resensi buku studi islam pendekatan dan metode

42
RESENSI BUKU STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE DOSEN PENGAMPU : Dr.Zakiyuddin Baidhawy,M.Ag.

Transcript of resensi buku studi islam pendekatan dan metode

RESENSI BUKU STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE

DOSEN PENGAMPU : Dr.Zakiyuddin Baidhawy,M.Ag.

FITA WIDYASTUTI 113-14-060 KKI 2014/2015

Identitas BukuJudul : Studi Islam Pendekatan dan

Metode

Penulis : Zakiyuddin Baidhawy

Nama Penerbit : Insan Madani

Cetakan & Tahun Terbit : 1 (pertama) , 2011

Tebal Buku & Jumlah Halaman: 20x14.2 , 322

Kategori : Non fiksi

Teks : Bahasa Indonesia

Biografi Penulis

Zakiyuddin Baidhawy lahir diIndramayu, Jawa Barat.

Kinitinggal diSolo. Menyelesaikan studiS-1 pada Fakultas

Agama Islam (Perbandingan Agama) Universitas Muhammadiyah

Surakarta (1994). Pernah nyantridiPondok Hajjah Nuriyah

Shabran (1990-1994). StudiS-2 pada Pascasarjana UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta (1999), dan S-3 pada Universitas yang

sama (2007). Staf Edukatif pada Sekolah TinggiAgama Islam

Negeri(STAIN) Salatiga, Penelitipada Pusat StudiBudaya

dan Perubahan Sosial UMS, Associate pada Maarif Institute

for Culture and Humanity.

Aktivitas dan pengalaman internasional beberapa

diantaranya adalah partisipan Academic Short Course at

Leiden University, 1-15 December 2009; Copenhagen

Conference, 21- 22 Oktober 2008; International Seminar on

Religious Education.

and Values, Ankara-Turki25 Juli-1 Agustus 2008;

Australian- Indonesian Young Muslim Leader Exchange 21

Mei-14 Juni2007; The 19th World Congress of the

International Association for the History of Religions,

Tokyo, 23-30 Maret 2005; partisipan pada The Ohio

University Dialogue Project and Exchange Program,

Chicago, Illinois; Athens, Ohio; Washington D.C;

Lancaster, Pennsylvania; Manhattan, New York,

diselenggarakan oleh Center for International Studies,

Ohio University, Athens, bekerjasama dengan US State

Department, 22 September-13 Oktober 2004; partisipan dan

presenter pada the Global Meeting of Expert on Teaching

For Tolerance, Respect, and Recognition, diselenggarakan

oleh The Oslo Coalition on Freedom of Religion or Belief

bekerjasama dengan UNESCO, Oslo, 2-5 September 2004; dan

partisipan dan presenter pada International Interfaith

Peace Forum and Asian Muslim Action Network (AMAN)

Assembly, Bangkok, 9-14 Desember 2003.

Aktif menulis diberbagaimedia dan jurnal ilmiah.

Karya-karya yang sudah diterbitkan antara lain: Etika

dalam Islam (1996); Wacana TeologiFeminis (1997); Menapak

Jalan Revolusi(2000); Pendekatan Kajian Islam dalam

StudiAgama (2001); Dialog Global dan Masa Depan Agama

(2001); dan Agama dan Pluralitas Budaya Lokal (2002); dan

AmbivalensiAgama, Konflik dan Nirkekerasan (2002),

ReinvensiIslam Multikultural (2005), Menyulam Ragam

Merajut Harmoni: Kisah-kisah tentang Toleransiuntuk Siswa

dan Pendidik (2005), Pendidikan Agama Berwawasan

Multikultural (2005), dan Kredo Kebebasan Beragama

(2006); Islam Melawan Kapitalisme (2007); Etika Bisnis

Syariah I (2007); Etika Bisnis Syariah II (2008); Al-

Islam dan Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM: Buku Panduan

untuk Guru (2008); Al-Islam Berwawasan HAM: Buku Ajar

Pendidikan Islam untuk SMA, MA, SMK (2008);

Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM (2008);

RekonstruksiKeadilan (2008); TeologiNeo Al-Ma`un (2009);

Benih-benih Islam Radikal diMasjid (dkk, 2010).

Judul Resensi

Studi Islam Pendekatan dan Metode

Pendahuluan

Studi islam berkaitan dengan data data yang jauh lebih

konkret dan berinteraksi dengan metode-metode yang

kompleks dan lebih mencakup. Hal ini bukan hanya terjadi

di negeri muslim sendiri,bahkan juga di Negara barat.

Bermunculan kasus-kasus seperti : arus migrasi yang terus

mengalir yang tampak terus mengalami percepatan,

terorisme yang semakin merajalela yang dipandang sebagai

ancaman baik bagi Barat maupun Negara Muskim sendiri,dan

kasus lain yang bermunculan. Dalam kasus ini, studi islam

secara langsung maupun tidak langsung sebagai bagian dari

cara untuk memahami dan mencegah, melindungi diri kita

sendiri,mendominasi dan bahkan berperang melawan

kekerasan yang dilakukan kaum fundamentalis islam. Karena

itu,penting kiranya perkembangan-perkembangan ini ditulis

dan dibaca dikalangan mahasiswa dan dosen studi islam

serta masyarakat luas pada umumnya di negeri ini.

Sinopsis

Istilah “Islamic Studies” kini digunakan dalam jurnal

professional,department akademik dan lain sebagainya yang

memiliki kajian dimensi islam dan keterkaitannya. Dalam

buku ini terdapat dua pendekatan mengenai definisi

Islamic Studies. Pendekatan pertama menyimpulkan bahwa

disiplin dan tradisi intelektual keagamaan klasik menjadi

inti dari Islamic Studies. Suatu bidang sempit yang

selalu mendapat tekanan komersial dalam perluasan ruang

lingkupnya. Namun,imperative utamanya adalah

mempertahankan kualitas hasilnya. Pendidikan dan studi

lintas disiplin tentang islam bersandar kepada ilmu-ilmu

humaniora dan ilmu-ilmu social meskipun Islamic studies

berbeda dengan keduanya diharapkan dapat memperkaya dua

bidang lainnya. Pendekatan kedua menyimpulkan bahwa

Islamic Studies bedasarkan kenyataannya islam perlu

dikaji dalam konteks evolusi islam modern yang penuh

teka-teki lebih tepatnya tentang cara orang-orang

mengalami dan menjalankan kehidupan. Meskipun Islamic

Studies pada intinya tediri adalah wilayah ilmu-ilmu

keislaman klasik akan tetapi perlu juga memasukkan

pendekatan sosiologis dan studi tentang dunia modern.

Islamic studies nampaknya muncul dari metodoligi

bagaimana islam dikaji dan diajarkan. Metodologi yang

diterapakan di Indonesia dengan luar negeri

berbeda,mereka melandaskan pada obyektivitas dan

integritas. Berikut ini adalah beberapa perdebatan

seputar metodologi dalam Islamic Studies. M. IzziDien

(2003: 243-255) secara gamblang menggambarkan perdebatan

metodologi tersebut mencakup kritik akademisi Muslim atas

metodologi Barat, pendekatan apologetik Muslim terhadap

metodologi penelitian, pendekatan radikal Muslim terhadap

metodologi Barat, dan kritik metodologi Muslim dari

dalam.1 Bermunculan berbagai kritik seimbang maupun kritik

radikal kepada metodologi barat oleh para akademis

muslim. Pendekatan intelektual Barat terhadap pengetahuan

dan pembelajaran di tegakkan di atas hokum pertentangan

yang bertabrakan dengan filsafat islam berdasakan pada

teori fusi. Pendekatan dalam mengkaji manusia yang di

sediakan oleh Barat pada umumnya gagal ini disebabkan

karena kebanyakan dari mereka hanya melihat dari fisik

nya ibaratnya hanya memandang sebelah mata tanpa

mengetahui hal-hal penting yang tidak bias dilihat dengan

mata. Dan pengamatan pun tidak akan berhasil tanpa rasa

simpati , mengetahui pola kehidupan sembari memperhatikan

nilai dari hasil pengamatan dan memasukkan amanat ke

1 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011), 7.

hasil penemuan. Di dalam Islamic Studies di Negara Barat

para sarjana perlu memahami bagaimana cara muslim

berpikir. Dengan hal ini akan tercapai dimensi spiritual

dan ilmiahnya. Bila sains modern berdasarkan atas dunia

fisik dan pedoman apologetic , islam pun berusaha tidak

membatasi pemikiran manusia atau karya ilmiah mandiri.

Penting juga untuk dicatat, bukan dalam rangka menyifati

Islam dengan keterbelakangan sosial, bahwa Islam

merupakan hasil dari suatu akumulasi persoalan dan

situasi, seperti kolonialisme Barat, perbudakan, dan

praktik-praktik sosial yang tidak ada hubungannya sama

sekali dengan jiwa Islam (al-Umari, 1987: 110)2. Banyak

bahan yang dibutuhkan dalam melakukan metodologi seperti

ini, pertama adalah faktor manusia. Setidaknya butuh

banyak sumber daya dengan membawa pemahaman islam yang

layak. Kedua, tujuan dalam mempopulerkan islam dalam

menciptakan banyak masyaakat sekaligus budaya, sehingga

dalam hal ini islam sebagai hasil fenomena keagamaan dan

2 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),10.

kebudayaan. Dalam suatu kajian kita harus memperhatikan

metodologi apa yang digunakan dan kepada siapa kita

mempelajarinya. Dalam kritik radikal oleh Barat

mempelajai agama islam mereka tidak memiliki basis nyata

dalam sumber-sumber islam. Kekeliruan metodologi dalam

komunitas muslim dapat disimpulkan sebagai berikut :

pertama, kesalahpahaman tentang realitas bagaimana cara

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, kesalahan

dalam mempelajari sebab dan akibat. Ketiga,kekeliruan

dalam memahami pandangan kompehensif islam tentang alam.

Dalam metodologi kajian keislaman ada pula pendekatan

emik dan etik. pendekatan emik yang menyajikan pola-pola

pemikiran dan asosiasi simbolik yang diungkap dari

perspektif kaum beriman, dan pendekatan ilmiah etik yang

melibatkan analisis historis mengenai hubungan antara ide

dan masyarakat sembari membatasi dari pelibatan klaim

kebenaran emik tentang realitas meta-empirik (Feener,

2007: 264-282).3

3 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),17

Ruang lingkup objek studi islam

Pengalama Keagamaan

Studi Islam sebagai kajian ilmiah pada intinya adalah

upaya mencari pemahaman mengenai hakikat agama, bukan

sekadar fungsi agama. Hakikat agama itu terletak pada

pengalaman keagamaan. Joachim Wach (1958) menjelaskan

beberapa kriteria mengenai pengalaman keagamaan. Pertama

, pengalaman keagamaan merupakan suatu respon terhadap

apa yang dialami sebagai Realitas Ultim (the Ultimate

Reality). Kedua, pengalaman keagamaan itu harus dipahami

sebagai suatu respon menyeluruh terhadap Realitas Ultim,

yaitu pribadiyang utuh yang melibatkan jiwa, emosi dan

kehendak sekaligus. Karenanya, pengalaman keagamaan

terdiri dari suatu hirarki tiga unsur, yaitu intelektual,

afeksi, dan kesukarelaan. Ketiga, pengalaman keagamaan

menghendakiintensitas, yaitu suatu pengalaman yang sangat

kuat, komprehensif, dan mendalam. Keempat, pengalaman

keagamaan sejatiselalu berujung pada tindakan. Keempat

kriteria diatas menggarisbawahi bahwa pengalaman agama

merupakan pengalaman batin dai perjumpaan manusia dengan

Tuhan.4 Selain pengalaman keagamaan objek kajian

metodologi islam juga berupa ekspresi keagamaan.

Ekspresi Keagamaan

Wujud ekspresi pikiran dari keagamaan yang utama

adalah dalam bentuk mitos yang merupakan cara yang unik

dan primitive dalam memahami realitas. Kedua, doktrin dan

dogma yang berfungsi sebagai pengeksplikasi dan

pengartikulasi keimanan. Ekspresi keagamaan yang lain

dapat juga dalam bentuk oal seperti halnya hadist,firman-

firman suci,tafsir agama. Adapula dalam bentuk lirik,epic

dan karya lain. Dalam tindakan,wujud ekspresi keagamaan

diaplikasikan dalam ketaatan dan penghambaan. Berbeda

lagi dengan jamaah, yang lebih dikenal dengan

pengelompokan pemeluk agama. Ini juga menjadi bentuk dari

ekspresi keagamaan. Hal ini sangat di penting untuk

persatuan antar umat dan juga bias dijadikan sebagai

4 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),24

tempat sharing dan berbagi ilmu.

Dimensi-dimensi Agama

Menurut Smart (1989), semua agama-agama yang hidup

didunia ini memiliki tujuh dimensi. Pertama,dimensi

praktik dan ritual yang merupakan ibadah,teratur,berdoa

dll. Ini penting dilakukan oleh setiap agama semisal

Kristen ortodok timur dan tradisi biaa yahudi kuno yang

dianggap sebagai praktik pengorbanan. Dalam konteks islam

dimensi keagamaan dan ritual keagamaan terangkum dalam

lima rukun yaitu syahadat,sholat,puasa,zakat dan haji.

Yang dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah Studi Islam

adalah tentang dimensi pengalaman dan emosi keagamaan

yang menyangkut apakah seorang hamba dapat merasakan akan

kehdiran Tuhannya ataukah tidak. Studi Islam juga

menjadikan dimensi naratif dan mitos sebagai kajian ,

dimana cerita seperti nabi dan rosul, surga dan neraka

dan kisah lain yang bersumber dari AlQuran dan hadist

yang ditransmisikan secara oral dari mulut ke mulut

hingga generasi ke generasi. Ajaran atau doktrin

merupakan hal mendasar yang penting yang harus kita

tancapkan sekokoh mungkin dalam agama agar kita tidak

tersesat. Itu akan mengarahkan kita kepada etika dan

hukum yang sesuai pula. Studi Islam mencakup dari

berbagai aspek segi kehidupan. Agama pada dasarnya adalah

jalan menuju Alloh, dimana setiap individu memiliki cara

sendiri-sendiri. Bentuk penghayatan yang sesuai dengan

kepribadian dan keadaan seseorang. Dengan mendasari

dengan cinta (mahabbah) pada setiap kewajiban hingga

seorang hamba bisa mendekatkan diri dan merasa dekat

dengan Tuhannya.

Sejarah Perkembangan Studi Islam

Studi Islam muncul pada abad ke 9 di Irak. Mulai

telihat bentuknya setelah berkembang didalam sekolah

dimana sudah menjadi titik fokus oleh dunia Barat.

Richart C. Martin menjelaskan fase-fase perkembangan

studi islam,seperti berikut :

1. Fase pertama tahun 800-1100,banyak bermunculan polemic

teologis antara Muslim,Kristen dan Yahudi.

2. Fase Perang Salib dan Kesarjanaan Cluny tahun 1100-1500

3. Fase reformasi tahun 1500-1650 sejalan terhadap

perkembangan keagamaan,intelektual dan politik Eropa.

4. Fase penemuan dan pencerahan tahun 1650-1900 pada masa

ini agama mulai dipandang berbeda, dimana banyak kaum

orientalis yang mempertanyakan keotentisitas agama dan

alat alat pendukungnya seperti hadist dll yang harus

diuji dan dinilai kemudian dibuktikan kebenarannya.

Kaum Orientalis dalam kajian keislaman lebih

menitikberatkan pada pendekatan histoiografi.

Pada abad ke 20 Studi Islam menjadi suatu disiplin

keilmuan, faktor kuncidalam pendekatan multidisiplin

yang berhasil adalah latar belakang pendidikan

penelitisekaligus kemauan dan usahanya untuk

mencaripandangan-pandangan para koleganya yang dikenal

karena perspektif-pers-pektif mereka yang inovatif.5

Margalith dan Buruma (2004) sebagai

5 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),55

“Oksidentalisme”, yakni suatu perang melawan gagasan

tertentu dari Barat, yang bukan merupakan hal baru atau

unik bagi kaum ekstremis Islamis.6 oksidentalis

meupakan bagian dari tandingan atas pencerahan dan

juga merupakan reaksi terhadap industrialisasi. Negara

timur merupakan bekas jajahan pada masa kolonial,

oksidentalis disini sebagai wujud pemberontakan para

kaum timur atas peradapan Barat yang dingin,mekanis,

dan mesin, dan sekularisme. Sebagai gambaran nya kita

dapat mengambil sampel teknologi yang merupakan

gambaran Barat yang mampu mencapai keberhasilan ekonomi

dan mampu mengembangkan mempromosikan teknologi

maju,namun gagal meraih hal-hal tertinggi dalam hidup

ini. Agama adalah ilustrasikaum oksidentalis tentang

pe-rang suciterhadap Barat sebagaikejahatan absolut.

Ketika kebebasan politik, keagamaan, dan intelektual

telah mapan, ia harus dipertahankan dengan kekuatan,

jika perlu, bahkan juga dengan keyakinan.7

6 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),567 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),65

Model Pendekatan Kajian teks-teks Islam : Studi Islam

Kajian-kajian teks-teks islam menekankan perhatian nya

pada Al-Qur’an dan hadis,juga karya-karya telektual

klasik yang berhubungan dengan dua sumber tersebut.

Hasil tradisi tekstual keagamaan yang menjadi cabang

keilmuan tradisional Islam meliputi : ulum Al-Qur’an

dengan seluruh ramifikasi nya ,tafsir Al-Qur’an,ulum

hadist lengkap dengan semua cabangnya ilmu

kalam,tasawuf,fikih dan usul fikih dll. Karena para

komunitas ilmiah dalam kajiannya mempelajari teks-teks

islami maka Metode pendekatan yang dipakai juga

meliputi metode pendekatan tekstual /bayani yang

melahirkan karya-karya dalam Studi Islam tradisional

yang terdiri dari :

A. Pendekatan I’jaz klasik

ini muncul abad ke 3 hijriah atau abad ke 9 masehi

dalam sejarah kebudayaan islam yang digunakan oleh

para sarjana awal untuk membuktikan kebenaran Al-

Qur’an . Sumber pokok dalam pendekatan I’jaz ini

adalah Al-Qur’an. Pendekatan ini muncul sebagai solusi

dalam mengatasi persoalan ketidaktertirukannya Al-

Qur’an yang menjadi ajaran hakiki dalam teologi.

B. Pendekatan Sastra Modern

Perkembangan dalam metode untuk menafsirkan teks-

teks islami seperti halnya Al-Qur’an yang sangat

erat hubunganya dengan pemahaman rasional dengan

islam. Mengingat pada masa serba modern dimana

pendekatan kesustrasaan lebih komoleks. Metode ini

pun digunakan untuk menjawab persoalan hidup di era

modern.

C. Pendekatan Tajdid

Pendekatan ini diperkenalkan oleh Amin al-Khuli

(1995). Dalam metode ini menerapkan studi bahasa

(nahw) dan retorika (balaghah) tafsir Al- Qur’an dan

sastra(adab). Ia berpendapat tidak mudah untuk

memadukan ke empat ilmu tersebut yang menyajikan

model ideal dari metodologi tajdid al-khuli.

D. Pendekatan Tahlili

Metode tahlili atau ijmali atau juz’I atau sejumlah

ilmuan menyebutnya dengan metode atomistic atau

kajian yang bersifat parsial merupakan metode yang

digunakan dengan menganalisis secara berurutan

berbagai aspek yang terkandung dalam Al-Qur’an.

E. Pendekatan Semantik

Pendekatan ini mencoba mengolaborasikan bagaimana

metode semnatik digunakan untuk konsep struktur dan

ketepatan sejumlah istilah kunci dan konsep dalam

Al-Qur’an. Toshihiko Izutsu adalah Sarjana pertama

yang menggunakan metode semantic. Menurutnya,

secara keseluruhan dari kosa-kata didalam Al-Qur’an

memberikan ungkapan mengenai ontology yang konkret

dan dinamis yang lebih dari sekedar pandangan

abstrak dan metafisik mengenai alam semesta. Sarjana

yang mengikuti langkah menggunakan metode semantic

adalah Naquib al-Attas.

F. Pendekatan Tematik

Pada pendekatan ini Al-Qur’an tidak ditafsirkan

ayat demi ayat. Dimana pada metode ini penafsiran

Al-Qur’an dilakukan dengan mengambil suatu tema

tertentu dari berbagai ajaran,sosial dan kosmologi

yang ada didalam Al-Qur’an. Metode ini menyeleksi

sekelompok ayat dengan tema tertentu kemudian

menyintesis ayat-ayat tersebut dan maknanya kedalam

suatu pandangan yang utuh.8

Model Kajian Teks-Teks Keislaman : Studi Hadis

Hadis merupakan sumber utama islam kedua setelah Al-

Qur’an. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika hadis

menjadi perdebatan baik sarjana muslim maupun sarjana

barat.

Kajian Orientalis tentang Hadis

Pada dasarnya yang dipermasalahkan oleh para

orientalis tentang keotentisitas,kesahihan,dan

kredibilitas hadis. Ignaz Goldzier adalah orientalis

pertama yang mengkritik hadis. Ignaz mengungkapkan

8 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),97

keraguan akan keotentisitas hadis yang mempunyai rentang

waktu sangat jauh dengan masa nabi dan shahabat. Goldzier

juga tidak percaya dengan metodologi dan cara pembukuan

hadis oleh para ulama terdahulu,alasannya adalah hadis

itu ditemukan dari sumber hapalan, sebab hadis tidak

ditulis pada masa rosul dan sahabat. Tokoh orientalis

lain yang mengikuti Ignaz Goldzier adalah Joseph Schacht

secara keseluruhan adalah bahwa system isnad mungkin

valid akan tetapi rantai periwayatan yang merentang

kebelakang hingga sampai ke nabi Muhammad itu palsu.

Dalam kritikannya, Joseph juga menciptakan beberapa teori

utuk menguatkan sanggahannya terhadap hadis seperti teori

projecting back, e silentio, dan teori common link.

Mereka adalah orientalis yang memberikan pengaruh besar

kepada kaum orientalis lain, hingga mereka mampu membuat

sarjana muslim terkecoh seperti Ahmad Amin dalam buku

“Fajrul Ilsan”.

Perbedaan Metodologi Kajian Hadis : Sarjana Barat dan

Sarjana Timur

Perbedaan antara pendekatan sarjana muslim dan sarjana

barat berstandar pada fundamental pendekatan terhadap

tradisi islam secara keseluruhan.9 Studi hadis oleh para

kaum orientalis menitikberatkan pada bagaimana

penanggalan hadis untuk menaksir historitasnya dan

bagaimana melakukan rekonstruksi sejarah terhadap

peristiwa yang terjadi pada masa awal islam. Sedangkan

sarjana muslim sendiri menggunakan system isnad. Dimana

seluruh rantai periwayatan harus terhubung dan

berhubungan. Sementara itu para orientalis tidak terkesan

dengan metode isnad. Mereka kembali pada metode matan

atau muatan dari hadis.

Kajian Sarjana Muslim Modern

Ahli hadis menyimpulkan bahwa kajian hadis oleh para

sarjana muslim jarang meneliti pdan mencermati matan

hadis, kebanyakan dari mereka terfokus dengan isnad hadis

dan konteks dari matan.

Pendekatan Revolusioner : al-Albani

9 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),103

Syekh Muhammad Nasir ad-Din al-Albani dikenal sebagai

muhadis kontemporer. Beliau memperkenalkan pendekatan

revolusioner dalam studi hadis. al-Albani menyatakan

bahwa ruang lingkup penilaian kembali hadis harus

mencakup semua hadis yang ada meskipun hadis itu sudah

termaktub dalam buku-buku hadis Bukharidan Muslim, yang

menurut al-Albani sebagian dari hadis-hadis dalam dua

kitab ini dinyatakan lemah (Lacroix, 2008: 6).10 Sebagai

akibat dari teori revolusioner al-Albani menghasilkan

fatwa-fatwa yang bertentangan dengan islam.

Model Kajian Ilmu Kalam

istilah kalam jika diterjemahkan sebagai kata maka

berarti firman, studi islam memaknai dengan diskusi

/argument. Mereka yang terlibat dalam diskusi disebut

mutakallimun. Kemunculan ilmu kalam dilatarbelakangi

karena akibat konflik yang memecahbelahkan antar muslim

dimasa awal. Berawal dari perselisihan politik hingga

10 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),106

pada akhirnya menjadi perselisihan teologis. Dimana pada

saat perselisihan mereka menginginkan menjadi pemimpin

komunitas yaitu ada khawarij,muji’ah,dan syi’ah. Ketiga

komunitas itu berusaha mempengaruri persatuan muslim ahl

as-sunnah wa al-jamaah.

Definisi dan Bahasa Ilmu Kalam

Ilmu kalam adalah suatu ilmu yang mengkaji ajaran-

ajaran dasar keimanan Islam (usuluddin). Ilmu ini

mengidentifikasi ajaran-ajaran dasar dan berupaya

membuktikan validitasnya dan menjawab setiap keraguan

terhadapnya.11 Sarjana muslim berusaha untuk

mendefinisikan dan menggambarkan secara garis besar

tentang subjek bahasan ilmu kalam. Sebagian dari mereka

mengatakan bahwa ilmu kalam adalahilmu yang lebih

menitikberatkan pada dan memberikan kekuatan ekstra pada

perdebatan dan argument pada orang yang terdapat di

dalamnya. Sebagian sarjana muslim lain mendefinisikan

ilmu kalam adalah suatu pembahasan isu-isu yang selama

11 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),124

ini tidak dibahas oleh ahli hadis. Doktrin-doktrin kalam

meliputi tiga komponen besar: artikulasi tentang apa yang

dipandang oleh suatu mazhab pemikiran sebagai ke-

percayaan-kepercayaan fundamental; konstruksi kerangka

spekulatif dimana kepercayaan-kepercayaan tersebut harus

dipahami; dan upaya merasionalisasi pandangan-pandangan

ini didalam kerangka spekulatif yang diterima.12 Terdapat

banyak aliran / mazhab yang dianut oleh kaum muslim dalam

masalah fiqh atau masalah hokum yang terbagi kedalam

berbagai kelompok seperti :

ja’fari,zaydi,hanafi,syafi’I,maliki, dan hanbali. Setiap

mazhab mempunyai ajaran sendiri-sendiri. Yang terpenting

adalah mazhab syi’ah,mu;tazilah,asy’aiyah dan muji’ah.

Kalam dalam pengertian argument rasional dan logis

tentang ajaran pokok islam memiliki tempat khusus dan

unik dalam tradisi syi’ah. Pada masa ini kita menyaksikan

kalam dipandang bertentangan dengan sunnah dan hadis oleh

ahl as-Sunnah. Dalam korpus hadis syi’ah semua isu

12 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),125

berhubungan dengan penjelasan rasional dan wacana.

Model Kajian Tasawuf

Tasawuf adalah bidang studi islam yang memusatkan

perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang

selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Tasawuf juga

dikenal sebagai pengetahuan intuitif tentang ketuhanan

yang dicapai dengan cara beragama yang berbeda oleh

setiap muslim ,dengan tujuan untuk mencapai kebenaran dan

kedekatan dengan Tuhannya. Dalam memahami tasawuf kita

perlu menelusuri ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh Al-

Qur’an dan sunnah. Dalam islam mengemukakan tiga domain

utama yaitu tubh,pikiran dan jiwa. Dimana ketiga aspek

tersebut harus berkesinambungan.

Pada awalnya terjadi perdebatan dalam pemberian nama

tasawuf tersebut. Pada awalnya sufi ditujukan bagi orang

yang berpakaian wol, sebagian yang lain mengatakan bahwa

sufi itu merupakan tahapan spiritual pertama (saff awwal)

dan pendapat lain mengatakan sufi adalah orang yang suka

berkumpul di serambi masjid (ashab al-suffah) dan yang

terakhir memandang bahwa sufi berasal dari kata shafa

yang berarti murni atau bersih. Pemahaman yang sejati

tentang sufisme atau tasawuf adalah memegang teguh pada

Al-Qur’an dan sunnah. Kaum orientalis memandang tasawuf

dari kaca mata Kristen ,menyimpulkan bahwa tasawuf adalah

gerakan spiritual yang memisahkan gerakan dari esensi

praktiknya, yang menggambarkan pendekatan bipolar.

Pendekatan Islam adalah bipolar. Kesatuan bipolar, seba-

gaimana dikemukakan oleh AliIzet Begovic (1994: 203-205),

merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang

menyatukan jalan spiritual dan jalan material, individu

dan sosial, jiwa dan tubuh. Tidak sepertiagama-agama

lainnya semisal Kristen atau Hindu yang hanya menekankan

pada aspek spiritual dan non-material. Menurut logika

tarekat-tarekat biara dalam dua agama tersebut,

pengabaian terhadap tubuh akan memperkuat spiritualitas.

Dua agama tersebut mengasumsikan semakin kepentingan

fisik kurang diperhatikan maka kepentingan spiritual

makin ditekankan.13

Tasawuf dan Modernitas : Pendekatan Fathullah Gulen

Dunia yang kita hadapi sekarang ini serba modern.

Lantas bagaimana tasawuf dan sufi bekerja dalam keadaan

yang serba modern? Apakah tasawuf mampu membentuk

karakter dan moral individu menjadi lebih baik ?. telah

tercatat pengintegrasian nilai-nilai tradisional dan

keagamaan dengan wacana modernitas dan sains Barat.

Sebuah geakan intelektual sufi selama kurang lebih satu

abad yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara

tatanan secular dan tatanan keagamaan di negeri ini.

Gerakan ini dikenal dengan Fathullah Gulen Movement.

Gerakan Gulen berusaha berintegrasi dengan mendamaikan

antara dunia modern dengan dunia tradisional.

Model Kajian Usul Fikih dan Fikih

Usul fikih dan fikih mempunyai hubungan yang sangat

erat. Usul fikih menjadi akar dari hokum islam yang

13 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),147

membahas indikasi dan metode dalam fikih. Dimana indikasi

ini dijumpai dalam Al-Qur’an dan sunnah yang sejalan

dengan sejumlah prinsip dan metode secara kolektif yang

dikenal dengan Usul Fikih. Perbedaan utama antarafikih

dan usul fikih adalah jika fikih berisikan aturan-aturan

rinci didalam hokum islam dalam berbagai sudut, jika usul

fikih berkaitan dengan metode yang diterapkan dalam

mendeduksi aturan dalam fikih tersebut. Tujuan usul fikih

ini adalah mengatu ijtihad dan mengarahkan para fuqoha

dalam mendeduksi hokum dari suatu sumber.

Seiing dengan berkembangnya mazhab-mazhab fikih,para

ulama mengadopsi dua pendekatan berbeda dalam pengujian

usul fikih yaitu pendekatan teoritis dan deduktif.

Pendekatan teoritis atau rasional digunakan oleh penduduk

hijaz,karena merka memiliki akses lebih banyak kepada

hadis. Ciri –ciri pendekatan teoritis ini seperti bebas

dari pendapat imam terdahulu dan pendapat fikih. Tidak

wajib mengikuti tindakan sebelum masa nabi dan lain

sebagainya. Sedangkan pendekatan deduktif digunakan oleh

penduduk yang menekankan penalaran rasional semisal

penduduk Iran.

Perbedaan yang utama dalam dua pendekatan ini adalah

lebih kepada orientasi dan bukan pada substansi.

Perbedaan lain nya terletak pada gambaran kerja para

pembuat draf hokum disbanding kerja seorang hakim. Imam

Syafi’I dalam teori usul fiqh nya menggunakan pendekatan

teoritis, jika pendekatan deduktif lebih dekat dengan

Imam Hanbali. pendekatan teoretik condong memandang usul

fikih sebagai disiplin mandiri dimana fikih harus

menguatkannya, sementara pendekatan deduktif berusaha

menghubungkan usul fikih lebih dekat dengan isu-isu

terperincidalam wilayah furu` dalam fikih. Misalnya,

ketika Hanafiyyah menemukan prinsip usul bertentangan

dengan prinsip fikih yang mapan, mereka cenderung

menyesuaikan teorisehingga dalam banyak hal konflik yang

sedang dihadapidihilangkan, atau mereka mencoba membuat

pengecualian untuk mencapaikompromi.14

14 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),162

Model Kajian Hermeneutika : Studi Hermeneutika Pembebasan

Farid Esack

Saat ini kajian Al-Qur’an semakin berkembang terhadap

pertumbuhan metodologi dan pendekatan yang kontemporer.

Hal ini disebabkan karena perkembangan baru kajian islam

di dunia dan pengaruh perkembangan ilmu-ilmu sosial dan

humaniora yang semakin canggih. Munculnya metode

pendekatan hemeneutika membuka pengakuan akan cara

pembacaan ayat-ayat suci Al-ur’an yang baru dan metode

ini juga mengilhami para sarjana muslim seperti Fazlur

Rahman ,Hassan Hanafi dan lain-lain untuk melakukan

interpretasi terhadap fenomena yang tertuang dalam Al-

Qur’an. Pengenmbangan gagasan hemeneutika ini juga

sebagai kontribusi bagi pengembangan pluralism teologi

dalam islam.

Farid Esack lahirkan dan di besarkan di wilayah

pluralitas agama, mayoritas dijumpai penganut Kristen.

Bahkan dia belajar agama pun dengan orang –orang penganut

agama Kristen yang berusaha belajar memaknai kehidupan

sebagai Kristen dalam masyarakat yang tidak adil. Dia

berusaha mengulang pelajaran itu, mencoba menerapkan iman

dan praktis di Afrika Selatan. Dan pada akhirnya dia

mempelapori pendirian Call of Islam yang berafiliasi

dengan United Democratic Front (UDF).

Penduduk di Afrika Selatan sudah menyusun dengan apa

yang disebut Hemeneutikal Circle dalam teologi

pembebasan. Juan Luis Segundo mendefinisikan hermeneutical

circle sebagaiperubahan terus menerus dalam melakukan

interpretasi terhadap kitab suci yang dipandu oleh

perubahan-perubahan berkesinambungan dalam realitas masa

kini, baik individu maupun masyarakat (Segundo, 1991: 9).

Ia mengemukakan dua syarat untuk menciptakan hermeneutical

circle: persoalan-persoalan yang mendalam dan kaya serta

keraguan terhadap situasi yang nyata; dan

interpretasibaru terhadap kitab suci yang juga mendalam

dan kaya.15

15 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),170

Pentingnya menegakkan keadilan terutama bagi kaum yang

tertindas dan marjinal atas dasar taukid dan cara berupa

jihad. Metode hermeneutika ini menjadi wujud dari rasa

solidaritas kita kepada kaum yang tertindas dan kaum

marjinal. Metode ini berada di antara teologi tradisional

dan modern dalam tiga aspek yaitu perbedaan pada tempat

penafsir, teologi pembebasan hidup dalam dunia kekerasan

dan harapan , dan yang terakhir kebenaran bagi penafsir

yang terlibat. Gerakan hermeneutika ini secara terus

mencari kebenaran yang akhirnya membawa hasil pada

praksis dan pembesaran yang lebih besar.

Model Kajian Filsafat: Studi Hibrida Filsafat

Fondasionalisme dan Hermeneutika

Kritik keagamaan sangat dibutuhkan oleh suatu agama

jika diakui bahwa tidak ada lembaga

keagamaan ,tafsir,teologi atau kepercayaan yang tidak

dapat salah. Kebenaran yang sudah absolut perlu dikaji

ulang agar terhindar dari pemutlakan terhadap yang

relative. Karena kematangan beragama akan muncul apabila

terdapat modifikasi yang serasi antara kesetiaan atas

fundamental tafsir dan pemikiran yang kritis.

Gagap Paradigma Fondasionalisme

Fondasionalisme tradisional adalah suatu pandangan

tentang suatu pengetahuan yang berawal dari ketiadaan

(nothing), pasti (certainly) ,dan tidak dapat salah

(infallible). Yang juga merupakan fondasi terhadap semua

ilmu penetahuan. Fondasionalisme klasik dimulai dari Rene

Descartes (1596-1650) tidak satupun pengetahuan yang

dipandang tidak salah,dapat salah dan dapat diperbaiki.

Hemeneutika berarti nmenafsir atau menerjemah sehingga

ini merupakan teoi dan praktek menafsir. Pada awalnya

menafsirkan teks-teks keagamaan. Dapat disimpulkan bahwa

siklus hermeneutika adalah suatu metode dimana kita harus

kembali pada kajian teks dan melakukan intrepetasi baru

setiap waktu dan interpretasi untuk hal-hal yang baru

untuk ditafsirkan. Akibat adanya tantangan kontemporer

telah mengejutkan konvensional sosial dan kultural.

Tafsir multicultural adalah hal yang dibutuhkan dalam

strategi dan implementasiDahwah Islam Rahmatan lil

a’lamin.

Sejauh kita memandang, pendidikan sangat penting

terutama pendidikan multiple. Multikulturasi harus

diusahakan secara benar dan tepat. Pendididkan agama

didesain agar setiap individu saling mengerti. Semua itu

butuh rancangan ,apalagi apabila pendidikan keagamaan

akan berperan penting. Adanya sebuah institusi yang bias

dijadikan wadah suatu pekumpulan . sehingga prosesnya

akan lebih tersetruktur. Ada banyak agenda yang baru yang

sedang dilakukan ,pertama pendekatan pada system agama

menolak dominasi system tertentu sembari menerima

keragaman pendekatan. Kedua, keharusan untuk menyediakan

pendidikan yang diadakan dengan system pendekatan yang

transcendental. Agama saat ini sangat berpengaruh dan

mentransform, yang memunculkan dua tantangan dialog

anatar Negara: pertama , teologi perlu mempercayai

kepercayaan dan keagamaan sebagai tetangga yang harus di

hargai dan bahkan sebagai dialog kontak. Kedua

pendidikan agama perlu terus mengembangkan metode ,

ketiga tugas menghadii pendekatan kontekstual

pwendididkan agama dan teologi agama-agama.

Keempat,memahami lebih jenuh pluralitas pada tingkat

individu. Dan terakhir mengupayakan agar pendidikan agama

mengkombinasikan teologi dan kajian ilmiah. Atas dasar

inilah bentuk-bentuk baru kerjasama institusional dapat

diupayakan dan proyek interdisipliner dapat diraih.

Model Kajian Pemikiran Islam : Kajian tentang islam

liberal

Kajian-kajian islam liberal menimbulkan pemahaman

bahwa kelompok islam liberal ini datang dala wujud protes

dan perlawanan terhadap dominasi di dalam islam ortodok.

Jika diteliti lebih dalam bahwa kajian islam liberal ini

adalah suatu agama yang kritis,progresif dan ragama yang

dinamis. Dalam wacana ini mengartikan bahwa islam liberal

bukan dating baru=baru ini ,jadir islam liberal sudah ada

sejak abad 19. Dan tema dan tesis yang di kampanyekan

menggunakan kategorisasi isu dari Charles Kurzman. Dapat

disimpulkan fenomena tentang islam liberal adalah salah

satu upaya dalam memperkuat basis dan saf dai counter

discourse dari gerakan pemberlakuam syariat islam menjadi

cita-cita revivalis. Membahas luar lingkup islam liberal,

gerakan pemberlakuan syariat islam dimana rata-rata

penduduknya menganut agama islam dalam keadaan tertentu

dapat dibenarkan akan tetapi dengan beberapa syarat yaitu

: pertama, didalam konvensi internasional dimana syariat

islam dilindungi dan hanya berlaku bagi komunitas islam

yang mampu melindungi kaum minoritas sari non muslim.

Kedua , gerakan ini harus mendapat dukungan dari penduduk

jika di pandang dari sudut kebangsaan dan keagamaan.

Model Kajian Politik

Politik menjadi salah satu kajian dalam Islamic

Studies. tindakan yang dilakukan kaum muslim yang

dijadikan sebagai objek kajian. Khususnya pada hal

politik, ahli politik tertarik untuk mengkaji tindakan-

tindakan / perilaku yang dilakukan oleh politikus muslim.

Dalam hal ini, akan memberikan peluang bagi kita untuk

meningkatkan kajian tentang islam lebih dalam. Bebeapa

buku yang direkomendasikan sebagai bacaan favorit untuk

dibaca semisal Following Muhammad (2003) karya Cal

Ernst, Annual review of Sociology (2002) karya Mansoor ,

dan masih banyak lagi lainnya. Yang harus kita waspadai

adalah tentang isu islam yang baru-baru ini muncul yang

kurang menguntungkan bagi kita. Dalam kajian ini terdapat

beberapa metode pendekatan yang diciptakan yaitu berupa :

pendekatan keamanan (security), pendekatan demokratis

dan pendekatan globalisasi.

Metodologi Ilmiah Modern dan Studi Islam

Perkembangan metodologi dalam keilmuan sosial dan

humaniora dijadikan manfaat dalam Studi Islam tentang

agama-agama pada masa modern dan kontemporer. Hal yang

perlu dicatat dalam pembahasan kali ini adalah , bahwa

penerapan pendekatan dan metode keilmuan modern dan

kontemporer ini bukan berarti kita menyingkirkan

penerapan dan merode tradisional. Justru malah dengan

pendekatan dan merode yang baru itu akan memperkaya di

dalam pemahan islam dan kaum muslim. Pendekatan historis

adalah suatu upaya untuk menyelusuri asal muasal dan

perkembangan ide-ide yang lembaga keagamaannya terdapat

dalam periode waktu tertentu. Sejarawan dalam menguji

reabilitas sumber-sumber dengna harapan dapat mengungkap

data tersebut. Yang paling penting dalam pendekatan

historis ini adalah penggunaan bukti-bukti berupa sumber

documenter maupun benda yang dapat diwariskan. Terdapat

tiga kecenderungan para sarjana dalam mengkaji aspek

historis islam. Pertama , kecenderungan para pengkaji

dalam mempelajari sejarah islam dengan pendekatan

kronologis. Yang bermaksut mempelajari islam dari segi

lintas sejarah. Kedua, pendekatan kawasan yang berusaha

memetakan sejarah. Ketiga, pendekatan fenomenologis. Dari

pendekatan yang sudah dijelaskan sedikit , ada pula

penambahan pendekatan dalam mengkaji pokok permasalahan

tersebut yaitu : pendekatansosiologi, pendekatan

antropologi dan etnografi, pendekatan fenomenologi, dan

pendekatan arkeologi.

Kelebihan Buku

Buku ini menyediakan materi yang sangat lengkap

menurut saya. Buku ini wajib dibaca khusus nya bagi

mahasiswa dan calon-calon penerus bangsa. Kaena buku ini

membuka wawasan kita tentang islam yang lebih dalam. Di

dalam buku ini juga menyediakan kebutuhan kebutuhan bagi

komunitas-komunitas minoritas untuk memahami keimanan

mereka di dalam identitas lokal yang melekat dan konteks

multikultual .

Kekurangan Buku

Buku ini menggunakan bahasa yang tinggi (high level),

sehingga dibutuhkan pemahaman penelaahan terlebih dahulu.

Terdapat banyak kosakata yang menurut saya sulit untuk

dimengerti terutama bagi kaum umum yang minoritas

keagamaannya

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Islam itu luas , yang dapat

dilihat dari segi dimensi keilmuan dunia dan dimensi

keagamaan . yang merupakan pengkombinasian dari dua ilmu

yang sangat berkaitan erat. Islamic Studies berbeda

dengan ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial yang akan

memperlemah bila pendidikan berbasis kepercayaan tentang

islam dan studi islam lintas disiplin berdasarkan pada

dua aspek tersebut. Didalam Studi Islam dijelaskan secara

lengkap apakah itu islam. Islam memiliki ruang lingkup

objek yang harus kita pahami benar karena inilah yang

akan kita kaji. Islam itu variatif dilihat dari segala

prespektiif yang berbeda misalnya pada caa beribadah.

Tujuan kita sama akan tetapi berbeda dalam prosesnya.

Islam itu dating tidak serta merta tanpa masalah, muncul

banyak perdebatan tentang islam yang mendapat kritik di

kalangan sarjana barat (orientalis) yang menjatuhkan

islam. Kita sebagai muslim dengan keadaan yang serba

modern ini harus kritis dengan apa yang terjadi didalam

islam. Sebagai generasi penerus kita harus mempersiapkan

diri kita dalam jihad fi sabilillah dengan cara

mempelajari semua hal tentamg islam mulai dari sejarah

islam, studi Al-Qur’an yang menjadi pedoman / sumber

pertama kita dan hadis yang menjadi sumber kedua.

Memahami ilmu kalam,tasawuf, usul fiqh dan fikih dan

model kajian filsafat lain. Kita juga disarankan untuk

mempelajari tentang factor luar yang dapat mempengaruhi

islam.

Daftar Pustaka

Baidhawy,Zakiyuddin.Studi Islam Pendekatan dan

Metode.Yogyakarta:Insan Madani,2011.