Sejarah Kebudayaan Soppeng

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soppeng bukan sebuah kota kecil dimana dlm buku-buku lontara terdapat catatan tentang raja-raja yg pernah memerintah sampai berahirnya status daerah Swapraja, satu hal menarik sekali dalam lontara tsb bahwa jauh sebelum terbentuknya kerajaan Soppeng, telah ada kekuasaan yg mengatur daerah Soppeng, yaitu sebuah pemerintahan berbentuk demokrasi karena berdasar atas kesepakatan 60 pemukan masyarakat, namun saat itu Soppeng masih merupakan daerah yang terpecah-pecah sebagai suatu kerajaan2 kecil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Arung,Sulewatang, dan Paddanreng serta Pabbicara yang mempunyai kekuasaan tersendiri. Setelah kerajaan Soppeng terbentuk maka dikoordinir oleh Lili-lili yang kemudian disebut Distrikvdi Zaman Pemerintahan Belanda. Literatur yang ditulis tentang sejarah Soppeng masih sangat sedikit. Sebagaimana tentang daerah-daerah di Limae Ajattappareng, juga Mandar dan Toraja, Soppeng

Transcript of Sejarah Kebudayaan Soppeng

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Soppeng bukan sebuah kota kecil dimana dlm buku-buku

lontara terdapat catatan tentang raja-raja yg pernah

memerintah sampai berahirnya status daerah Swapraja, satu

hal menarik sekali dalam lontara tsb bahwa jauh sebelum

terbentuknya kerajaan Soppeng, telah ada kekuasaan yg

mengatur daerah Soppeng, yaitu sebuah pemerintahan

berbentuk demokrasi karena berdasar atas kesepakatan 60

pemukan masyarakat, namun saat itu Soppeng masih

merupakan daerah yang terpecah-pecah sebagai suatu

kerajaan2 kecil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

Arung,Sulewatang, dan Paddanreng serta Pabbicara yang

mempunyai kekuasaan tersendiri. Setelah kerajaan Soppeng

terbentuk maka dikoordinir oleh Lili-lili yang kemudian

disebut Distrikvdi Zaman Pemerintahan Belanda.

Literatur yang ditulis tentang sejarah Soppeng masih

sangat sedikit. Sebagaimana tentang daerah-daerah di

Limae Ajattappareng, juga Mandar dan Toraja, Soppeng

hanyalah daerah “kecil” dan mungkin “kurang signifikan”

untuk diperebutkan oleh dominasi dua kekuatan di Sulawesi

Selatan yakni Luwu dan Siang sebelum abad ke-16. Namun,

seperti disebutkan oleh sebuah kronik Soppeng, dulunya

Soppeng bersama Wajo, sangat bergantung kepada kerajaan

Luwu.

Seiring menguatnya kekuatan persekutuan Goa-Tallo di

Makassar; untuk mengimbanginya, Bone sempat mengajak Wajo

dan Soppeng membentuk persekutuan Tellumpocco pada

perjanjian Timurung tahun 1582. Akan tetapi, masuknya

Islam di Sulawesi Selatan di paruh akhir abad ke-16,

ditandai dengan masuknya Karaeng Tallo I Mallingkang yang

lebih dikenal sebagai Karaeng Matoaya serta penguasa Goa

I Manga’rangi yang kemudian bergelar Sultan Alauddin,

telah merubah peta politik di Sulawesi Selatan. Untuk

sementara, kekuatan Bugis Makassar menjadi satu kekuatan

baru untuk melawan orang kafir ketika Soppeng dan

Sidenreng memeluk Islam tahun 1609, Wajo 1610 dan

akhirnya Bone pada tahun 1611.

Perkembangan berikutnya sepanjang abad ke-17,

menempatkan Soppeng pada beberapa perubahan keputusan

politik ketika persaingan Bone dan Goa semakin menguat.

Jauh sebelum perjanjian Timurung yang melahirkan

persekutuan Tellumpocco, sebenarnya Soppeng sudah berada

di pihak kerajaan Goa dan terikat dengan perjanjian

Lamogo antara Goa dan Soppeng. Persekutuan Tellumpocco

sendiri lahir atas “restu” Goa. Namun, ketika terjadi

gejolak politik antara Bugis dan Makassar disebabkan oleh

gerakan yang dipelopori oleh Arung Palakka dari Bone,

Soppeng sempat terpecah dua ketika Datu Soppeng, Arung

Mampu, dan Arung Bila bersekutu dengan Bone pada tahun

1660 sementara sebagian besar bangsawan Soppeng yang lain

menolak perjanjian di atas rakit di Atappang itu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah simgkat Kabupaten soppeng?

2. Bagaimana Asal mula Nama Soppeng ?

3. Kapan dan bagaimana Pengangkatan Datu Pertama Soppeng ?

4. Kapan Perumusan Hari Jadi Soppeng ?

5. Bagaimana proses Penetapan Hari Jadi Soppeng?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kabupaten soppeng

Sejarah Soppeng diawali dengan munculnya

“Tomanurung” dalam istilah bahasa Indonesia dikenal

sebagai orang yang muncul seketika. Saat itu,

masyarakat Soppeng tengah dilanda kegetiran dan

kemiskinan ditambah dengan penderitaan rakyat, maka

berkumpullah tokoh-tokoh masyarakat “tudang sipulung”

untuk membahas masalah ini, di tengah pembicaraan

mereka, seekor burung kakak tua (dalam bahasa Bugis

dikenal sebagai “cakkelle”). Cakkelle ini terbang tepat

di atas perkumpulan itu, sehingga para tokoh yang

melihatnya merasa ada sesuatu yang lain dari cakkelle

ini. Akhirnya pimpinan tudang sipulung menyuruh si

Jumet, salah seorang toko masyarakat bersama dengan

rekannya yang lain untuk mengikuti cakkelle tersebut.

Hari Ulang Tahun Kab. Soppeng sebelumnya ditetapkan

pada 13 Maret 1957 yang bertumpu pada keluarnya Undang-

Undang No. 4 Tahun 1954 tentang pembentukan Daerah

Otonom Bone, Wajo dan Soppeng di pandang menyimpang

dari obyektivitas sejarah. Oleh karena itu sejumlah

cendekiawan melakukan usun rembuk kajian sejarah yang

makin dipertajam. Kesimpulan yang dihasilkan, hari

ulang tahun Kab. Soppeng mesti merangkai benang merah

masa lalu dengan perhitungan pelantikan LATEMMALA

MANURUNG’E RI SEKKANYILIK yang menjadi Raja pertama Kab.

Soppeng pada tahun 1261. Ikhwal penetapan tanggal dan

bulan ditarik dari saat-saat yang memiliki makna

tertentu, penetapan tanggal 23 dimaksudkan sebagai “Dua

Tellu” yang berarti beberapa orang yang memiliki

kebersamaan persatuan dan kesatuan (tidak sendirian).

Adapun momentum bulan Maret sebagai pelantikan Bupati

yang pertama sepanjang sejarah berdirinya Kabupaten

Soppeng.

NO. NAMA GELAR KET.1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.

LATEMMAMALALAMARACINNALAMBAWE TEKKAWANUALA MAKKANENGNGALA MAKKARELLALA PAWISENGLA PASAMPOILA MANNUGALA’DELA MATAESSOLA SEKKATILA MAPPALEPPE

MANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILISOROMPALIETOWAKKARENG MATINRO RI TANANAMABOLONGNGEPUANG LIPUE PATOLAEMALLAJANGNGE RI AGELLANGPATOLAE

1300-13501350-13581358-14081408-14381438-14681468-15001500-

14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.33.34.35.36.37.

BEOWELA TENRI BALIWE ADANGTENRI SENGELA PATAOLA PADA SEJATILA PAREPPALA PADA SEJATIBATARA RI TOJALA UDDANG RI LAUBATARA RI TOJALA TEMMA SENGELA TONGENGELA MAPPAJANCILAMAPPAPOLEONROTENRIA WARUTENRI YAMPARENGLA UNRULA ONRONGTO LEMPENGABD. GANIST. SAINABH. ANDI WANAH. ANDI GALIB

PATOLAEMATINROE RI RIADDATUNNAMATINTOE RI MADELLOMATINROE RI SALASSANARANRENG TOA MATINROE RI NAGA MATINROE RI BEULAMATINROE RI SOMBA OPUMATINROE RI BEULAMATINROE RI LUWUMATINROE RI MUSUNAMATINROE RI LUWUMATINROE RI MALLIMONGANMATINROE RI LAUNAMATINROE RI LAUNAMATINROE RI LAUNAMATINROE RI LAUNAMATINROE RI BARUGANAMATINROE RI TENGNGANA SOPPENGMATINROE RI TENGNGANA SOPPENGMATINROE RI TENGNGANA SOPPENGMATINROE RI PAKKASALOEMATINROE RI PAKKASALOEMATINROE RI PAKKASALOEDATU MARIORIAWA

15301530-15341534-15561556-15601560-15751575-15801580-16011601-16201620-16541654-16661666-16961696-17141714-17211721-17271722-17271727-17371737-17421742-17441744-17461746-17471747-17651765-

18201820-18401840-18491849-18501850-18581858-18781878-18951895-19401940-1957

B. Asal mula Nama Soppeng

Nama Soppeng berasal dari nama buah-buahan

Caloppeng, buah tersebut bundar dan lebih basar dari

buah anggur dan mungkin satu spesises dengan anggur.

Caloppeng berwarna ungu. Warna ungu adalah warna

pakaian kaum ibu yang dipakai pada upacara perkawinan.

Sedang warna merah adalah pakaian nak dara-dara dan ibu

muda sehingga ungu (kamummu) dan merah (eja) istilah

bahasa sindirannya untuk kaum ibu perempuan dewasa dan

anak dara atau ibu muda.

Makana warna ungu pakaian para ibu-ibu bijaksna yang

dinamakan kamummu’E ibu Wanua (ibu pertiwi). Warna ungu

pada buah Caloppeng mengkilap seperti kaca halusnya dan

enak dilihat (bercahaya), hitam manis. Makan bundara

(melingkar) berarti Lambang persatuan seluruh negeri,

bersatu dalam satu pimpinan dari satu orang yang di

tuakan namanya Matoa. Tanah air disebut kamummu’E

Lambang dari pakaian ibu-ibu bijalsana. Tanah air

laksana ibu-ibu yang arif dan bijaksana yang mamberikan

kesejayraan dari kesuburuannya keluar bermacam-macam

tanaman unutk keperluan hidup manusia.

Pasangan tanah air yang subur dari pemimpin

masyarakat dari orang tua yang bijaksana. bahasa Bugis

yang baru lahir dari akr kata asli (benda) yang diubah

hurufnya atau sukukatanya sehingga arti dan maknanya

berbeda dengan benda aslinya. Buah Ca. c berubah

menjadi loppeng dihilangkan (lo)vmenjadi coppeng. Dari

kata coppeng berubah sebutan sebagai pengaruh ucapan

lidah menjadi lapaz soppeng. C berubah menjadi S

Contoh Baco dan Becce menjadi Baso dan Besse.

Denganberubah satu huruf melahirkan bahasa baru yang

berbeda artinya atau statusnya.

Soppeng berasal dari nama buah-buahan : Caloppeng

menjadi Soppeng.

Negeri Bila dalah negeri negeri yang dibagun oleh

Matoa Bila diantaranya Matoa Bila yang dinamakan

penulis sejarah primus inter peres, juga bersal dari

nama buah-buahan bila. Bila ada dua macam bila tempat

air dan buah bila yang manis bentuknya seperti bola

tennis (dimakan). Buah Bila tempat air tidak dimakan

isinya tetapai dijadikan orang (petani) sebagai obat

ketika kakinya kene kutu air waktu mengolah sawah. Isi

buah Bila disapukan pada kaki yang kudisan bengkak

sampai sembuh. Buah bila dijadikan temoat air untuk

membawa air keman-mana. Orang yang rajin bekerja

biasanya membawa dua buah bila yang berisi air. Satu

bila dipakai untuk diminum dan satunya dipakai waktu

buang air. Betapa pentingnya peranan air bagi

kehidupan manusia. Itulah isinya Bila. Buah Bila

bentuknya bu bundar atau bulat perLambang seluruh

penduduk negeri diharuskan bersatu bulat tidak

lonjong tidak pecah.

C. Pengangkatan Datu Pertama Soppeng

Didalam lontara tertulis bahwa jauh sebelum

terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang

mengatur jalannya Pemerintahan yang berdasarkan

kesepakatan 60 Pemuka Masyarakat, hal ini dilihat dari

jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan Pabbicara

yang mempunyai daerah kekuasaan sendiri yang dikoordini

olih LILI-LILI Namun suatu waktu terjadi suatu musim

kemarau disana sini timbul huru-hara, kekacauan

sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi dimana-mana

olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat untuk

mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua

masalah tersebut

Tampil Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan

musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari

Soppeng Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau,

sementara musyawarah terganggu dan Arung Bila

memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan

mengikuti kemana mereka terbang.

Burung Kakak Tua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili

dan ditempat inilah ditemukan seorang berpakaian indah

sementara duduk diatas batu, yang bergelar Manurungnge

Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang

diikuti dengan IKRAR, ikrar tersebut terjadi antara

LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng.

Demikianlah komitmen yang lahir antara Latemmamala

dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala

menerima pengangkatan dengan Gelar DATU SOPPENG,

sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng,

dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang di beri nama

“LAMUNG PATUE” sambil memegang segenggam padi denga

mengucapkan kalimat yang artinya “isi padi tak akan

masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang

dalam melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng”.

D. Perumusan Hari Jadi Soppeng

Soppeng yang memiliki sejarah cemerlang dimasa lalu,

dengan memperhatikan berbagai masukan agar penempatan

Hari Jadi Soppeng, diadakan seminar karena kurang tepat

bila dihitung dari saat dimulainya Pelaksanaan Undang-

undang Darurat Nomor 04 Tahun 1957, sebab jauh

sebelumnya didalam lontara, Soppeng telah mengenal

sistem Pemerintahan yang Demokrasi dibawah kepemimpinan

Raja dan Datu. Maka dilaksanakanlah Seminar Sehari pada

Tanggal 11 Maret 2000, yang dihadiri oleh para pakar,

Budayawan, Seniman, Ahli Sejarah, Tokoh Masyarakat,

AlimUlama, Generasi Muda dan LSM, dimana disepakati

bahwa hari Jadi Soppeng dimulai sejak Pemerintahan TO

MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA tahun 1261,

berdasarkan perhitungan dengan menggunakan BACKWARD

CONTING, dan mengusulkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Soppeng untuk dibahas dalam Rapat

Paripurna dan mengesahkan untuk dijadikan salam suatu

Peraturab Daerah tentang Hari Jadi Soppeng.

E. Penetapan Hari Jadi Soppeng

Dari hasil rapat Paripurna Dewan perwakilan Rakyat

Daerah kabupaten Soppeng, Tanggal 12 Maret 2001 telah

menetapkan dan mengesahkan suatu Peraturan Daerah

Kabupaten Soppeng, Nomor 09 Tahun 2001, Tanggal 12

Maret 2001, bahwa Hari Jadi Soppeng Jatuh pada Tanggal

23 Maret 1261.

Ringkasan arti dari pemakaian Hari jadi Soppeng yakni

angka 2 dan angka 3, karena angka tersebut mempunyai

makna sejarah dan filosofi sebagai berikut :

1. Angka 2 menunjukkan :

a. Dua ke Datuan yakni Soppeng Rilau dan

Soppeng Riaja

b. Dua Tomanurung yaitu : TOMANURUNG RI

SEKKANYILI DAN TO MANURUNG RI GORIE.

c. Dua Cakkelle/Burung Kakaktua yang

memperebutkan setangkai padi, yang merupakan

petunjuk para matoa yang bermusyawarah

mengatasi krisi kelaparan, akhirnya menemukan

Tomanurungnge RI SEKKANYILI

Dua Pegangan hidup yaitu kejujuran dan

keadilan.

Dua hal yang tidak bisa dihindari yaitu nasib

dan takdir.

Dua tanranna namaraja tanaE

Seorang pemimpin harus jujur dan pintar

Masyarakat hidup aman, tentram dan damai.

2. Angka 3 menunjujjan :

a. adanya perjanjian 3 kerajaan yaitu : Bone,

Soppeng dan Wajo yang dikenal dengan Tellu

PoccoE.

b. Taring Tellu Menunjukkan tempat bertumpu yang

sangat kuat dan stabil.

c. TELLU RIALA SAPPO, yaitu TAUE RIDEWATAE, TAUE

RI WATAKKALE, TAUE RI PADATTA RUPA TAU.

TELLU EWANGENNA LEMPUE, yaitu kejujuran,

kebenaran dan keteguhan.

3 . Angka Dua Tellu bermakna :

a. Dua Tellu bermakna antara lain murah reski.

b. Dua temmasarang, artinya Allah dan hambanya

tidak pernah berpisah.

c. Tellu temmalaiseng, artinya Allah Malaikat dan

hamba selalu bersama-sama.

d. Tellu Dua Macciranreng, Tellu-Tellu Tea Pettu

bermakna berpintal dua sangat rapu, berpintal

tiga tidak akan putus.

Marutte Parajo, Mattulu Tellu Tempettu

Silariang, bermakna tidak saling membohongi,

nanti akan putus jika putus bersama.

4.Dipilihnya bulan tiga atau maret Karen :

a. Bulan Terbentuknya Kabupaten Soppeng

b. Bulan Pelaksanaan Seminar hari Jadi Soppeng.

c. selain itu angka dua atau tiga juga

bermakna :

d. jika angka 2 + 3 = 5 yang berarti :

e. makna kata dalam huruf karawi lambing Daerah

yaitu ADE, RAPANG, WARI, BICARA, SARA

f. RukunIslamPancasila

g. jika angka 2 X 3 = 6 yang bermakna : Rukun

Islam

dipilihnya tahun 1261 adalah menggunakan

BACKWARD COUNTING, yaitu pemerintahan Datu

Soppeng pertama TAU MANURUNGNGE RI SEKKANYILI

atau LATEMMAMALA pada tahun 1261. sehingga

dengan demikian hari jadi Soppeng ditetapkan

pada tanggal 23 Maret 1261.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demikianlah sekaligus sejarah singkat Hari jadi soppeng,

untuk diperingati setiap Tahun oleh Pemerintah Kabupaten

Soppeng bersama seluruh masyarakat untuk bersama-sama dalam

melaksanakan kegiatan dan mengisi Pembangunan, sekaligus kita

bangga sebagai warga Masyarakat Soppeng dalam suatu wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

SEJARAH TERBENTUKNYA KERAJAAN SOPPENG

Soppeng adalah sebuah kota kecil dimana dlm buku-buku

lontara terdapat catatan tentang raja-raja yg pernah

memerintah sampai berahirnya status daerah Swapraja, satu hal

menarik sekali dalam lontara tsb bahwa jauh sebelum

terbentuknya kerajaan Soppeng, telah ada kekuasaan yg mengatur

daerah Soppeng, yaitu sebuah pemerintahan berbentuk demokrasi

karena berdasar atas kesepakatan 60 pemukan masyarakat, namun

saat itu Soppeng masih merupakan daerah yang terpecah-pecah

sebagai suatu kerajaan2 kecil. Hal ini dapat dilihat dari

jumlah Arung,Sulewatang, dan Paddanreng serta Pabbicara yang

mempunyai kekuasaan tersendiri. Setelah kerajaan Soppeng

terbentuk maka dikoordinir oleh Lili-lili yang kemudian

disebut Distrikvdi Zaman Pemerintahan Belanda.

Literatur yang ditulis tentang sejarah Soppeng masih sangat

sedikit. Sebagaimana tentang daerah-daerah di Limae

Ajattappareng, juga Mandar dan Toraja, Soppeng hanyalah daerah

“kecil” dan mungkin “kurang signifikan” untuk diperebutkan

oleh dominasi dua kekuatan di Sulawesi Selatan yakni Luwu dan

Siang sebelum abad ke-16. Namun demikian, seperti disebutkan

oleh sebuah kronik Soppeng, dulunya Soppeng bersama Wajo,

sangat bergantung kepada kerajaan Luwu. Seiring menguatnya

kekuatan persekutuan Goa-Tallo di Makassar; untuk

mengimbanginya,

Bone sempat mengajak Wajo dan Soppeng membentuk

persekutuan Tellumpocco pada perjanjian Timurung tahun 1582.

Akan tetapi, masuknya Islam di Sulawesi Selatan di paruh akhir

abad ke-16, ditandai dengan masuknya Karaeng Tallo I

Mallingkang yang lebih dikenal sebagai Karaeng Matoaya serta

penguasa Goa I Manga’rangi yang kemudian bergelar Sultan

Alauddin, telah merubah peta politik di Sulawesi Selatan.

Untuk sementara, kekuatan Bugis Makassar menjadi satu kekuatan

baru untuk melawan orang kafir ketika Soppeng dan Sidenreng

memeluk Islam tahun 1609, Wajo 1610 dan akhirnya Bone pada

tahun 1611.

Perkembangan berikutnya sepanjang abad ke-17, menempatkan

Soppeng pada beberapa perubahan keputusan politik ketika

persaingan Bone dan Goa semakin menguat. Jauh sebelum

perjanjian Timurung yang melahirkan persekutuan Tellumpocco,

sebenarnya Soppeng sudah berada di pihak kerajaan Goa dan

terikat dengan perjanjian Lamogo antara Goa dan Soppeng.

Persekutuan Tellumpocco sendiri lahir atas “restu” Goa. Namun,

ketika terjadi gejolak politik antara Bugis dan Makassar

disebabkan oleh gerakan yang dipelopori oleh Arung Palakka

dari Bone, Soppeng sempat terpecah dua ketika Datu Soppeng,

Arung Mampu, dan Arung Bila bersekutu dengan Bone pada tahun

1660 sementara sebagian besar bangsawan Soppeng yang lain

menolak perjanjian di atas rakit di Atappang itu.

***

ITULAH cuplikan kecil sejarah Soppeng di abad 16-17 yang

terekam di dalam beberapa literatur penting. Sayangnya,

walaupun buku kecil ini memuat subyek sejarah di judul

kecilnya, alur fragmen penting sejarah Soppeng, minimal

rangkumannya, tidak disentuh sama sekali kecuali kutipan Lontara

Soppeng yang menuliskan silsilah raja-raja Soppeng mulai dari

La Temmamala ManurungngE ri Sekkannyili yang menjadi raja pertama di

sekitar tahun 1300 sampai raja-raja Soppeng berikutnya yang

berakhir di tahun 1957 serta beberapa catatan kecil lainnya.

Namun, ada beberapa hal unik yang diceritakan di dalam di buku

ini. Sebagaimana sejarah Sulawesi Selatan pada umumnya, proses

terbentuknya komunitas masyarakat di Soppeng juga menyerupai

daerah-daerah lainnya. Dimulai dari masa sianre balei tauwe sampai

masa tomanurung, Lontara Soppeng juga memulai catatannya dengan

cara sama, bahwa komunitas “resmi” orang Soppeng adalah ketika

Matoa Ujung, Matoa Botto dan Matoa Bila bersama ketua

persekutuan lainnya melantik tomanurung sebagai raja.

Menurut kronik ini, daerah Soppeng sebenarnya adalah

daerah urban. Penduduk asli yang mendiami daerah ini semula

berasal dari dua tempat, Sewo dan Gattareng. Kedua kelompok

ini meninggalkan daerahnya masing-masing dan hidup

berdampingan di Soppeng, kelompok yang datang dari daerah Sewo

disebut orang Soppeng Riaja, dan kelompok yang berasal dari

Gattareng disebut orang Soppeng Rilau. Mereka kemudian

dipimpin oleh kepala-kepala persekutuan di kedua daerah

masing-masing yang jumlahnya enam puluh orang pada waktu itu.

Belakangan, muncul seorang tomanurung di Sekkannyilli

(wilayah Soppeng Riaja). Ketua-ketua persekutuan Soppeng Riaja

dan Soppeng Rilau kemudian sepakat untuk mengangkat tomanurung

tersebut sebagai raja. Sayangnya, ManurungngE ri Sekkannyili

“menolak” penunjukan tersebut kecuali dengan tiga syarat:

tidak dikhianati, tidak disekutukan, dan mengangkat sepupu

sekalinya yang juga tomanurung di Libureng (wilayah Soppeng

Rilau) sebagai raja di Soppeng Rilau. Dan begitulah, wilayah

Soppeng pertama kali dipimpin oleh dua raja “kembar”

tomanurung melalui pembagian wilayah kekuasaan. Selanjutnya,

setelah kematian kedua raja ini, keturunan merekalah berdua

yang silih berganti melanjutkan pemerintahan dengan

menggabungkan wilayah Soppeng Riaja dan Soppeng Rilau ke dalam

satu wilayah kekuasaan yang kemudian disebut Soppeng saja.

Hal unik lain dalam buku ini adalah pesan-pesan Arung Bila,

sosok yang sangat dikenal melalui cerita-cerita rakyat dan di

dalam berbagai kronik di Sulawesi Selatan khususnya lontara-

lontara di Soppeng. Bahkan, buah pikiran Arung Bila sempat

dimuat di dalam buku Dr. B.F. Mathes Boegineshe Christomathie yang

diterbitkan di Amsterdam tahun 1872. Arung Bila diakui sebagai

tomaccana to Soppeng (orang pintarnya Soppeng). Pikiran-pikiran

Arung Bila telah mewarisi masyarakat Soppeng tata pemerintahan

dan tata masyarakat yang beradab. Namun siapakah Arung Bila

yang dimaksud, belum ada yang bisa memastikan karena banyaknya

bangsawan yang bernama Arung Bila di dalam sejarah kerajaan

Soppeng. Riwayatnyapun tidak ada yang ditulis di dalam

lontara. Beberapa sejarawan daerah mengatakan bahwa yang

dimaksud Arung Bila di dalam kronik-kronik yang menuliskan

ajaran-ajarannya adalah “La Maniaga”, namun ada pula yang

mengatakan bahwa “La Taweng” atau “La Wadeng”. Dan membaca

ajaran-ajarannya, sepertinya Arung Bila ini juga bukanlah

bangsawan Soppeng yang mengambil keputusan politis untuk

bersekutu dengan Bone pada tahun 1660 seperti dalam kutipan di

atas. Namun, lepas dari ketidakjelasan identitasnya, Arung

Bila tomaccana to Soppeng sudah menjadi sumber tradisi yang

kokoh bagi masyarakat Soppeng maupun masyarakat Sulawesi Barat

dan Selatan pada umumnya. Ajaran-ajarannya tentang pangadereng

(perihal adat istiadat) bukan hanya menyangkut tata

pemerintahan dan hubungan antara raja dan rakyat, tetapi juga

hubungan sesama anggota masyarakat, hubungan anak dan orang

tua, bahkan hubungan antara suami dan istri.

DARTAR PUSTAKA

http://ophievalentine.wordpress.com/perumusan-penetapan-hari-jadi-

alias-hut-soppeng/ 2014

http://yuhardin.scriptintermedia.com/view.php?id=4456&jenis=Umum

2014