SKRIPSI - Repository of Institut Teknologi PLN
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of SKRIPSI - Repository of Institut Teknologi PLN
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN
PEMANFAATAN LIMBAH ABU KULIT KOPI SEBAGAI SUBSTITUSI
SEMEN DAN BOTTOM ASH SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT
HALUS PADA PAVING BLOCK
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
M ARIEF PRANATA
2015-21-106
PROGRAM STUDI SARJANA
TEKNIK SIPIL
JAKARTA, 2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
PEMANFAATAN LIMBAH ABU KULIT KOPI SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN
DAN BOTTOM ASH SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT HALUS PADA
PAVING BLOCK
Disusun oleh :
M. ARIEF PRANATA
NIM : 2015-21-106
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Program Studi Sarjana Teknik Sipil
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN
Jakarta, 25 Februari 2020
Mengetahui, Disetujui,
Gita Puspa Artiani, S.T., M.T. Ir. Tri Yuhanah, M.T.
Kepala Departemen Teknik Sipil Pembimbing Utama
iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : M. Arief Pranata
NIM : 2015-21-106
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Judul : Pemanfaatan Limbah Abu Kulit Kopi Sebagai Substitusi Semen
dan Bottom Ash Sebagai Substitusi Agregat Halus Pada
Paving Block
Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Skripsi pada Program Sarjana
Strata 1, Program Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik – PLN pada tanggal
18 Febuari 2020
Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan
Abdul Rokhman. ST,. M.Eng Ketua
Penguji
Desi Putri. ST,. M.Eng Sekretaris
Muhammad Sofyan. ST,. MT Anggota
Mengetahui :
Kepala Departemen Teknik Sipil
Gita Puspa Artiani, S.T., M.T.
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : M. Arief Pranata
NIM : 2015-21-106
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Judul : Pemanfaatan Limbah Abu Kulit Kopi Sebagai Substitusi Semen
dan Bottom Ash Sebagai Substitusi Agregat Halus Pada
Paving Block
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan STT-PLN
maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka. Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung
jawab serta bersedia memikul segala resiko jika pernyataan ini tidak benar.
Jakarta, 25 Februari 2020
M. Arief Pranata
Nim : 2015-21-106
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
Ir. Tri Yuhanah, M.T. Selaku Dosen Pembimbing
Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga
Skripsi ini dapat diselesaikan.
Jakarta, 25 Februari 2019
M. Arief Pranata
NIM : 2015-21-106
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademis Seklah Tinggi Teknik – PLN, saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama : M. Arief Pranata
NIM : 2015-21-106
Program Studi : Strata Satu
Jurusan : Teknik Sipil
Jenis karya : Skripsi
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Sekolah Tinggi Teknik – PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
” PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN
DAN BOTTOM ASH SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT HALUS PADA
PAVING BLOCK”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non eksklusif ini Sekolah Tinggi Teknik – PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan
ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 25 Februari 2020
Yang menyatakan
M. Arief Pranata
viii
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI SUBSTITUSI
SEMEN DAN BOTTOM ASH SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT
HALUS PADA PAVING BLOCK
M. Arief Pranata, 2015-21-106
Dibawah bimbingan Ir. Tri Yuhanah, M.T.
ABSTRAK
Paving block juga disebut bata beton dengan bahan penyusun semen dan
agregat halus. Menghasilkan paving block yang memiliki kekuatan yang baik
sangat bergantung pada material yang terkandung didalamnya. Salah satunya
dengan cara memanfaatkan produk samping yaitu limbah abu kopi yang
mengandung silica dan bottom ash yang mempunyai agregat hampir sama
dengan pasir. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan paving block dengan
bahan substitusi limbah abu kopi sebagai substitusi semen dan bottom ash
sebagai subtitusi agregat halus. Perbandingan bahan pembuatan paving block
adalah 1 (semen) : 4 (pasir). Tujuan penelitian yaitu mengetahui nilai kuat tekan
dan kadar penyerapan air dan komposisi optimum bahan limbah abu kopi
sebagai substitusi semen dan bottom ash sebagai subtitusi agregat halus.
Bottom ash 10% sebagai subtitusi agregat halus dan abu kulit kopi sebagai
substitusi semen dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%. Pengujian kuat
tekan dilakukan pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari dan untuk pengujian
penyerapan air dilakukan pada umur 28 hari. Hasil penelitian paving block
didapatkan komposisi optimum terdapat pada V4 (15% KK, 10% BA) dengan nilai
kuat tekan 20 MPa dan persentase penyerapannya sebesar 5,56%. Berdasarkan
SNI 03-0691-1996, paving block yang dihasilkan pada penelitian ini termasuk
mutu B yang dapat digunakan untuk pelataran parkir.
Kata kunci : limbah abu kulit kopi, bottom ash, kuat tekan, penyerapan air, paving
block.
ix
UTILIZATION OF COFFEE LEATHER WASTE AS A CEMENT
SUBSTITUTION AND ASH BOTTOM AS A FINE AGGREGATE
SUBSTITUTION IN PAVING BLOCK
M. Arief Pranata, 2015-21-106
Guided by Ir. Tri Yuhanah, M.T.
ABSTRACT
Paving blocks are also called concrete bricks with constituents of cement and fine aggregate. Producing paving blocks that have good strength is very dependent on the material contained therein. One of them is by utilizing a by-product that is coffee ash waste containing silica and bottom ash which has an aggregate almost the same as sand. In this research, paving block was made with coffee ash waste substitution as cement substitution and bottom ash as fine aggregate substitution. The comparison of ingredients for making paving blocks is 1 (cement): 4 (sand). The research objective was to determine the compressive strength and water absorption content and optimum composition of coffee ash waste as a cement substitution and bottom ash as a fine aggregate substitution. 10% bottom ash as subtle aggregate substitution and coffee husk ash as cement substitution with variation 0%, 5%, 10%, 15%, and 20%. Compressive strength testing is done at the age of 7 days, 14 days and 28 days and for water absorption testing is done at the age of 28 days. The results of the paving block research showed that the optimum composition was found in V4 (15% KK, 10% BA) with a compressive strength of 20 MPa and the percentage of absorption was 5.56%. Based on SNI 03-0691-1996, the paving blocks produced in this study include the quality of B which can be used for parking lots. Keyword : coffee skin ash waste, bottom ash, compressive strength, water
bsorption, paving blocks.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa, karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pemanfaatan Abu Kulit Kopi Sebagai Substitusi Semen dan Bottom Ash
Sebagai Substitusi Agregat Halus Pada Paving Block”. Skripsi ini disusun
untuk melengkapi tugas akademik yang menjadi syarat dalam menyelesaikan
mata kuliah skripsi.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis dengan
senang hati mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Keluarga, terutama kedua orang tua saya dan semua saudara saudari
yang saya sayangi, terimakasih atas bantuan, dukungan, dan doa
sehingga memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini
2. Ibu Gita Puspa Artiani, S.T. M.T. selaku Kepala Departemen Sipil STT-
PLN dan Ibu Desi Putri. S. T., M. Eng selaku Ketua Prodi Teknik Sipil.
3. Ibu Ir. Tri Yuhanah, M.T. selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan nasihat kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dyah Pratiwi Kusumastuti, S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademik.
5. Teman-teman S1 Teknik Sipil Angkatan 2015 yang telah membantu
tenaga dan pikiran dalam penelitian sehingga laporan ini dapat selesai
tepat waktu.
6. Segenap keluarga besar Batavia Kost dan Pasukan Merah yang telah
membantu dalam memberikan tenaga, semangat, dan pikiran sehingga
penelitian ini dapat selesai tepat waktu.
8. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan sehingga laporan ini dapat selesai tepat
pada waktunya.
xi
Semoga Allah memberikan berkah dan rahmat-Nya kepada semua pihak
atas segala bantuannya kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca
untuk laporan ini, demi perbaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis,
semoga hasil yang telah penulis susun dapat bermanfaat bagi orang yang
membaca.
Jakarta, 25 Februari 2019
M. Arief Pranata
(2015-21-106)
xii
DAFTAR ISI
COVER SKRIPSI ................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ......................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KEPENTINGAN
AKADEMIS ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian ....................................................................... 2
1.2.2 Indentifikasi Masalah ................................................................ 2
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah ........................................................... 3
1.2.3 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 4
1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 5
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 7
xiii
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 7
2.1.1 Penelitian tentang abu kulit kopi .................................................. 7
2.1.2 Penelitian tentang Bottom ash ................................................. 7
2.2 Teori Pendukung .................................................................................... 9
2.2.1 Definisi Paving block ................................................................. 9
2.2.2 Standar Mutu Paving block ....................................................... 9
2.2.3 Bahan Penyusun Paving block ............................................... 11
2.2.4 Metode Pembuatan Paving block ........................................... 19
2.2.5 Pengujian Paving block .......................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 22
3.1 Analisa Kebutuhan ............................................................................... 22
3.1.1 Sumber Data ........................................................................... 22
3.2 Perancangan Penelitian ....................................................................... 22
3.2.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................... 22
3.2.2 Posedur Penelitian .................................................................. 24
3.3 Teknik Analisis ..................................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 32
4.1 Hasil Pengujian Material di Laboratorium ............................................. 32
4.1.1 Agregat Halus ......................................................................... 32
4.1.2 Semen .................................................................................... 35
4.1.3 Limbah Abu Kulit Kopi ............................................................ 36
4.1.4 Bottom Ash ............................................................................. 37
4.2 Mix Design ........................................................................................... 40
4.3 Hasil Pegujian Kuat Tekan Paving block .............................................. 43
4.3.1 Paving Block Normal .............................................................. 43
4.3.2 Paving Block 0% KK, 10% BA ................................................ 44
xiv
4.3.3 Paving Block 5% KK, 10% BA ................................................ 45
4.3.4 Paving Block 10% KK, 10% BA .............................................. 46
4.3.5 Paving Block 15% KK, 10% BA .............................................. 47
4.3.6 Paving Block 20% KK, 10% BA .............................................. 48
4.3.7 Paving Block Semua Variasi ................................................... 50
4.4 Hasil Pengujian Penyerapan Air (Water Absorption) ............................ 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 54
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 54
5.2 Saran .................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. 58
LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................................ 59
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persyaratan Sifat Paving block .......................................................................... 10
Tabel 2. 2 Gradasi agregat halus berdasarkan kategori zona kekasaran agregat halus
....................................................................................................................................... 15
Tabel 2. 3 Komposisi kimia abu kulit kopi .......................................................................... 17
Tabel 2. 4 Sifat Fisik dari Dry dan Wet Bottom ash .......................................................... 18
Tabel 3. 1 Komposisi Campuran Paving block ................................................................. 29
Tabel 3. 2 Variasi Campuran dan Jumlah Sampel ........................................................... 30
Tabel 4. 1 Hasil Data Pengujian Analisis Gradasi Agregat halus .................................... 32
Tabel 4. 2 Tabel Gradasi Agregat Halus ........................................................................... 33
Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Berat Satuan Agregat Halus .................................................. 34
Tabel 4. 4 Hasil Data Berat Jenis Agregat halus dan Penyerapan Air ............................ 35
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Berat Jenis Semen ................................................................. 35
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Berat Jenis Limbah Abu Kulit Kopi ........................................ 36
Tabel 4. 7 Hasil Data Pengujian Analisis Gradasi Bottom Ash ........................................ 37
Tabel 4. 8 Tabel Gradasi Bottom Ash ................................................................................ 38
Tabel 4. 9 Hasil Pengujian Berat Satuan Bottom Ash ...................................................... 39
Tabel 4. 10 Hasil Data Berat Jenis Bottom Ash dan Penyerapan Air ............................. 39
Tabel 4. 11 Kebutuhan Material per Paving Block ............................................................ 41
Tabel 4. 12 Total Kebutuhan Material ................................................................................ 42
Tabel 4. 13 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block Normal ....................................... 43
Tabel 4. 14 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₁ (0% KK 10% BA) ................. 44
xvi
Tabel 4. 15 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₂ (5%KK, 10% BA) ................. 45
Tabel 4. 16 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₃ (10% KK, 10% BA) .............. 46
Tabel 4. 17 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₄ (15% KK, 10% BA) .............. 47
Tabel 4. 18 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V5 (20% KK, 10% BA) ............. 48
Tabel 4. 19 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block Semua Variasi .......................... 50
Tabel 4. 20 Hasil Pengujian Penyerapan Air Paving Block .............................................. 52
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Semen Portland ............................................................................................ 14
Gambar 2. 2 Agregat halus Bangka .................................................................................. 15
Gambar 2. 3 Prinsip Kerja Metode Konvensional ............................................................. 19
Gambar 2. 4 Prinsip Kerja Metode Mekanis ..................................................................... 20
Gambar 2. 5 Ilustrasi Pengujian Kuat Tekan Benda Uji ................................................... 21
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian.................................................................................. 23
Gambar 4. 1 Grafik Pengujian Analisis Gradasi Agregat Halus ...................................... 34
Gambar 4. 2 Grafik Pengujian Analisis Gradasi Bottom Ash ........................................... 38
Gambar 4. 3 Grafik Nilai Kuat Tekan Paving Block Normal ............................................. 44
Gambar 4. 4 Grafik Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₁(0% KK 10% BA) .............. 45
Gambar 4. 5 Grafik Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₂ (5%KK, 10% BA). ............ 46
Gambar 4. 6 Grafik Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₃ (10% KK, 10% BA) .......... 47
Gambar 4. 7 Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₄ (15% KK, 10% BA) ..................... 48
Gambar 4. 8 Grafik Pengujian Kuat Tekan Paving Block V5 (20% KK, 10% BA) ......... 49
Gambar 4. 9 Grafik Nilai Kuat Tekan ................................................................................. 51
Gambar 4. 10 Grafik Persentase Penyerapan Pada Setiap Variasi ............................... 53
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi ……………………………………………………………60
Lampiran 2 Lembar Asistensi ………………………………………………….76
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi besar di
dunia. Kebanyakan hasil produksinya adalah varietas robusta. Indonesia juga
terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti kopi luwak dan kopi
Mandailing. Berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil
devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.
Kopi diperkenalkan di Nusantara oleh Belanda yang pada awalnya menanam
pohon-pohon kopi di sekitar wilayah kekuasaan mereka di Batavia namun
kemudian dengan cepat mengekspansi produksi kopi ke wilayah Bogor dan
Sukabumi di Jawa Barat pada abad ke-17 dan abad ke-18. Indonesia terbukti
memiliki iklim yang hampir ideal untuk produksi kopi dan karenanya perkebunan-
perkebunan segera didirikan di wilayah-wilayah lain di Jawa, Sumatra dan juga
di Sulawesi. Pada saat ini, perkebunan kopi Indonesia mencakup total wilayah
kira-kira 1,24 juta hektar, 933 hektar perkebunan robusta dan 307 hektar
perkebunan arabika. Lebih dari 90% dari total perkebunan dibudidayakan oleh
para petani skala kecil yang memiliki perkebunan relatif kecil sekitar 1-2 hektar,
masing-masing, International Coffee Organization, (2017).
Pagaralam adalah salah satu kota yang mayoritasnya sebagai petani kopi
yang dimana kota Pagaralam menjadi kota produsen kopi untuk provinsi Sumsel.
Tidak lepas dari sebagai produsen kopi, di kota ini juga mengelolah hasil kopi
yang masih berupa biji kopi hingga menjadi bubuk kopi. Pengelolahan kopi di
kota Pagaralam hampir sama dengan kota-kota lain di Indonesia yang dimana
biji kopi di jemur terlebih dahulu hingga kering, lalu digiling hingga terpisah biji
kopi dengan kulit kering kopi. Kulit kopi kering menjadi limbah penggilingan kopi
yang dimana akan dibakar sampai menjadi abu. Abu inilah yang akan
dimanfaatkan oleh penulis sebagai substitusi semen untuk pembuatan paving
block.
Bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran
batubara pada pembangkit tenaga listrik. Ada tiga tipe pembakaran batubara
2
pada industri listrik yaitu dry bottom boilers, wet-bottom boilers dan cyclon
furnace. Apabila batubara dibakar dengan wet-bottom boiler sebanyak 50% dari
abu tertinggal di pembakaran dan 50% lainnya masuk dalam corong gas. Pada
cyclon furnace, di mana potongan batubara digunakan sebagai bahan bakar, 70-
80 % dari abu tertahan sebagai boiler slag, Khaerunisa, H. 2007. Limbah Bottom
ash inilah yang akan dimanfaatkan oleh penulis sebagai substitusi agregat halus
untuk pembuatan paving block.
Paving block juga disebut bata beton (concrete block) atau cone block
dengan salah satu bahan penyusun semen. Kebutuhan semen dalam industri
konstruksi cukup besar dan mengeluarkan biaya yang mahal, sehingga
dilakukan usaha untuk mencari suatu bahan baku yang mempunyai senyawa
kimia seperti semen. Untuk menghasilkan paving block yang memiliki kekuatan
yang baik, sangat bergantung pada material yang terkandung didalamnya.
Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari alternatif variasi bahan guna
menghasilkan paving block yang efisien dan memiliki karakteristik yang baik.
Salah satunya dengan cara memanfaatkan limbah abu kulit kopi dan bottom ash.
1.2 Permasalahan Penelitian
1.2.2 Indentifikasi Masalah
Kebutuhan pemakain bahan paving block yang semakin banyak membuat
persedian bahan alami pembuatan paving block terbatas. Petani Indonesia
banyak menanam kopi, maka banyak pula limbah dari tempat penggilingan kopi
yang berupa kulit kopi kering yang dibakar begitu saja. Hasil pembakaran
tersebut akan menghasilkan limbah berupa abu kulit kopi. kulit kopi mengandung
serat, apabila serat pada kulit kopi ini dibakar maka menghasilkan silika yang
tinggi, Papat Supriyono, (2012). Salah satu cara yang dapat mengurangi limbah
abu kulit kopi yaitu untuk kebutuhan bahan pembuat paving block.
PLTU dengan bahan bakar utamanya batu bara akan menghasilkan
limbah berupa Bottom ash dan fly ash. Kedua limbah itu akan semakin banyak
setiap waktunya mengingat PLTU di Indonesia yang begitu banyak. Di Indonesia
sendiri mulai memanfaatkan kedua limbah tersebut seperti contoh
penggunaannya pada dunia sipil yang dimana sebagai pencampur beton
3
ataupun juga paving block. Bottom ash bisa menjadi subtitusi agregat halus pada
beton ataupun paving block.
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Agar permasalah pada penelitian ini tidak terlalu luas, maka pembahasan
akan dibatasi agar lebih terfokus dan terarah sehingga memudahkan dalam segi
pemahaman, batasan masalah untuk penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
1. Lokasi Pengujian standar bahan dan kuat tekan dilakukan di laboratorium
Teknologi Beton Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta.
2. Material pembuatan paving block yang digunakan :
Semen : Seme Portland tipe I.
Agregat halus : Agregat halus Bangka.
Air : Air di laboratorium Teknologi Beton STT PLN.
3. Limbah abu kulit kopi merupakan limbah hasil pembakaran kulit kopi di
daerah Pagaralam SUMSEL.
4. Limbah Bottom ash merupakan limbah pembakaran batu bara di PLTU
Lontar.
5. Limbah abu kopi sebagai subtitusi sebagian semen memiliki 5 variasi yaitu
0% (normal), 5% limbah abu kulit kopi, 10% limbah abu kulit kopi, 15% limbah
abu kulit kopi, dan 20% limbah abu kulit kopi.
6. Limbah Bottom ash sebagai subtitusi agregat halus dengan substitusi tetap
yaitu 10% limbah Bottom ash.
7. Rasio pencampuran semen : agregat halus untuk paving block yang
digunakan 1 : 4.
8. Parameter pengujian adalah uji kuat tekan dan penyerapan air paving block
berdasar SNI 03-0691-1996
9. Pengujian kuat tekan dilakukan setelah umur paving block 7,14,dan 28 hari
sedangan pengujian penyerapan air dilakukan setelah umur 28 hari untuk
semua variasi.
10. Mutu Paving block yang diharapkan yaitu mutu B yang digunakam untuk
pelataran parkir.
4
1.2.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemilihan judul di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Berapakah nilai kuat tekan pada paving block yang dihasilkan pada bottom
ash 10% sebagai subtitusi agregat halus dan abu kulit kopi sebagai substitusi
semen dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% ?
2. Berapakah nilai presentase limbah abu kulit kopi ditambah bottom ash 10%
pada paving block yang menghasilkan kuat tekan optimum ?
3. Berapakah nilai penyerapan air paving block yang dihasilkan pada bottom
ash 10% sebagai subtitusi agregat halus dan abu kulit kopi sebagai
substitusi semen dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% ?
4. Apa katagori mutu dan penyerapan air pada bottom ash 10% sebagai
subtitusi agregat halus dan abu kulit kopi sebagai substitusi semen dengan
variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu :
1. Dapat memanfaatkan penggunaan limbah abu kulit kopi dan limbah Bottom
ash.
2. Mengetahui komposisi optimum bahan substitusi limbah abu kulit kopi.
3. Mengetahui nilai kuat tekan dan kadar penyerapan air paving block normal
dan paving block menggunakan bottom ash 10% sebagai subtitusi agregat
halus dan abu kulit kopi sebagai substitusi semen dengan variasi 0%, 5%,
10%, 15%, dan 20% ?
4. Mengetahui katagori mutu dan penyerapan air pada bottom ash 10%
sebagai subtitusi agregat halus dan abu kulit kopi sebagai substitusi semen
dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%.
5
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan gambaran yang optimum pengaruh menggunakan
bottom ash 10% sebagai subtitusi agregat halus dan abu kulit kopi sebagai
substitusi semen dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%.
2. Sebagai alternatif penanggulangan masalah limbah abu kulit kopi dan limbah
bottom ash.
3. Mengurangi pemakaian bahan alami paving block.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mempermudah
dalam pembacaan dan memberikan gambaran mengenai pembahasan skripsi
adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai latar belakang
masalah yang akan diteliti, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat
penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini membahas referensi mengenai pengertian paving block,
komponen – komponen penyusun paving block, sifat mekanik paving block dan
membahas mengenai limbah abu kulit kopi dan bottom ash.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisikan tentang prosedur penelitian, pengujian material baik bahan utama
maupun bahan tambah, prosedur pengujian benda uji, persentase campuran
material dan jumlah benda uji yang akan dibuat.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas analisis material yang digunakan, perhitungan
mix paving block dengan rasio perbandingan 1 : 4 dan anallisis hasil kuat tekan
6
dan penyerapan air paving block akibat penggunaan bottom ash 10% sebagai
subtitusi agregat halus dan abu kulit kopi sebagai substitusi semen dengan
variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% pada campuran paving block.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini merupakan penutup, yang berisikan kesimpulan dari seluruh
pembahasan yang telah diuraikan serta beberapa saran dan pendapat.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Penelitian tentang abu kulit kopi
Beberapa penelitian yang dilakukan tentang pengaruh abu kulit kopi yang
bertujuan mengganti maupun sebagai bahan tambah pada pembuatan batako.
Penelitian dilakukan oleh Papat Supriyono, (2012) tentang
Pengembangan Batako Dari Komposit Bahan Dasar (Raw Filler) dan Pengisi
(Filler) Abu Kulit kopi. Yang bertujuan mengetahui prosedur pembuatan batako
yang optimum. Sampel yang dibuat menggunakan perbandingan 1:4, dengan
waktu perawatan 28 hari dengan variasi abu kulit kopi 5%, 10%, 15%, dan 20%.
Parameter pengujian yang dilakukan meliputi uji kuat patah, densitas dan
serapan air. Dari hasil pengujian patah dan serapan air menunjukkan sampel
dengan variasi komposisi optimum pada campuran 10% abu kulit kopi, dimana
semen dan agregat halus pada kondisi tetap. Pada komposisi tersebut, sampel
yang dihasilkan memiliki karakteristik kuat patah 100 N/cm², densitas 1,46 gr/cm³
dan penyerapan air 13,9 %.
2.1.2 Penelitian tentang Bottom ash
Beberapa penelitian yang dilakukan tentang pengaruh Bottom ash yang
bertujuan mengganti maupun sebagai bahan tambah pada pembuatan batako.
Penelitian dilakukan oleh Hendri Faisal, (2017) tentang Karakteristik Sifat
Morfologi dan Unsur Kimia Batako Dari Limbah Abu Batu Bara dan Limbah
Industri Karet. Persentase penambahan fly ash adalah 10%, 20%, 30%, 40% dan
50% dari berat awal semen. Persentase penambahan Bottom ash dan rubber
sludge sebagai agregat adalah 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% dari berat awal
agregat halus dengan waktu pengerasan selama 28 hari. Dari hasil pengujian
menunjukkan untuk batako dengan variasi komposisi terbaik yang masuk dalam
kelas I, II, III, dan IV (SNI 03-0349-1989) adalah 20% fly ash dan 10% agregat
Bottom ash dan sludge. Pada komposisi tersebut batako yang dihasilkan
memiliki densitas 1,60 gr/cm³, dan penyerapan air = 18,9 8%.
8
Penelitian yang dilakukan oleh Zulmahdi Darwis, Soelarso, (2013) tentang
Pemanfaatan Limbah Bottom ash Sebagai Bahan Baku Pembuatan Paving
block. Bottom ash pada penelitian ini sebagai bahan baku paving block,
menggunakan perbandingan 1:4. Dengan komposisi Bottom ash sebagai
pengganti agregat halus, abu batu, screening, dan pengganti semua agregat.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Bottom ash sebagai bahan baku dapat
meningkatkan kuat tekan yaitu masuk dalam mutu B (SNI 03-0691-1996). Hasil
kuat tekan paving block tertinggi didapat pada komposisi C2 yaitu 1BA:2AB:1SC,
sebesar 28.75 MPa pada umur 56 hari dan hasil pengujian penyerapaan air
menunjukan 4.8 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Waryono, (2013) tentang Pengaruh
Substitusi Limbah Pembakaran Batu Bara (Bottom ash) Dengan Agregat Halus
Pasir Sungai Klawing Terhadap Kuat Tekan Batako. Benda uji penelitian ini
menggunakan bahan campuran bottom ash 10%, 20%, 30%,40%, 50% dan 60%
dari agregat penyusun batako serta 0% bottom ash sebagai pembanding. Hasil
pengujian kuat tekan batako dengan substitusi bottom ash sebesar 10%, 20%,
30%, 40%, 50%, dan nilai optimum pada 10% dan masih termasuk dalam mutu
yang disyaratkan dalam SNI 03-0349-1989 yaitu 17,2 MPa.
Penelitian dilakukan oleh Fitria Laila, dan Yogie Risdianto (2018) tentang
Pengaruh Penggunaan Bottom Ash Sebagai Substitusi Sebagian Agregat halus
Pada Paving Block. Perbandingan komposisi antara semen dan agregat halus
yang digunakan dengan campuran paving block sebanyak 1 PC :3 Agregat halus.
Pembuatan benda uji dilakukan dengan mensubstitusi bottom ash pada
presentase 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Pengujian yang dilakukan meliputi
penyerapan air, kuat tekan, dan ketahanan aus pada umur 28 hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan optimum sebesar 22,22 MPa dengan
substitusi bottom ash sebanyak 10%, termasuk mutu B dan sesuai dengan
standar SNI 03-0691-1996.
9
2.2 Teori Pendukung
2.2.1 Definisi Paving block
Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen, air dan
agregat yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan
permukaan tanah yang biasa digunakan untuk berbagai macam keperluan
seperti trotoar, lahan parkir maupun perkerasan jalan. Berdasarkan SNI 03-0691-
1996 paving block (bata beton) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang
dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air
dan agregat dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata
beton. Pada umumnya, agregat yang digunakan dalam campuran paving block
adalah agregat halus berupa agregat halus. Penggunaan paving block memiliki
beberapa keuntungan, antara lain :
1. Dapat diproduksi secara massal.
2. Dapat diaplikasikan pada pembangunan jalan dengan tanpa memerlukan
keahlian khusus.
3. Paving block lebih mudah dihamparkan dan langsung bisa digunakan tanpa
harus menunggu pengerasan seperti pada beton.
4. Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain dengan
pola dan warna yang indah.
5. Pemeliharaannya mudah dan murah karena dapat dipasang kembali setelah
dibongkar jika ada salah satu paving block yang rusak.
6. Paving block sangat mendukung go green karena daya serap air melalui
pemasangan paving block dapat menjaga keseimbangan air tanah.
2.2.2 Standar Mutu Paving block
Paving block dengan kualitas baik adalah paving block yang mempunyai
nilai kuat tekan tinggi (satuan MPa), serta nilai absorpsi (persentase serapan air)
yang rendah (%). Standar mutu yang harus dipenuhi paving block untuk lantai
menurut SNI 03-0691–1996 adalah sebagai berikut :
1. Sifat tampak paving block untuk lantai harus mempunyai permukaan yang
rata, tidak terdapat retak – retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak
mudah dirapihkan dengan kekuatan jari tangan.
10
2. Ukuran paving block harus mempunyai ukuran tebal nominal minimum 60
mm dengan toleransi + 8%.
3. Sifat paving block harus memenuhi persyaratan pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Persyaratan Sifat Paving block
Mutu Kegunaan
Kuat Tekan
(MPa)
Penyerapan Air
Rata-Rata Maks.
Rata-Rata Minimal (%)
A Perkerasan Jalan 40 35 3
B Pelataran Parkir 20 17,0 6
C Pejalan Kaki 15 12,5 8
D Taman dan
Penggunaan Lain 10 8,5 10
Sumber : SNI 03-0691-1996
Keterangan kegunaannya :
- Paving block mutu A : digunakan untuk jalan.
- Paving block mutu B : digunakan untuk pelataran parkir.
- Paving block mutu C : digunakan untuk pejalan kaki.
- Paving block mutu D : digunakan untuk taman dan penggunaan lain.
- Paving block untuk lantai apabila diuji dengan natrium sulfat tidak
boleh cacat, dan kehilangan berat yang diperbolehkan maksimum
1%.
11
2.2.3 Bahan Penyusun Paving block
2.2.3.1 Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat.
Secara sederhana, definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa
merekatkan bahan – bahan material lain seperti batu bata dan batu koral hingga
bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara umum
semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat
bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. (Bonardo
Pangaribuan, Holcim).
Pada umumnya proyek (konsultan dan kontraktor) mempercayakan dan
dapat menerima kontrol mutu atas material semen portland pada produsen.
Tetapi bila ingin membuktikan kualitas (mutu) semen tersebut maka dapat
dilakukan pengujian berat jenis semen dalam laboratorium.
Menurut SNI atau standar tentang semen portland dan semen campuran,
sebagai acuan pengecekan jenis dan tipe semen yang digunakan :
• SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)
• SNI 15-0302-2004 (Semen Portland Pozolan)
• SNI 15-7064-2004 (Semen Portland Komposit)
• SNI 15-3500-2004 (Semen Portland Campur)
Pada bagian ini hanya akan diulas secara ringkas jenis semen portland
yang digunakan untuk konstruksi beton dan adukan mortar.
a. Semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement)
Menurut SNI 15-2049-2004 Semen portland didefinisikan sebagai semen
hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama
yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium
sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Jenis-jenis semen
Portland (OPC = Ordinary Portland Cement) pada SNI 15-2049-2004
dikelompokkan berdasar penggunaannya sebagai berikut :
• Tipe I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada
jenis-jenis lain.
12
• Tipe II : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang.
• Tipe III : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
• Tipe IV : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah.
• Tipe V : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi pada sulfat.
b. Semen Portland Pozolan (PPC = Portland Pozzolan Cement)
Menurut SNI 15-0302-2004 semen portland pozolan didefinisikan sebagai
suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen
portland dan pozolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen
portland dan pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk
semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan
mencampur, di mana kadar pozolan 6% sampai dengan 40% massa semen
portland. Jenis-jenis semen portland pozolan (PPC = Portland Pozzolan Cement)
pada SNI 15-0302-2004 dikelompokkan sebagai berikut :
• IP-U : Dapat digunakan untuk semua adukan beton.
• IP-K : Dapat digunakan untuk semua adukan beton, dengan ketahanan
sulfat dan panas hidrasi sedang.
• P-U : Dapat digunakan untuk kebutuhan beton yang tidak disyaratkan
kekuatan awal yang tinggi.
• P-K : Dapat digunakan untuk kebutuhan beton yang tidak disyaratkan
kekuatan awal yang tinggi, dengan ketahanan sulfat dan panas
hidrasi sedang.
Jadi semen PPC mengandung 2 unsur utama yaitu semen portland (OPC
= Ordinary Portland Cement) dan pozolan. Persyaratan kimia dan fisik untuk
semen portland pozolan (PPC = Portland Pozzolan Cement) termasuk pengujian
mutunya yang harus dipenuhi masing-masing tipe ditetapkan dalam SNI 15-
0302-2004.
c. Semen Portland Komposit (PCC = Portland Composite Cement)
13
Menurut SNI 15-7064-2004 Semen Portland Komposit didefinisikan
sebagai bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak semen
portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil
pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain.
Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag),
pozolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% -
35 % dari massa semen portland komposit. Jadi semen PCC mengandung 3
unsur utama :
• semen portland (OPC = Ordinary Portland Cement)
• gips
• bahan anorganik (bisa lebih dari 1 macam bahan anorganik seperti terak
tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu kapur).
d. Semen Portland Campur (SMC = Super Masonry Cement)
Menurut SNI 15-3500-2004 super masonry cement didefinisikan sebagai
semen hidrolis, yang digunakan terutama dalam pekerjaan menembok dan
memplester konstruksi, yang terdiri dari campuran dari semen portland atau
campuran semen hidrolis dengan bahan yang bersifat menambah keplastisan
(seperti batu kapur, kapur yang terhidrasi atau kapur hidrolis) bersamaan dengan
bahan lain yang digunakan untuk meningkatkan satu atau lebih sifat seperti
waktu pengikatan (setting time), kemampuan kerja (workability), daya simpan air
(water retention), dan ketahanan (durability). Semen ini cocok digunakan untuk
bahan pengikat dan direkomendasikan untuk penggunaan sebagai berikut:
• Konstruksi ringan (K < 225 kg/cm² atau fc’ setinggi - tingginya 20 MPa)
• Pembuatan bahan bangunan (hollow brick, batako, paving block,
genteng, ubin dll).
• Pemasangan keramik, hollow brick, bata dll.
14
Gambar 2. 1 Semen Portland
2.2.3.2 Agregat Halus (Agregat halus)
Agregat halus merupakan agregat halus alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan atau agregat halus yang dihasilkan oleh industri pemecah batu
dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.
Parameter pemeriksaan agregat halus menurut SNI 03-1968-1990
tentang agregat halus adalah sebagai berikut :
1. Kadar lumpur (SNI 8321-2016) :
- maksimal 5% berat kering (beton yang mengalami abrasi)
- maksimal 7% berat kering (beton yang tidak mengalami abrasi)
2. Kandungan bahan organik (SNI 2461-2014)
- Warna pembanding 1 & 2 dapat digunakan tanpa dicuci
- Warna pembanding 3 & 4 harus dicuci dahulu
- Warna pembanding 5 tidak boleh digunakan
3. Modulus Halus (Fineness Modulus) 1,5% - 3,8% (SNI 8321-2016)
4. Kekekalan (Soundness) Jika di uji dengan larutan garam Natrium Sulfat
bagian yang hancur maksimum 10 %, jika dengan garam Magnesium
Sulfat maksimum 15 % (SNI 8321-2016)
5. Indeks Kekerasan 2,3 (Standar agregat halus kuarsa Bangka)
6. Reaktifitas Alkali/Alkali Aggregate Reaction (SNI 8321-2016) :
a. Reaktifitas Alkali-Silika (ASR = Alkali-Silica Reaction) dengan hasil
negatif untuk beton yang berkaitan dengan air / kelembaban
b. Reaktifitas Alkali-Karbon (ACR = Alkali-Carbonate Reaction)
dengan hasil negatif untuk beton yang berkaitan dengan air /
kelembaban
15
Modulus halus (Fineness Modulus) adalah presentasi kumulatif dari butiran
yang tidak lebih kecil dari 150 µm (total % butiran terhtahan saringan nomor 100
atau yang lebih kasar).Tabel syarat batas gradasi agregat halus dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2. 2 Gradasi agregat halus berdasarkan kategori zona kekasaran agregat halus
Ukuran Saringan
Ayakan
( mm )
% Lolos Saringan/Ayakan
Zona I
( Kasar )
Zona II
( Agak Kasar )
Zona III
( Agak Halus )
Zona IV
( Halus )
9,60 100 100 100 100
4,80 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,40 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,20 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,60 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 - 100
0,30 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 - 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 - 15 Sumber : British Standard 882:1992
Keterangan: Zona 1 = Agregat halus Kasar
Zona 2 = Agregat halus Agak Kasar
Zona 3 = Agregat halus Agak Halus
Zona 4 = Agregat halus Halus
Gambar 2. 2 Agregat halus Bangka
2.2.3.3 Air
Air berperan penting dalam pembuatan paving block, fungsi air pada
campuran paving block adalah membantu reaksi kimia yang menyebabkan
berlangsungnya proses pengikatan, selain itu air juga akan membasahi agregat
dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan pembuatan paving block tersebut.
Berdasarkan SNI 2847 - 2013 air yang digunakan pada campuran beton
harus memenuhi ASTM C1602M (Standar Spesifikasi untuk Air Campuran yang
16
Digunakan dalam Produksi Beton Semen Hidrolis). Air untuk pembuatan beton
minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak berbau, bila
dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain, tetapi tidak berarti air yang
digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut
ini berdasarkan SNI 2847 - 2013.
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
2.2.3.4 Abu kulit kopi
Kulit buah kopi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang
terdiri dari dua belahan. Residu tanaman kopi terdiri dari kulit buah kopi (pulpa)
dan biji kopi. Pada proses penggilingan buah kopi, kulit akan terpisah dari butir
buah kopi dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Kulit dikategorikan
sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti
pakan ternak. Akan tetapi jalan keluar ini agak sulit diterapkan pada pulpa kopi
yang diperoleh dari cara pengolohan basah karena tinginya kadar air bahan
tersebut sehingga menjadi masalah dalam pembuangannya. Selama musim
pengolahan biji kopi, produk samping pulpa kopi menumpuk sehingga
menyebabkan bau yang tidak sedap, sementara drainase dari timbunan pulpa
dapat mencermati sumber air disekitarnya.
Kulit buah kopi yang dibakar mengandung unsur silika yang tinggi yaitu
berkisar 90 – 96 %. Apabila nilainya dibawah 90 % disebabkan abu kulit kopi
telah tercampur dengan zat lain yang kandungan silikanya rendah. Unsur lain
yang terkandung dalam abu kulit yaitu SO4, Al2O3, Fe2O3 K2O, Na2O, CaO, dan
MgO dengan konsentrasi yang semakin rendah. Persentase dari masing
masing unsur dapat dilihat pada tabel.
17
Tabel 2. 3 Komposisi kimia abu kulit kopi
No Komponen Persentase komposisi (%)
1 SiO2 94,5
2 SO4 1,13
3 Al2O3 1,05
4 Fe2O3 1,05
5 K2O 1,00
6 Na2O 0,78
7 CaO 0,25
8 MgO 0,23
Sumber: Herlina, 2005
Silikon yang teroksidasi secara termal akan membentuk silika amorf. Silika
amorf terdapat dalam berbagai bentuk yang tersusun dari partikel partikel kecil
yang kemungkinan ikut bergabung. Reaktivitas antara silica dalam abu kulit
dengan kalsium hidroksida dalam pasta semen dapat berpengaruh pada
peningkatan mutu paving block.
2.2.3.5 Bottom ash
Bottom ash merupakan material yang tidak terbakar dengan sempurna
dari pembakaran suatu material, seperti pada pembakaran batubara. Bottom ash
ini diperoleh setelah pembakaran selesai. Biasanya Bottom ash menempel pada
bagian bawah atau dinding dari tungku pembakaran tersebut. Dengan kata lain
Bottom ash adalah limbah dari proses pembakaran batubara pada pembangkit
tenaga uap dan mempunyai ukuran partikel lebih besar serta lebih berat dari fly
ash, sehingga memungkinkan Bottom ash dapat jatuh ke dasar tungku
pembakaran (boiler) dan terkumpul pada penampung debu (ash hopper).
18
Karakteristik fisik bottom ash
Bottom ash mempunyai butiran partikel sangat berpori pada
permukaannya. Partikel Bottom ash mempunyai ukuran seperti agregat halus.
Bottom ash merupakan material dengan gradasi yang baik, dengan variasi
ukuran partikel yang berbeda-beda dan lebih mendekati ukuran agregat halus.
Sifat fisik Bottom ash berdasarkan bentuk, warna, tampilan, ukuran, specific
gravity, dry unit weight dan penyerapan dari wet dan dry Bottom ash dapat dilihat
pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Sifat Fisik dari Dry dan Wet Bottom ash
Sifat Fisik
Bottom ash wet dry
Bentuk Angular/bersiku Berbutir kecil
Warna Hitam Hitam Abu-abu gelap
Tampilan Keras, mengkilap
Seperti agregat halus
halus, sangat berpori
Ukuran
(% lolos ayakan)
No. 4 (90-100%) 1,5 s/d ¾ in (100%)
No. 10 (40 - 60%) No. 4 (50 - 90%)
No. 40 (≤ 10%) No. 10 (10 - 60%)
No. 200 (≤ 5%) No. 40 (0 - 10%)
Spesific gravity 2,3 – 2,9 2,1 – 2,7
Dry unit weight 960 – 1440 kg/m³ 720 – 1600 kg/m³
Penyerapan 0,3 – 1,1 % 0,8 – 2,0 %
Sumber : Indriani Santoso, dkk, 2003
Sebagai agregat dalam campuran paving block.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, jika menggunakan
bottom ash antara lain :
- Bagi pembeli/pengguna, bottom ash lebih murah.
19
- Bagi perusahaan/industri, penggunaan limbah batubara sebagai bahan
yang bermanfaat akan mengurangi pencemaran lingkungan dan menekan
biaya penggunaan lahan untuk menampung limbah tersebut.
- Bagi masyarakat, penggunaan limbah batubara merupakan solusi yang
tepat untuk mengurangi permasalahan lingkungan akibat pencemaran
limbah sehingga lingkungan menjadi lebih nyaman.
2.2.4 Metode Pembuatan Paving block
Cara pembuatan paving block yang biasanya digunakan dalam
masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi dua metode, yaitu :
1. Metode Konvensional
Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
kita dan lebih dikenal dengan metode gablokan. Pembuatan paving block cara
konvensional dilakukan dengan menggunakan alat cetakan yang dibuat sendiri
dengan beban pemadatan yang berpengaruh terhadap tenaga orang yang
mengerjakan. Metode ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai industri
rumah tangga karena selain alat yang digunakan sederhana, juga mudah dalam
proses pembuatannya sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Semakin kuat
tenaga orang yang mengerjakan maka akan semakin padat dan kuat paving
block yang dihasilkan. Selain itu tingkat abrasi paving manual masih cukup
tinggi baik karena goresan, hujan dan tempaan panas.
Gambar 2. 3 Prinsip Kerja Metode Konvensional
2. Metode Mekanis
Metode mekanis didalam masyarakat biasa disebut metode press.
Metode ini masih jarang digunakan karena untuk pembuatan paving block
20
dengan metode mekanis membutuhkan alat yang harganya relatif mahal.
Metode mekanis ini biasanya digunakan oleh pabrik dengan skala industri
sedang atau besar. Metode mekanis ada dua yakni :
a. Metode Vibrator
Proses produksi dengan cara ini biasanya menghasilkan paving dengan
mutu K-150 s/d K-225. Adapun penggunaanya sebaiknya untuk pedestrian
dan lahan parkir yang tidak terlalu luas dengan beban yang terlalu berat.
b. Metode Hidrolik
Paving block diproduksi dengan cara dipress menggunakan mesin press
hidrolik dengan kuat tekan di atas 300 kg/cm2. Proses produksi dengan
mesin hidrolik menghasilkan paving block dengan mutu K-300 sampai K-450
Paving block jenis ini dapat digunakan untuk keperluan non struktural
maupun untuk keperluan struktural yang berfungsi menahan beban berat
yang dilalui di atasnya. Untuk hasil akhir dan penggunaan jangka panjang
disarankan menggunakan paving press hidrolik.
Gambar 2. 4 Prinsip Kerja Metode Mekanis
2.2.5 Pengujian Paving block
Paving block dibuat dari campuran : semen, agregat halus, limbah abu
kulit kopi. Adapun karakteristik paving block yang diukur meliputi :
2.2.5.1 Kuat Tekan (Compressive Strength)
Kuat tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material
dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failure).
Pengukuran kuat tekan (Compressive Strength) dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut (SNI 03-0691-1996):
21
Kuat tekan = 𝑃
𝐿 …………………………………………(2. 1)
Keterangan :
P = Beban tekan (kg)
L = Luas bidang tekan (cm2)
Gambar 2. 5 Ilustrasi Pengujian Kuat Tekan Benda Uji
2.2.5.2 Penyerapan Air (Water Absorption)
Pengujian daya serap air ini bertujuan untuk menentukan besarnya
persentase air yang terserap. Paving block direndam selama 24 jam didalam air
yang nantinya akan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sebelum
perendaman. Untuk mengetahui besarnya penyerapan air dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (SNI 03-0691-1996):
Penyerapan air = 𝐴−𝐵
𝐵 x 100%........................ (2. 2)
Keterangan :
A = berat paving block basah (kg)
B = berat paving block kering (kg)
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Analisa Kebutuhan
3.1.1 Sumber Data
Data diambil berdasarkan pengujian kuat tekan dan penyerapan air pada
paving block dengan variasi pada bottom ash 10% sebagai subtitusi agregat
halus dan abu kulit kopi sebagai substitusi semen dengan variasi 0%, 5%, 10%,
15%, dan 20%. Benda uji yang dibuat sebanyak 12 buah untuk setiap variasi.
Pengujian dilakukan di Laboratorium Beton STT PLN Jakarta yang dilengkapi
dengan alat-alat penunjang pengerjaan penelitian agar mendapatkan hasil
penelitian yang baik dan akurat.
3.2 Perancangan Penelitian
3.2.1 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir dapat dilihat di bawah ini dimana penelitian dibagi menjadi
beberapa tahapan :
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan material serta pengecekan alat-
alat agar dalam kondisi baik.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan ialah pengujian berat jenis, berat satuan, gradasi agregat halus
, dan pembuatan sampel paving block normal (0% abu kulit kopi dan 0%
bottom ash) dan bottom ash 10% sebagai subtitusi agregat halus dan abu
kulit kopi sebagai substitusi semen dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan
20%
3. Pengambilan Data
Setelah pelaksanaan, pengambilan data dilakukan saat uji tekan paving
block umur 7, 14, 28 hari.
4. Analisa dan Pembahasan
Analisa dan pembahasan dapat dilakukan setelah pengujian benda uji
dengan umur yang direncanakan dan mendapatkan data - data yang
diperlukan.
23
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian
Abu Kulit Kopi (AKK) :
- Lolos Ayakan 200 mm
- Berat Jenis
Persiapan Alat Dan Bahan
Identifikasi Masalah
Pengujian Bahan
Mulai
Selesai
Studi Literatur
Semen :
- Berat Jenis
Mix Design Perbandingan 1 : 4
Uji Kuat Tekan dan Penyerapan
Air
Analisa dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Pasir :
- Berat Satuan
- Gradasi
- Berat Jenis
Pembuatan Benda Uji Dengan Bottom Ash 10% Sebagai Subtitusi Pasir
dan Abu Kulit Kopi Sebagai Substitusi Semen Dengan Variasi 0%, 5%, 10%,
15%, dan 20%
Kesimpulan & Saran
Bottom Ash
- Berat Satuan
- Gradasi
- Berat Jenis
24
3.2.2 Posedur Penelitian
3.2.2.1 Studi Literatur
Sebelum melaksanakan penelitian, penulis melakukan perencanaan
prosedur penelitian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar kegiatan sesuai alur
dan rencana sehingga hasil yang didapat sesuai harapan dan memuaskan.
3.2.2.2 Alat dan Bahan
A. Alat Penelitian
1. Berat jenis semen
a. Tabung lie chatelir
b. Corong kaca
c. Timbangan digital
d. Penggaris
2. Berat satuan agregat halus
a. Bejana dan pemadat
b. Timbangan
3. Berat Jenis Agregat halus
a. Kerucut dan penumbuk
b. Labu takar 1000 cc
c. Timbangan
4. Gradasi agregat halus
a. Ayakan berlubang kecil yaitu 9,6 mm; 4,8 mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,6
mm; 0,3 mm; 0,15 mm.
b. Timbangan
5. Pencetakan paving block
a. Cetakan paving block
b. Kuas
c. Plat
d. Penumbuk
e. Timbangan
6. Uji kuat tekan
a. Alat uji kuat tekan
b. plat
25
7. Uji penyerapan air
a. Bak air
b. Oven
c. Timbangan
B. Bahan Penelitian
1. Agregat halus
Agregat halus yang digunakan adalah agregat halus sungai.
2. Air
Air yang digunakan dari instalasi air bersih Laboratorium Teknologi Beton
Sekolah Tinggi Tenkik – PLN Jakarta.
3. Semen
Semen Portland yang digunakan Tipe I
4. Bahan Tambah
1). Bahan Pengikat
Jenis : Abu kulit kopi
Asal : Penggilingan kopi, Pagaralam
2). Agregat Halus
Jenis : Bottom ash
Asal : PLTU Lontar
3.2.2.3 Pemeriksaan dan Pengujian
A. Semen
1) Pemeriksaan Berat Jenis Semen
a. Masukan minyak tanah ke dalam botol le chatelier sebanyak 0,9 ml
(pembacaan I)
b. Kemudian timbang 67 gram semen, lalu masukkan secara perlahan
ke dalam botol le chatelier (usahakan semen tidak terkena dinding
botol).
c. Tutup botol lalu kocok dengan membolak-balikkan botol secara
perlahan.
d. Diamkan, lalu baca volume larutan tersebut (pembacaan II).
B. Agregat halus
1) Pemeriksaan Berat Satuan Agregat halus
26
a. Ukur tinggi dan diameter dari bejana yang akan digunakan
b. Timbang berat bejana kosong
c. Masukkan agregat halus sampai 1/3 dari bejana, lalu padatkan
d. Masukkan lagi hingga 2/3 dari bejana, padatkan kembali
e. Masukkan agregat halus hingga penuh, lalu padatkan kembali
f. Masukkan agregat halus hingga penuh kembali, lalu catat berat dari
bejana berisi agregat halus
g. Hitung berat satuan dari agregat halus
2) Pemeriksaan Gradasi Agregat halus
a. Ambil agregat halus yang sudah dicuci bersih dan kering
b. Susun ayakan sesuai dengan urutannya dari ayakan berlubang besar
diletakkan di atas hingga ayakan berlubang kecil yaitu 9,6 mm; 4,8
mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm.
c. Masukkan agregat halus ke dalam ayakan paling atas, lalu tutup dan
ayak dengan cara digetarkan selama 10 menit kemudian agregat
halus didiamkan selama 5 menit agar agregat halus tersebut
mengendap.
d. Agregat halus yang tertinggal ditimbang sesuai dengan diameter
ayakannya.
e. Hitung kumulatif hasil ayakan untuk mendapatkan gradasi agregat
halus.
3) Pemeriksaan Berat Jenis Agregat halus
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 1970-2008 adalah
sebagai berikut :
a. Siapkan agregat halus kondisi SSD (Satured Surface Dry)
b. Setelah adonan agregat halus siap, lakukan pengecekan dengan
kerucut. Isi 1/3 dari kerucut tersebut, tumbuk 8 kali. Lakukan hal
tersebut hingga dua kali.
c. Lepas kerucut dan apabila tinggi agregat halus yang terbentuk yaitu
2/3 dari kerucutnya maka agregat halus tersebut sudah menjadi
agregat halus SSD.
27
d. Nol-kan timbangan lalu timbang labu takar 1000 cc dan catat
hasilnya.
e. Masukkan agregat halus ke dalam labu takar.
f. Timbang lagi agregat halus beserta Labu takar, timbang agregat
halus kondisi SSD (Saturated Surface Dry) itu sebanyak 500 gr.
g. Isi air pada labu takar hingga batas kapasitas, dan diputar – putar
dengan posisi tangan miring supaya gelembung udara keluar.
h. Timbang dan catat berat Air, agregat halus, beserta labu ukurnya.
i. Agregat halus dan air dikeluarkan dari labu takar, lalu labu takar diisi
air hingga batas kapasitas lalu timbang dan catat.
C. Limbah Abu kulit kopi
Limbah abu kulit kopi lolos ayakan 200 mm.
1) Pemeriksaan Berat Jenis Limbah Abu kulit kopi
a. Masukan minyak tanah ke dalam botol le chatelier sebanyak 0,9 ml
(pembacaan I)
b. Kemudian timbang 67 gram limbah abu kulit kopi , lalu masukkan
secara perlahan ke dalam botol le chatelier (usahakan limbah abu
kulit kopi tidak terkena dinding botol).
c. Tutup botol lalu kocok dengan membolak-balikkan botol secara
perlahan.
d. Diamkan, lalu baca volume larutan tersebut (pembacaan II).
D. Bottom Ash
1) Pemeriksaan Berat Satuan Bottom Ash
a. Ukur tinggi dan diameter dari bejana yang akan digunakan
b. Timbang berat bejana kosong
c. Masukkan bottom ash sampai 1/3 dari bejana, lalu padatkan
d. Masukkan lagi hingga 2/3 dari bejana, padatkan kembali
e. Masukkan bottom ash hingga penuh, lalu padatkan kembali
f. Masukkan bottom ash hingga penuh kembali, lalu catat berat dari
bejana berisi bottom ash
g. Hitung berat satuan dari bottom ash
2) Pemeriksaan Gradasi Bottom Ash
28
a. Ambil bottom ash yang sudah dicuci bersih dan kering
b. Susun ayakan sesuai dengan urutannya dari ayakan berlubang besar
diletakkan di atas hingga ayakan berlubang kecil yaitu 9,6 mm; 4,8
mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm.
c. Masukkan bottom ash ke dalam ayakan paling atas, lalu tutup dan
ayak dengan cara digetarkan selama 10 menit kemudian agregat
halus didiamkan selama 5 menit agar agregat halus tersebut
mengendap.
d. Bottom ash yang tertinggal ditimbang sesuai dengan diameter
ayakannya.
e. Hitung kumulatif hasil ayakan untuk mendapatkan gradasi bottom
ash.
4) Pemeriksaan Berat Jenis Bottom Ash
a. Siapkan bottom ash
b. Setelah adonan bottom ash siap, lakukan pengecekan dengan
kerucut. Isi 1/3 dari kerucut tersebut, tumbuk 8 kali. Lakukan hal
tersebut hingga dua kali.
c. Lepas kerucut dan apabila tinggi bottom ash yang terbentuk yaitu 2/3
dari kerucutnya maka bottom ash tersebut sudah menjadi agregat
halus SSD.
d. Nol kan timbangan lalu timbang labu takar 1000 cc dan catat
hasilnya.
e. Masukkan bottom ash ke dalam labu takar.
f. Timbang lagi bottom ash beserta Labu takar, timbang bottom ash
kondisi SSD (Saturated Surface Dry) itu sebanyak 500 gr.
g. Isi air pada labu takar hingga batas kapasitas, dan diputar – putar
dengan posisi tangan miring supaya gelembung udara keluar.
h. Timbang dan catat berat Air, bottom ash, beserta labu ukurnya.
i. Bottom ash dan air dikeluarkan dari labu takar, lalu labu takar diisi
air hingga batas kapasitas lalu timbang dan catat.
E. Paving block
1) Uji Kuat Tekan
29
a. Ambil paving block yang sudah mencukupi umurnya.
b. Masukkan dalam alat uji tekan.
c. Catat hasil dari jarum tertinggi, sebelum jarum turun.
d. Lanjutkan dengan sampel lainnya.
2) Uji Penyerapan Air
a. Masukkan paving block yang umurnya telah mencukupi kedalam
kolam.
b. Setelah 24 jam, angkat lalu timbang paving block tersebut untuk
berat basah.
c. Keringkan di oven selama 24 jam dengan suhu ± 1000 C, lalu timbang
untuk berat kering.
3.2.2.4 Benda Uji Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan perbandingan antara semen : agregat
halus = 1 : 4. Faktor air semen (FAS) yang digunakan 40% (kuat tekan rencana
40 MPa berdasarkan SNI 03-1915-1992). Bentuk paving block yang digunakan
adalah segi empat dengan ukuran 20 cm x 10 cm x 6 cm. Sampel benda uji
sebanyak 72 benda uji, dengan umur perawatan selama 7, 14 dan 28 hari.
Tabel 3. 1 Komposisi Campuran Paving block
No Jenis Paving block
Komposisi Campuran
Limbah
Abu kulit
kopi
Bottom
Ash
Agregat
halus Semen
1 Vₒ = Normal 0 0 4 1
2 V1 = Substitusi 0%
KK, 10% BA 0 0,4 3,60 1
3 V2 = Substitusi 5%
KK, 10% BA 0,05 0,4 3,60 0,95
4 V3 = Subtsitusi 10%
KK, 10% BA 0,10 0,4 3,60 0,90
5 V4 = Subtitusi 15%
KK, 10% BA 0,15 0,4 3,60 0,85
6 V5 = Substitusi 20%
KK, 10% BA 0,20 0,4 3,60 0,80
Sumber : Hasil Pengolahan Data
30
Tabel 3. 2 Variasi Campuran dan Jumlah Sampel
Hari Kadar Limbah Total Sampel
7
Vₒ = 0% KK dan 0% BA 3 uji tekan
V1 = 0% KK dan 10% BA 3 uji tekan
V2 = 5% KK dan 10% BA 3 uji tekan
V3 = 10% KK dan 10% BA 3 uji tekan
V4 = 15% KK dan 10% BA 3 uji tekan
V5 = 20% KK dan 10% BA 3 uji tekan
14
Vₒ = 0% KK dan 0% BA 3 uji tekan
V1 = 0% KK dan 10% BA 3 uji tekan
V2 = 5% KK dan 10% BA 3 uji tekan
V3 = 10% KK dan 10% BA 3 uji tekan
V4 = 15% KK dan 10% BA 3 uji tekan
V5 = 20% KK dan 10% BA 3 uji tekan
28
Vₒ = 0% KK dan 0% BA 3 uji tekan, 3 penyerapan air
V1 = 0% KK dan 10% BA 3 uji tekan, 3 penyerapan air
V2 = 5% KK dan 10% BA 3 uji tekan, 3 penyerapan air
V3 = 10% KK dan 10% BA 3 uji tekan, 3 penyerapan air
V4 = 15% KK dan 10% BA 3 uji tekan, 3 penyerapan air
V5 = 20% KK dan 10% BA 3 uji tekan, 3 penyerapan air
TOTAL SAMPEL 72 sampel
Sumber : Hasil Pengolahan Data
31
3.3 Teknik Analisis
Data – data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan
membandingkan paving block normal, paving block campuran limbah abu kulit
kopi sebagai bahan substitusi semen, paving block campuran bottom ash
sebagai substitusi agregat halus, dan paving block campuran gabungan variasi
optimum pada limbah abu kulit kopi dan limbah Bottom ash. Acuan data dari hasil
penelitan didapat melalui percobaan berikut :
1. Pemeriksaan karakteristik semen
2. Pemeriksaan karakteristik agregat halus
3. Pemeriksaan karakteristik limbah abu kulit kopi
4. Pemeriksaan karakteristik limbah Bottom ash
5. Perhitungan mix design
6. Pelaksanaan pembuatan sampel paving block
7. Pengujian kuat tekan
8. Pengujian penyerapan air
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian Material di Laboratorium
Sebelum melakukan mix design dilakukan pengujian material-material
yang akan digunakan. Adapun material yang akan diuji sebagai berikut :
4.1.1 Agregat Halus
Berikut adalah hasil pengujian gradasi agregat halus dan berat satuan
yang dilakukan
a. Analisa Gradasi Agregat Halus
Berikut ini adalah tabel hasil pengujian gradasi agregat halus.
Tabel 4. 1 Hasil Data Pengujian Analisis Gradasi Agregat halus
Lubang
Ayakan
(mm)
Berat
Tertinggal
(gr)
Persen
Tertinggal
(%)
Persen
Komulatif
(%)
Persen
Komulatif
Lewat
Ayakan (%)
9,60 0 0 0 100
4,80 20 2 2 98
2,40 50 5 7 93
1,20 150 15 22 78
0,60 170 17 39 61
0,30 280 28 67 33
0,15 320 32 99 1
PAN 10 1 - 0
Jumlah 1000 100 236 464
Sumber : Hasil Pengolahan Data
33
Modulus Kehalusan Agregat Halus = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ % 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
100%
Modulus Kehalusan Agregat Halus =0+2+7+22+39+67+99+100
100%
= 236%
100%
= 2,36 2,4
Zona dan kategori jenis Agregat Halus maka dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4. 2 Tabel Gradasi Agregat Halus
Ukuran Saringan
Ayakan
( mm )
% Lolos Saringan/Ayakan
Zona I
( Kasar )
Zona II
( Agak
Kasar )
Zona III
( Agak
Halus )
Zona IV
( Halus )
Agregat
halus
Bangka
9,6 100 100 100 100 100
4,8 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100 98
2,4 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100 93
1,2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100 78
0,6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100 61
0,3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50 33
0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15 1
Sumber : Hasil Pengolahan Data
1009893
78
61
33
10
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
9,64,821,20,60,30,015% B
era
t B
uti
r Y
ang
Lew
at A
yaka
n
Lubang Ayakan (mm)
Analisis Gradasi Agregat Halus
Batas Atas Zona III Batas Bawah Zona III Hasil Pengujian
34
Gambar 4. 1 Grafik Pengujian Analisis Gradasi Agregat Halus Sumber : Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan dari hasil pengujian agregat halus Bangka masuk kedalam
kategori agregat halus agak halus (Zona III) dengan modulus kehalusan agregat
halus didapatkan sebesar 2,36 2,4. Modulus kehalusan ini memenuhi syarat
yang ditetapkan dalam ASTM C-33 yakni dengan batas modulus kehalusan
agregat halus 2,3 – 3,1. Sehingga agregat halus Bangka ini dapat digunakan
sebagai material campuran beton.
b. Berat Satuan Agregat Halus
Berat satuan agregat halus dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Berat Satuan Agregat Halus
No Keterangan Hasil Satuan
1 Berat bejana kosong ( B1 ) 5,88 Kg
2 Berat bejana + agregat halus ( B2 ) 22,46 Kg
3 Berat agregat halus ( B3 = B2 - B1 ) 16,58 Kg
4 Volume bejana baja ( V ) 0,0099019 m³
5 Berat satuan agregat halus ( ɣ )
𝛾 = 𝐵3
𝑉
1674,43 Kg/m³
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian berat satuan agregat halus adalah sebesar 1674,43 kg/m³.
c. Berat Jenis Agregat halus dan penyerapan air
Berikut ini adalah tabel hasil dari pengujian berat jenis agregat halus dan
penyerapan air
35
Tabel 4. 4 Hasil Data Berat Jenis Agregat halus dan Penyerapan Air
No. Keterangan Hasil
1 Berat agregat halus (S) 1000 gr
2 Berat agregat halus setelah dikeringkan (A) 985 gr
3 Berat air + piknometer (B) 470 gr
4 Berat piknometer + 500 gr agregat halus + air (C) 1020 gr
5 Berat jenis kering (𝐴
(𝐵 + 𝑆) −𝑐 ) 2,19
6 Saturated Surface Dry (SSD) (𝑆
(𝐵 + 𝑆) −𝐶 ) 2,22
7 % Penyerapan (𝑆 − 𝐴
𝐴𝑥 100%) 1,52%
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis agregat halus dan penyerapan air
menunjukkan bahwa berat jenis kering agregat halus Bangka yang didapatkan
dalam pengujian sebesar 2,19 dan untuk berat jenis dalam kondisi SSD
(Saturated Surface Dry) yang didapatkan sebesar 2,22. Sedangkan, hasil
pengujian penyerapan air sebesar 1,52%.
4.1.2 Semen
Untuk material semen dilakukan pengujian berat jenis. Berat jenis semen
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Berat Jenis Semen
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian didapat berat jenis semen adalah sebesar 3,15 gr/ml.
No Pemeriksaan Hasil Satuan
1 Berat semen ( A ) 75 gr
2 Volume minyak tanah ( B1 ) 0,80 ml
3 Volume minyak tanah + semen ( B2) 24,60 ml
4
Berat jenis semen
A
B2 − B1
3,15 gr/ml
36
4.1.3 Limbah Abu Kulit Kopi
Untuk material limbah abu kulit kopi dilakukan pengujian berat jenis. Berat
jenis limbah abu kulit kopi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Berat Jenis Limbah Abu Kulit Kopi
No Pemeriksaan Hasil Satuan
1 Berat limbah abu kulit kopi ( A ) 75 gr
2 Volume minyak tanah ( B1 ) 0,80 ml
3 Volume minyak tanah + KK( B2) 24,80 ml
4
Berat jenis limbah abu kulit kopi
A
B2 − B1
3,125 gr/ml
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian didapat berat jenis abu kulit kopi adalah sebesar
3,125 gr/ml. Berat jenis abu kulit kopi lebih kecil dari pada berat jenis semen
(3,125 gr/ml < 3,150 gr/ml)
37
4.1.4 Bottom Ash
Berikut adalah hasil pengujian gradasi bottom ash dan berat satuan
bottom ash yang dilakukan :
a. Analisa Gradasi Bottom Ash
Berikut ini adalah tabel hasil pengujian gradasi bottom ash
Tabel 4. 7 Hasil Data Pengujian Analisis Gradasi Bottom Ash
Lubang
Ayakan
(mm)
Berat
Tertinggal
(gr)
Persen
Tertinggal
(%)
Persen
Komulatif
(%)
Persen
Komulatif
Lewat
Ayakan (%)
9,6 0 0 0 100
4,8 0 0 0 100
2,4 54 5,4 5,4 94,6
1,2 154 15,4 20,8 79,2
0,6 168 16,8 37,6 62,4
0,3 285 28,5 66,1 33,9
0,15 323 32,3 98,4 1,6
pan 16 1,6 100 0
Jumlah 1000 100 228,3 471,7
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Modulus Kehalusan Bottom Ash = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ % 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
100%
Modulus Kehalusan Bottom Ash =0+0+5,4+20,8+37,6+66,1+98,4+100
100%
= 228,3%
100%
= 2,283 2,3
38
Zona dan kategori jenis bottom ash maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. 8 Tabel Gradasi Bottom Ash
Ukuran
Saringan
Ayakan
( mm )
% Lolos Saringan/Ayakan
Zona I
( Kasar )
Zona II
( Agak
Kasar )
Zona III
( Agak
Halus )
Zona IV
( Halus )
Bottom
Ash
9,6 100 100 100 100 100
4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100 100
2,4 60 – 95 75 – 100 85 - 100 95 – 100 94,6
1,2 30 – 70 55 – 90 75 - 100 90 – 100 79,2
0,6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 - 100 62,4
0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 - 50 33,9
0,15 0 – 10 0 – 10 0 - 10 0 - 15 1,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 4. 2 Grafik Pengujian Analisis Gradasi Bottom Ash
Berdasarkan dari hasil pengujian gradasi bottom ash masuk kedalam
kategori agregat halus agak halus (Zona III) dengan modulus kehalusan bottom
ash didapatkan sebesar 2,283 2,3. Modulus kehalusan ini memenuhi syarat
yang ditetapkan dalam ASTM C-33 yakni dengan batas modulus kehalusan
agregat halus 2,3 – 3,1. Sehingga bottom ash ini dapat digunakan sebagai
material campuran beton.
10010094,6
79,2
62,4
33,9
1,60
20
40
60
80
100
9,64,821,20,60,30,015
% B
era
t B
uti
r Y
ang
Lew
at A
yaka
n
Lubang Ayakan (mm)
Analisis Gradasi Bottom Ash
Batas Atas Zona III Batas Bawah Zona III Hasil Pengujian
39
b. Berat Satuan Bottom Ash
Berat satuan bottom ash dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. 9 Hasil Pengujian Berat Satuan Bottom Ash
No Keterangan Hasil Satuan
1 Berat bejana kosong ( B1 ) 5,86 Kg
2 Berat bejana + bottom ash ( B2 ) 19,42 Kg
3 Berat agregat halus ( B3 = B2 - B1 ) 13,56 Kg
4 Volume bejana baja ( V ) 0,009425 m³
5 Berat satuan bottom ash ( ɣ )
𝛾 = 𝐵3
𝑉
1438,772260 Kg/m³
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian berat satuan bottom ash adalah sebesar 1438,77 kg/m³
c. Berat Jenis Bottom Ash dan penyerapan air
Berikut ini adalah tabel hasil dari pengujian berat jenis bottom ash dan
penyerapan air
Tabel 4. 10 Hasil Data Berat Jenis Bottom Ash dan Penyerapan Air
No. Keterangan Hasil
1 Berat bottom ash (S) 1000 gr
2 Berat bottom ash setelah dikeringkan (A) 985 gr
3 Berat air + piknometer (B) 470 gr
4 Berat piknometer + 500 gr bottom ash + air (C) 980 gr
5 Berat jenis kering (𝐴
(𝐵 + 𝑆) −𝑐 ) 2,01
6 Saturated Surface Dry (SSD) (𝑆
(𝐵 + 𝑆) −𝐶 ) 2,04
7 % Penyerapan (𝑆 − 𝐴
𝐴𝑥 100%) 1,52%
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis bottom ash dan penyerapan air
menunjukkan bahwa berat jenis kering bottom ash didapatkan dalam pengujian
sebesar 2,01 dan untuk berat jenis dalam kondisi SSD (Saturated Surface Dry)
sebesar 2,04. Sedangkan, hasil pengujian penyerapan air sebesar 1,52%.
40
4.2 Mix Design
Perhitungan untuk mix design dilakukan berdasarkan berat satuan atau
volume sehingga didapat nilai sebagai barikut :
Volume paving block = p × l × t
= 20 × 10 × 6
= 1200 cm3
= 0,0012 m3
1. Semen
Kebutuhan semen tiap 1 benda uji :
Kebutuhan semen 100% = 1
5 x 0,0012 x 3150 = 0,76 kg
Kebutuhan semen 95% = 1−(0,05 x 1)
5 x 0,0012 x 3150 = 0,71 kg
Kebutuhan semen 90% = 1−(0,1x 1)
5 x 0,0012 x 3150 =0, 68 kg
Kebutuhan semen 85 % = 1−(0,15 x 1)
5 x 0,0012 x 3150 = 0,64 kg
Kebutuhan semen 80 % = 1−(0,2 x 1)
5 x 0,0012 x 3150 = 0,60 kg
2. Agregat halus
Kebutuhan agregat halus tiap 1 benda uji :
Kebutuhan Agregat halus 100% = 4
5 x 0,0012 x 1674,43 = 1,60 kg
Kebutuhan Agregat halus 90% = 4−(0,1x 4)
5 x 0,0012 x 1674,43 = 1,44 kg
41
3. Air
Faktor air-semen yang digunakan adalah 0,4 dari berat semen :
Kebutuhan air =40
100 x 0,76 = 0,30 kg
4. Kebutuhan limbah abu kulit kopi terhadap semen tiap 1 benda uji :
Kebutuhan KK 5% = (0,05x 1)
5 x 0,0012 x 3125 = 0,0375 kg
Kebutuhan KK 10% = (0,10 x 1)
5 x 0,0012 x 3125 = 0,075 kg
Kebutuhan KK15% = (0,15 x 1)
5 x 0,0012 x 3125 = 0,1125 kg
Kebutuhan KK 20% = (0,20 x 1)
5 x 0,0012 x 3125 = 0,15 kg
5. Bottom Ash
Kebutuhan bottom ash tiap 1 benda uji :
Kebutuhan Bottom Ash 10% = 4−(0,9x 4)
5 x 0,0012 x 1438,77 = 0,138 kg
Tabel 4. 11 Kebutuhan Material per Paving Block
N
o Benda uji
Berat Material (kg)
Air Agregat
halus Semen KK BA
1 Vₒ = Normal 0,3 1,60 0,76 0 0
2 V1 = Substitusi 0% KK, 10% BA 0,3 1,44 0,76 0 0,138
3 V2 = Substitusi 5% KK, 10% BA 0,3 1,44 0,74 0,0375 0,138
4 V3 = Subtsitusi 10% KK, 10% BA 0,3 1,44 0,71 0,0750 0,138
5 V4 = Subtitusi 15% KK, 10% BA 0,3 1,44 0,70 0,1125 0,138
6 V5 = Substitusi 20% KK, 10% BA 0,3 1,44 0,68 0,1500 0,138
Sumber : Hasil Pengolahan Data
42
Tabel 4. 12 Total Kebutuhan Material
Variasi Material
Berat material (kg) Total
berat
(kg) 7 hari 14 hari 28 hari
Vₒ = Normal
Semen 2,28 2,28 4,56 9,12
Agregat halus 4,80 4,80 9,60 19,20
V1 = Substitusi
0% KK, 10% BA
Semen 2,28 2,28 4,56 9,12
Agregat halus 4,32 4,32 8,64 17,28
Limbah KK 0 0 0 0
Bottom Ash 0,414 0,414 0,828 1,66
V2 = Substitusi
5% KK, 10% BA
Semen 2,22 2,22 4,44 8,88
Agregat halus 4,32 4,32 8,64 17,28
Limbah KK 0,1125 0,1125 0,225 0,45
Bottom Ash 0,414 0,414 0,828 1,66
V3 = Subtsitusi
10% KK, 10%
BA
Semen 2,13 2,13 4,26 8,52
Agregat halus 4,32 4,32 8,64 17,28
Limbah KK 0,225 0,225 0,45 0,9
Bottom Ash 0,414 0,414 0,828 1,66
V4 = Subtitusi
15% KK, 10%
BA
Semen 2,1 2,1 4,2 8,4
Agregat halus 4,32 4,32 8,64 17,28
Limbah KK 0,3375 0,3375 0,675 1,35
Bottom Ash 0,414 0,414 0,828 1,66
V5 = Substitusi
20% KK, 10%
BA
Semen 2,04 2,04 4,08 8,16
Agregat halus 4,32 4,32 8,64 17,28
Limbah KK 0,45 0,45 0,9 1,8
Bottom Ash 0,414 0,414 0,828 1,66
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari Tabel 4.12 jumlah kebutuhan material untuk semua variasi paving block
adalah sebagai berikut :
43
1. Semen = Vₒ + V₁ + V₂ + V₃ + V₄ + V5
= 9,12 kg + 9,12 kg + 8,88 kg + 8,68 kg + 8,4 kg + 8,16 kg
= 52,36 kg
2. Agregat halus = Vₒ + V₁ + V₂ + V₃ + V₄ + V5
= 19,2 kg + 17,28 kg + 17,28 kg + 17,28 kg + 17,28 kg +
17,28 kg
= 105,6 kg
3. Limbah abu kulit kopi = V₂ + V₃ + V₄ + V5
= 0,45 kg + 0,9 kg + 1,35 kg + 1,8 kg
= 4,5 kg
4. Limbah Bottom Ash = V₁ + V₂ + V₃ + V₄ + V5
= 1,66 kg + 1,66 kg + 1,66 kg + 1,66 kg + 1,66 kg
= 8,3 kg
4.3 Hasil Pegujian Kuat Tekan Paving block
4.3.1 Paving Block Normal
Berikut Tabel dan Grafik hasil pengujian kuat tekan paving block v0 =
normal.
Tabel 4. 13 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block Normal
Hari Benda
Uji
Luas
Permukaan
(Cm²)
Beban
Tekan
(KN)
Beban
Tekan Rata-
rata (KN)
Kuat Tekan
Rata-rata(Kg/
Cm²)
Kuat Tekan
Rata-rata
(MPa)
7
1 200 90
100 50,0 5,0 2 200 100
3 200 110
14
1 200 190
173 86,7 8,67 2 200 180
3 200 150
28
1 200 300
290 145,0 14,5 2 200 280
3 200 290
Sumber : Hasil Pengolahan Data
44
Gambar 4. 3 Grafik Nilai Kuat Tekan Paving Block Normal
Dari hasil pengujian kuat tekan paving block normal pada umur 28 hari
dengan nilai 14,5 MPa dan termasuk dalam mutu C yang dapat digunakan untuk
pejalan kaki.
4.3.2 Paving Block 0% KK, 10% BA
Berikut Tabel dan Grafik hasil pengujian kuat tekan paving block V₁ (0%
KK 10% BA).
Tabel 4. 14 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₁ (0% KK 10% BA)
Hari Benda
Uji
Luas
Permukaan
(Cm²)
Beban
Tekan
(KN)
Beban
Tekan
Rata-
rata
(KN)
Kuat Tekan
Rata-
rata(Kg/
Cm²)
Kuat
Tekan
Rata-
rata
(MPa)
7
1 200 130
120 60,0 6,0 2 200 120
3 200 110
14
1 200 180
183 91,7 9,17 2 200 180
3 200 190
28
1 200 340
323 161,7 16,17 2 200 320
3 200 310
Sumber : Hasil Pengolahan Data
50,0
86,7
145,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
7 14 28
KU
AT
TE
KA
N (
KG
/ C
M²)
UMUR (HARI)
Kuat Tekan v0 = Normal
45
Gambar 4. 4 Grafik Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₁ (0% KK 10% BA)
Dari hasil pengujian paving block V₁ (0% KK 10% BA) mengalami
peningkatan kuat tekan dengan nilai tertinggi 16,17 MPa dan termasuk kedalam
mutu C yang dapat digunakan untuk pejalan kaki.
4.3.3 Paving Block 5% KK, 10% BA
Berikut Tabel dan Grafik hasil pengujian kuat tekan paving block V₂
(5%KK, 10% BA).
Tabel 4. 15 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₂ (5%KK, 10% BA)
Hari Benda
Uji
Luas
Permukaan
(Cm²)
Beban
Tekan
(KN)
Beban
Tekan Rata-
rata (KN)
Kuat Tekan
Rata-rata(Kg/
Cm²)
Kuat Tekan
Rata-rata
(MPa)
7
1 200 140
140 70,0 7,0 2 200 130
3 200 150
14
1 200 210
220 110,0 11,0 2 200 230
3 200 220
28
1 200 350
343 171,7 17,17 2 200 320
3 200 360
Sumber : Hasil Pengolahan Data
60,0
91,7
161,7
0,0
50,0
100,0
150,0
200,0
7 14 28
KU
AT
TE
KA
N (
KG
/ C
M²)
UMUR (HARI)
v1 0% KK, 10% BA
46
Gambar 4. 5 Grafik Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₂ (5%KK, 10% BA).
Dari hasil pengujian paving block V₂ (5%KK, 10% BA) mengalami
peningkatan kuat tekan dengan nilai tertinggi 17,17 MPa dan termasuk kedalam
mutu B yang dapat digunakan untuk pelataran parkir.
4.3.4 Paving Block 10% KK, 10% BA
Berikut adalah Tabel dan Grafik hasil pengujian kuat tekan paving block
V₃ (10% KK, 10% BA).
Tabel 4. 16 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₃ (10% KK, 10% BA)
Hari Benda
Uji
Luas
Permukaan
(Cm²)
Beban
Tekan
(KN)
Beban
Tekan Rata-
rata (KN)
Kuat Tekan
Rata-rata(Kg/
Cm²)
Kuat Tekan
Rata-rata
(MPa)
7
1 200 160
163,33 81,7 8,17 2 200 150
3 200 180
14
1 200 280
276,67 138,3 13,83 2 200 260
3 200 290
28
1 200 350
353,0 176,7 17,67 2 200 320
3 200 390
Sumber : Hasil Pengolahan Data
70,0
110,0
171,7
0,0
50,0
100,0
150,0
200,0
7 14 28
KU
AT
TE
KA
N (
KG
/ C
M²)
UMUR (HARI)
v2 5% KK, 10% BA
47
Gambar 4. 6 Grafik Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₃ (10% KK, 10% BA)
Dari hasil pengujian paving block V₃ (10% KK, 10% BA) mengalami
peningkatan kuat tekan dengan nilai tertinggi 17,67 MPa dan termasuk kedalam
mutu B yang dapat digunakan untuk pelataran parkir.
4.3.5 Paving Block 15% KK, 10% BA
Berikut Tabel dan Grafik hasil pengujian kuat tekan paving block V₄ (15%
KK, 10% BA).
Tabel 4. 17 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₄ (15% KK, 10% BA)
Hari Benda
Uji
Luas
Permukaan
(Cm²)
Beban
Tekan
(KN)
Beban
Tekan Rata-
rata (KN)
Kuat Tekan
Rata-rata(Kg/
Cm²)
Kuat Tekan
Rata-rata
(MPa)
7
1 200 230
226,67 113,3 11,3 2 200 210
3 200 240
14
1 200 350
350 175,0 17,5 2 200 320
3 200 380
28
1 200 400
400 200,0 20,0 2 200 390
3 200 410
Sumber : Hasil Pengolahan Data
81,7
138,3
176,7
0,0
50,0
100,0
150,0
200,0
7 14 28
KU
AT
TEK
AN
(K
G/
CM
²)
UMUR (HARI)
v3 10% KK, 10% BA
48
Gambar 4. 7 Pengujian Kuat Tekan Paving Block V₄ (15% KK, 10% BA)
Dari hasil pengujian paving block V4 (115% KK, 10% BA) mengalami
peningkatan kuat tekan dengan nilai tertinggi 20 MPa dan termasuk kedalam
mutu B yang dapat digunakan untuk pelataran parkir.
4.3.6 Paving Block 20% KK, 10% BA
Berikut Tabel dan Grafik hasil pengujian kuat tekan paving block V5 (20%
KK, 10% BA).
Tabel 4. 18 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block V5 (20% KK, 10% BA)
Hari Benda
Uji
Luas
Permukaan
(Cm²)
Beban
Tekan
(KN)
Beban
Tekan Rata-
rata (KN)
Kuat Tekan
Rata-rata(Kg/
Cm²)
Kuat Tekan
Rata-rata
(MPa)
7
1 200 240
216,67 108,3 10,83 2 200 220
3 200 190
14
1 200 300
303,33 151,7 15,17 2 200 290
3 200 320
28
1 200 320
340,0 170,0 17,0 2 200 360
3 200 340
Sumber : Hasil Pengolahan Data
113,3
175,0
200,0
0,0
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
7 14 28
KU
AT
TEK
AN
(K
G/
CM
²)
UMUR (HARI)
v4 15% KK, 10% BA
49
Gambar 4. 8 Grafik Pengujian Kuat Tekan Paving Block V5 (20% KK, 10% BA)
Dari hasil pengujian paving block V5 (20% KK, 10% BA) mengalami
peningkatan kuat tekan dengan nilai tertinggi 17,0 MPa dan termasuk kedalam
mutu B yang dapat digunakan untuk pelataran parkir.
108,3
151,7
170,0
0,0
50,0
100,0
150,0
200,0
7 14 28KU
AT
TE
KA
N (
KG
/ C
M²)
UMUR (HARI)
v5 20% KK, 10% BA
50
4.3.7 Paving Block Semua Variasi
Berikut adalah tabel hasil pengujian kuat tekan paving block semua variasi :
Tabel 4. 19 Hasil Pengujian Kuat Tekan Paving Block Semua Variasi
Variasi Hari
Luas
Permukaan
(Cm²)
Kuat Tekan
Rata-rata
(Kg/ Cm²)
Kuat Tekan
Rata-rata (MPa) Mutu
Vₒ = Normal
7 200 50,0 5,0 -
14 200 86,7 8,67 D
28 200 145,0 14,50 C
V₁ (0% KK 10% BA)
7 200 60,0 6,00 -
14 200 91,7 9,17 D
28 200 161,7 16,17 C
V₂ (5% KK 10% BA)
7 200 70,0 7,00 -
14 200 110,0 11,00 C
28 200 171,7 17,17 B
V₃ (10% KK 10% BA)
7 200 81,7 8,17 -
14 200 138,3 13,83 C
28 200 176,7 17,67 B
V₄ (15% KK 10% BA)
7 200 113,3 11,33 D
14 200 175,0 17,50 B
28 200 200,0 20,00 B
V5 (20% KK 10% BA)
7 200 108,3 10,83 D
14 200 151,7 15,17 C
28 200 170,0 17,00 B
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Ket : 10 Kg/ Cm² = 1 MPa
51
Gambar 4. 9 Grafik Nilai Kuat Tekan
Berdasarkan Gambar 4.9 dan tabel 4.19 di atas menunjukan bahwa hasil
yang diperoleh nilai kuat tekan semua variasi lebih tinggi dari variasi normal.
Variasi kuat tekan maksimum V4 (15% KK, 10% BA) pada umur 28 hari yaitu 20
MPa lebih tinggi dari variasi normal Vₒ (Normal) yaitu 14,5 MPa. Variasi pada
umur 28 hari masuk dalam paving block mutu B untuk V2 sampai V5 yang dapat
digunakan untuk pelataran parkir. Sedangkan untuk V0 dan V1 masuk dalam
paving block mutu C. Penggunaan limbah abu kulit kopi sebagai substitusi semen
dan bottom ash sebagai substitusi agregat halus mengalami kenaikan dari variasi
V0 hingga V4 lalu mengalami penurunan pada variasi V5. Dapat disimpulkan
bahwa penambahan abu kulit kopi dapat menaikan kuat tekan paving block
hingga maksimum penambahan pada 15% yang dimana pada penambahan 20%
mengalami penurunan kuat tekan pada paving block.
5,06,0
7,08,2
11,3 10,88,7 9,2
11,0
13,8
17,5
15,214,516,2
17,3 17,7
20,0
17,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
normal V1 0% KK, 10%BA
V2 5% KK, 10%BA
V3 10% KK, 10%BA
V4 15% KK, 10%BA
V5 20% KK, 10%BA
KU
AT
TEK
AN
(M
PA
)
VARIASI CAMPURAN
Nilai kuat tekan
7 hari 14 hari 28 hari
52
4.4 Hasil Pengujian Penyerapan Air (Water Absorption)
Adapun hasil pengujian penyerapan air pada paving block berdasarkan SNI 03-
0691-1996 dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 4. 20 Hasil Pengujian Penyerapan Air Paving Block
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Variasi Hari
Berat
Basah
(Kg)
Berat
Kering
(Kg)
Penye
rapan
(%)
Rata – Rata
Penyerapan
(%)
Mutu
V0 = Normal 28
2,02 2,15 6,44
6,40 C 2,04 2,17 6,37
2,03 2,16 6,40
V1 = 0% KK,
10% BA 28
2,15 2,29 6,51
6,03 C 2,13 2,26 6,10
2,19 2,31 5,48
V2 = 5% KK,
10% BA 28
1,94 2,06 6,19
5,68 B 2,20 2,12 4,95
2,03 2,15 5,91
V3 = 10% KK,
10% BA 28
2,09 2,19 4,78
5,42 B 2,10 2,24 6,67
2,08 2,18 4,81
V4 = 15% KK,
10% BA 28
2,04 2,18 6,86
5,56 B 2,06 2,16 4,85
2,02 2,12 4,95
V5 = 20% KK,
10% BA 28
2,14 2,28 6,54
5,63 B 2,13 2,24 5,16
2,12 2,23 5,19
53
Gambar 4. 10 Grafik Persentase Penyerapan Pada Setiap Variasi
Berdasarkan Gambar 4.10 nilai penyerapan air variasi V2 sampai V5
memenuhi syarat mutu yaitu paving block mutu B yang digunakan untuk
pelataran parkir sedangkan pada variasi V0 dan V1 memenuhi syarat mutu yaitu
paving block mutu C yang digunakan untuk pejalan kaki. Semua variasi
persentase penyerapan air lebih rendah dari normal. Nilai penyerapan air
terendah terjadi pada V3 (10% KK, 10% BA) yaitu 5,41% lebih rendah 0,99% dari
Vₒ (0% normal) yaitu 6,4% yang disebabkan oleh penambahan bottom ash yang
dimana penyerapan bottom ash sangat kecil. Namun, nilai penyerapan air
kembali meningkat pada V3 (10% KK, 10% BA). Hal ini dapat dipengaruhi
perbandingan jumlah abu kulit kopi dan semen dalam bahan. Semakin banyak
jumlah abu kulit kopi yang ditambahkan maka akan semakin mengurangi jumlah
semen sehingga proses pengikatan agregat oleh semen tidak terjadi secara
maksimal dan menimbulkan banyak pori/rongga di dalam struktur paving block.
Semakin banyak pori-pori pada struktur paving block, maka akan semakin mudah
dalam menyerap air.
Dari hasil pengujian penyerapan air paving block, variasi campuran yang
maksimal V₂ (5% limbah abu kulit kopi) dengan nilai kuat tekan 171,7 kg/cm² =
17,17 MPa dan persentase penyerapannya sebesar 5,41% termasuk dalam
paving block mutu B yang digunakan untuk pelataran parkir.
6,40
6,03
5,41 5,425,56 5,63
4,50
5,00
5,50
6,00
6,50
Normal V1 0%KK,10%BA
V2 5%KK,10%BA
V3 10%KK,10%BA
V4 15%KK,10%BA
V5 20%KK,10%BA
% Penyerapan Air
% Penyerapan Air
Pen
yera
pan
Air
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang paving block dengan memanfaatkan
limbah abu kulit kopi sebagai bahan substitusi semen dan bottom ash sebagai
substitusi agregat halus sebagai berikut :
1. Nilai kuat tekan paving block pada umur 28 hari dengan variasi Normal,
0% KK 10% BA, 5% KK 10% BA, 10% KK 10% BA, 15% KK 10% BA, 20% KK
10% BA berturut-turut ialah 14,50 MPa, 16,17 MPa, 17,17 MPa, 17,67 20,0
MPa dan 17,0 MPa.
2. Kuat tekan optimum pada paving block terdapat pada V4 (15% KK 10%
BA) dengan nilai kuat tekan 20 MPa dan persentase penyerapannya
sebesar 5,56% dengan klasifikasi mutu B sesuai dengan standar
ketentuan SNI 03-0691-1996 dan dapat digunakan untuk pelataran parkir.
3. Nilai penyerapan air pada paving block pada umur 28 hari dengan variasi
Normal, 0% KK 10% BA, 5% KK 10% BA, 10% KK 10% BA, 15% KK 10% BA,
20% KK 10% BA berturut-turut ialah 5,91%, 5,41%, 5,68%, 5,42%, 5,56%
dan 5,63%.
4. Katagori mutu dan penyerapan air paving block umur 28 hari pada variasi
5% KK 10% BA, 10% KK 10% BA, 15% KK 10% BA, 20% KK masuk dalam
katagori mutu dan penyerapan air B sedangkan variasi Normal dan 0% KK
10% BA masuk dalam katagori mutu dan penyerapan air C.
55
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran – saran yang dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya yaitu :
1. Perlu adanya pengujian lanjut dengan bahan tambah selain limbah
abu kulit kopi dan bottom ash untuk menaikkan nilai kuat tekan
pada paving block dan mendapat nilai penyerapan air yang rendah.
Bahan pengganti yang dapat digunakan contohnya yang
mengandung pozzolan lebih tinggi dari pada limbah abu kulit kopi
sebagai subsitusi semen dan bahan agregat halus lainnya.
2. Pemadatan saat pembuatan paving block perlu dilakukan secara
maksimal agar dapat mencapai nilai kuat tekan yang tinggi dan
penyerapan air yang rendah, misalnya menggunakan mesin
khusus pemadatan.
56
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. (1990). SNI 03-1749-1900 Besar Butir Agregat
Untuk Aduk Beton. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (1991). SNI 15-2531-1991 Metode Pengujian
Berat Jenis Semen Portland. Bandung: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (1996). SNI 03-0691-1996 Bata Beton (Paving
Block), Mutu dan Cara. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2000). SNI 03-2838-200 Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2004). SNI 15-2049-2004 Semen Portland.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2004). SNI 15-2049-2004 Semen Portland.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 1970-2008 Cara Uji Berat Jenis dan
Penyerapan Air Agregat Halus. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2012). SNI ASTM C123:2012 Metode Uji Partikel
Ringan Dalam Agregat (ASTM C 123-03,IDT.). Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2012). SNI ASTM C136:2012 Metode Uji
Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2016). SNI 8321-2016 Spesifikasi Agregat Beton
(ASTM C33/C33M-13,IDT). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Darwis, Z., & Soelarso. (2014). Pemanfaatan Limbah Bottom Ash Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Paving Block [Skripsi]. Serang: Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
Faisal, H. (2017). Karakteristik Sifat Morfologi dan Unsur Kimia Batako Dari
Limbah Abu Batu Bara dan Limbah Industri Karet [Skripsi]. Medan:
Institut Helvetia Medan.
Herlina. (2005). Kajian Pemanfaatan Abu Sekam Untuk Stabilasi Tanah Dalam
Sistem Pondasi Tanah Ekspansi. Retrieved from
57
http://www.pu.go.id/Publik/IND/Produk/Seminar/Kolokium2005/Kolokium
2005.pdf
Laila, F., & Risdianto, Y. (2018). Pengaruh Penggunaan Bottom Ash Sebagai
Substitusi Pasir Pada Paving Block [Skripsi]. Surabaya: Universitas
Surabaya.
Produksi Domestik, Ekspor dan Konsumsi Kopi Indonesia. (2017, Nopember
13). Retrieved from indonesia-investments: https://www.indonesia-
investments.com
Supriyono, P. (2012). Pengembangan Batako Dari Komposit Bahan Dasar
(Raw Filler) dan Pengisi (Filler) Abu Kulit Kopi. Bengkulu: Universitas
Bengkulu.
Waryono. (2013). Pengaruh Substitusi Limbah Pembakaran Batu Bara (Bottom
Ash) Dengan Agregat Halus Pasir Sungai Klawing Terhadap Kuat Tekan
Batako [Skripsi]. Kebumen: Universitas Jendral Soedirman.
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
a. Data Pribadi
NIM : 2015-21-106
Nama : M Arief Pranata
Tempat / Tgl. Lahir : Pagaralam, 24 Nopember 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : S1 Teknik Sipil
Alamat Rumah : Pagar Gading, RT/RW 006/003 Kel. Kuripan Babas, kec. Pagaralam Utara, Kota pagaralam, Sumsel
Telp. / Hp. : 082176552120
Email : [email protected]
b. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SD Negeri Model Pagaralam - 2008
SMP SMP Negeri 1 Pagaralam - 2011
SMA SMA Negeri 4 Lahat IPA 2014
PT Sekolah Tinggi Teknik - PLN Teknik Sipil 2019
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jakarta, 10 Februari 2020
Mahasiswa Ybs.
( M Arief Pranata )
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN GRADASI PASIR
Ayakan Pasir 1 Set Mesin Ayakan
Timbangan Benda Uji Pasir
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN BERAT SATUAN PASIR
Benda Uji Pasir Bejana Silinder Baja dan Timbangan
Pasir dalam Bejana
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN BERAT JENIS PASIR
Benda Uji Pasir Pengujian Berat Jenis Pasir
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN
Botol Le Chatelier Semen
Semen di dalam
Botol Le Chatelier
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGAYAKAN ABU KULIT KOPI
Pengayakan Menggunakan Abu Kulit Kopi Yang Sudah
Ayakan No 200 Diayak
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN BERAT JENIS ABU KULIT KOPI
Benda Uji Limbah Abu Kulit Kopi Botol Le Chatelier
Limbah Abu Kulit Kopi di Dalam
Botol Le Chatelier
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN GRADASI BOTTOM ASH
Ayakan 1 Set Mesin Ayakan
Timbangan Benda Uji Bottom Ash
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN BERAT SATUAN BOTTOM ASH
Benda Uji Bottom Ash Bejana Silinder Baja dan Timbangan
Bottom Ash dalam Bejana
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN BERAT JENIS BOTTOM ASH
Benda Uji Bottom Ash Pengujian Berat Jenis Bottom Ash
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PEMBUATAN PAVING BLOCK
Pencampuran Material
Pengadukan Matrial Paving Block
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
FOTO – FOTO PENGUJIAN KUAT TEKAN DAN PENYERAPAN AIR
PAVING BLOCK
.
Alat Uji Tekan Kolam Perendaman
Uji Tekan Paving block
LABORATORIUM TEKNOLOGI BETON JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA Menara PLN, Jl Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp. ( 021 ) 5440344 Ext. 1709 / 1706 Fax. ( 021 ) 5440343
Benda Uji Setelah di Uji Tekan
Pengujian Penyerapan Air