Kebudayaan Islam dan Metodologi Pemahaman Islam di Indonesia

101
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam, periode jahiliyah dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Pada saat itu masarakat Arab jahiliyah mempunyai kebiasaan- kebiasaan buruk seperti meminum minuman keras, berjudi, dan menyembah berhala. Kedatangan Islam merupakan pencerahan bagi kawasan Asia Tenggara (terutama Indonesia) karena sangat mendukung intelektualisme yang tidak terdapat pada masa Hindu-Budha. 1 Dengan kedatangan Islam, masyarakan Indonesia mengalami transformasi dari masyarakat agraris feodal pengaruh Hindu-Budha ke masyarakat kota pengaruh Islam. Islam pada dasarnya adalah urban (perkotaan). Peradaban Islam pada hakekatnya adalah urban dengan bukti proses Islamisasi di Nusantara bermula dari kota-kota pelabuhan, dikembangkan atas perlindungan istana, sehingga istana kemudian menjadi pusat pengembangan intelektual, politik dan ekonomi. Dengan pengaruh Islam, 1 Azyumardi Azra, Resnaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaaan. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), hal. 6. 1

Transcript of Kebudayaan Islam dan Metodologi Pemahaman Islam di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman

jahiliyah. Dalam Islam, periode jahiliyah dianggap

sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Pada

saat itu masarakat Arab jahiliyah mempunyai kebiasaan-

kebiasaan buruk seperti meminum minuman keras, berjudi,

dan menyembah berhala.

Kedatangan Islam merupakan pencerahan bagi kawasan

Asia Tenggara (terutama Indonesia) karena sangat

mendukung intelektualisme yang tidak terdapat pada masa

Hindu-Budha.1 Dengan kedatangan Islam, masyarakan

Indonesia mengalami transformasi dari masyarakat agraris

feodal pengaruh Hindu-Budha ke masyarakat kota pengaruh

Islam. Islam pada dasarnya adalah urban (perkotaan).

Peradaban Islam pada hakekatnya adalah urban dengan bukti

proses Islamisasi di Nusantara bermula dari kota-kota

pelabuhan, dikembangkan atas perlindungan istana,

sehingga istana kemudian menjadi pusat pengembangan

intelektual, politik dan ekonomi. Dengan pengaruh Islam,

1 Azyumardi Azra, Resnaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaaan. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), hal. 6.

1

Nusantara menjadi maju dalam bidang perdagangan, terutama

hubungan perdagangan dengan Timur Tengah, khususnya

dengan bagian Arab, Persi dan India. Juga perdagangan

Tiongkok juga menelusuri perdagangan Indonesia, dimana

ajaran Islam serta para penyebarnya (pedagang dan da’i)

ikut serta memberikan sumbangan berharga begi

transformasi itu. Namun, ditengan-tengan prosen

transformasi yang damai itu datang pedagang barat. Dengan

kedatangan mereka transformasi menjadi terganggu,

sehingga masyarakat feudal sisa-sisa pengruh Hindu-Budha

belum terkikis habis.2

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah

pengetahuan penulis dan pembaca tentang kebudayaan Islam

dan metodelogi pemahaman Islan di Indonesia serta sebagai

tugas mata kuliah itu sendiri.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebudayaan Arab pra Islam ?

2. Keberagaman masyarakat mekkah sebelum Islam datang ?

3. Bagaimana kondisi Arab sebelum Islam datang ?2 Musryifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada, . 2007), Hal. 4.

2

4. Bagaimana karakter masyarakat Arab sebelum

kedatangan Islam?

5. Perbedaan budaya Islam dan Arab?

6. Bagaimana sejarah masuknya Islam ke Indonesia ?

7. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?

8. Bagaimana penyebaran agama Islam di Indonesia ?

9. Faktor Penyebab islam cepat masuk di Indonesia?

10. Apa saja saluran peyebaran Islam di Indonesia ?

11. Bagaimana Metode pemahaman Islam di Indonesia ?

BAB II

PEMBAHASAN

KEBUDAYAAN ISLAM

3

2.1. Kebudayaan Islam

Secara umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah

suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir

manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan

tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan

tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang

dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran)

dengan tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh

manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan. Apa yang

difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka

hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.

Jadi, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang

batin walau dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab

hasil daripada daya pemikiran dan daya usaha tenaga lahir

manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan,

ekonomi, sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-

kemajuan lainnya.

Dan jika begitu pengertian kebudayaan maka agama-

agama diluar Islam juga bisa dianggap kebudayaan. Ini

adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen

(yang telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari

pemikiran (ide-ide) manusia. Ia adalah ciptaan akal

manusia.

4

Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap

kebudayaan sebab ia bukan hasil daripada pemikiran dan

ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir)

manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh

Allah SWT.

Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama

Islam itu kebudayaan maka dia telah melakukan satu

kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia

telah mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak

seyogyanya disebut. Oleh karena itu, hendaklah kita

berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada

masa ini menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah

kebudayaan dengan alasan bahwa ia adalah cara hidup atau

'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan,

sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga

lahir manusia.

Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang

disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung

peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar

selamat di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar

Islam memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut

adalah hasil ciptaan manusia daripada daya pemikiran

mereka, daripada khayalan dan angan-angan.

5

Namun begitu walaupun agama islam itu bukan

kebudayaan tetapi ia sangant mendorong (bahkan turut

mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan

kebudayaan tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam

mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi,

berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan,

menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, agama Islam

itu bukan kebudayaan tapi mendorong manusia

berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh kemajuan lahir dan

batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata lain,

Islam mendorong umatnya berkemajuan.

Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam

semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah.

Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang. Dalam

Al-Qur'an ada perintah :

لاة� موا ال�ص ي� ق�� وا�Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)

Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu

daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita hendak

melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka

timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak

bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan

6

lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah

setelah mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan

kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah :

وحى ﴿ ا وحى� ي�� ل �و ا� ن! ه� �﴾٤ا� هوى ﴿ � ال� ن! ق� ع� �ط ن, ا ي�� ٣وم� ﴾Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang

diwahyukan padanya (An Najm: 3-4)

Umpamanya jika sembahyang berjemaah, kita berbaris,

dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Jadi dalam kita

melaksanakan barisan saf yang lurus dan rapat itu adalah

budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang

terdorong dari perintah wahyu.

Dan jika dilihat dalam ajaran Islam, kita

dikehendaki bersembahyang di tempat yang bersih. Jadi

perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih

dari najis tetapi bersih daripada segala pemandangan yang

bisa menganggu kekhusyukan kita pada saat kita

bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam

menggunakan pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat

sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila

kita membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan

wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan,

lahirlah kebudayaan.

7

Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan

dalam beribadah padahal ia didorong oleh perintah wahyu

"Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi

karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini,

maka muncullah bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau

yang beraneka bentuk dan didalamnya umat Islam sembahyang

berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua

merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.

Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam

masyarakat dalam Al-Qur'an ada perintah:

وى ق� ر� وال�ت� �لى الب7 وا ع� عاوي�, � وت�� عدوان! م� وال� Bث� �لى الا� وا ع� عاوي�, ولا ت��Terjemahnya: ....Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan

dan ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa

dan permusuhan ...(Al Maidah: 2)

Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita

hendak mengamalkan tuntutan dan kehendak perintah maka

terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan bergaul

serta bergotong royong untuk membuat kebajikan dan

kebaikan serta bergotong royong juga memberantas perkara

dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan

pikiran. Setelah dipikirakan untuk bergotong royong di

tengah-tengah masyarakat, tentulah kita hendak melahirkan

8

dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka terbentuklah

kebudayaan dalam masyarakat.

Seterusnya ada hadits yang berbunyi:

Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada

rezeki itu adalah di dalam perniagaan

Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah

SAW yang hakikatnya daripada Allah juga, supaya umat

Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan

perahan tenaga akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan

itu lahirlah kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan.

Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih

banyaklah kebudayaan di bidang perniagaan yang dapt

dicetuskan. Ini berarti umat Islam akan semakin maju.

Dalam perniagaan Allah melarang riba, tipu daya, suap dan

lan-lain. Ini adalah dasar-dasar kebudayaan Islam dalam

bidang perniagaan. Satu hadits lain berbunyi:

Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman,

lalu dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan

mendapat pahala sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah

kebudayaan Islam di bidang pertanian. pikiran dan tenaga

lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk

mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan

hasil pertanian. Hasilnya terbentuklah kebudayaan Islam

9

dibidang pertanian. jelaslah disini bahwa Islam bukanlah

ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan

mengatur beberapa peraturan tertentu dan menyerahkannya

sepenuhnya pada kebebasan akal dan tenaga manusia untuk

membina kemajuan di bidang pertanian.

Rasulullah SAW bersabda:

Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara

kedua-duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak

mengetahuinya, siapa yang takut syubhat akan selamatlah agama dan

kehormatannya dan siapa yang terjebak di dlam syubhat dikhawatirkan

terlibat dengan yang haram. (Riwarat Bukhari dan muslim)

Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang

artinya : hati ditempa oleh makanan minum

Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan

berusaha semaksimal mungkin untuk mengahsilkan barang

makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan

mesti diproses secara Islam. Dengan ini timbullah daya

usaha ke arah melahirkan pabrik-pabrik yang memproses

makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan

makanan dan penyimpanan makanan yang suci dan dijamin

halal dilakukan. Oleh karena itu, kebudayaan Islam

dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan timbul

dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun dengan pesatnya.

Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan sewajarnya

10

telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka benar-

benar menghayati perintah Allah dan Rasul-Nya.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

م لا �ه �ن! دون�, �ن! م� �Hي �ر KKK,م وءاخ� ك� دو KKKKوع� � هلل Pدو ا KKKع� �ه �ون! ب�7 KKK ب7 �ره� ل� ت�� KKK ي� خ, ل� Pا �اط KKK7]ب �ن! ر �ة� وم� و KKKن! ق� � م م� عت� ط ن� �KKKس Pا ا KKKهم م� وا ل� د KKKK�ع� اوا�لمون! ﴿ hظ م لا ت�� ت� ي[, م وا� ك ي� ل� �وف, ا� � ي�� هلل Pا �ل ي� �nب ى س� �ىء ف, Bن! ش �وا م� ق� �ق, ت, sا ي� علمهم وم� ت�� هلل Pهم ا علمون�, ٦٠ت�� ﴾

Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn

apa saja yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk

berpasang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah,

musuhmu dan orang-orang selain mereka yang tidak kamu ketahui,

sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal: 60)

Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung

daripada Allah supaya umat Islam membangun kekuatan

ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan

negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami

tuntutan ayat ini, mereka akan muncul sebagai satu kuasa

yang gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh musuh,

karena disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga

mempunyai kekuatan senjata.

Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan

senjata modern yang sophisticated dan modern. Dengannya

umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan dapat

menentang setiap gangguan dan penzaliman dari pihak

11

komunis dan kapitalis seperti yang terjadi hari ini.

Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa "minta

sedekah" dan dapat dipermainkan oleh negara-negara

penjual senjata seperti apa yang terjadi di Timur Tengah

pada saat ini. Inilah keindahan Islam bukan saja dapat

mendorong manusia berkebudayaan dalam bidang

kemasyarakatan atau perniagaan, malah Islam telah

mendorong penganutnya mempunyai kebudayaan dalam bidang

ketentaraan.

Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam

agama Islam ini, kalau dapat kita laksanakan akan

lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita.

Jadi Islam itu mendorong orang berkebudayaan, Sebarang

kehendak dalam ajaran Islam apabila difikir dan

dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan

kemajuan. Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada

dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan.

Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak

dengan tenaga lahirnya sehingga mencetuskan sesuatu yang

tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil itulah

yang dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja

yang dipikirkannya adalah tulen, tidak mengambil dari

mana-mana pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa yang

dicetuskannya itu tidak meniru apa yang telah dibuat oleh

12

orang lain, yaitu segala-galanya betul dari apa-apa yang

dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan

kebudayaan bangsa itu.

Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat

sesuatu perkara yang sudah sedia dibuat atau dipikirkan

orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang

berkebudayaan bangsa lain namanya. karena ia memikirkan

sesuatu yang memang telah dipikirkan oleh bangsa lain.

Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan

berkebudayaan sendiri.

Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian

yang terbuka seperti shirt, gaun dan sebagainya. Ini

adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat).

apa yang dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi

kebudayaan orang lain yang diamalkan atau dilaksanakan

oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang

berkebudayaan orang lain. Artinya kalau kita meniru

Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan

Jepang.

Tapi jikalau orang Melayu umapamanya, mencetuskan

sesuatu dan apa yang dipikirkan dan dibuat itu tidak

pernah terpikir atau dicetuskan oleh sembarang bangsa

lain di dunia ini, maka barulah apa yang dicetuskan itu

dikatakan kebudayaan bangsanya, kebudayaan Melayu.

13

Kenapa ia bisa dikatakan sebagai kebudayaan Melayu?

Sebab disudut pikiran, ia tidak diambil dari mana-mana

bangsa, dan apa yang difikirkan itu belum pernah

dicetuskan oleh sebarang pun diatas muka bumi ini.

Sebagai contoh, katalah silau pulut, yang mana orang

Jepang, orang Amerika dan lain-lain tidak pernah dibuat

dan difikirkan.

Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang

telah dilakukan oleh masyarakat Islam sejak ratusan tahun

dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi

dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-

patung yang pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan

tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan

Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan

membuat patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang

Islam yang berkebudayaan orang lain.

Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan

membuat mesjid. Contohnya dapat dilihat pada mesjid

Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah

tidak mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini

tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini

bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam.

Begitu juga dengan pancutan air untuk mengambil wudhuk

yang keluar dari mulut singa atau rusa, itu bukan

14

daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang Islam

yang berkebudayaan orang lain.

Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu

yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam

bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau

perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah

yang benar-benar dinamakan kebudayaan Islam.

Sebab itu sembarang usaha lahir maupun batin yang

bersih (tulen) yang dicetuskan oleh umat Islam itu hasil

dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak

bertentangan dengan apa juga yang ada dalam ajaran Islam,

maka barulah ia dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam.

Oleh karena itu jika kita tinjau, sebenarnya sangat

sedikit kebudayaan Islam yang dapat kita lihat hari ini.

Apa muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh

dunia sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil

tajaan/ciptaan orang lain yang kita tiru, bukan

kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang

berkebudayaan orang lain.

Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab

ia bukan hasil ciptaan manusia. Walau bagaimanapun agama

Islam itu mendorong orang berkebudayaan. manakala agama-

agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil

kerja akal, khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.

15

Maka dari itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan

seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan

kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau

tamadun. Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum,

semakin banyaklah kemajuan dihasilkan dan seterusnya

makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun Islam3

2.2 Kebudayaaan Arab pra Islam

Negeri Yaman adalah tempat tumbuh kebudayaan yang

amat penting yang pernah berkembang di Jazirah Arab

sebelum Islam datang. Bangsa Arab termasuk bangsa yang

memiliki rasa seni yang tinggi. Salah satu buktinya ialah

bahwa seni bahasa Arab (syair) merupakan suatul seni yang

paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh

bangsa tersebut. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi

penyair-penyair untuk mendengarkan syair-syairnya. Ada

beberapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul yaitu

pasar Ukaz, Majinnah, dan Zul Majaz. Di; pasar-pasar

itulah penyair-penyair memperdengarkan syairnya yang

sudah disiapkan untuk itu.

Seorang penyair mempunyai kedudukan yang amat tinggi

dalam masyarakat Arab. Bila pada suatu suku/kabilah

muncul seorang penyair, maka berdatanganlah utusan dari

3 http://www.acityawara.com/Detail-1494-makalah-kebudayaan-islam-.html

16

kabilah-kabilah lain untuk mengucapkan selamat kepada

kabilah itu. Untuk itu, kabilah tersebut mengadakan

perhelatan-perhelatan dan jamuan besar-besaran dengan

menyembelih binatang ternak. Untuk upacara ini, wanita-

wanita cantik dari kabilah tersebut keluar untuk menari,

menyanyi, dan bermain menghibur para tamu. Upacara yang

diadakan adalah untuk menghormati sang penyair. Dengan

demikian penyair dianggap mampu menegakkan martabat suku

atau kabilahnya. Salah satu dari pengaruh syair pada

bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan

derajat orang yang tadinya hina, atau sebaliknya, dapat

menghinakan orang yang tadinya mulia. Bilamana penyair

memuji orang yang tadinya hina, maka dengan mendadak

orang hina itu menjadi mulia, demikian pula sebaliknya.

Jika penyair mencelal seseorang yang tadinya mulia, orang

tersebut mendadak menjadi orang yang hina. Sebagai

contoh, ada seorang yang bernama Abdul Uzza ibnu Amir.

Dia adalah seorang yang mulanya hidupnya melarat. Putri-

putrinya banyak, akan tetapi tidak ada pemuda-pemuda yang

mau memperistrikan mereka. Kemudian dipuji-puji oleh Al

Asya seorang penyair ulung. Syair yang berisi pujian itu

tersiar ke mana-mana. Dengar demikian, menjadi masyhurlah

Abdul Uzza itu, dan akhirnya kehidupannya menjadi baik,

dan berebutlah pemuda-pemuda meminang putri-putrinya.

17

Mereka mengadakan perlombaan bersyair dan syair-syair

yang terbagus biasanya mereka gantungkan di dinding

Kakbah tidak jauh dari patung-patung pujaan mereka agar

dinikmati banyak orang, Jika syairnya itu telah

digantungkan di dinding Kakbah, sudah pasti suku/kabilah

tersebut naik pula martabat dan kemuliaannya. Dengan

demikian, potret seluruh kebudayaan bangsa Arab telah

tertuang dan tergambar di dalam karya syair-syair mereka.

Allah Swt dalam surat an-Nahl ayat 36 berfirman:

 

وت� اغ, وا ال�ظ KK ب7 yب ي� واج�7 دوا اهلل KK ي7 � اع� ن! ولا ا� �KKرس ه� م ل� ا� KKى� ك� �ا ف, KK,ي Bعث د ت�7 KKق� ول�

� رض, ى� الا� �روا ف, ب� �KKس لاله� ق�, ه� ال�ص, لي� ت� ع� ق� ن! ح� هم م� ن, � وم� دى اهلل ن! ه� هم م� ن, �ف�,م

ي�ن! ) �ب[7 � د, مك ةs ال� ي7 اق�� ان! ع� ف, ك� ت� روا ك� hظ ات�, (36ف�,  "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat

(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",

18

maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah

dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.

Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana

kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." 

Kota suci Mekah sejak dahulu kala selalu menjadi

saksi kehadiran para nabi di muka bumi ini. Berdasarkan

data sejarah, orang-orang Arab meyakini agama tauhid

setelah diutusnya Nabi Ibrahim. Akan tetapi dengan

berlalunya waktu, mereka menyimpang dari ajaran Nabi

Ibrahim dan meyakini khurafat. Menurut sebagian besar

pakar sejarah, keyakinan orang-orang Arab setelah

diutusnya Nabi Ibrahim hingga munculnya agama Islam yang

diemban oleh Rasulullah Saw, adalah agama yang diajarkan

Nabi Ibrahim as yang menghormati haji dan tawaf di Kabah.

Akan tetapi ajaran itu disimpangkan, yang kemudian

masyarakat setempat lebih cenderung menyembah berhala.

Meski demikian ada kelompok-kelompok yang tetap

mempertahankan ajaran murni Nabi Ibrahim as. Abdul

Muthalib adalah salah satu tokoh Arab yang tetap

konsisten dengan ajaran Nabi Ibrahim as.4

Para sejarah membagi sejarah Arab menjadi tiga

periode. Periode Sheba (Saba') dan Hemyar adalah sebuah

periode yang berkaitan dengan masa kuno sejarah Arab.

4 http://id.wikipedia.org/wiki/budaya-Arab

19

Setelah itu tiba periode Jahiliah yang dimulai dari abad

keenam masehi. Masa Jahiliah itu berakhir dengan masuknya

periode Islam. Periode Islam pun bertahan hingga kini.

Pembagian sejarah Arab juga dilakukan berdasarkan

geografi dan ras. Berdasarkan geografi dan ras, Arab

terbagi menjadi dua kelompok; Qahthani dan Adnani. Dengan

kata lain, ada kelompok penduduk kota dan badui. Pada

dasarnya, sejarah Arab kuno saling berkaitan dengan akar

sejarah bangsa Iran, India, Mesir dan Yunani.

Bangsa Arab sebelum masuknya Islam, dikenal di bidang

syair dan sastra. Budaya sastra dan syair melebur di

tengah masyarakat, bahkan menjadi perhatian luar biasa

semua khalayak. Arab badui sangat menyukai sastra bahkan

mereka membentuk lingkaran-lingkaran dan kelompok untuk

mendengar syair-syair Arab terbaru. Pasar-pasar Arab

seperti Ukaz adalah tempat kumpul masyarakat dan

sastrawan. Masyarakat dari berbagai kabilah saling

berbangga-bangaan dengan menyampaikan syair-syair

karyanya.

Disebutkan dalam sejarah bahwa sastra di masa itu

sangat berpengaruh kuat bahkan diceritakan bahwa bila

seorang penyair menyampaikan pujian kepada orang yang tak

dikenal, maka orang itu tiba-tiba akan dikenal dan mulia

dalam sekejap. Akan tetapi sebaliknya bahwa seorang

20

penyair ketika menjatuhkan orang yang punya kedudukan,

maka saat itu juga, orang yang berkedudukan itu akan hina

di hadapan semua orang. Ini menunjukkan bahwa sastra di

masa itu sangat berpengaruh kuat. Pada intinya, sastra

dan syair pada masa sebelum Islam menjadi masalah yang

benar-benar menyedot perhatian masyarakat.

Untuk mengenal lebih masa sebelum munculnya Islam,

kita akan membahas sekilas periode Jahiliah. Sebelum

munculnya Islam disebut sebagai masa Jahiliah. Pada masa

itu, praktik-praktik Jahiliah dan keberingasan benar-

benar merata. Selain itu, tidak ada aturan atau nabi di

negeri Arab untuk membimbing manusia. Negeri Arab,

khususnya Hijaz, adalah padang luas yang kering. Orang-

orang badui di masa itu hidup di padang yang kering

kerontang. Sebagian besar waktu mereka juga digunakan

untuk mencari air. Kondisi sulit dan kehidupan keras di

masa itu membentuk karakter khusus bagi bangsa Arab.

Karena kondisi sulit itu, banyak orang Arab yang

kehilangan karakter mulianya.5

Sejarah Arab badui banyak diliputi dengan perang.

Pada masa itu dikenal dengan istilah "Ayyamul Arab." Pada

umumnya, perang di masa itu terjadi karena perselisihan

5 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah-Peradaban-Islam

21

dan pertikaian terkait binatang dan padang rumput.

Fanatisme adalah salah satu karakter menonjol Arab.

Di masa itu, konflik sering terjadi, bahkan karena

masalah kecil, perang bisa berlangsung hingga bertahun-

tahun. Lebih dari itu, masyarakat di masa Jahiliah sama

sekali tidak menganggap perempuan sebagai makhluk yang

mulia. Mereka malah beranggapan bahwa perempuan adalah

sumber kehinaan. Bahkan dalam sejarah disebutkan bahwa

mereka tega mengubur anak perempuan dalam kondisi hidup-

hidup untuk menutupi rasa malu. Bangsa Arab juga meyakini

bahwa kaum perempuan tidak dapat menerima warisan, bahkan

mereka dianggap seperti barang yang bagian dari warisan.

 

Allah Swt dalam surat An-Nahl ayat 58-59 berfirman;

 

م ) ت� � hظ و ك� KKا وه� ود KKس ه م� KKه ل وج�7 KK hى ظ� ث¢ ي[, الا� �م ب�7 ده� ح� ر ا� �Bش ا ب�7 د, �وارى58وا� KKب� ( ي��لا ى� الب�رات7� ا� �ه ف, KKدس م ب�� ا� ون! KKلى ه� ه ع� ك �KKمس ي�� ه� ا� KK�ر ب�7 �Bش ا ب�7 وء� م� ن! س� �وم� م� ق� ن! ال� �م�

مون! ) ك ح ا ي�� اء م� (59س�22

 Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)

anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat

marah.

 

Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya

berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya

dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam

tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka

tetapkan itu.

 

Rasulullah Saw diutus di tengah masyarakat Jahiliah

untuk menyampaikan berita kebahagiaan. Masyarakat Arab di

masa itu benar-benar tertinggal. Untuk itu, masyarakat

Arab tidak termasuk dalam kekuatan yang diperhitungkan

dunia. Akan tetapi setelah kehadiran Rasulullah Saw,

masyarakat Arab mengalami perubahan dalam waktu singkat

baik dari sisi keyakinan, budaya maupun peradaban.

Setelah diutus menjadi Rasulullah, Muhammad Saw

menjelaskan prinsip-prinsip agama Islam selama 13 tahun

di Mekah. Dakwah selama bertahun-tahun tidak menghasilkan

kondisi untuk membentuk pemerintahan dan membangun

peradaban baru. Kondisi politik di Mekah berlandaskan

23

pada sistem kelompok dan suku. Ada kemungkinan kondisi

politik rasialis ini yang menyebabkan tertutupnya jalan

Rasulullah Saw untuk membangun peradaban baru. Untuk itu,

Rasulullah Saw melakukan hijrah ke Madinah.

Dalam sistem politik Mekah, jabatan dibagi bukan

berlandaskan kepiawaian, kebijaksanaan dan kekuatan, tapi

bertumpu pada tradisi dan warisan orang-orang terdahulu.

Oleh karena itu, kapabilitas untuk membentuk peradaban

yang cemerlang benar-benar tertutup. Selain itu, letak

geografi Mekah juga menjadi faktor lain. Kondisi inilah

yang membuat pemeritah Islam pertama tidak dapat dibentuk

di Mekah. Meski Mekah saat itu adalah sebuah kota, tapi

pada dasarnya, masyarakat di kota itu kehilangan

solidaritas.

Dari sisi lain, masyarakat Mekah adalah para pedagang

yang selalu berpikir untung dan rugi. Adapun masyarakat

Madinah adalah para petani dan pekerja keras yang

bersedia mengemban kesulitan orang lain. Selain itu,

masyarakat Mekah merasa nyaman di sebelah Kabah yang juga

didukung dengan tradisi-tradisi Jahiliah. Kondisi inilah

yang membuat masyarakat Mekah kompak mempertahankan

tradisi-tradisi Jahiliah dan kota Mekah.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,

Rasulullah Saw memutuskan berhijrah ke Madinah. Pada

24

awalnya, Rasulullah berhijrah ke Taif, tapi masyarakat

itu malah menyikapi Rasulullah dengan tindakan-tindakan

tidak terpuji. Rasulullah akhirnya memilih Madinah

sebagai tujuan berhijrah. Hijrah ke Madinah itu dilakukan

setelah Baiat Aqabah yang merupakan baiat dengan

sekelompok masyarakat Madinah. Kondisi politik di Madinah

mendorong Rasulullah Saw untuk membentuk pemerintah

pertama Islam.(IRIB Indonesia).6

2.3 Kondisi Masyarakat Arab (Pra Islam) Jahiliyah

Sebelum Islam dan Menjelang Kedatangan Islam

2.3.1 Kondisi Sosial Masyarakat Jahiliah

Secara umum, sejarah Arab terbagi ke dalam tiga periode

utama:

1.      Periode Saba-Himyar, yang berakhir pada awal abad

keenam Masehi.

2.      Periode Jahiliyah, yang dalam satu segi dimulai

dari penciptaan Adam hingga kedatangan Muhammad.

3.      Periode Islam, sejak kelahiran Islam hingga masa

sekarang.

Sebagian besar masyarakat Arab Utara, termasuk Hijaz

dan Najed adalah masyarakat Nomad. Sejarah orang-orang

6 http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/masa-nabi-muhammad-saw.html

25

baduui pada dasarnya dipenuhi dengan kisah peperangan

gerilya, yang disebut dengan ayyam al-Arab (Hari-hari Orang

Arab). Selama periode itu terjadi bebagai serangan dan

perampokan, tanpa pertumpahan darah. Masyarakat yang

bermukim di Hijaz dan Najed tidak dikenal sebagai pemilik

peradaban yang maju, keadaan mereka berbeda dengan

tetangga dan kerabat mereka, yaitu orang-orang Nabasia,

Palmyra, Gassan dan Lakhmi, oleh karena itu kajian kita

tentang periode jahiliyah dibatasi pada analisis tentang

berbagai pertempuran antara suku-suku badui utara sekitar

satu abad sebelum Hijrah, dan pada catatan tentang

pengaruh budaya-budaya luar terhadap kehidupan penduduk

Hijaz menjelang kedatangan islam.

Catatan yang ada hanya memberikan sedikit informasi

tentang periode Jahiliyah. Sumber-sumber yang menjelaskan

periode ini, karena orang-orang Arab Utara tidak punya

budaya tulis, hanyalah riwayat, legenda, peribahasa, dan

terutama sya’ir yang sayangnya tidak satupun dituangkan

dalam bentuk tulisan sebelum abad ke dua dan ke tiga

Hijriah. Orang-orang Arab Utara baru mengembangkan budaya

tulis menjelang masa Muhammad.

Salah satu fenomena sosial yang menggejala di Arab

menjelang kelahiran islam adalah apa yang dikenal dengan

sebutan “ Hari-hari orang Arab “ (ayyam al-Arab). Ayyam al-

26

Arab merujuk pada permusuhan antar suku yang secara umum

muncul akibat persengketaan seputar hewan ternak, padang

rumput atau mata air. Persengketaan itu menyebabkan

seringnya terjadi perampokan dan penyeranganya, dan

memunculkan sejumlah pahlawan lokal. Para pemenang dari

suku-suku yang bersengketa menghasilkan perang sya’ir

yang penuh kecaman diantara para penya’ir yang berperan

sebagai juru bicara setiap pihak yang bersengketa.

Meskipun selalu siap untuk berperang, orang-orang badui

tidak serta merta berani mati. Jadi mereka bukanlah

manusia haus darah seperti yang mungkin dikesankan dari

kisah-kisah yang kita baca. Meskipun demikian Ayyam al-Arab

merupakan cara alami untuk mengendalikan jumlah populasi

orang-orang badui yang biasanya hidup dalam kondisi semi

kelaparan, dan yang telah menjadikan peperangan sebagai

jatidiri dan watak sosial. Berkat Ayyam al-Arab itulah

pertarungan antar suku menjadi salah satu institusi

sosial keagamaan dalam kehidupan mereka.

Salah satu peperangan antar suku-suku badui yang

paling awal dan paling terkenal adalah perang Basus yang

terjadi pada akhir abad kelima antara Banu Bakr7dan

keluarga dekat mereka dari Banu Taghlib di Arab sebelah

timur laut. Kedua suku itu beragama kristen dan mengklaim

7Kota Diyar Bakr, masih menggunakan nama suku itu

27

sebagai keturunan Wa’il. Konflik diantara mereka muncul

karena seekor unta betina milik seorang perempuan tua

suku Bakr bernama Basus dilukai oleh kepala suku Taghlib.

Menurut legenda Ayyam al-Arab, perang itu berlangsung selama

40 tahun dengan cara menyerang dan merampok satu sama

lain. Sementara itu, api peperangan terus dikobarkan

lewat ungkapan-ungkapan puitis. Perang saudara itu

berakhir setelah al-Mundzir III dari Hirah turun tangan,

dan setelah kedua belah pihak lelah berperang.

Lalu, perang lain tidak kalah tenarnya adalah Perang

Dahis dan al-Ghabra, yang menjadi salah satu peristiwa

paling terkenal dari periode Jahiliah, perang itu

melibatkan suku ‘Abs dan suku saudara perempuannya, yaitu

Dzubyan di Arab Tengah. Wangsa Ghathafan merupakan

leluhur kedua suku itu. Peristiwanya dipicu oleh tindakan

curang orang-orang Dzubyan dalam sebuah balapan antara

kuda yang bernama Dahis milik kepala suku ‘Abs dan

keledai yang bernama al-Ghabra milik kepala suku Dzubyan.

Peperangan itu pecah pada paruh kedua abad keenam, tidak

lama setelah tercapainya perdamaian Basus, dan berhenti

selama beberapa dekade hingga masa islam. Pada peperangan

inilah ‘Antarah ibn Shaddad al-‘Absi, pahlawan di zaman

heroisme Arab, kondang sebagai penyair dan prajurit.8

8 K.Hitti Philip. History of the Arabs. Terj.R.Ceep Lukman Yasin dan Dedy Slamet Riyadi. (Jakarta: Serambi,2002).hlm.108.

28

2.3.2 Kondisi Kebudayaan Masyarakat Jahiliyah

Tidak ada satupun bangsa di dunia ini yang

menunjukkan apresiasi yang sedemikian besar terhadap

ungkapan bernuansa puitis dan tersentuh oleh kata-kata,

baik lisan maupun tulisan, selain bangsa Arab. Kita sulit

menemukan bahasa yang mampu memengaruhi pikiran para

penggunanya sedemikian dalam selain bahasa Arab.Orang-

orang modern di Baghdad , Damaskus, dan Kairo dapat

dibangkitkan perasaannya dengan bacaan-bacaan puisi,

meskipun tidak sepenuhnya mereka pahami, dan dengan

pidato dalam bahasa klasik, meskipun hanya sebagian yang

mereka pahami. Ritme, bait syair, dan irama bahasa itu

memberikan dampak psikologis kepada mereka, layaknya

hembusan “sihir yang halal” (sihr halal).

Seperti yang telah menjadi ciri khas rumpun Semit,

orang-orang Arab tidak menciptakan dan mengembangkan

sendiri sebuah bentuk kesenian besar. Watak seni mereka

dituangkan ke dalam satu media ungkapan. Jika orang-orang

Yunani mengungkapkan daya seninya terutama dalam bentuk

patung dan arsitektur, orang-orang Arab menuangkannya

dalam bentuk syair (qashidah) dan orang-orang Ibrani dalam

bentuk lagu-lagu keagamaan (psalm), sebuah bentuk

ungkapan estetis yang lebih halus. “keelokan seseorang

terletak pada kefasihan lidahnya” demikian menurut bahasa

29

Arab. Kebijakan menurut pribahasa yang muncul belakangan,

muncul dalam tiga hal : otak orang perancis, tangan orang

cina, dan lidah orang Arab. Kefasihan yaitu kemampuan

untuk mengungkapkan jati diri secara tegas dan elegan

dalam bentuk prosa dan puisi, berikut kemampuan memanah

dan menunggang kuda pada masa jahiliyah dipandang sebagai

tiga ciri utama “manusia sempurna” (al-kamil).

Berdasarkan struktur bahasa yang unik, bahasa Arab

memiliki ungkapan kalimat yang padat, efektif, dan

singkat. Islam memanfaatkan secara maksimal karakteristik

bahasa itu dan watak psikologis penuturnya. Dari sanalah

muncul “kemu’jizatan” (‘ijaz) gaya dan susunan kalimat Al-

quran, yang dijadikan argumen utama oleh umat Islam untuk

membuktikan kemurnian agama mereka. Kemenangan islam

hingga batas tertentu merupakan kemenangan bahasa, lebih

khusus kemenangan sebuah kitab.

Dari periode kepahlawanan dalam literatur Arab, yang

meliputi masa jahiliyah hingga masa antara 525 dan 622,

kita mewarisi beberapa peribahasa, legenda dan sejumlah

besar puisi yang semuanya baru dihimpun dan disunting

pada masa islam. Selain ungkapan-ungkapan magis

meteorologis dan pengobatan, kita tidak mendapati satun

literatur ilmiah. Peribahasa menjadi indikator penting

untuk memahami mentalitas dan pengalaman masyarakat Arab.

30

Tidak banyak prosa yang ditemukan dalam literatur

Jahiliyah karena belum berkembangnya sistem tulisan

secara penuh. Namun kita memiliki beberapa prosa,

biasanya berupa legenda dan riwayat, yang dihimpun pada

masa Islam, dan diklaim berasal dari masa yang lebih

awal. Kisah-kisah itu kebanyakan terkait dengan geneologi

(ansab) dan peperangan antar suku, yaitu Ayyam al-‘Arab.

Satu-satunya keunggulan artistik masyarakat Arab

pra-Islam adalah dalam bidang puisi. Pada bidang itulah

mereka menuangkan ekspresi estetis dan bakat terbaiknya.

Kecintaan orang badui terhaadap puisi merupakan salah

satu aset kultural mereka.

Literatur arab muncul dalam bentuk puisi yang

berkembang secara maksimal. Penggalaan puisi tertua yang

berhasil ditemukan tampaknya ditulis sekitar 130 tahun

sebelum hijrah, yang mengisahkan tentang peristiwa perang

basus. Para penyair Islam terdahulu seperti halnya

penulis prosa, masih menganggap karya para penyair kuno

sebagai model karya yang keunggulannya tak tertandingi.

Puisi-puisi terdahulu ini terus dilestarikan dalam

ingatan, ditransmisikan melalui tradisi lisan dan

akhirnya dicatat dalam bentuk tulisan pada abad kedua dan

ketiga Hijriah. Penelitian kritik modern membuktikan

bahwa beragam perbaikan, penyuntingan dan modifikasi

31

telah dilakukan untuk menyesuaikan puisi-puisi itu dengan

semangat Islam.

Prosa bersajak yang digunakan oleh para dukun dan

peramal (kuhhan) dipandang sebagai tahap awal perkembangan

bentuk puitis. Nyanyian para penunggang unta (huda) adalah

tahap perkembangan kedua. Tradisi bahasa Arab asli yang

berusaha menjelaskan asal-usul perkembangan puisi pada

kebiasaan para penunggang unta yang bernyanyi mengikuti

gerak ritmis langkah untanya, tampak mengandung

kebenaran. Kata hadi, penyanyi adalah sinonim dari kata

sa’iq penunggang unta.

Gaya puisi rajaz, yang terdiri atas empat atau enam

baris sajak, merupakan perkembangan lebih lanjut dari

prosa bersajak dan menggantikan bentuk sajak yang paling

tua dan paling sedehana, “Rajaz adalah embrio puisi”,

demikian ujar orang-orang Arab.

Pada masa literatur kepahlawanan ini, puisi

merupakaan satu-satunya sarana ekspresi sastra. Qasidah

(puisi liris) satu-satunya jenis puisi dan juga yang

paling usai . Muhalhil, pahlawan suku Taghlib dalam

perang Basus dipandang sebagai orang pertama yang

menyusun jenis puisi liris ini. Jenis puisi ini

kemungkinan besar berkembang dalam kaitannya dengan

Ayyam a-‘Arab, terutama di kalangan suku Taghlib dan kindah.

32

Imru’ al-Qays keturunahn Qahthani dari Arab Selatan

berasal dari suku kindah. Meskipun ia merupakan penyair

paling kuno Imru’ al-Qays dianggap sebagai pangeran para

penyair. Di sisi lain ‘Amr ibnu Kultsum berasal dari suku

Taghlib keturunan Rabi’ah dari Arab Utara. Meskipun

berbicara dalam dialek yang berbeda, para penyair ini

menghasilkan puisi liris yang memperlihatkan kesamaan

bentuk sastra.

Diantara puisi-puisi liris yang dihasilkan pada masa

klasik, puisi yang disebut “Tujuh Mu’allaqat” menduduki

posisi pertama. Mu’allaqat itu masih dijunjung tinggi

diseluruh dunia Arab sebagai karya agung di bidang puisi.

Menurut legenda, setiap bagian merupakan puisi yang

mendapat penghargaan pada festival Ukaz dan ditulis

dengan tinta emas, kemudian digantung di dinding ka’bah.

Asal mula kejadian ini, di Ukaz, tepatnya antara Nakhlah

dan Taif di daerah Hijaz diadakan sebuah festival

tahunan, sejenis pertemuan sastra, tempat berkumpulnya

para penyair pahlawan untuk mempertontonkan keahlian dan

memperebutkan posisi pertama.

Dikatakan bahwa festival tahunan ini berlangsung

selama bulan-bulan suci yang terlarang untuk perang.

Orang-orang pagan Arab menggunakan sistem kalender serupa

dengan yang digunakan oleh orang-orang islam kemudian,

33

yaitu sistem kalender matahari (Syamsiah), tiga bulan

pertama pada musim semi, yaitu Zulkaidah, Zulhijjah dan

Muharram, merupakan bulan damai. Festival menjadi

kesempatan berharga untuk memperkenalkan barang dagangan,

dan untuk menjual berbagai komoditas. Kita dapat dengan

mudah membayangkan orang-orang gurun pasir yang

mengerumuni pertemuan tahunan itu, berkumpul mengelilingi

kios-kios, minum-minuman dari perasan kurma, dan

menikmati sepuasnya lantunan lagu para biduan.

Disamping nilai sastra dan keindahannya, puisi-puisi

kuno memiliki signifikansi historis, yaitu sebagai bahan

utama untuk mengkaji perkembangan sosial yang terjadi

saat puisi-puisi itu disusun. Kenyataannya, hasanah itu

merupakan satu-satunya data kuasi-kontemporer yang kita

miliki. Ia memberikan penjelasan tentang semua fase

kehidupan pra-Islam. Oleh karena itu, terdapat sebuah

pepatah, “ Puisi merupakan catatan publik (diwan) orang-

orang Arab.9

2.3.3 Kondisi Perekonomian Masyarakat Jahiliah

Arabia merupakan wilayah yang gersang dan terletak

di gurun tandus dengan cuaca yang tidak bersahabat dan

tidak menyehatkan . Burckhardt, yang mengunjungi kota

makkah pada bulan agustus 1814, menggambarkan pemandangan

9 Ibid,hlm.112

34

dan rute perjalannya sebagai wilayah yang paling

memberikan inspirasi dan mengagumkan yang pernah ia lihat

sejak kunjungan ke Libanon.10 Kota terpenting di hijaz

yaitu makkah karena merupakan tempat yang di sucikan dan

di kunjungi penganut agama asli makkah , selain itu juga

orang yahudi .

Perdagangan merupakan sarana yang paling dominan

untuk memenuhi kebutuhan hidup.11 Tetapi sebagian mereka

kondisi perekonomiannya umumnya payah. Mata pencahariaan

sebagian berternak dan bercocok tanam. Tentang

perindustrian atau kerajinan banyak di kenal seperti

hasil dari Yaman jahit menjahit, menyamak kulit dan lain-

lain.

Kekayaan yang di miliki mereka banyak mengundang

peperangan sehingga kemiskinan, kelaparan dan orang

telanjang merupakan hal yang biasa. Sedangkan masyarakat

umumnya perekonomiannya miskin dan menderita. mereka

menggunakan sistem pinjam-meminjam yang di dasarkan

sistem renten/riba .12 Keadaan ini juga berlaku pada

masyarakat Yahudi yang memperlakukan pihak yang berhutang

secara kejam. 10 Ibid,hlm 12911 Al- Mubarakful Shafiyyurrahman, Sirah Nabawiyah. (Jakarta: PustakaAl-Kautsar.2009).hlm.34.12 Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya,(Malang : UIN Press,2008),hlm.42.

35

2.3.4 Kondisi Politik Masyarakat Jahiliyah

Najed sebuah dataran tandus yang berfungsi sebagai

penghambat , memiliki tiga kota di antaranya Taif ,

Makkah dan Madinah ( kota yang bertetangga). Najed tidak

pernah di jajah oleh negara lain kecuali sebagian kecil

wilayah bagian utara yang di kuasai dan diperebutkan oleh

Imperium Persia dan Romawi. Sehingga masyarakat Arab

terpecah belah sehingga mereka membuat masing-masing

suku.

Masyarakat Arabia terpecah belah, retak menjadi

kepingan – kepingan disebabkan permusuhan antar suku.

Peperangan dan penyerbuan antar suku bagaikan kesibukan

setiap hari. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan,

sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi

sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Orang Arab

tidak mengenal sistem pemerintahan pusat , karenanya

jika terjadi permusuhan antara suku-suku tersebut tidak

ada pihak yang menjadi penengah sehingga dapat menjadikan

peperangan ini berlangsung selama bertahun-tahun.13

Peperangan antar suku atau kabilah sering terjadi

sehingga sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang

mendarah daging dalam diri orang arab. Dalam masyarakat

yang suka berperang menyebabkan harkat martabat menjadi

13 Ibid,hlm.41.

36

rendah. Dunia arab ketika itu merupakan keadaan

peperangan yang terjadi bertahun-tahun. Pada sisi lain ,

masyarakat Arab tunduk kepada Syekh atau Amir (ketua

kabilah) itu dalam hal peperangan , pembagian harta

rampasan dan pertempuran tertentu . selain itu amir tidak

berhak mengatur kabilah-kabilah.14

2.2.5 Kondisi Keagamaan Masyarakat Jahiliyah

Sebelum agama Islam datang, ada beragam agama dan

kepercayaan yang dianut bangsa Arab: 1.Agama tauhid,

yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Agama Hanif yang

dibawa Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Ismail termasuk

dalam agama ini. Hanif artinya orang-orang Arab yang

selama zaman jahiliyah tetap dalam agama Nabi Ibrahim a.s

dan tidak menyembah berhala. Tapi kepercayaan agama

Tauhid ini lama kelamaan berubah menjadi penyembahan

berhala.

Menurut riwayat Ibnu Khalbi dalam kitab as-Ashnam,

perubahan kepercayaan ini terjadi karena adat bangsa Arab

untuk membawa batu yang diambil dari sekeliling Ka’bah

bila mereka akan meninggalkan kota Mekah. Hal tersebut

mereka lakukan karena mereka mencintai kota Mekah dan

Ka’bahnya. Di manapun mereka berada, batu yang mereka

bawa dari sekeliling Ka’bah itu dipujanya sebagaimana14 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam,( Jakarta : Rajawali Press,2001),hlm.11.

37

mereka melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah. Maka

penuhlah Ka’bah itu dengan berhala-berhala. Sebenarnya

masih ada orang yang tetap mempercayai adanya Allah,

tetapi terkontaminasi pada pemujaan berhala, sehingga

mereka menjadikan berhala itu sebagai perantaranya.

Menurut riwayat, dalam Ka’bah itu terdapat 360 buah

patung yang bermacam-macam bentuk dan warna menurut

kemauan masing-masing kabilah dan suku. Ada empat patung

yang terkenal yaitu Lata yang dianggap dewa tertua

terletak di Tsaqif, Uzza disembah oleh suku Quraisy,

Manah (Al-Qur’an, an-Najm (53): 20) disembah oleh suku

Aus dan Khazraj, dan Hubal yang dianggap dewa terbesar

disembah oleh kabilah Khoziman. Patung-patung itu

dihancurkan ketika Nabi Muhammad dan pengikutnya dapat

menguasai kota Mekah dan memasuki Baitullah pada tanggal

20 Ramadhan 8 H. Setelah itu lenyaplah kepercayaan

Watsani di Jazirah Arab.

2.Agama Ashabiah, yaitu kepercayaan dan penyembahan

kepada benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan

matahari. Mereka menyembah benda-benda langit karena

menurut mereka benda-benda langit yang mengatur alam yang

luas ini. Agama ini mula-mula dianut oleh bangsa Arab

Bani Qahthan pada masa kerajaan Saba’ di Yaman.

38

3.Agama Yahudi berasal dari syariat yang dibawa Nabi Musa

a.s untuk Bani Israil. Meskipun agama Yahudi sudah masuk

ke Jazirah Arab, bangsa Arab kebanyakan masih menganut

agama asli mereka yaitu percaya kepada banyak dewa yang

diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung (Badri Yatim,

2000: 15).

Secara tabiat orang Arab pada masa jahiliyah juga

mencari kekuatan diluar diri mereka yang mereka anggap

lebih hebat, lebih kuat, lebih segala-galanya yang dapat

menjadi tempat mereka mengadu, berlindung, dan meminta

pertolongan pada saat mereka mengalami kesulitan,

ketakutan, dan tertekan. Mereka mencari sosok yang dapat

mereka sembah. Untuk merealisasikan hal tersebut mereka

menggunakan berbagai macam perantara, sebagaimana yang

dituturkan Dr. Jawwad Aliy dalam bukunya al-mufassol fi

al-Tarikh al-Arab qobla al-Islam.

Kebanyakan orang bangsa Arab masih meyakini dan

melaksanakan ajaran yang disampaikan nabi Ibrahim yang

kemudian diteruskan nabi Ismail. Sepeninggal nabi Ismail

ajaran ini mulai memudar dengan banyaknya ajaran-ajaran

yang terlupakan dari praktik keagamaan dan rutinitas

kehidupan mereka. Hanya saja ajaran inti yang disampaikan

nabi Ibrahim masih terjaga sampai munculnya Amr bin

Luhayy seorang pemimpin bani Khuza’ah yang memiliki

39

akhlaq agung seperti baik hati, dermawan, serta

perhatiannya terhadap masalah keagamaan yang begitu

tinggi dan mungkin itulah yang menjadikan dirinya sangat

dihormati dan dipercaya oleh orang Arab pada saat itu.

Adapun yang menjadi awal mula munculnya berhala dan

dijadikannya berhala sebagai sesembahan adalah kepergian

Amr bin Luhayy yang menurut syaikh shafiyyurrahman menuju

syam, sedang menurut Hitti pada bukunya History of the

Arabs yang dikutib dari Ibnu Hisyam menuju Moab atau

Mesopotamia. Disana dia melihat penduduk melakukan

pemujaan terhadap berhala. Dari apa yang dilihatnya

tersebut dia memberika respon positif sehingga pada saat

dia pulang dia membawa satu berhala yaitu Hubal yang

diletakan didalam Ka’bah.

Hubal adalah dewa yang paling tinggi diantara dewa-

dewa yang lain hubbal digambarkan dalam bentuk

manusiayang memiliki tangan emas yang melambangkan sifat

yang dimilikinya yaitu penguasa, pengasih dan penyayang.

Selain hubal ada tiga lagi dewi yang diagungkan oleh

bangsa Arab yaitu al-Lat, al-Uzza dan Manat ketiganya

dianggap sebagai putri Allah. Orang Arab selain memuja

dewa-dewi tersebut juga masih menyembah dewa-dewa kecil

lain yang seperti Dzu al-Kholashoh yaitu dewa-dewa yang

mengambil nama tempat pemujaan, Dzu al-Kaffayn dan Dzu

40

al-Rijl dan Yaghuts, Wuud, Yauq, Suwa’ yang penamaannya

sesuai dengan sifat ketuhanan seperti mencintai, menjaga,

menolong, dan menghakimi.

Tuhan yang diakui oleh seluruh Jazirah Arab adalah

Allah, Allah adalah tuhan yang sifat-sifatnya sama dengan

Allah tuhan umat muslim saat ini hanya saja semua sifat

dan fungsi-Nya diserahkan kepada dewa-dewa atau tuhan-

tuhan kecil yang disebut pada paragraf sebelumnya. Semua

ini ditemukan pada prasasti di kawasan Arab Selatan dan

Utara, sebagai mana yang di tulis Ismail R al-Faruqi dan

Lois Lamya al-Faruqi dalam Atlas Budaya Islam, prasasti

Arabia Selatan (Ma’in, Saba’, Qathaban) maupun Arabia

Utara(Lihyan, Tsamud, dan Shafa)membuktikan bahwa Tuhan

Agung yang disebut Al-Ilah atau Allah sudah disembah sejak

zaman.

Pada saat ditaklukannya kota Makkah oleh Rosulullah

semua berhala-berhala yang ada dihancurkan termasuk

Hubal, lata, Uzza, Manat dan 360 berhala yang berada

disekitar Ka’bah sebagaimana yang disebutkan Syaikh

Shafiyyurrahman Mubarrakfuri dalam kitab al-Rahiiq al-

Makhtuum yang dikutib dari kitab Mukhtashar Siratur

Rasul(2013:31 trjmh), tatkala Rasulullah menaklukan

Makkah, disekitar Ka’bah terdapat tiga ratus enam puluh

berhala. Beliau memecahkan berhala-berhala itu hingga

41

berjatuhan semua, lalu memerintahkan agar berhala-berhala

tersebut dikeluarkan dari masjid dan dibakar.

Dalam penyembahan berhala mereka mempunyai beberapa

tradisi yang itu sebenarnya adalah rekaan yang dibuat

oleh Amr bin Luhayy seperti berdiam dihadapan berhala,

minta perlindungan pada berhala tersebut, haji dan thawaf

tapi yang disebut-sebut pada saat thawaf adalah nama-nama

berhala tersebut, melakukan taqarrub dengan memeberi

persembahan penyembelihan berhala dengan menyebut nama

berhala yang diberi persembahan, memberi makanan atau

hasil panen khusus pada berhala, bernadzar pada berhala.

Selain itu mereka juga melakukan ritual al-Sa’ibah15, al-

Bahirah16, al-Washilah17, al-Hami18.

Pada dasarnya selain Amr bin Luhayy ada empat hal

yang sangat mempengaruhi penyembahan bangsa-bangsa Arab

terhadap berhala-berhala seperti yang di kemukakan Ismail

15al-Sa’ibah yaitu unta betina yang telah beranak sepuluh betina secara beturut-turut tanpa ada selingan jantan. Unta semacam ini menurut mereka tidak boleh dimakan ataupun diminum susunya kcuali untuk tamu. Jika setelah itu dia beranak betina lagi maka dia harus dibelah telinganya dan dilepas.16Al-Bahirah adalah anak unta al-Sa’ibah yang harus diperlakukan samaseperti induknya.17Al-Washilah adalah domba betina yang beranak betina kembar dalam lima kelahiran beturut-turut, jika domba ini beranak lagi maka hanyaakan mereka persembahkan untuk kaum lelaki.18Al- Hami adalah unta jantan yang telah membuahkan sepuluh unta betina berturut-turut, maka punggung unta tersebut di cap dengan besi panas, tidak boleh digunakan kecuali untuk kepentingan ritual.

42

R al-Faruqi dan Lois Lamya al-Faruqi dalam Atlas Budaya

Islam :

pertama adalah keinginan manusia akan dewa yang selalu

berada didekatnya bila dibutuhkan.

Kedua kecenderunga untuk mengagungkan orang baik yang

sudah meninggal, baik itu leluhur, kepala suku atau

dermawan, sampai tingkat kemanusiaannya menjadi

ketuhanan. Ketiga rasa takut yang terus-menerus yang

dialami manusia ketika menyadari ketidak berdayaan mereka

didalam menghadapi peristiwa dahsyat yang tak dapat

dijelaskan atau peristiwa alam tragis.

Keempat hampir tidak adanya keyakinan transedentalis.

Itulah mungkin yang akhirnya menjadikan bangsa Arab

melenceng dan meninggalkan agama Ibrahim.

Selain menyembah berhala ada juga masyarakat Arab yang

masih memegang teguh agama Ibrahim, memluk agama Yahudi,

Nasrani, Zoroaster, dan Shabi’ah. Setidaknya ada dua

periode yang dapat dijadika tolak ukur keberadaan agama

Yahudi di jazirah Arab:

Periode pertama sebagaimana yang dituang syaikh

Shafiyyurrahman Mubarakfuri yang dikutip dari kitab Qalbu

Jazirah al-Arab dalam kitab al-Rahiiq al-Makhtuum,

penaklukan Babilonia dan al- Syiria di Palestina; hal ini

menyebabkan orang yahudi sebagian menjadi tawanan dan

43

sebagian lagi hijrah menuju Hijaz dan bermuki di kawasan

utaranya.

Periode kedua dimulai sejak pendudukan Romawi atas

Palestina pada tahun 70 M; perpindahan ini terjadi akibat

tekanan yang dialami orang Yahudi saat itu sehingga

memaksa mereka untuk pindah ke Hijaz dan menetap di

Yatsrib, Khaibar dan Taima’. Untuk masuknya agama Yahudi

ke Yaman itu melalui pejual jerami As’ad bin Abi Karb

yang kelak ketika anaknya Yusuf menjadi penguasa Yaman

akan mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap orang

Nasrani yang jumlahnya mencapai 20 sampai 40 ribu jiwa,

menurut syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarrakfuri yang

beliau kutip dari kitab al-Yaman Abrat Tarikh dalam kitab

al-Rahiiq al-Makhtuum peristiwa itu terjad pada tahun 523

M.

Menurut syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarrakfuri dalam

kitab al-Rahiiq al-Makhtuum, sedangkan agama Nasrani

masuk ke jazirah Arab melalui pendudukan orang-orang

Habasyah dan Romawi. Kristenisasi mulai dilakukan orang

Habasyah mulai pendudukannya atas Yaman pada tahun 340 M.

Pada saat pendudukannya ini juga muncul di Najran seorang

yang zuhud dengan tulus mengajarkan ajaran kristen

sehingga membuat peduduk Najran tertarik untuk memeluk

agama Nasrani. Masuk untuk kedua kalinya setelah

44

pembantaian yang dilakukan Dzu Nuwas19terhadap orang

Nasrani pada tahun 525 M, hal ini sebagai balasan atas

perlakuan Dzu Nuwas, saat itu Yaman berada dibawah

kepemimpinan Abrahah, ditangannya Nasrani melebarkan

sayapnya seluas-luasnya sampai-sampai dia membuat

bangunan tandingan untuk Ka’bah dengan tujuan agar ibadah

yang dilakukan orang Arab berpindah ke Yaman. Agaknya

usahanya untuk menandingi Ka’bah ini kurang membuahkan

hasil yang memuaskan sehingga dia hendak menghancurkan

Ka’bah akan tetapi itu gagal dan justru dia harus

meregang nyawa pada saat memimpin pasukan untuk

menghacurkan Ka’bah karena diserang oleh burung ababil.

Agama majusi banyak dianut oleh kalangan Arab yang

berada didekat Persia sperti Irak, Bahrain, Hajar dan

teluk Arab yang bertangga dengannya. Sedang agama

shabi’ah dianut oleh suku Kaldaniyin (chaldaneans) di

daerah Irak ini beerdasarkan penggalian yang dilakukan

oleh para arkeolog disana. Sebenarnya agama ini adalah

agama yang dianut kaum Ibrahim, yang sebenarnya selain di

Irak agama ini adalah agama asal masyarakat Yaman dan

Syam pada zaman purbakala sebelum datangnya agama-agama

baru.

19Gelar untuk Yusuf putra As’ad bin Abi Karb saat jadi penguasa Yaman.

45

2.4 Karakter Masyarakat Arab (Pra Islam) Jahiliyah

Sebelum Islam dan Menjelang Kedatangan Islam.

Pengaruh terhadap karakter seseorang itu bisa di

pengaruhi oleh kondisi alam . Hal semacam ini di alami di

jazirah arab, baik dari bentuk fisik maupun psikis .

Memang kita tidak memungkiri bahwa di tengah masyarakat

jahiliyah terdapat hal-hal hina, amoralitas, dan masalah-

masalah yang tidak bisa di terima oleh akal . Tetapi

mereka juga memiliki karakter yang positif selain negatif

. Nourouzzaman Shiddiqi menjelaskan karakter-karakter

bangsa arab sebagai berikut:20

2.4.1 Karakter Negatif

Karakter-karakter negatif bangsa arab :

a.       Sulit Bersatu

Setiap manusia membutuhkan sumber-sumber yang dapat

melangsungkan hidup. Jika sumber tersebut sangat terbatas

maka manusia cenderung untuk membentuk kelompok kecil.

Sehingga pada masa jahiliyah mereka membentuk kelompok-

kelompok kecil tidak semuanya bersatu. Karena orang yang

tidak memiliki hubungan darah di anggap musuh. Sehingga

persatuan masyarakat yang hanya di dasarkan pada tali

hubungan darah inilah yang menyebabkan timbulnya sikap

20 Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya,(Malang : UIN Press,2008),hlm.51.

46

chauvenis21yang sempit , yang tidak mau tunduk kepada

pemimpin yang berada di luar sukunya , oleh karena itu

sulit di lahirkan persatuan yang menyeluruh.22

b.      Gemar Berperang

Berjalannya waktu maka anggota mulai bertambah

sehingga kebutuhan mulai berebutan karena terbatasnya

sumber kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka

harus berperang . menurut pandangan orang arab perang itu

adalah halal. Sehingga perang itu menjadi gaya hidup dan

seolah-olah menjadi tradis bangsa jahiliyah.

c.       Kejam

Mereka di anggap kejam karena kelakuan sosial mereka

seperti menggubur anak perempuan hidup-hidup dan mereka

suka berperang. Sebab-sebab mereka melakukan seperti itu

karena untuk menunjang berlangsungnya hidup mereka serta

cara hidup mereka yang berpindah-pindah.

d.      Pembalas Dendam

Dalam tatanan arab pengikat tali persaudaraan

sangatlah erat sehingga darah miliki nilai yang sangat

tinggi. Sehingga menjadi kewajiban dan penghormatan bagi

seluruh anggota suku untuk menuntut pertumpahan darh

21 Chauvenis : sifat cinta tanah air secara berlebih-lebihan ( Arkola.TT.kamus inggris-indo indo-inggris.surabaya, hal.72)22 Ibid,hlm52-53.

47

tersebut. Penuntutan balas ini bisa berlangsung berpuluh-

puluh tahun misalnya perang basus.

e.       Angkuh dan Sombong

Sebenarnya sifat pembalas dendam itu lahir dari

sifat sombong . Dari sifat tersebut terjadilah permusuhan

dan mengakibatkan perkelahian. Mereka merasa benar

sendiri, terbaik, terhormat dari pada yang lainnya.

f.       Pemabuk dan Penjudi

Minuman bagi orang Arab adalah barang yang mewah.

Ini sebagai tanda bahwasanya orang Arab yang mabuk-

mabukkan berarti orang yang miliki harta yang lebih dan

tujuannya mereka adalah untuk memamerkan . selain itu,

bagi orang Arab hal tersebut sebagai pelarian atau untuk

menghilangkan masalah yang mereka miliki.

2.4.2 Karakter Positif

Telah d sebutkan beberapa karakter negatif

masyarakat jahiliyah yang memberi gambaran seakan akan

orang orang jahiliyah itu adalah mahluk yang tidak

berguna. Padahal sejarah mencatat bahwa merekalah

kemudian pembuat sejarah dunia yang mengagumkan dan

bahkan merekalah yang telah meningkatkan kebudayaan umat

manusia setelah mereka memeluk islam. Oleh karna itu

pastilah pda diri mereka ada sifat sifat positif yang

potensial , di samping mereka mengenal kode etik yang

48

mereka pegang tegu yang merupakan kunci keberhasilan

mereka dan sekaligus pula merupakan ciri ciri dari

manusia yang berbudaya tinggi. Adapun watak-watak dan

tradisi positif bangsa arab seperti yang di kemukakan

tohir antara lain sebagai berikut:

a.       Kedermawanan

Adalah suatu hal yang lumrah sekali jika

kederemawanan dan murah tangan mendapat tempat tertinggi

untuk mengkualifikasikn seseorang itu termasukl orang

yang mulia, mengingat bagaimana sulitnya mencri nafkah di

gurun yang sangat gersang itu. Dikalangan masyarakat

jahiliyah, kedermawanan adalah merupakan bukti kemuliaan

seseorang. Makin dermawannya seseorang, Makin dikagumilah

dia. Namun harus diingat kedermawanan yang di perlihatkan

oleh seseoarang arab jahiliyah itu bukanlah didorong oleh

motif motif kerahiman atau kebaikan hati, tetapi hanya di

dasari oleh sikap kesatria saja yang cenderung pada

keinginan hati untuk di muliakan dan dikagumi. Islam

kemudian yang merubah pandangan dan sikap arab jahiliyah

terhadap kedermawanan ini dari beraspekkan bermegah megah

kepada mencari keridhaan allah.

b.      Keberanian dan kepahlawanan

Adalah satu syarat yang mutlak diperlukan untuk

dapat mempertahankan hidup di gurun yang kejam dan ganas

49

itu. Oleh karna itu tidaklah mengherankan jika keberanian

mendapat nilai yang paling tinggi dan menjadi unsur yang

paling esensi dari muru’ah.

c.       Kesabaran

Adalah merupakan nilai moral yang tinggi di kalangan

bangsa arab badui, dan merupakan inti pokok dari

keberanian atau sekurang kurangnya merupakan bagian

darinya. Di dalam kehidupan di gurun pasir di mana syarat

hidup begitu keras maka setiap orang dituntut memiliki

kesabaran dan tahan menderita yang besar untuk dapat

mempertahankan hidupnya dan kelangsungan hidup sukunya.

d.      Kesetiaan dan kejujuran

Dalam masa jahiliyah kesetiaan hanyalah

diperuntukkan bagi saudara saudara yang didasari atas

ikatan (hubungan darah). Dalam lingkungan yang sempit –

suku-, inilah kesetiaan itu diimplementasikan secra

mutlak. Seorang arab badui bersedia berkorban untuk

kepentingan saudaranya sesuku. Kesetiaan orang arab badui

dalam memegang janji ini dapat dilihat dari cerita ini

lahirlah pepatah arab “awfa min as-samauel” . dia rela melihat

anaknya di bunuh di depan matanya oleh panglimah perang

hirah harits ibn dhalim, demi memegang janjinya pada

imru’ul qais yang sedang dikejar kejar musuhnya dalam

50

pelariannya, dan sambil meminta bantuan dari Byzantium

pernah singgah di tempat as-samauel di al-ablaq.

e.       Ketulusan dan berkata benar

Merupakan salah satu sifat dari orang orang arab

jahiliyah. Sebagaimana ketulusan ini adalah nilai moral

yang tinggi bagi manusia. Etika moral manusiawi ini oleh

islam diperjelas dengan menempatkan berkata benar itu

dengan sesuatu yang haq. 23

2.5. Keberagaman budaya Arab sebelum Islam datang

Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah menganut

berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan

peraturan-peraturan hidup. Ketika agama Islam datang,

agama baru ini pun membawa pembaruan di bidang akhlak,

hukum, dan peraturan-peraturan tentang hidup. Dengan

demikian, bertemulah agama Islam dengan agama-agama

jahiliah atau peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-

peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Kemudian, kedua

paham dan kepercayaan itu saling berbenturan dan

bertarung dalam waktu yang lama.

Faktor alam merupakan satu hal yang dapat

mempengaruhi kehidupan beragama pada suatu bangsa. Hal23 Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya,Op.Cit,hlm.59-67

51

itu dapat dibuktikan oleh penyelidik-penyelidik ilmiah

yang menunjukkan bahwa Jazirah Arab dahulunya subur dan

rnakmur. Karena faktor alam itu pula boleh jadi rasa

keagamaan telah timbul pada bangsa Arab semenjak lama.

Semangat keagamaan yang amat kuat pada bangsa Arab itulah

yang menjadi dorongan mereka untuk melawan dan memerangi

agama Islam di saat Islam datang. Mereka memerangi agama

Islam karena mereka amat kuat berpegang dengan agama

mereka yang lama yaitu kepercayaan yang telah mendarah

daging pada jiwa mereka. Andaikata mereka acuh tak acuh

dengan agama, tentu mereka membiarkan agama Islam

berkembang, tetapi kenyataannya tidak demikian. Agama

Islam mereka perangi mati-matian sampai mereka kalah.

Sampai saat ini pun bangsa Arab, baik dia seorang

ulama atau tidak, terhadap agamanya mereka sangat

bersemangat. Agama itu disiarkan serta dibela dengan

sekuat tenaganya. Semangat beragama mereka umumnya

bersifat kulitnya saja. Adapun ibadah dan praktik-praktik

keagamaan jeering ditinggalkan oleh Arab Badui. Watak

mereka yang amat mencintai hidup bebas dari keterikatan

menjadi sebab mereka Kingin bebas dari aturan agama.

Mereka sudah lama merasa bosan dan kesal terhadap

agamanya karena dianggap sebagai pengikat kemerdekaannya

sehingga selalu menyelewengkan agama mereka sendiri. Ada

52

di antara mereka yang menyembah pohon-pohon kayu. Ada

yang menyembah bintang-bintang, batu-batuan, binatang-

binatang, bahkan menyembah raja-raja. Cara ini mereka

lakukan karena mereka merasa sukar mempercayai Tuhan yang

abstrak, sehingga akhirnya mereka menjadikan sesuatu

benda yang dianggapnya sebagai Tuhan bayangan.

Mengenai kepercayaan keagamaan, bangsa Arab merupakan

salah satu dari bangsa-bangsa yang telah mendapat

petunjuk. Mereka dahulu telah mengikuti agama Nabi

Ibrahim. Karena terputus dengan nabi sebagai juru

penerang, meraka lantas kembali lagi menyembah berhala.

Berhala-berhala mereka terbuat dari batu dan ditegakkan

di Kakbah. Dengan demikian agama Nabi Ibrahim bercampur

aduk dengan kepercayaan keberhalaan. Kemudian keyakinan

terhadap Nabi Ibrahim itu telah benar-benar kalah dengan

kepercayaan keberhalaan.

Ibnu Kalbi menyatakan bahwa yang menye-babkan bangsa

Arab menyembah batu atau berhala adalah karena siapa saja

yang meninggalkan kota Mekah selalu membawa sebuah batu.

Diambilnya dari batu-batu yang ada di tanah haram Kakbah.

Jika telah berbuat demikian, mereka telah merasa dirinya

terhormat dan cinta terhadap kota Mekah. Selanjutnya, di

mana-mana mereka berhenti atau menetap, diletakkannya

batu itu, dan mereka tawaf (mengelilingi) batu itu,

53

seolah-olah mereka telah mengelilingi Kakbah.

Sesungguhnya mereka masih tetap memuliakan Kakbah dan

kota Mekah, serta masih mengerjakan haji dan umrah,

tetapi mereka tetap saja menyembah apa yang mereka sukai.

Berhala-berhala yang ada di negeri mereka dahulunya

adalah batu yang dibawa dari Kakbah ; (Mekah), yang

kemudian mereka muliakan. Mereka juga mendirikan rumah-

rumah untuk smenempatkan batu berhalanya, sementara itu

Kakbah masih tetap mempunyai kedudukan lyang tinggi dan

mulia. Di antara berhala-berhala itu ada yang mereka

pindahkan ke Kakbah, fyang akhirnya Kakbah dipenuhi

dengan berhala-berhala. Mereka tidak lupa akan kedudukan

I Kakbah yang mulia sehingga mereka tidak mau meletakkan

batu-batu berhala itu di tempat yang lain, kecuali dekat

dengan Kakbah. Mereka juga tidak mau naik haji, kecuali

hanya ke Mekah.

Nama-nama berhala yang mereka sembah antara lain

Hubal yakni berhala yang terbuat dari batu akik berwarna

merah dan berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang

terbesar I diletakkan di Kakbah, kemudian Al Lata,

berhala yang paling tua, berhala Al Uzza, serta Manah.

Mereka mengakui berhala tersebut sebagai Tuhan mereka dan

memujanya karena dianggapnya hebat. Mereka menyembah

berhala-berhala itu sebagai perantara kepada Tuhan. Jadi

54

pad hakikatnya, bukanlah berhala-berhala itu yang mereka

sembah, tetapi sesuatu yang hebat di balik berhala-

berhala itu. Untuk mendekatkan diri kepada dewa atau

Tuhan-Tuhan itu, merek rela berkorban dengan menyajikan

binatang ternak. Bahkan pernah pada suatu ketika mereka

mempersembahkan manusia sebagai korban kepada dewa-dewa

dan Tuhan mereka. Kepadal berhala-berhala itu, mereka

mengadukan nasibnya, persoalan, atau problem hidupnya

serta meminta pendapat atau memohon restunya jika akan

mengerjakan sesuatu yang penting.24

2.6 Perbedaan budaya Islam dan Arab

Islam tidak identic dengan Arab, karena tidak semua

bangsa Arab pasti beragama Islam. Karena itu, jika ada

suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di wilayah

Arab, maka kebudayaan tersebut dinamakn kebudayaan Arab,

walaupun ada juga sebagian orang dan ahli yang

menyebitkan sebagai kebudayaan Islam. Dari pernyataan ini

muncul dua pendapat. Pertama, bahwa kebudayaan itu

disebut sebagai kebudayaan Arab, karena kebudayaan ini

tumbuh dan besar di tanah Arab. Sering juga disebut

kebudayaan Timur Tengah atau budaya padang pasir. Kedua,

disebut sebagai kebudayaan Islam. Sebab, sebab meskipun

24 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah-Peradaban-Islam

55

keduanya lahir di tanah Arab, tetapi selanjutnya Islam

sangat berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan

Arab. Dengan demikian, anggapan bahwa kebudayaan Arab

adalah kebudayaan Islam, karena Islam adalah agama yang

telah membesarkan kebudayaan tersebut.

Kedua pendapat itu dapat dibedakan pada aspek sudut

pandangnya. Kalau dilihat dari sisi kebangsaan, atau

teritorial maka kebudayaan tersebut dinamakan Kebudayaan

Arab. Dan jika dilihat dari dominasi keagamaan yang

mempengaruhinya, maka kebudayaan itu dapat dinamakan

Kebudayaan Islam. Namun lebih cenderung untuk menyebut

kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Arab. Karena

sebagaimana kebudayaan yang tumbuh di Indonesia, tetap

disebut sebagai Budaya Indonesia, dan bukan Kebudayaan

Islam, meskipun Islam adalah agama yang dominan di

Indonesia.25

METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM DI INDONESIA

2.1 Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Islam di Indonesia baik secara histiris maupun

sosiologis sangan kompleks, terdapat banyak masalah,

25 http://id.wikipedia.org/wiki/budaya-Arab

56

misalnya tentang sejarah dan perkembangan Islam. Oleh

karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan pendapat

tentang kapan, darimana, dan dimana pertama kali Islam

dating ke Nusantara. Namun, secara garis besar perbedaan

pendapat tersebut dapat di bagi menjadi sebagai berikut:26

1. Pendapat pertama di pelopori oleh sarjana-sarjana

orientalis Belanda. Diantaranya Snouckhurgronje yang

berpendapat bahwa Islam dating ke Indonesia pada

abad ke-13 M dari Gujarat (bukan dari Arab langsung)

dengan bukti ditemukannya makam Sultan yang beragama

Islam pertama Malik As Sholeh, Raja pertama kerajaan

Samudera Pasai yang di katakana berasal dari

Gujarat.

2. Pendapat kedua dikemukaan oleh sarjana-sarjana

muslim, diantaranya prof. Hamka, yang mengadakan

“seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia” di

Medan tahun 1963. Hamka dan teman-temannya

berpendapat bahwa Islam sudah datang ke Indonesia

pada abad pertama hijriyah (± abad ke-7 sampai ke-8)

lansung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang

ramai dan bersifat Internasional sudah di mulai jauh

sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-726 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja GrafindoPersana, 2007) hlm. 7.

57

M) melalui Selat Malaka yang menghubungkan dengan

Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia

Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.

3. Sarjana Muslin Kontemporer seperti Taufik Abdullah

mengompromosikan kadua pedapat tersebut menurut

pendapatnya memang benar Islam sudah dating ke

Indonesia sejak abad pertama hijriyah atau abad ke-7

M, tetapi baru di anut oleh pendapat Timur Tengah di

pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara

besar-besaran dan mempunyai kakuatan politik pada

abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudera

Pasai.27

Menurut J.C Van Leur, berdasarkan berbagai cerita

perjalanan dapat di perkirakan bahwa sejak 674 M ada

koloni-koloni Arab di Barat Laut Sumatera yaitu di Barus

daerah penghasil kabur Barus terkenal. Dari berita Cina

bisa diketahui bahwa di masa Dinasti Tang (abad ke-9

sampai ke-10) orang Ta-Shih sudah ada di kanton (Kan-Fu)

dan Sumatera. Ta-Shih adalah sebutan untuk orang-orang

Arab dan Persia yang ketika itu jelas sudah menjadi

Muslim.

Baru pada zaman berikutnya penduduk kepulauan

Sumatera ini masuk Islam bermula dari penduduk pribumi

27 Musyrifah Sunanto,Op.Cit. hlm. 9.

58

dari koloni koloni pedagang Muslim itu. Menjelang abad

ke-13 masyarakat muslim sudah ada di samudera Pasai,

Perlak, dan Palembang di Sumatera.28 Di Jawa, makam

Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka

tahun 475 H, dan makam-makam Islam yang berasal dari abad

ke-13 merupakan bukti berkembangnya komunitas Islam.

Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam itu,

perkembangan agam Islam di Indonesia di bagi manjadi tiga

fase. (1) Singgahnya pedagang-pedagang Islam di

pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita

Luar Negeri terutama Cina. (2) adanya komunitas Islam di

beberapa daerah kapulauan Indonesia, sumbernya, disamping

berita-berita asing juga makam-makam Islam, dan (3)

Berdirinya kerajaan Islam. 29

2.2 Pembawa Agama Islam di Indonesia

Ada beberapa teori yang di kemukakan oleh para ahli

tentang pembawa agama Islam di Indonesia, yaitu sebagai

berikut :

Teori Gujarat

28 Badri Yatim. Sejarah Pendidikan Islam., (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2007) , hal. 193.29 Taufik Abdullah.. Sejarah Umat Islam Indonesia. (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia 1991), hal. 35.

59

Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke

Indonesia pada abad 13 dan

pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar

dari teori ini adalah:

a.Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab

dalam penyebaran Islam di Indonesia.

b.Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama

melalui jalur Indonesia –Cambay-Timur Tengah–Eropa

c.Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al

Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF

Stutterheim dan Bernard

H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat,

lebih memusatkan perhatiannya

pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya

kerajaan Samudra Pasai.

Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari

Venesia (Italia) yang pernah

singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia

menceritakan bahwa di Perlak sudah

banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang

Islam dari India yang

menyebarkan ajaran Islam.

60

Teori Makkah

Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai

sanggahan terhadap teori lama

yaitu teoriGujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam

masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal

dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:

a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat

Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan

pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan

perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga

sesuai dengan berita Cina.

b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i,

dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu

adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah

penganut mazhab Hanafi.

c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik,

yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.

Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur

dan T.W. Arnold. Para ahli

yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah

berdiri kekuasaan politik

Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya

yaitu abad ke 7 dan yang

61

berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah

bangsa Arab sendiri.

Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia

abad 13 dan pembawanya

berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah

kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam

Indonesia seperti:

Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya

Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di

junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.Di Sumatra Barat

peringatan tersebut disebut dengan upacara

Tabuik/Tabut.Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan

pembuatan bubur Syuro.

b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar

dengan sufi dari Iran yaitu

Al – Hallaj.

c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja

huruf Arab untuk tandatanda

bunyi Harakat.

d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di

Gresik.

e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.

62

Leren adalah nama

salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan

P.A. Hussein Jayadiningrat.30

2.3 Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

1) Kerajaan islam pertama di Indonesia

Samudera Pasai

Kerajaan islam pertama diindonesia pertama adalah

kerajaan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan

kembar.kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh.

Kemunculannya sebagai kerajaan islam diperkirakan mulai

awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari

proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah

disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8

M, dan seterusnya.31 Bukti berdirinya kerajaan samudera

pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan

kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai. Dari nisan

itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu

meninggal pada bulan ramadhan tahun 696 H, yang

diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.

30 http://adeut.blogspot.com/2007/06/proses-masuk-dan-berkembangnya.html31 Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hal.3.

63

Raja pertama Samudera Pasai adalah Malik Al-saleh.

Dalam Hikayat Raja-raja pasai disebutkan 32 gelar malik

al-saleh sebalum menjadi raja adalah Merah Sile atau

Merah Selu. Ia masuk islam berkat pertemuannya dengan

Syaikh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah, yang kemudian

memberinya gelar Sultan Malik Al-saleh. Nisan kubur itu

didapatkan digampong samudera bekas samudera pasai

tersebut.

Kerajaan Samudera pasai berlangsung sampai pada tahun

1524 M, kerajaan ini ditaklukan oleh Portugis yang

mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M

dianeksasi oleh raja aceh, Ali muthayatsyah. Selanjutnya

kerajaan samudera pasai berada dibawah pengaruh

kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh darussalam.33

Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh terletak didaerah yang saat ini dikenal

dengan nama Aceh Besar. Disini pula terletak ibukotanya.

Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya

berdiri namun Anas Machmud berpendapat bahwa kerajaan ini

berdiri pada abad ke-15, diatas puing-puing kerajaan32 Muhammad Ibrahim dan Rusdi Sufi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam diIndonesia, (Jakarta:Almaarif, 1989), hal. 420.33 Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia .( jakarta: MUI, 1991 ), hal..55.

64

lamuri, oleh muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang

membangun kota Aceh Darussalam. Menurut H.J De Graaf Aceh

mengenal islam Dari Pasai yang kini menjadi bagian

wilayah Aceh dan pergantian agama diperkirakan terjadi

dipertengahan abad ke-14 M. Menurutnya kerajaan aceh

merupakan penyatuan dari dua kerajaan kecil yaitu Lamuri

dan Aceh Dar Al-kamal. Ia juga berpendapat bahwa raja

pertamannya adalah Ali Mughayat Syah.

Puncak kejayaan kerajaan Aceh adalah terletak pada masa

Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada Masanya Aceh

menguasai seluruh pelabuhan dipesisir Timur dan Barat

Sumatera.

2) Berkembangnya Agama Islam di Pulau Jawa

Demak

Demak adalah daerah asal majapahit yang awalnya

bernama Bintoro yang diberikan oleh raja Majapahit kepada

raden Patah. Raden patah adalah seorang adipati Majapahit

yang kemudian masuk Islam. Awalnya Demak adalah daerah

bawahan Kerajaan Majapahit yang kemudian melepaskan diri

pada tahun 1500 Masehi. Dengan bantuan para walisongo,

Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak. Sehingga menjadi

kerajaan Islam besar di Pulau Jawa. Wilayah kekuasaannya

meliputi Jepara, Semarang, Tegal, Palembang, pulau-pulau

65

sekitar Kalimantan, dan Sumatra. Demak juga menguasai

pelabuhan dagang penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu,

Jaratan, dan Gresik. Kerajaan Demak berperan penting

dalam proses perkembangan Agama dan budaya Islam di Pulau

Jawa. Pada masa itu Demak menjadi pusat penyebaran Agama

Islam. Para wali, selain sebagai penyebar Islam mereka

juga sebagai pensehat kerajaan Demak. Maka

didirikankanlah Mesjid Demak sebagai pusat penyebaran

Agama Islam. Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah

dengan gelar Sultan Alam Akbar berkembang menjadi pesat

karena memiliki lahan pertanian yang luas.34

Jatuhnya Malaka ke Portugis menyebabkan putusnya

hubungan perdagangan Demak. Hal itu menyebabkan

kekhawatiran Demak akan ekspansi Portugis ke daerah-

daerah kekuasaan Demak yang nantinya akan mengambil alih

penguasaan perdagangan di wilayah Nusantara.

Oleh karena itu, pada tahun 1513, Kerajaan Demak

mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di

Malaka.35 Di bawah pimpinan Pati Unus, putra Raden Patah,

Demak mengerahkan 10.000 prajurit dengan 100 buah perahu.

Namun serangan ini berhasil digagalkan Portugis.

Meninggalnya Raden Patah tahun 1518 digantikan oleh

34 Badri Yatim, sejarah peradaban islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 210.35 Badri Yatim,Ibid., hal. 211.

66

putranya Pati Unus ysng terkenal dengan gelar Pangeran

Sabrang Lor. Masa pemerintahan Pati Unus tidak

berlangsung lama pada tahun 1521M Pati Unus wafat.

Setelah pati unus wafat kemudian Pangeran Trenggana

menjadi Raja Demak pada tahun 1521 M. Di bawah

kepemimpinannya kerajaan Demak berusaha menaklukan Jawa

Barat pada tahun 1522 mengirimkan pasukan di bawah

pimpinan Fatahillah untuk menguasai Banten, Sunda Kelapa,

dan Cirebon.

Daerah Demak ini lambat laun menjadi pusat

perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para

wali. Kerajaan demak mengalami kemunduran setelah terjadi

pemberontakan oleh adipati-adipati sekitar kerajaan

Demak, hingga pada akhirnya masa jabatan sultan terakhir

pada tahun 1549, hal ini terjadi akibat terbunuhnya Sunan

Prawoto yaitu raja terakhir kerajaan Demak oleh Aria

Penangsang.36

Pajang

Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang

sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang

terletak didaerah Kartasura sekarang itu merupakan

kerajaan islam pertama yang terletak didaerah pedalaman

36 Taufik Abdullah, Op. Cit., hal. 70

67

pulau jawa.usia kesultanan ini tidak pnjang. Kekuasaan

dan kbesarannya kemudian diambil alih oleh kerajaan

Mataram Islam.37

Raja pertama kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang

berasal dari Pengging,di lereng gunung Merapi. Oleh Raja

Demak ketiga, sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangkat

menjadi penguasa di pajang, setelah sebelumnya di

kawinkan dengan anak perempuannya. Kediaman penguasa

pajang itu, menurut Babad, dibangun dengan contoh kraton

Demak.38

Riwayat kerajaan pajang berakhir tahun 1618. Kerajaan

pajang waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika

itu di bawah Sultan Agung. Pajang dihancurkan, rajanya

melarikan diri ke Giri dan Surabaya.39

Mataram Islam

Munculnya Kesultanan Mataram tidak lepas dari Kerajaan

Pajang, Sultan Adiwijaya (Jaka Tingkir) memberikan hadiah

tanah di daerah Kota Gede, Mataram kepada Kyai Gede

Pamanahan. Oleh Kyai Gede (Ageng) Pamanahan, daerah itu

dibangun dan kemudian berkembang maju. Ia bercita-cita

37 Badri Yatim, Op. Cit., hal. 21238 Badri Yatim, Ibid., hal. 212.39 Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hal..95

68

melepaskan diri dari Kerajaan Pajang, namun sebelum cita-

cita itu tercapai tahun 1575 ia wafat, kemudian

digantikan oleh putranya Sutawijaya yang berhasil lepas

dari kekuasaan Kerajaan Pajang dan mendirikan Kerajaan

Mataram.40

Sutawijaya dinobatkan sebagai Adipati Mataram oleh

Sultan Adiwijaya dengan gelar Senopati ing Alaga Sayidi

Panatagama, yang berarti panglima perang dan pembela agama

Islam. Di bawah kerja keras Sutawijaya, Mataram

berkembang maju. Ia menjadikan Mataram sebagai kesultanan

Islam terbesar di Pulau Jawa. Politik ekspansif

Sutawijaya untuk menaklukan daerah-daerah lain dilakukan

terhadap Surabaya, tahun 1586. Surabaya dapat ditaklukkan

dan mengakui kekuasaan Mataram.

Selanjutnya Sutawijaya merebut Madiun dan

Ponorogo. Tahun 1587, Mataram berusaha merebut Panarukan,

Pasuruan dan Blambangan. Tiga daerah dapat ditaklukan,

tetapi kemudian memerdekakan diri. Tahun 1595, Sutawijaya

mengalihkan politik ekspansifnya ke Jawa Barat, dikirim

pasukan Mataram untuk menaklukkan Cirebon dan Kerajaan

Galuh. Akhirnya Cirebon dan Galuh berhasil ditaklukkan

dan mengakui kekuasaan Mataram.

Politik perluasan wilayah Mataram tidak selamanya

40 Uka Tjandrasasmita, Ibid.,hal. 97.

69

mulus. Sutawijaya banyak mendapat perlawanan dari daerah

taklukan seperti daerah Pati dan Demak, secara bersama-

sama memberontak kepada Mataram.Gabungan pasukan Demak

dan Pati berhasil mencapai ibukota Mataram, meskipun pada

akhirnya dapat ditumpas tentara berkuda Kerajaan Mataram.

Daerah Panarukan, Pasuruan, dan Blambangan juga

ikut melepaskan diri setelah pasukan Mataram kembali ke

Mataram. Sutawijaya boleh dikatakan berhasil meletakkan

dasar-dasar Kesultanan Mataram, ia menerapkan sistem

kerajaan berdasarkan Agama Islam (teokratis). Dalam

pemerintahannya, kedudukan

Sultan memegang peranan sangat penting dan kuat. Di

bidang ekonomi, ia menjadikan Mataram sebagai kerajaan

agraris maritim. Tahun 1601, Sutawijaya wafat digantikan

putranya Mas Jolang dengan gelar Panembahan Seda ing

Krapyak.

Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam di Jawa

Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Di

awal abad ke 16 Cirebon masih merupakan daerah kecil

dibawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya

menempatkan seorang juru labuhan disana, bernama Pengeran

Walang Sungsang seorang tokoh yang mempunyai hubungan

70

darah dengan raja Pajajaran. Ketika berhasil memajukan

Cirebon, ia sudah menganut agama Islam. Disebutkam oleh

Toma Pires, Islam sudah ada di Cirebon sekitar 1470

samapi 1475 M. 41

Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai

Pangeran Giri Laya itu. Sepeninggalnya, sesuai dengan

kehendaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh dua

putranya, Marta Wijaya atau Penembahan sepuh dan Karta

Wijaya atau Penaembahan Anom. Penembahan sepuh memimpin

kesultanan kesepuhan sebagai rajanya yang pertama dengan

gelar Syamsuddin, sementara panembahan anom memimpin

kesultanan kanoman dengan gelar Badruddin.

Banten

Tahun 1522 Portugis mendapat persetujuan dari

Kerajaan Pajajaran diperbolehkan membangun markas

dagangnya di Sunda Kelapa. Hal ini sangat mencemaskan

Kerajaan Demak, akan bahaya dari Portugis. Maka diutuslah

misi dipimpin oleh Nasrullah atau Fatahillah, menantu

Sultan Trenggana, Raja Demak. Misi ini disertai oleh

pasukan dengan tujuan agar bandar-bandar pesisir utara

Jawa Barat tidak jatuh ke tangan Portugis. Singkatnya

41 Badri Yatim. Op.cit. hal.216.

71

tahun 1527, pelabuhan Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon

berhasil dikuasai Demak.42

Fatahillah sukses merebut tiga pelabuhan itu.

Kemudian tahun 1552 Fatahillah menyerahkan penguasaan

Banten kepada putranya Hasanuddin dengan Gelar Panembahan

Banten. Fatahillah sendiri pergi ke Cirebon untuk

menggantikan Pangeran Pasarean, putra Fatahillah yang

berkuasa atas Cirebon. Tahun 1568 Hasanuddin memerdekakan

diri, Banten lepas dari Kerajaan Demak. Ia menobatkan

dirinya menjadi raja pertama kerajaan Banten.43

Maulana Yusuf kemudian meninggal digantikan putranya

Maulana Muhammad tahun 1580-1596 Masehi, dengan gelar

Kanjeng Ratu Banten. Tetapi karena ia masih berumur 9

tahun, pemerintahan dikendalikan oleh mangkubumi, baru

kemudian dewasa ia naik tahta. Tahun 1596, Banten

melakukan usaha penaklukan terhadap Palembang, karena

kerajaan Palembang dianggap saingan perdagangan terhadap

Banten.

Pada tahun yang sama 1596, Armada dagang Belanda

dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Banten.

Kedatangan Belanda menimbulkan keributan dan kegaduhan di

Pelabuhan Banten. Sehingga tentara Kerajaan Banten

42 Badri Yatim. Ibid,. hal.217.43 Badri Yatim. Ibid,. hal.218.

72

mengusirnya dari Banten. VOC yang ingin memonopoli

perdagangan berusaha merebut Banten.

Banten mencapai puncak kejayaan politiknya pada masa

pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683), ia

sangat menentang kehadiran VOC di Banten yang memonopoli

perdagangan. Banten merupakan pusat penyebaran agama

Islam di wilayah barat Indonesia.

Makassar (Goa Tallo)

Pada abad ke-16 M berdiri beberapa kerajaan di

Sulawesi Selatan, antara lain Goa dan Talo. Kedua

kerajaan ini kemudian bergabung menjadi satu dengan nama

Goa-Tallo atau yang lebih dikenal dengan nama Makassar.

Ibukota kerajaan Makassar adalah Sombaopu. Raja Goa

adalah Daeng Manrabia kemudian masuk Islam menjadi Raja

Goa-Tallo dengan gelar Sultan Alaudin. Sedangkan Raja

Tallo, Karaeng Matoaya menjadi Mangkubumi dengan gelar

Sultan Abdullah. Makassar adalah kerajaan Islam pertama

di Sulawesi. Letak Makassar yang strategis pada jalur

pelayaran antara Indonesia bagian barat dan Indonesia

bagian timur.44

Makassar menjadi pintu masuk menuju ke wilayah

Indonesia bagian timur, pada abad ke-16, Ternate, Tidore,

44 Badri Yatim. Ibid,. hal.220.

73

dan Maluku sebagai pusat rempah-rempah. Banyak pedagang

singgah di pelabuhan Makassar sebelum melanjutkan ke

Ternate, Tidore, dan Maluku. Apalagi setelah jatuhnya

Malaka ke Portugis. Pelabuhan Makassar berkembang pesat

menjadi pelabuhan perdagangan.

Tahun 1639, Sultan Alaudin wafat digantikan putranya

Sultan Muhammad Said. VOC berusaha membujuk Sultan, namun

permintaan itu ditolak. Bahkan ia mengirimkan armada

lautnya ke Maluku untuk membantu lepas dari cengkeraman

VOC. Perlawanan Makassar terhadp VOC terus dilanjutkan

oleh Sultan Hasanuddin, putra dari Sultan Muhammad Said.

Sultan Hasanuddin memegang tampuk kekuasaan Makassar dari

tahun 1653 hingga 1667. Pada masa pemerintahannya,

Makassar menjadi kerajaan maritim besar di wilayah

Indonesia bagian timur, wilayah kekuasaanya hingga ke

Nusa Tenggara. Sultan Hasanuddin terkenal gigih menentang

monopoli perdagangan Belanda.

 

Kesultanan Ternate dan Tidore

Pada abad ke-15 di Maluku terdapat lima kerajaan yang

berkuasa, yakni Jailolo, Ternate, Tidore, Bacan dan Obi.

Semuanya adalah kerajaan Islam. Di antara kelima kerajaan

itu, kerajaan Ternate yang paling maju.

74

Ternate sebagai penghasil rempah rempah, menjadikan

Ternate banyak dikunjungi pedagang. Sehingga Ternate maju

menjadi pusat perdagangan di Maluku. Kemajuan Ternate

memancing kecemburuan  empat kerajaan lainnya untuk

bersekutu melawan Ternate. Terjadi perang, namun

berlangsung tidak lama. Kelima kerajaan itu sepakat untuk

membuat kesepakatan bersama kerajaan mana yang lebih dulu

menduduki posisi pertama dan seterusnya. Tetapi

kesepakatan ini pecah di akhir abad ke-15, karena Ternate

tampil kembali di urutan pertama selama 10 tahun. Ketika

akan dikembalikan lagi menjadi raja Ternate, Sultan

Khaerun dan rakyat Ternate menolak sultan lama. Penolakan

ini menyebabkan Portugis marah dengan siasat licik

Portugis mengundang Sultan Khaerun untuk berunding dengan

Portugis namun Sultan ditangkap dan dibunuh oleh

Portugis.45

Pembunuhan Sultan Khaerun menyulut kemarahan rakyat

Ternate, pemberontakan terjadi dipimpin oleh putra sulung

Sultan Khairun, Baabullah. Sultan Baabullah menyerukan

perang suci terhadap Portugis, ternyata Ternate banyak

mendapat dukungan dari kerajaan-kerajaan lainnya termasuk

Tidore. Perang akhirnya dimenangkan oleh rakyat dapat

45 Badri Yatim. Ibid,. hal.222.

75

mengusir Portugis dari bumi Ternate tahun 1575, akhirnya

Portugis menyingkir ke Timor Timur.

2.4 Penyebaran Islam Indonesia

Ada dua factor utama yang menyebabkan Indonesia mudah

dikenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa-

bangsa di Timur Tengah dan Timur Jauh sejjak dahulu kala,

yaitu:

1. Factor letak geografisnya yang srategis. Indonesia

terletak di persimpangan jalan raya internasional dari

jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok, melalui tautan

dan jalan menuju benua Amerika dan Australia.

2. Faktok kesuburan tanahnya yang mnghasilkan bahan-bahan

keperluan hidup yang di butuhkan oleh bangsa-bangsa

lain, misalnya rempah-rempah.

Oleh karena itulah tidak mengherankan jika masiknya

Islam di Indonesia ini terjadi tidak terlalau jauh dari

zaman kelahirannya. Harus dibedakan antara datangnya

oaring Islam yang pertama di Indonesia dengan permulaan

penyiaran Islam di Indonesia. Suatu contoh: sudah

berpuluh-puluh tahun yang lalu orang Yahudi yang menetap

dan berdagang di Indonesia . tetapi sampai sekarang tidak

pernah ada penyiaran agama Yahudi di Indonesia. Sehingga

76

orang Indonesia menganggap bahwa agama Yahudi belum masuk

ke Indonesia.46

Jika agama Islam dalam arti para pedagang Islam telah

masuk Tiongkok pada zaman Khalifah Usman bin Affan, maka

tidak mustahil ada pedagang Islam yang mampir atau

menetap di Indonesia sekitar zaman itu, mengingat letak

Indonesia dilalui mereka yang akan pergi ke Tiongkok

lewat lauutan. Tetapi ilmu sejarah tidak cukup hanya

berdasarkan pemikiran dan hipotesa belaka. Ilme sejarah

memerlukan bukti0bukti yang otentik tentang permulaan

masuknya Islam ke Nusantara, sehingga sampai sekarang

masih mengalami kesulitan-kesulitan yang prinsip, antara

lain:

1. Buku-buku sejarah Indonesia banyak di tulis oleh

orang-orang Belanda pada zaman pemerintah Belanda

menjajah Indonesia. Ada dua macam keberatan tentang buku-

buku tersebut. Pertama, penulisnya adalah oaring-orang

yang tidak senang terhadap Islam dan kepada bangsa

Indonesia. Kedua, masa penyelidikannya sudah lama

sehingga sudah ketinggalan waktu, yakni sudah ada bukti-

bukti lain yang dikemukakan oleh penilis Belanda. Namun

demikian kia tidak boleh apriori menolak semua pendapat

dari mereka.

46 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah-Peradaban-Islam -Indonesia.

77

2. Buku-buku sejarah yang ada sering mengemukakan bukti

tentang cerita rakyat yang hidup dan di percayai oleh

orang banyak sejak dahulu sampai sekarang. Ibarat Hadits

Nabi Muhammad SAW yang nilainya masyhur atau mutawatir

dapat dijadikan dalil atau bukti, padahal dari cerita

rakyat yang sudah masyhur itu kadang-kadang tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.47

Beberapa pendapat tentang permulaan Islam di

Indonesia antara lain sebagai berikut: bahwa kedatangan

Islam pertama di Indonesia tidak identic dengan

berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Menginngat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para

pedagang, bukan missi tentara dan bukan pelarian politik.

Mereka tidak ambisi langsung mendirikan kerajaan Islam.

Lagi pula di Indonesia pada zaman itu sudah ada kerajaan-

kerajaan Hindu-Budha yang banyak jumlahnya dan mempunyai

kekuatan besar. Jadi masa tenggang antara kedatangan

orang Islam pertama di Indonesia dengan berdirinya

kerjaan Islam pertama adalah sangat lama.

Seminar masuknya agama Islam pertama di Indonesia

yang di selenggarakan di Medan pada tahun1963

menyimpulkan sebagai berikut47 Muhammad Ibrahim dan Rusdi Sufi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam diIndonesia, (Jakarta:Almaarif, 1989), hal. 415.

78

1. Menurut sumber bukti yang terbaru, Islam perttama

kali datang di Indonesia pada abad ke-7 M/1 H dibawa oleh

para pedagang dan muballig dari Negara Arab.

2. Daerah yang pertama kali dimasuki adalah pantai

barat pulau Sumatera yaitu daerah Baros, tempat kelahiran

ulama besar bernama Hamzah Fansyuri. Adapun kerajaan

Islam yang pertama ialah di Pase.

3. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang

Islam bangsa Indonesia ikut aktif mengambil bagian yang

berperan dan prosesitu berjalan secara damai.

4. Kedatangan Islam di Indonesia ikut mencerdaskan

rakyat dan membina karakter bangsa. Karakter tersebut

dapat di buktikan pada perlawanan rakyat melawan penjajah

bangsa asing dan daya tahannya mempertahankan karakter

tersebut selama dalam zaman penjajahan Barat dalam waktu

350 tahun.

Jika masuk orang Islam yang pertama di Indonesia itu

ditetapkan pada abad ke 1 H, maka mereka dalam pengamalan

agamanya beraliran Al Salaf al Saleh (golongan angkatan

pertama = terdahulu yang Saleh). Pada abad ke-1 H belum

di kenal adanya mazhab Syafi’I, Maliki, Hanafi dan

Hambali.

Factor yang menunjang keberhasilan dan kecepatan

pengembangan Islam periode pertama ialah: (a) mereka

79

adalah angkatan umat Islam ke 1 H, Rosulullah SAW.

Bersabda

“sebaik-baik abad adalah abad saya, kemudian abad

sesudahnya.

(b) mereka pada umumnya adalah para pedagang dan

perantau, dan (c) mereka datang sebagai golongan

minoritas yang tidak bersenjata. Dengan modal kepribadian

tersebut para muballig Islam itu berdakwah pada

masyarakat awam dan kepada para penguasa pemerintah

sekaligus, seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad

sendiri. Nabi Muhammad saw mengajarkan agama Islam kepada

kaum awam yang lemah, kepada kaum bangsawan kabilah dan

kepada raja-raja. Ia mengajar Islam dimana saja dan kapan

saja, tidak terikat oleh formalitas waktu sa tempat

tertentu. Materi pelajarannya mula-mula sekali ialah

kalimat syhadat. Barang siapa dudah bersyahadat berati ia

sudah menjadi warga Islam. Demikianlah gambaran dari

aktivitas muballig pertama Indonesia.

2.5 Faktor Penyebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia

a. Ajarannya sederhana, mudah dimengerti dan diterima.

80

b. Syarat untuk masuk Islam sangat mudah, yaitu hanya

dengan mengucapkan kalimat syahadat.

c. Agama Islam tidak mengenal kasta, sehingga semua orang

boleh untuk memeluk agama Islam.

d. Upacara-upacara keagamaan bersifat sederhana.

e. Islam disebarkan secara damai lewat pendekatan budaya.

f. Jatuhnya Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya menyebarkan

KerajaanIslam berkembang pesat.

2.6 Saluran Penyebaran Islam di Indonesia

Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama

hijriah atau 7 masehi, meskipun dalamfrekuensi tidak

terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para

pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah

untuk beberapa waktu. Islam masuk ke indonesia melalui

beberapa saluran antara lain sebagai berikut:

1.    Saluran Perdagangan

Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah

perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad

ke-7 hingga ke-16 M membuat pedagangan-pedangan muslim

(Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam

perdangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan

timur benua asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan

ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan

81

turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka

menjadi pemilik kapal dan saham.

2.    Saluran Perkawinan

Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki

status sosial yang lebih baik dari pada kebanyakan

pribumi, sehingga penduduk pribumu terutama putri-putri

bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saodagar-saodagar

itu. Sebelum kawin, mereka di Islamkan lebih dahulu.

Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka

makin luas. Akhirnya, timbul kampung-kampung, daerah-

daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Dalam perkembangan

berikutnya, adapula wanita muslim yang dikawini oleh

keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini

masuk Islam terlebih dahulu.48

3.    Saluran Tasawuf

Pengajar-pengajar Tasawuf atau para sufi,

mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang

sudah di kenal luas oleh masyarakat Indonesia. Diantara

ahli-ahli Tasawuf yang memberikan ajaran mengandung

persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu

adalah Hamzah Fansuruh di Aceh, Syaik Lemah Abang, dan

Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini

berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.4846Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 227

82

4.    Saluran Pendidikan

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik

pesantren maupun pondok yang di selenggarakan oleh guru-

guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau

pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat

pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka

pulang ke kampung masing-masing kemudian berdakwa ke

tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren

yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya

dan Sunan Giri di Giri.

5.    Saluran Kesenian

Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling

terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan

Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan

wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi

ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan

kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih di

petik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi

didalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama

pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan

adalah Islamisasi, seperti sastra (hikayat, badad, dan

sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.

6.    Saluran Politik

83

Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat

masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih

dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya

Islam di daerah ini. Kebangkitan Islam semakin berkembang

membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan.

Pengetahuan mereka akan kemiskinan, kebodohan, dan

ketertindasan masyarakat Indonesia, pada saatnya

mendorong lahirnya organisasi sosial, seperti Budi Utomo,

Taman Siswa, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,

Jong Selebes, dan lain sebagainya.49

2.7 Metode Pemahaman Islam

Dalam buku berjudul tentang sosiologi Islam, karaya Ali

Syari’ati, dijumpai uraian singkat tentang metode

memahami yang pada intinya Islam harus dilihat dari

berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, ia mengatakan jika

kita meninjau Islam dari sudut pandang saja, maka yang

akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang

bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya dengan

tepat, namun tidak cukup jika kita ingin memehami secara

keseluruhan. Buktinya ialah Alquran. Kitab ini memiliki

banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh

sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi,

4947 Ibid.

84

misalnya, mengandung aspek-aspek linguistic dan sastra

Alquran. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis

dan keimanan Alquan yang menjadi bahan pemikiran bagi

para filosof serta secara teolog. Dimensi Alquran lainnya

bagi yang belum dikenal ialah dimensi kemanusiawinya,

yang mengandung persoalan historis, sosiologis, dan

psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal, karena

sosiologis, psikologis dan ilmu-ilmu manusia memang jauh

lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu alam. Apalagi ilmu

sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia. Namun

historis atau buku-buku sejarah ynag tergolong buku-buku

tertua yang pernah ada.50

Ali Syari’ati lebih lanjut mengatakan, ada berbagai

cara memahami Islam. Salah satu cara ialah dengan

mengenal Allah swt dan membandingkan-Nya dengan

sesembahan agama-agama lain. Cara lainnya ialah dengan

mempelajari kitab Alquran dan membandingkannya dengan

kitab-kitab samawi lainnya. Tetapi ada cara lain, yaitu

dengan mempelajari kepribadian rasul Islam dan

membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaruan yang

pernah hidup dalam sejarah. Akhirnya, ada satu cara lagi,

ialah dengan mempelajari tokoh-tokoh Islam maupun aliran-

50 Ali Syari’ati. Tentang Sosiologi Islam. (Yokyakarta:ananda.1982),cet. I,hal. 72.

85

aliran pemikiran lain.51 Seluruh cara yang ditawarkan Ali

Syari’ati itu pada intinya adalah metode perbandingan

(komparasi). Dapat dimaklumi bahwa melalui perbandingan

dapat diketahui kelabihan dan kekurangan yang terdapat

diantara berbagai yang dibandingkan itu. Namun

sebagaimana diketahui bahwa secara akademis suatu

perbandingan memerlukan persyaratan tertentu.

Perbandingan menghandaki obyektivitas, tidak ada

memihakan, blank mind, tidak ada prakonsepsi, dan

semacamnya. Hal ini biasanya sulit dilakukan oleh

seseorang yang meyakini kebenaran suatu agama. Dalm

dirinya masih terdapat pemihakan pada agama yang di

anutnya. Pendekatan komparasi dalam memahami agama

kelihatannya baru akan efektif apabila dilakukan oleh

orang ynag baru mau beragama.52

Selain menggunak pendekatan komparasi, Ali Syari’ati

juga menawarkan cara memahami Islam melalui pendekatan

lainnya. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwatugas

intelektual hari ini adalah mempalajari dan memahaami

Islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan

kahidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat, dan

bahwa sebagai intelektual dia memikul amanah demi masa

51 Ibid., hal. 44.52 H.A Mukti Ali, Ilmu perbandingan Islam. (Yokyakarta: gajah mada university press,1977), Hal. 43.

86

depan umat manusia yang lebih baik. Dia harus menyadari

tugas ini sebagai tugas pribadi dan apapun budang

studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang

segar tentang Islam dan tentang tokoh-tokoh besarnya

basarnya, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Karena

Islam mempunyai berbagai dimensi dan aspek, maka setiap

orang dapat menemukan sudut pandang yang paling tepat

sesuai dengan bidangnya.53

Dengan kata lain Syara’ati mengajak kepada seluruh

intelektual Muslim dengan disiplin ilmu yang dimilikinya

masing-masing agar digunakan untuk memahami ajaran Islam

dengan berpedoman pada Alquran. Para sosiolog,

sebagaimana halnya Ali Syari’ati sendiri, sejarawan,

budayawan, sastrawan dan sebagainya dapat menggunakan

keahliannya untuk memahami ajara Islam yang bersumber

pada Alquran dan Hadits.

Selanjutnya, terdapat pada metode memahami Islam yang

dikemukakan Nasruddin Razak. Nasruddin Razak juga

menawarkan metode pemahaman Islam secara menyeluruh.

Menurutnya bahwa memahami Islam secara menyeluruh adalah

penting walaupun tidak secara detail. Bagitulah cara

paling minimal untuk memahami agama paling besar sekarang

ini agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan untuk

53 Ibid,. hal. 44-45.

87

menumbuhkan sikap hormat bagi pemeluk agama lainnya. Cara

tersebut juga ditempuh dalam upaya menghindari

kesalahpahaman yang yang dapat menimbulkan sikap dan pola

hidup beragama yang salah pula. Untuk memahami Islam

secara benar ini, Nasruddin Razak mengajukan empat cara.

Pertama, Islam harus dipelajari dari sumbernya yang

asli, yaitu, Alquran dan As-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan

memahami Islam, karena orang hanya mengenalnya dari

sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari

bimbingan Alquran dan As-Sunnah atau dari pengenalan dari

sumber kitab-kitab fiqih dan tasawuf yang semangatnya

sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari

Alquran dengan cara yang demikian akan menjadikan orang

tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, hidup

penuh bid’ah dan khurafat, yakni telah tercampur dengan hal-

hal yang tidak Islami, jauh dari ajaran Islam yang murni.

Kedua, Islam harus dipelajari secar integral, tidak

dengan cara parsial, artinya ia dipelajari secara

menyelurh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara

sebagian saja. Memahami Islam secara parsiah akan

membahayakan, menimbulkan skeptic, bimbang dan penuh

keraguan.

Ketiga, Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang di

tulis oleh para ulama besar, kaum zu’ana dan sarjana-

88

sarjana Islam, karena pada umumnya mereka memiliki

pemahaman Islam yang baik, yaitu pemahaman yang lahir

dari perpaduan Ilmu yang dalam terdapat Alquran dan

Sunnah Rasulullah dengan pengalaman yang indah dari

praktik Ibadah yang dilakukan setiap hari.

Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan

normative teologis yang ada dalam Alquran, baru

dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan

sosiologis ynag ada di masyarakat. Dengan cara demikian

dapat diketahui tingkat kesesuaian atau kesenjangan

antara Islam yang berada pada dataran normative teologis

yang ada di dalm Alquran dengan Islam yang ada pada

dataran Historis, sosiologis dan empiris. Kesalahan

sementara orang-orang mempelajari Islam, menurut

Nasriddin Razak, ialah dengan jalan mempelajari dengan

kenyataan umat Islam an sicb bukan agama Islam yang

dipelajari. Sikap konserfatif sebagian golongan Islam ,

keterbelakangan di bidang pendidikan, keawaman,

kebodohan, disintegrasi, dan kemiskinan masyarakat Islam

itulah yang di nilai dari Islamnya sendiri. Mengambil

kesimpulan tentang citra Islam berdasarkan sampel yang

tidak valid dan tidak representative dapat menyebabkan

wajah Islam tampil kurang pas atau bahkan tidak sesuai

dengan kenyataan di lapangan. Untuk mencitrakan Islam

89

misalnya, mengapa tidak pula mnertakan sampel dari

kalangan Islam yang maju, berprndidikan tinggi, penuh

kadamaian, memiliki kekayaan dan sebagainya.54

Kenyataan empiris, historis dan sosiologis tentang

Islam yang ada di masyarakat merupakan upaya atau bentuk

pendekatan yang dilakukan manusia dalam mengamalkan

Islam, namun Islam dengan citranya yang ideal terdapat

dalam Alquran dan As-Sunnah.

Bagaimanapun juga, kajian yang bersifat empiris,

historis, dan sosiologis tentang Islam tetap diperlukan,

karena tanpa kajian semacam ini kita tidak akan pernah

tahu secara pasti, apakah ajaran Islam yang diperintahkan

untuk diamalkan oleh Allah dan Rasul-Nya sudah benar-

benar diamalkan atau belum.

Memahami Islam dengan cara keempat sebagaimana

disebutkan diatas, akhir-akhir ini sangan di perlukan

dalam upaya menunjukan peran social dan kemanusiaan dari

ajaran Islam itu sendiri. Namun, pendekatan yang bersifat

ilmiah akademis ini saja tidaklah cukup. Dalam hubungan

ini Mukti Ali mengatakan bahwa selama ini pendekatan

terhadap agama Islam masih sangan pincang. Ahli-ahli Ilmu

pengetahuan, termasuk dalam hal ini para orientalis,

mendekati Islam dengan metode ilmiah saja. Akibatnya,

54 Ibid,. hal. 44-45.

90

penelitiannya itu menarik tetapi sebenarnya mereka tidak

mengerti secara utuh. Yang mereka katahu hanya

aksternalitas (segi-segi luar) dari Islam saja.

Sebaliknya para ulama kita sudah terbiasa memahami Islam

dengan cara doktriner dan dogmatis, yang sam sekali tidak

dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang hidup di

dalam masyarakat. Akibatnya penafsiran itu tidak dapat

diterapkan di dalm masyarakat. Inilah sebabnya orang lalu

mempunyai kesan bahwa Islam telah ketinggalan zaman dan

tidak sejalan dengan pembangunan. Berkenaan dengan ini,

Mukti Ali mengatakan bahwa pendekatan ilmiah-cum doktriner

harus kita pergunakan, pendekatan scientific-cum-suigeneris

harus kita terapkan. Pendekatan seperti ini sebenarnya

tidak jauh berbeda dengan pendekatan yang ditawarkan oleh

Amun Abdullah sebagaimana yang telah di uraikan diatas,

yaitu behwa untuk melihat Islam sebagai sebuah disiplin

Ilmu (Islamic studies) dapat digunakan pendekatan ilmiah yang

ciri-cirinya rasional, empiris, objektif dan seterusnya.

Sedangkan untuk melihat Islam sebagai agama dapat

digunakan metode doktrin dan untuk melihat Islam sebagi

disiplin Ilmu, dapat digunakan metode Ilmiah yang ciri-

cirinya sebagaimana disebutkan diatas, dan itulah yang

selanjutnya disebut dengan pendekatan sintetis.55

55 Mukti Ali, op. cit., hal. 48.

91

Selain itu, Mukti Ali juga mengajukan pendapat

tentang metode memahami Islam sebagaimana yang

dikemukakan Ali Syari’ati yang menekankan penyingnua

melihat Islam secara menyeluruh sebagaimana disebutkan

diatas. Dalam hubungan ini Mukti Ali mengatakan, apabila

kita melihat Islam hanya dari satu segi saja, maka kita

hanya akan melihat satu dimensi dari fenomena-fenomena

yang multifaset, sekalipun kita melihatnya itu betul.56

Islam menurutnya harus dipahamai dengan bulat, yaitu

pemahaman Islam secara komprehensif. Hal ini perlu

dilakukan untuk melengkapi metode pemahaman Islam yang

sudah terlanjur dipraktikan di masyarakat, yaitu bahwa

metode memahami Islam yang berlaku di Indonesia ini ilmu

dibagi-bagi menjadi Ilmu Tauhid, Fiqih, Akhlak, Tasawuf,

Tarikh, Tafsir, Hadits dan sebagainya. Tiap cabang ilmu

itu diajarkan sesuai dengan tingkatan orang yang

diajarkan, lebih tinggi tingkatan lebih tinggi

uraiannya.57

Metode lain untuk memahami Islam yang di ajukan Mukti

Ali adalah metode Tipologi. Metode ini oleh banyak ahli

sosiologi dianggap objektifbrisi klasifikasi topic dan

tema sesuai tipenya, lalu dibandingkan dengan tema dan

56 Ibid,. hal. 48.57 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta:Rajawali Press, 2012), cet. 19, hal. 158-159.

92

topic yang mempunyai tipe yang sama. Pendekatan ini di

gunakan oleh sarjana Barat untul memahami ilmu-ilmu

manusia. Dan menurut Mukti Ali, metode ini juga dapat

digunakan untuk memahami Agama Islam. Dalam hal agama

Islam, juga agama-agama lain, kita dapat

mengidentifikasikan empat aspek atau ciri dari agama itu,

lalu dibandingkan dengan aspek atau ciri agama lain,

yaitu 1)aspek ketuhanan, 2) aspek kenabian, 3) aspek

kitab suci, 4) aspek keadaan waktu munculnya nabi dan

orang-orang yang didakwahunya serta individu-individu

terpilih yang dihasilkan oleh agama itu. 58

Metode berikutnya adalah memahami Islam dengan

mempelajari pribadi Muhammad bin Abdullah. Mengetahui dan

memahami Nabi Muhammad saw, sangan penting bagi ahli

sejarah, karena tidak ada seorangpun dalam sejarah umat

manusia yang mempunyai peranan begitu besar seperti Nabi

Muhammad saw.

Metode selanjutnya untuk memahami Islam adalah dengan

meneliti suasana dan situasi dimana Nabi Muhammad

bangkit. Misalnya, apakah ia bangkit sebagai nabi tanpa

tindakan-tindakan pendahuluan. Apakah ada orang yang

mengharap-harap akan bangkitnya seorang nabi. Apakah ia

sendiri menharap-harap menjadi nabi. Apabila ia tahi

58 Mukti Ali, op. cit., hal. 51-52.

93

bagaimana jadinya tugasnya itu. Atau apakah misinya itu

merupakan suatu beban yang mendesak dan berat terhadap

jiwanya.

Dari uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang

dapat digunakan untuk memahami Islam secara garis besar

ada dua macam. Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara

memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang

ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya,

dengan cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang

objektif dan utuh. Kedua, metode sintesis, yaitu suatu

cara memahami Islam yang memadukan metode ilmiah dengan

segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan

seterusnya dengan metode teologis normative. Metode

ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang tamapk dalam

kenyataan historis, empiris dan sosiologis, sedangkan

metode teologis normative digunakan untuk memahami Islam

yang erkandung dalam kitab suci. Memalui metode teologis

normative seseorang mamulainya dari kenyakinan Islam

sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada

alas an, karena agama berasal dari Tuhan dan apa yang

berasal dari Tuhan mutlak benar, maka agam pun mutlak

benar. Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama

sebagaimana norma ajara yang berkaitan dengan berbagai

aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini

94

amat ideal. Memalui metode teologis normative yang

tergolong tua usianya dapat dihasilkan keyakinan dan

kecintaan yang kuat, dan militant pada Islam, sedangkan

dengan metode Ilmiah yang dinilai sebagai tergolong muda

usianya dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang

diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup secara

memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang di

hadapi manusia.59

Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam itu

suatu saat mungkin dapat dipandang tidak cukup sehingga

diperlukan pendekatan baru yang harus terus di gali oleh

para pembaru.

Perjalan sejarah Islam sampai kini telah melampaui

kurun waktu lima belas abad di peluk oleh dua puluh satu

miliyar orang serta berada dimana-mana. Pemikiran Islam

dapat di ibaratkan sebagai sungai yang besar dan panjang.

Jika sumber mata airnya yang semula jernih dan bening

serta mengalir pada alur yang sempit dan deras dalam

perjalanannya menuju muara kian melebar, beliku-liku dan

bercabang-cabang, airnya kian pekat karena mengangkut

pula lumpur dan sampah. Geraknya pun menjadi lamban.

Untuk membuat airnya menjadi bersih dan mengalir deraras,

Allah menciptakan riam-riam disepanjang sungai itu. Riam-

59 Abuddin Nata, op. cit., hal. 160-161.

95

riam itu juga berfungsi sebagai sumber energi. Riam-riam

inilah yang dimisalkan sebagai majaddid (pembaru) yang

bukan saja berperan membersihkan kembali pemahaman islam,

tetapi menyuntikan semangat dan kekuatan baru yang

berangakat dari spirit ajaran islam.60

Setiap pemiliran yang didukung oleh sekelompok orang,

idenya muncul dan nafasnya dihembuskan oleh semangat

tokoh pemikir. Setiap pemikir ketika melontarkan gagasan

atau sebuah pemikiran tidak terlepas dari situasi

lingkungan yang dihadapi, pandangan hidup dan sikap

politiknya. Menurut sosiologi, memikiran teologi dan

filosofi selalu terkait dengan politik tau

kemasyarakatan, demikian pula sebaliknya. Jika teori ini

benar, kajianpemikitan Islam hanya dibagi kedalam bidana

eologi (kalam), sufisme, dan filsafatsaja dengan

mennggalkan budang ketatanegaraan (pilitik) dan hukum,

menjadi sebuah kajian yang tidak lengkap. Dengan demikian

untuk enghasilkan pemahaman Islam yang utuh dan

menyeluruh dan menatapnya dari berbagai situasi yang

mengitari dari sekitar kelahiran Islam tersebut serta

tokoh-tokoh yang mengembangkannya.61

60 Nourozzaman Shiddiqi, Jeram-jeram peradaban muslim, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), cet. I, hal. 111.61 Abuddin Nata, op. cit., hal. 162.

96

Pencampuradukan antara Islam sebagai agama dan Islam

sebagai keranka historis bagi pengembangan budaya dan

peradaban telah dilanggengkan dan pernah berkembang lebih

kompleks hingga hari ini. Namun demikian, masyarakat

Islam harus dikaji dalam dan untuk dirinya sendiri,

sabagaimana halnya masyarakat Prancis, Jerman, Amerika

Serikat dan Polandia. Disuatu pihak dapat merenungkan

penafsiran G. E. Von Grunebaung tentang Islam sebagai

budaya dan peradaban, suatu pendapat yang memaksanya

memahami Islam melalui Antopologi budaya yang

berorientasi historis. Dari pihak lain, orang dapat

merenungkan penafsiran Wilfred Cantwell Smith tentang

Islam sebagai keyakinan yang menyebabkan memahami Islam

melalui model hubungan antara keyakinan komunal atau

personal dan tradisi keagamaan yang ada. Definisi-

definisi tersebut, menurut Waardenburg, tidak dapat

membantu kecuali mempengaruhi kajian Islam secara

fundamental, baik pada peringkat metodologis maupun pada

peringkat penelitiannya. Hal ini menunjukan kebenaran

teori diatas bahwa untuk mempelajari Islam metode Ilmiah

saja tidak cukup metode dan pendekatan dalam memahami

Islam yang demikian itu masih perlu dilengkapi dengan

metode yang bersifat teologis dan normative sebagaimana

di sebutkan di atas. Islam yang didasarkan pada meode

97

tersebut adalah suatu ideology yang universal lagi

realitas. di dalam Islam seluruh kebutuhan manusia baik

yang bersifat keduniaan maupun keakhiratan, fisik maupun

spiritual, individual maupun social, rasional maupun

emosional telah dijadikan pusat perhatian. Dalam kaitan

ini Islam tampak sebagai ajaran yang di samping berkenaan

dengan keyakinan dan moral juga berkenaan dengan masalah

peraturan yang berkaitan dengan kehidupan.62

BAB III

KESIMPULAN

62 Abuddin Nata, op. cit,. hal. 161-163.

98

Dari makalah yang telah kami bahas dapat disimpulkan

bahwa :

Jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil

ciptaan manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu

mendorong orang berkebudayaan. manakala agama-agama

di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja

akal, khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.

Maka dari itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan

seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan

dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah

kebudayaan atau tamadun. Makin banyak umat Islam

mengamalkan hukum, semakin banyaklah kemajuan

dihasilkan dan seterusnya makin banyak lahirlah

kebudayaan atau tamadun Islam63

Bangsa Arab sebelum masuknya Islam, dikenal di

bidang syair dan sastra. Budaya sastra dan syair

melebur di tengah masyarakat, bahkan menjadi

perhatian luar biasa semua khalayak. Arab badui

sangat menyukai sastra bahkan mereka membentuk

lingkaran-lingkaran dan kelompok untuk mendengar

syair-syair Arab terbaru. Pasar-pasar Arab seperti

Ukaz adalah tempat kumpul masyarakat dan sastrawan.

63 http://www.acityawara.com/Detail-1494-makalah-kebudayaan-islam-.html

99

Masyarakat dari berbagai kabilah saling berbangga-

bangaan dengan menyampaikan syair-syair karyanya.

Kondisi Masyarakat Arab (Pra Islam) Jahiliyah

Sebelum Islam dan Menjelang Kedatangan Islam

diantaranya: Kondisi Sosial Masyarakat Jahiliah,

Kondisi Kebudayaan Masyarakat Jahiliyah, Kondisi

Perekonomian Masyarakat Jahiliah, Kondisi Politik

Masyarakat Jahiliyah, Kondisi Keagamaan Masyarakat

Jahiliyah.

Karakter Masyarakat Arab (Pra Islam) Jahiliyah

Sebelum Islam dan Menjelang Kedatangan Islam terdiri

atas: Karakter Negatif, Karakter Positif.

Islam tidak identic dengan Arab, karena tidak semua

bangsa Arab pasti beragama Islam. Karena itu, jika

ada suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di

wilayah Arab, maka kebudayaan tersebut dinamakn

kebudayaan Arab, walaupun ada juga sebagian orang

dan ahli yang menyebitkan sebagai kebudayaan Islam.

Dari pernyataan ini muncul dua pendapat. Pertama,

bahwa kebudayaan itu disebut sebagai kebudayaan

Arab, karena kebudayaan ini tumbuh dan besar di

tanah Arab. Sering juga disebut kebudayaan Timur

Tengah atau budaya padang pasir. Kedua, disebut

sebagai kebudayaan Islam. Sebab, sebab meskipun

100

keduanya lahir di tanah Arab, tetapi selanjutnya

Islam sangat berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan

kebudayaan Arab. Dengan demikian, anggapan bahwa

kebudayaan Arab adalah kebudayaan Islam, karena

Islam adalah agama yang telah membesarkan kebudayaan

tersebut.

101