metodologi analisis kontrastif

31
METODOLOGI ANALISIS KONTRASTIF BESERTA APLIKASINYA Makalah Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Linguistik Kontrastif Disusun Oleh: 1. Qudsi Mutawakil 112502008 2. Risman Ginarwan 112502008 3. Silva Fauziah 112502008 4. Siti Masyitoh 1125020103 5. Siti Shofa Sholihah 1125020107 6. Wita Nuraini 112502011 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Transcript of metodologi analisis kontrastif

METODOLOGI ANALISIS KONTRASTIF BESERTA APLIKASINYA

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah LinguistikKontrastif

Disusun Oleh:

1. Qudsi Mutawakil 112502008

2. Risman Ginarwan 112502008

3. Silva Fauziah 112502008

4. Siti Masyitoh 1125020103

5. Siti Shofa Sholihah 1125020107

6. Wita Nuraini 112502011

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada

kami untuk menyelesaikan laporan makalah ini. Shalawat

beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada

Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan umat manusia yang

merindukan keindahan syurga-Nya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa banyak

mengalami kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu

pengetahuan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak

dan kesungguhan dalam penyusunan makalah yang berjudul

“Metodologi Analisis Kontrastif”,akhirnya dapat

diselesaikan tepat waktu.

Kami menyadari, sebagai insan akademik yang

pengetahuannya tidak seberapa dan masih perlu banyak

belajar mengenai teknik penulisan, maka makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi

terwujudnya makalah yang lebih baik lagi di masa yang

akan datang, serta berdayaguna.

Besar harapan kami, mudah-mudahan makalah yang

sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua

orang.

i

Bandung, 16 Februari 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................i

DAFTAR ISI...........................................ii

BAB I: PENDAHULUAN...................................

A. Latar Belakang Masalah..........................1

B. Rumusan Masalah.................................1

C. Tujuan Penulisan................................2

D. Kegunaan Makalah................................2

BAB II: PEMBAHASAN...................................3

A. Pengertian Metodologi Analisis Kontrastif.......6

B. Langkah-Langkah Analisis Kontrastif.............

C. Aplikasi Analisis Kontrastif....................

BAB III: PENUTUP.....................................10

A. Simpulan........................................10

B. Saran...........................................10

DAFTAR PUSTAKA.......................................11

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi seseorang yang mempelajari linguistik akan

menemukan istilah “dwibahasawan”, dwibahasawan merupakan

seseorang yang mampu berbicara dua bahasa, hampir semua

manusia memiliki kemampuan tersebut. Bahasa yang pertama

kali digunakan dan dikuasai ialah bahasa ibu atau

diistilahkan dengan B1,1 bahasa ini merupakan bahasa yang

digunakan oleh seseorang dalam lingkungan sosialnya.

Kemudian ketika seseorang berinteraksi dengan dunia luar

atau dengan masyarakat luas tidak menutup kemungkinan ia

akan mempelajari bahasa kedua (B2).

Diantara faktor yang menjadi kurang berhasilnya

pengajaran bahasa asing atau bahasa kedua (B2) adalah

adanya interferensi bahasa ibu (B1) terhadap bahasa asing

(B2) yang sedang dipelajari.2 Kebiasaan berbahasa ibu

sebagai bahasa pertama dapat mempengaruhi proses belajar

mengajar bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pengetahuan

bahasa pertama yang telah dimiliki oleh seseorang yang

1 Ruha Alifah, Analisis dan Linguistik Kontrastif. Terbaca dalamhttp://ruhalifah.blogspot.com. Diakses pada Minggu, 14 Februari2015, pukul 19.13 WIB.

2 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif, (Bandung:Angkasa, 2009), hal.6

1

sedang mempelajari bahasa asing akan ditransfer kepada

bahasa yang sedang dipelajarinya.

Semua gejala bahasa yang mirip, baik dalam bentuk,

arti maupun distribusinya diduga akan mempercepat

proses belajar, sedangkan gejala bahasa yang berbeda

diduga akan dapat menghambat proses belajar bahasa asing.

Untuk menemukan dan menggambarkan problem yang

dihadapi oleh para pembelajar bahasa asing dapat diadakan

perbandingan di antara kedua bahasa itu, sehingga

akhirnya dapat membuat suatu diagnosis (ramalan) terhadap

kemungkinan kesukaran para pembelajar secara tepat

kemudian dapat menerka dan menggambarkan pola-pola yang

akan menyebabkan kesukaran.

Mengingat akan pentingnya peranan Analisis Kontrastif

bagi para pengajar bahasa Asing tentunya pemahaman

terhadap analisis kontrastif akan sangat dibutuhkan.

Pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan cara mendalam

apabila diadakan pengkajian secara menyeluruh terhadap

berbagai segi analisis kontrastif. Untuk kepentingan

tersebut, dibutuhkanlah metode atau langkah-langkah yang

perlu diupayakan oleh para pengajar bahasa Asing.

Sehingga dalam makalah ini, kami mencoba memaparkan hal

tersebut dengan judul “Metodologi Analisis Kontrastif”.

2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis

merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan metodologi analisis

kontrastif?

2. Bagaimana langkah-langkah analisis kontrastif?

3. Bagaimana aplikasi analisis kontrastif?

C. Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini

disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian metodologi analisis

kontrastif.

2. Mengetahui langkah-langkah analisis kontrastif.

3. Mengetahui aplikasi analisis kontrastif.

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan agar dapat

memberikan kegunaan baik secara teoretis maupun praktis.

Secara teoretik, makalah ini berguna sebagai pengetahuan

mengenai metodologi analisis kontrastif. Secara praktis,

makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Penulis, sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan

dan konsep keilmuan serta pemahaman khususnya mengenai

3

metode dan langkah-langkah analisis kontrastif beserta

aplikasinya.

2. Pembaca/guru, sebagai media informasi dan pengetahuan

mengenai metode dan langkah-langkah analisis kontrastif,

baik secara teoretik maupun praktik.

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Metodologi Analisis Kontrastif

Secara etimologi, metodologi analisis kontrastif

terdiri dari tiga kata yaitu kata metodologi, analisis,

dan kontastif. Secara leksikal, metodologi berasal dari

kata methodos dan logos, yaitu ilmu tentang metode atau

uraian metode.3 Mawardi juga menyebutkan metodologi

merupakan implikasi dari metode, namun bukan kumpulan

dari metode ataupun deskripsi metode tersebut.4 Sedangkan

kata metode itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu

methodos, dengan akar kata meta dan hodos. Meta berarti

menuju, melalui, mengikuti, atau sesudah dan hodos

berarti jalan, cara, atau arah. Metode dapat diartikan

juga sebagai alat, cara-cara, suatu strategi untuk

memahami realitas, atau suatu langkah yang sistematis

untuk memecahkan rangkaian masalah atau sebab akibat

berikutnya. Sehingga masalah tersebut menjadi sederhana

serta dapat dipecahkan dan dipahami dengan mudah.5 Metode

3 Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian danKajian, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal.1

4Mawardi, Kritik Sastra Teori, Metode, dan Aplikasinya (buku daras), (LembagaPenelitian UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2013), hal 130-131

5 Ibid.

5

juga dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau cara

yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Adapun mengenai kata yang kedua yakni analisis, dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai

penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya.6 Dan kata selanjutnya yaitu

kontrastif. Kontrastif merupakan kata serapan dari bahasa

Inggris, yaitu kata contrastive, yang mana menurut Tarigan

dalam bukunya Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, kata

contrastive merupakan kata keadaan yang diturunkan dari kata

kerja to contrast.7 Sementara itu kata to contrast dijelaskan

dalam The American College Dictionary sebagai berikut:8 ‘contrast’

: to set in opposition in order to show unlikeness; compare by observing

differences “menempatkan dalam oposisi atau pertentangan

dengan tujuan memperlihatkan ketidaksamaan;

mempertimbangkan dengan jalan memperhatikan perbedaan-

perbedaan”.

Setelah memahami beberapa pengertian dasar mengenai

gabungan kata metodologi analisis kontrastif, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metodologi analisis

kontrastif adalah langkah-langkah kerja dalam menyelediki

perbandingan antara dua bahasa atau lebih. 6 KBBI Offline7 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, Op. Cit.,

hal.2178 Ibid., hal. 218

6

B. Langkah-Langkah Analisis Kontrastif

Berikut penjelasan mengenai langkah-langlah analisis

kontrastif menurut Tarigan:9

Langkah pertama, memperbandingkan atau perbandingan. B1

dan B2 yang akan dipelajari para siswa diperbandingkan.

Adapun hal-hal yang akan diperbandingkan adalah objek

kajian linguistik, misalnya fonologi, morfologi,

sintaksis, dan semantik kedua bahasa. Aliran linguistik

yang sering digunakan dalam memperbandingkan bahasa

pertama dan kedua tersebut adalah linguistik struktural.

Kadang-kadang digunakan juga linguistik generatif yang

terkenal dengan kesemestaan linguistiknya.

Langkah kedua, memprediksi atau memperkirakan.

Berdasarkan identifikasi perbandingan pada langkah

pertama di atas, maka disusunlah perkiraan kesulitan

belajar yang akan dihadapi oleh para siswa dalam belajar

B2. Kesulitan belajar inilah salah satu sumber dari

kesalahan belajar atau kesalahan berbahasa.

Langkah ketiga, penyusunan atau pengurutan bahan

pengajaran. Perbandingan struktur bahasa menghasilkan

identifikasi perbedaan antara dua bahasa. Identifikasi

perbedaan antara dua bahasa dipakai sebagai dasar9 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,

(Bandung: Agkasa, 2011), hal.25-26

7

memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa.

Hal yang terakhir dipakai sebagai dasar untuk menentukan

urutan atau susunan bahan pengajaran B2.

Langkah keempat, cara penyampaian bahan. Siswa yang

belajar B2 sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam

bahasa ibunya. Kebiasaan ini harus diatasi agar tidak

lagi mengintervensi ke dalam B2. Pembentukan kebiasaan

dalam B2 dilakukan dengan penyampaian bahan pelajaran

yang telah disusun berdasarkan langkah pertama, kedua,

dan ketiga dengan cara-cara tertentu. Cara-cara yang

dianggap sesuai antara lain: peniruan, pengulangan,

latih-runtun (drills), dan penguatan (hadiah dan hukuman).

Dengan cara ini diharapkan para siswa mempunyai kebiasaan

ber-B2 yang kokoh dan dapat mengatasi kebiasaan dalam

ber-B1.

Apabila kita perhatikan keempat langkah di atas,

dapat dipahami bahwa langkah pertama itu berkaitan dengan

aspek linguistic dan tiga langkah selanjutnya merupakan

aspek psikologi. Di mana aspek linguistic inilah yang

banyak digunakan dalam metode anakon. Dalam hal ini,

tersirat dua hal penting, yaitu: apa yang akan

diperbandingkan; dan bagaimana cara membandingkannya.

Adapun aspek psikologis membahas mengenai kesukaran

belajar, cara menyusun bahan pelajaran dan cara

8

menyampaikan bahan pelajaran atau jika dikhususkan aspek

psikologis ini lebih menekankan kepada teori belajar.10

Oleh karena itu, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Ellis yang dikutip oleh Tarigan dalam buku lainnya yang

berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa, para ahli

menyatakan bahwa Analisis konstratif memiliki dua aspek,

yakni aspek linguistik dan psikologis.11

Melalui perbandingan antara dua bahasa banyak hal

yang dapat diungkapkan. Beberapa diantara kemungkinan

menurut Tarigan adalah:12

Tiada perbedaan: struktur atau sistem aspek

tertentu dalam kedua bahasa tidak ada perbedaan

sama sekali (konsonan /I, m, n/ diucapkan sama

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris).

Fenomena konvergen: dua butir atau lebih dalam B1

menjadi satu dalam B2 (Bahasa Indonesia: padi,

beras, nasi menjadi rice dalam bahasa Inggris).

Ketidakadaan: butir atau sistem tertentu dalam B1

tidak terdapat dalam B2. Misalnya, sistem

penjamakan dengan penanda -s/-es dalam bahasa Inggris

tidak ada dalam bahasa Indonesia; sebaliknya sistem

10 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis konstratif Bahasa, Op. Cit.,hal.19

11 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, Op. Cit.,hal.27

12 Ibid. Hal.28-29

9

penjamakan dengan pengulangan kata dalam bahasa

Indonesia (rumah-rumah, daun-daun, ikan-ikan) tidak

ada dalam bahasa Inggris.

Beda distribusi: butir tertentu dalam B1 berbeda

distribusi dengan butir yang sama dengan B2.

Misalnya fonem /ŋ/ dalam bahasa Indonesia menduduki

posisi awal, tengah, dan akhir kata, sedangkan

dalam bahasa Inggris hanya menduduki posisi tengah

dan akhir kata.

Tiada persamaan: butir tertentu dalam B1 tidak

memiliki kesamaan dalam B2. Misalnya, predikat kata

sifat dalam bahasa Indonesia tidak terdapat dalam

bahasa Inggris; misalnya: Dia kaya (bahasa

Indonesia) menjadi He is rich (bahasa Inggris).

Fenomena divergen: satu butir tertentu dalam B1

menjadi dua butir dalam B2. Misalnya, kata we

(Inggris) dapat menjadi kita atau kami dalam bahasa

Indonesia.

Sementara pada langkah kedua sampai terakhir

berkaitan dengan aspek psikologi. Walaupun dari aspek

psikologis ini kurang banyak diperhatikan dalam hal

analisis kontrastif. Tapi aspek ini sangat mempunyai

hubungan antara pengajar bahasa dengan siswa yang akan

10

mempelajari B2. Maka dari langkah-langkah anakon di atas,

langkah terakhirlah yang dipandang lebih utama,

dikarenakan hal ini sangat berhubungan langsung dengan

metode penyampaian materi kebahasaannya.

Tarigan menjelaskan bahwa cara menyampaikan suatu

pengajaran bisa melalui; peniruan dalam hal fonem,

peniruan kata atau kalimat, tekanan kata, ataupun tekanan

kalimat. Atau dengan metode latihan runtun, drill, serta

melalui metode penguatan dengan memberi pujian/ reward,

atau hukuman. Semua hal itu disebut sebagai pendekatan

stimulus-responsif.13

Terdapat beberapa penjelasan yang berhubungan

dengan teori belajar. Pada hal ini tentunya yang

berhubungan dengan cara menyampaikan bahan pengajaran.

Dalam psikologi belajar kita mengenal teori assosiatif

learning (belajar asosiatif).14 Maksudnya bahwa suatu

pembelajaran terjadi apabila suatu koneksi atau asosiasi

terlaksana antara dua hal atau benda.

Seperti halnya seseorang mendengar kata meja dan

kemudian terpikir kata kursi, karena kedua kata tersebut

sering digunakan berpasangan. Hal ini disebut sebagai

assosiation by contigunj. Atau jika seseorang mendengar kata

kitab dan terpikir kata buku, karena kedua kata tersebut13 Ibid., Hal. 2314 Ibid., Hal. 62

11

mempunyai makna sama. Hal ini disebut sebagai assosiation by

similitary. Lalu jika seseorang mendengar kata senang¸dan

terpikir kata susah, karena mempunyai makna berlawanan.

Hal ini disebut sebagai association by contrast.15

Untuk mempermudah seorang pengajar Bahasa Asing

dalam mengajarkan bahasa kedua (B2) kepada siswa, Tarigan

menjelasakan beberapa metode pengajaran bahasa,

diantaranya:16

1. Metode Terjemahan Tata Bahasa

Metode ini lebih menekankan kepada praktik latihan

utamanya adalah penerjemahan dari dan ke dalam

bahasa target atau bahasa sasaran. Dengan

menggunakan teknik pengajaran latihan-latihan

terdiri atas kata-kata, frasa-frasa, kalimat-kalimat

dalam B2 yang diterjemahkan oleh pembelajar ke dalam

bahasa sasaran untuk mempraktikkan butir atau

kelompok butir ketatabahasaan tertentu.

2. Metode Langsung (direct method)

Metode langsung biasanya lebih melibatkan penyajian

kelas terhadap “teks” yang dilakukan oleh guru. Teks

dalam hal ini biasanya berbentuk narasi yang

15Ibid.16 Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa 1, (Bandung:

Angkasa, 2009), hal. 81. Lihat pula, Samsunuwuyati Mar’at,Psikolinguistik: Suatu Pengantar, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal. 97-98

12

disajikan oleh guru. Kemudian guru menguraikan teks-

teks tersebut dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang berhubungan dengan teks tersebut

kepada siswa. Sementara itu para siswa membaca

terlebih dahulu teks tersebut sebagai latihan

praktik.

3. Metode Audiolingual

Metode audiolingual lebih menekankan kepada

keterampilan siswa dalam hal menyimak dan berbicara.

4. Metode Kognitif

Metode ini lebih menekankan terhadap aspek penekanan

atau control bahasa dalam segala manifestasinya

sebagai suatu system yang berhubungan dan bermakna.

Dalam arti lain bahwa segala hal yang telah

dipelajari oleh siswa dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

5. Responsi Fisik Total

Metode ini lebih mengutamakan penataan dan pematuhan

perintah yang diberikan oleh guru yang melibatkan

supaya siswa dapat melakukan perintah tersebut

secara langsung. Sebagai contoh jika guru

memerintahkan “berdiri!” maka siswa harus berdiri,

begitupun seterusnya.

6. Pendekatan Bahasa Masyarakat

13

Metode pendekatan bahasa masyarakat lebih menekankan

terhadap terapeutik yang dirancang untuk memudahkan

pembelajar ke dalam kemandirian dan kepercayaan

dalam bahasa sasaran.

7. Pengajaran Bahasa Komunikatif

Pengajaran bahasa komunikatif lebih menekankan

kepada setiap siswa supaya para pembelajar terampil

berbahasa dan dapat berkomunikasi dengan baik dalam

bahasa sasaran.

C. Aplikasi Analisis Kontrastif

Dalam analisis kali ini, kami mengambil dari sebuah

Makalah yang berjudul:17

“Bentuk Dan Perbedaan Kalimat Gender dalam Bahasa

Indonesia dan Bahasa Arab (Mudzakkar dan Muannats)”.

Berikut pembahasan analisis kontrastif gender

tersebut:

1. Bahasa Arab

Berdasarkan jenisnya  kata benda dapat dibedakan

menjadi kata benda jenis laki-laki (Mudzakkar) dan kata

17 http://gaweansuhad.blogspot.com/2014/06/analisis-kontrastif-gender-muannats.html, diakses pada tanggal 14 Februari 2015, pukul 20.45

14

benda jenis perempuan (Muannats). Pembagian kata benda

berdasarkan jenis dalam bahasa Arab adalah sangat penting

karena hal ini akan menyangkut pada pemakaian dhamir (kata

ganti) dan juga pemakaian fi’il (kata kerja).

Mudzakkar adalah kata benda yang menunjukkan arti

laki-laki baik manusia, atau hewan, ataupun benda mati

yang dikategorikan sebagai Mudzakkar.

Muannats adalah kata benda yang menunjukkan arti 

perempuan baik manusia, atau hewan, ataupun benda mati

yang dikategorikan sebagai Muannats.

Pada asalnya semua isim adalah Mudzakkar kecuali ada

tanda-tanda yang menunjukkan bahwa isim tersebut adalah

Muannats.

Isim Mudzakkar ataupun Muannats ada dua macam yaitu

hakiki dan majazi.

Isim Mudzakkar hakiki ( ي� ق� ي� ك�ر ح�ق� ذ� isim ini adalah yang  (اس������م م�������

secara nyata terlihat jenisnya. Contoh :

ح�ام�ذ Haamidun Hamid

ب� ا� Abun Ayah

ذ ح�� Jaddun Kakek

15

ل رح�� Rojulun Laki-laki

 

Isim Mudzakkar majazi ( ي�اس����م ار� ك�ر م�ج������ ذ� م����� )  majazi artinya kiasan.

Isim Mudzakkar majazi ini adalah isim yang oleh orang Arab

dianggap laki-laki. Contoh :

ت� ي� ب�� Baytun Rumah

ذ م�سج� Masjidun Masjid

اب� ب�� Baabun Pintu

اب� ك�ت� Kitaabun Buku

Isim Muannats hakiki ( ي� ق� ي� ن��ث' ح�ق� ؤ� ( اس���������م م���������� merupakan isim yangsecara hakikat atau kenyataan memang berjenis

perempuan. Contoh :

ي�ت� ب,� ر� Zainab Zainab

س�لمي Salmaa Salma

م ا� Ummun Ibu

ي�ت� ب�� Bintun Anak perempuan

 

16

Isim Muannats majazi ( ي� ار� ن��ث' م�ج�������� ؤ� ( اس�������م م�������� merupakan isim yangdikiaskan atas dianggap sebagai perempuan. Contoh :

ة� ب� ي3 ح�ق� Haqiibatun Tas

ة� ذ7 اف�� ب�� Naafidzatun Jendela

لة� ح�اف�� Haafilatun Bus

ة� ب� ي� س�ق� Safinatun Kapal

 

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa suatu isim

adalah Muannats. Tanda-tanda tersebut adalah  sebagai

berikut :

1. Berakhiran ta bulat atau ta tertutup atau ta’ marbuuthoh

( Ini merupakan tanda yang paling banyak kita jumpai .(ة�pada isim yang berjenis perempuan. Untuk mengubah isim

Mudzakkar menjadi Muannats, tambahkan huruf ta’ marbutoh atau

akhiran atun. Akhiran atun ini jika waqof dibaca “-ah”.

Contoh :

م�سلم Muslimun Laki-laki muslim

ط�ال�ث� Thoolibun Pelajar laki-laki

م�ذرس Mudarrisun Guru laki-laki

17

Menjadi :

م�سلمة� Muslimatun Wanita muslim

ة� ط�ال�ب� Thoolibatun Pelajar perempuan

م�ذرسة� Mudarrisatun Guru perempuan

 

2. Alif bengkok atau alif maqsuuroh, yaitu ya’ tanpa titik (ي)

merupakan satu tanda dari sebagian isim Muannats kecuali alif

maqsuuroh pada nama laki-laki. Contoh :

وع�ي ج�� Jau’aa Haus

ك�سلي Kaslaa Malas

 

3. Bagian tubuh yang berpasangan umumnya dianggap sebagai

isim Muannats, sedangkan bagian yang tunggal biasanya

dianggap sebagai Mudzakkar.

Contoh yang Mudzakkar :

س را� Ro’sun Kepala

ة وج� Wajhun Wajah

ف� ن�� ا� Anfun Hidung

 

18

Contoh yang Muannats :

Kن ع�ي� ‘aynun Mata

Kن ذ� ا� Udzunun Telinga

ذ ب�� Yadun Tangan

2. Bahasa Indonesia

a. penanda jenis kelamin yang ditandai dengan vokal yang

melekat pada akhir kata, baik pada suku kata terbuka

maupun pada suku kata yang tertutup. Dan kasus yang

ditemukan disini adalah serapan yang diambil dari bahasa

Sansekerta dan bahasa Inggris.

3. Bahasa Sansekerta

Kata penanda gender yang diserap dari bahasa Sansekerta,

contoh :

Laki-laki PerempuanPutra PutriDewa DewiPramugara Pramugari  Penandaanya adalah vokal terakhir suku terbuka yang

merupakan bagian dari morfem, yaitu “-a” mengacu pada

gender maskulin dan “-i” mengacu pada gender feminin.

4. Bahasa Inggris

19

Kata penanda yang ditemukan dalam bahasa Inggris ,

contoh :

Laki-laki PerempuanAktor Aktris

  Pada bahasa asalnya ( bahasa Inggris ) actor  act –

or : act (verb) : berbuat; bertindak, (noun) : perbuatan,

tindakan “-or” merupakan morfem yang mengacu pada gender

maskulin. Sedangkan actress  act – ress : -ress merupakan

penanda gender feminin. Namun dalam serapan bahasa Indonesia

pada morfem aktor, bukanlah termasuk dua morfem sebagai

mana asalnya, namun hanya satu morfem aktor. Suku kata act

– or tidak akan ada maknanya, karena bahasa Indonesia

tidak memiliki kata dasar act dan sufiks –or, keduanya

dianggap dua silabe, bukan dua morfem. Jadi aktor merupakan

kata penanda gender serapan dengan suku tertutup begitu

pula pada kata penanda gender femininnya aktris.

b. Penanda jenis kelamin yang ke dua, ditandai dengan

akhiran (sufiks), penanda ini merupakan serapan dari

bahasa Sansekerta dan bahasa Arab.

5. Bahasa Sansekerta

          Akhiran “-wan” dan “-wati”, dalam bahasa

Sansekerta “-wan” (-van) : sebuah imbuhan sufiks yang

menyatakan pelaku pria, sedangkan “-wati” (-vati) :

20

sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita.

Akhiran atau sufiks “-wan” dan “-wati” kini telah menjadi

afiks dalam bahasa Indonesia.

Laki-laki PerempuanWartawan WartawatiDermawan DermawatiWisudawan Wisudawati 

6. Bahasa Arab

          Pada bahasa Arab, sufiks “-in” berfungsi sebagai

penanda gender laki-laki dan sufiks “-at” sebagai penanda

gender perempuan, dalam bahasa Arab kata yang berakhiran

“-in” dan “-at” menunjukkan bentuk jamak untuk nomina

dengan jumlah lebih dari dua, seperti pada kata muslimin,

kata ini terdiri dari dua morfem muslim dan “-in”  

muslimin. Begitu pula dalam bahasa Indonesia, mengacu pada

makna jamak, artinya “para penganut agama islam” : “laki-

laki muslim” serta muslim dan “-at” muslimat artinya

“perempuan muslim”. Begitu pula pada kata mukminin “(para)

mukmin” : dan mukminat “perempuan mukmin” dan lain-lain.

          Sufiks “-in” dan “-at” pula telah menjadi bagian

dari afiks bahasa Indonesia. Ruskhan menggunakan pangkal +

sufiks pada pembentukan kata-kata tersebut diatas.

21

Laki-laki PerempuanMuslimin MuslimatMukminin MukminatShalihin Shalihat

22

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan pada

pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan

sebagai berikut:

1. Metodologi Analisis Kontrastif adalah langkah-

langkah kerja dalam menyelediki perbandingan antara

dua bahasa atau lebih.

2. Langkah-langkah Analisis Kontrastif ada empat

langkah, yaitu: merbandingkan dua bahasa,

memprediksi tingkat kesukaran, menyusun bahan

pengajaran, dan cara penyampaian bahan ajar.

3. Aplikasi Analisis Kontrastif dalam makalah ini

berdasarkan aspek linguistik.

B. Saran

Sejalan dengan simpulan di atas, penulis menyadari

bahwasannya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan

baik dari segi isi maupun dari penyajian. Oleh sebab itu

kami sangat menanti kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca untuk penyusunan dan penyajian yang lebih

baik di masa yang akan datang.

23

24

DAFTAR PUSTAKA

Alifah, Ruha. Analisis dan Linguistik Kontrastif. Terbaca dalam

http://ruhalifah.blogspot.com.

Djajasudarma, Fatimah. Metode Linguistik: Ancangan Metode

Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama, 2010.

http://gaweansuhad.blogspot.com/2014/06/analisis-

kontrastif-gender-muannats.html

KBBI Offline

Mar’at, Samsunuwuyati. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung:

Refika Aditama, 2011.

Mawardi. Kritik Sastra Teori, Metode, dan Aplikasinya. Lembaga

Penelitian UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2013.

Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pengajaran Bahasa 1.

Bandung: Angkasa, 2009.

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis

Kesalahan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2011.

25

Tarigan, Henry Guntur, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa,

Bandung: Penerbit Angkasa, 2009.

26