Sejarah Kebudayaan Soppeng
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Sejarah Kebudayaan Soppeng
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Soppeng bukan sebuah kota kecil dimana dlm buku-buku
lontara terdapat catatan tentang raja-raja yg pernah
memerintah sampai berahirnya status daerah Swapraja, satu
hal menarik sekali dalam lontara tsb bahwa jauh sebelum
terbentuknya kerajaan Soppeng, telah ada kekuasaan yg
mengatur daerah Soppeng, yaitu sebuah pemerintahan
berbentuk demokrasi karena berdasar atas kesepakatan 60
pemukan masyarakat, namun saat itu Soppeng masih
merupakan daerah yang terpecah-pecah sebagai suatu
kerajaan2 kecil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
Arung,Sulewatang, dan Paddanreng serta Pabbicara yang
mempunyai kekuasaan tersendiri. Setelah kerajaan Soppeng
terbentuk maka dikoordinir oleh Lili-lili yang kemudian
disebut Distrikvdi Zaman Pemerintahan Belanda.
Literatur yang ditulis tentang sejarah Soppeng masih
sangat sedikit. Sebagaimana tentang daerah-daerah di
Limae Ajattappareng, juga Mandar dan Toraja, Soppeng
hanyalah daerah “kecil” dan mungkin “kurang signifikan”
untuk diperebutkan oleh dominasi dua kekuatan di Sulawesi
Selatan yakni Luwu dan Siang sebelum abad ke-16. Namun,
seperti disebutkan oleh sebuah kronik Soppeng, dulunya
Soppeng bersama Wajo, sangat bergantung kepada kerajaan
Luwu.
Seiring menguatnya kekuatan persekutuan Goa-Tallo di
Makassar; untuk mengimbanginya, Bone sempat mengajak Wajo
dan Soppeng membentuk persekutuan Tellumpocco pada
perjanjian Timurung tahun 1582. Akan tetapi, masuknya
Islam di Sulawesi Selatan di paruh akhir abad ke-16,
ditandai dengan masuknya Karaeng Tallo I Mallingkang yang
lebih dikenal sebagai Karaeng Matoaya serta penguasa Goa
I Manga’rangi yang kemudian bergelar Sultan Alauddin,
telah merubah peta politik di Sulawesi Selatan. Untuk
sementara, kekuatan Bugis Makassar menjadi satu kekuatan
baru untuk melawan orang kafir ketika Soppeng dan
Sidenreng memeluk Islam tahun 1609, Wajo 1610 dan
akhirnya Bone pada tahun 1611.
Perkembangan berikutnya sepanjang abad ke-17,
menempatkan Soppeng pada beberapa perubahan keputusan
politik ketika persaingan Bone dan Goa semakin menguat.
Jauh sebelum perjanjian Timurung yang melahirkan
persekutuan Tellumpocco, sebenarnya Soppeng sudah berada
di pihak kerajaan Goa dan terikat dengan perjanjian
Lamogo antara Goa dan Soppeng. Persekutuan Tellumpocco
sendiri lahir atas “restu” Goa. Namun, ketika terjadi
gejolak politik antara Bugis dan Makassar disebabkan oleh
gerakan yang dipelopori oleh Arung Palakka dari Bone,
Soppeng sempat terpecah dua ketika Datu Soppeng, Arung
Mampu, dan Arung Bila bersekutu dengan Bone pada tahun
1660 sementara sebagian besar bangsawan Soppeng yang lain
menolak perjanjian di atas rakit di Atappang itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah simgkat Kabupaten soppeng?
2. Bagaimana Asal mula Nama Soppeng ?
3. Kapan dan bagaimana Pengangkatan Datu Pertama Soppeng ?
4. Kapan Perumusan Hari Jadi Soppeng ?
5. Bagaimana proses Penetapan Hari Jadi Soppeng?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kabupaten soppeng
Sejarah Soppeng diawali dengan munculnya
“Tomanurung” dalam istilah bahasa Indonesia dikenal
sebagai orang yang muncul seketika. Saat itu,
masyarakat Soppeng tengah dilanda kegetiran dan
kemiskinan ditambah dengan penderitaan rakyat, maka
berkumpullah tokoh-tokoh masyarakat “tudang sipulung”
untuk membahas masalah ini, di tengah pembicaraan
mereka, seekor burung kakak tua (dalam bahasa Bugis
dikenal sebagai “cakkelle”). Cakkelle ini terbang tepat
di atas perkumpulan itu, sehingga para tokoh yang
melihatnya merasa ada sesuatu yang lain dari cakkelle
ini. Akhirnya pimpinan tudang sipulung menyuruh si
Jumet, salah seorang toko masyarakat bersama dengan
rekannya yang lain untuk mengikuti cakkelle tersebut.
Hari Ulang Tahun Kab. Soppeng sebelumnya ditetapkan
pada 13 Maret 1957 yang bertumpu pada keluarnya Undang-
Undang No. 4 Tahun 1954 tentang pembentukan Daerah
Otonom Bone, Wajo dan Soppeng di pandang menyimpang
dari obyektivitas sejarah. Oleh karena itu sejumlah
cendekiawan melakukan usun rembuk kajian sejarah yang
makin dipertajam. Kesimpulan yang dihasilkan, hari
ulang tahun Kab. Soppeng mesti merangkai benang merah
masa lalu dengan perhitungan pelantikan LATEMMALA
MANURUNG’E RI SEKKANYILIK yang menjadi Raja pertama Kab.
Soppeng pada tahun 1261. Ikhwal penetapan tanggal dan
bulan ditarik dari saat-saat yang memiliki makna
tertentu, penetapan tanggal 23 dimaksudkan sebagai “Dua
Tellu” yang berarti beberapa orang yang memiliki
kebersamaan persatuan dan kesatuan (tidak sendirian).
Adapun momentum bulan Maret sebagai pelantikan Bupati
yang pertama sepanjang sejarah berdirinya Kabupaten
Soppeng.
NO. NAMA GELAR KET.1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.
LATEMMAMALALAMARACINNALAMBAWE TEKKAWANUALA MAKKANENGNGALA MAKKARELLALA PAWISENGLA PASAMPOILA MANNUGALA’DELA MATAESSOLA SEKKATILA MAPPALEPPE
MANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILIMANURUNGNGE RISEKKANYILISOROMPALIETOWAKKARENG MATINRO RI TANANAMABOLONGNGEPUANG LIPUE PATOLAEMALLAJANGNGE RI AGELLANGPATOLAE
1300-13501350-13581358-14081408-14381438-14681468-15001500-
14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.33.34.35.36.37.
BEOWELA TENRI BALIWE ADANGTENRI SENGELA PATAOLA PADA SEJATILA PAREPPALA PADA SEJATIBATARA RI TOJALA UDDANG RI LAUBATARA RI TOJALA TEMMA SENGELA TONGENGELA MAPPAJANCILAMAPPAPOLEONROTENRIA WARUTENRI YAMPARENGLA UNRULA ONRONGTO LEMPENGABD. GANIST. SAINABH. ANDI WANAH. ANDI GALIB
PATOLAEMATINROE RI RIADDATUNNAMATINTOE RI MADELLOMATINROE RI SALASSANARANRENG TOA MATINROE RI NAGA MATINROE RI BEULAMATINROE RI SOMBA OPUMATINROE RI BEULAMATINROE RI LUWUMATINROE RI MUSUNAMATINROE RI LUWUMATINROE RI MALLIMONGANMATINROE RI LAUNAMATINROE RI LAUNAMATINROE RI LAUNAMATINROE RI LAUNAMATINROE RI BARUGANAMATINROE RI TENGNGANA SOPPENGMATINROE RI TENGNGANA SOPPENGMATINROE RI TENGNGANA SOPPENGMATINROE RI PAKKASALOEMATINROE RI PAKKASALOEMATINROE RI PAKKASALOEDATU MARIORIAWA
15301530-15341534-15561556-15601560-15751575-15801580-16011601-16201620-16541654-16661666-16961696-17141714-17211721-17271722-17271727-17371737-17421742-17441744-17461746-17471747-17651765-
18201820-18401840-18491849-18501850-18581858-18781878-18951895-19401940-1957
B. Asal mula Nama Soppeng
Nama Soppeng berasal dari nama buah-buahan
Caloppeng, buah tersebut bundar dan lebih basar dari
buah anggur dan mungkin satu spesises dengan anggur.
Caloppeng berwarna ungu. Warna ungu adalah warna
pakaian kaum ibu yang dipakai pada upacara perkawinan.
Sedang warna merah adalah pakaian nak dara-dara dan ibu
muda sehingga ungu (kamummu) dan merah (eja) istilah
bahasa sindirannya untuk kaum ibu perempuan dewasa dan
anak dara atau ibu muda.
Makana warna ungu pakaian para ibu-ibu bijaksna yang
dinamakan kamummu’E ibu Wanua (ibu pertiwi). Warna ungu
pada buah Caloppeng mengkilap seperti kaca halusnya dan
enak dilihat (bercahaya), hitam manis. Makan bundara
(melingkar) berarti Lambang persatuan seluruh negeri,
bersatu dalam satu pimpinan dari satu orang yang di
tuakan namanya Matoa. Tanah air disebut kamummu’E
Lambang dari pakaian ibu-ibu bijalsana. Tanah air
laksana ibu-ibu yang arif dan bijaksana yang mamberikan
kesejayraan dari kesuburuannya keluar bermacam-macam
tanaman unutk keperluan hidup manusia.
Pasangan tanah air yang subur dari pemimpin
masyarakat dari orang tua yang bijaksana. bahasa Bugis
yang baru lahir dari akr kata asli (benda) yang diubah
hurufnya atau sukukatanya sehingga arti dan maknanya
berbeda dengan benda aslinya. Buah Ca. c berubah
menjadi loppeng dihilangkan (lo)vmenjadi coppeng. Dari
kata coppeng berubah sebutan sebagai pengaruh ucapan
lidah menjadi lapaz soppeng. C berubah menjadi S
Contoh Baco dan Becce menjadi Baso dan Besse.
Denganberubah satu huruf melahirkan bahasa baru yang
berbeda artinya atau statusnya.
Soppeng berasal dari nama buah-buahan : Caloppeng
menjadi Soppeng.
Negeri Bila dalah negeri negeri yang dibagun oleh
Matoa Bila diantaranya Matoa Bila yang dinamakan
penulis sejarah primus inter peres, juga bersal dari
nama buah-buahan bila. Bila ada dua macam bila tempat
air dan buah bila yang manis bentuknya seperti bola
tennis (dimakan). Buah Bila tempat air tidak dimakan
isinya tetapai dijadikan orang (petani) sebagai obat
ketika kakinya kene kutu air waktu mengolah sawah. Isi
buah Bila disapukan pada kaki yang kudisan bengkak
sampai sembuh. Buah bila dijadikan temoat air untuk
membawa air keman-mana. Orang yang rajin bekerja
biasanya membawa dua buah bila yang berisi air. Satu
bila dipakai untuk diminum dan satunya dipakai waktu
buang air. Betapa pentingnya peranan air bagi
kehidupan manusia. Itulah isinya Bila. Buah Bila
bentuknya bu bundar atau bulat perLambang seluruh
penduduk negeri diharuskan bersatu bulat tidak
lonjong tidak pecah.
C. Pengangkatan Datu Pertama Soppeng
Didalam lontara tertulis bahwa jauh sebelum
terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang
mengatur jalannya Pemerintahan yang berdasarkan
kesepakatan 60 Pemuka Masyarakat, hal ini dilihat dari
jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan Pabbicara
yang mempunyai daerah kekuasaan sendiri yang dikoordini
olih LILI-LILI Namun suatu waktu terjadi suatu musim
kemarau disana sini timbul huru-hara, kekacauan
sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi dimana-mana
olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat untuk
mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua
masalah tersebut
Tampil Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan
musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari
Soppeng Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau,
sementara musyawarah terganggu dan Arung Bila
memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan
mengikuti kemana mereka terbang.
Burung Kakak Tua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili
dan ditempat inilah ditemukan seorang berpakaian indah
sementara duduk diatas batu, yang bergelar Manurungnge
Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang
diikuti dengan IKRAR, ikrar tersebut terjadi antara
LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng.
Demikianlah komitmen yang lahir antara Latemmamala
dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala
menerima pengangkatan dengan Gelar DATU SOPPENG,
sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng,
dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang di beri nama
“LAMUNG PATUE” sambil memegang segenggam padi denga
mengucapkan kalimat yang artinya “isi padi tak akan
masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang
dalam melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng”.
D. Perumusan Hari Jadi Soppeng
Soppeng yang memiliki sejarah cemerlang dimasa lalu,
dengan memperhatikan berbagai masukan agar penempatan
Hari Jadi Soppeng, diadakan seminar karena kurang tepat
bila dihitung dari saat dimulainya Pelaksanaan Undang-
undang Darurat Nomor 04 Tahun 1957, sebab jauh
sebelumnya didalam lontara, Soppeng telah mengenal
sistem Pemerintahan yang Demokrasi dibawah kepemimpinan
Raja dan Datu. Maka dilaksanakanlah Seminar Sehari pada
Tanggal 11 Maret 2000, yang dihadiri oleh para pakar,
Budayawan, Seniman, Ahli Sejarah, Tokoh Masyarakat,
AlimUlama, Generasi Muda dan LSM, dimana disepakati
bahwa hari Jadi Soppeng dimulai sejak Pemerintahan TO
MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA tahun 1261,
berdasarkan perhitungan dengan menggunakan BACKWARD
CONTING, dan mengusulkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Soppeng untuk dibahas dalam Rapat
Paripurna dan mengesahkan untuk dijadikan salam suatu
Peraturab Daerah tentang Hari Jadi Soppeng.
E. Penetapan Hari Jadi Soppeng
Dari hasil rapat Paripurna Dewan perwakilan Rakyat
Daerah kabupaten Soppeng, Tanggal 12 Maret 2001 telah
menetapkan dan mengesahkan suatu Peraturan Daerah
Kabupaten Soppeng, Nomor 09 Tahun 2001, Tanggal 12
Maret 2001, bahwa Hari Jadi Soppeng Jatuh pada Tanggal
23 Maret 1261.
Ringkasan arti dari pemakaian Hari jadi Soppeng yakni
angka 2 dan angka 3, karena angka tersebut mempunyai
makna sejarah dan filosofi sebagai berikut :
1. Angka 2 menunjukkan :
a. Dua ke Datuan yakni Soppeng Rilau dan
Soppeng Riaja
b. Dua Tomanurung yaitu : TOMANURUNG RI
SEKKANYILI DAN TO MANURUNG RI GORIE.
c. Dua Cakkelle/Burung Kakaktua yang
memperebutkan setangkai padi, yang merupakan
petunjuk para matoa yang bermusyawarah
mengatasi krisi kelaparan, akhirnya menemukan
Tomanurungnge RI SEKKANYILI
Dua Pegangan hidup yaitu kejujuran dan
keadilan.
Dua hal yang tidak bisa dihindari yaitu nasib
dan takdir.
Dua tanranna namaraja tanaE
Seorang pemimpin harus jujur dan pintar
Masyarakat hidup aman, tentram dan damai.
2. Angka 3 menunjujjan :
a. adanya perjanjian 3 kerajaan yaitu : Bone,
Soppeng dan Wajo yang dikenal dengan Tellu
PoccoE.
b. Taring Tellu Menunjukkan tempat bertumpu yang
sangat kuat dan stabil.
c. TELLU RIALA SAPPO, yaitu TAUE RIDEWATAE, TAUE
RI WATAKKALE, TAUE RI PADATTA RUPA TAU.
TELLU EWANGENNA LEMPUE, yaitu kejujuran,
kebenaran dan keteguhan.
3 . Angka Dua Tellu bermakna :
a. Dua Tellu bermakna antara lain murah reski.
b. Dua temmasarang, artinya Allah dan hambanya
tidak pernah berpisah.
c. Tellu temmalaiseng, artinya Allah Malaikat dan
hamba selalu bersama-sama.
d. Tellu Dua Macciranreng, Tellu-Tellu Tea Pettu
bermakna berpintal dua sangat rapu, berpintal
tiga tidak akan putus.
Marutte Parajo, Mattulu Tellu Tempettu
Silariang, bermakna tidak saling membohongi,
nanti akan putus jika putus bersama.
4.Dipilihnya bulan tiga atau maret Karen :
a. Bulan Terbentuknya Kabupaten Soppeng
b. Bulan Pelaksanaan Seminar hari Jadi Soppeng.
c. selain itu angka dua atau tiga juga
bermakna :
d. jika angka 2 + 3 = 5 yang berarti :
e. makna kata dalam huruf karawi lambing Daerah
yaitu ADE, RAPANG, WARI, BICARA, SARA
f. RukunIslamPancasila
g. jika angka 2 X 3 = 6 yang bermakna : Rukun
Islam
dipilihnya tahun 1261 adalah menggunakan
BACKWARD COUNTING, yaitu pemerintahan Datu
Soppeng pertama TAU MANURUNGNGE RI SEKKANYILI
atau LATEMMAMALA pada tahun 1261. sehingga
dengan demikian hari jadi Soppeng ditetapkan
pada tanggal 23 Maret 1261.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikianlah sekaligus sejarah singkat Hari jadi soppeng,
untuk diperingati setiap Tahun oleh Pemerintah Kabupaten
Soppeng bersama seluruh masyarakat untuk bersama-sama dalam
melaksanakan kegiatan dan mengisi Pembangunan, sekaligus kita
bangga sebagai warga Masyarakat Soppeng dalam suatu wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
SEJARAH TERBENTUKNYA KERAJAAN SOPPENG
Soppeng adalah sebuah kota kecil dimana dlm buku-buku
lontara terdapat catatan tentang raja-raja yg pernah
memerintah sampai berahirnya status daerah Swapraja, satu hal
menarik sekali dalam lontara tsb bahwa jauh sebelum
terbentuknya kerajaan Soppeng, telah ada kekuasaan yg mengatur
daerah Soppeng, yaitu sebuah pemerintahan berbentuk demokrasi
karena berdasar atas kesepakatan 60 pemukan masyarakat, namun
saat itu Soppeng masih merupakan daerah yang terpecah-pecah
sebagai suatu kerajaan2 kecil. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah Arung,Sulewatang, dan Paddanreng serta Pabbicara yang
mempunyai kekuasaan tersendiri. Setelah kerajaan Soppeng
terbentuk maka dikoordinir oleh Lili-lili yang kemudian
disebut Distrikvdi Zaman Pemerintahan Belanda.
Literatur yang ditulis tentang sejarah Soppeng masih sangat
sedikit. Sebagaimana tentang daerah-daerah di Limae
Ajattappareng, juga Mandar dan Toraja, Soppeng hanyalah daerah
“kecil” dan mungkin “kurang signifikan” untuk diperebutkan
oleh dominasi dua kekuatan di Sulawesi Selatan yakni Luwu dan
Siang sebelum abad ke-16. Namun demikian, seperti disebutkan
oleh sebuah kronik Soppeng, dulunya Soppeng bersama Wajo,
sangat bergantung kepada kerajaan Luwu. Seiring menguatnya
kekuatan persekutuan Goa-Tallo di Makassar; untuk
mengimbanginya,
Bone sempat mengajak Wajo dan Soppeng membentuk
persekutuan Tellumpocco pada perjanjian Timurung tahun 1582.
Akan tetapi, masuknya Islam di Sulawesi Selatan di paruh akhir
abad ke-16, ditandai dengan masuknya Karaeng Tallo I
Mallingkang yang lebih dikenal sebagai Karaeng Matoaya serta
penguasa Goa I Manga’rangi yang kemudian bergelar Sultan
Alauddin, telah merubah peta politik di Sulawesi Selatan.
Untuk sementara, kekuatan Bugis Makassar menjadi satu kekuatan
baru untuk melawan orang kafir ketika Soppeng dan Sidenreng
memeluk Islam tahun 1609, Wajo 1610 dan akhirnya Bone pada
tahun 1611.
Perkembangan berikutnya sepanjang abad ke-17, menempatkan
Soppeng pada beberapa perubahan keputusan politik ketika
persaingan Bone dan Goa semakin menguat. Jauh sebelum
perjanjian Timurung yang melahirkan persekutuan Tellumpocco,
sebenarnya Soppeng sudah berada di pihak kerajaan Goa dan
terikat dengan perjanjian Lamogo antara Goa dan Soppeng.
Persekutuan Tellumpocco sendiri lahir atas “restu” Goa. Namun,
ketika terjadi gejolak politik antara Bugis dan Makassar
disebabkan oleh gerakan yang dipelopori oleh Arung Palakka
dari Bone, Soppeng sempat terpecah dua ketika Datu Soppeng,
Arung Mampu, dan Arung Bila bersekutu dengan Bone pada tahun
1660 sementara sebagian besar bangsawan Soppeng yang lain
menolak perjanjian di atas rakit di Atappang itu.
***
ITULAH cuplikan kecil sejarah Soppeng di abad 16-17 yang
terekam di dalam beberapa literatur penting. Sayangnya,
walaupun buku kecil ini memuat subyek sejarah di judul
kecilnya, alur fragmen penting sejarah Soppeng, minimal
rangkumannya, tidak disentuh sama sekali kecuali kutipan Lontara
Soppeng yang menuliskan silsilah raja-raja Soppeng mulai dari
La Temmamala ManurungngE ri Sekkannyili yang menjadi raja pertama di
sekitar tahun 1300 sampai raja-raja Soppeng berikutnya yang
berakhir di tahun 1957 serta beberapa catatan kecil lainnya.
Namun, ada beberapa hal unik yang diceritakan di dalam di buku
ini. Sebagaimana sejarah Sulawesi Selatan pada umumnya, proses
terbentuknya komunitas masyarakat di Soppeng juga menyerupai
daerah-daerah lainnya. Dimulai dari masa sianre balei tauwe sampai
masa tomanurung, Lontara Soppeng juga memulai catatannya dengan
cara sama, bahwa komunitas “resmi” orang Soppeng adalah ketika
Matoa Ujung, Matoa Botto dan Matoa Bila bersama ketua
persekutuan lainnya melantik tomanurung sebagai raja.
Menurut kronik ini, daerah Soppeng sebenarnya adalah
daerah urban. Penduduk asli yang mendiami daerah ini semula
berasal dari dua tempat, Sewo dan Gattareng. Kedua kelompok
ini meninggalkan daerahnya masing-masing dan hidup
berdampingan di Soppeng, kelompok yang datang dari daerah Sewo
disebut orang Soppeng Riaja, dan kelompok yang berasal dari
Gattareng disebut orang Soppeng Rilau. Mereka kemudian
dipimpin oleh kepala-kepala persekutuan di kedua daerah
masing-masing yang jumlahnya enam puluh orang pada waktu itu.
Belakangan, muncul seorang tomanurung di Sekkannyilli
(wilayah Soppeng Riaja). Ketua-ketua persekutuan Soppeng Riaja
dan Soppeng Rilau kemudian sepakat untuk mengangkat tomanurung
tersebut sebagai raja. Sayangnya, ManurungngE ri Sekkannyili
“menolak” penunjukan tersebut kecuali dengan tiga syarat:
tidak dikhianati, tidak disekutukan, dan mengangkat sepupu
sekalinya yang juga tomanurung di Libureng (wilayah Soppeng
Rilau) sebagai raja di Soppeng Rilau. Dan begitulah, wilayah
Soppeng pertama kali dipimpin oleh dua raja “kembar”
tomanurung melalui pembagian wilayah kekuasaan. Selanjutnya,
setelah kematian kedua raja ini, keturunan merekalah berdua
yang silih berganti melanjutkan pemerintahan dengan
menggabungkan wilayah Soppeng Riaja dan Soppeng Rilau ke dalam
satu wilayah kekuasaan yang kemudian disebut Soppeng saja.
Hal unik lain dalam buku ini adalah pesan-pesan Arung Bila,
sosok yang sangat dikenal melalui cerita-cerita rakyat dan di
dalam berbagai kronik di Sulawesi Selatan khususnya lontara-
lontara di Soppeng. Bahkan, buah pikiran Arung Bila sempat
dimuat di dalam buku Dr. B.F. Mathes Boegineshe Christomathie yang
diterbitkan di Amsterdam tahun 1872. Arung Bila diakui sebagai
tomaccana to Soppeng (orang pintarnya Soppeng). Pikiran-pikiran
Arung Bila telah mewarisi masyarakat Soppeng tata pemerintahan
dan tata masyarakat yang beradab. Namun siapakah Arung Bila
yang dimaksud, belum ada yang bisa memastikan karena banyaknya
bangsawan yang bernama Arung Bila di dalam sejarah kerajaan
Soppeng. Riwayatnyapun tidak ada yang ditulis di dalam
lontara. Beberapa sejarawan daerah mengatakan bahwa yang
dimaksud Arung Bila di dalam kronik-kronik yang menuliskan
ajaran-ajarannya adalah “La Maniaga”, namun ada pula yang
mengatakan bahwa “La Taweng” atau “La Wadeng”. Dan membaca
ajaran-ajarannya, sepertinya Arung Bila ini juga bukanlah
bangsawan Soppeng yang mengambil keputusan politis untuk
bersekutu dengan Bone pada tahun 1660 seperti dalam kutipan di
atas. Namun, lepas dari ketidakjelasan identitasnya, Arung
Bila tomaccana to Soppeng sudah menjadi sumber tradisi yang
kokoh bagi masyarakat Soppeng maupun masyarakat Sulawesi Barat
dan Selatan pada umumnya. Ajaran-ajarannya tentang pangadereng
(perihal adat istiadat) bukan hanya menyangkut tata
pemerintahan dan hubungan antara raja dan rakyat, tetapi juga
hubungan sesama anggota masyarakat, hubungan anak dan orang
tua, bahkan hubungan antara suami dan istri.
DARTAR PUSTAKA
http://ophievalentine.wordpress.com/perumusan-penetapan-hari-jadi-
alias-hut-soppeng/ 2014
http://yuhardin.scriptintermedia.com/view.php?id=4456&jenis=Umum
2014