resensi buku studi islam pendekatan dan metode
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of resensi buku studi islam pendekatan dan metode
FITA WIDYASTUTI 113-14-060 KKI 2014/2015
Identitas BukuJudul : Studi Islam Pendekatan dan
Metode
Penulis : Zakiyuddin Baidhawy
Nama Penerbit : Insan Madani
Cetakan & Tahun Terbit : 1 (pertama) , 2011
Tebal Buku & Jumlah Halaman: 20x14.2 , 322
Kategori : Non fiksi
Teks : Bahasa Indonesia
Biografi Penulis
Zakiyuddin Baidhawy lahir diIndramayu, Jawa Barat.
Kinitinggal diSolo. Menyelesaikan studiS-1 pada Fakultas
Agama Islam (Perbandingan Agama) Universitas Muhammadiyah
Surakarta (1994). Pernah nyantridiPondok Hajjah Nuriyah
Shabran (1990-1994). StudiS-2 pada Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta (1999), dan S-3 pada Universitas yang
sama (2007). Staf Edukatif pada Sekolah TinggiAgama Islam
Negeri(STAIN) Salatiga, Penelitipada Pusat StudiBudaya
dan Perubahan Sosial UMS, Associate pada Maarif Institute
for Culture and Humanity.
Aktivitas dan pengalaman internasional beberapa
diantaranya adalah partisipan Academic Short Course at
Leiden University, 1-15 December 2009; Copenhagen
Conference, 21- 22 Oktober 2008; International Seminar on
Religious Education.
and Values, Ankara-Turki25 Juli-1 Agustus 2008;
Australian- Indonesian Young Muslim Leader Exchange 21
Mei-14 Juni2007; The 19th World Congress of the
International Association for the History of Religions,
Tokyo, 23-30 Maret 2005; partisipan pada The Ohio
University Dialogue Project and Exchange Program,
Chicago, Illinois; Athens, Ohio; Washington D.C;
Lancaster, Pennsylvania; Manhattan, New York,
diselenggarakan oleh Center for International Studies,
Ohio University, Athens, bekerjasama dengan US State
Department, 22 September-13 Oktober 2004; partisipan dan
presenter pada the Global Meeting of Expert on Teaching
For Tolerance, Respect, and Recognition, diselenggarakan
oleh The Oslo Coalition on Freedom of Religion or Belief
bekerjasama dengan UNESCO, Oslo, 2-5 September 2004; dan
partisipan dan presenter pada International Interfaith
Peace Forum and Asian Muslim Action Network (AMAN)
Assembly, Bangkok, 9-14 Desember 2003.
Aktif menulis diberbagaimedia dan jurnal ilmiah.
Karya-karya yang sudah diterbitkan antara lain: Etika
dalam Islam (1996); Wacana TeologiFeminis (1997); Menapak
Jalan Revolusi(2000); Pendekatan Kajian Islam dalam
StudiAgama (2001); Dialog Global dan Masa Depan Agama
(2001); dan Agama dan Pluralitas Budaya Lokal (2002); dan
AmbivalensiAgama, Konflik dan Nirkekerasan (2002),
ReinvensiIslam Multikultural (2005), Menyulam Ragam
Merajut Harmoni: Kisah-kisah tentang Toleransiuntuk Siswa
dan Pendidik (2005), Pendidikan Agama Berwawasan
Multikultural (2005), dan Kredo Kebebasan Beragama
(2006); Islam Melawan Kapitalisme (2007); Etika Bisnis
Syariah I (2007); Etika Bisnis Syariah II (2008); Al-
Islam dan Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM: Buku Panduan
untuk Guru (2008); Al-Islam Berwawasan HAM: Buku Ajar
Pendidikan Islam untuk SMA, MA, SMK (2008);
Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM (2008);
RekonstruksiKeadilan (2008); TeologiNeo Al-Ma`un (2009);
Benih-benih Islam Radikal diMasjid (dkk, 2010).
Judul Resensi
Studi Islam Pendekatan dan Metode
Pendahuluan
Studi islam berkaitan dengan data data yang jauh lebih
konkret dan berinteraksi dengan metode-metode yang
kompleks dan lebih mencakup. Hal ini bukan hanya terjadi
di negeri muslim sendiri,bahkan juga di Negara barat.
Bermunculan kasus-kasus seperti : arus migrasi yang terus
mengalir yang tampak terus mengalami percepatan,
terorisme yang semakin merajalela yang dipandang sebagai
ancaman baik bagi Barat maupun Negara Muskim sendiri,dan
kasus lain yang bermunculan. Dalam kasus ini, studi islam
secara langsung maupun tidak langsung sebagai bagian dari
cara untuk memahami dan mencegah, melindungi diri kita
sendiri,mendominasi dan bahkan berperang melawan
kekerasan yang dilakukan kaum fundamentalis islam. Karena
itu,penting kiranya perkembangan-perkembangan ini ditulis
dan dibaca dikalangan mahasiswa dan dosen studi islam
serta masyarakat luas pada umumnya di negeri ini.
Sinopsis
Istilah “Islamic Studies” kini digunakan dalam jurnal
professional,department akademik dan lain sebagainya yang
memiliki kajian dimensi islam dan keterkaitannya. Dalam
buku ini terdapat dua pendekatan mengenai definisi
Islamic Studies. Pendekatan pertama menyimpulkan bahwa
disiplin dan tradisi intelektual keagamaan klasik menjadi
inti dari Islamic Studies. Suatu bidang sempit yang
selalu mendapat tekanan komersial dalam perluasan ruang
lingkupnya. Namun,imperative utamanya adalah
mempertahankan kualitas hasilnya. Pendidikan dan studi
lintas disiplin tentang islam bersandar kepada ilmu-ilmu
humaniora dan ilmu-ilmu social meskipun Islamic studies
berbeda dengan keduanya diharapkan dapat memperkaya dua
bidang lainnya. Pendekatan kedua menyimpulkan bahwa
Islamic Studies bedasarkan kenyataannya islam perlu
dikaji dalam konteks evolusi islam modern yang penuh
teka-teki lebih tepatnya tentang cara orang-orang
mengalami dan menjalankan kehidupan. Meskipun Islamic
Studies pada intinya tediri adalah wilayah ilmu-ilmu
keislaman klasik akan tetapi perlu juga memasukkan
pendekatan sosiologis dan studi tentang dunia modern.
Islamic studies nampaknya muncul dari metodoligi
bagaimana islam dikaji dan diajarkan. Metodologi yang
diterapakan di Indonesia dengan luar negeri
berbeda,mereka melandaskan pada obyektivitas dan
integritas. Berikut ini adalah beberapa perdebatan
seputar metodologi dalam Islamic Studies. M. IzziDien
(2003: 243-255) secara gamblang menggambarkan perdebatan
metodologi tersebut mencakup kritik akademisi Muslim atas
metodologi Barat, pendekatan apologetik Muslim terhadap
metodologi penelitian, pendekatan radikal Muslim terhadap
metodologi Barat, dan kritik metodologi Muslim dari
dalam.1 Bermunculan berbagai kritik seimbang maupun kritik
radikal kepada metodologi barat oleh para akademis
muslim. Pendekatan intelektual Barat terhadap pengetahuan
dan pembelajaran di tegakkan di atas hokum pertentangan
yang bertabrakan dengan filsafat islam berdasakan pada
teori fusi. Pendekatan dalam mengkaji manusia yang di
sediakan oleh Barat pada umumnya gagal ini disebabkan
karena kebanyakan dari mereka hanya melihat dari fisik
nya ibaratnya hanya memandang sebelah mata tanpa
mengetahui hal-hal penting yang tidak bias dilihat dengan
mata. Dan pengamatan pun tidak akan berhasil tanpa rasa
simpati , mengetahui pola kehidupan sembari memperhatikan
nilai dari hasil pengamatan dan memasukkan amanat ke
1 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011), 7.
hasil penemuan. Di dalam Islamic Studies di Negara Barat
para sarjana perlu memahami bagaimana cara muslim
berpikir. Dengan hal ini akan tercapai dimensi spiritual
dan ilmiahnya. Bila sains modern berdasarkan atas dunia
fisik dan pedoman apologetic , islam pun berusaha tidak
membatasi pemikiran manusia atau karya ilmiah mandiri.
Penting juga untuk dicatat, bukan dalam rangka menyifati
Islam dengan keterbelakangan sosial, bahwa Islam
merupakan hasil dari suatu akumulasi persoalan dan
situasi, seperti kolonialisme Barat, perbudakan, dan
praktik-praktik sosial yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan jiwa Islam (al-Umari, 1987: 110)2. Banyak
bahan yang dibutuhkan dalam melakukan metodologi seperti
ini, pertama adalah faktor manusia. Setidaknya butuh
banyak sumber daya dengan membawa pemahaman islam yang
layak. Kedua, tujuan dalam mempopulerkan islam dalam
menciptakan banyak masyaakat sekaligus budaya, sehingga
dalam hal ini islam sebagai hasil fenomena keagamaan dan
2 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),10.
kebudayaan. Dalam suatu kajian kita harus memperhatikan
metodologi apa yang digunakan dan kepada siapa kita
mempelajarinya. Dalam kritik radikal oleh Barat
mempelajai agama islam mereka tidak memiliki basis nyata
dalam sumber-sumber islam. Kekeliruan metodologi dalam
komunitas muslim dapat disimpulkan sebagai berikut :
pertama, kesalahpahaman tentang realitas bagaimana cara
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, kesalahan
dalam mempelajari sebab dan akibat. Ketiga,kekeliruan
dalam memahami pandangan kompehensif islam tentang alam.
Dalam metodologi kajian keislaman ada pula pendekatan
emik dan etik. pendekatan emik yang menyajikan pola-pola
pemikiran dan asosiasi simbolik yang diungkap dari
perspektif kaum beriman, dan pendekatan ilmiah etik yang
melibatkan analisis historis mengenai hubungan antara ide
dan masyarakat sembari membatasi dari pelibatan klaim
kebenaran emik tentang realitas meta-empirik (Feener,
2007: 264-282).3
3 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),17
Ruang lingkup objek studi islam
Pengalama Keagamaan
Studi Islam sebagai kajian ilmiah pada intinya adalah
upaya mencari pemahaman mengenai hakikat agama, bukan
sekadar fungsi agama. Hakikat agama itu terletak pada
pengalaman keagamaan. Joachim Wach (1958) menjelaskan
beberapa kriteria mengenai pengalaman keagamaan. Pertama
, pengalaman keagamaan merupakan suatu respon terhadap
apa yang dialami sebagai Realitas Ultim (the Ultimate
Reality). Kedua, pengalaman keagamaan itu harus dipahami
sebagai suatu respon menyeluruh terhadap Realitas Ultim,
yaitu pribadiyang utuh yang melibatkan jiwa, emosi dan
kehendak sekaligus. Karenanya, pengalaman keagamaan
terdiri dari suatu hirarki tiga unsur, yaitu intelektual,
afeksi, dan kesukarelaan. Ketiga, pengalaman keagamaan
menghendakiintensitas, yaitu suatu pengalaman yang sangat
kuat, komprehensif, dan mendalam. Keempat, pengalaman
keagamaan sejatiselalu berujung pada tindakan. Keempat
kriteria diatas menggarisbawahi bahwa pengalaman agama
merupakan pengalaman batin dai perjumpaan manusia dengan
Tuhan.4 Selain pengalaman keagamaan objek kajian
metodologi islam juga berupa ekspresi keagamaan.
Ekspresi Keagamaan
Wujud ekspresi pikiran dari keagamaan yang utama
adalah dalam bentuk mitos yang merupakan cara yang unik
dan primitive dalam memahami realitas. Kedua, doktrin dan
dogma yang berfungsi sebagai pengeksplikasi dan
pengartikulasi keimanan. Ekspresi keagamaan yang lain
dapat juga dalam bentuk oal seperti halnya hadist,firman-
firman suci,tafsir agama. Adapula dalam bentuk lirik,epic
dan karya lain. Dalam tindakan,wujud ekspresi keagamaan
diaplikasikan dalam ketaatan dan penghambaan. Berbeda
lagi dengan jamaah, yang lebih dikenal dengan
pengelompokan pemeluk agama. Ini juga menjadi bentuk dari
ekspresi keagamaan. Hal ini sangat di penting untuk
persatuan antar umat dan juga bias dijadikan sebagai
4 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),24
tempat sharing dan berbagi ilmu.
Dimensi-dimensi Agama
Menurut Smart (1989), semua agama-agama yang hidup
didunia ini memiliki tujuh dimensi. Pertama,dimensi
praktik dan ritual yang merupakan ibadah,teratur,berdoa
dll. Ini penting dilakukan oleh setiap agama semisal
Kristen ortodok timur dan tradisi biaa yahudi kuno yang
dianggap sebagai praktik pengorbanan. Dalam konteks islam
dimensi keagamaan dan ritual keagamaan terangkum dalam
lima rukun yaitu syahadat,sholat,puasa,zakat dan haji.
Yang dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah Studi Islam
adalah tentang dimensi pengalaman dan emosi keagamaan
yang menyangkut apakah seorang hamba dapat merasakan akan
kehdiran Tuhannya ataukah tidak. Studi Islam juga
menjadikan dimensi naratif dan mitos sebagai kajian ,
dimana cerita seperti nabi dan rosul, surga dan neraka
dan kisah lain yang bersumber dari AlQuran dan hadist
yang ditransmisikan secara oral dari mulut ke mulut
hingga generasi ke generasi. Ajaran atau doktrin
merupakan hal mendasar yang penting yang harus kita
tancapkan sekokoh mungkin dalam agama agar kita tidak
tersesat. Itu akan mengarahkan kita kepada etika dan
hukum yang sesuai pula. Studi Islam mencakup dari
berbagai aspek segi kehidupan. Agama pada dasarnya adalah
jalan menuju Alloh, dimana setiap individu memiliki cara
sendiri-sendiri. Bentuk penghayatan yang sesuai dengan
kepribadian dan keadaan seseorang. Dengan mendasari
dengan cinta (mahabbah) pada setiap kewajiban hingga
seorang hamba bisa mendekatkan diri dan merasa dekat
dengan Tuhannya.
Sejarah Perkembangan Studi Islam
Studi Islam muncul pada abad ke 9 di Irak. Mulai
telihat bentuknya setelah berkembang didalam sekolah
dimana sudah menjadi titik fokus oleh dunia Barat.
Richart C. Martin menjelaskan fase-fase perkembangan
studi islam,seperti berikut :
1. Fase pertama tahun 800-1100,banyak bermunculan polemic
teologis antara Muslim,Kristen dan Yahudi.
2. Fase Perang Salib dan Kesarjanaan Cluny tahun 1100-1500
3. Fase reformasi tahun 1500-1650 sejalan terhadap
perkembangan keagamaan,intelektual dan politik Eropa.
4. Fase penemuan dan pencerahan tahun 1650-1900 pada masa
ini agama mulai dipandang berbeda, dimana banyak kaum
orientalis yang mempertanyakan keotentisitas agama dan
alat alat pendukungnya seperti hadist dll yang harus
diuji dan dinilai kemudian dibuktikan kebenarannya.
Kaum Orientalis dalam kajian keislaman lebih
menitikberatkan pada pendekatan histoiografi.
Pada abad ke 20 Studi Islam menjadi suatu disiplin
keilmuan, faktor kuncidalam pendekatan multidisiplin
yang berhasil adalah latar belakang pendidikan
penelitisekaligus kemauan dan usahanya untuk
mencaripandangan-pandangan para koleganya yang dikenal
karena perspektif-pers-pektif mereka yang inovatif.5
Margalith dan Buruma (2004) sebagai
5 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),55
“Oksidentalisme”, yakni suatu perang melawan gagasan
tertentu dari Barat, yang bukan merupakan hal baru atau
unik bagi kaum ekstremis Islamis.6 oksidentalis
meupakan bagian dari tandingan atas pencerahan dan
juga merupakan reaksi terhadap industrialisasi. Negara
timur merupakan bekas jajahan pada masa kolonial,
oksidentalis disini sebagai wujud pemberontakan para
kaum timur atas peradapan Barat yang dingin,mekanis,
dan mesin, dan sekularisme. Sebagai gambaran nya kita
dapat mengambil sampel teknologi yang merupakan
gambaran Barat yang mampu mencapai keberhasilan ekonomi
dan mampu mengembangkan mempromosikan teknologi
maju,namun gagal meraih hal-hal tertinggi dalam hidup
ini. Agama adalah ilustrasikaum oksidentalis tentang
pe-rang suciterhadap Barat sebagaikejahatan absolut.
Ketika kebebasan politik, keagamaan, dan intelektual
telah mapan, ia harus dipertahankan dengan kekuatan,
jika perlu, bahkan juga dengan keyakinan.7
6 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),567 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),65
Model Pendekatan Kajian teks-teks Islam : Studi Islam
Kajian-kajian teks-teks islam menekankan perhatian nya
pada Al-Qur’an dan hadis,juga karya-karya telektual
klasik yang berhubungan dengan dua sumber tersebut.
Hasil tradisi tekstual keagamaan yang menjadi cabang
keilmuan tradisional Islam meliputi : ulum Al-Qur’an
dengan seluruh ramifikasi nya ,tafsir Al-Qur’an,ulum
hadist lengkap dengan semua cabangnya ilmu
kalam,tasawuf,fikih dan usul fikih dll. Karena para
komunitas ilmiah dalam kajiannya mempelajari teks-teks
islami maka Metode pendekatan yang dipakai juga
meliputi metode pendekatan tekstual /bayani yang
melahirkan karya-karya dalam Studi Islam tradisional
yang terdiri dari :
A. Pendekatan I’jaz klasik
ini muncul abad ke 3 hijriah atau abad ke 9 masehi
dalam sejarah kebudayaan islam yang digunakan oleh
para sarjana awal untuk membuktikan kebenaran Al-
Qur’an . Sumber pokok dalam pendekatan I’jaz ini
adalah Al-Qur’an. Pendekatan ini muncul sebagai solusi
dalam mengatasi persoalan ketidaktertirukannya Al-
Qur’an yang menjadi ajaran hakiki dalam teologi.
B. Pendekatan Sastra Modern
Perkembangan dalam metode untuk menafsirkan teks-
teks islami seperti halnya Al-Qur’an yang sangat
erat hubunganya dengan pemahaman rasional dengan
islam. Mengingat pada masa serba modern dimana
pendekatan kesustrasaan lebih komoleks. Metode ini
pun digunakan untuk menjawab persoalan hidup di era
modern.
C. Pendekatan Tajdid
Pendekatan ini diperkenalkan oleh Amin al-Khuli
(1995). Dalam metode ini menerapkan studi bahasa
(nahw) dan retorika (balaghah) tafsir Al- Qur’an dan
sastra(adab). Ia berpendapat tidak mudah untuk
memadukan ke empat ilmu tersebut yang menyajikan
model ideal dari metodologi tajdid al-khuli.
D. Pendekatan Tahlili
Metode tahlili atau ijmali atau juz’I atau sejumlah
ilmuan menyebutnya dengan metode atomistic atau
kajian yang bersifat parsial merupakan metode yang
digunakan dengan menganalisis secara berurutan
berbagai aspek yang terkandung dalam Al-Qur’an.
E. Pendekatan Semantik
Pendekatan ini mencoba mengolaborasikan bagaimana
metode semnatik digunakan untuk konsep struktur dan
ketepatan sejumlah istilah kunci dan konsep dalam
Al-Qur’an. Toshihiko Izutsu adalah Sarjana pertama
yang menggunakan metode semantic. Menurutnya,
secara keseluruhan dari kosa-kata didalam Al-Qur’an
memberikan ungkapan mengenai ontology yang konkret
dan dinamis yang lebih dari sekedar pandangan
abstrak dan metafisik mengenai alam semesta. Sarjana
yang mengikuti langkah menggunakan metode semantic
adalah Naquib al-Attas.
F. Pendekatan Tematik
Pada pendekatan ini Al-Qur’an tidak ditafsirkan
ayat demi ayat. Dimana pada metode ini penafsiran
Al-Qur’an dilakukan dengan mengambil suatu tema
tertentu dari berbagai ajaran,sosial dan kosmologi
yang ada didalam Al-Qur’an. Metode ini menyeleksi
sekelompok ayat dengan tema tertentu kemudian
menyintesis ayat-ayat tersebut dan maknanya kedalam
suatu pandangan yang utuh.8
Model Kajian Teks-Teks Keislaman : Studi Hadis
Hadis merupakan sumber utama islam kedua setelah Al-
Qur’an. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika hadis
menjadi perdebatan baik sarjana muslim maupun sarjana
barat.
Kajian Orientalis tentang Hadis
Pada dasarnya yang dipermasalahkan oleh para
orientalis tentang keotentisitas,kesahihan,dan
kredibilitas hadis. Ignaz Goldzier adalah orientalis
pertama yang mengkritik hadis. Ignaz mengungkapkan
8 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),97
keraguan akan keotentisitas hadis yang mempunyai rentang
waktu sangat jauh dengan masa nabi dan shahabat. Goldzier
juga tidak percaya dengan metodologi dan cara pembukuan
hadis oleh para ulama terdahulu,alasannya adalah hadis
itu ditemukan dari sumber hapalan, sebab hadis tidak
ditulis pada masa rosul dan sahabat. Tokoh orientalis
lain yang mengikuti Ignaz Goldzier adalah Joseph Schacht
secara keseluruhan adalah bahwa system isnad mungkin
valid akan tetapi rantai periwayatan yang merentang
kebelakang hingga sampai ke nabi Muhammad itu palsu.
Dalam kritikannya, Joseph juga menciptakan beberapa teori
utuk menguatkan sanggahannya terhadap hadis seperti teori
projecting back, e silentio, dan teori common link.
Mereka adalah orientalis yang memberikan pengaruh besar
kepada kaum orientalis lain, hingga mereka mampu membuat
sarjana muslim terkecoh seperti Ahmad Amin dalam buku
“Fajrul Ilsan”.
Perbedaan Metodologi Kajian Hadis : Sarjana Barat dan
Sarjana Timur
Perbedaan antara pendekatan sarjana muslim dan sarjana
barat berstandar pada fundamental pendekatan terhadap
tradisi islam secara keseluruhan.9 Studi hadis oleh para
kaum orientalis menitikberatkan pada bagaimana
penanggalan hadis untuk menaksir historitasnya dan
bagaimana melakukan rekonstruksi sejarah terhadap
peristiwa yang terjadi pada masa awal islam. Sedangkan
sarjana muslim sendiri menggunakan system isnad. Dimana
seluruh rantai periwayatan harus terhubung dan
berhubungan. Sementara itu para orientalis tidak terkesan
dengan metode isnad. Mereka kembali pada metode matan
atau muatan dari hadis.
Kajian Sarjana Muslim Modern
Ahli hadis menyimpulkan bahwa kajian hadis oleh para
sarjana muslim jarang meneliti pdan mencermati matan
hadis, kebanyakan dari mereka terfokus dengan isnad hadis
dan konteks dari matan.
Pendekatan Revolusioner : al-Albani
9 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),103
Syekh Muhammad Nasir ad-Din al-Albani dikenal sebagai
muhadis kontemporer. Beliau memperkenalkan pendekatan
revolusioner dalam studi hadis. al-Albani menyatakan
bahwa ruang lingkup penilaian kembali hadis harus
mencakup semua hadis yang ada meskipun hadis itu sudah
termaktub dalam buku-buku hadis Bukharidan Muslim, yang
menurut al-Albani sebagian dari hadis-hadis dalam dua
kitab ini dinyatakan lemah (Lacroix, 2008: 6).10 Sebagai
akibat dari teori revolusioner al-Albani menghasilkan
fatwa-fatwa yang bertentangan dengan islam.
Model Kajian Ilmu Kalam
istilah kalam jika diterjemahkan sebagai kata maka
berarti firman, studi islam memaknai dengan diskusi
/argument. Mereka yang terlibat dalam diskusi disebut
mutakallimun. Kemunculan ilmu kalam dilatarbelakangi
karena akibat konflik yang memecahbelahkan antar muslim
dimasa awal. Berawal dari perselisihan politik hingga
10 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),106
pada akhirnya menjadi perselisihan teologis. Dimana pada
saat perselisihan mereka menginginkan menjadi pemimpin
komunitas yaitu ada khawarij,muji’ah,dan syi’ah. Ketiga
komunitas itu berusaha mempengaruri persatuan muslim ahl
as-sunnah wa al-jamaah.
Definisi dan Bahasa Ilmu Kalam
Ilmu kalam adalah suatu ilmu yang mengkaji ajaran-
ajaran dasar keimanan Islam (usuluddin). Ilmu ini
mengidentifikasi ajaran-ajaran dasar dan berupaya
membuktikan validitasnya dan menjawab setiap keraguan
terhadapnya.11 Sarjana muslim berusaha untuk
mendefinisikan dan menggambarkan secara garis besar
tentang subjek bahasan ilmu kalam. Sebagian dari mereka
mengatakan bahwa ilmu kalam adalahilmu yang lebih
menitikberatkan pada dan memberikan kekuatan ekstra pada
perdebatan dan argument pada orang yang terdapat di
dalamnya. Sebagian sarjana muslim lain mendefinisikan
ilmu kalam adalah suatu pembahasan isu-isu yang selama
11 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),124
ini tidak dibahas oleh ahli hadis. Doktrin-doktrin kalam
meliputi tiga komponen besar: artikulasi tentang apa yang
dipandang oleh suatu mazhab pemikiran sebagai ke-
percayaan-kepercayaan fundamental; konstruksi kerangka
spekulatif dimana kepercayaan-kepercayaan tersebut harus
dipahami; dan upaya merasionalisasi pandangan-pandangan
ini didalam kerangka spekulatif yang diterima.12 Terdapat
banyak aliran / mazhab yang dianut oleh kaum muslim dalam
masalah fiqh atau masalah hokum yang terbagi kedalam
berbagai kelompok seperti :
ja’fari,zaydi,hanafi,syafi’I,maliki, dan hanbali. Setiap
mazhab mempunyai ajaran sendiri-sendiri. Yang terpenting
adalah mazhab syi’ah,mu;tazilah,asy’aiyah dan muji’ah.
Kalam dalam pengertian argument rasional dan logis
tentang ajaran pokok islam memiliki tempat khusus dan
unik dalam tradisi syi’ah. Pada masa ini kita menyaksikan
kalam dipandang bertentangan dengan sunnah dan hadis oleh
ahl as-Sunnah. Dalam korpus hadis syi’ah semua isu
12 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),125
berhubungan dengan penjelasan rasional dan wacana.
Model Kajian Tasawuf
Tasawuf adalah bidang studi islam yang memusatkan
perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang
selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Tasawuf juga
dikenal sebagai pengetahuan intuitif tentang ketuhanan
yang dicapai dengan cara beragama yang berbeda oleh
setiap muslim ,dengan tujuan untuk mencapai kebenaran dan
kedekatan dengan Tuhannya. Dalam memahami tasawuf kita
perlu menelusuri ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh Al-
Qur’an dan sunnah. Dalam islam mengemukakan tiga domain
utama yaitu tubh,pikiran dan jiwa. Dimana ketiga aspek
tersebut harus berkesinambungan.
Pada awalnya terjadi perdebatan dalam pemberian nama
tasawuf tersebut. Pada awalnya sufi ditujukan bagi orang
yang berpakaian wol, sebagian yang lain mengatakan bahwa
sufi itu merupakan tahapan spiritual pertama (saff awwal)
dan pendapat lain mengatakan sufi adalah orang yang suka
berkumpul di serambi masjid (ashab al-suffah) dan yang
terakhir memandang bahwa sufi berasal dari kata shafa
yang berarti murni atau bersih. Pemahaman yang sejati
tentang sufisme atau tasawuf adalah memegang teguh pada
Al-Qur’an dan sunnah. Kaum orientalis memandang tasawuf
dari kaca mata Kristen ,menyimpulkan bahwa tasawuf adalah
gerakan spiritual yang memisahkan gerakan dari esensi
praktiknya, yang menggambarkan pendekatan bipolar.
Pendekatan Islam adalah bipolar. Kesatuan bipolar, seba-
gaimana dikemukakan oleh AliIzet Begovic (1994: 203-205),
merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang
menyatukan jalan spiritual dan jalan material, individu
dan sosial, jiwa dan tubuh. Tidak sepertiagama-agama
lainnya semisal Kristen atau Hindu yang hanya menekankan
pada aspek spiritual dan non-material. Menurut logika
tarekat-tarekat biara dalam dua agama tersebut,
pengabaian terhadap tubuh akan memperkuat spiritualitas.
Dua agama tersebut mengasumsikan semakin kepentingan
fisik kurang diperhatikan maka kepentingan spiritual
makin ditekankan.13
Tasawuf dan Modernitas : Pendekatan Fathullah Gulen
Dunia yang kita hadapi sekarang ini serba modern.
Lantas bagaimana tasawuf dan sufi bekerja dalam keadaan
yang serba modern? Apakah tasawuf mampu membentuk
karakter dan moral individu menjadi lebih baik ?. telah
tercatat pengintegrasian nilai-nilai tradisional dan
keagamaan dengan wacana modernitas dan sains Barat.
Sebuah geakan intelektual sufi selama kurang lebih satu
abad yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara
tatanan secular dan tatanan keagamaan di negeri ini.
Gerakan ini dikenal dengan Fathullah Gulen Movement.
Gerakan Gulen berusaha berintegrasi dengan mendamaikan
antara dunia modern dengan dunia tradisional.
Model Kajian Usul Fikih dan Fikih
Usul fikih dan fikih mempunyai hubungan yang sangat
erat. Usul fikih menjadi akar dari hokum islam yang
13 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),147
membahas indikasi dan metode dalam fikih. Dimana indikasi
ini dijumpai dalam Al-Qur’an dan sunnah yang sejalan
dengan sejumlah prinsip dan metode secara kolektif yang
dikenal dengan Usul Fikih. Perbedaan utama antarafikih
dan usul fikih adalah jika fikih berisikan aturan-aturan
rinci didalam hokum islam dalam berbagai sudut, jika usul
fikih berkaitan dengan metode yang diterapkan dalam
mendeduksi aturan dalam fikih tersebut. Tujuan usul fikih
ini adalah mengatu ijtihad dan mengarahkan para fuqoha
dalam mendeduksi hokum dari suatu sumber.
Seiing dengan berkembangnya mazhab-mazhab fikih,para
ulama mengadopsi dua pendekatan berbeda dalam pengujian
usul fikih yaitu pendekatan teoritis dan deduktif.
Pendekatan teoritis atau rasional digunakan oleh penduduk
hijaz,karena merka memiliki akses lebih banyak kepada
hadis. Ciri –ciri pendekatan teoritis ini seperti bebas
dari pendapat imam terdahulu dan pendapat fikih. Tidak
wajib mengikuti tindakan sebelum masa nabi dan lain
sebagainya. Sedangkan pendekatan deduktif digunakan oleh
penduduk yang menekankan penalaran rasional semisal
penduduk Iran.
Perbedaan yang utama dalam dua pendekatan ini adalah
lebih kepada orientasi dan bukan pada substansi.
Perbedaan lain nya terletak pada gambaran kerja para
pembuat draf hokum disbanding kerja seorang hakim. Imam
Syafi’I dalam teori usul fiqh nya menggunakan pendekatan
teoritis, jika pendekatan deduktif lebih dekat dengan
Imam Hanbali. pendekatan teoretik condong memandang usul
fikih sebagai disiplin mandiri dimana fikih harus
menguatkannya, sementara pendekatan deduktif berusaha
menghubungkan usul fikih lebih dekat dengan isu-isu
terperincidalam wilayah furu` dalam fikih. Misalnya,
ketika Hanafiyyah menemukan prinsip usul bertentangan
dengan prinsip fikih yang mapan, mereka cenderung
menyesuaikan teorisehingga dalam banyak hal konflik yang
sedang dihadapidihilangkan, atau mereka mencoba membuat
pengecualian untuk mencapaikompromi.14
14 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),162
Model Kajian Hermeneutika : Studi Hermeneutika Pembebasan
Farid Esack
Saat ini kajian Al-Qur’an semakin berkembang terhadap
pertumbuhan metodologi dan pendekatan yang kontemporer.
Hal ini disebabkan karena perkembangan baru kajian islam
di dunia dan pengaruh perkembangan ilmu-ilmu sosial dan
humaniora yang semakin canggih. Munculnya metode
pendekatan hemeneutika membuka pengakuan akan cara
pembacaan ayat-ayat suci Al-ur’an yang baru dan metode
ini juga mengilhami para sarjana muslim seperti Fazlur
Rahman ,Hassan Hanafi dan lain-lain untuk melakukan
interpretasi terhadap fenomena yang tertuang dalam Al-
Qur’an. Pengenmbangan gagasan hemeneutika ini juga
sebagai kontribusi bagi pengembangan pluralism teologi
dalam islam.
Farid Esack lahirkan dan di besarkan di wilayah
pluralitas agama, mayoritas dijumpai penganut Kristen.
Bahkan dia belajar agama pun dengan orang –orang penganut
agama Kristen yang berusaha belajar memaknai kehidupan
sebagai Kristen dalam masyarakat yang tidak adil. Dia
berusaha mengulang pelajaran itu, mencoba menerapkan iman
dan praktis di Afrika Selatan. Dan pada akhirnya dia
mempelapori pendirian Call of Islam yang berafiliasi
dengan United Democratic Front (UDF).
Penduduk di Afrika Selatan sudah menyusun dengan apa
yang disebut Hemeneutikal Circle dalam teologi
pembebasan. Juan Luis Segundo mendefinisikan hermeneutical
circle sebagaiperubahan terus menerus dalam melakukan
interpretasi terhadap kitab suci yang dipandu oleh
perubahan-perubahan berkesinambungan dalam realitas masa
kini, baik individu maupun masyarakat (Segundo, 1991: 9).
Ia mengemukakan dua syarat untuk menciptakan hermeneutical
circle: persoalan-persoalan yang mendalam dan kaya serta
keraguan terhadap situasi yang nyata; dan
interpretasibaru terhadap kitab suci yang juga mendalam
dan kaya.15
15 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode(Insan Madani,2011),170
Pentingnya menegakkan keadilan terutama bagi kaum yang
tertindas dan marjinal atas dasar taukid dan cara berupa
jihad. Metode hermeneutika ini menjadi wujud dari rasa
solidaritas kita kepada kaum yang tertindas dan kaum
marjinal. Metode ini berada di antara teologi tradisional
dan modern dalam tiga aspek yaitu perbedaan pada tempat
penafsir, teologi pembebasan hidup dalam dunia kekerasan
dan harapan , dan yang terakhir kebenaran bagi penafsir
yang terlibat. Gerakan hermeneutika ini secara terus
mencari kebenaran yang akhirnya membawa hasil pada
praksis dan pembesaran yang lebih besar.
Model Kajian Filsafat: Studi Hibrida Filsafat
Fondasionalisme dan Hermeneutika
Kritik keagamaan sangat dibutuhkan oleh suatu agama
jika diakui bahwa tidak ada lembaga
keagamaan ,tafsir,teologi atau kepercayaan yang tidak
dapat salah. Kebenaran yang sudah absolut perlu dikaji
ulang agar terhindar dari pemutlakan terhadap yang
relative. Karena kematangan beragama akan muncul apabila
terdapat modifikasi yang serasi antara kesetiaan atas
fundamental tafsir dan pemikiran yang kritis.
Gagap Paradigma Fondasionalisme
Fondasionalisme tradisional adalah suatu pandangan
tentang suatu pengetahuan yang berawal dari ketiadaan
(nothing), pasti (certainly) ,dan tidak dapat salah
(infallible). Yang juga merupakan fondasi terhadap semua
ilmu penetahuan. Fondasionalisme klasik dimulai dari Rene
Descartes (1596-1650) tidak satupun pengetahuan yang
dipandang tidak salah,dapat salah dan dapat diperbaiki.
Hemeneutika berarti nmenafsir atau menerjemah sehingga
ini merupakan teoi dan praktek menafsir. Pada awalnya
menafsirkan teks-teks keagamaan. Dapat disimpulkan bahwa
siklus hermeneutika adalah suatu metode dimana kita harus
kembali pada kajian teks dan melakukan intrepetasi baru
setiap waktu dan interpretasi untuk hal-hal yang baru
untuk ditafsirkan. Akibat adanya tantangan kontemporer
telah mengejutkan konvensional sosial dan kultural.
Tafsir multicultural adalah hal yang dibutuhkan dalam
strategi dan implementasiDahwah Islam Rahmatan lil
a’lamin.
Sejauh kita memandang, pendidikan sangat penting
terutama pendidikan multiple. Multikulturasi harus
diusahakan secara benar dan tepat. Pendididkan agama
didesain agar setiap individu saling mengerti. Semua itu
butuh rancangan ,apalagi apabila pendidikan keagamaan
akan berperan penting. Adanya sebuah institusi yang bias
dijadikan wadah suatu pekumpulan . sehingga prosesnya
akan lebih tersetruktur. Ada banyak agenda yang baru yang
sedang dilakukan ,pertama pendekatan pada system agama
menolak dominasi system tertentu sembari menerima
keragaman pendekatan. Kedua, keharusan untuk menyediakan
pendidikan yang diadakan dengan system pendekatan yang
transcendental. Agama saat ini sangat berpengaruh dan
mentransform, yang memunculkan dua tantangan dialog
anatar Negara: pertama , teologi perlu mempercayai
kepercayaan dan keagamaan sebagai tetangga yang harus di
hargai dan bahkan sebagai dialog kontak. Kedua
pendidikan agama perlu terus mengembangkan metode ,
ketiga tugas menghadii pendekatan kontekstual
pwendididkan agama dan teologi agama-agama.
Keempat,memahami lebih jenuh pluralitas pada tingkat
individu. Dan terakhir mengupayakan agar pendidikan agama
mengkombinasikan teologi dan kajian ilmiah. Atas dasar
inilah bentuk-bentuk baru kerjasama institusional dapat
diupayakan dan proyek interdisipliner dapat diraih.
Model Kajian Pemikiran Islam : Kajian tentang islam
liberal
Kajian-kajian islam liberal menimbulkan pemahaman
bahwa kelompok islam liberal ini datang dala wujud protes
dan perlawanan terhadap dominasi di dalam islam ortodok.
Jika diteliti lebih dalam bahwa kajian islam liberal ini
adalah suatu agama yang kritis,progresif dan ragama yang
dinamis. Dalam wacana ini mengartikan bahwa islam liberal
bukan dating baru=baru ini ,jadir islam liberal sudah ada
sejak abad 19. Dan tema dan tesis yang di kampanyekan
menggunakan kategorisasi isu dari Charles Kurzman. Dapat
disimpulkan fenomena tentang islam liberal adalah salah
satu upaya dalam memperkuat basis dan saf dai counter
discourse dari gerakan pemberlakuam syariat islam menjadi
cita-cita revivalis. Membahas luar lingkup islam liberal,
gerakan pemberlakuan syariat islam dimana rata-rata
penduduknya menganut agama islam dalam keadaan tertentu
dapat dibenarkan akan tetapi dengan beberapa syarat yaitu
: pertama, didalam konvensi internasional dimana syariat
islam dilindungi dan hanya berlaku bagi komunitas islam
yang mampu melindungi kaum minoritas sari non muslim.
Kedua , gerakan ini harus mendapat dukungan dari penduduk
jika di pandang dari sudut kebangsaan dan keagamaan.
Model Kajian Politik
Politik menjadi salah satu kajian dalam Islamic
Studies. tindakan yang dilakukan kaum muslim yang
dijadikan sebagai objek kajian. Khususnya pada hal
politik, ahli politik tertarik untuk mengkaji tindakan-
tindakan / perilaku yang dilakukan oleh politikus muslim.
Dalam hal ini, akan memberikan peluang bagi kita untuk
meningkatkan kajian tentang islam lebih dalam. Bebeapa
buku yang direkomendasikan sebagai bacaan favorit untuk
dibaca semisal Following Muhammad (2003) karya Cal
Ernst, Annual review of Sociology (2002) karya Mansoor ,
dan masih banyak lagi lainnya. Yang harus kita waspadai
adalah tentang isu islam yang baru-baru ini muncul yang
kurang menguntungkan bagi kita. Dalam kajian ini terdapat
beberapa metode pendekatan yang diciptakan yaitu berupa :
pendekatan keamanan (security), pendekatan demokratis
dan pendekatan globalisasi.
Metodologi Ilmiah Modern dan Studi Islam
Perkembangan metodologi dalam keilmuan sosial dan
humaniora dijadikan manfaat dalam Studi Islam tentang
agama-agama pada masa modern dan kontemporer. Hal yang
perlu dicatat dalam pembahasan kali ini adalah , bahwa
penerapan pendekatan dan metode keilmuan modern dan
kontemporer ini bukan berarti kita menyingkirkan
penerapan dan merode tradisional. Justru malah dengan
pendekatan dan merode yang baru itu akan memperkaya di
dalam pemahan islam dan kaum muslim. Pendekatan historis
adalah suatu upaya untuk menyelusuri asal muasal dan
perkembangan ide-ide yang lembaga keagamaannya terdapat
dalam periode waktu tertentu. Sejarawan dalam menguji
reabilitas sumber-sumber dengna harapan dapat mengungkap
data tersebut. Yang paling penting dalam pendekatan
historis ini adalah penggunaan bukti-bukti berupa sumber
documenter maupun benda yang dapat diwariskan. Terdapat
tiga kecenderungan para sarjana dalam mengkaji aspek
historis islam. Pertama , kecenderungan para pengkaji
dalam mempelajari sejarah islam dengan pendekatan
kronologis. Yang bermaksut mempelajari islam dari segi
lintas sejarah. Kedua, pendekatan kawasan yang berusaha
memetakan sejarah. Ketiga, pendekatan fenomenologis. Dari
pendekatan yang sudah dijelaskan sedikit , ada pula
penambahan pendekatan dalam mengkaji pokok permasalahan
tersebut yaitu : pendekatansosiologi, pendekatan
antropologi dan etnografi, pendekatan fenomenologi, dan
pendekatan arkeologi.
Kelebihan Buku
Buku ini menyediakan materi yang sangat lengkap
menurut saya. Buku ini wajib dibaca khusus nya bagi
mahasiswa dan calon-calon penerus bangsa. Kaena buku ini
membuka wawasan kita tentang islam yang lebih dalam. Di
dalam buku ini juga menyediakan kebutuhan kebutuhan bagi
komunitas-komunitas minoritas untuk memahami keimanan
mereka di dalam identitas lokal yang melekat dan konteks
multikultual .
Kekurangan Buku
Buku ini menggunakan bahasa yang tinggi (high level),
sehingga dibutuhkan pemahaman penelaahan terlebih dahulu.
Terdapat banyak kosakata yang menurut saya sulit untuk
dimengerti terutama bagi kaum umum yang minoritas
keagamaannya
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Islam itu luas , yang dapat
dilihat dari segi dimensi keilmuan dunia dan dimensi
keagamaan . yang merupakan pengkombinasian dari dua ilmu
yang sangat berkaitan erat. Islamic Studies berbeda
dengan ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial yang akan
memperlemah bila pendidikan berbasis kepercayaan tentang
islam dan studi islam lintas disiplin berdasarkan pada
dua aspek tersebut. Didalam Studi Islam dijelaskan secara
lengkap apakah itu islam. Islam memiliki ruang lingkup
objek yang harus kita pahami benar karena inilah yang
akan kita kaji. Islam itu variatif dilihat dari segala
prespektiif yang berbeda misalnya pada caa beribadah.
Tujuan kita sama akan tetapi berbeda dalam prosesnya.
Islam itu dating tidak serta merta tanpa masalah, muncul
banyak perdebatan tentang islam yang mendapat kritik di
kalangan sarjana barat (orientalis) yang menjatuhkan
islam. Kita sebagai muslim dengan keadaan yang serba
modern ini harus kritis dengan apa yang terjadi didalam
islam. Sebagai generasi penerus kita harus mempersiapkan
diri kita dalam jihad fi sabilillah dengan cara
mempelajari semua hal tentamg islam mulai dari sejarah
islam, studi Al-Qur’an yang menjadi pedoman / sumber
pertama kita dan hadis yang menjadi sumber kedua.
Memahami ilmu kalam,tasawuf, usul fiqh dan fikih dan
model kajian filsafat lain. Kita juga disarankan untuk
mempelajari tentang factor luar yang dapat mempengaruhi
islam.
Daftar Pustaka
Baidhawy,Zakiyuddin.Studi Islam Pendekatan dan
Metode.Yogyakarta:Insan Madani,2011.