ISLAM DAN KEBUDAYAAN

31
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan. Manusia, agama dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan. Seperti hal nya pengaruh Islam dalam kebudayaan Indonesia. Islam dapat diterima oleh masyarakat Indonesia salah satunya adalah dalam penyebarannya dengan menggunakan pendekatan terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Contohnya wayang yang dijadikan media dakwah Islam oleh para wali di zamannya. Memang agama bukan budaya, tetapi kehidupan keagamaan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kebudayaan. Agama berisi aturan dan norma yang mengatur kehidupan dan kematian manusia sebagai makhluk individ dan social agar berperilaku baik dan bertujuan untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. [1]

Transcript of ISLAM DAN KEBUDAYAAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari

kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna

kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan,

sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala

manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan

demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama

lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan

dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan

menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak

manusia merusak kebudayaan.

Manusia, agama dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat

dalam kehidupan. Seperti hal nya pengaruh Islam dalam kebudayaan

Indonesia. Islam dapat diterima oleh masyarakat Indonesia salah

satunya adalah dalam penyebarannya dengan menggunakan pendekatan

terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Contohnya wayang yang

dijadikan media dakwah Islam oleh para wali di zamannya.

Memang agama bukan budaya, tetapi kehidupan keagamaan tidak

dapat dilepaskan dari kehidupan kebudayaan. Agama berisi aturan

dan norma yang mengatur kehidupan dan kematian manusia sebagai

makhluk individ dan social agar berperilaku baik dan bertujuan

untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.

[1]

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, unsur dan fungsi kebudayaan?

2. Jelaskan Islam dan kebudayaan Arab pra Islam!

3. Jelaskan Islam sebagai gejala budaya dan gejala social!

4. Jelaskan Islam sebagai wahyu dan produk sejarah!

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian, unsur dan

fungsi kebudayaan.

2. Mengetahui dan dapat menjelaskan Islam dan kebudayaan Arab

pra Islam.

3. Mengeahui dan dapat menjelaskan Islam sebagai gejala budaya

dan gejala social.

4. Mengetahui dan dapat menjelaskan Islam sebagai wahyu dan

produk sejarah.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian, Unsur dan Fungsi Kebudayaan

A. Pengertian Kebudayaan

Istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah

culture dari bahasa Inggris.Kata culture berasal dari bahasa

latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menunjuk

pada pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman

dan ternak. Upaya untuk mengola dan mengembangkan tanaman

dan tanah inilah yang selanjutnya dipahami sebagai culture.

[2]

Sementara itu, kata kebudayaan berasal dari bahasa

sansekerta, buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata

buddhi. Kata buddhi berarti budi dan akal. Kamus besar Bahasa

Indonesia mengartikan kebudayaan sebagai hasil kegiatan dan

penciptaan batin (akal budaya) manusia seperti kepercayaan,

kesenian, dan adat – istiadat.

Berikut akan dijelaskan beberapa pengertian Kebudayaan

yang dikemukakan oleh para ahli:

a. Prof.Dr.Koentjoroningrat (1985: 180): Kebudayaan adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik dari manusia dengan belajar.

b. Ki Hajar Dewantara: Kebudayaan berarti buah budi manusia

adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh

kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti

kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai

rintangan dan kesukaran didalam hidup dan

penghidupannya guna mencapai keselamatan dan

kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan

damai.

c. Edward B. Taylor: Kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat,

dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh

seseorang sebagai anggota masyarakat.

[3]

d. b.      M. Jacobs dan B.J. Stern: Kebudayaan mencakup

keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social,

ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang

kesemuanya merupakan warisan social.

B. Unsur Kebudayaan

Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-

unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok

kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut

adalah :

1. Kesenian.

2. Sistem teknologi dan peralatan.

3. Sistem organisasi masyarakat.

4. Bahasa.

5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi.

6. Sistem pengetahuan.

7. Sistem religi.

Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita

memang sudah mulai memudar, faktor dari budaya luar memang

sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita

ini. Contohnya saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat

antusias dan up to date untuk mengetahui juga mengikuti

perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya bukan

hanya orang-orang tua saja yang harus mengenalkan dan

melestarikan kebudayaan asli negara kita tetapi juga para

anak muda harus senang dan mencintai kebudayaan asli negara

[4]

sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur

budaya universal yaitu :

1. Kesenian 

Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga

memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis

mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.

2. Sistem teknologi dan peralatan

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan

barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi

kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup

yang lain.

3. Sistem organisasi masyarakat

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa

meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna

namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing

antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan

bersatu.

4. Bahasa

Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan

hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi

antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan

bahasa universal seperti bahasa Inggris.

5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan

barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi

[5]

kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup

yang lain.

6. Sistem pengetahuan

Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki

akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan

mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu

disampaikan agar yang lain juga mengerti.

7. Sistem religi

Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta

yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan

Maha Kuasa.

C. Fungsi Kebudayaan

Fungsi kebudayaan yaitu untuk mengatur manusia agar

dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat

untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan dengan

orang lain didalam menjalankan hidupnya. Kebudayaan

berfungsi sebagai:

1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok,

contohnya: norma. Normama adalah kebiasaan yang

dijadikan dasar bagi hubungan antara orang-orang

tersebut sehingga tingkah laku masing-masing bisa

diatur. Norma sifatnya tidak tertulis dan berasal dari

masyarakat. Makan apabilsa dilanggar, sangsinya berupa

semoohan dari masyarakat.

[6]

2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan

kehidupan lainnya, contoh: kesenian.

3. Melindungi diri kepada alam. Hasil karya masyarakat

melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang

mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi

masyarakat terhadap lingkungan alamnya.

4. Pembimbing kehidupan manusia.

5. Pembeda antar manusia dan binatang.

2.2. Islam dan Kebudayaan Arab pra Islam

A. Kehidupan Masyarakat Arab pra Islam

Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra islam dikenal

dengan sebutan zaman jahiliyah. Zaman jahiliyah adalah

zaman kebodohan atau kegelapan terhadap kebenaran. Tatanan

sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang kuat

senantiasa menindas yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran

tindak kejahatan dan masih banyak lagi pelanggaran-

pelanggaran yang terjadi pada masa itu. Kehidupan mereka

belum teratur seperti sekarang. Pada waktu itu kehidupan

mereka sangat keras, hidup bersuku-suku, dan suka

berperang. Masyarakat Arab kehilangan kendali, tidak ada

panutan yang dapat menuntun ke arah kebaikan, yang ada

hanyalah kehidupan jahiliyah. Perilaku masyarakat

senantiasa bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan dan

tidak ada yang menyembah Allah SWT.

Mereka tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa

dasar keimanam. Kaum wanita dipandang makhluk yang lemah

[7]

dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum pria. Bahkan

bila bayi lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup.

Mereka menyembah berhala dan kalau sudah jemu/bosan berhala

itu pun diperjual-belikan, menurut mereka sikap kejujuran

adalah merupakan suatu keanehan bagi mereka sedangkan

kemunafikan menjadi hal yang biasa, dan perzinaan, minum-

minuman keras,berfoya-foya merupakan suatu kesenangan bagi

orang-orang jahiliyah. Mencuri dan merampok merupakan

bagian dari kehidupan mereka. Bagi mereka yang penting

adalah hidup untuk makan, sekalipun harus megorbankan orang

lain. Peradaban mereka sendiri tidak berkembang dan hidup

dalam kebodohan. Keadaan semacam itu dapat diselamatkan

dengan lahir dan tumbuhnya agama islam di Jazirah Arab. 

B. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan Arab pra Islam

Dalam hal kepercayaan (Aqidah), bangsa Arab pra Islam

percaya kepada Allah sebagai pencipta. Mereka sudah

memahami keesaan Allah dan mengikuti agama yang menuhankan

Allah. Sebelum Nabi Muhammad Saw. diutus, mereka sudah

kerap kali kedatangan dakwah dari para nabi utusan Allah,

yang menyampaikan seruan agar menyembah kepada Tuhan Yang

Maha Esa semata-mata, jangan sampai mempersekutukan sesuatu

dengan-Nya.

Nabi-nabi utusan Allah yang datang dan berdakwah kepada

bangsa Arab diantaranya Nabi Nuh as diutus untuk kaum ‘Ad

dan Nabi Shaleh diutus untuk kaum Tsamud. Mereka tidak mau

menerima seruan para nabi Allah itu hingga diutusnya Nabi

[8]

Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Seruan Nabi Ibrahim dan Nabi

Ismail diterima baik di sekitar Jazirah Arab. Namun

beberapa puluh tahun kemudian, kesucian agama Nabi Ibrahim

dan Nabi Ismail diputarbalikkan, diubah, direka, ditambah,

dan dikurangi oleh para pengikutnya.

Menurut Munawar Chaili, yang dikutip oleh Maslani dan

Ratu Suntiah bangsa Arab percaya dan yakin bahwa tuhan itu

ada dan tuhan itu Maha Esa. Dia yang menciptakan segenap

makhluk, yang mengurus, yang mengatur, dan pemberi sesuatu

yang dihajatkan oleh segenap makhluk. Akan tetapi, dalam

menyembah (beribadah) kepadanya, mereka membuat atau

mengadakan berbagai perantara, dengan tujuan untuk

mendekatkan diri mereka kepada tuhan.

Sebagian bangsa Arab pra Islam adalah menyembah

berhala. Setiap kabilah memiliki patung sendiri, sehingga

ada 360 buah patung berada di dalam dan si sekeliling

Ka’bah ketika Nabi Muhammad Saw. melakukan Futuh Mekkah

pada tahun delapan hijriah. Empat patung yang terpenting di

Jazirah Arab pada masa itu adalah Hubal di Ka’bah, Latta di

Thaif, ‘Uzza di Hijaz, dan Manat di Yastrib. Menurut Jaih

Mubarok, mereka pada umumnya tidak percaya pada hari kiamat

dan tidak pula percaya kepada kebangkitan setelah kematian.

Walaupun sebagian besar bangsa Arab melakukan penyimpangan,

namun masih ada yang mempertahankan faham al-Hanifiyyah,

ajaran Nabi Ibrahim as. Dan Nabi Ismail as. (Q.S. Ali

[9]

Imran: 67), diantaranya ‘Umar ibn Nufai dan Zuhair ibn Abi

Salma.

Dalam rangka menghormati Ka’bah (kegiatan haji dan

umrah), ada larangan berperang pada bulan Zulqaidah,

Zulhijjah, Muharram (mengerjakan haji) dan Rajab

(mengerjakan umrah). Bulan-bulan itu dinamai Asyhuru’l Hurum

(bulan-bulan yang terlarang). Namun, penduduk padang pasir

sangat berat menghentikan peperangan selama tiga bulan

berturut-turut, karena perang sudah menjadi bagian dari

kegemaran (hobi) mereka, maka bulan Muharram (berperang)

ditukar dengan bulan Safar (dilarang berperang)yang dinamai

an-Nasi (pengunduran).

Mengenai kebudayaan, penduduk padang pasir (Ahl al-Badwi)

Jazirah Arab pra Islam hidup dalam budaya kesukuan Badui.

Akibat peperangan yang terus-menerus, kebudayaan mereka

tidak berkembang. Bila mereka bekerja, mencipta, dan

menegakkan suatu kebudayaan, datanglah orang lain memerangi

dan meruntuhkan. Sejarah mereka hanya dapat diketahui kira-

kira 150 tahun menjelang lahirnya islam. Itupun hanya dapat

diketahui melalui kitab-kitab suci, syair-syair atau

ceritera-ceritera yang diterima dari perawi-perawi karena

tidak ada bangunan yang dapat melukiskan sejarah mereka

ataupun tulisan-tulisan yang dapat menjelaskan sejarahnya

itu.

Berbeda dengan penduduk negeri (Ahl al-Hadhlar), mereka

telah berbudaya dan sejarahnya dapat diketahui 1200 tahun

[10]

SM. Menurut Badri Yatim, mereka selalu mengalami perubahan

sasuai dengan situasi dan kondisi yang mengitarinya. Mereka

mampu membuat alat-alat dari besi hingga mendirikan

kerajaan-kerajaan. Bendungan Ma’rib di kerajaan Saba Yaman,

istana Khawarnaq dan istana Sadir di kerajaan Hirah merupakan

bukti hasil kebudayaan mereka, di samping yang lain di

antaranya seperti mahir pengubah syair, sebagaimana

masyarakat Badui. Syair-syair itu biasanya dibacakan,

semacam pagelaran pembacaan syair di pasar-pasar syair

seperti Ukaz, Majinah, dan Zul Majaz.

Selain itu dalam bidang arsitektur, bangunan-bangunan

purba di kawasan Arab memiliki bangunan bercorak

megalitikum maupun mesolitikum. Ka’bah barangkali dapat

dimasukkan kedalam bangunan bercorak mesolitikum. Karena

berbentuk bangunan dengan batu-batu kasar yang dicampur

dengan lepa seadanya. Di Arab utara kota-kota petra dan

Palmyra, meskipun sudah tinggal puing-puing, masih

menunjukkan hal itu. Demikian juga yang terdapat di Arab

selatan, bahkan bekas-bekas bendungan dimasa ratu

Saba’(ratu Bilqist istri Nabi Sulaiman a.s.) di abad V SM.

Bisa disaksikan keunggulan arsitektur bangsa Arab masa

lalu.

Jazirah Arab terletak pada jalur perdagangan antara

Syam dan Tiongkok (Cina). Kota-kota mereka masih menjadi

kota-kota perniagaan sampai kehadiran Nabi Muhammad Saw.

Bernad Lewis mengungkapkan bahwa sejak zaman dahulu kala,

[11]

Negeri Arab telah tumbuh menjadi daerah transit antara

negari-negeri di Laut Merah dan Timur Jauh, dan sejarahnya

berkembang semakin meluas disebabkan oleh kesibukan lalu

lintas antara Timur dan Barat. Komunikasi ke dalam dan ke

luar Jazirah Arab didukung oleh bentuk geografisnya,

melewati jalur-jalur tertentu yang terencana dengan baik.

Yang pertama dari jalur-jalur itu ialah jalan raya Hijaz,

mulai dari pelabuhan-pelabuhan laut dan pos-pos perbatasan

Palestina dan Transyordania, menelusur bagian tengah

pantai-pantai Laut Merah terus menuju ke Yaman. Jalan

inilah yang dari masa ke masa ramai oleh daratan kafilah,

antara kerajaan Alexandria dan pengganti-penggantinya di

Timur dekat dengan negeri-negeri Asia Jauh. Di daerah itu

pulalah terletak jalan kereta api Hijaz.

Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang

Arab di masa jahiliyah sangat dikenal dengan bisnis dan

perdagangannya. Perdagangan menjadi darah daging orang-

orang Quraisy.

Firman Allah SWT

karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian

pada musim dingin dan musim panas. (Q.S. Quraisy :1-2).

Tafsir ayat,

[12]

“Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama

untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke

negeri Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu

mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa

dari negeri-negeri yang dilaluinya. ini adalah suatu

nikmat yang Amat besar dari Tuhan mereka. oleh karena itu

sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah memberikan

nikmat itu kepada mereka”.

Jalan kedua melewati Wadi’d Dawasir, mulai dari

penghujung timur-laut Yaman ke pusat negeri Arab, yang

menghubungkannya dengan jalur-jalur lain, yaitu Wadi’s

Rumma, ke selatan Mesopotamia. Jalur tersebut adalah

penghubung (medium) yang utama pada masa dulu, antara

Yaman dengan kebudayaan-kebudayaan Asyiria dan Babilonia.

Akhirnya Wadi’s Sirhan yang mengkaitkan Arab tengah dengan

tenggara Syiria via oasisi Jawf.

C. Hukum yang Berlaku di Arab pra Islam

Sebelum datang istilah yang dikenal untuk sebutan hukum

orang Arab, yaitu hukum jahiliyah. Jahiliyah secara bahasa

artinya: kebodohan, kejam, marah atau berlebihan dalam

menilai sesuatu. Pengertian sesuai dengan keadaan bangsa

Arab sebelum Islam datang di mana fatrah (kevakuman) antara

Nabi Isa as kepada Nabi Muhammad saw. Ketika itu sering

terjadi perlakuan kejam, perbuatan yang berlebihan, seperti

[13]

sikap congkak, pemujaan berhala, peperangan antar suku

karena persoalan sepele, mengubur bayi perempuan hudup-

hidup dan sebagainya.

Hamka berpendapat, hukum jahiliyah juga diistilahkan

sekarang dengan hukum rimba, yaitu menegakkan yang salah

dan mengalahkan yang benar. Hukum bukan berdasarkan kepada

kedilan, tetapi kepada kekuatan. Siapa yang kuat dialah

yang dimenangkan meskipun dipihak yang salah. Yang lemah

dikalahkan meskipun berada di pihak benar. Hukum jahilliyah

dalam prakteknya sangat dipengaruhi oleh kedudukan. Orang

Yahudi mau masuk Islam jika mereka dimenangkan. Di zaman

jahiliyah sangatlah tepat kalau praktek hukumnya dikatakan

memakai hukum rimba, sebab tidak ada perlindungan dari yang

kuat terhadap yang lemah. Hal ini mengakibatkan seringnya

perang antar suku.

Berikut ini kita akan melihat praktek hukum yang

lainnya yang disebut di atas yang dilakukan oleh orang

jahiliyah sebelum Islam. Dan semua hukum  tersebut direform

oleh Islam menjadi hukum yang Islami :

1. Dalam Perkawinan

Sebelum Islam datang orang-orang Arab melakukan

praktek hubungan sex dengan cara binatang yang

menjijikan. Pada zaman jahiliyah telah dikenal beberapa

praktek perkawinan yang merupakan warisan turun-temurun

dari perkawinan Romawi dan Persia. Pertama, perkawinan

pacaran (khidn), yaitu berupa pergaulan bebas pria dan

[14]

wanita sebelum perkawinan yang resmi dilangsungkan yang

tujuannya untuk mengetahui kepribadian masing-masing

pasangan. Kedua, nikah (badl), yaitu seorang suami minta

kepada laki-laki lain untuk saling menukar istrinya.

Ketiga, nikah (istibdha), yaitu seorang suami minta kepada

laki-laki kaya, bangsawan atau yang pandai agar

bersedia mengumpuli istrinya yang dalam keadaan suci

sampai hamil. Setelah itu baru si suami mengumpulinya.

Keempat, nikah (raht-turunan), yaitu seorang wanita

dikumpuli oleh beberapa pria sampai hamil. Ketika

anaknya lahir, lalu wanita itu menunjuk salah satu pria

yang telah mengumpulinya untuk mengakui bayi yang telah

dilahirkannya sebagai anaknya. Nikah ini sama dengan

nikah baghaaya (menikahi para pelacur).

Islam datang menghapus semua bentuk pernikahan di

atas. Karena dipandang tidak sejalan dengan naluri dan

kehormatan laki-laki dan prempuan dalam Islam serta

dapat dikatakan cara binatang yang tidak mengenal

aturan.

2. Dalam Hal Riba

Riba nasiah (jahiliyah) ini terjadi dalam hutang

piutang. Kenapa disebut juga riba jahiliyah, sebab

masyarakat Arab sebelum Islam telah dikenal melakukan

suatu kebiasaan membebankan tambahan pembayaran atau

semua jenis pinjaman yang dikenal dengan sebutan riba.

Juga disebut dengan riba jali atau qat’i, sebab jelas dan

[15]

pasti diharamkannya oleh Alquran. Praktek riba nasiah

ini pernah dipraktekkan oleh kaum Thaqif yang biasa

meminjamkan uang kepada Bani Mughirah. Setelah waktu

pembayaran tiba, kaum Mughirah berjanji akan membayar

lebih banyak apabila mereka diberi tenggang waktu 

pembayaran. Sebagian tokoh sahabat nabi, seperti paman

Nabi, Abbas dan Khalid bin Walid, pernah

mempraktekkannya, sehingga turun ayat yang

mengharamkannya. Ayat pengharaman riba ini membuat

heran orang musyrik terhadap larangan riba, karena

telah menganggap jual beli itu sama dengan riba.

3. Dalam hal Anak Angkat

Sebelum Islam datang, orang-orang Arab Jahiliyah

telah mempraktekkan mengangkat anak. Namun praktek

pengangkatan anak ketika itu merupakan sebuah budaya

yang jauh dari norma-norma Islam. Orang Jahiliyah

mengangkat anak dengan menjadikannya sebagai anak

sendiri, menghilangkan nasab aslinya dan menggantikan

nasabnya kepada dirinya (Bapak Asuh). Dengan demikian

tidak ada batasan pergaulan atara anak angkatnya yang

laki-laki dengan anak asli perempuannya. Orang

jahiliyah menyamakan hak anak angkat dengan anak

aslinya dalam hal warisan dan mengharamkan kawain

dengan anak perempuan aslinya atau dengan istrinya jika

ia sudah mati. Budaya seperti ini, sebelum Islam datang

sudah kebiasaan yang ramai dilakukan oleh orang-orang

[16]

jahiliyah. Sampai-sampai sebelum ada hukum yang

ditegaskan oleh Islam Nabi Muhammad saw pernah

mengangkat Zaid bin Haritssah. Maka ketika itu orang-

orang jahiliyah memanggilnya Zaid dengan Zaid bin

Muhammad, ketika itulah Allah swt memerintahkan kepada

Nabi untuk menerapkan hukum Islam yang baru dan

menghilangkan kebiasaan mengangkat anak pada zaman

jahiliyah yang menisbatkan nasab kepada bapak

angkatnya.

4. Dalam hal Warisan

Warisan dalam zaman jahiliyah tidak memiliki

aturan. Anak yang paling dewasa pada zaman Jahiliyah.

Adakalanya harta warisan diwasiatkan kepada orang yang

dikehendaki. Anak perempaun tidak mendapatkan bagian

sedikit pun dari harta warisan. Maka turunlah ayat yang

mengharuskan wasiat yang dilakukan oleh orangtua atau

kerabat tanpa membatasi orang yang diwasiatkan. Setelah

itu turunlah ayat tentang warisan yang menetapkan

pembagian harta warisan secara adil, yaitu ayat yang

berbunyi “Bagi perempuan ada bagian harta pusaka…” Dan

saudara dari pihak ibu juga mendapat warisan

sebagaimana pihak dari ayah meskipun kerabat lebih

besar. (Zahra, h. 188).

5. Tentang Haji

Orang Arab sebelum Islam datang merekapun

melakukan ibadah haji sebagai warisan Nabi Ibrahim dan

[17]

Ismail. Akan tetapi mereka merubah cara haji yang

pernah dipraktekkan oleh Nabi Ibrahim dan putranya.

Mereka menyekutukan Allah dengan berhala dan patung-

patung dan mereka letakkan patung itu di sekitar Ka’bah

dan di atara Safa dan Marwah. Mereka mendekatkan diri

kepada Allah melalui berhala. Mereka juga merubah

syair-syair haji. Mereka menyebut nama selain nama

Allah swt.

6. Tentang Qisas

Dalam tradisi jahiliyah hulum qisas ditentukan

oleh adat. Anggota semua suku bertanggung jawab atas

penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang yang berasal

dari suku lain. Seandainya ada satu orang suku tertentu

dianiaya oleh seseorang yang berasal dari suku lain

maka belasannya tidak cukup menghukum kepada pelaku

penganiaya sesuai dengan pelanggarannya. Tapi orang

lain yang termasuk dari suku yang menganiaya juga

mendapatkan resikonya. Akibatnya terjadilah peperangan

dua kabilah (kabilah dari pihak penganiaya dan yang

teraniaya) gara-gara penganiayaan yang hanya dilakukan

secara perorangan. Maka Islam datang menghapus tradisi

ini dengan tradisi yang memenuhi keadilan bahwa qisas

(hukum balasan) hanya dikenakan kepada pelaku

penganiayaan (kriminal saja) sedangkan orang lain yang

tidak melakukan penganiayaan mereka teelindungi dari

penganiayaan.

[18]

2.3. Islam sebagai Gejala Budaya dan Gejala Sosial

1. Agama Sebagai Gejala Budaya

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan

keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat

seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut selo

soemardjan dan soelaiman soemardi, kebudayaan adalah sarana

hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas dapat diperoleh

pengertian, yaitu kebudayan adalah suatu hasil dari sebuah

pemikiran dan sikap manusia secara lahir, yaitu gabungan

dari fikiran dan tenaga lahir manusia. Maksudnya, apa yang

difikirkan oleh manusia kemudian diaktualisasikan dalam

kegiatan sehari-hari dan dijadikan sebagai kebiasaan, hal

yang lumrah dan bisa dikategorikan sebagai suatu hal yang

wajib bagi setiap kelompok atau wilayah tertentu.

Dan islam bukanlah sebuah kebudayaan, salah jika

seseorang berpendapat bahwa islam adalah sebuah kebudayaan.

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa kebudayaan adalah

hasil dari pemikiran manusia. Sedangkan islam merupakan

wahyu dari Allah untuk umat manusia, bukan hasil pemikiran

manusia atau bahkan hasil pemikiran rasul.

Jadi, agama selain islam merupakan sebuah kebudayaan.

Dikarenakan agama selain islam didunia, adalah hasil

[19]

pemikiran dan atau perubahan-perubahan yang sangat mencolok.

Seperti hindu, budha yang merupakan agama kebudayaan, dan

yahudi dan nasrani yang juga merupakan agama yang telah

direvisi sehingga menjadi agama kebudayaan.

Akan tetapi, islam adalah agama yang mendorong umatnya

untuk berkebudayaan. Karena tutunan islam dalam al-qur’an,

maka manusia yang menjalankan tuntunan tersebutlah akan

terdorong untuk berkebudayaan. Misalnya, islam atau al-

qur’an memerintahkan untuk mendirikan shalat “dirikanlah

sembahyang”, karena perintah shalat dikehendaki ditempat

yang bersih, bersih dari najis dan dari pandangan yang dapat

mengganggu kekhusyuan shalat. Maka manusia berfikir untuk

membangun tempat-tempat yang nyaman dan bersih, oleh karena

itu terciptalah bangunan-bangunan mesjid yang beraneka ragam

bentuk dan arsitektur yang berbeda dari setiap wilayah dan

negara. Itulah mengapa islam disebut sebagai wahyu akan

tetapi mendorong manusia untuk berkebudayaan. Dan dari segi

itulah maka berbagai bentuk alat-alat beribadah dan sarana-

sarana dalam islam bisa dikatakan sebagai gejala budaya.

2. Agama Sebagai Gejala Sosial

Mengenai agama sebagai gejala sosial, pada dasarnya bertumpu

pada sosiologi agama. Pada zaman dahulu, sosiologi agama

mempelajari hubungan timbal-balik antar agama dan masyarakat.

Artinya, masyarakat mempengaruhi agama dan agama mempengaruhi

masyarakat. Para ahli sosiologi agama, mulai mempelajari bukan

[20]

hanya pada soal hubungan timbal-balik saja, melainkan lebih

kepada pengaruh agama terhadap perilaku atau tingkah laku

masyarakat, artinya bagaimana agama sebagai sistem nilai dapat

mempengaruhi tingkah laku masayarakat dan bagaimana pengaruh

masyarakat terhadap pemikiuran-pemikiran keagamaan. Lahirnya

teologi Khawarij, Syiah dan Ahli Sunnah wal Jamaah sebagai produk

atau hasil pertikaian politik dan bukan poroduk teologi.

Tauhidnya sama, satu dan asli, tetapi anggapan bahwa Ali sebagai

imam adalah produk perbedaan pandangan politik. Maka dapat

dikatakan, bahwa pergeseran perkembangan pemikiran masyarakat

dapat mempengaruhi pemikiran teologi atau keagamaan.

Saat sekarang ini, mungkin kita dapat meneliti bagaimana

perkembangan pemikiran keagamaan masyarakat Indonesia terhadap

krisis sosial yang meluas yang dapat disaksikan dalam berbagai

bentuk, misalnya; budaya korupsi dan nepotisme sebagai budaya,

lenyapnya kesabaran sosial [social temper] dalam menghadapi

realitas kehidupan yang semakin sulit sehingga mudah mengamuk dan

melakukan berbagai tindakan kekerasan dan anarki; merosotnya

penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum, etika, moral, dan

kesantunan sosial; semakin meluasnya penyebaran narkotika dan

penyakit-penyakit sosial lainnya. Berlanjutnya konflik dan

kekerasan yang bersumber—atau sedikitnya bernuansa politis, etnis

dan agama seperti terjadi di berbagai wilayah Aceh, Kalimantan

Barat dan Tengah, Maluku Sulawesi Tengah, dan lain-lain.

Contoh lain, dan ini sekaligus menjadi tantangan bagi para

pemeluk agama adalah munculnya program tayangan stasiun televisi

[21]

yang mengusung unsur-usnsur mistik yang dikemas sebagai suatu

tontonan yang menarik, penggunaan ayat-ayat Qur’an untuk mengusir

setan yang ditayangkan melalui program siaran televisi, pameran

busana mewah dengan memperlihatkan bagian tubuh [aurat] yang

seharusnya ditutup rapat dan tidak ditontonkan, munculnya kiai

yang salat dengan menggunakan bahasa Indonesia, kiai yang

menganggap sah menggauli para santrinya, para intelektual Islam

para era reformasi, globalisasi dan internet mulai berbicara

”tauhid sosial” dan ”kesalehan sosial”, bagaimana bentuk dan

karakteristik tauhid sosial dan kesalehan sosial, mucul ”tokoh

muslimah Amerika” yang memimpin salat jum’at, itu semua dapat

menjadi fenomena atau gejala sosial keagamaan dan menjadi sasaran

penenlitian agama.

Persoalan lain adalah interaksi antar pemeluk suatu agama

dan antar pemeluk suatu agama dengan pemeluk agama lainnya,

kurukunan antar umat beragama, ”interaksi antara orang-orang

Islam ada yang menggunakan norma-norma Islam, tetapi ada juga

yang tidak menggunakannya. Maka, pengamatan terhadap apakah

mereka menggunakan norma-norma Islam atau tidak, termasuk

penelitian ke-Islaman. Demikian juga pengamatan terhadap para

pemeluk Islam dalam interaksinya dengan pemeluk agama lain.

Bagaimana karakteristik interaksi itu, bagaimana mereka memahami

dan mengeskpresikan nilai-nilai Islam dalam interaksi antara

pemeluk agama-agama yang berbeda, itu semua dapat menjadi sasaran

penelitian agama”. [M.Atho Mudzhar, 1998:18]. Perubahan-perubahan

dramatis yang menempa hubungan antara "Barat" dan dunia Islam

[22]

sebagai akibat dari peristiwa terorisme internasional, perang

Iraq-Amerika, tuduhan Barat terhadap tokoh-tokoh muslim radikal

sebagai pemimpin terorisme, secara alami juga membawa dampak pada

pengajaran dan riset yang terkait dengan studi Islam.

Dari pandangan tentang agama sebagai gejala budaya dan

sebagai gejala sosial, elemen-elemen yang harus diketahui

dalam Islam adalah persoalan teologi, komsmologi, dan antropologi yang

tentu menyangkut dengan persoalan sosial kemanusian dan

budaya. Agama Islam merupakan suatu agama yang membentuk suatu

masyarakat dan berperadaban. Maka pendekatan yang digunakan

dalam memahami Islam, menurut Mukti Ali adalah metode

filosofis, karena mengkaji hubungan manusia dan Tuhan yang

dibahas dalam filsafat. Dalam arti pemikiran “metafisik” yang umum

dan bebas. Selain itu metode-metode ilmu manusia juga perlu

digunakan, karena dalam agama Islam masalah kehidupan manusia

di bumi ini dibahas. Metode lain, yaitu metode sejarah dan

sosiologi yang Islam juga merupakan agama yang membentuk suatu

masyarakat dan peradaban serta mengatur hubungan manusia

dengan manusia.

2.4. Islam sebagai Wahyu dan Produk Sejarah

1. Islam sebagai Wahyu

Beriman kepada Nabi Muhammad merupakan salah satu rukun

islam dan rukun iman. Seseorang tidak dapat dikatakan

sebagai mukmin dan muslim jika ia tidak mengimani akan

kenabian Nabi Muhammad dan tidak mengucapkan dua kalimat

[23]

syahadat. Dalam kitab hadits Al-arba’in Al-Nawawiyah

karangan Imam Nawawi, menyebutkan definisi islam, yaitu,

“islam adalah bahwasannya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan

selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau

menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum ramadhan dan

menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika engkau berkemampuan

melaksanakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beriman kepada nabi merupakan kunci kemukminan seorang

muslim terhadap seluruh keimanan yang lain. karena Allah

menurunkan wahyu-wahyunya melalui para utusannya, seperti

Al-Qur’an yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW. Manusia

diperintahkan untuk beribadah dan hanya menyembah Allah SWT.

Dan melalui Nabi Muhammad lah, kita dituntun beribadah dan

bagaimana cara menyembah Allah dengan aturan yang telah

ditentukan.

Islam merupakan satu-satunya agama samawi yang masih

dan akan terus diridhoi oleh Allah SWT. Dikatakan demikian

karena, agama samawi atau agama yang diwahyukan Allah SWT

yang lain telah dilakukan perubahan-perubahan oleh para

penganutnya yaitu, Yahudi dan Nashrani. Islam juga merupakan

agama yang namanya diberikan langsung oleh Allah SWT dalam

wahyunya. Seperti yang disebutkan dalam qur’an surat 5 ayat

3 :

“pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu, dan aku

cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.”

[24]

Beberapa indikasi mengapa islam dikatakan sebagai satu-

satunya agama yang diturunkan Allah atau satu-satunya agama

wahyu, yaitu karena islam menjaga kontinuitas wahyu dari

nabi Adam as. Sampai nabi Muhammad SAW, juga beberapa

diantaranya adalah :

  Diantara agama-agama yang lain, hanya islam lah yang

namanya diberikan langsung oleh Allah dan tertulis dalam

kitab sucinya. Tidak seperti agama Yahudi (Judaisme),

Hindu (Hinduisme), Budha (Budhaisme) dll. Allah Bersabda

dalam Qur’an Surat 3 ayat 19 :

“Sesungguhnya agama yang diridoi oleh Allah adalah Islam.”

  Walaupun nama tuhan dalam islam sama dengan kaum

kristen Arab, namun itu hanya sama dalam penulisan

semata. Sudah jelas bahwa nama Tuhan Islam “Allah” adalah

satu-satunya Dzat Maha Kuasa yang tiada beranak dan

diperanakan. Sedangkan nama Tuhan kristen Arab “Allah”

hanyalah salah satu dari sebagian Tuhan mereka yang ada

puluhan bahkan ribuan Tuhan.

  Bagi kaum Pluralisme islam dengan agama lainya adalah

sama. Mereka menganggap bahwa setiap agama sama benar,

karena menuju satu tujuan yaitu satu Tuhan namun dengan

cara yang berbeda-beda. Namun MUI mengharamkan faham

pluralisme tersebut. Walaupun Amin Abdullah menyebutkan

dalam bukunya (Studi Agama : Normatifitas atau

[25]

Historisitas) bahwa menyambut baik terhadap sikap

pluralitas tersebut. Karena dalam Al-Qur’an sendiri telah

menyebutkan dalam Qur’an Surat 109 :

"Katakan, hai orang-orang kafir!

Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

Dan aku tidak pernah menjadi peyembah apa yang kamu sembah.

Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku."

Surat tersebut menyatakan bahwa apa yang dituju dan

disembah oleh islam dan agama lain sangatlah berbeda, maka

faham kaum pluralis tersebut salah. Lagi pula, kaum pluralis

tidak secara nyata menjalakan fahamnya dalam kehidupan

sehari-hari, yakni mereka meyakini bahwa faham yang mereka

[26]

yakini benar dan agama lain yang menyatakan agama benar

sendiri-sendiri adalah salah.

2. Islam sebagai Produk Sejarah

Ada beberapa bagian islam yang merupakan produk

sejarah. Seperti diantaranya, hijrahnya nabi dan pengikutnya

ke Madinah. Hal tersebut merupakan sebuah pergerakan yang

menjadikan sebagai negara dimana sejarah terjadi didalamnya.

Dengan islam sebagai pegangan hidup maka islam telah

memanusiakan manusia dan memasyarakatkan mereka. Secara

perlahan nabi menjadikan masyarakat tersebut menjadi

menegara dan secara perlahan pula nabi membangun sarana

infrastruktur sebagai sebuah simbol atas keislaman

pengikutnya.

Contoh lainya adalah piagam Madinah, dimana produk

sejarah kembali terjadi, nabi memberikan ikatan yang sangat

kuat dan solid bukan atas kesukuan atau golongan akan tetapi

atas dasar keimanan yang sama dan tentu lebih erat

hubungannya dari sekedar kesukuan. Dan untuk pertama kalinya

nabi sebagai manusia yang membebaskan dan memberikan

kedamaian bagi para pemeluk agama yang berbeda-beda dalam

suatu wilayah. Sehingga tercipta pula kedamaian untuk saling

beragama sesuai kehendak.

Kemudian Khulafa Urrasyiddin, yang juga merupakan

produk sejarah. Saat nabi Muhammad wafat, beliau tidak

menunjuk siapapun untuk meneruskan perjuangannya. Akhirnya

[27]

secara musyawarah Abu Bakar dipilih sebagai penerus, dengan

berjuang penuh Abu Bakar melanjutkan perang yang sedang

berlangsung saat itu. Walau ia hanya memerintah selama dua

tahun, tidak berarti pemerintahan beliau tidak bertindak

apa-apa, banyak jasa yang beliau torehkan. Dan saat-saat

ajal menjemput Abu Bakar menunjuk Umar sebagai penerusnya

karena ia takut pergolakan akan terjadi pada umat sehingga

ia menunjuk Umar. Setelah Umar, Usman pun dijadikan Khalifah

ketiga, walau cara pemerintahannya sangatlah berbeda dari

khalifah sebelumnya, Usman cukup berjasa dalam pengumpulan

Al-Qur’an. Terakhir Ali bin Abi Thalib, saat Ali dijadikan

sebagai Khalifah konflik banyak terjadi dari berbagai

golongan karena mereka yang menentang Ali merasa bahwa

pandangan politik mereka untuk menjadikan Ali sebagai

Khalifah. Akan tetapi Ali tetap menjadi Khalifah walau ia

harus terbunuh oleh salah satu kaum yang menentang

kepemimpinannya. Masa Khulafa Urrasyiddin inilah disebut

sebagai produk sejarah.

[28]

KESIMPULAN

Istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture

dari bahasa Inggris.Kata culture berasal dari bahasa latin colore

yang berarti mengolah, mengerjakan, menunjuk pada pengolahan

tanah, perawatan dan pengembangan tanaman dan ternak. Upaya untuk

mengola dan mengembangkan tanaman dan tanah inilah yang

selanjutnya dipahami sebagai culture.

Adapun diantaranya tujuh unsure kebudayaan yang universal,

yaitu :

1. Kesenian.

2. Sistem teknologi

dan peralatan.

3. Sistem organisasi

masyarakat.

4. Bahasa.

5. Sistem mata

pencaharian hidup

dan sistem

ekonomi.

6. Sistem

pengetahuan.

7. Sistem religi.

[29]

Fungsi kebudayaan yaitu untuk mengatur manusia agar

dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat

untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan dengan orang

lain didalam menjalankan hidupnya.

Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra islam dikenal dengan

sebutan zaman jahiliyah, yaitu zama kebodohan atau kegelapan

terhadap kebenaran. Mereka tidak mengenal perikemanusiaan dan

hidup tanpa dasar keimanan.

Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk

berkebudayaan. Karena tutunan islam dalam al-qur’an, maka manusia

yang menjalankan tuntunan tersebutlah akan terdorong untuk

berkebudayaan. Selain itu Islam juga mengajak untuk berinteraksi

antara masyarakat dengan agama dan agama dengan masyarakat.

Islam merupakan satu-satunya agama samawi yang masih dan

akan terus diridhoi oleh Allah SWT. Dikatakan demikian karena,

agama samawi atau agama yang diwahyukan Allah SWT yang lain telah

dilakukan perubahan-perubahan oleh para penganutnya yaitu, Yahudi

dan Nashrani. Islam juga merupakan agama yang namanya diberikan

langsung oleh Allah SWT dalam wahyunya. Ada beberapa bagian islam

yang merupakan produk sejarah. Seperti diantaranya, hijrahnya

nabi dan pengikutnya ke Madinah. Hal tersebut merupakan sebuah

pergerakan yang menjadikan sebagai negara dimana sejarah terjadi

didalamnya. Dengan islam sebagai pegangan hidup maka islam telah

memanusiakan manusia dan memasyarakatkan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

[30]

http://masfadlul.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-sejarah-arab-pra-islam.html

http://mmiftah09.blogspot.com/2013/09/kondisi-masyarakat-arab-pra-islam.html

http://wendisaja.wordpress.com/2014/02/19/islam-sebagai-produk-budaya/

http://muhammadden1.blogspot.com/2014/05/sistem-kepercayaan-masyarakat-arab-pra.html

http://manchesterunitedisneverdie.blogspot.com/2013/04/pendekatan-dalam-study-agama-sebagai.html

http://agussuryanalaga.blogspot.com/2013/10/masyarakat-arab-pra-islam.html

http://www.bisosial.com/2012/05/kebudayaan.html

http://esrastephani.blogspot.com/2009/11/definisi-fungsi-dan-unsur-kebudayaan.html

http://jokosaputroblog.blogspot.com/makalah-kebudayaan-dan-agama.html

[31]