SMART GRID HYBRID SYSTEM (FOTOVOLTAIK-PT. PLN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of SMART GRID HYBRID SYSTEM (FOTOVOLTAIK-PT. PLN ...
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 1
SMART GRID HYBRID SYSTEM (FOTOVOLTAIK-PT. PLN) BERBASIS IOT
(INTERNET OF THINGS)
Oleh :
Adi Ardiansyah Saputra1, Didik Notosudjono2, Bloko Budi Rijadi3
Abstrak
Pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif adalah sudah menjadi keharusan,
karena sumber energi tersebut ketersediannya berlimpah dan tidak akan pernah habis. Energi surya
merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang memiliki potensi dengan intensitas radiasi harian
rata-rata sekitar 4,8 kWh/m2. Dengan besarnya potensi tersebut, maka dibuat rancangan prototype
hybrid yang memanfaatkan energi surya dan sumber listrik PLN secara bersamaan (ongrid system)
dengan tujuan untuk memanfaatkan energi surya sebagai sumber tenaga listrik serta meminimalkan
penggunaan energi listrik dari sumber tenaga konvensional. Smart grid hybrid system adalah suatu
sistem hybrid cerdas, yang mempunyai sistem khusus yaitu ongrid system (Spesific), dapat melakukan
pengukuran (Measurement), mempunyai target yang jelas yaitu penghematan energi (Attainable), dapat
mewujudkan penghematan energi (Realistic), serta dapat mengendalikan dan memonitoring sistem
dimana pun dan kapan pun dengan bantuan internet of things (Time). Percobaan yang dilakukan pada
prototype smart grid hybrid system dengan menggunakan beban 95 Watt hour, mewujudkan
penghematan energi sebesar 18,9 % saat kondisi panas terik, dimana tedapat pengurangan energi
sebesar 18 Watt hour yang dihasilkan oleh panel surya dengan kapasitas 20 Watt peak.
Kata Kunci : Energi Terbarukan, PLTS, Hybrid, Internet of Things
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan meningkatnya jumlah penduduk
serta pertumbuhan industri yang semakin
berkembang pesat, menyebabkan kebutuhan
energi yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Namun peningkatan kebutuhan energi berbanding
terbalik dengan produksi energi (energi
konvensional) yang semakin menurun.
Kebutuhan energi yang semakin meningkat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
peningkatan jumlah penduduk, peningkatan taraf
hidup masyarakat, jumlah kendaraan yang
semakin meningkat serta pertumbuhan industri
yang semakin berkembang, sehingga
menyebabkan konsumsi energi yang sangat besar.
Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan beberapa
peraturan untuk mengatasi permasalahan tersebut,
yaitu peraturan Menteri ESDM No. 53 Tahun
2018, dengan melakukan konversi, diversifikasi
dan intensifikasi energi. Salah satu sumber energi
alternatif yang memiliki peluang cukup besar di
Indonesia ialah sumber energi surya. Energi Surya
adalah sumber energi terbarukan yang dihasilkan
oleh matahari dan tidak akan pernah habis
ketersediaannya. Energi surya akan di ubah
menjadi energi listrik, dengan menggunakan
fotovoltaik atau panel surya. [1]
Pemanfaatan energi surya untuk memenuhi
kebutuhan listrik secara keseluruhan dalam rumah
tangga kurang efektif dikarenakan matahari
memiliki waktu penyinaran yang terbatas dan
rata-rata waktu efektif penyinaran hanya 8 jam.
Energi listrik yang dihasilkan tidak mencukupi
untuk kebutuhan tenaga listrik, jadi sistem ini
dianggap tidak memiliki kontinuitas. Dari
permasalahan inilah perlu menerapkan teknologi
smart grid hybrid system. Smart grid hybrid
system adalah suatu jaringan listrik yang
memadukan beberapa jenis pembangkit yang
diintegrasikan melalui mikrokontroler yang dapat
terhubung dengan jaringan internet melalui
mobile hotspot atau accespoint dalam rangka
memberikan suplai listrik secara efisien,
berkesinambungan, ekonomis dan aman. Smart
grid hybrid system disini memadukan antara
PLTS dengan jaringan listrik PLN. [2]
Perkembangan teknologi Internet of Things
(IoT) berkembang sangat cepat dan luas. IoT
merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk
memperluas manfaat dari konektivitas internet.
Pada dasarnya, IoT mengacu pada benda yang
dapat diidentifikasikan secara unik sebagai
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 2
representasi virtual dalam struktur berbasis
internet. Dalam penulisan laporan tugas akhir ini
akan dibahas mengenai pengembangan sistem
pengontrolan dan monitor dari sistem konvensioal
menjadi sistem otomatisasi yang berbasis IoT
(Internet of Things). Dengan melakukan
pengembangan sistem kontrol dan monitor
diharapkan dapat terwujud smart grid hybrid
system fotovoltaik-PT. PLN untuk meningkatkan
efektifitas dan mempermudah dalam
pengontrolan. [3]
1.2 Maksud dan Tujuan
Perancangan alat ini bertujuan untuk
memanfaatkan energi matahari sebagai sumber
tenaga listrik terbarukan, sehingga konsumsi daya
listrik PLN dapat diminimalisir serta memberikan
suplai listrik secara efisien, berkesinambungan,
ekonomis dan aman yang dapat dimonitoring
secara langsung maupun melalui internet.
II. TEORI DASAR
2.1 Energi Terbarukan
Energi terbarukan adalah energi yang
berasal dari alam dan ketersediannya tidak
terbatas, karena energi tersebut dapat
memperbaharui energi itu sendiri dalam kurun
waktu yang singkat. Selama ini peranan energi
fosil masih mendominasi pemanfaatan energi di
Indonesia. Diperlukan adanya perubahan
paradigma pengelolaan energi sehingga peranan
energi terbarukan akan lebih maksimal. Energi
terbarukan diharapkan dapat menjadi penopang
utama penyediaan energi nasional di masa depan.
Indonesia mempunyai banyak potensi sumber
energi terbarukan seperti energi matahari, angin,
air, panas bumi dan sebagainya. [4]
2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS)
PLTS adalah suatu pembangkit listrik yang
menggunakan sinar matahari melalui sel surya
(photovoltaic) untuk mengkonversikan radiasi
sinar foton matahari menjadi energi listrik. PLTS
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor lingkungan, faktor temperature PV modul,
faktor kondisi cuaca lingkungan dan faktor
Intensitas cahaya matahari. Sel surya merupakan
lapisan-lapisan tipis dari bahan semikonduktor
silikon (Si) murni, dan bahan semikonduktor
lainnya. PLTS memanfaatkan cahaya matahari
untuk menghasilkan listrik DC, yang dapat diubah
menjadi listrik AC melalui inverter apabila
diperlukan. PLTS pada dasarnya adalah pencatu
daya dan dapat dirancang untuk mencatu
kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar,
baik secara mandiri maupun hybrid
(dikombinasikan dengan sumber energi lain), baik
dengan metode desentralisasi (satu rumah satu
pembangkit) maupun dengan metode sentralisasi
(listrik didistribusikan dengan jaringan kabel).
PLTS merupakan sumber energi terbarukan,
dimana sinar matahari sebagai sumber energi
yang tidak ada habisnya, selain itu PLTS
merupakan pembangkit listrik yang ramah
lingkungan tanpa ada bagian yang berputar, tidak
menimbulkan kebisingan dan tanpa mengeluarkan
gas buangan atau limbah. Sistem PLTS umumnya
diklasifikasikan menurut konfigurasi
komponennya. Ada 3 klasifikasi sistem PLTS
yaitu : [5]
2.2.1 Grid-tied Connected
Komponen yang paling berperan penting
pada sistem ini adalah inverter, inverter yang
berfungsi mengubah daya DC yang dihasilkan
PLTS menjadi daya AC yang sesuai dengan
persyaratan dari jaringan listrik. yang terhubung
(utility grid).
2.2.2 Grid-tied Connected dengan baterai
Sistem PLTS grid-tied connected dengan
baterai sama halnya seperti sistem PLTS grid-tied,
hanya saja ada tambahan baterai yang dapat
digunakan sebagai cadangan daya apabila cuaca
mendung maupun pada saat malam hari sehingga
PLTS dengan sistem grid-tied menggunakan
baterai diharapkan selalu bekerja walaupun tidak
ada cahaya matahari, karena terdapat baterai
sebagai penyimpanan energi.
2.2.3 Stand alone
Sistem ini dirancang beroperasi mandiri
untuk memenuhi beban DC maupun AC. Jenis
sitem ini dapat dioperasikan oleh istem PLTS saja,
maupun dikombinasikan seperti dengan
pembangkit tenaga air, angin ataupun diesel.
2.3 Komponen-komponen PLTS
2.3.1 Panel Surya
Panel surya merupakan komponen yang
berfungsi untuk mengubah energi sinar matahari
menjadi listrik. panel ini terdiri dari beberapa sel
surya yang tersusun baik secara seri maupun
paralel. Kapasitas daya panel surya diukur dalam
satuan Watt peak (Wp) yang merupakan
spesifikasi panel surya yang menyatakan besarnya
daya yang bisa dihasilkan oleh panel dan diterima
sebesar 1000 W/m2. Daya dan arus listrik yang
dihasilkan panel surya berubah-ubah bergantung
pada besarnya intensitas radiasi surya yang
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 3
diterima. Jenis panel surya yang umum dipasaran
saat ini adalah : [5]
1) Monokristal Silikon
Monokristal silikon dibuat dari silikon
tunggal yang didapat dari peleburan silikon dalam
bentuk bujur. Panel ini bisa dibuat dengan
ketebalan 200 mikron. Panel surya ini adalah yang
paling efisien. Efisiensi panel surya ini mencapai
angka 16-25 %. Contoh dari panel surya jenis
monokristal silikon dapat dilihat pada gambar
berikut.
Sumber : Muhammad Fahmi, 2017: hal 2
Gambar 1 Panel Surya Monokristal
2) Polikristal silikon
Polikristal silikon terbuat dari peleburan
silikon dalam tungku keramik , kemudian
pendinginan perlahan untuk mendapatkan bahan
campuran siliko yang akan timbul diatas lapisan
silikon. Polikristal merupakan panel yang
memiliki susunan kristal acak. Tipe ini kurang
efektif dibandingkan dengan monokristal silikon
karena hanya memiliki efisiensi 14-18 %, tetapi
biaya pembuatannya lebih murah. Contoh dari
panel surya jenis polikristal silikon dapat dilihat
pada gambar berikut.
Sumber : Muhammad Fahmi, 2017: hal 2
Gambar 2 Panel Surya Polikristal
3) Amorphous Silikon
Panel ini adalah yang paling murah tetapi
efisiensinya yang paling rendah, yaitu antara 9
hingga 10,4 %. Contoh dari panel surya jenis
amorphous dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber : Tomy Engelbertus, 2016: hal 4
Gambar 3 Panel Surya Amorphous
2.3.2 Solar Charge Controller
Solar charge controller berfungsi untuk
mengatur arus dan tegangan pengisian baterai dari
overcharging (kelebihan pengisian baterai karena
sudah penuh) dan kelebihan tegangan
(overvoltage) dari panel surya. Saat baterai sudah
penuh, maka solar charge controller akan
menghentekina proses pengisian listrik dari
modul surya kebaterai, dan akan mengisi kembali
setelah baterai berkurang lebih dari atau sama
dengan 5% dari kapasitas maksimum. Kelebihan
tegangan dan kelebihan pengisian akan
mengurangi umur baterai. tanpa solar charge
controller, baterai akan rusak overcharging dan
ketidakstabilan tegangan. Baterai umumnya di cas
pada tegangan 14-14,7 V. Contoh dari solar
charge controller dapat dilihat pada gambar
berikut : [5]
Sumber : Jepriansyah, 2017: hal 2
Gambar 4 Solar Charge Controller
2.3.3 Baterai
Baterai adalah komponen PLTS yang
berfungsi untuk menyimpan energi listrik yang
dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk
kemudian dipergunakan pada malam hari atau
pada saat cuaca mendung. Baterai yang
dipergunakan pada PLTS mengalami proses
siklus mengisi (charging) dan melepaskan
(discharging), tergantung dari ada atau tidaknya
sinar matahari. Selama ada sinar matahari panel
surya akan menghasilkan energi listrik. apabila
energi listrik yang dihasilkan melebihi kebutuhan
beban maka energi tersebut akan mengisi baterai.
sebaliknya jika matahari tidak ada, permintaan
energi listrik akan disuplai dari baterai. proses
pengisisan dan pengosangan ini disebut satu
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 4
siklus baterai. Kapasitas baterai umumnya
dinyatakan dalam Ampere hour (Ah). Nilai Ah
dalam baterai menunjukan nilai arus yang dapat
dilepaskan, dikalikan dengan nilai waktu untuk
pelepasan tersebut.berdasarkan hal tersebut maka
secara teoritis, baterai 12 volt, 200 Ah harus dapat
memberikan 200 A selama 1 jam atau 50 A selama
4 jam, atau 1 A selama 200 jam. Ketentuan tingkat
pengosongan (depth of discharge) baterai
dinyatakan dalam persentase. Misalkan baterai
dengan DoD 80 %, ini berarti bahwa 80 % dari
energi yang tersedia dapat dipergunakan dan 20 %
tetap berada dalam cadangan. [5]
2.3.4 Inverter
Inverter adalah perangkat elektronik yang
digunakan untuk mengubah arus listrik searah
(DC) menjadi arus listrik bolak balik (AC).
Pemilihan inverter yang tepat untuk aplikasi
tertentu tergantung pada kebutuhan beban dan
sistem PLTS itu sendiri, apakah sistem terhubung
dengan jaringan PLN atau berdiri sendiri. Ada 3
kategori inverter yaitu grid βtied, grid-tied dengan
baterai cadangan, dan stand alone. Inverter jenis
grid-tied digunakan pada sistem PLTS utility-
connected. Sedangkan inverter jenis stand alone
atau inverter off-grid digunakan pada PLTS yang
berdiri sendiri. Adapun contoh inverter grid-tied
dapat dilihat pada gambar berikut. [6]
Sumber : Ahmad Antares, 2015
Gambar 5 Inverter grid-tied
Penggolongan yang lain dari inverter
adalah berdasarkan jenis dan bentuk
gelombangnya, yaitu sebagai berikut : [5]
- Inverter gelombang persegi
Inverter jenis ini menghasilkan bentuk
gelombang sinus yang sangat sederhana dan
masih menghasilkan cukup banyak noise
(cacat gelombang) Inverter jenis ini hanya
sesuai untuk beban yang berjenis resistif yang
kecil, beberapa peralatan listrik dan lampu
pijar.
- Inverter gelombang persegi modifikasi
Inverter gelombang persegi modifikasi hampir
sama dengan inverter gelobang persegi, namun
pada inverter persegi modifikas outputnya
menyentuh titik 0 untuk beberapa saat sebelum
pindah ke positif atau negatif. Selain itu karena
mempunyai harmonic distortion yang lebih
sedikit dibanding inverter gelombang persegi,
maka dapat dipakai untuk beberapa alat listrik
seperti komputer, tv dan lampu. Namun tidak
bisa untuk beban-beban yang lebih sensitif.
- Inveretr gelombang sinus
Inverter gelombang sinus menghasilkan
gelombang yang hampir menyerupai (bahkan
lebih baik dibandingkan dengan gelombang
sinusoida sempurna pada jaringan listrik
dalam hal ini PLN. Dengan total harmonic
distortion (THD) < 3% sehingga cocok untuk
semua alat elektronik. Oleh sebab itu inverter
gelombang sinus juga disebut βclean power
supplyβ. Teknologi yang digunakan inverter
jenis ini umumnya disebut pulse width
modulation (PWM) yang dapat mengubah
tegangan DC menjadi AC dengan bentuk
gelombang yang hampir sama dengan
gelombang sinusoidal.
2.4 Sumber Listrik PLN
Sumber listrik PLN merupakan sumber
listrik yang dihasilkan oleh perusahaan listrik
negara yang umumnya dihasilkan oleh
pembangkit listrik konvensional seperti
pembangkit listrik batubara, uap, maupun diesel.
Tegangan yang dihasilkan adalah tegangan AC
(aletrnating current) yang umum didistribusikan
untuk rumah tangga adalah 220V-380V, baik
satu phase maupun 3 phase dengan frekuensi 50-
60 Hz. [7]
2.5 Hybrid System
Pengertian hybrid system secara umum
adalah suatu hal, benda, atau teknologi yang
menggabungkan dua buah hal, benda, atau
teknologi yang berbeda, namun dengan tetap
mempertahankan baik sifat, maupun karakteristik
dari kedua unsur tersebut. Dalam sistem
pembangkitan tenaga listrik hybrid system
didefinisikan sebagai suatu sistem pembangkit
tenaga listrik yang menggabungkan dua atau lebih
pembangkit dengan sumber energi yang berbeda,
umumnya digunakan untuk isolated grid,
sehingga diperoleh sinergi yang memberikan
keuntungan ekonomis maupun teknis. [7]
2.6 Mikrokontrloller
Mikrokontroler adalah sistem
mikroprosesor lengkap dengan piranti elektronik
berupa Integrated Circuit (IC) yang memiliki
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 5
kemampuan manipulasi data (informasi)
berdasarkan suatu urutan instruksi (program)
yang di buat oleh programmer dimana di
dalamnya sudah terdapat Electricaly Erasable
Programmable Read Only Memory (EEPROM),
Central Processing Unit (CPU), Random Acces
Memory (RAM), , I/O, Timer dan peralatan
internal lainnya yang sudah saling terhubung.
Mikrokontroler pada dasarnya adalah komputer
dalam satu chip, yang di dalamnya terdapat
mikroprosesor, jalur Input/Output (I/O), memori
dan perangkat pelengkap lainnya. Pada PC
kecepatan mikroprosesor yang digunakan saat ini
telah mencapai orde GHz, sedangkan kecepatan
operasi mikrokontroler pada umumnya berkisar
antara 1 β 16 MHz. Olleh karena itu kecepatan
pengolahan data pada mikrokontroler lebih
rendah jika dibandingkan dengan PC. Begitu juga
kapasitas RAM dan ROM pada PC yang bisa
mencapai orde Gbyte, dibandingkan dengan
mikrokontroler yang hanya berkisar pada orde
byte/Kbyte. Penggunaan mikrokontroler sudah
banyak ditemui dalam berbagai peralatan
elektronik, seperti telepon digital, microwave
oven, dan lain-lain. Mikrokontroller juga dapat
digunakan dalam dunia industri seperti: sistem
kendali, otomasi dan lain-lain. [8]
2.7 Arduino Uno Atmega328
Arduino Uno adalah board mikrokontroler
berbasis ATmega328. Memiliki 14 pin input dari
output digital dimana 6 pin input tersebut dapat
digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input
analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB,
jack power, ICSP header, dan tombol reset. Untuk
mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan,
cukup menghubungkan Board Arduino Uno ke
komputer dengan menggunakan kabel USB atau
listrik dengan AC ke adaptor DC atau baterai
untuk menjalankannya. Adapun arduino uno
seperti ditunjukkan pada gambar berikut. [9]
Sumber : Afrizal Fitriandi, 2016: hal 91
Gambar 6 Arduino Uno Atmega328
2.8 NodeMCU ESP8266
NodeMCU ESP 8266 adalah sebuah chip
yang sudah lengkap dimana didalamnya sudah
termasuk processor, memori dan juga akses ke
GPIO. Hal ini menyebabkan ESP8266 dapat
secara langsung menggantikan Arduino dan
ditambah lagi dengan kemampuannya untuk
mensupport koneksi wifi secara langsung. Ada
beberapa jenis ESP8266 yang dapat ditemui
dipasaran, namun yang paling mudah didapatkan
di Indonesia adalah type ESP-01,07,dan 12
dengan fungsi yang sama perbedaannya terletak
pada GPIO pin yang disediakan. Tegangan kerja
ESP-8266 adalah sebesar 3.3V, sehingga untuk
penggunaan mikrokontroler tambahannya dapat
menggunakan board arduino yang memiliki
fasilitas tengangan sumber 3.3V, akan tetapi akan
lebih baik jika membuat secara terpisah level
shifter untuk komunikasi dan sumber tegangan
untuk wifi module ini. Adapun NodeMCU
ESP8266 dapat dilihat pada gambar berikut. [10]
Sumber : Asep Muhammad Alipudin, 2017: hal 3
Gambar 7 NodeMCU ESP8266
2.9 Sensor PZEM-004T
PZEM-004T adalah sensor yang dapat
digunakan untuk mengukur tegangan rms, arus
rms dan daya aktif yang dapat dihubungkan
melalui arduino ataupun platform opensource
lainnya. Dimensi fisik dari papan PZEM-004T
adalah 3,1 Γ 7,4 cm. Modul pzem-004t dibundel
dengan kumparan trafo arus diameter 3mm yang
dapat digunakan untuk mengukur arus maksimal
sebesar 100A. Sensor PZEM-004T dapat dilihat
pada gambar 3 di bawah ini : [10]
Sumber : Asep Muhamad Alipudin, 2017: hal 3
Gambar 8 Sensor PZEM 004-T
2.10 Modul Relay
Relay adalah saklar (switch) yang
dioperasikan secara listrik dan merupakan
komponen elektromekanikal yang terdiri dari 2
bagian utama yakni elektromagnet dan mekanikal.
Relay menggunakan Prinsip elektromagnetik
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 6
untuk menggerakkan kontak saklar sehingga
dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat
menghantarkan listrik yang bertegangan lebih
tinggi. Adapun modul relay dapat dilihat pada
gambar berikut. [11]
Sumber : Arafat, 2010
Gambar 9 Modul Relay 4 Channel
2.11 Liquid Crystall Display (LCD)
LCD yang digunakan dalam pembuatan
Tugas Akhir ini adalah LCD 16x2. LCD 16x2 ini
merupakan modul LCD dengan tampilan 16x2
baris yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
merupakan bagian panel LCD sebagai media
penampil informasi berbentuk huruf maupun
angka. LCD ini dapat menampung dua baris,
dimana masing-masing baris dapat menampung
16 karakter. Bagian kedua merupakan sistem yang
dibentuk dengan mikrokontroler, yang
ditempelkan di balik panel LCD. Bagian ini
berfungsi mengatur tampilan informasi serta
berfungsi mengatur komunikasi LCD dengan
mikrokontroler. Ada pun tampilan fisik dari LCD
yaitu seperti pada gambar 4 di bawah ini : [12]
Sumber : Olivia M. Sinaulan, 2015: hal 63
Gambar 10 Liquid Crystall Display
2.12 Power Supply
Power supply atau catu daya merupakan
bagian yang pening dalam rangkaian elektronika
karena berfungsi sebagai sumber daya untuk
mengaktifkan rangkaian. Catu daya tersusun oleh
transformator, penyearah, kapasitor sebagai filter
dan regulator Tegangan bolak balik diturunkan
nilainya oleh tranformator kemudian disearahkan
dengan rangkaian dioda dan gelombang
outputnya diratakan dengan kapasitor. Setelah
diratakan oleh kapasitor, kemudian tegangan
tersebut distabilkan oleh komponen peregulasi
tegangan. [13]
2.13 Internet of Things
IoT merupakan suatu konsep yang
mempunyai kemampuan untuk mentransfer data
dan memperluas manfaat dari konektivitas
internet yang tersambung secara terus-menerus
tanpa memerlukan interaksi manusia ke
komputer. Metode yang digunakan dalam IoT
adalah nirkabel atau pengendalian secara otomatis
tanpa mengenal jarak. Cara kerja dari IoT yaitu
memanfaatkan sebuah pemrograman yang setiap
perintah dari suatu argument menghasilkan
sebuah interaksi dan komunikasi antara sesama
mesin yang terhubung secara otomatis, yang
menjadi media penghubung antara perangkat
tersebut adalah internet. [14]
2.14 BLYNK
Blynk adalah sebuah layanan aplikasi yang
digunakan untuk mengontrol mikrokontroller dari
jaringan internet. Aplikasi yang disediakan oleh
Blynk sendiri masih harus disusun sesuai dengan
kebutuhan. Penggunaan aplikasi Blynk pada
perancangan alat ini didasari oleh mudahnya
implementasi program Blynk dengan
mikrokontroller. [15]
III. Perancangan Alat
3.1 Umum
Secara garis besar smart grid hybrid sytem
Fotovoltaik-PT.PLN berbasis internet of things
(IoT) mengikuti perkembangan zaman sekarang
industri 4.0 dengan menggunakan ATMega328
yang dihubungkan dengan NodeMcu ESP8266
lalu diintegrasikan oleh internet of things dengan
media smartphone melalui jaringan internet dari
acces point Wi-Fi maupun mobile hotspot. Dalam
perancangan prototipe ini dibagi dalam dua
bagian yaitu perancangan hardware dan
perancangan software pada alat. Untuk lebih
jelasnya mengenai perancangan prototipe smart
grid hybrid system, dapat dilihat pada gambar
blok diagram di bawah ini :
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 7
Gambar 11 Blok Diagram
3.2 Perancangan Perangkat Keras
(Hardware)
Dalam perancangan hardware ini, jenis
mikrokontroler yang digunakan pada sistem ini
adalah Arduino Uno Atmega328, yang Memiliki
14 pin input dari output digital dimana 6 pin input
tersebut dapat digunakan sebagai output PWM
dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator kristal,
koneksi USB, jack power, ICSP header, dan
tombol reset. Perancangan hardware terdiri dari
perencanaan dan perancangan panel surya,
perancangan catu daya, perancangan LCD,
Perancangan sensor, perancangan modul Wi-Fi,
dan perancangan modul relay. Dalam
perancangan perangkat keras ini, menggunakan
peralatan-peralatan pendukung diantaranya :
1. Timah solder
2. Solder sry 30Watt
3. Obeng +/-
4. Tang
5. Bor listrik
6. Pisau kater
7. Mur dan baut
8. Lem bakar
9. Lem korea
10. Gergaji
3.3 Perencanaan dan perancangan Panel
Surya
Perencanaan dan perancangan panel surya
merupakan tahap awal dalam membangun sebuah
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk
mengetahui kemungkinan-kemungkinan dan apa
saja yang diperlukan pada saat merancang sistem
PLTS. Adapun tahapan tahapan dalam
merencanakan dan merancang sistem PLTS
adalah sebagai berikut :
3.3.1 Menghitung beban total
Peralatan listrik yang dinyalakan
memerlukan tegangan dan arus listrik untuk dapat
beroperasi dengan baik. Setiap peralatan listrik
mempunyai spesifikasi daya yang diperlukan
untuk dapat beroperasi. Adapun dalam merancang
prototipe ini, terdapat beban-beban listrik seperti
ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 1 Data Peralatan
Pada tabel diatas total beban peralatan
listrik keseluruhan adalah 95 Watt.
3.3.2 Menentukan kapasitas baterai
Dalam menentukan kapasitas baterai perlu
diperhitukan dan direncanakan waktu otonomi
yang dimiliki oleh baterai. waktu otonomi
merupakan, waktu atau keadaan dimana sistem
dapat menyuplai beban listrik ketika tidak ada
cahaya matahari. Waktu otonomi yang akan di
rancang pada prototipe adalah 1 hari. Baterai tidak
akan dikosongkan sampai habis 100%, tingkat
pengosongan baterai (DoD) yang biasanya
dipakai antara 50%,75%, atau 90%. Maka,
kapasitas baterai dapat dihitung sebagai berikut :
Qbaterai (Ah) = πππ‘π‘
πππ
Qbaterai (Ah) = 95 πβ
12 ππ·πΆ = 7,916 Ah
Cbaterai (Ah) = Qbaterai (Ah) π‘ππ‘πππππ
π·ππ· πππ‘ππππ
Cbaterai (Ah) = 6,916 Ah 1 βπππ
0,75
= 10,554 Ah
3.3.3 Menentukan jumlah panel surya
Spesifikasi panel surya yang digunakan
pada prototipe ini, menggunakan panel surya
polycrytalline dengan spesifikasi V=18 Volt,
I=0,68 Ampere, PN = 10 WP, Intensitas radiasi
1.000 W/m2, temperature 25o Celcius. Setelah
mengetahui spesifikasi panel surya maka lama
waktu rata-rata dapat diketahui menggunakan
persamaan berikut :
Waktu radiasi = ππππππ π πππ‘πβπππ‘π (
πβ
π2)
πΌππ‘πππ ππ‘ππ ππππππ π βπππππ (πππ)
Waktu radiasi = 4.800 (
πβ
π2)
1.000 (πβ
π2) = 4,8 jam
Dengan mengetahui waktu radiasi, dapat
dihitung energi listrik yang dapat disuplai panel
surya setiap hari adalah sebagai berikut :
Energi modul = πππππ’π π₯ ππππ‘π’ ππππππ π
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 8
Energi modul = 10 πp π₯ 4,8 πππ
= 48 Wh per hari
Diasumsikan waktu uang dibutuhkan
sistem untuk regenerasi baterai (dikala tanpa
beban) adalah satu hari maka banyak modul yang
digunakan untuk mensuplai kebutuhan beban
sebesar 83 Wh per hari dengan waktu otonomi 1
hari adalah sebagai berikut :
Jumlah modul = πΈπ‘ππ‘ππ π π‘ππ‘πππππ
πΈππππ’π π π‘πππππππππ ππ
Jumlah modul = 95 πβ π₯ 1 βπππ
48πβ
βππππ₯ 1 βπππ
= 1,9 modul (2 modul)
3.3.4 Menentukan kapasitas solar charge
controller
Kapasitas arus yang mengalir pada solar
charge controller dapat ditentukan dengan
mengetahui beban yang terpasang dan tegangan
operasional dari beban. Yaitu dengan persamaan
berikut ini :
Imax = ππππ₯
πππ
Imax = 95 πβ
12 ππ·πΆ = 7,916 Amper
3.3.5 Menentukan kapasitas inverter
Kapasias inverter yang digunakan harus
disesuaikan dengan sisem yang akan dibuat.
Adapun dalam prototipe ini, menggunakan 2
inverter yaitu inerter on grid dan inverter off grid.
Kedua inverter tersebut kapasitasnya minimal
harus sama atau lebih besar dari kapasitas beban,
sehingga kebutuhan listrik dapat terpenuhi.
3.4 Perancangan power supply
Power supply atau catu daya merupakan
bagian terpenting dari sistem, karena tanpa catu
daya, maka seluruh rangkaian tidak dapat berjalan
dengan semestinya. Pada perancangan catu daya
ini daya keluaran yang di inginkan adalah 5 Volt
1 Ampere, yang digunakan untuk suplai daya
mikrokontroler, modul relai, dan NodeMCU
ESP8266.
3.5 Perancangan liquid crystall display
(LCD)
LCD monitor yang digunakan untuk
menampilkan hasil dari pengukuran sensor
PZEM-004T. LCD yang digunakan adalah LCD
ukuran 16 x 2 yang berarti penampil karakter
dengan jumlah karakter sebanyak 16 pada tiap
kolomnya dan terdiri dari 2 kolom. Dalam
interkoneksi LCD digunakan modul I2C Display
Control dengan maksud untuk penghematan
terhadap port pada board mikrokontroler
Atmega328. Oleh karena itu port yang dugunakan
pada board adalah Vcc, ground, SDA dan SCL.
Untuk pengaturan kontras karakter yang
ditampilkan, dapat diatur pada modul I2C Display
Control.
3.6 Perancangan sensor
Pada perancangan rangkaian sensor ini
terdapat satu buah sensor yaitu sensor PZEM-
004T. Sensor PZEM-004T berfungsi untuk
mengukur beberapa parameter seperti tegangan,
arus, daya, dan energi yang terdapat pada
prototype. Tegangan pada rangkaian sensor ini
disuplai dengan daya 5 Volt DC yang disuplai
oleh catu daya.
3.7 Perancangan modul Wi-Fi
Modul Wi-Fi yang digunakan adalah
NodeMCU ESP8266. Modul ini berfungsi sebagai
penghubung antara prototipe dengan internet
sehingga prototype dapat dimonitoring melalui
sebuah aplikasi (BLYNK). Beberapa parameter
yang dibaca oleh sensor juga dapat diakses
melalui aplikasi tersebut dan dapat menyalakan
atau mematikan peralatan listrik.
3.8 Perancangan Modul Relay
Modul relay yang digunakan pada
prototype memiliki kapasitas 8 channel dimana
modul relai tersebut digunakan untuk mensaklar
peralatan listrik, maupun mensaklar sistem listrik
yang terdapat pada prototype. Modul relai dapat
bekerja secara otomatis melalui perintah
mikrokontroller yang telah di program atau dapat
dikendalikan melalui smartphone. Tegangan
untuk mensuplai modul relai adalah sebesar 5
VDC.
3.9 Flow chart diagram
Secara garis besar perancangan sistem
smart grid hybrid system ini menggunakan
mikrokontroler sebagai kontrolernya yang
berfungsi untuk mengatur kinerja dari seluruh
komponen pada sistem yang terpasang, terdapat
berbagai macam komponen yang digunakan pada
prototipe seperti komponen catu daya, komponen
sensor, komponen inverter dan sebagainya.
Adapun flow chart dari prototype smart grid
hybrid system dapat dilihat pada gambar berikut.
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 9
Gambar 12 Flow Chart Diagram
3.10 Perancangan perangkat lunak
Perancangan bahasa program ini
menggunkan software IDE Arduino . Software
IDE Arduino yang digunakan adalah driver dan
IDE,walaupun masih ada beberapa software lain
yang sangat berguna selama pengembangan
Arduino. IDE Arduino adalah software yang
sangat canggih ditulis dengan menggunakan java.
Langkah-langkah mengupload kode program
melalui IDE Arduino terdiri dari :
1. Software Arduino IDE Membuka software
Arduino IDE untuk memulai program.
2. Editor Program Pada langkah ini
merupakan tempat yang digunakan dalam
menulis dan mengedit program dalam
bahasa C.
3. Complier Setelah bahasa C dimasukan lalu
menuju complier yang mengubah kode
program (bahasa C) menjadi kode biner ,
karena sebuah mikrokontroler tidak akan
memahami bahasa C dan hanya bisa
memahami kode biner. Oleh karena itu
complier sangat diperlukan dalam hal ini.
4. Uploader Selanjutnya langkah terakhir
yaitu menuju ke sebuah modul yang
bernama uploader yang memuat kode biner
dari komputer kedalam memori di dalam
papaan Arduino.
IV. PENGUJIAN DAN DATA ANALISIS
4.1 Program Utama
Program dari alat ini dibuat menggunakan
bahasa C yang diunduh ke dalam mikrokontroler
menggunakan software Arduino IDE.
Mikrokontroler yang dipakai adalah
mikrokontroler dengan tipe ATMega328. Berikut
program dari alat ini :
// Smart Grid Hybrid System
#include <SoftwareSerial.h> // Arduino IDE
<1.6.6
#include <ESP8266WiFi.h>
#include <BlynkSimpleEsp8266.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
#include <PZEM004T.h>
4.2 Pengujian
Setelah perancangan dan pembuatan alat
maka langkah selanjutnya menguji dan
menganalisa alat yang telah jadi tersebut.
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui apakah
alat sudah selesai dengan keinginan atau belum
dan untuk mengetahui kekurangan apa saja yang
harus dibenahi. Proses pengujian dilakukan saat
semua rangkaian alat telah dalam keadaan siap.
Untuk melakukan pengujian tersebut diperlukan
alat uji atau alat ukur dan alat pendukung lainnya,
adapun alat-alat tersebut yaitu :
1. smartphone
2. Watt Meter
3. Stopwatch
4. Multitester
5. Stopwatch
6. Obeng +/-
7. Tespen
8. Kabel
4.3 Prosedur Pengoperasian Alat
Prosedur pengoperasian adalah langkah-
langkah yang dilakukan dalam proses pengujian
prototipe. Adapun proses pengoperasian prototipe
smart grid hybrid system dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menyambungkan sumber listrik DC
(baterai) ke soket baterai pada prototipe.
2. Memposisikan switch power ke posisi ON
3. Menyalakan mobile hotspot atau acces
point Wi-Fi.
4. Membuka aplikasi blynk yang terdapat
pada smartphone.
5. Masuk (log in) menggunakan akun blynk
sesuai program yang terdapat pada
NodeMCU ESP8266 untuk
menghubungkan smartphone dengan
prototipe.
6. Menyambungkan sumber listrik 220 Volt
AC dari PLN ke steker penghubung.
7. Menyambungkan soket positif dan negatif
inverter on grid ke soket fotovoltaik out
pada prototipe.
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 10
8. Menghubungkan steker out inverter on grid
ke stop kontak pada prototipe.
9. Memposisikan kontak MCB PLN ke posisi
ON untuk mengkoneksikan tegangan PLN
ke prototipe.
10. Memposisikan kontak MCB fotovoltaik ke
posisi ON untuk mengkoneksikan tegangan
out inverter on grid ke jaringan PLN.
11. Dan untuk menghentikan keseluruhan
sistem dengan memposisikan MCB PLN
dan MCB fotovoltaik ke posisi OFF, serta
memposisikan switch power ke posisi off.
4.4 Data Hasil Pengujian Alat dan Analisa
4.4.1 Pengujian power supply
a. Pengukuran tegangan power supply
Pengukuran dilakukan dengan mengukur
daya masukkan dari sumber tegangan DC baterai.
Tegangan input baterai diukur dengan
menggunakan multitester sebelum masuk ke
rangkaian catu daya. Kemudian output daya
keluaran dari power supplay kembali di ukur
untuk mengetahui perbandingan antara tegangan
input dan output pada power supply. Adapun hasil
pengukuran dengan menggunakan multitester
pada rangkaian catu daya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2 Pengukuran Power Supply
b. Analisis kinerja power supply
Dari data tabel 4.1 diatas, maka dapat
dianalisis kinerja power supply yang digunakan
pada prototipe smart grid hybrid system.
Rangkaian yang telah dibuat diberikan tegangan
input 10,5-13,5 volt DC menghasilkan tegangan
output sebesar rata-rata 4,99 volt DC. Maka
persentase perbandingan antara rating IC
regulator 7805 dengan hasil alat ukur adalah
sebagai berikut.
Persentase = ππππππ’ππ’πππ
ππππ‘πππ πΌπΆ ππππ’πππ‘ππ x 100%
= 4,99 π£πππ‘
5 π£πππ‘ x 100% = 99,8%
4.4.1 Pengukuran dan analisis pengisisan
(charge) baterai
a. Pengukuran pengisisan baterai
Baterai yang digunakan pada prototipe
smart grid hybrid system mempunyai spesifikasi
tegangan 12 volt DC dan kapasitas 7,2 Ah.
Pengukuran dilakukan dengan mengukur
tegangan dan arus input dengan tujuan untuk
mengetahui waktu pengisian baterai. Adapun
hasil pengukuran seperti ditunjukkan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3 Pengukuran Pengisian Baterai
b. Analisis pengisisan baterai
Dari tabel diatas dapat dilakukan analisis
perbandingan dengan hasil perhitungan waktu
pengisian baterai. adapun perhitungan waktu
pengisian baterai adalah sebagai berikut :
Waktu pengisian = πΎππππ ππ‘ππ πππ‘ππππ
π΄ππ’π ππππππ πππ
= 7,2 π΄β
1,2 π΄πππππ= 6 jam
Persentase = π»ππ ππ πππβππ‘π’ππππ
π»ππ ππ πππππ’ππ’πππ x 100 %
= 6 πππ
6,2 πππ x 100% = 96,7 %
4.4.2 Pengukuran dan analisis inverter ongrid
a. Pengukuran inverter ongrid
Inverter ongrid yang digunakan pada
prototipe mempunyai kapasitas 600 watt dengan
input tegangan 10,8-28 volt DC. Input inverter on
grid dihubungkan langsung dengan panel surya 20
Wp dan output inverter dihubungkan dengan jala-
jala listrik PLN 220 Vac, kemudian dilakukan
pengukuran daya yang dihasilkan inverter ongrid
dengan menggunakan watt meter, pengukuran
dilakukan selama 7 hari. Adapun hasil
pengukuran inverter ongrid seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 4 Pengukuran Hari ke-3
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 11
Tabel 5 Pengukuran Hari ke-6
b. Analisis inverter ongrid
Dari tabel diatas dapat dilakukan analisis
output daya yang dihasilkan inverter ongrid.
Adapun perhitungan untuk mencari rata-rata daya
output inverter adalah sebagai berikut :
Daya rata-rata = 7 βπππ πππππ’ππππ
7 βπππ
= 16π+16,2π+16,6π+16,6π+16,2π+16,8π+16,8
ππππ‘π’ πππππ’ππππ
= 115,2 π
7 βπππ
= 16,46 Watt
4.4.3 Pengukuran dan analisis Sensor PZEM-
004T
a. Pengukuran sensor PZEM-004T
Sensor PZEM-004T membutuhkan
tegangan kerja sebesar 5 Vdc. Pengukuran sensor
PZEM dilakukan dengan menggunakan
multitester DT008 pada input tegangan. Adapun
hasil pengukuran seperti di tunjukkan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 8 Pengukuran Sensor Pzem 004-T
Persentase= ππππππππ π’ππ’π πππ‘πβπππ‘π
ππππππππ πππππ x 100%
= 4,99 ππππ‘
5 ππππ‘ x 100%
= 99,8 %
b. Analisis sensor PZEM 004-T
Analisis hasil pengukuran tegangan input
sensor PZEM-004T menggunakan multitester
DT008 yang dilakukan sebanyak lima kali
pengukuran, didapatkan nilai tegangan input rata-
rata sebesar 4,99 V DC atau sekitar 99,8 %.
4.4.4 Pengukuran dan analisis Arduino uno
a. Pengukuran arduino uno Atmega328
Pada pengukuran rangkaian Arduino uno
nilai tegangan yang dibutuhkan untuk kerja
Arduino adalah 5 V DC. Adapun asil pengukuran
dengan menggunakan multitester dapat dilihat
pada tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 9 Pengukuran Arduino UNO
Persentase= ππππππππ π’ππ’π πππ‘πβπππ‘π
ππππππππ πππππ x 100%
= 4,99 ππππ‘
5 ππππ‘ x 100%
= 99,8 %
b. Analisis arduino uno Atmega328
Analisis hasil pengukuran rangkaian
Arduino uno menggunakan multitester DT008
yang dilakukan sebanyak lima kali pengukuran,
didapatkan nilai tegangan input rata-rata sebesar
4,99 V DC atau sekitar 99,8 %.
4.4.5 Pengukuran dan analisis NodeMCU
ESP8266
a. Pengukuran NodeMCU ESP8266
Pada pengukuran rangkaian NodeMCU
ESP8266 nilai tegangan yang dibutuhkan untuk
dapat bekerja adalah 5 VDC. Pengukuran
dilakukan dengan mengukur tegangan input
NodeMCU ESP8266 yang disuplai dari catu daya
dengan tegangan input 5 volt 1 Ampere.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
multitester digital DT008. Adapun hasil
pengukuran NodeMCU ESP8266 dapat dilihat
pada tabel 4.14 berikut ini:
Tabel 10. Pengukuran NodeMCU ESP8266
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 12
Persentase= ππππππππ π’ππ’π πππ‘πβπππ‘π
ππππππππ πππππ x 100%
= 4,99 ππππ‘
5 ππππ‘ x 100%
= 99,8 %
b. Analisis NodeMCU ESP8266
Analisis hasil pengukuran rangkaian
NodeMCU ESP8266 menggunakan multimeter
DT008 yang dilakukan sebanyak lima kali
pengukuran, didapatkan nilai tegangan input rata-
rata sebesar 4,99 V DC atau sekitar 99,8 %.
4.4.6 Pengukuran dan analisis Modul Relay
a. Pengukuran modul relay
Tegangan kerja yang dibutuhkan modul
relay untuk dapat beroperasi yaitu 4,75-5,25.
Pengukuran dilakukan dengan mengukur
tegangan input modul relay menggunakan
multitester DT008. Adapun hasil pengukuran
modul relay dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 11 Pengukuran Modul Relay
Persentase= ππππππππ π’ππ’π πππ‘πβπππ‘π
ππππππππ πππππ x 100%
= 4,99 ππππ‘
5 ππππ‘ x 100%
= 99,8 %
b. Analisis modul relay
Analisis hasil pengukuran tegangan input
untuk komponen modul relay dengan melakukan
lima kali percobaan yang menggunakan
multimeter DT008 didapatkan hasil rata-rata
sebesar 4,99 V DC atau sekitar 99,8 %.
4.4.7 Pengukuran dan analisis Liquid Crystall
Display (LCD)
a. Pengukuran LCD
Pengukuran komponen LCD ini, nilai
tegangan yang dibutuhkan untuk LCD dapat
bekerja yaitu 4,7-5,3 V DC yang berasal dari
output mikrokontroler. Hasil pengukuran LCD
dapat dilihat pada tabel 4.16 di bawah ini:
Tabel 12 Pengukuran Mikrokontroller
Persentase= ππππππππ π’ππ’π πππ‘πβπππ‘π
ππππππππ πππππ x 100%
= 4,99 ππππ‘
5 ππππ‘ x 100%
= 99,8 %
b. Analisis LCD
Analisis hasil pengukuran tegangan input
untuk komponen LCD dengan melakukan lima
kali percobaan yang menggunakan multimeter
FLUKE didapatkan hasil rata-rata sebesar 4,99 V
DC atau sekitar 99,8 %.
4.4.8 Pengujian sistem on grid
a. Pengujian beban saat inverter ongrid belum
terhubung
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui efisiensi dan perbandingan antara
sebelum dan sesudah sistem on grid terhubung.
Pengukuran awal dilakukan dengan menyalakan
beban-beban listrik dengan mengunakan sumber
listrik PLN tanpa menghubungkan sistem on grid
dengan jala-jala listrik. kemudian dilakukan
pengukuran energi listrik yang digunakan oleh
beban. Adapun hasil pengukuran dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 13 Pengukuran Energi yang digunakan
Peralatan
Dari tabel diatas energi listrik PLN yang
diperlukan untuk menyalakan beban yang
terdapat pada prototipe tanpa menggunakan listrik
yang dihasilkan dari PLTS adalah 95 Wh.
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 13
b. Pengujian beban saat inverter ongrid
terhubung
Pengujian dilakukan dengan
mengkoneksikan sumber listrik PLTS yang telah
dikonversi melalui inverter on grid. Kemudian
output inverter on grid di hubungkan secara
paralel dengan jala-jala listrik PLN. Hasil
pengujian menunjukan penurunan (pengurangan
daya) yang terbaca pada pada sensor sebesar 18
Watt. Penurunan daya tersebut dikarenakan daya
yang dihasilkan panel surya (18 Watt) disalurkan
ke jaringan listrik PLN.
c. Analisis inverter sistem ongrid
Pada saat beban-beban listrik dinyalakan
tanpa menghubungkan inverter on grid dengan
jala-jala listrik PLN energi listrik yang digunakan
beban sebesar 95 Wh. Kemudian pada saat
inverter on grid di hubungkan dengan jaringan
listrik PLN, energi yang dikonsumsi beban
mengalami penurunan menjadi 77 Wh. Untuk
mengetahui prosentase perbandingan antara daya
yang dihasilkan panel surya dan daya yg disuplai
PLN dapat dilihat pada persamaan berikut.
1. Persentase perbandingan PLN dengan
PLTS kondisi belum terhubung
Saat kondidi sistem on grid belum
terhubung, daya yang digunakan beban semuanya
disuplai dari sumber PLN. Adapun untuk
mengetahui persentasenya dapat dilihat pada
persamaan berikut.
PLN = π·ππ¦π π¦πππ ππ π π’ππππ ππΏπ
π·ππ¦π π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππ x 100%
Persentase = 95 πβ
95 πβ x 100 %
= 100 %
PLTS = π·ππ¦π π¦πππ ππ π π’ππππ ππΏππ
π·ππ¦π π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππ x
Persentase = 0 πβ
95 πβ x 100 %
= 0 %
2. Persentase perbandingan PLN dengan
PLTS kondisi terhubung
Saat kondidi sistem on grid terhubung,
daya yang dihasilkan PLTS akan disalurkan ke
jaringan listrik PLN sesuai dengan daya yang
dihasilkan (18 Watt). Untuk lebih jelasnya
prosentase perbandingan PLN dan PLTS saat
kondisi terhubung (on grid) dapat dilihat pada
persamaan berikut.
PLN = π·ππ¦π π¦πππ ππ π π’ππππ ππΏπ
π·ππ¦π π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππ x 100%
Persentase = 77 πβ
95 πβ x 100 %
= 81 %
PLTS = π·ππ¦π π¦πππ ππ π π’ππππ ππΏππ
π·ππ¦π π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππ x 100%
Persentase = 18 πβ
95 πβ x 100 %
= 18,9 %
Dari hasil perhitungan diatas diketahui
persentase daya listrik PLN sebesar 81 % dan
daya listrik yang di hasilkan inverter ongrid
sebesar 18,9 %. Artinya dengan menggunakan
inverter tersebut dapat menghemat listrik PLN
sebesar 18 watt.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian dan analisis,
selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan yaitu :
1. Dari hasil perbandingan pengukuran
tegangan output power supply dengan
rating IC yang terdapat pada datasheet IC
7805 didapatkan persentase sebesar 99,8%,
artinya power supply yang dibuat sesuai
keinginan karena hanya menghasilkan
selisih 0,01 volt atau 0,2%.
2. Daya output rata-rata yang dihasilkan
PLTS selama 7 hari sebesar 16,46 Watt,
dengan menggunakan panel surya jenis
polycrystalline.
3. Dengan meningkatkan kapasitas panel
surya yang lebih besar, daya yang dapat
disalurkan inverter on grid ke jaringan PLN
akan semakin besar. Sehingga potensi
untuk memenuhi kebutuhan listrik secara
mandiri dapat terwujud dan diharapkan
kelebihan energi yang dihasilkan tidak
terbuang karena dapat diekspor ke jaringan
PLN.
4. Baterai yang digunakan pada prototipe
smart grid hybrid system bekerja secara
otomatis pada pukul 18.00 WIB sampai
dengan pukul 06.00 WIB. Dan akan
melakukan backup saat terjadinya
pemadaman listrik.
5.2 Saran
Agar smart grid hybrid system sistem dapat
dikembangkan lagi, terdapat beberapa saran
sebagai berikut :
1. Meningkatan kapasitas panel surya
sehingga dapat memperbesar potensi
penghematan energi listrik, untuk
mewujudkan energi terbarukan sebagai
sumber energi listrik utama.
2. Menambahkan sumber energi listrik
terbarukan lainnya seperti energi air, angin,
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 14
dan sebagainya untuk meningkatkan
kapasitas daya yang dihasilkan.
3. Meningkatkan sistem proteksi seperti
menambahkan grounding dan sebagainya
untuk mencegah terjadinya kegagalan atau
kerusakan yang mengakibatkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral. 2018. Pemanfaatan Sumber
Energi Terbarukan Untuk Penyediaan
Tenaga Listrik.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
2017. Inovasi Teknologi Smart Grid.
Junaidi, Apri. βInternet Of Things, Sejarah,
Teknologi Dan Penerapannyaβ. Jurnal
Ilmiah Teknologi Informasi Terapan
Volume I, No 3.
Notosudjono, Didik. 2018. Teknologi Energi
Terbarukan. Bogor: Penerbit Unpak
Press
Engelbertus, Tomy. βPerencanaan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Untuk Catu Daya
Tambahan Pada Hotel Kini Kota
Pontianakβ. Jurnal Ilmiah Teknologi
Informasi Terapan Volume I, No 2.
Naim, Muhammad. βRancangan Sistem
Kelistrikan Plts On Grid 1500 Watt
Dengan Back Up Battery Di Desa
Timampu Kecamatan Towutiβ.
Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Vol. 8, No. 2.
Suhanda, Wahri. βDesain Sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Hybrid Microhydro Pv
Array (Studi Kasus Dusun Sadap
Bangka Tengah)β. Jurnal Arus Elektro
Indonesia (JAEI).
Nazilah, Anna Nur. βPenggunaan Microcontroller
Sebagai Pendeteksi Posisi Dengan
Menggunakan Sinyal Gsmβ. Jurnal
Informatika Vol 4, No. 1.
Kadir, Abdul. 2013. Panduan Praktis
Mempelajari Aplikasi Mikrokontroler
dan Pemrogramannya Menggunakan
Arduino.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Alipudin, Asep Muhamad. βRancang Bangun
Alat Monitoring Biaya Listrik Terpakai
Berbasis Internet Of Things (Iot)β,
Universitas Pakuan, Bogor.
Isfarizky, Zubaili. βRancang Bangun Sistem
Kontrol Pemakaian Listrik Secara Multi
Channel Berbasis Arduinoβ. Jurnal
Teknik Elektro Vol 2. No 2.
Fitriandi, Afrizal. βRancang Bangun Alat
Monitoring Arus dan Tegangan
Berbasis Mikrokontroler dengan SMS
Gatewayβ. Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Elektro Volume 10, No. 2.
Rosman, andi. βPerancangan Power Supply 4.5
Dan 11.5 Volt Menggunakan Rangkaian
Regulator Zener Followerβ. Jurnal
Scientific Pinisi, Volume 3 Nomor 1
PENULIS
1. Adi Ardiansyah Saputra, S.T. Alumni
(2019) Program Studi Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Bogor. (E-mail : [email protected])
2. Prof. Dr. Ir. H. Didik Notosudjono,
M.Sc. Staf Dosen Program Studi Teknik
Elektro, Fakultas Teknik Universitas
Pakuan Bogor.
3. Bloko Budi Rijadi, S.T., M.T. Staf
Dosen Program Studi Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Bogor.