METODOLOGI ANALISIS KONTRASTIF BESERTA APLIKASINYA
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah LinguistikKontrastif
Disusun Oleh:
1. Qudsi Mutawakil 112502008
2. Risman Ginarwan 112502008
3. Silva Fauziah 112502008
4. Siti Masyitoh 1125020103
5. Siti Shofa Sholihah 1125020107
6. Wita Nuraini 112502011
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada
kami untuk menyelesaikan laporan makalah ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada
Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan umat manusia yang
merindukan keindahan syurga-Nya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa banyak
mengalami kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu
pengetahuan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak
dan kesungguhan dalam penyusunan makalah yang berjudul
“Metodologi Analisis Kontrastif”,akhirnya dapat
diselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari, sebagai insan akademik yang
pengetahuannya tidak seberapa dan masih perlu banyak
belajar mengenai teknik penulisan, maka makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi
terwujudnya makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang, serta berdayaguna.
Besar harapan kami, mudah-mudahan makalah yang
sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua
orang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................i
DAFTAR ISI...........................................ii
BAB I: PENDAHULUAN...................................
A. Latar Belakang Masalah..........................1
B. Rumusan Masalah.................................1
C. Tujuan Penulisan................................2
D. Kegunaan Makalah................................2
BAB II: PEMBAHASAN...................................3
A. Pengertian Metodologi Analisis Kontrastif.......6
B. Langkah-Langkah Analisis Kontrastif.............
C. Aplikasi Analisis Kontrastif....................
BAB III: PENUTUP.....................................10
A. Simpulan........................................10
B. Saran...........................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi seseorang yang mempelajari linguistik akan
menemukan istilah “dwibahasawan”, dwibahasawan merupakan
seseorang yang mampu berbicara dua bahasa, hampir semua
manusia memiliki kemampuan tersebut. Bahasa yang pertama
kali digunakan dan dikuasai ialah bahasa ibu atau
diistilahkan dengan B1,1 bahasa ini merupakan bahasa yang
digunakan oleh seseorang dalam lingkungan sosialnya.
Kemudian ketika seseorang berinteraksi dengan dunia luar
atau dengan masyarakat luas tidak menutup kemungkinan ia
akan mempelajari bahasa kedua (B2).
Diantara faktor yang menjadi kurang berhasilnya
pengajaran bahasa asing atau bahasa kedua (B2) adalah
adanya interferensi bahasa ibu (B1) terhadap bahasa asing
(B2) yang sedang dipelajari.2 Kebiasaan berbahasa ibu
sebagai bahasa pertama dapat mempengaruhi proses belajar
mengajar bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pengetahuan
bahasa pertama yang telah dimiliki oleh seseorang yang
1 Ruha Alifah, Analisis dan Linguistik Kontrastif. Terbaca dalamhttp://ruhalifah.blogspot.com. Diakses pada Minggu, 14 Februari2015, pukul 19.13 WIB.
2 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif, (Bandung:Angkasa, 2009), hal.6
1
sedang mempelajari bahasa asing akan ditransfer kepada
bahasa yang sedang dipelajarinya.
Semua gejala bahasa yang mirip, baik dalam bentuk,
arti maupun distribusinya diduga akan mempercepat
proses belajar, sedangkan gejala bahasa yang berbeda
diduga akan dapat menghambat proses belajar bahasa asing.
Untuk menemukan dan menggambarkan problem yang
dihadapi oleh para pembelajar bahasa asing dapat diadakan
perbandingan di antara kedua bahasa itu, sehingga
akhirnya dapat membuat suatu diagnosis (ramalan) terhadap
kemungkinan kesukaran para pembelajar secara tepat
kemudian dapat menerka dan menggambarkan pola-pola yang
akan menyebabkan kesukaran.
Mengingat akan pentingnya peranan Analisis Kontrastif
bagi para pengajar bahasa Asing tentunya pemahaman
terhadap analisis kontrastif akan sangat dibutuhkan.
Pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan cara mendalam
apabila diadakan pengkajian secara menyeluruh terhadap
berbagai segi analisis kontrastif. Untuk kepentingan
tersebut, dibutuhkanlah metode atau langkah-langkah yang
perlu diupayakan oleh para pengajar bahasa Asing.
Sehingga dalam makalah ini, kami mencoba memaparkan hal
tersebut dengan judul “Metodologi Analisis Kontrastif”.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan metodologi analisis
kontrastif?
2. Bagaimana langkah-langkah analisis kontrastif?
3. Bagaimana aplikasi analisis kontrastif?
C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini
disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian metodologi analisis
kontrastif.
2. Mengetahui langkah-langkah analisis kontrastif.
3. Mengetahui aplikasi analisis kontrastif.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan agar dapat
memberikan kegunaan baik secara teoretis maupun praktis.
Secara teoretik, makalah ini berguna sebagai pengetahuan
mengenai metodologi analisis kontrastif. Secara praktis,
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan
dan konsep keilmuan serta pemahaman khususnya mengenai
3
metode dan langkah-langkah analisis kontrastif beserta
aplikasinya.
2. Pembaca/guru, sebagai media informasi dan pengetahuan
mengenai metode dan langkah-langkah analisis kontrastif,
baik secara teoretik maupun praktik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Metodologi Analisis Kontrastif
Secara etimologi, metodologi analisis kontrastif
terdiri dari tiga kata yaitu kata metodologi, analisis,
dan kontastif. Secara leksikal, metodologi berasal dari
kata methodos dan logos, yaitu ilmu tentang metode atau
uraian metode.3 Mawardi juga menyebutkan metodologi
merupakan implikasi dari metode, namun bukan kumpulan
dari metode ataupun deskripsi metode tersebut.4 Sedangkan
kata metode itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu
methodos, dengan akar kata meta dan hodos. Meta berarti
menuju, melalui, mengikuti, atau sesudah dan hodos
berarti jalan, cara, atau arah. Metode dapat diartikan
juga sebagai alat, cara-cara, suatu strategi untuk
memahami realitas, atau suatu langkah yang sistematis
untuk memecahkan rangkaian masalah atau sebab akibat
berikutnya. Sehingga masalah tersebut menjadi sederhana
serta dapat dipecahkan dan dipahami dengan mudah.5 Metode
3 Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian danKajian, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal.1
4Mawardi, Kritik Sastra Teori, Metode, dan Aplikasinya (buku daras), (LembagaPenelitian UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2013), hal 130-131
5 Ibid.
5
juga dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau cara
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun mengenai kata yang kedua yakni analisis, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya.6 Dan kata selanjutnya yaitu
kontrastif. Kontrastif merupakan kata serapan dari bahasa
Inggris, yaitu kata contrastive, yang mana menurut Tarigan
dalam bukunya Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, kata
contrastive merupakan kata keadaan yang diturunkan dari kata
kerja to contrast.7 Sementara itu kata to contrast dijelaskan
dalam The American College Dictionary sebagai berikut:8 ‘contrast’
: to set in opposition in order to show unlikeness; compare by observing
differences “menempatkan dalam oposisi atau pertentangan
dengan tujuan memperlihatkan ketidaksamaan;
mempertimbangkan dengan jalan memperhatikan perbedaan-
perbedaan”.
Setelah memahami beberapa pengertian dasar mengenai
gabungan kata metodologi analisis kontrastif, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metodologi analisis
kontrastif adalah langkah-langkah kerja dalam menyelediki
perbandingan antara dua bahasa atau lebih. 6 KBBI Offline7 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, Op. Cit.,
hal.2178 Ibid., hal. 218
6
B. Langkah-Langkah Analisis Kontrastif
Berikut penjelasan mengenai langkah-langlah analisis
kontrastif menurut Tarigan:9
Langkah pertama, memperbandingkan atau perbandingan. B1
dan B2 yang akan dipelajari para siswa diperbandingkan.
Adapun hal-hal yang akan diperbandingkan adalah objek
kajian linguistik, misalnya fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik kedua bahasa. Aliran linguistik
yang sering digunakan dalam memperbandingkan bahasa
pertama dan kedua tersebut adalah linguistik struktural.
Kadang-kadang digunakan juga linguistik generatif yang
terkenal dengan kesemestaan linguistiknya.
Langkah kedua, memprediksi atau memperkirakan.
Berdasarkan identifikasi perbandingan pada langkah
pertama di atas, maka disusunlah perkiraan kesulitan
belajar yang akan dihadapi oleh para siswa dalam belajar
B2. Kesulitan belajar inilah salah satu sumber dari
kesalahan belajar atau kesalahan berbahasa.
Langkah ketiga, penyusunan atau pengurutan bahan
pengajaran. Perbandingan struktur bahasa menghasilkan
identifikasi perbedaan antara dua bahasa. Identifikasi
perbedaan antara dua bahasa dipakai sebagai dasar9 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,
(Bandung: Agkasa, 2011), hal.25-26
7
memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa.
Hal yang terakhir dipakai sebagai dasar untuk menentukan
urutan atau susunan bahan pengajaran B2.
Langkah keempat, cara penyampaian bahan. Siswa yang
belajar B2 sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam
bahasa ibunya. Kebiasaan ini harus diatasi agar tidak
lagi mengintervensi ke dalam B2. Pembentukan kebiasaan
dalam B2 dilakukan dengan penyampaian bahan pelajaran
yang telah disusun berdasarkan langkah pertama, kedua,
dan ketiga dengan cara-cara tertentu. Cara-cara yang
dianggap sesuai antara lain: peniruan, pengulangan,
latih-runtun (drills), dan penguatan (hadiah dan hukuman).
Dengan cara ini diharapkan para siswa mempunyai kebiasaan
ber-B2 yang kokoh dan dapat mengatasi kebiasaan dalam
ber-B1.
Apabila kita perhatikan keempat langkah di atas,
dapat dipahami bahwa langkah pertama itu berkaitan dengan
aspek linguistic dan tiga langkah selanjutnya merupakan
aspek psikologi. Di mana aspek linguistic inilah yang
banyak digunakan dalam metode anakon. Dalam hal ini,
tersirat dua hal penting, yaitu: apa yang akan
diperbandingkan; dan bagaimana cara membandingkannya.
Adapun aspek psikologis membahas mengenai kesukaran
belajar, cara menyusun bahan pelajaran dan cara
8
menyampaikan bahan pelajaran atau jika dikhususkan aspek
psikologis ini lebih menekankan kepada teori belajar.10
Oleh karena itu, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ellis yang dikutip oleh Tarigan dalam buku lainnya yang
berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa, para ahli
menyatakan bahwa Analisis konstratif memiliki dua aspek,
yakni aspek linguistik dan psikologis.11
Melalui perbandingan antara dua bahasa banyak hal
yang dapat diungkapkan. Beberapa diantara kemungkinan
menurut Tarigan adalah:12
Tiada perbedaan: struktur atau sistem aspek
tertentu dalam kedua bahasa tidak ada perbedaan
sama sekali (konsonan /I, m, n/ diucapkan sama
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris).
Fenomena konvergen: dua butir atau lebih dalam B1
menjadi satu dalam B2 (Bahasa Indonesia: padi,
beras, nasi menjadi rice dalam bahasa Inggris).
Ketidakadaan: butir atau sistem tertentu dalam B1
tidak terdapat dalam B2. Misalnya, sistem
penjamakan dengan penanda -s/-es dalam bahasa Inggris
tidak ada dalam bahasa Indonesia; sebaliknya sistem
10 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis konstratif Bahasa, Op. Cit.,hal.19
11 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, Op. Cit.,hal.27
12 Ibid. Hal.28-29
9
penjamakan dengan pengulangan kata dalam bahasa
Indonesia (rumah-rumah, daun-daun, ikan-ikan) tidak
ada dalam bahasa Inggris.
Beda distribusi: butir tertentu dalam B1 berbeda
distribusi dengan butir yang sama dengan B2.
Misalnya fonem /ŋ/ dalam bahasa Indonesia menduduki
posisi awal, tengah, dan akhir kata, sedangkan
dalam bahasa Inggris hanya menduduki posisi tengah
dan akhir kata.
Tiada persamaan: butir tertentu dalam B1 tidak
memiliki kesamaan dalam B2. Misalnya, predikat kata
sifat dalam bahasa Indonesia tidak terdapat dalam
bahasa Inggris; misalnya: Dia kaya (bahasa
Indonesia) menjadi He is rich (bahasa Inggris).
Fenomena divergen: satu butir tertentu dalam B1
menjadi dua butir dalam B2. Misalnya, kata we
(Inggris) dapat menjadi kita atau kami dalam bahasa
Indonesia.
Sementara pada langkah kedua sampai terakhir
berkaitan dengan aspek psikologi. Walaupun dari aspek
psikologis ini kurang banyak diperhatikan dalam hal
analisis kontrastif. Tapi aspek ini sangat mempunyai
hubungan antara pengajar bahasa dengan siswa yang akan
10
mempelajari B2. Maka dari langkah-langkah anakon di atas,
langkah terakhirlah yang dipandang lebih utama,
dikarenakan hal ini sangat berhubungan langsung dengan
metode penyampaian materi kebahasaannya.
Tarigan menjelaskan bahwa cara menyampaikan suatu
pengajaran bisa melalui; peniruan dalam hal fonem,
peniruan kata atau kalimat, tekanan kata, ataupun tekanan
kalimat. Atau dengan metode latihan runtun, drill, serta
melalui metode penguatan dengan memberi pujian/ reward,
atau hukuman. Semua hal itu disebut sebagai pendekatan
stimulus-responsif.13
Terdapat beberapa penjelasan yang berhubungan
dengan teori belajar. Pada hal ini tentunya yang
berhubungan dengan cara menyampaikan bahan pengajaran.
Dalam psikologi belajar kita mengenal teori assosiatif
learning (belajar asosiatif).14 Maksudnya bahwa suatu
pembelajaran terjadi apabila suatu koneksi atau asosiasi
terlaksana antara dua hal atau benda.
Seperti halnya seseorang mendengar kata meja dan
kemudian terpikir kata kursi, karena kedua kata tersebut
sering digunakan berpasangan. Hal ini disebut sebagai
assosiation by contigunj. Atau jika seseorang mendengar kata
kitab dan terpikir kata buku, karena kedua kata tersebut13 Ibid., Hal. 2314 Ibid., Hal. 62
11
mempunyai makna sama. Hal ini disebut sebagai assosiation by
similitary. Lalu jika seseorang mendengar kata senang¸dan
terpikir kata susah, karena mempunyai makna berlawanan.
Hal ini disebut sebagai association by contrast.15
Untuk mempermudah seorang pengajar Bahasa Asing
dalam mengajarkan bahasa kedua (B2) kepada siswa, Tarigan
menjelasakan beberapa metode pengajaran bahasa,
diantaranya:16
1. Metode Terjemahan Tata Bahasa
Metode ini lebih menekankan kepada praktik latihan
utamanya adalah penerjemahan dari dan ke dalam
bahasa target atau bahasa sasaran. Dengan
menggunakan teknik pengajaran latihan-latihan
terdiri atas kata-kata, frasa-frasa, kalimat-kalimat
dalam B2 yang diterjemahkan oleh pembelajar ke dalam
bahasa sasaran untuk mempraktikkan butir atau
kelompok butir ketatabahasaan tertentu.
2. Metode Langsung (direct method)
Metode langsung biasanya lebih melibatkan penyajian
kelas terhadap “teks” yang dilakukan oleh guru. Teks
dalam hal ini biasanya berbentuk narasi yang
15Ibid.16 Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa 1, (Bandung:
Angkasa, 2009), hal. 81. Lihat pula, Samsunuwuyati Mar’at,Psikolinguistik: Suatu Pengantar, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal. 97-98
12
disajikan oleh guru. Kemudian guru menguraikan teks-
teks tersebut dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan teks tersebut
kepada siswa. Sementara itu para siswa membaca
terlebih dahulu teks tersebut sebagai latihan
praktik.
3. Metode Audiolingual
Metode audiolingual lebih menekankan kepada
keterampilan siswa dalam hal menyimak dan berbicara.
4. Metode Kognitif
Metode ini lebih menekankan terhadap aspek penekanan
atau control bahasa dalam segala manifestasinya
sebagai suatu system yang berhubungan dan bermakna.
Dalam arti lain bahwa segala hal yang telah
dipelajari oleh siswa dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Responsi Fisik Total
Metode ini lebih mengutamakan penataan dan pematuhan
perintah yang diberikan oleh guru yang melibatkan
supaya siswa dapat melakukan perintah tersebut
secara langsung. Sebagai contoh jika guru
memerintahkan “berdiri!” maka siswa harus berdiri,
begitupun seterusnya.
6. Pendekatan Bahasa Masyarakat
13
Metode pendekatan bahasa masyarakat lebih menekankan
terhadap terapeutik yang dirancang untuk memudahkan
pembelajar ke dalam kemandirian dan kepercayaan
dalam bahasa sasaran.
7. Pengajaran Bahasa Komunikatif
Pengajaran bahasa komunikatif lebih menekankan
kepada setiap siswa supaya para pembelajar terampil
berbahasa dan dapat berkomunikasi dengan baik dalam
bahasa sasaran.
C. Aplikasi Analisis Kontrastif
Dalam analisis kali ini, kami mengambil dari sebuah
Makalah yang berjudul:17
“Bentuk Dan Perbedaan Kalimat Gender dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab (Mudzakkar dan Muannats)”.
Berikut pembahasan analisis kontrastif gender
tersebut:
1. Bahasa Arab
Berdasarkan jenisnya kata benda dapat dibedakan
menjadi kata benda jenis laki-laki (Mudzakkar) dan kata
17 http://gaweansuhad.blogspot.com/2014/06/analisis-kontrastif-gender-muannats.html, diakses pada tanggal 14 Februari 2015, pukul 20.45
14
benda jenis perempuan (Muannats). Pembagian kata benda
berdasarkan jenis dalam bahasa Arab adalah sangat penting
karena hal ini akan menyangkut pada pemakaian dhamir (kata
ganti) dan juga pemakaian fi’il (kata kerja).
Mudzakkar adalah kata benda yang menunjukkan arti
laki-laki baik manusia, atau hewan, ataupun benda mati
yang dikategorikan sebagai Mudzakkar.
Muannats adalah kata benda yang menunjukkan arti
perempuan baik manusia, atau hewan, ataupun benda mati
yang dikategorikan sebagai Muannats.
Pada asalnya semua isim adalah Mudzakkar kecuali ada
tanda-tanda yang menunjukkan bahwa isim tersebut adalah
Muannats.
Isim Mudzakkar ataupun Muannats ada dua macam yaitu
hakiki dan majazi.
Isim Mudzakkar hakiki ( ي� ق� ي� ك�ر ح�ق� ذ� isim ini adalah yang (اس������م م�������
secara nyata terlihat jenisnya. Contoh :
ح�ام�ذ Haamidun Hamid
ب� ا� Abun Ayah
ذ ح�� Jaddun Kakek
15
ل رح�� Rojulun Laki-laki
Isim Mudzakkar majazi ( ي�اس����م ار� ك�ر م�ج������ ذ� م����� ) majazi artinya kiasan.
Isim Mudzakkar majazi ini adalah isim yang oleh orang Arab
dianggap laki-laki. Contoh :
ت� ي� ب�� Baytun Rumah
ذ م�سج� Masjidun Masjid
اب� ب�� Baabun Pintu
اب� ك�ت� Kitaabun Buku
Isim Muannats hakiki ( ي� ق� ي� ن��ث' ح�ق� ؤ� ( اس���������م م���������� merupakan isim yangsecara hakikat atau kenyataan memang berjenis
perempuan. Contoh :
ي�ت� ب,� ر� Zainab Zainab
س�لمي Salmaa Salma
م ا� Ummun Ibu
ي�ت� ب�� Bintun Anak perempuan
16
Isim Muannats majazi ( ي� ار� ن��ث' م�ج�������� ؤ� ( اس�������م م�������� merupakan isim yangdikiaskan atas dianggap sebagai perempuan. Contoh :
ة� ب� ي3 ح�ق� Haqiibatun Tas
ة� ذ7 اف�� ب�� Naafidzatun Jendela
لة� ح�اف�� Haafilatun Bus
ة� ب� ي� س�ق� Safinatun Kapal
Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa suatu isim
adalah Muannats. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Berakhiran ta bulat atau ta tertutup atau ta’ marbuuthoh
( Ini merupakan tanda yang paling banyak kita jumpai .(ة�pada isim yang berjenis perempuan. Untuk mengubah isim
Mudzakkar menjadi Muannats, tambahkan huruf ta’ marbutoh atau
akhiran atun. Akhiran atun ini jika waqof dibaca “-ah”.
Contoh :
م�سلم Muslimun Laki-laki muslim
ط�ال�ث� Thoolibun Pelajar laki-laki
م�ذرس Mudarrisun Guru laki-laki
17
Menjadi :
م�سلمة� Muslimatun Wanita muslim
ة� ط�ال�ب� Thoolibatun Pelajar perempuan
م�ذرسة� Mudarrisatun Guru perempuan
2. Alif bengkok atau alif maqsuuroh, yaitu ya’ tanpa titik (ي)
merupakan satu tanda dari sebagian isim Muannats kecuali alif
maqsuuroh pada nama laki-laki. Contoh :
وع�ي ج�� Jau’aa Haus
ك�سلي Kaslaa Malas
3. Bagian tubuh yang berpasangan umumnya dianggap sebagai
isim Muannats, sedangkan bagian yang tunggal biasanya
dianggap sebagai Mudzakkar.
Contoh yang Mudzakkar :
س را� Ro’sun Kepala
ة وج� Wajhun Wajah
ف� ن�� ا� Anfun Hidung
18
Contoh yang Muannats :
Kن ع�ي� ‘aynun Mata
Kن ذ� ا� Udzunun Telinga
ذ ب�� Yadun Tangan
2. Bahasa Indonesia
a. penanda jenis kelamin yang ditandai dengan vokal yang
melekat pada akhir kata, baik pada suku kata terbuka
maupun pada suku kata yang tertutup. Dan kasus yang
ditemukan disini adalah serapan yang diambil dari bahasa
Sansekerta dan bahasa Inggris.
3. Bahasa Sansekerta
Kata penanda gender yang diserap dari bahasa Sansekerta,
contoh :
Laki-laki PerempuanPutra PutriDewa DewiPramugara Pramugari Penandaanya adalah vokal terakhir suku terbuka yang
merupakan bagian dari morfem, yaitu “-a” mengacu pada
gender maskulin dan “-i” mengacu pada gender feminin.
4. Bahasa Inggris
19
Kata penanda yang ditemukan dalam bahasa Inggris ,
contoh :
Laki-laki PerempuanAktor Aktris
Pada bahasa asalnya ( bahasa Inggris ) actor act –
or : act (verb) : berbuat; bertindak, (noun) : perbuatan,
tindakan “-or” merupakan morfem yang mengacu pada gender
maskulin. Sedangkan actress act – ress : -ress merupakan
penanda gender feminin. Namun dalam serapan bahasa Indonesia
pada morfem aktor, bukanlah termasuk dua morfem sebagai
mana asalnya, namun hanya satu morfem aktor. Suku kata act
– or tidak akan ada maknanya, karena bahasa Indonesia
tidak memiliki kata dasar act dan sufiks –or, keduanya
dianggap dua silabe, bukan dua morfem. Jadi aktor merupakan
kata penanda gender serapan dengan suku tertutup begitu
pula pada kata penanda gender femininnya aktris.
b. Penanda jenis kelamin yang ke dua, ditandai dengan
akhiran (sufiks), penanda ini merupakan serapan dari
bahasa Sansekerta dan bahasa Arab.
5. Bahasa Sansekerta
Akhiran “-wan” dan “-wati”, dalam bahasa
Sansekerta “-wan” (-van) : sebuah imbuhan sufiks yang
menyatakan pelaku pria, sedangkan “-wati” (-vati) :
20
sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita.
Akhiran atau sufiks “-wan” dan “-wati” kini telah menjadi
afiks dalam bahasa Indonesia.
Laki-laki PerempuanWartawan WartawatiDermawan DermawatiWisudawan Wisudawati
6. Bahasa Arab
Pada bahasa Arab, sufiks “-in” berfungsi sebagai
penanda gender laki-laki dan sufiks “-at” sebagai penanda
gender perempuan, dalam bahasa Arab kata yang berakhiran
“-in” dan “-at” menunjukkan bentuk jamak untuk nomina
dengan jumlah lebih dari dua, seperti pada kata muslimin,
kata ini terdiri dari dua morfem muslim dan “-in”
muslimin. Begitu pula dalam bahasa Indonesia, mengacu pada
makna jamak, artinya “para penganut agama islam” : “laki-
laki muslim” serta muslim dan “-at” muslimat artinya
“perempuan muslim”. Begitu pula pada kata mukminin “(para)
mukmin” : dan mukminat “perempuan mukmin” dan lain-lain.
Sufiks “-in” dan “-at” pula telah menjadi bagian
dari afiks bahasa Indonesia. Ruskhan menggunakan pangkal +
sufiks pada pembentukan kata-kata tersebut diatas.
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan pada
pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:
1. Metodologi Analisis Kontrastif adalah langkah-
langkah kerja dalam menyelediki perbandingan antara
dua bahasa atau lebih.
2. Langkah-langkah Analisis Kontrastif ada empat
langkah, yaitu: merbandingkan dua bahasa,
memprediksi tingkat kesukaran, menyusun bahan
pengajaran, dan cara penyampaian bahan ajar.
3. Aplikasi Analisis Kontrastif dalam makalah ini
berdasarkan aspek linguistik.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis menyadari
bahwasannya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun dari penyajian. Oleh sebab itu
kami sangat menanti kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk penyusunan dan penyajian yang lebih
baik di masa yang akan datang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Alifah, Ruha. Analisis dan Linguistik Kontrastif. Terbaca dalam
http://ruhalifah.blogspot.com.
Djajasudarma, Fatimah. Metode Linguistik: Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama, 2010.
http://gaweansuhad.blogspot.com/2014/06/analisis-
kontrastif-gender-muannats.html
KBBI Offline
Mar’at, Samsunuwuyati. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung:
Refika Aditama, 2011.
Mawardi. Kritik Sastra Teori, Metode, dan Aplikasinya. Lembaga
Penelitian UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2013.
Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pengajaran Bahasa 1.
Bandung: Angkasa, 2009.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis
Kesalahan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2011.
25
Top Related