MAKALAH KEBUDAYAAN ISLAM
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of MAKALAH KEBUDAYAAN ISLAM
KEBUDAYAAN ISLAM
Disusun Oleh :
KELOMPOK: 9
1. AHMAD RHAMADAN (091110030)
2. ADI JAYA (09111003065)
3. CAHAYA SEPTIANA (0911103057)
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan inayah-Nya bagi kami melalui ilmu-Nya Yang Maha
Luas dan Tak Terkira sehingga kami bisa sedikit menuliskan
setetes dari lautan ilmu-Nya kedalam sebuah makalah sederhana
ini. Shalawat serta salam kami tujukan kepada suri teladan
kami, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman.
Makalah ini dibuat tidak dengan proses yang instant namun
memerlukan proses yang cukup panjang untuk menciptakan sebuah
makalah yang dapat membuat pembaca semakin mengenal, mengerti
dan memahami kebudayaan Islam yang bermula dari peradaban
sejarah islam menuju peradaban modern. Makalah ini terwujud
karena adanya gotong royong dan kerjasama dalam satu kelompok.
Sumber-sumber bacaan yang kami dapat kami pelajari dengan
baik agar tidak memberikan dampak yang negatif bagi pembaca.
Sumber-sumber itu kami dapat melalui buku-buku bacaan, hasil
pencarian dari internet dan juga hasil dari pemikiran kami
yang berdasarkan pada pengamatan kami. Dalam mencari sumber-
sumber tersebut kami banyak mengalami kesulitan, namun kami
bersyukur kesulitan-kesulitan yang kami hadapi tersebut dapat
kami selesaikan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada orang tua kami
dan sahabat-sahabat kami yang tidak pernah lelah memberikan
semangat dan dukungan yang tak tehingga selama ini, hingga
makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap
Allah SWT dapat memberikan balasan yang baik bagi mereka
semua, di dunia dan akhirat. Amin.
Akhirnya, kami berharap makalah ini menjadi kontributif
yang positif yang tidak ada hentinya. Tak henti untuk terus
dikoreksi, tak henti untuk melahirkan berbagai motivasi dan
inovasi serta tak henti untuk memberikan inspirasi kepada
orang lain untuk juga memberikan kontribusi yang jauh lebih
baik dari kami. Semoga.
Indralaya, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................
.....................................................i
DAFTAR ISI
..............................................................
......................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.........................................................
.................................................1
B. Rumusan Masalah
.........................................................
............................................2
C. Tujuan...................................................
.........................................................
...........2
D. Manfaat..................................................
.........................................................
..........2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebudayaan...............................................
.........................................................
.......3
1. Pengertian Kebudayaan
.......................................................
................................3
2. Unsur Kebudayaan
.......................................................
.......................................3
B. Kebudayaan Islam
.........................................................
............................................4
C. Perkembangan Kebudayaan Islam
.........................................................
...................10
D. Ciri-ciri Kebudayaan Islam
.........................................................
..............................11
BAB II PENUTUP
A. Simpulan.................................................
.........................................................
..........13
B. Saran
.........................................................
.........................................................
.......15
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................
.....................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Muhammaad telah meninggalkan warisan rohani yang agung,
yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan
dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus
demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh
dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa
lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa
yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang
benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan
menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang
telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan
itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi
terpisahkan.
Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-
metoda ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio, hal ini sama
seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita
sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada
pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun
hubungan antara ketentuan-ketentuan agama dengan dasar
kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah karena cara
pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu
pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu
pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu
ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat
ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan
iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda
sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia,
juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya
berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu
dengan yang lain sebenarnya prinsip sekali, yang sampai
menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain saling bertolak
belakang.Ajaran-ajaran islam yang diyakini oleh umat islam mengandung
nilai-nilai islam yang memiliki peran yang sangat penting didalam
mengembangkan kebudayaan islam. Disamping itu, ajaran-ajaran islam
juga dapat membumikan ajaran utama ( yang sebagai syariah) sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia. Manusia sering
dikatakan sebagai mahluk yang paling tinggi dibandingkan dengan
mahluk lainnya. Tingginya harkat dan martabat manusia karena manusia
mempunyai akal budi. Dengan adanya akal budilah, manusia mampu
menghasilkan kebudayaan yang cenderung membuat manusia menjadi lebih
baik dan lebih maju. Dengan kebudayaan tersebut manusia memperoleh
banyak kemudahan dan kesenangan hidup. Akal budi pun mampu
menciptakan dan melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
keseluruhan yang dihasilkan akal budi tersebut dapat dikelola untuk
menghasilkan produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia guna
menuju peradaban yang modern.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal
sebagai berikut
1. Apa pengertian kebudayaan ?
2. Apa kebudayaan islam itu ?
3. Bagaimana perkembangan budaya islam saat ini ?
C. TUJUAN
Setelah mendiskusikan tema ini, maka kita dapa memperoleh
beberapa tujuan sebagai berikut ;
1. Dapat mengetahui pengertian kebudayaan
2. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam
3. Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
4. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat
kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
D. MANFAAT
Dari tujuan di atas maka setealah mendiskusikan kita
dapat memperoleh mamfaat begitu besar seperti
1. Dapat mengetahui pengertian kebudayaan kemudian
memberitahukan informasi kepada orang lain
2. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam
pada masa kejayaan islam
3. Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
4. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat
kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBUDAYAAN
1. Pengertian Kebudayaan
Secara bahasa, kebudayaan berasal dari kata budaya.
Budaya berasal dari Sansekerta, yaitu bhuddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budi artinya : akal, tabiat, watak, akhlak, perangai,
kebaikan, daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah.
Sedangkan daya berarti kekuatan, tenaga, pengaruh, jalan,
cara, muslihat. Dalam bahasa Inggris kebudayyan disebut
culture, dari asal kata latin Colore, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa juga diartiak sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-
pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
2. Unsur-unsur kebuyaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4
unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi,
keluarga, kekuasaan politik .
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:
sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan lembaga-
lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik)
B. KEBUDAYAAN ISLAM
Secara umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu
hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia
adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir
manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan
tenaga lahir manusia. Maka hasil daripada gabungan inilah yang
dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir
ataupun yang batin walau dibidang apapun, dianggap kebudayaan.
Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya usaha tenaga lahir
manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan,
ekonomi, sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan
lainnya.
Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama
diluar Islam juga bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena
agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen (yang telah banyak
diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia.
Ia adalah ciptaan akal manusia.
Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan
sebab ia bukan hasil daripada pemikiran dan ciptaan manusia,
bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir) manusia. Agama Islam
adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam
itu kebudayaan maka dia telah melakukan satu kesalahan yang
besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah mengatakan satu
perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena
itu, hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli
kebudayaan pada masa ini menyuarakan dengan lantang bahwa
Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia adalah cara
hidup atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan
kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan
tenaga lahir manusia.
Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan
kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan
untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan
akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang kebudayaan,
sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia
daripada daya pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-
angan.
Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan
tetapi ia sangant mendorong (bahkan turut mengatur)
penganutnya berkebudayaan. Islam bukan kebudayaan tapi
mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan
dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul,
bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain-
lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu bukan
kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena
itu seluruh kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan
maka dengan kata-kata lain, Islam mendorong umatnya
berkemajuan.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua
aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam
ibadah yang asas yaitu sembahyang. Dalam Al-Qur'an ada
perintah :
Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu
daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan
perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya pemikiran
kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk
melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun
bersembahyanglah setelah mengkaji Sunnah Rasulullah yang
menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah :
Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan
padanya (An Najm: 3-4)
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris,
dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Jadi dalam kita
melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah
budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong
dari perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki
bersembahyang di tempat yang bersih. Jadi perlu tempat atau
bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis tetapi
bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu
kekhusyukan kita pada saat kita bersembahyang. Maka
terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran, memikirkan
perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau
ataupun mesjid. Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil
dari dorongan wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah
kemajuan, lahirlah kebudayaan.
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam
beribadah padahal ia didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah
sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi karena hendak
mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah
bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk
dan didalamnya umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf
yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan kebudayaan hasil
tuntutan wahyu.
Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam
masyarakat dalam Al-Qur'an ada perintah:
Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan
ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan
permusuhan (Al Maidah: 2)
Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak
mengamalkan tuntutan dan kehendak perintah maka terbentuklah
kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan bergaul serta bergotong
royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong
royong juga memberantas perkara dosa dan persengketaan
tentulah perlu menggunakan pikiran. Setelah dipikirakan untuk
bergotong royong di tengah-tengah masyarakat, tentulah kita
hendak melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka
terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat.
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:
Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)
Larangan itu datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu
bukannya kebudayaan karena ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi
apabila kita hendak mengamalkan tuntutan perintah ini maka
terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya
dalam perbuatan dan sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan
yang bisa membawa kepada zina akan kita pikirkan, dan fisik
kita segera mengelakkannya, seperti bergaul bebas antara
lelaki dan perempuan, pandang-memandang dan pembukaan aurat,
semuanya akan kita hindari. Dengan itu nanti akan lahirlah
budaya setelah dipikirkan dan dilaksanakan dalam bentuk sikap
dan perbuatan hasil daripada dorongan wahyu "janganlah kamu
dekati zina."
Seterusnya ada hadits yang berbunyi:
Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki
itu adalah di dalam perniagaan
Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW
yang hakikatnya daripada Allah juga, supaya umat Islam
berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan perahan tenaga
akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah
kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan. Labih kuat
penghayatan terhadap hadits ini, lebih banyaklah kebudayaan di
bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti umat Islam
akan semakin maju. Dalam perniagaan Allah melarang riba, tipu
daya, suap dan lan-lain. Ini adalah dasar-dasar kebudayaan
Islam dalam bidang perniagaan.
Satu hadits lain berbunyi:
Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu
dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat
pahala sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah
kebudayaan Islam di bidang pertanian. pikiran dan tenaga lahir
umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk mengusahakan,
memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian.
Hasilnya terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian.
jelaslah disini bahwa Islam bukanlah ajaran yang beku. Ia
menetapkan prinsip-prinsip asa dan mengatur beberapa peraturan
tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada kebebasan akal dan
tenaga manusia untuk membina kemajuan di bidang pertanian.
Rasulullah SAW bersabda:
Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara kedua-
duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak
mengetahuinya, siapa yang takut syubhat akan selamatlah agama dan
kehormatannya dan siapa yang terjebak di dlam syubhat dikhawatirkan terlibat
dengan yang haram. (Riwarat Bukhari dan muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang
artinya : hati ditempa oleh makanan minum
Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mengahsilkan barang makanan yang
bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan mesti diproses
secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah
melahirkan pabrik-pabrik yang memproses makanan secara Islam,
dimana penyediaan, pengemasan makanan dan penyimpanan makanan
yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh karena itu,
kebudayaan Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan
akan timbul dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun dengan
pesatnya. Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan
sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka
benar-benar menghayati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa
saja yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan
orang-orang selain mereka yang tidak kamu ketahui, sedangkan Allah
mengetahuinya (Al Anfal: 60)
Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung
daripada Allah supaya umat Islam membangun kekuatan
ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan
negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami
tuntutan ayat ini, mereka akan muncul sebagai satu kuasa yang
gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh musuh, karena
disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga mempunyai
kekuatan senjata.
Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan
senjata modern yang sophisticated dan modern. Dengannya umat
Islam akan dapat mempertahankan diri dan dapat menentang
setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan
kapitalis seperti yang terjadi hari ini. Tidak timbul soal
negara-negara yang terpaksa "minta sedekah" dan dapat
dipermainkan oleh negara-negara penjual senjata seperti apa
yang terjadi di Timur Tengah pada saat ini. Inilah keindahan
Islam bukan saja dapat mendorong manusia berkebudayaan dalam
bidang kemasyarakatan atau perniagaan, malah Islam telah
mendorong penganutnya mempunyai kebudayaan dalam bidang
ketentaraan.
Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam
ini, kalau dapat kita laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan
kemajuan dalam kehidupan kita. Jadi Islam itu mendorong orang
berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam apabila
difikir dan dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan
kemajuan. Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada dorongan
agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan.
Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan
tenaga lahirnya sehingga mencetuskan sesuatu yang tidak
ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil itulah yang
dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang
dipikirkannya adalah tulen, tidak mengambil dari mana-mana
pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa yang dicetuskannya itu
tidak meniru apa yang telah dibuat oleh orang lain, yaitu
segala-galanya betul dari apa-apa yang dihasilkan oleh bangsa
itu sendiri, ia bisa dikatakan kebudayaan bangsa itu.
Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat
sesuatu perkara yang sudah sedia dibuat atau dipikirkan orang
lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang berkebudayaan bangsa
lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah
dipikirkan oleh bangsa lain. Ini namanya bangsa yang
berkebudayaan bangsa lain bukan berkebudayaan sendiri.
Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang
terbuka seperti shirt, gaun dan sebagainya. Ini adalah orang
Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat). apa yang
dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang
lain yang diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam.
jadilah ia orang Islam yang berkebudayaan orang lain. Artinya
kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang
berkebudayaan Jepang.
Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah
dilakukan oleh masyarakat Islam sejak ratusan tahun dulu,
hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi dikaitkan
dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang
pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang
sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam
ajaran Islam yang membenarkan membuat patung? Itu sebenarnya
adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat
mesjid. Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol,
yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak mengikut cara
Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama
sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam
tetapi kebudayaan orang Islam. Begitu juga dengan pancutan air
untuk mengambil wudhuk yang keluar dari mulut singa atau rusa,
itu bukan daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang
Islam yang berkebudayaan orang lain.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang
dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk
pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan,
dan ia didorong oleh perintah wahyu yang tidak bertentangan
dengan apa juga yang ada dalam ajaran Islam . Itulah yang
benar-benar dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam.
Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia
bukan hasil ciptaan manusia. Walau bagaimanapun agama Islam
itu mendorong orang berkebudayaan. manakala agama-agama di
luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal,
khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.
C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah
hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah
dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan
yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat
bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat
manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan
yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran
dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini,
yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri
teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan
tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa
kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk
kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu
pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya
kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang
dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka - yang
baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -
mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu
belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah
mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi
kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia
yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia
ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan Pencipta
alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak
karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan
risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat
laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah
lampau, namun amanat Tuhan yang disampaikan Muhammad, masih
tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk itu
cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu
apa yang diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah
penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad sudah lalu,
tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa
dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya.
Sementara dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh
di dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam
pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan
kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad memang
sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih berganti.
Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya
masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka
kepada agama yang benar. Namun tiada seorang diantara mereka
itu yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat
manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan para
rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun
sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu
cerita yang dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa
yang sudah ada, serta menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk
dan rahmat bagi mereka yang beriman.
"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha
baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang
sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap
bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan kepada kami
beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya
Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan
sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat.
Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an,
2: 286)
D. CIRI-CIRI KEBUDAYAAN ISLAM
Ciri-ciri kebudayaan Islam antara lain ;
1. Bernafaskan tauhid, karena tauhidlah yang menjadi prinsip
pokok ajaran islam
2. Hasil buah pikiran dan pengolahannya dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan membahagiakan ummat. Sebab
Nabi Muhammad diutus sebagai rahmatan lilalamin.
Kedua ciri kebudayaan Islam di atas merupakan formulasi dari
dua kata dalam al-Qur’an yang senantiasa muncul secara
berurutan, Amannu dan ‘amilushalihaat Kebudayaan Islam mencermikan
adanya perpaduan antara moral yang merupakan pokok ajaran
Islam dengan dorongan pemakaian akal. Aspek pertama ditunjukan
oleh al-Qur’an melalui formulasi perlunya mengedepankan aspek
moral dalam beraktifitas, asepertinya ayat: ya ayyuhalladziina
amanuu anfiquu mimma razaqnaakum. Untuk yang terakhir dalam
al-Qur’an seperti : afalaa ya’qiluun, afalaa tatadabbaruun dan
sebagainya.
Struktur semacam ini merupakan perpaduan antara dua arus
besar kebudayaan yang pernah muncul sebelum kehadiran Islam.
Dua arus tersebut adala Mesir dan Yunani merupakan pusat
pengkajian logic filosofis.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang
seringkali bertumpang tindih, sehingga mengaburkan pamahaman
kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang menyatakan agama
merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang
menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini
seringkali membingungkan ketika kita harus meletakan agama
(Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.
Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan
gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu(i) . Koentjaraningrat juga
menyatakan bahwa terdapat unsur-unsur universal yang terdapat
dalam semua kebudayaan yaitu, sistem religi, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian
hidup, serta sistem teknologi dan peralatan(ii).
Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan
bagian dari kebudayaan. Dengan demikian, agama (menurut
pendapat di atas) merupakan gagasan dan karya manusia. Bahkan
lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-unsur
kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur
yang paling sukar untuk berubah.
Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi) berdasar
pandangan di atas, maka Islam merupakan hasil dari keseluruhan
gagasan dan karya manusia. Islam pun dapat pula berubah jika
bersentuhan dengan peradaban lain dalam sejarah. Islam lahir
dalam sebuah kebudayaan dan berkembang (berubah) dalam
sejarah. Islam merupakan produk kebudayaan. Islam tidaklah
datang dari langit, ia berproses dalam sejarah
Pandangan tersebut telah melahirkan pemahaman rancu
terhadap Islam. Pembongkaran terhadap sejarah Al-Qur’an,
justifikasi terhadap ide-ide sekulerisme, dan desakan untuk
‘berdamai’ menjadi Islam Inklusif, merupakan produk dari
kerancuan pemahaman tersebut.
Agama yang disebut dalam pandangan Kontjaraningrat di
atas tentu tidak dapat dinisbatkan kepada Islam. Pemaksaan
untuk memasukan Islam dalam teori tersebut akan menghasilkan
pemahaman yang rancu. Islam seharusnya diberi kesempatan untuk
menafsirkan dirinya sendiri. Islam pun harus berikan
keleluasaan untuk mendevinisikan kebudayaan.
Buya Hamka menyatakan bahwa kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa
itu sedia telah ada dalam jiwa manusia sendiri(iii). Hal itulah yang
universal dalam diri manusia, fitrah manusia. Manusia melihat
alam yang megah dan berbagai fenomena luar biasa, kemudian
mencoba untuk menjelaskannya.
Dari fitrah itulah menusia kemudian mencari tahu “siapa
yang Maha Kuasa?”. Pencarian manusia tersebut telah melahirkan
banyak paham dan pandangan yang kemudian dipercayai sebagai
agama. Agama-agama semacam ini bukanlah agama yang diturunkan
Allah Swt kepada para nabinya, tetapi agama yang berasal dari
akal budi dan gagasan manusia. Agama semacam inilah yang tepat
untuk dinisbatkan kepada teori Kuntjaraningrat di atas.
Hanya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Buya Hamka
menyatakan : Permulaan perjalanan dinamakan fitrah. Akhir dari
perjalanan dinamai Islam(iv). Yang dimaksud dengan kalimat
tersebut yaitu, bahwa fitrah manusia untuk mencari Yang Maha
Kuasa, akan tetapi manusia akhirnya menyerah karena akal tidak
cukup untuk memahaminya. Islam memberikan penjelasan apa yang
tidak bisa dijelaskan oleh akal. Itulah kenapa agama ini
dinamakan Islam.
…maka insaflah manusia akan kelemahan dirinya, dan insaf akan
ke-Maha Besarnya yang ada itu. Maka menyerahlah dia dengan
segala rela hati. Penyerahan yang demikian dalam bahasa Arab
dinamakan Islam(v).
Lebih jauh Syed Naquib Al-Attas menyatakan:
…Maka dengan pengertian faham agama yang bernisbah kepada
kebudayaan seperti yang biasa difahamkan dalam pengalaman
Kebudayaan Barat itu tiada pula dapat dikenakan kepada agama
Islam –berbeda dari yang lain yang sesungguhnya merupakan
keagamaan belaka, bukan hasil renungan atau teori, bukan hasil agung
dayacipta insan sebagaimana kebudayaan itu hasil usaha dan
dayaciptanya dalam tindakan menyesuaikan dirinya menghadapi
keadaan alam sekeliling. Islam adalah agama dalam erti kata
yang sebenarnya, iaitu agama yang ditanzilkan oleh Allah Yang
Mahasuci lagi Mahamurni dengan perantara wahyu menerusi
PesuruhNya yang Terpilih, dan dasar-dasar akidahnya dinyatakan
dalam Kitab Suci Al-Qur’anu’l-Karim, dan amalan-amalannya
dicarakan dalam Sunnah NabiNya yang Agung itu. Dipandang
sebagai suatu peristiwa sejarah pun maka Islam itulah yang
mengakibatkan timbulnya kebudayaan Islam, dan bukan sebaliknya:
bukanlah sesuatu kebudayaan itu yang mengakibatkan timbulnya
agama Islam(vi).
Sementara Prof. Dr. Amer Al-Roubai menyatakan: Di Barat, agama
adalah bagian dari kebudayaan, sedangkan di Islam, budaya
didefinisikan oleh agama, islam bukanlah hasil dari produk
budaya (seperti yang dituduhkan oleh Nasr Hamd Abu Zayd).
Islam justru membangun sebuah budaya, sebuah peradaban.
Peradaban yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi tersebut
dinamakan peradaban Islam. Peradaban Islam memiliki pandangan
hidup (worldview) yang berbeda dengan peradaban lain. Cara
pandang hidup yang berbeda inilah yang menghasilkan konsep-
konsep yang berbeda pula. Oleh karena itu, merupakan hak Islam
untuk menggunakan pandangan hidupnya (dalam bahasa Al-Attas:
ar-Ruyatul al Islam li al-wujud) untuk memahami setiap keberadaan,
termasuk kebudayaan.
B. SARAN
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk
meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun
dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang
berasal dari Islam pula.
Wallahu ‘alam bishawab
DAFTAR PUSTAKA
Mansoer, H. Hamdan dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama
Islam Di
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktorat Perguruan Tinggi
Agama Islam Departemen Agama RI.
Gazalba,Sidi. 1977. Pandangan Islam Tentang Kesenian, Jakarta: Bulan
Bintang,
Ilmu Budaya Dasar,
http://komunitas-nuun.blogspot.com/2007/02/islam-dan-
kebudayaan.html
Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal
ISLAMIA Thn I No 4, Januari –Maret 2005. hlm 21
Samantho, Ahmad Y. 2007. Iptek Dari Sudut Pandangan Dunia Islam. Bayt
al-Hikmah
Institute.
Soleh, A Khudori. 2007. Dinamika Perkembangan Islam: Sebuah
Pengantar. Malang :
Lembaga Kajian al-Qur’an dan Sains (LKQS) Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang.
Yahya, Harun. MENGAPA DARWINISME BERTENTANGAN DENGAN AL QUR’AN.
www.harunyahya.com