kosmologi sejarah dalam filsafat sejarah: makna,teori, dan ...

15
Jurnal Sejarah Lontar 22 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012 KOSMOLOGI SEJARAH DALAM FILSAFAT SEJARAH: MAKNA,TEORI, DAN PERKEMBANGAN (1994-2001) Oleh: Moh. Maiwan Dosen Sejarah FIS UNJ Abstrak Historical cosmology is part of historical philosophy which deeply examine: causes, principles, nature, character, movement objective and changes of history. In the historical philosophy, there are two school of thought relating to the issue of movement. First, dynamic school of thought; and second, the static school of thought. Meanwhile, there are various perspectives in considering the pattern of historical movement. First, a perspective saying that the pattern of historical movement is linear. Second, a perspective saying that the pattern of historical movement is circular. Third, a theory which consider that the history has a cyclical movement. Based on this reality, the interpretation on the movement and alteration of a history is not single in nature, but it is a variety. Kata kunci: History, philosophy, cosmology. Pendahuluan Salah satu kajian utama dalam filsafat sejarah adalah pembahasan tentang kosmologi sejarah. Bidang ini berusaha untuk membahas tentang bagaimana proses dan perubahan- perubahan yang terjadi. Bagaimana pola-pola, arah dan gerak perubahan dalam sejarah. Kosmologi sejarah menekankan pada upaya untuk mengkaji hakikat dan prinsip-prinsip gerak atau perubahan sejarah. Faktor- faktor apa yang menyebabkannya, bagaimana sifat, watak dan gerak sejarah serta ke mana arah dan tujuan perubahan berlangsung. Kehidupan pada hakikatnya tidaklah bergerak atau berproses dalam situasi yang kosong, melainkan berlangsung dalam situasi tertentu yang dapat dipahami. Karena itu, dampak yang ditimbulkannya juga bermacam- macam, baik secara negatif maupun positif. Dari segi ini maka sesungguhnya arah dan proses perubahan dalam sejarah itu bersifat multidimensional, berawal dan memiliki tujuan-tujuan tertentu. Disamping itu juga memiliki sifat-sifat dan prinsip-prinsip tertentu pula. Dalam filsafat sejarah konsep tentang perubahan senantiasa mendapatkan perhatian yang serius dari para ahli sehingga muncul perbedaan pendapat dan interpretasi di kalangan mereka, yang kemudian melahirkan teori-teori tentang kosmologi dan gerak perubahan.

Transcript of kosmologi sejarah dalam filsafat sejarah: makna,teori, dan ...

Jurnal Sejarah Lontar 22 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

KOSMOLOGI SEJARAHDALAM FILSAFAT SEJARAH:MAKNA,TEORI, DAN PERKEMBANGAN(1994-2001)Oleh: Moh. MaiwanDosen Sejarah FIS UNJ

AbstrakHistorical cosmology is part of historical philosophy which deeply examine: causes,

principles, nature, character, movement objective and changes of history. In the historicalphilosophy, there are two school of thought relating to the issue of movement. First, dynamicschool of thought; and second, the static school of thought. Meanwhile, there are variousperspectives in considering the pattern of historical movement. First, a perspective sayingthat the pattern of historical movement is linear. Second, a perspective saying that the patternof historical movement is circular. Third, a theory which consider that the history has acyclical movement. Based on this reality, the interpretation on the movement and alterationof a history is not single in nature, but it is a variety.

Kata kunci:History, philosophy, cosmology.

PendahuluanSalah satu kajian utama dalam

filsafat sejarah adalah pembahasantentang kosmologi sejarah. Bidang iniberusaha untuk membahas tentangbagaimana proses dan perubahan-perubahan yang terjadi. Bagaimanapola-pola, arah dan gerak perubahandalam sejarah. Kosmologi sejarahmenekankan pada upaya untukmengkaji hakikat dan prinsip-prinsipgerak atau perubahan sejarah. Faktor-faktor apa yang menyebabkannya,bagaimana sifat, watak dan geraksejarah serta ke mana arah dan tujuanperubahan berlangsung.Kehidupan pada hakikatnya tidaklahbergerak atau berproses dalam situasiyang kosong, melainkan berlangsung

dalam situasi tertentu yang dapatdipahami. Karena itu, dampak yangditimbulkannya juga bermacam-macam, baik secara negatif maupunpositif. Dari segi ini makasesungguhnya arah dan prosesperubahan dalam sejarah itu bersifatmultidimensional, berawal danmemiliki tujuan-tujuan tertentu.Disamping itu juga memiliki sifat-sifatdan prinsip-prinsip tertentu pula.Dalam filsafat sejarah konsep tentangperubahan senantiasa mendapatkanperhatian yang serius dari para ahlisehingga muncul perbedaan pendapatdan interpretasi di kalangan mereka,yang kemudian melahirkan teori-teoritentang kosmologi dan gerakperubahan.

Jurnal Sejarah Lontar 23 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

Para ahli filsafat sejarahberusaha untuk menjelaskanbagaimana hakikat gerak danperubahan dalam kehidupan. Karenaitu secara ilmiah hal ini sangatmemperkaya khazanah danpengembangan ilmu sejarah.Berdasarkan pandangan-pandanganmereka kita bisa mengetahuibagaimana sesungguhnya perubahan-perubahan itu terjadi. Artikel iniberusaha untuk menjelaskan secarasingkat apa itu kosmologi sejarahdengan berbagai macamperspektifnya. Kebijakan yang dilihatdari aspek tenaga pendidik (guru),peserta didik (siswa), kurikulum,sarana dan prasarana.

Arti dan Makna KosmologiSejarah

Kosmologi sejarah adalahmerupakan bagian dari filsafat sejarahyang mengkaji secara mendalamtentang aneka macam sebab-sebab,prinsip, sifat, watak, tujuan gerak danperubahan sejarah. Dengan demikiankosmologi menitikberatkan padaupaya untuk memahami secaraseksama, berbagai proses yangberkaitan dengan makna serta arahperubahan yang pada gilirannya akanmelahirkan hukum-hukum dan pola-pola perubahan tertentu. Berdasarkanpemahaman ini maka perubahan-perubahan dalam masyarakatbukanlah proses yang bersifat liar dantanpa arah. Ia memilikikecenderungan-kecenderungantertentu yang dapat diprediksikansecara ilmiah.

Di kalangan ahli filsafat sejarahperubahan dipandang memilikiketeraturan-keteraturan tertentu yang

dapat dibaca secara berulang, sehinggamemudahkan bagi kita untuk melihatfenomena-fenomena apa yang bakalterjadi. Kehidupan ini bukanlah prosesyang statis, karena itu segala sesuatuakan selalu terus berproses danmenuju tahapan-tahapan baru dariyang sesudahnya. Tumbuhnyakebudayaan dan kemajuan peradabanmerupakan petunjuk penting bahwakehidupan itu senantiasa berubah dankarena itu harus direspon secara terusmenerus. Berdasarkan pengalamanyang ada tingkat kemajuan itubermacam-macam, ada yang berhasildengan baik ada pula yang gagal.

Berdasarkan fenomena yangterjadi para ahli mengamatibagaimana corak perubahahan itumempengaruhi kehidupan.Masing-masing budaya dan komunitasmemiliki pandangan-pandangan yangberbeda-beda tentang perubahanberdasarkan keyakinan-keyakinanilmiah maupun doktrinal tertentu.Perspektif mereka tentang perubahanmerupakan cermin dari cara pandangmereka tentang kehidupan. Perhatianterhadap gerak sejarah ini bukanhanya datang dari para ahli filsafatsejarah moderen tetapi juga dari ahli-ahli filsafat sejarah klasik. Pemikiranklasik Yunani Romawi menjadisumber penting tentang konsepkosmologi, di samping juga tentu sajaajaran agama-agama besar dunia yangmemiliki konsepsi kosmologitersendiri serta komunitas-komunitasmasyarakat yang hidup dengankeyakinan-keyakinan serta budayayang ada.1

1 William L. Craig, The Cosmological Argumentfrom Plato to Leibniz, London & Basingstoke:The Macmillan Press, 1980, hal. 4.

Jurnal Sejarah Lontar 24 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

Pandangan terhadap geraksejarah mempengaruhi cara pandangseseorang atau komunitas tentangkehidupan baik secara positif maupunnegatif. Bagaimanapun juga manusiatidaklah hidup dalam satu masa yangpendek, tetapi hidup beberapagenerasi yang mencapai ribuan tahunkarena itu pandangan mereka tentangperubahan jelas merujuk padapengalaman-pengalaman yang telahada. Karena itu tidak mengherankanjika terdapat perbedaan pendapat dikalangan masing-masing kelompokmasyarakat dalam memandang proseskehidupan ini, yang mana hal tersebutterefleksikan dalam sikap hidup danaspirasi-aspirasi kehidupan yangmereka miliki. Pandangan orang Baratakan berbeda dengan orang Timurtentang arah kehidupan. Pandanganorang Islam akan berbeda denganorang Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain tentang proses kehidupan.

Mazhab dan Perkembangandalam Teori Gerak

Perkembangan dan munculnyateori gerak sejarah sesungguhnyadapat dilacak jauh ke belakang sampaimasa Yunani Kuno dahulu, tepatnyapada para filosof Yunani yang palingawal sebelum Socrates atau pra-Socratian. Pemikiran-pemikiranfilsafati mereka lebih banyak terfokuspada filsafat alam, bukan manusia.Sehingga di kalangan para filosoftersebut sudah muncul pemikiran-pemikiran tentang konsepsikosmologis yang paling awal, tentangapa itu hakikat alam semesta dan darimana serta mau ke mana alam semesta

ini. Konsepsi-konsepsi ini yangkemudian melahirkan pandangantentang gerak perubahan.

Jika kita perhatikan secaraseksama maka dalam filsafat sejarahterdapat dua mazhab pemikirantentang masalah gerak perubahan ini.Pertama, adalah mazhab atau alirandinamik; dan Kedua, adalah mazhabatau aliran statis. Menurut mazhabdinamik segala sesuatu inisesungguhnya bergerak dan berprosessecara terus menerus, ia bukanlahkeadaan yang sudah selesai, melainkandalam keadaan yang sedang berproses.Realitas ini bukan merupakan kejadian(becoming), melainkan keadaan(being), sehingga belum merupakansesuatu yang final dalam kondisinya.Namun mazhab statis memilikipandangan yang berbeda. Menurutmadzhab ini segala sesuatu adalahdalam kondisi statis, diam atau tidakbergerak. Segalanya ini merupakanderetan dari kejadian-kejadian sertasuksesi yang bersifat diam dan sudahpasti. Realitas bukan merupakankeadaan (being), melainkan kejadian(becoming).

Perbedaan-perbedaanpemikiran ini menjadi diskusi yangmendalam di kalangan para filosofsejarah, yang tercermin dalampandangan masing-masingpenyokongnya. Salah satu tokoh dalamaliran gerak yang pertama kali adalahAnaximandros (610 SM-540 SM). Iamerupakan salah satu tokoh filsafatawal yang termasyhur dan salahseorang murid Thales. Menurut diasegala sesuatu yang ada ini padahakikatnya adalah mengandungunsur-unsur yang berlawanan atausaling bertentangan satu sama lain.

Jurnal Sejarah Lontar 25 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

Realitas yang ada ini sesungguhnyasecara terus menerus dalam proseskejadian, ia bukanlah sesuatu yangbersifat final. Karena itu secara terusmenerus bergerak. Ia menjelaskanbagaimana kejadian alam semesta inidan juga manusia berdasarkanprinsip-prinsip yang berlawanan itu. Iamenjelaskan bahwa semua makhlukhidup termasuk manusia berasal dariair.2

Pikiran-pikiran Anaximandrosini kemudian diambil alih para filosofsesudahnya. Mereka sepertiHerakleitos yang terkenal lewat kata-katanya: “Panta rhei kai uden menei”,yakni segala keadaan senantiasaberubah, berproses, mengalir dantidak satupun yang berada dalamkeadaan tetap. Herakleitos meyakinibahwa tiap-tiap benda terdiri dari hal-hal yang saling berlawanan dan bahwahal-hal yang berlawanan itu tetapmempunyai kesatuan . Ia menyatakanbahwa segala sesuatu merupakansintesa dari hal-hal yang beroposisi.Ada air ada api, ada panas ada dingin,ada siang ada malam. MenurutHerakleitos tidak ada sesuatu punyang tetap dan mantap.3 Duniasenantiasa dalam kejadian, berprosesdan beredar menurut logos yang kekaluntuk selama-lamanya.4

Itulah pandangan para pemikirteori dinamik yang awal yangkemudian dikembangkan parapengikutnya lebih jauh dalam pikiran-

2 K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani: DariThales ke Aristoteles, Yogyakarta: Kanisius,1975, hal. 28-31.

3 Ibid., hal. 44.4 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta:Tintamas, 1986, hal. 56.

pikiran filsafat mereka. Salah satukelompok pendukung teori dinamikatau gerak ini adalah kalangan Sofis.Pandangan kalangan Sofis menyatakanbahwa realitas ini tidak ada yang pasti,semuanya bersifat relatif berubah-ubah dari waktu ke waktu. Termasukdi dalamnya nilai-nilai, moral,kebenaran, semuanya bersifat relatif,yang menyementarakan segala-galanya. Sofisme mengajak orangmemandang segala-galanya sebagaisementara, yang mereka warisi dariHerakleitos. Menurut mereka dunia iniberasal dari unsur-unsur yangberlawanan (ta enantia), dari panasdan dingin, kering dan basah dansebagainya. Pemikiran-pemikirankaum Sofis ini mewakili pandanganaliran dinamik yang kuat, sehinggamenjadikan aliran ini semakinberkembang pada masa itu.5

Namun perkembangan mazhabdinamik dalam teori gerak iniberkembang lebih pesat lagi padamasa Aristoteles. Ia mengulasbagaimana berlakunya prinsip-prinsipkinetic (motion) yang memiliki maknayang lebih luas dari sekedar gerakbiasa. Dalam pandangan Aristotelesprinsip kinetic lebih dari pergerakanyang bersifat alamiah, tetapi jugamengandungi unsure-unsur yangkompleks dalam prosesnya. Aristotelesmenjelaskan adanya dua macam gerakperubahan: Pertama, perubahanaksidental (accidental change), yakniperubahan yang biasa saja dan bersifatalamiah. Seperti: Dari lahir, bayi,anak-anak, remaja, dewasa, dan tua.Kedua, adalah perubahan substansial(substantial change), yakni perubahanyang bersifat fundamental dan drastik,

5 Ibid.

Jurnal Sejarah Lontar 26 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

seperti perubahan dari hidup menjadimati. Perubahan semacam ini bersifatradikal dan karena itu mengandungunsur-unsur yang berbeda ataubertolak belakang sama sekali.6

Menurutnya, gerak adalah pemenuhanatas apa yang secara potensial eksis.Gerak senantiasa telah ada, dansenantiasa akan ada. Karena itu darisini ia menolak berbagai konsepsipandangan aliran statis, termasukmenolak pandangan tentang ruangkosong, seperti dikemukakan olehLeukippus dan Demokritus.7

Lebih dari itu Aristoteles jugamenggunakan, dalil kosmologi(cosmological argument) dalampenjelasannya tentang alam semesta,yang ingin membuktikan adanyaTuhan. Menurut dia sesungguhnyasegala sesuatu yang bergerak inimenerima geraknya daripada sesuatuyang lain, dia bukan bergerak dengansendirinya secara otomatis. Segalasesuatu yang bergerak pasti berasaldari penggerak atau sebab pertama,sehingga sampai kepada penggerakpertama yang tidak bergerak (PrimeMover Unmoved), yakni Tuhan.Dialah yang merupakan penyebab finalyang menggerakkan segala sesuatu(causa prima). Ia pastilah bersifatabadi, tak tergerakkan, merupakansubstansi, dan aktualitas.8

6 J.D.G. Evans, Aristotle’s Concept of Dialectic,Cambridge: Cambridge UniversityPress, 1977, hal. 13-14.

7 Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002,

hal. 280.

8 Ibid., hal. 226.

Sementara itu pandangan yangberbeda dikemukakan oleh mazhabatau aliran statis. Tokoh-tokoh aliranstatis atau diam ini dalam sejarahfilsafat Yunani adalah mereka yangdisebut Eleatik, mereka sepertiParmenides dan muridnya Zeno.Parmenides menyatakan bahwa segalasesuatu itu pada hakikatnya bersifattetap dan tidak berubah-ubah ataubergerak. Pandangan ini disebutsebagai prinsip diam, sehinggabertentangan dengan prinsip gerakseperti dikemukakan sebelumnya yangdipelopori Herakleitus. BagiParmenides apa yang dikemukakanbahwa sesuatu itu bergeraksesungguhnya keliru, karena dalamkonteksnya sesuatu itu berdiam diridan tetap. Pendapat Parmenideskemudian dikembangkan murid-muridnya.

Salah seorang yang terkenaladalah Zeno, yang lahir di Elea tahun490 SM. Zeno pada jamannya berhasilmengukuhkan prinsip statis atau diamini sebagai mazhab tersendiri. Iamengemukakan ketidakmungkinangerak ini melalui empat argumennyayang terkenal yang dicontohkannyadari: Pelari dalam stadion; Akhillesdan kura-kura; Anak panah; Tigaderetan yang berjalan. Ajaran-ajarannya ini merupakan bagian yangtak terpisahkan dari penentangannyaterhadap “trilogi” adanya: Ruangkosong, pluralitas, dan gerak itusendiri.9

Berdasarkan kenyataan tersebutmaka kemudian berkembanglahpemahaman yang berbeda tentanggerak perubahan dalam sejarah.Berbagai diskusi dan pemahaman

9 Ibid., hal. 50-53.

Jurnal Sejarah Lontar 27 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

tentang fenomena perubahan tidakdapat dipisahkan dari kedua alirantersebut, yang secara nyata berpegangteguh pada pendapatnya masing-masing. Dalam bentuknya kedua alirantersebut ikut mempengaruhipemikiran-pemikiran yangberkembang sesudahnya sehinggasampai di jaman moderen dan pascamoderen sekarang lewat pemikir-pemikir yang ada pada saat itu..

Pengaruh teori gerak yangmuncul pada jaman moderendikembangkan oleh Hegel dan KarlMarx. Dua sosok ilmuwan besar yangmempengaruhi perkembangan ide-idedan perubahan sejarah. Hegel melaluiprinsip dialektika yangdikembangkannya menyatakan bahwasumber dari segala perubahan iniadalah ide. Berbagai perubahan yangberlangsung dalam kehidupansesungguhnya berasal dari prosesdialektika yang bersumberkan dari ide.Ide bersifat universal dan merupakanpenjelmaan dari realitas tertinggi yangsecara terus menerus menjadi inspirasibagi perubahan. Karena itu realitasberkembang dan berubah dari waktuke waktu berdasarkan landasansemacam itu. Pandangan Hegel inikemudian untuk sebagiandikembangkan oleh Karl Marx dalampemikiran filsafatnya secara lebihtajam dan kokoh.

Menurut Marx dinamikaperubahan dalam masyarakatdigerakkan oleh faktor-faktor yangbersifat konfliktual, yang sepenuhnyadipicu oleh perebutan ekonomi.Bidang ekonomi merupakaninfrastruktur yang mempengaruhisuprastruktur lain dalam masyarakat,seperti: Politik, social, agama, hukum,

budaya dan sebagainya. Sejarahbergerak sepenuhnya berdasarkanprinsip-prinsip dialektik, yakni; tesa-antitesa-sintesa, dan seterusnyamenuju tahapan yang lebih maju. Jadidalam pandangan Marx maupunWeber realitas ini sesungguhnyabergerak dan berubah secara terusmenerus berdasarkan prinsip-prinsipdialektis. Hanya saja terdapatperbedaan di antara keduanya. Dalampemikiran Weber dialektika itubersifat idealisme bersumberkan dariide, sementara menurut Marxdialektika itu bersifat materialisme,yang bersumberkan dari aspek-aspekmaterial atau kebendaan (ekonomi).10

Pada gilirannya pandangan-pandangan Karl Marx berkembangdengan penafsiran-penafsiran yanglebih kontekstual dari berbagaipengikutnya, yang memberikanpengaruh besar bagiberlangsungnya perubahan-perubahan sejarah. Lebih dari itu,pandangannya mengandungdimensi analisis yang bersifatstruktural dalam sejarah sehinggamemberikan gambaran bahwasesungguhnya perubahan-perubahan itu berlaku secarakontekstual dan imperatif.

Pada sisi yang lain pengaruhmazhab dinamis atau gerak ini jugatercermin dalam pemikiran tokoh-tokoh sains, yakni para pencetus

10 Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx:

Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan

Revisionisme, Jakarta: Gramedia, 2001, hal.

135-158.

Jurnal Sejarah Lontar 28 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

lahirnya teori evolusioner sepertiLamarck (1744-1829), RobertMalthus (1766-1834) dankemudian yang terkenal adalahCharles Darwin (1808-1882). KaryaDarwin yang terkenal The Origin ofSpecies (1859) yang melahirkanteori evolusi menjadi buku suciyang dibaca secara luas sertamenimbulkan tanggapan dandiskusi para ahli hampir sepanjangmasa. Teori ini menjelaskanberlangsungnya perubahan-perubahan evolusioner bentuk fisikmanusia, dari tataran palingrendah yakni sejenis monyetsampai dengan manusia sempurnasekarang ini. Berlangsungnyaperubahan ini merupakan tahapan-tahapan dan proses gerak yangpanjang, sehingga sampai padatahapan akhir yang ada sekarangini.

Dengan pandangan semacam ituteori evolusi semakinmemantapkan posisi mazhabdinamis atau gerak dalam sejarah.Teori ini dikembangkan pula olehsejumlah ilmuwan lain di masasesudahnya seperti: Haeckel (1859-1919) dan juga oleh Huxley (1825-1895).11 Teori evolusi ini dalamperkembangannya bukan hanyamemberikan sumbangan pentingpada ilmu biologi saja tetapimemberikan pengaruh yang luaspada ilmu-ilmu sosial lainnya.

11 D.R. Oldroyd, Darwinian Impacts,

Kensington: New South Wales University

Press, 1983.

Sehingga untuk sebagianlingkungan ilmu-ilmu sosialmerasakan pengaruh Darwinianitu. Prinsip dan doktrinevolusionisme secara nyatamerefleksikan akan gerak nyatamenuju kemajuan.

Pola Gerak Sejarah dan TeoriGaris Lurus

Berdasarkan pemahamantentang teori gerak sejarah di atasmaka persoalan selanjutnya yang perlukita pahami adalah bagaimana prosesgerak perubahan sejarah ituberlangsung. Apakah berdasarkanpola-pola atau hukum tertentu atautidak. Berkaitan dengan hal ini dalamfilsafat sejarah ada dua pandangantentang pola gerak sejarah. Pertama,adalah pandangan yang berpendapatbahwa pola gerak sejarah sesuaidengan garis lurus (linear); sedangyang kedua, adalah pandangan yangmenyatakan bahwa pola gerak sejarahbersifat melingkar atau siklis(circular).

Masing-masing pandangantersebut memiliki pendapat yangberbeda-beda. Namun yang jelasmasing-masing pendapat memilikiargumen yang kuat, dengan berbagaikelebihan dan kekurangannya.Konsekwensi dari perbedaan-perbedaan semacam itu justrumelahirkan dinamika positif dalamdebat ilmiah, di mana masing-masingpandangan saling mengkritik danmelakukan koreksi-koreksi yang padagilirannya malah akan memperkayakhazanah bidang sejarah.

Menurut pandangan garis lurusatau linear, pola gerak dalam sejarahitu bersifat linear menuju ke arah

Jurnal Sejarah Lontar 29 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

tahapan yang lebih maju,meninggalkan tahapan sebelumnya.Dengan kata lain pola gerak sejarah itubersifat progress ke tahapan yanglebih tinggi. Pola gerak sejarahsemacam ini banyak dipengaruhi olehide kemajuan (progress) yang tumbuhsumbur pada masa renaisance abad15-16 yang melahirkan tokoh-tokohpembaru dan pelopor pengetahuan.Mereka seperti Jean Bodin (1530-1596) seorang filosof politik dannegarawan yang melahirkan sejumlahgagasan modern.

Bodin dengan keras mengecamsituasi dan tatanan politik masaRomawi dan melihat AbadPertengahan yang didominasi denganpandangan Kristen telahmenenggelamkan peradaban. Masa itudipandangnya sebagai erakemunduran sejarah, sehinggamenjadi tugas dan tanggungjawababad renasains untuk membalikkansituasi tersebut. Bodin melihat jamanrenaisans sebagai gerak kemajuanmenuju peradaban yang lebih ungguldari sebelumnya.12 Berdasarkanpengamatannya cita-cita menujukemajuan tidaklah dapat dibendungdengan cara apapun karena sudahmenjadi tabiat manusia untuk inginselalu menjadi lebih maju dan lebihbaik dari sebelumnya.

Pandangan ini sejajar denganilmuwan lain sesudah itu yakni,Francis Bacon (1651-1626), seorangtokoh empiris yang berhasilmenjungkirkan sejumlah asumsi-asumsi yang berkembang pada abadpertengahan. Bukunya yang terkenal,

12 R. Flint, R., History of the Philosophy of History,New York: Charles Scribner’s Sons, 1994.

The New Atlantis, menjadi salah satuvisi utopisnya tentang kemajuan.Baginya tanpa kemajuan tidak adakehidupan ini. Manusia dalampandangan Bacon memikul tugaspenting untuk menguasai apa yang adadi sekitarnya untuk kehidupan yanglebih baik. Oleh karena itu merekaharus dapat menghindarkan diri darikerangkeng doktrin agama yangmembelenggu yang terjadi di abadpertengahan. Dalam konteks ini Baconmengecam sikap agama Kristen yangmemusuhi ilmu pengetahuan padaAbad Pertengahan, sehinggamenggiring orang pada masa yanggelap.

Pandangan serupa jugadikemukakan ilmuwan-ilmuwan yanglain, mulai dari Descartes, Machiavelli,Hobbes, John Locke dan sebagainya.Berdasarkan pandangan-pandanganmereka gerak kemajuan merupakansesuatu yang identik dengan watakkemanusiaan yang ingin terbebas darisegenap belenggu, dan kejumudanmasa lalu. Gagasan pola gerak majusejarah ini semakin mantap denganlahirnya tokoh-tokoh di masapencerahan abad 17, yang sepenuhnyalebih memperoleh akar kuat dimasyarakat dan jauh meninggalkandoktrin-doktrin agama yang merekamusuhi. Para pemikir pada masa iniseperti:

Montesquieu (1689-1755), yakniseorang filosof negarawan Perancisyang terkenal yang melihat jamansebelumnya sebagai tidak beradab,brutal, gelap, dan penuh kesengsaraan.Hal itu berbeda dengan jamanpencerahan yang ia pandang sebagaijaman yang maju dan beradab yangdidambakan semua orang. Pemikir

Jurnal Sejarah Lontar 30 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

lain jaman itu adalah Voltaire (1694-1778) yang memandang jamanpencerahan sebagai jaman keemasan,di mana akal pikiran manusia dibuka,kebebasan individu dihargai, danorang tidak lagi terbelenggu olehmitos-mitos dan dogma agama.Menurut Voltaire akal pikiran manusiadapat menemukan kebenarannyasendiri tanpa agama, karena itu iamengecam dengan keras ajaran-ajaranagama yakni Kristen yang di masa laluikut mewariskan jaman yang gelap.Voltaire membagi sejarah yangdianggap merupakan jamanpencerahan menjadi beberapa jamanyakni: Jaman Yunani, Jaman Romawi,Jaman Renaisance, dan Jaman LouisXIV. Bagi dia jaman Louis XIVmerupakan puncak kemajuan yang iadapati dari sepanjang yang ada, karenapada jaman itulah manusiamemperoleh kemajuan-kemajuanpenting dalam segala bidang berkatakal pikirannya.

Ide gerak maju (progress) inikemudian berlanjut pada pemikir lainseperti J.G. Herder (1744-1803). Haltersebut tertuang dalam karyabesarnya Ideen zur Philosophie derMenschengeschichte (Gagasan FilsafatSejarah Manusia) yang terdiri dariempat jilid yang ditulis antara tahun1784-1791. Menurutnya, kehidupanmanusia erat kaitannya dengankeadaannya di alam dunia ini.Manusia merupakan organisme yangdidesain sedemikian rupa sebagaiupaya untuk mengembangkanorganisme yang lebih tinggi di dalamdirinya sendiri. Kehidupan akanbergerak secara evolutif menujuperbaikan dan kemajuan. Tidak adasesuatupun yang bersifat final di

dalam dirinya sendiri. Begitu puladengan manusia. Selama tujuan alamdi dalam penciptaan manusia adalahuntuk menciptakan manusia yangrasional, maka tabiat manusia akanberkembang secara terus menerusmewujudkan peradaban dan kemajuandi masa mendatang.

Kemudian juga Hegel (1770-1831), yang mengembangkan prinsipdialektika dalam gerak sejarahberdasarkan tesis, antitesis dansintesis. Prinsip ini secara jelasmengemukakan dinamika sejarah yangbersifat maju ke arah prosesperkembangan yang bersifat terusmenerus, yang digerakkan oleh ide.Filsafat idealisme Hegel memberikanlandasan penting bagi kewujudangerak sejarah yang maju. PemikiranKarl Marx sebagaimana dijelaskan diatas juga termasuk dalam kategori ini.Hanya saja pandangan sejarah Marxlebih bersifat deterministik, di manasejarah bergerak ke arah suatu titiktertentu yang pasti, yakni pembebasankelas tertindas dan terwujudnyamasyarakat tanpa kelas melaluimasyarakat komunis. Hal tersebutkata Marx merupakan historicalnecessity, yang tak terelakkan.

Pandangan gerak maju sejarahjuga muncul dalam pemikiran tokoh-tokoh lain di abad 19 seperti AugusteComte (1798-1857), yang merupakantokoh aliran positifistik yangmemandang kemajuan manusiamengikuti tiga tahap pemikiran yakni:Tahap teologis; tahap metafisik; dantahap positifistik. Pada tahap pertamadan kedua manusia masih belumterbebas dari pengaruh-pengaruheksternal yang mengungkung dirinya,sementara pada tahap yang ketiga

Jurnal Sejarah Lontar 31 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

mereka sudah dapat menghilangkandan membebaskan pengaruh-pengaruh itu dan bahkan dapatmenaklukkan alam lingkungannya.Pada tahap ketiga manusia mencapaieksistensi diri dan kemajuannya secarautuh berdasarkan rasio danpikirannya. Apa yang berkembangsekarang adalah akibat penting daritahap sebelumnya. Ia melihatkemajuan terjadi di setiap segi dan tatamasyarakat, termasuk fisik, etika,pikiran, dan politik. Kemajuantersebut berkaitan erat denganperkembangan ilmu pengetahuan13

(Aron 1968:73-143).

Tokoh lain adalah CharlesDarwin (1808-1882), yang melahirkanteori evolusi seperti dibahas di atas.Teori ini juga mempengaruhi terhadapbidang sosial, sehingga melahirkaninterpretasi-interpretasi berdasarkanorganisme biologis, yang terkenaldengan Darwinisme sosial.Pandangannya tentang gerak majusejarah dapat dipandang sebagai idebahwa sejarah itu bersifat linear.Pandangannya ini kemudiandiperluaskan lagi pengaruhnya olehHerbert Spencer (1820-1903), yangmengemukakan adanya teori empattahap dalam proses penggabunganmateri, yaitu: Tahap penggandaanatau pertambahan, tahapkompleksifikasi, tahap pembagian ataudiferensiasi, dan tahappengintegrasian. Menurutnyakehidupan masyarakat atau sebuahorganisme adalah perkara

pertumbuhan terus menerus secaraevolusioner dan peningkatandiferensiasi struktur, dari tahap-tahapyang sederhana ke yang lebihkompleks. Di samping itupertumbuhan masyarakat tidak hanyamenyebabkan diferensiasai dankemajuan saja, tetapi jugameningkatkan kepadatan dan integrasimenuju hubungan antar bagian secaraterus menerus. Pandangan Spencer inimeluas dalam ilmu-ilmu sosial,sehingga semakin memantapkan posisipandangan gerak kemajuan sejarah.14

Pola gerak sejarah yang bersifatlinear di atas menggambarkan bahwaperkembangan peradaban manusiadicapai melalui suatu tahapan-tahapanyang berlaku secara terus menerus,berdasarkan akumulasi proses yangpanjang sehingga mencapai titiktertentu dalam kemajuan. Padakenyataannya pola garis lurus dalamsejarah ini memandang perubahan-perubahan tersebut berlangsungsecara optimistik sebagai bagian darikeinginan manusia untuk mewujudkankesempurnaan hidupnya.Bagaimanapun juga dalam pandanganaliran pola gerak linear ini sejarahtidaklah berlangsung secara kebetulan,namun merupakan suatu usaha yangdisengaja, dengan ikhtiar diri yangmenjadi bagian dari sikap manusiasejak semula.

13 Raymond Aron, Main Currents in SociologicalThought I, New York: Anchor Books, 1968, hal.73-143.

14 Herbert Spencer, Principles of Sociology,

London: Macmillan, 1969.

Jurnal Sejarah Lontar 32 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

Teori Gerak Mundur dan TeoriPengulangan Abadi

Namun pandangan teori gerakmaju dalam sejarah tersebut ditentangoleh teori gerak mundur(regress/retrogress) atau teorikemunduran dalam sejarah. Menurutteori kemunduran sejarah inisesungguhnya bukanlah bergerakmaju, namun bergerak mundur.Meskipun dalam banyak hal secarafisikal dan material manusiamengalami pencapaian-pencapaianbesar namun secara kualitatifsesungguhnya mereka mengalamikemunduran hidup. Hal itu ditandaidengan munculnya berbagai macamgejala seperti; lemahnya moralitas,makin lunturnya kepercayaan padaagama, rendahnya solidaritas,meningkatnya kriminalitas,menurunnya mutu lingkungan, adanyapenyakit-penyakit sosial kehidupansebagai dampak teknologi dan lain-lain.

Dalam pandangan teori inikemajuan yang dicapai oleh manusiaini hanyalah bersifat kamuflase yangjustru membalikkan mereka padatantangan baru yang lebih hebat, yangmana hal tersebut sesungguhnyamerupakan gerak mundur dalamsejarah. Tokoh-tokoh dalam alirangerak mundur kebanyakan adalahkalangan ilmuwan humanis dan jugaagama yang lantang menyuarakankerusakan-kerusakan akibat dampakmodernitas, seperti: Goethe, GeorgeBernard Shaw, Betrand Russell, AlexisCarrel, Theodore Rotzak, GunnarMyrdal, Fritjof Capra, Franz Fanon.Bagi kalangan ini, modernitasmerupakan capaian kehidupan yangbesar, sekaligus nestapa bagi masa

depan kemanusiaan. Di tahun 1970-an, sebagian suara mereka munculdalam visi kelompok Club of Romayang menjelaskan tentang batas-bataspertumbuhan (the limits of growth)dalam pembangunan. Mereka melihatbahwa meskipun sains dan teknologitelah menciptakan peluang hidup dankemajuan baru bagi manusia, namunsecara bersamaan juga membawadampak-dampak destruktif dalamkehidupan.

Bagaimana manusia sekarangdapat hidup tenang di bawahkemampuan negara-negara besar yangsecara terus menerus menambahkemampuan nuklirnya, serta berbagaisenjata pemusnah massal lainnya.Mekipun manusia memilikikemampuan dalam menanggulangipenyakit, namun tidak mampumendeteksi secara sempurnamunculnya penyakit baru yang bersifatdegenaratif dan mematikan, sepertiAids, virus-virus mematikan yangtersebar lewat berbagai jenis hewandan lain-lain. Ini semua merupakanancaman terhadap kualitas hidup ditengah klaim bahwa manusia semakinmaju dan beradab. Peperangan dankonflik antar bangsa juga semakinmeningkat, serta berbagai macamtindak kekerasan yang bersifatinternasional yang melibatkanpemakaian senjata dan teknologimoderen.

Belum lagi problem sosiallainnya yang siap menjerumuskandunia ini pada kompleksitas yang sulitditangani, seperti: Makinbertambahnya penduduk,menurunnya kualitas lingkungan,berkurangnya air bersih, hilangnyahutan, tercemarnya laut, sehingga kita

Jurnal Sejarah Lontar 33 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

semua dikepung oleh ancaman-ancaman yang mematikan. Meskipunmereka tidak menyangkal adanyakemajuan-kemajuan material yangada, namun mereka dengan tegasmenyatakan bahwa manusia moderensecara spiritual telah hancur. Merekatelah kehilangan identitaskemanusiaannya. Peradaban modernyang dikepung oleh kemajuan industridengan segala fasilitas yang telahmenghampakan diri manusia-manusiapendukungnya yang tak lebih sebagairobot-robot bernyawa. Otokritik alirantersebut secara nyata menggambarkankebimbangan terhadap apa-apa yangdicapai sekarang ini.

Namun di samping dua teorigerak sejarah di atas masih ada satuteori lagi, yakni teori pengulanganabadi (eternal repetition). Teori inimenyatakan bahwa gerak sejarahtidaklah selalu maju atau mundur,tetapi kadang-kadang di tengah gerakmaju itu ada proses kemunduran.Proses tersebut bersifat selang seling,yakni di tengah kemajuan ada jugakemunduran. Posisi teori ini berdiri diantara teori gerak maju dan teori gerakmundur sejarah.15 Menurut mereka,hal tersebut sudah menjadi bagiankodrati alam, karena tidak ada sesuatuyang selamanya bersifat lurus sesuaidengan apa yang kita inginkan, tetapiada belokan-belokan kecil. Sejarahtidaklah bergerak secara unilinear,tergantung kondisi yang ada baik masamaupun tempat.

Ada masyarakat-masyarakat

yang lain mereka berubah dengancepat dan bergerak lebih maju,sementara masyarakat yang semulatidak. Dalam pandangan teori ini geraksejarah itu sesungguhnya bermacam-macam atau multilinear. Jadi berbedadengan dua pandangan sebelumnya,teori pengulangan abadi berdiri padaposisi moderat, di antara sikapoptimisme dan pesimisme.

Teori SiklusTeori yang lain adalah teori

siklus sejarah atau putaran sejarah(cyclical history). Menurut parapendukung aliran sejarahsesungguhnya bergerak secara siklis,yakni berputar secara bergantian darimasa ke masa. Tidak ada suatuperadaban yang terus di atas atauterus di bawah, tetapi suatu saatmereka akan di atas, pada lainkesempatan mereka akan di bawah.Sejarah ini merupakan bagian dariproses yang dipergilirkan. Teori inisangat menonjol terutama dalamtradisi masyarakat di Timur. Baik yangbersumber dari ajaran-ajaran agamamaupun tradisi.16

Tokoh-tokoh pendukung teoriini adalah: Ibnu Khaldun (1332-1406),yang terkenal dengan teori putaranbudaya, yang kemudian dikemukakanGiambattista Vico (1668-1744) danSpengler (1880-1936).17 Kemudianyang terkenal di abad 20 adalahArnold Toynbee (1889-1975) melaluikarya yang terkenal, A Study of

tertentu yang mengalami kemajuandengan cepat, sementara yang lainjustru sebaliknya. Namun, pada saat

15 Agnes A. Heller, A Theory of History, London:Routledge & Kegan Paul, 1982.

16 Grace E. Cairns, Philosophies of History:Meeting of East and West in Cycle-PatternTheories, Connecticut: Greenwood Press, 1962.

17 Effat Al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam,Bandung: Pustaka, 1986, hal. 73-74.

Jurnal Sejarah Lontar 34 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

History, yang berambisi menulissejarah secara universal dan membagiperadaban dunia menjadi 21 bagian. Iamenjelaskan bahwa peradaban itumuncul sebagai tanggapan atastantangan. Kemampuan dalammenghadapi tantangan inilah yangmenentukan maju mundurnya sebuahperadaban. Akibatnya ada peradaban-peradaban tertentu yang berhasil danada yang gagal, karena elan kreatifnyatak lagi berfungsi secara memadai.Tidak ada peradaban yang terusmenerus tumbuh tanpa batas.Kemunduran dan kehancuran adalahbiasa, namun tak terelakkan.

Teori ini juga tertanam dalamtradisi peradaban peradabanMesopotamia, Mesir Kuno, Hindu,China, Jawa, dan lain-lain.Dalamtradisi Hindu, ada doktrin tentangkalpa atau putaran besar, di manasetiap kalpa mengandung empat yugaatau jaman, yakni: Kritayuga,Tretayuga, Dvaparayuga, danKaliyuga. Dari segi jangka masanyasetiap putaran kalpa beredar selama12000 tahun ketuhanan (divine year).Oleh karena setahun ketuhananbersamaan dengan 360 tahunkemanusiaan, ini bermakna setiapkalpa beredar selama 4320000 tahunkemanusiaan. Peredaran ini akanberlaku terus menerus, sehinggasampai jaman pralaya ataukemusnahan alam.

Sementara itu dalam ajarantradisi Cina yang bersumber dari Taoterdapat konsep putaran kosmik yangbersifat dualisme yang dikenali sebagai“Yin Yang” yang muncul sekitar abadke-4 SM. “Yang” mewakli unsur positifdan lelaki seperti; langit, matahari danapi. Sedangkan “Yin” mewakili unsur

negatif atau perempuan seperti; Bumi,bulan dan air. Kehidupan yangharmonis dapat tercapai jika kita dapatmemadukan kedua unsur-unsur diatas secara seimbang.

Dalam budaya Jawa kitamengenal konsep tentang “cokromanggilingan” yakni roda bergerigiyang berputar, yang merupakansenjata dari dewa Khresna dalamcerita pewayangan. Hidup ini dalamperspektif Jawa digambarkan sepertiroda yang berputar. Ada kalanya suatuketika kita ada di puncak kejayaankehidupan, namun pada suatu waktukita akan pada posisi di bawah. Jadiseperti roda yang kadang di atas,kadang di bawah. Hakikatnya, tidakada yang abadi dalam kehidupan ini,semuanya berlangsung dalam prosesberganti-ganti. Oleh karena itu hidupini harus dijalani dengan sikapwaspada (waspodo), berhati-hati daningat pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Demikianlah pandangan teorisiklis sejarah yang melihat sejarah inisebagai proses yang berganti-gantiatau berputar mengikuti siklus-siklustertentu. Berdasarkan pandangansemacam itu dan berbagai pandanganyang ada sebelumnya terlihat denganjelas adanya berbagai macamperspektif yang dikemukakan masing-masing teori tentang pola pergerakansejarah. Masing-masing pandangandengan prinsip-prinsip yangdiyakininya memiliki argumenkebenaran sekaligus perbedaannyamasing-masing, sehingga kita bisamelihat kelebihan dan kekurangannya.Namun secara umum masing-masingteori yang ada memberikan gambaranyang jelas tentang bagaimanaberlakunya hukum sejarah itu.

Jurnal Sejarah Lontar 35 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

aktifitas perubahan sejarahberlangsung dalam suatu campur

PenutupSetelah membahas berbagai

macam pendapat tentang berlakunyagerak dan perubahan dalam sejarahmaka terlihat dengan jelaskompleksnya proses perubahan itu.Munculnya pendapat dan interpretasiyang berbeda di kalangan ahli filsafatsejarah tentang persoalan tersebutmenunjukkan betapa mendasarnyapersoalan ini dari sudut pandangsejarah. Seperti diketahui, perbedaan-perbedaan itu muncul dan melahirkanteori-teori yang secara dialektik salingmengkoreksi satu sama lain. Kitamelihat bagaimana berlakunyapendapat dan lahirnya teori-teoridalam kosmologi sejarah ini mulai dariZaman Yunani Kuno, Zaman Romawi,Zaman Renaisans, Zaman Pencerahansampai dengan Zaman Moderen danbahkan pasca moderen sekarang ini.

Namun yang patut dicatat dariserangkaian teori dan pandangan yangdikemukakan di atas adalah bahwainterpretasi terhadap gerak danperubahan sejarah tidaklah bersifattunggal, tetapi beragam. Pandangan-pandangan ini beserta teori-teori yangada semakin memantapkan dirinyasetelah jaman renaisans yang berhasilmembalikkan pandangan kosmologikuno menuju pandangan kosmologisejarah yang moderen yangberlandaskan rasio. Dengan demikian

tangan manusia secara penuh danbukan merupakan kreasi kekuataneksternal di luar sana. Pandanganrasional inilah yang kemudian menjadipijakan penting terhadap penafsiranatas gerak sejarah, yang melahirkan

pandangan-pandangan yangsepenuhnya bersifat sekuler danhumanistik.

Daftar Pustaka

Al-Sharqawi, Effat, Filsafat KebudayaanIslam, Bandung: Pustaka, 1986.

Aron, Raymond, Main Currents inSociological Thought I, New York:Anchor Books, 1968.

Bertens, K., Sejarah Filsafat Yunani:Dari Thales ke Aristoteles,Yogyakarta: Kanisius, 1975.

Breisach, Erns, Historiography: Ancient,Medieval and Modern, Chicago:The University of Chicago Press,1994.

Bury, J.B., The Idea of Progress, NewYork: Dover Publications, 1960.

Cairns, Grace E., Philosophies of History:Meeting of East and West in Cycle-Pattern Theories, Connecticut:Greenwood Press, 1962.

Craig, William L., The CosmologicalArgument from Plato to Leibniz,London & Basingstoke: TheMacmillan Press, 1980.

Durant, Will, The Story of Philosophy,New York: Pocket Books, 1961.

Evans, J.D.G., Aristotle’s Concept ofDialectic, Cambridge: CambridgeUniversity Press, 1977.

Flint, R., History of the Philosophy ofHistory, New York: CharlesScribner’s Sons, 1994.

Guthrie, W.K.C., The GreekPhilosophers, London & New York:Routledge, 1989.

Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani,Jakarta: Tintamas, 1986.

Jurnal Sejarah Lontar 36 Vol.9 No.1 januari-Juni 2012

Heller, Agnes A., A Theory of History,London: Routledge & Kegan Paul,1982.

Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, Terj.Soejono Soemargono, Yogyakarta:Tiara Wacana, 2004.

Oldroyd, D.R., Darwinian Impacts, Kensington:New South Wales University Press, 1983.

Russell, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Spencer, Herbert, Principles of Sociology,London: Macmillan, 1969.

Suseno, Franz Magnis, Pemikiran Karl Marx:Dari Sosialisme Utopis ke PerselisihanRevisionisme, Jakarta: Gramedia, 2001.

Veeger, K.J., Realitas Sosial, Jakarta: PT.Gramedia, 1985.