi dikuasai oleh

segelintir orang tertentu, sementara golongan

masyarakat lainnya ditakdirkan untuk bekerja untuk

mereka dan tetap bergantung pada kemurahan hati

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

50

segelintir penguasa. Karenanya Marx melihat masyarakat

terbagi jadi dua kelas:

1) Kelas pemilik yang selalu mengekploitasi yang

disebut dengan kaum Borjouis.

2) Kelas buruh yang senantiasa terekploitasi yang

dikenal dengan kaum Proletar.

Pengeksploitasian terus menerus ini menurut Marx

mengharuskan terjadinya revolusi-revolusi.

Bertolak dari memandang sejarah manusia dengan

cara seperti ini, Marx mengajukan teori sosialismenya

yakni sautu solusi final agar seluruh sumber daya dapat

dimiliki oleh semua orang. Revolusi-revolusi lanjutan

tidak lagi diperlukan karena idealnya tidak akan adala

lagi kelaparan,peng eksploitasian dan konflik.

c. Pendekatan interaksionisme-simbolis.13

Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang

menggunakan interdisiplin, yakni interaksionisme yakni

13 Ilyas Ba-Yunus, Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib (Bandung: Mizan, 1996) h. 20-24.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

51

sebuah pendekatan yang mengkaji hubungan-hubungan yang

terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini

digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi

bahwa semua interaksi dalam masyarakat hanya akan

terlihat dengan jelas bila dihubungkan dengan simbol-

simbol yang berlaku di kalangan mereka.

Sedangkan pendekatan interaksionisme-simbolis

merupakan sebuah perspektif mikro dalam sosiologi yang

barang kali sangat spekulatif pada tahapan analisanya

sekarang ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit

sekali prasangkan ideologis, walaupun meminjam banyak

dari lingkungan Barat tempat dibinanya pendekatan itu.

Sebagaimana dipesankan oleh namanya,

interaksionisme-simbolis lebih sering disebut sebagai

pendekatan interaksionis saja-bertolak dari interaksi

sosial pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro

ini, tidak seperti jenis lain psikologi sosial, ia

diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

52

menangkap keseluruhan masyarakat sebagai penentu proses

dari banyak interaksi. Manusia dipandang mempelajari

situasi-situasi yang bisa serasi atau bisa pula

menyimpang, mempelajari situasi-situasi transaksi-

trasnsaksi politis dan ekonomis, situasi-situasi di

dalam dan diluar keluarga, situasi-situasi permainan

dan pendidikan, situasi-situasi organisasi, formal dan

informal dan seterusnya.

Pendekatan ini bisa dicontohkan dengan kajian

interaksi pada tingkat keluarga, yang kemudian juga

mengkaji bagaimana interaksi itu bisa berpengaruh

kepada interaksi pada tingkat yang lebih tinggi yakni

interaksi masyarakat. Maka interaksi di tingkat

keluarga ini akan sangat kental mempengaruhi dan

mencoraki interaksi di tingkat yang lebih tinggi.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

53

B. KOMUNIKASI ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA SEBAGAI BAGIAN DARI SOSIOLOGI

KOMUNIKASI

Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa

terlepas dari komunkasi. Namun dalam melakukan

komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya

dengan efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang yang

terlibat dalam komunikasi itu berbeda budaya, kesalahan

dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa

komunikasi tidak bisa dihindari.14 Kesalahan ini dapat

menyebabkan terjadinya suasana yang tidak diharapkan

bahkan dapat menimbul pertikaian yang menjurus

munculnya konflik sosial.

Menurut Erving Goffman, proses untuk menampilkan

diri agar memiliki kesan lebih baik semacam ini disebut

“proses pengelolaan kesan” alias “impression management”.

Dalam komunikasi antarpersonal, proses pengelolaan

14 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: JurnalEditor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 47.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

54

pesan merupakan cara yang lazim digunakan orang agar

bisa menjalin komunikasi yang lancar dengan orang lain.

Setiap orang pasti pernah melakukan proses semacam

ini (komunikasi antarpersonal) terlepas dari apa

motivasinya. Boleh jadi, kita pun hampir setiap hari

mempraktikan komunikasi antarpersonal ini walaupun

dengan tanpa sadar karena sudah terotomatisasi.

Oleh karena itu Islam pun memberi nasihat yang

sangat tepat yakni, “Sesungguhnya, Allah tidak memandang

kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi

memandang hati kalian.” (HR Muslim)

Komunikasi antar personal adalah komunikasi antar

perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi

secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung

(tanpa medium). Contohnya kegiatan percakapan surat

menyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-

bentuk dan sifat-sifat hubungan, percakapan, interaksi

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

55

dan karakteristik komunikator.15 Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Somavar dan Porter, yang menyatakan

bahwa “ to understands intercultural interaction one must first

understand human communication”.16

Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa

hambatan yang ada, hambatn-hambatan tersebut antara

lain sebgai berikut :

1. Bahasa: Dalam komunikasi peranan bahasa sangat

penting karena bahasa merupakan salah satu alat

bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi.

Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman

yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan

menjadi hambatan dalam komunikasi .

2. Budaya: Budaya juga sangat penting dan

berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan

latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar

15 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi, (Bandung, PT ROSDAKARYA, 2005). Hal. 175

16 Larry Somavar and Richard E Porter, Communication Between Cultures,(Belmont: C.A. Wadsworth. 1991). Hal. 10.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika

Sosiologi Komunikasidi Pesantren Mahasiswa

56

satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi

bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat

menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang

dapat membuat perpecahan.

3. Kebenaran yang semu: Maksud dari kebenaran yang

semu adalah benar tidak dan salahpun juga tidak.

Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu

kebohongan di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi

harus ada kejelasan ataupun kejujuran agar ada

keterbukaan antar personal.

4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah

penipuan. Dalam sebuah komuikasi bila terjadi

penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi

dan sudah terpelihara selama ini.

5. Tujuan yang tidak jelas: Dalam komunikasi harus

ada kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan

yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas

akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

57

Misalnya misskomunikasi yang dapat memecahkan

hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar

personal yang lainya.

6. Salah paham Terkadang di dalam suatu komunikasi

terjadi salah paham dalam interpretasi, respon,

dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman

dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman

ini bisa terjadi perusakan suatu komunikasi.

Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut

dalam suatu hubungan komunikasi. Hubungan

komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau

ada pemutusan hubungan.

7. Sisi historis/ pengalaman: Setiap orang pasti

memiliki pengalaman sendiri-sendiri bila dari

pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak

ada titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan

bila orang yang bersangkutan tidak segera

memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

58

berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau

komunikasi.

8. Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu

komunikasi atau hubungan kita harus bisa

menghormati antar personal agar tercipta suatu

hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada

rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-

halyang tidak diiiginkan misalnya pemutusan

hubungan.

9. Mendominasi pembicaraan: Komunikasi dua arah akan

berhasil bila kita saling mengisi dan melengkapi.

Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu

pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif

dan tidak akan berjalan dengan lancar.

10. Pihak ketiga: Ketika terjadi komunikasi dua

arah jangan sampai ada pihak ketiga yang datang

karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang

dapat merusak suatu komunkasi yang sudah terbina

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

59

dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak

ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi dalam

komunikasi dua arah yang sebelumnya dan dai bias

merusak sedikit demi sedikit komunikasi atau

hubungan yang sudah tercipta sebelumnya.

Dengan adanya, tiap personal terjadi proses

komunikasi yang bertujuan untuk mengenali satu dengan

lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin harus

terdapat pengertian serta kepercayaan antar persona,

selain itu terdapat beberapa komponen yang harus dijaga

untuk menjaga hubungan komunikasi agar tidak terjadi

kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau

pemutusan.

Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia

tidak dapat untuk tidak berkomunikasi. We can’t not

communicate. Pun halnya saat kita berkelompok.

Komunikasi seakan menjadi ruh dalam jasad sebuah

kelompok.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

60

Salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi

sukses atau gagalnya suatu kelompok/komunitas

bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan

efektif suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam

komunikasi kelompok sering kali ada kegiatan penting

yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut.

Kegiatan tersebut adalah kegiatan “Diskusi Kelompok”.

Seperti halnya definisi-definisi lain, komunikasi

kelompok pun selalu diutarakan berbeda-beda untuk

setiap pakarnya. Perbedaan pendapat ini wajar sekali,

mengingat para pakar yang mengemukakan pendapat

mengenai komunikasi kelompok pun berbeda latar

belakangnya, mulai dari pengalaman, sampai pendidikan

yang berbeda satu sama lain. Latar belakang psikologi,

sosiokologi, dan komunikologi dapat membedakan pendapat

para pakar karena objek formal di setiap bidang

kajiannya berbeda namun terdapat juga persamaan pada

objek materialnya, yaitu manusia.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

61

Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang

berlangsung antara seorang komunikator dengan

sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.

Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada

interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok

kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi

antar personal. Bahasan teoritis meliputi dinamika

kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian

informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi,

serta pembuat keputusan.

Sedangkan Komunikasi Lintas Budaya merupakan salah

satu bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih

menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar

pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda

kebudayaan. Pada awalnya, studi lintas budaya berasal

dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga

kajiannya lebih bersifat depth description, yakni

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

62

penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi

berdasarkan budaya tertentu.

Pengertian Komunikasi Lintas Budaya (cross-cultural)

dan Antar Budaya (inter-cultural) biasanya tidak begitu

dibedakan.Kedua istilah itu biasanya dipakai secara

berganti-ganti dengan makna yang hampir sama. Meski

dalam tulisan ini nantinya akan memakai kedua istilah

tersebut secara bergantian,namun ada baiknya kita

menelusuri nuansa perbedaan arti yang sempat muncul

dalam literatur KAB.

Berbicara masalah komunikasi lintas budaya tidak

dapat pisahkan dari pengertian kebudayaan (budaya).

Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya sekedar dua kata

tetapi dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan

untuk merumuskan budaya saja, Godykunts dan Yun Kim

menyebut bahwa “ more than one hundred defenition of the term

have been sugeested”.17 Sementara  komunikasi itu sendiri

17 W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with strangers: Anapproach to intercultural communication (Ed), (New York: McGraw Hill,1992). Hal. 3

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

63

begitu beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya,

atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi

belum ada keseragaman. Tapi yang jelas menurut William

B. Hart II menyatakan bahwa studi komunikasi lintas

budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan

pada efek kebudayaan terhadap komunikasi.18 Bahkan

Edward T Hall dengan tegas menyatakan bahwa “culture is

communication and is cultur”.19

Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan

bagaimana cara kita berkomunikasi, artinya cara

seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah

dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang yang

berbeda budaya, karakter budaya yang sudah tertanam

sejak kecil sulit untuk dihilangkan,  karena budaya

adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari

18 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003). Hal. 8.

19 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: JurnalEditor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 48.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

64

generasi ke generasi.20 Dengan demikian konstruksi

budaya yang dimiliki oleh seseorang itu, diperoleh

sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat

mempengaruhi cara berpikir, berperilaku orang yang

bersangkutan dalam berinteraksi dan berkomunikasi

dengan orang yang berbeda budaya. Bahkan benturan

persepsi antar budaya sering kita alami sehari-hari,

dan bilamana akibatnya fatal kita cenderung menganggap

orang yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak

mengerti maksud kita. Hal ini terjadi karena, kita

cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks

latar belakang kita sendiri dan karena bersifat

subyektif.

Untuk menghindari kesalahpahaman sehingga tidak

menimbulkan benturan persepsi antarbudaya diantara

orang yang berbeda budaya, maka kita  dituntut secara

obyektif untuk mengenali perbedaan dan keunikan budaya

20 Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication: Kontek-KontekKomunikasi, Buku Pertama, Editor dan Penerjemah Dedy Mulyana,(Bandung: Rosdakarya. 1996). Hal. 237

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

65

sendiri dan orang lain dengan mempelajari berbagai

karakteristik budaya, diantaranya yaitu: (1) komunikasi

dan budaya; (2) penampilan dan pakaian; (3) makanan dan

kebiasaan makan; (4) waktu dan kesadaran waktu (5)

penghargaan dan pengakuan; (6) nilai, dan norma; (7)

rasa diri dan ruang; (8) proses mental dan belajar,

dan; (9) kepercayaan dan sikap.21 Sementara itu menurut

Deddy Mulyana bahwa untuk menghindari kesalahpahaman

dalam melakukan komunikasi dengan orang yang berbeda

budaya, kita harus menjadi komunikator yang efektif,

karena hubungan dalam konteks apapun harus dilakukan

lewat komunikasi.22 Lebih lanjut dijelaskan oleh Deddy

Mulyana untuk menjadi komunikator yang efektif,

seseorang harus memahami proses komunikasi dan prinsip-

prinsip dasar komunikasi yang efektif.

21 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: JurnalEditor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 52.

22 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima,(Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003). Hal. 34

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

66

Menurut Mulyana bahwa untuk mencapai komunikasi

yang efektif, khususnya dengan orang yang berbeda

budaya yang harus kita lakukan adalah: (1) kita harus

selalu menunda penilaian kita atas pandangan dan

perilaku orang lain, karena penilaian kita tersebut

seringkali bersifat subyektif, dalam spengertian

berdasarkan persepsi kita sendiri yang dipengaruhi oleh

budaya kita atau dengan kata lain, jangan biarkan

stereotif menjebak dan menyesatkan kita ketika kita

berkomunikasi dengan orang lain; (2) kita harus

berempati dengan mitra komunikasi kita, berusaha

menempatkan diri kita pada posisinya. Gunakan sapaan

yang layak sesuai dengan budayanya; (3) kita dituntut

untuk selalu tertarik kepada orang lain sebagai

individu yang unik, bukan sebagai anggota dari suatu

kategori rasial, suku, agama atau sosial tertentu; (4)

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

67

kita harus menguasai setidaknya bahasa verbal dan

nonverbal dan sistem nilai yang mereka anut.23

Komunikasi antarbudaya itu dilakukan :

1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam

pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema

(penyampaian tema melalui simbol) yang sedang di

pertentangkan.

2. Memalui pertukaran sistem simbol yang tergantung

dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam

komunikasi, sebuah keputusan di buat untuk

berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang

sama

3. Sebagai pembimbing prilaku budaya yang tidak

terprogram namun bermanfaat karena mempunyai

pengaruh terhadap prilaku kita

23 Deddy Mulyana, Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor, dan PengalamanKonyol, Cetakan  kedua, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002). Hal.36.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

68

4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita

dapat membedakan diri dari kelompok lain dan

mengidentifikasinya dengan berbagai cara.

Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher juga

mengemukakan bahwa selain memandang kedudukan

komunikator dan komunikan maka terhadap faktor lain

yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku komunikasi

antar budaya bukan sekedar pesan karena pengaruh

folkways pribadi tetapi pengaruh folkways

masyarakatnya. Pesan itu sama dengan simbol budaya

masyarakat yang melingkupi suatu pribadi tertentu

ketika ia berkomunikasi antarbudaya. Dengan demikian

sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam komunikasi

antar budaya bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan

pribadi melainkan simbol dari masyarakatnya. Pesan

dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol

yang di dalamnya terkandung karakteristik komunikator

yang terdengar atau terlihat dalam pengalaman proses

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

69

komunikasi antar pribadi di antara mereka yang berbeda

etniknya. 24 dan semua itu (komunikasi antarpersonal,

komunikasi kelompok, dan komunikasi lintas budaya)

adalah bagian dari sosiologi komunikasi.

C. TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TENTANG KOMUNIKASI

ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN KOMUNIKASI

LINTAS BUDAYA

1. Teori Perbandingan Sosial

Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang

lain dan kelompok kita dengan kelompok lain. Hal-hal

yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai

dari status sosial, status ekonomi, kecantikan,

karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari

pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik

atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan

sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang24 Deddy Mulyana, Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi Antar

Budaya, Dalam: Komunikasi Antar Budaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya, Editor: Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat,Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001). Hal. 45

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

70

lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak

akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain

relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Menurut

Myers (1999) Prasangka terlahir ketika orang menilai

adanya perbedaan yang mencolok.

Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan

anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat

kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif

setara prasangka yang ada kurang kuat. Ahli sosiolog

Manger (1991), menyebutkan bahwa prasangka dan

diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang

didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan

yang tidak seimbang diantara kelompokkelompok yang

bertentangan.

Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya

perbedaan tujuan disebuah kantor ada sebuah perbedaan

sosial yaitu antara atasan dan bawahan, manajer dan

karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

71

atau masalah dan juga kerjaan yang menumpuk, karyawan

yang tidak disiplin dan adanya perbedaan gaji ini dapat

menjadi suatu konflik perbandingan sosial dan dimana

ada juga sama-sama karyawan tapi dibedakan gaji dan

fasilitas ini juga salah satu perbandingan sosial yang

jelas akan menimbulkan suatu konflik.

2. Teori Percakapan Kelompok

Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan

dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk

mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota

(member input), variable-variabel perantara (mediating

variables), dan keluaran dari kelompok (group output).

Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok

dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan

harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual.

Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada

strukturstruktur formal dan struktur peran dari

kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

72

kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok adalah

pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan

kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat

dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan

harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata

lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input

variables) mengarah pada struktur formal dan struktur

peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini

mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan

(group achievement).

Contoh kasus: ketika ada suatu kelompok suku

budaya yaitu budaya batak dan jawa yang membedakan

antara bahasa dan konotasi dalam pengucapan kalau jawa

terkenal dengan kelembutannya akan tetapi suku batak

yang terkenal dengan suara keras dan lantang ini

terkadang menjadi suatu problem karena pada dasar nya

orang-orang di indonesia terlalu sensitif oleh karna

itu dari kedua suku akan menimbulkan konflik apabila

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

73

ada suatu percakapan yang sebenarnya biasa saja tapi

kalau ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang

akan menimbulkan seperti suatu emosi dan dengan

kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini dapat

menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia.

3. Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada

pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu

pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan

mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic

relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk

kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.

Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi

menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan

bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam

situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon

dari individu-individu selama interaksi sosial. Jika

imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

74

biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau

individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku

mereka untuk melindungi imbalan apa pun yang mereka

cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena

berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup

konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan

imbalan.

Contoh Kasus: Hubungan suami istri melalui sebuah

ikatan pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah

pernikahan, hanya akan langgeng manakala kalau semua

pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku

seseorang dimunculkan karena berdasarkan

perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya,

demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku

tersebut tidak ditampilkan. Banyak perceraian diantara

pasangan suami istri terjadi karena salah satu di

antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan

pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

75

pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat sering

kita saksikan melalui layar televisi, perceraian

selebritis. Bahkan buntut dari perceraian tersebut

adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak

ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling

mengumbar kasih sayang tetapi setelah bercerai malah

saling melempar caci maki dan kebencian.Sebuah ikatan

antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang

sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum

membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan

seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal

satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan

dilandasi oleh pemahaman agama yang baik.

Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami

istri selalu berkomunikasi secara intens dan terbuka

satu sama lain. Masing-masing pasangan juga harus

saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki

pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

76

hal maka alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal

tersebut diluar kesanggupan pasangannya. Komitmen-

komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar

tidak terjadi perselisihan yang akan berakibat pada

perceraian.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

77

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan

mengenai sosiologi komunikasi yang membidik terhadap

pola interaksi yang terjadi dalam sebuah rumah susun

berlantai lima yang terdiri dari berbagai etnis dan

Negara yang berbeda yang akrab disapa dengan nama PESMA

(Pesantren Mahasiswa) kami selaku peneliti memilih

untuk menggunakan model kualitatif karena dirasa sangat

tepat dalam memahami proses dialektika sosiologi

komunikasi yang terjadi antar mahasanti yang bermukim

ditempat tersebut.

Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian

yang biasanya lebih mementingkan pernyataan-pernyataan

dari pada angka-angka baik dalam pengumpulan maupun

pengamatan data.25 Pertti Alasuutari mengidentifikasi

25 Allan Bryman, “Social Research Method 2nd ed.” (United States: OxfordUniversity Press, 2004). Hal. 266.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

78

ciri utama penelitian kualitatif dengan membedakannya

dari penelitian kuantitatif: ketika kerja kuantitatif

berusaha untuk membuat kesimpulan dengan memeriksa

frekuensi keterkaitan sebab dan akibat, analisis

kualitatif justru memakai jenis penalaran yang mirip

dengan pemecahan teka-teki.26 Dia menjelaskan ini

sebagai berikut: Setiap informasi atau petunjuk bisa

berlaku untuk beberapa hal, tetapi semakin banyak

informasi tersedia, semakin kecil jumlah solusi yang

mungkin. Setiap petunjuk atau potongan informasi sama

pentingnya, dalam penyelesaian teka-teki atau

penelitian kualitatif setiap potongan informasi harus

cocok dengan gambar yang ditawarkan sebagai solusi.

Setelah membaca ketiga definisi di atas, ternyata

pemaknaan terhadap penelitian kualitatif bisa relatif

bervariasi. Ini mungkin menunjukkan kepada kita bahwa

penelitian kualitatif bukanlah perihal sederhana.

26 Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative method and culturalstudies. (London: Sage. 1995). Hal. 7.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

79

Idealnya, dalam memahami penelitian kualitatif kita

perlu mencari seperangkat kekhususan yang ada pada

penelitian itu dan tidak ada pada penelitian jenis

lain. Dengan demikian berarti tak satu pun definisi di

atas sukses dalam menunjukkan ini. Proposisi Alan

Bryman sebenarnya menggaris bawahi ciri yang penting,

yaitu minimnya pemakaian angka dalam penelitian

kualitatif. Sayangnya, pemakaian kata-kata dalam

pengumpulan data dan analisis bukanlah ciri yang hanya

ada pada penelitian kualitatif: kata-kata juga sangat

penting dalam hal pengisian kuesioner kuantitatif; dan

secara garis besar ada lebih banyak kata daripada angka

dalam bagian analisis pada laporan penelitian

kuantitaif.

Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada

materi sebelumnya, perlu adanya pemahaman mengenai

penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda

dengan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai langkah

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

80

awal, kelompok kami akan memaparkan tentang tahap-tahap

penelitian dalam penelitian kualitatif.

Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini

lebih bersifat eksploratif karena bertujuan untuk

menggali, menemukan, menggambarkan, dan sekaligus

menganalisa pola, bentuk, sosiologi komunikasi yang

dilakukan oleh para mahasantri pesma Uin Sunan Ampel

Surabaya.

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di pesantren mahasiswa

Ma’had Al-Jaamiah di lingkungan kampus Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel yang terletak di Jl. Jend.

Ahmad Yani 117 Surabaya. Pemilihan lokasi penelitian

ini berdasarkan beberapa pertimbangan terkait dengan

permasalahan yang berkenaan fokus penelitian.

C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

81

Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan, tahap penulisan laporan.

1. Tahap Perencanaan

a.Pemilihan masalah, dengan kriteria:

1) Merupakan tajuk penting, menarik, diminati

peneliti, bisa diteliti, mampu ditangani

2) Belum diteliti

3) bisa diteliti: kendala waktu, biaya, sdm

4) data dapat diperoleh

5) bermanfaat

b.Latar Belakang masalah, perlu untuk:

1) Menempatkan masalah dalam perspektif tertentu

2) Menegaskan fokus perhatian dalam penelitian

3) Menjelaskan cakupan dimensi permasalahan

Tahap ini sangat penting karena:

1) merupakan informasi dasar yang menggambarkan

hubungan penelitian dengan penelitian lainnya

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

82

2) membangkitkan ketertarikan pembaca dan

mendorong untuk membaca lebih lanjut

3) menjelaskan pentingnya penelitian kualitatif

dan kuantitatif

c.Perumusan masalah, berisi penjelasan mengenai

1) Faktor yang dilingkupi

2) Pertanyaan penelitian

Karakteristik pertanyaan penelitian kualitatif

antara lain:

1) Terdiri dari satu atau dua pertanyaan utama,

dan tidak lebih dari lima pertanyaan lebih

spesifik

2) Hubungkan pertanyaan utama dengan strategi

yang digunakan

3) Gunakan kata ‘mengapa’ atau ‘bagaimana’

4) Fokus kepada satu fenomena/konsep

5) Kata eksploratif yang menjelaskan apa yang

kira-kira akan dilakukan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

83

6) Pertanyaan penelitian ini dapat berubah

7) Pertanyaan terbuka yang tidak merujuk ke

literatur atau teori tertentu

8) Menyebut partisipan dan lokasi jika perlu

d.Tujuan dan manfaat penelitian, menyatakan:

1) hal yang ingin dicapai melalui penelitian

2) bersifat jelas, spesifik, tepat

3) jika lebih dari satu, disusun menurut tingkat

kepentingannya

4) memperhatikan lingkup: lebih sempit lebih

baik

5) manfaat menjelaskan kontribusi/implikasi

terhadap teori atau implementasi

Karakteristik tujuan dan maanfaat Penelitian

Kualitatif ialah:

1) Berfokus kepada satu fenomena/konsep/gagasan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

84

2) Kata kerja yang menjelaskan proses pemahaman:

menjelaskan, memahami, mengembangkan, menelaah

makna dari, menemukan

3) Kata/frasa yang bersifat netral

4) Mengandung kata yang menjelaskan strategi

yang digunakan dalam proses penelitian

5) Mengutarakan para partisipan dalam studi

6) Mengutarakan lokasi di mana penelitian

dilakukan secara detil

e.Telaah pustaka

1) Informasi/data dasar yang relevan

2) Berisi temuan yang telah dicapai

3) singkat, runtut, nalar

f.Kerangka teoritis/konseptual

1) formulasi hubungan logis antar variabel yang

diteliti

2) sebagai landasan hipotesis

3) mengandung struktur logika tertentu

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

85

Tahap ini sangat penting karena dapat menjadi jiwa

penelitian

g.Perumusan hipotesis

1) Diturunkan dari kerangka teoritis

2) Ungkapan teori yang hendak diuji

3) Jumlah tidak tertentu, berkait dengan tujuan

Tidak setiap penelitian perlu hipotesis seperti

penelitian kualitatif

h.Metode penelitian mencakup prosedur dan alat yang

digunakan:

Populasi, sampel, variabel, instrumen, statistik

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan terdapat lima tahap yakni;

a.Pengumpulan data, meliputi:

1) Prosedur pengumpulan

2) Sikap dan motivasi

3) Memperhatikan kesahihan (validitas) dan

kehandalan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

86

b.Pengolahan data meliputi: menyunting, mengkodekan,

mentabulasi

c.Analisis data

1) menyederhanakan hasil olahan agar mudah

dibaca & diinterpretasi

2) analisis non statistik untuk data kualitatif

3) analisis statistik untuk data kuantitatif

d.Penafsiran hasil analisis

e.Kesimpulan, berisi

1) Sintesis semua aspek yang dibahas

2) Membandingkan hasil dengan penelitian lain

atau pengetahuan ilmiah yang relevan

3) Pengkajian implikasi penelitian

4) Rekomendasi/saran

3. Tahap Penulisan Laporan

a.Kalangan pembaca

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

87

1) Masyarakat akademis, format: skripsi, tesis,

disertasi

2) Sponsor penelitian, format khusus

3) Masyarakat umum, format: ikhtisar, ringkasa,

artikel, brosur

b.Kerangka isi laporan

c.Format dan tata cara penulisan ilmiah

1) Penggunaan bahasa yang baik dan benar.

2) bentuk dan susunan kalimat

3) penggunaan istilah

4) tata tulis baku: sembir, jenis dan ukuran

huruf, format

5) daftar pustaka sesuai ketentuan

D. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Pengertian dan penjelasan instrumen penelitian

Instrumen penelitian Merupakan sebuah alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang

bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

88

Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang

menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian

dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami

benar penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau

hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi

peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel,

indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya.

Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam

menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut

adalah:

1)Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji

variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya,

sehingga indikator tersebut bisa diukur dan

menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam

membuat indikator variabel, peneliti dapat

menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada

dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

89

variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris

berdasarkan pengamatan lapangan.

2)Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk

mengukur variable dan subvariabel atau juga

indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa

diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih

dari satu instrumen.

3)Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti

menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-

kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan,

abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak

pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau

lingkup materi pertanyaan didasarkan pada

indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan

menghasilkann beberapa luas lingkup isi

pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya.

Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang

diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

90

kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas

prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek

dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila diukur

sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita

bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.

4)Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti

menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis

instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam

kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih

dari yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap

item yang dibuat peneliti harus sudah punya

gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya,

prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus

dibuat peneliti.

5)Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba

digunakan untuk revisi instrumen, misalnya

membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

91

dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan

redaksi atau bahasannya.27

Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta

menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan

penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi

sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data

tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan

data.28

2. Pengujian Instrumen penelitian

Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua

kriteria sebagai berikut:

a.Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Analoginya misalnya meteran yang valid dapat

27 Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. (Jakarta: RajaGrafindo persada, 2001). Hal. 166

282 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta :PT.Asdi Mahasatia,2006). Hal. 150-160.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

92

digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti,

karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran

menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur

berat.Jadi,hasil penelitian dikatakan valid jika

terdapat kesamaan antara data yang terkumpul

dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek

yang diteliti.

b.Reliable, reliable adalah konsistensi alat

pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa

saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang

sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi,

instrument yang valid dan reliable merupakan

syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian

yang valid dan reliable.29

3. Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya

Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus

tahu pengertian dari sumber data. Sumber data adalah

29 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.2009

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

93

subyek dari mana data diperoleh. Pengumpulan data

merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan

menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi,

dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner

dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut

responden yaitu, orang yang menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun

tulisan. Jika pengumpul data melakukan sedikit

kesalahan akan mempengaruhi data dan kesimpulannya

dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan

pekerjaan penting dalam penelitian, maka akan jauh

lebih penting lagi mengumpulkan data terutama jika

peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar

celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.

Ada 2 sumber data yaitu:

a.Data Primer

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

94

Data yang langsung diambil dari sumber pertama

dilokasi penelitian atau objek penelitian. Ada

tiga cara pengumpul data primer: Observasi,

wawancara dan dokumentasi.

b.Data Sekunder

Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang

lain, contoh: Data yang dimiliki perusahaan, Data

BPS, Browsing di internet dan sebagainya.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Burhan Bungin, menjelaskan metode pengumpulan data

adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang

diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir

penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan

reliable”.30

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa “metode

penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti

30 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 42

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

95

dalam mengumpulkan data penelitiannya”.31 Cara yang

dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi:

1. Metode Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan

yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara

sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan

yang telah ditetapkan. Anas Sudijono ada beberapa

kelebihan pengumpulan data melalui wawancara,

diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak langsung

dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh secara

mendalam, yang diinterview bisa mengungkapkan isi

hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas

bisa diulang dan diarahkan yang lebih bermakna.32

31 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal. 136.

32 Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan. (Jakarta.: PT Grafindo Persada. 1996). Hal. 82.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

96

Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak

terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman

yang telah di buat. Teknik wawancara digunakan untuk

mengungkapkan data tentang bentuk partisipasi orang tua

siswa, berlangsungnya bentuk partisipasi, manfaat

partisipasi orang tua siswa dan faktor yang

mempengaruhi partisipasi orang tua siswa dalam

pembelajaran.

2. Metode Dokumentasi

Suharsimi Arikunto mengungkapkan metode

dokumentasi adalah mencari

data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

sebagainya.33 Hadari Nawawi menyatakan bahwa studi

dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan

33 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal. 206.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

97

termasuk juga bukumengenai pendapat, dalil yang

berhubungan dengan masalah penyelidikan.34

F. ANALISIS DATA

Setumpuk data rekaman wawancara dalam file-file

audio atau transkrip, beratus lembar catatan observasi

lapangan dan segunung dokumen yang terserak di meja

berminggu-minggu biasanya menjadi “pemandangan”

menggiriskan yang kalau tidak diantisipasi akan membuat

si peneliti malas memulai mengerjakannya. Biasanya ini

juga diperparah dengan kelelahan dan frustasi

berkepanjangan setelah berminggu bolak-balik ke

lapangan mencari data, menemui orang, memasuki lembaga

dan sebagainya. Padahal tahap yang semestinya harus

dikerjakan ini adalah tahapan maha penting tak kalah34 Nawawi Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005). Hal. 133.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

98

pentingnya dengan tahapan perencanaan dan tahap

penuaian data di lapangan. Yup, tahap yang harus

dilakukan ini namanya analisis data.

Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai

dari menelaah data secara keseluruhan yang telah

tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu

pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang

lainnya. Data tersebut memang ada banyak sekali dan

setelah dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu sudah

dilakukan maka selanjutnya melakukan reduksi data yang

dilaksanakan dengan cara membuat sebuah abstraksi dan

setelah itu maka menyusunnya ke dalam satuan-satuan.

Dari satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan

pada langkah-langkah selanjutnya.

Kategori tersebut dilakukan sembari membuat koding

dan tahap terakhir dari analisis data penelitian yaitu

dengan mengadakan pemeriksaan atas keabsahan data.

Apabila tahapan tersebut telah selesai maka sekarang

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

99

mulailah ke tahap penafsiran data untuk menjadikannya

teori substansi dengan menggunakan metode-metode

tertentu.

1. Konsep dasar analisis data penelitian

Patton menjelaskan mengenai analisis data itu

merupakan suatu proses untuk mengatur urutan data,

kemudian mengorganisasikan ke dalam kategori, pola

maupun ke dalam satuan uraian dasar. Sementara Menurut

Taylor, analisis data didefinisikan sebagai proses yang

melakukan perincian usaha secara formal yang berguna

untuk merumuskan hipotesis dan menemukan tema seperti

apa yang telah disarankan serta sebagai bentuk usaha

untuk memberikan kontribusi dan tema pada hipotesis.

Apabila dikaji, maka definisi yang pertama lebih

tertuju pada pengorganisasian data sementara untuk

definisi yang kedua menekankan pada tujuan dan maksud

dari analisis data penelitian. Dengan demikian maka

definisi tersebut bisa di sintetiskan bahwa analisis

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

100

data merupakan proses mengorganisasikan dan juga

mengurutkan data ke dalam suatu kategori, pola dan

satuan uraian dasar sehingga bisa ditemukan tema serta

dirumuskan hipotesis kerjanya seperti yang telah

didasarkan oleh data.

Berdasarkan uraian tersebut maka bisa kita tarik

kesimpulan bahwa urutan untuk melakukan analisis data

dalam penelitian yaitu pertama-tama dengan

mengorganisasikan data dari semua data yang telah

terkumpul yang terdiri atas komentar peneliti, foto,

gambar, dokumen, laporan, artikel, biografi dan

sebagainya. Kemudian pekerjaan dari seorang analisis

data di sini yaitu :

a. Mengatur

b. Mengurutkan

c. Mengelompokkan

d. Memberi Kode

e. Mengategorikan 

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

101

Dengan dilakukan pengorganisasian serta

pengelolaan data tersebut memiliki tujuan untuk

menemukan tema dan juga hipotesis kerja yang nantinya

akan diangkat untuk menjadi sebuah teori substantif.

Analisis data dalam penelitian itu dilakukan di

dalam suatu proses. Jadi pelaksanaan analisis mulai

dilakukan ketika pengumpulan data itu juga dikerjakan

dan dilakukan secara intensif yaitu ketika sudah

meninggalkan lapangan. Melakukan analisis membutuhkan

usaha pemusatan perhatian serta pengerahan tenaga dan

juga pikiran peneliti. Dengan demikian selain

menganalisis data para peneliti juga harus mendalami

kepustakaan yang bertujuan mengonfirmasi teori dan

menjustifikasi terhadap teori baru yang ditemukan.

2. Karakteristik Analisis Data Kualitatif

Sebenarnya, dalam penelitian kualitatif tidak

perlu menunggu seluruh proses pengumpulan data di

lapangan selesai dilakukan. Segera setelah kita

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

102

memeroleh data, sesedikit apapun data itu, ketika masih

segar ingatan kita akan detail dan konteksnya maka

sebaiknya langsung kita simpan dan organisasikan dengan

benar, dengan sistematis. Kita bisa membuat catatan

atau mendeskripsikan temuan itu, misalnya

mentranskripkan rekaman wawancara sambil membuat

catatan refleksi teoritis dan metodologis. Dan itu bisa

dilakukan secara simultan ketika masih “berada dalam

proses pencarian data lapangan”.

Mungkin bagi sebagian orang melakukan analisis

data kualitatif itu sudah bukan hal yang sulit, tapi

bagi peneliti pemula seperti kami (mahasiswa),

melakukan analisis data itu bukan pekerjaan yang

sepele. Lebih celaka lagi, ada yang malah tidak tahu

“bagaimana menganalisisnya”. Memang, dalam penelitian

kualitiatif analisis data itu “seakan” hanya

menceritakan data kita lalu mengomentari sedikit-

sedikit tentu saja dengan menyinggung teori ini dan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

103

teori itu, selesai! Padahal tidak seperti itu

semestinya.

Data kualitatif itu bentuknya teks, kata-kata

tertulis, frase dan simbol-simbol yang menggambarkan

atau merepresentasikan orang, tindakan dan peristiwa

sosial yang ada dalam kehidupan ini. Kecuali untuk

kepentingan content analysis, analisis data kualitatif

jarang yang menggunakan analisis statistik. Ini tidak

berarti kalau analisis data kualitatif semata hanya

mengandalkan spekulasi dan impresi yang semaunya.

Analisis data kualitatif bisa juga dilakukan dengan

sistematis dan logika yang rigit, yang tentu nuansanya

berbeda dengan gaya analisis kuantitatif yang

mengandalkan statistik. Di masa sekarang, peneliti

kualitatif lebih bersifat eksplisit terbuka untuk

‘diuji’ orang lain. Analisis data kualitatif sekarang

sudah semakin bersifat ekspisit dan sistematis langkah

demi langkah.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

104

Berbeda dengan analisis data kuantitatif yang

sudah lebih dahulu menentukan perangkat teknik analisis

yang spesifik, terstandarisasi, dengan bertumpu pada

matematika terapan, analisis data kualitatif relatif

tidak memiliki standar yang baku. Riset kualitatif

bersifat induktif, peneliti kualitatif jarang yang

“sudah menentukan” analisis data yang spesifik ketika

mereka memulai penelitian. Mengutip Schatznab dan

Strauss,“Qualitative analysts do not often enjoy the operational

advantages of their own analytic processes; consequently, they cannot

refine and order their raw data by operations built initially into the design

of research”.35

Seperti yang telah saya singgung di muka, bahwa

dalam analisis data kualitatif peneliti tidak harus

menunggu proses pengumpulan data itu selesai dilakukan.

Analisis data kualitatif bisa dilakukan bersamaan

dengan proses pengumpulan data di lapangan. Peneliti

35 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 418.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

105

kualitatif akan mencari pola-pola dan keterkaitan

(data) dan dia bisa memulai melakukan analisis itu

semenjak data itu diperoleh. Hasil dari analisis data

awal ini yang akan membimbing peneliti ke pengumpulan

data berikutnya.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan

menghasilkan konsep dan teori baru dengan memadukan

bukti-bukti empirik dengan konsep-konsep abstraknya.

Alih-alih menguji hipotesis, analisis kualitatif

mencoba menggambarkan atau menunjukkan bahwa di dalam

bukti temuan lapangan itu sesuatu teori, generalisasi

dan interpretasi bisa diterima akal.

Ciri yang kemudian dari analisis kualitatif

dilihat dari tingkat abstraksinya. Analisis kualitatif

tidak se-abstrak sebagaimana dalam analisis

kuantitatif; melainkan lebih dekat ke ‘raw data’. Data

dalam kualitatif berwujud kata, yang relatif

“imprecise” , diffuse dan melekat pada konteks dan bisa

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

106

mengandung lebih dari satu makna. Mengutip pendapat

Collins: “Words are not only more fundamental intellectually; one

may also say that they are necessarily superior to mathematics in the

social structure of the discipline. For words are a mode of expression with

greater open-endness, more capacity for conecting various realms of

argument and experience, and more capacity for reaching intelletual

audiences.36

3. Explanations and Qualitative Data

Penelitian kualitatif merumuskan sebuah penjelasan

(explanations) atau generalisasi yang lebih dekat ke

data konkret dan konteksnya, namun dengan cara yang

lebih dari sekedar deskripsi sederhana. Peneliti

biasanya menggunakan (bahasa) “level yang lebih

rendah,” tidak se-abstrak sebagaimana sebuah ‘teori’

dan didasarkan pada detail yang konkret. Peneliti bisa

memunculkan sebuah “new theory” yang menyajikan gambaran

realistik mengenai kehidupan sosial dan mendorong

36 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 419.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

107

pemahaman lebih dari sekedar pengujian hipotesis yang

kausalistis. Penjelasan itu cenderung dalam penjabaran

detail yang mendalam, sensitif dengan konteksnya dan

memungkinkan menunjukkan proses yang kompleks atau

penggalan-penggalan kehidupan sosial. Penjelasan

semacam ini bisa saja bersifat kausal, namun bukan ini

yang menjadi inti persoalan. Tujuan peneliti adalah

mengorganisasikan sejumlah besar detil spesifik ke

dalam gambaran utuh, model atau seperangkat konsep yang

saling terkait.

4. Proses Analisis

Sering terdapat kelemahan dalam penelitian karena

tidak selalu disadari hubungan antara analisis data,

pengumpulan data dan desain penelitian. Perlu

diperhatikan bahwa data dicari untuk mendukung atau

menguji suatu tafsiran atau mentest “hipotesis yang

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

108

timbul dalam pikiran peneliti”. Kekurangan itu antara

lain disebabkan oleh karena peneliti hanya sekedar

mengumpulkan data yang menggambarkan apa adanya tanpa

mengaitkannya dengan tujuan mencapai suatu teori.

Jalan dari data deskripsi sampai teori cukup

panjang,harus melalui beberapa langkah serta meminta

pikiran yang banyak, antara lain menemukan dan

merumuskan konsep, mengembangkan tipologi,

memperhatikan konteks, melakukan validasi dan

sebagainya sampai akhirnya mengembangkan dan “menguji

teori”. Untuk itu diperlukan kreativitas, imajinasi

dengan menggunakan analogi dan metafor.

Menurut Hammersley dan Atkinson proses analisis melalui

langkah-lanhkah sebagai berikut37:

a. Pertama, membaca dan memelajari data yang

terkumpul sampai dikuasai sepenuhnya sambil

memikirkannya untuk mencari apakah ada pola-pola

37 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 139

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

109

yang menarik atau menonjol atau justru

membingungkan. Selidikilah apakah terdapat

hubungan antara data, adakah persamaan atau justru

pertentangan atau kontradiksi dalam pandangan

berbagai informan. Sambil membaca, peneliti

senantiasa mengajukan pertanyaan kepada data, tak

ubahnya seperti mengajukan pertanyaan kepada

informan. Kedua, berbagai konsep akan timbul

dengan sendirinya bila diperhatikan istilah-

istilah yang digunakan oleh informan. Selidiki

makna istilah itu lebih lanjut. Ketiga, mungkin

juga peneliti dapat memanfaatkan istilah sehari-

hari dengan pengertian khusus yang dapat mencakup

atau merangkum sejumlah data. Peneliti dapat juga

menggunakan istilah formal yang terdapat dalam

disiplin ilmu terentu untuk mengklasifikasikan

berbagai data. Ada kemungkinan istilah itu masih

perlu diadaptasi pada situasi khusus yang

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

110

dihadapi. Atau peneliti harus menciptkan istilah

baru untuk menangkap karakteristik kategori data

tertentu. Dengan demikian peneliti dapat melihat

adanya pola dalam data yang diberinya nama atau

istilah tertentu.

b. Tugas berikut ialah mencari hubungan antara

konsep-konsep dalam usaha untuk mengembangkan

suatu teori. Salah satu cara ialah “the constant

comparative method” yaitu mengidentifikasi suatu

fokus, misalnya “omongan orang”. Misalnya,

peneliti memelajari bagaimana omongan ini terjadi

antara guru dalam berbagai lokasi dan kondisi,

siapa bicara tentang siapa kepada siapa tentang

apa dengan cara yang bagaimana. Dengan

mendeskripsikan, menganalisis, dan

membandingkannya peneliti dapat menemukan berbagai

jenis “omongan orang” dan dapat mengembangkan

suatu teori. Langkah-langkah “constant comparative

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

111

method” ini menurut Glaser ialah: Pertama,

mulailah dengan mengumpulkan data. Kedua, temukan

issue, peristiwa atau kegiatan yang berulang-ulang

terjadi yang dijadikan kategori. Ketiga, kumpulkan

data yang memberikan banyak contoh-contoh kategori

yang dijadikan fokus itu untuk mengetahui berbagai

ragam dimensi kategori itu. Keempat, uraikan

secara tertulis mengenai kategori yang anda

selidiki untuk mendeskripsikan dan memahami semua

aspek yang terdapat dalam data sambil terus

mencari hal-hal baru. Kelima. Olah data dan model

yang tampil untuk menemukan proses dan hubungan

sosial pokok. Keenam, lakukan sampling, pengkodean

dan uraian tertulis dengan memusatkan analisis

pada kategori inti.38

Dalam “constant comparative method” kita membandingkan

suatu konsep atau kategori data tertentu dengan konsep

38 Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education , An Introduction to Theory and Methods. (Boston: Allyn and Bacon. 1982). Hal. 68-70.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

112

atau kategori data lainnya. Untuk melakukannya secara

lebih sistematis sedapat mungkin kita mencoba

“memetakan” berbagai kategori itu dalam suatu bagan.

Dengan demikian model yang tampil akan lebih mantap,

namun masih harus terus menerus diuji berdasarkan data

baru. Teori yang dibentuk senantiasa diperluas,

disempurnakan, ada kalanya harus diubah agar lebih

sesuai. Makin banyak lokasi diselidiki makin mantap

teori itu, namun pada suatu saat tidak ada lagi yang

dapat diungkapkan situasi baru sehingga tibalah saat

kejenuhan atau “ point of theoritical saturation”.

Pada taraf permulaan, peneliti tidak perlu

membatasi diri pada satu teori. Bahkan lebih baik bila

ia membuka diri bagi berbagaikemungkinan perspektif dan

hipotesis. Ia harus menggunakan berbagai teori yang

dapat dimanfaatkan untuk meemahami data. Akan ternyata

bahwa tidak semua data dapat dijelaskan menurut satu

teori tertentu. Teori dalam proses penelitian bukan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

113

untuk menjelaskan semua data akan tetapi untuk

memfokuskan analisis penelitian yang mendorong untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

Tujuan penelitian naturalistik sebenarnya ialah

untuk menghasilkan model yang dapat menunjukkan

kausalitas. Akan tetapi membuktikan validitas

kausalitas dalam penelitian naturalistik sangat sukar

karena tidak dapat menggunakan eksperimen seperti

halnya dalam penelitian kuantitatif. Namun dapat

diikuti langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh

Denzin yang bersifat induksi analitis guna mentest

teori39:

a. Memberi definisi yang masih kasar mengenai gejala

yang diselidiki.

b. Merumuskan penjelasan hipotesis mengenai gejala

ini.

39 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 140.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

114

c. Mengadakan penelitian suatu kasus dengan tujuan

untuk melihat apakah hipotesis itu sesuai.

d. Jika hipotesis itu tidak sesuai dengan fakta, maka

perlu dirumuskan kembali hipotesis atau gejala

atau juga masalahnya.

e. Kepastian yang lebih besar akan diperoleh bila

telah diselidiki sejumlah kasus lain, akan tetapi

bila ditemui kasus negatif, maka harus dirumuskan

kembali hipotesis atau masalahnya.

f. Prosedur penelitian kasus, perumusan kembali

hipotesis, demikian pula gejala atau masalah dapat

dilanjutkan sampai tercapai hubungan yang

universal, setelah tiap kasus negatif yang

mengharuskan perumusan kembali telah dapat

tercakup.

Sulit ditentukan berapa banyak kasus yang harus

diteliti sampai memadai jumlahnya untuk mencapai

kesimpulan yang universal. Tak dapat diketahui apakah

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

115

masih ada kasus negatif yang masih merupakan

kekecualian yang belum diliput. Adanya kasus-kasus

demikian merupakan dorongan untuk senantiasa

memperhalus dan menyempurnakan teori yang diperoleh.

Penelitian kualitatif tak kunjung berakhir.

Ada beberapa macam teori yang dapat ditemukan atau

dibentuk, yakni yang bersifat makro dan mikro. Teori

makro adalah teori yang berlaku bagi sistem sosial

dalam skala besar, misalnya mengenai struktur sosial

secara nasional. Sebaliknya teori “mikro” berlaku bagi

organisasi sosial lokal yang terbatas, misalnya kelas,

keluarga suatu lembaga pendidikan, pabrik dan

sebagainya.

Teori dapat pula bersifat substantif dan formal.

Teori yang bersifat substantive biasanya mengenai hal-

hal yang konkret, misalnya mengenai guru sekolah,

perawat di rumah sakit, dan sebagainya, sedangkan teori

yang bersifat formal menenai konsep atau kategori

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

116

seperti disiplin, keadilan, kenakalan, tanggung jawab

dan sebagainya. Kedua golongan itu dapat dikombinasi,

misalnya makro-substantif, mikro-formal, dan

sebagainya.

5. Teknik Analisis Data

Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa

data kualitatif untuk proses analisis data dalam

penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif

terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan

diantaranya:

a. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek

melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana

data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu

alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

117

dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk

rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim.

Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar

penulis mengerti benar data atau hasil yang telah

di dapatkan.

b. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema

dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang

mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan

keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar

apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori

dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah

kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman

dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti

kemudian kembali membaca transkip wawancara dan

melakukan coding, melakukan pemilihan data yang

relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang

relevan diberi kode dan penjelasan singkat,

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

118

kemudian dikelompokan atau dikategorikan

berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap

sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis

hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap

hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang

telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba

untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema

penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti

dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan

dinamika yang terjadi pada subjek.

c. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada

terhadap Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas,

peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi

yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap

ini kategori yang telah didapat melalui analisis

ditinjau kemabali berdasarkan landasan teori yang

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

119

telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat

dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan

teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun

penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu,

namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-

asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan

factor-faktor yang ada.

d. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data

dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam

tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang

telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis

merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan

lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab

dalam penelitian kualitatif memang selalu ada

alternative penjelasan yang lain. Dari hasil

analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang

menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

120

sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan

alternative lain melalui referensi atau teori-

teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna

pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

e. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil

dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu

penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan

yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini,

penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang

didapat yaitu, penulisan data-data hasil

penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan

observasi dengan subjek dan significant other.

Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari

subjek dan significant other, dibaca berulang kali

sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya,

kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran

mengenai penghayatan pengalaman dari subjek.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

121

Selanjutnya dilakukan interprestasi secara

keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup

keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

122

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan

Ampel Surabaya ditinjau dari segi letak, Operasional

dan fungsional.

Pesantren mahasiswa atau yang sering disebut

sebagai (PESMA) ini terletak dalam Universitas itu

sendiri yang berada di sebelah utara dari Gedung

Rektorat dan sebelah Timur dari Gedung Pasca Sarjana,

Pesma itu sendiri terdiri dari 220 Manusia yang terbagi

menjadi 212 Mahasantri dan 8 orang Pengurus atau yang

disebut sebagai DEMA(Dewan Mahasantri) Pesma terdiri

dari 53 kamar yang masing-masing bertempatkan 4 orang,

dalam satu kamar sudah menjadi hal yang biasa apabila

terdiri dari orang-orang yang berbeda adat kebudayaan,

maupun suku-suku yang berbeda, sehingga memicu adanya

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

123

penyelarasan kebudayaan maupun adat atau yang sering

kita sebut sebagai akulturasi budaya.

Pesma berdiri dibawah naungan kampus dan sekarang

bekerjasama dengan pihak pengurus Masjid Ulul Albab

yang terletak didalam Uninversitas Islam Negri Sunan

Ampel sendiri sehingga para Mahasantri diwajibkan untuk

menghidupkan kegiatan-kegiatan islami dalam Masjid

tersebut, seperti Pengajian kitab kuning yang dilakukan

secara rutin pada Malam Jum’at, serta sholat wajib

magrib dan isya’. Sumbangsih yang diberikan pesma

terhadap Mahasantri sendiri sangatlah besar terutama

dalam pelajaran bahasa Arab maupun inggris dikarenakan

didalam pesma diajarkan setiap subuh bahasa Arab dan

setiap malam selasa, rabu, kamis bahasa inggris

tergantung urutan kelas, dan juga kegiatan-kegiatan

yang diadakan di pesma ini sangat membantu para

mahasantri untuk lebih mudah berkomunikasi,

bersosialisasi antar budaya maupun Negara, contoh : PM

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

124

(Pengajian Malam) adalah salah satu program yang

berjalan dengan sangat baik di pesma yang dilakukan

setiap Malam selasa, rabu, kamis, dan dalam PM sendiri

kita dibagi menjadi beberapa kelas yang terkumpul dari

berbagai etnis, entah jawa, papua, Kalimantan, Jakarta,

Sumatra dll. Dengan dikumpulkannya mahasantri dalam

kelas-kelas yang terdiri dari berbagai etnis tersebut

inni akan mengajarkan kepada mahasantri secara tidak

langsung tentang cara berkomunikasi dan bersosialisasi

antar latar belakang etnis maupun kebudayaan yang

berbeda.

B. HASIL PENELITIAN

Berikut hasil penelitian yang kami tuliskan

berdasarkan data yang kami peroleh antara lain:

1. Komunikasi yang digunakan oleh para mahasantri

Pesantren Mahasiswa Uin Sunan Ampel yakni jenis

komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dimana

komunikasi verbal sangat dekat kaitannya dengan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

125

ucapan atau bahasa lisan, dan bahasa lisan yang

sering digunakan yakni baha Indonesia dikarenakan

dengan menggunakan bahasa Indonesia seluruh

mahasantri mampu mehami pesan yang disampaikan

oleh seorang komunikator dan komunikasi non verbal

sendiri digunakan sering kali ketika proses

komunikasi verbal tak memadai tak mampu membuat

seorang komunikan mengerti akan pesan yang

disampaikan oleh komunikator sehingga letak

fungsi utama dari koomunikasi non verbal itu

sendiri untuk memperkuat maksut dari tujuan

seorang komunikator biasanya komunikasi non verbal

yang digunakan oleh para mahasantri ialah Gesture

(gerak tubuh) yakni dengan menggerakkan bagian-

bagian anggota tubuh serta Proxemiks (kedekatan).

2. Tidak terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi

oleh para Mahasantri karna meskipun mereka tidak

saling memahami bahasa selain bahasa daerah mereka

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

126

akan tetapi mereka semua mengerti akan bahasa

Indonesia sehingga mempermudah mereka dalam

berkomunikasi serta bersosialisaai Namun bukannya

tidak ada hambatan dalam proses komunikasi

dikarenakan terkadang cara mereka berkomunikasi

membuat lawan bicara mereka bibngung akan maksud

pesan yang disampaikan oleh sang komunikator

sehingga menuntut sang komunikator untuk

mengulang-ulang pembicaraan atau dengan

menggunakan cara-cara mereka sendiri untuk membuat

seorang komunikan mengerti akan pesan yang mereka

sampaikan.

Dan juga berikut kami lampirkan sedikit catatan

wawancara dari beberapa mahasantri (santri pesantren

mahasiswa) yang kami tulis mewakili seluruh catatan

wawancara yang kami peroleh dari puluhan mahasantri

beserta segenap jajaran pengurus mahasantri yang

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

127

berasal dari berbagai etnis dan kebudayaan yang berbeda

serta ada yang berasal dari Negara berbeda pula:

Narasumber yang pertama:

Nama : Mirza Mustainu Hidayah

Umur : 19 tahun

Asal : Tarakan (Kalimantan Utara)

Daftar pertanyaan :

1.Bagaimana Pandangan Anda Mengenai PESMA ?

Menurut saya pesma sudah cukup baik Namun masih

ada kekurangannya dari segi kegiatannya.

a)Maksud kurang dari segi kegiatan itu bagaimana?

Ya kurang kegiatannya, terlalu sedikit kegiatan

yang ada dan berjalan di pesma ini.

b)Apa sajakah yang masih berjalan tersebut.?

Ya seperti kajian setelah subuh, Pengajian Malam

serta kajian kitab kuning setiap malam jum’at.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

128

2.Apakah anda mengerti bahasa jawa?

Ya

a)Bagaimana anda bisa mengerti bahasa jawa sedangkan

anda berasal dari Kalimantan Utara?

Ya dikarenakan orang tua saya aslinya orang jawa

semua akan tetapi merantau ke Kalimantan utara

sehingga saya lahir dan besar disana.

3.Apakah Ada kesusahan dalam bersosialisasi dengan

Mahasantri yang lain, mungkin yang berasal dari

daerah yang berbeda dengan Anda?

Ya saya rasa sih biasa-biasa saja tidak ada

kesusahan yang begitu besar karena saya sudah

lumayan bisa bahasa jawa, namun jika dengan yang

berbeda Negara saya jarang sekali berkommunikasi

karena saya agak bingung memahaminya.

4.Menurut Anda Apakah Dengan adanya Pesma ini

Membantu para Mahasiswa-mahasiswa yang tidak bisa

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

129

bahasa jawa atau kurang faham dalam kultur

kebudayaan di daerah jawa ini sendiri ?

Ya sedikit membantu

5.Bagaimana cara anda beradaptasi dengan mahasantri

yang lain terutama yang berasal dari jawa?

Ya pertama saya kenalan dulu kemudian saya

sering menyapa apabila bertemu, terus sering

kumpul bareng-bareng karena dengan seringnya

kita bersama nanti dengan sendirinya akan

tercipta kedekatan emotional yang mana ini

sangat diperlukan dalam proses sosialisasi agar

terjalin dengan baik.

6.Mengapa anda memilih pesma sebagai tempat anda

bermukim?

Karena menurut pendapat orang tua saya tempat

tinggal disekitar sini (kost) itu kurang layak.

a) Kurang layak dari segi pergaulan atau

vasilitas ?

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

130

Dari segi vasilitas, sehingga untuk sementara

ini orang tua saya menyuruh saya tinggal di

pesma.

Narasumber yang kedua :

Nama : Sukirman

Umur : 20

Asal : Kota baru (Kalimantan selatan)

Daftar Pertanyaan:

1.Sudah berapa lama anda berada di jawa ?

Kurang lebih 8 tahun, sejak kecil saya sudah di

taruh oleh orang tua di tanah jawa pada saat itu

umur saya 12 tahun.

a)Apakah anda bisa berbahasa jawa ?

Ya, bukan hanya bisa melainkan sangat lancar.

b)Bagaimanakah cara anda belajar bahasa jawa ?

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

131

Awalnya saya banyak mengalami kesulitan-

kesulitan dalam mempelajarinya akan tetapi saya

sering kumpul dengan mereka-mereka orang jawa

sehingga dengan sendirinya saya bisa menguasai

bahasa jawa.

2.Bagaimanakah pandangan Anda mengenai pesma ?

Menurut sya pesma ini dibilang bagus ya tidak

terlalu bagus, dibilang jelek ya tidak terlalu

jelek jadi ditengah-tengah aja, tapi dalam segi

sestemnya menurut saya masih terbilang buruk.

a)Apakah itu sistem pendidikin kegiatan sehari-hari

ataukah yanglain ?

Untuk sistem sehari-hari menurut saya sudah

bagus akan tetapi penghuni dari pesma itu

sendiri yang belum terlalu menyadari peran

dirinya sendiri.

3.Mengapa Anda memilih pesma sebagai tempat bermukim

anda ?

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

132

Ya dikarenakan tempatnya yang strategis dekat

dengan kampus sehingga tidak susah untuk

berangkat kuliah atau ketika ada kegiatan di

kampus sendiri.

a)Apakah ada faktor lain selain faktor jarak ?

Ya ada diantaranya dikarenakanVasilitasnya

yang memadai dan nyaman.

4.Apakah ada kesusahan atau halangan dalam menjalin

komunikasi dengan mahasantri lain ?

Tidak ada, soalnya saya sudah bisa menguasai

bahasa jawa.

a)Itu apabila dengan orang jawa, Namun, Apabila

dengan mahsantri yang lain yang berbeda kultur

serta adat apakah sama ?

Ya, bagi saya sama karena kitakan memiliki

bahasa resmi, bahasa nasional yakni Bahasa

Indonesia jadi siapapun orangnya apabila masih

di Indonesia pasti masih bisa berkomunikasi.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

133

b)Di Pesma inikan juga terdapat mahasantri yang

bersal dari luar negri seperti Malaysia, nah bagai

manakah anda berkomunikasi dengannya apabila

mereka kurang faham dengan bahasa Indonesia ?

Berkomunikasikan bukan hanya melalui omongan

atau verbal akan tetapi juga bisa dengan

menggunakan bahasa non verbal, jadi saya lebih

banyak menggunakan bahasa non verbal seperti

gerak tubuh.

5.Apakah dengan adanya pesma ini membantu anda dalam

penyesuaian diri terhadap kebudayaan yang berlaku

disini ?

Ya, sedikit banyak membantu karena setiap

daerahkan pasti memiliki kebudayaan serta adat

yang berbeda jadi dengan adanya pesma ini saya

terbantu sehingga saya tidak terlalu susah dalam

menyesuaikan diri dengan mahasiswa-mahasiswa

yang berada dikampus karena sesungguhnya apabila

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

134

kita sudah bisa menguasai cara bersosialisasi

yang baik dan penerapan yang baik di pesma ini

maka kita juga akan dapat melakukan hal yang

sama apabila berada di kampus.

Narasumber yang ketiga :

Nama : Andika bin Rasbi

Umur : 19

Asal : Malaysiya (serawak)

Daftar pertanyaan :

1.Bagaimana pendapat anda mengenai pesma ?

Cukup baik, nyaman, enak.

2.Apakah anda bisa berbahasa Indonesia dengan baik ?

Sedikit, tidak terlalu lancar.

a)Bagaimana dengan bahasa jawa ?

Bahasa jawa saya tidak mengerti.

3.Apakah ada halangan bagi anda dalam berkomunikasi

dengan mahasantri lain terutama yang berasal dari

jawa ?

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

135

Menurut saya tidak halangan semuanya baik-baik

saja.

a)Jadi bahasa menurut anda bukanlah suatu halangan

dalam proses sosialisasi serta komunikasi ?

Bukan karna bagi sya yakni mengenal dan menegur.

4.Mengapa anda memilh pesma sebagai tempat tinggal

anda ?

Kamarnya besar, Tempatnya enak, bersih, terus

kamar mandinya banyak.

a)Bagaiman kisahnya sehinggan anda bisa masuk di

pesma ini ?

Ya kita semua anak Malaysia diwajibkan untuk

semester-semester awal untuk tinggal disini,

kita semua di uruskan oleh kaka-kaka kelas yang

bersal dari Malaysia juga.

5.Anda tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar

apalagi bahasa jawa, terus bagaimana cara anda

beradaptasi dengan mahasantri lain ?

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

136

Sering menegur dan berbicara sebisanya saja.

C. TELAAH TEORI TENTANG HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian kualitatif, telaah tentang hasil

penelitian merupakan bagian yang sangat penting.

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, tujuan pokok

melakukan telaah dalam penelitian ini bukan untuk

mengemukakan teori yang relevan yang kemudian

dideduksikan pada gejala yang hendak diteliti untuk

kemudian peneliti membangun hipotesis dan mengupayakan

operasionalisasi konsep serta kemudian pengukuran-

pengukuran, melainkan untuk melakukan jelajahan

literatur guna menemukan beberapa hal, misalnya

gambaran bagaimana  penelitian dengan topik yang sama

atau mirip telah dilakukan oleh peneliti lain,

penggunaan konsep-konsep tertentu oleh peneliti lain

yang mungkin juga akan digunakan atau setidaknya

dianggap relevan dan temuan-temuan empirik oleh

peneliti lain yang mungkin dapat dirujuk.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

137

Sesuatu yang sangat menarik dalam penelitian

kualitatif terkait dengan telaah pustaka ini adalah,

bahwa upaya telaah ini tetap dilakukan pada saat

peneliti mencoba mengupayakan analisis data dan hendak

menarik simpulan.  Di sini, ada kemungkinan peneliti

harus membuang sebagian data yang diyakini tidak

relevan (reduksi data), mengganti konsep yang telah

dijelaskan sebelumnya dengan konsep baru atau konsep

lain yang lebih tepat, atau peneliti harus membuang

pandangan-pandangan teoritik dan atau temuan peneliti

lain yang belakangan diyakini tidak atau kurang relevan

lagi untuk diganti dengan pandangan teoritik lain yang

sekiranya lebih dapat membantu upaya memahami

kecenderungan dari data yang ada.

Secara lebih terinci telaah tentang hasil

penelitian memiliki beberapa tujuan penting yang

beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

138

1. Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep

penting yang digunakan, serta penjelasan aspek-

aspek yang tercakup di dalamnya. Meskipun

penelitian kualiatif tidak pernah dimaksudkan

untuk menguji hipotesis sehingga peneliti memang

tidak harus berpegang pada definisi-definisi

tertentu untuk konsep-konsep yang digunakan,

tetapi peneliti tetap membutuhkan penjelasan

mengenai konsep yang dihadirkan.

2. Memeroleh pijakan untuk dapat mengemukakan

penjelasan-penjelasan teoritik tentang pendekatan-

pendekatan yang digunakan peneliti dalam uyapa

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

3. Memeroleh acuan dalam upaya mengidentifikasikan

dan mengemukakan justifikasi mengenai ruanng-ruang

lingkup dari gejala komunikasi yang diteliti.

4. Memeroleh ilustrasi penelitian sejenis baik

dilihat daris egi metode dan atau prosedur

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

139

penelitian yanag digunakan maupaun temuan-temuan

yang dihasilkan peneliti lain.

5. Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-

posisi penelitian yang sedang dilakukan di antara

penelitian-penelitian lain yang  sudah ada

sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-catatan

kritis terhadap penelitian-penelitian lain yang

sudah ada, baik berkenanan dengan prosedur

penelitian maupun pendekatan-pendekatan yang

digunakan.

6. Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi hasil

(temuan) penelitian yang dilakukan di antara

hasil-hasil (temuan ) penelitian lain.40

40 Prawito,  Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LkiS. Yogyakarta. 2007).Hal 81-83.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

140

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari seluruh rangkaian penelitian yang telah

dilakukan, diperoleh sebuah kesimpulan bahwa:

1. Komunikasi yang digunakan oleh para mahasantri

Pesantren Mahasiswa Uin Sunan Ampel yakni jenis

komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dimana

komunikasi verbal sangat dekat kaitannya dengan

ucapan atau bahasa lisan, dan bahasa lisan yang

sering digunakan yakni bahasa Indonesia

dikarenakan dengan menggunakan bahasa Indonesia

seluruh mahasantri mampu mehami pesan yang

disampaikan oleh seorang komunikator dan

komunikasi non verbal sendiri digunakan sering

kali ketika proses komunikasi verbal tak memadai

tak mampu membuat seorang komunikan mengerti akan

pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

141

letak fungsi utama dari koomunikasi non verbal itu

sendiri untuk memperkuat maksut dari tujuan

seorang komunikator biasanya komunikasi non verbal

yang digunakan oleh para mahasantri ialah Gesture

(gerak tubuh) yakni dengan menggerakkan bagian-

bagian anggota tubuh serta Proxemiks (kedekatan).

2. Tidak terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi

oleh para Mahasantri karna meskipun mereka tidak

saling memahami bahasa selain bahasa daerah mereka

akan tetapi mereka semua mengerti akan bahasa

Indonesia sehingga mempermudah mereka dalam

berkomunikasi serta bersosialisaai Namun bukannya

tidak ada hambatan dalam proses komunikasi

dikarenakan terkadang cara mereka berkomunikasi

membuat lawan bicara mereka bibngung akan maksud

pesan yang disampaikan oleh sang komunikator

sehingga menuntut sang komunikator untuk

mengulang-ulang pembicaraan atau dengan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

142

menggunakan cara-cara mereka sendiri untuk membuat

seorang komunikan mengerti akan pesan yang mereka

sampaikan.

B. KRITIK DAN SARAN

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT

yang senantiasa memeberikan kekuatan lahir dan batin

kepada tim peneliti, sehingga dapat menyelesaikan

penelitian ini.

Dalam penulisan penelitian ini, kami selaku tim

peneliti telah mencurahkan segala kemampuan baik

pikiran, tenaga, biaya dan waktu demi kesempurnaan

penelitian ini. Namun karena keterbatasan kemampuan,

maka tentunya masih banyak kekurangan dan kejanggalan

yang terdapat dalam penyusunan bahasa, tata tulisannya

dan uraian dalam pembahasan.

Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi

serta kritik yang bersifat konstruktif dari semua

pembaca demi kesempurnaan penelitian ini.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

143

Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

taufik serta hidah-nya kepada kita semua.

Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua pembaca. Amin.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

144

DAFTAR PUSTAKA

Alasuutari, Pertti. Researching Culture: Qualitative

method and cultural studies. London: Sage. 1995

Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar

Ringkas. Jakarta; Rajawali Pers, 1998.

Bogdan, Robert C.,Biklen, Sari Knopp. Qualitative

Research for Education , An Introduction to Theory and Methods.

Boston: Allyn and Bacon. 1982.

Bryman, Allan, “Social Research Method 2nd ed.” United

States: Oxford University Press, 2004.

Bungin, M. Burhan. Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma

dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat. Jakarta:

Prenada Media Group, 2006.

Effendi, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu

Tinjauan Komunikologis, Remaja Karya, Bandung, 1986.

Hadari, Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

145

Ilyas Ba-Yunus dan Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah

Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib. Bandung: Mizan,

1996.

Khotimah, Emma. Memahami Komunikasi Antarbudaya,

Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, Bandung:

Unisba. 2000.

Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.

Macbride, Sean. Many Voices One Word, dalam “Aneka

Suara Satu Dunia”, Unesco-Balai Pustaka.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar,

cetakan kelima, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003.

Mulyana, Deddy. Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor,

dan Pengalaman Konyol, Cetakan  kedua, Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2002.

Mulyana, Deddy. Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari

Komunikasi Antar Budaya, Dalam: Komunikasi Antar Budaya,

Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya,

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

146

Editor: Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat,

Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001.

Neuman, W Lawrence. Social Research Methods Qualitative and

Quantitative Approaches. 4th.ed. Boston: Allyn and

Baccon. 2000.

Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta :

LKIS, 2007.

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu

Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2004.

S, Josefh. Sosiologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat

Simamora . Jakarta: Bina Aksara, 1984.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:

PT RajaGrafindo, 2010.

Somavar, Larry and Porter, Richard E. Communication

Between Cultures, Belmont: C.A. Wadsworth. 1991.

Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication:

Kontek-Kontek Komunikasi, Buku Pertama, Editor dan

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

147

Penerjemah Dedy Mulyana, Bandung: Rosdakarya.

1996.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta:

PT Grafindo Persada. 1996.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung:

Alfabeta.2009

Suharsimi, Arikunto. Metodologi Penelitian. Jakarta:

Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian suatu pendekatan

Praktik, Jakarta :PT.Asdi Mahasatia, 2006.

Teguh, Raj Muhammad. Methodologi penelitian ekonomi.

Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001.

W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with

strangers: An approach to intercultural communication (Ed),

New York: McGraw Hill, 1992.

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

148

Lampiran

Gambar I: Simbol Nama Pesantren Mahasiswa

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

149

Gambar II: Gedung Pesantren Mahasiswa Tampak

Dari Bawah

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

150

Gambar III: Pintu Masuk Gedung Pesantren

Mahasiswa Putra

Gambar IV: Sosialisasi Santri

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

151

Gambar V: Kegiatan Mahasiswa (Ngaji Kitab

Kuning)

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

152

Gambar VI: salahsatu mahasiswa asal Malaysia

Gambar VII: Kegiatan Pembelajaran Malam

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap DinamikaSosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

153