Morfologi Pendekatan Generatif
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Morfologi Pendekatan Generatif
A. PENDAHULUAN
Secara ontologi lingusitik adalah ilmu yang
mengkaji bahasa secara umum. Dalam kajian
linguistik dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu
linguistik mikro dan makro. Terlepas dari pembagian
itu, dalam makalah ini akan membahas secara khusus
mengenai kajian morfologi yaitu kajian kata dan
struktur kata dalam tataran linguistik. Bahasa
yang berkapasitas sebagai alat komunikasi, dalam
mencapai kebaikan dan kebenaran pemahaman kata itu
sendiri perlunya pengkajian secara mendalam tentang
ontologi, aksiologi dan epistemologi morfologi.
Berdasarkan hal tersebut dalam pengkajian morfologi
secara umum mempelajari tentang kata.
Dalam buku Morfologi Bahasa Indonesia suatu
pendekatan proses, Abdul Chaer, (2008: 3) Secara
etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang
berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’.
Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu
mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik
morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan
pembentukan kata, sedangkan dalam ilmu biologi,
morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-bentuk sel-
sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup’. Terlepas dari
adanya makna morfologi dalam beberapa kajian ilmu,
dalam hal ini yang menjadi titik fokus dalam
1
makalah ini adalah bagaimana kajian morfologi
generatif dalam tataran kajian linguistik.
Berbicara mengenai morfologi, kita tidak lepas dari
pembicaraan mengenai proses pembentukan kata dan
struktur-struktur kata dalam bahasa seperti proses
afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan konvensi,
akronimisasi dan penyerapan. Hal inilah yang
menjadi titik fokus dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari pendahuluan di atas, yang menjadi rumusan
pembahasan dalam makalah ini yakni
1. Memahami pengertian dan hakikat morfologi dalam
kajian linguistik?
2. Bagaimana bentuk-bentuk morfem dan pembagiannya
dalam bahasa Indonesia?
3. Bagaimana klasifikasi morfem-morfem (kata) dalam
bahasa Indonesia.
4. Bagaimana proses morfologi dalam pembentukan
kata?
5. Bagaimana morfologi generatif menggunakan model
pendekatan Halle?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, hal yang
menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami pengertian morfologi dalam kajian
ilmu linguistik.
2
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk morfem dan
pembagiannya dalam bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui klasifikasi kata dalam bahasa
Indonesia.
4. Untuk mengetahui dan memahami proses-proses
morfologi dalam pembentukan kata.
5. Untuk mengetahui morfologi generatif menggunakan
model pendekatan Halle.
D. PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Hakikat Morfologi
Seperti fonologi merupakan cabang linguistik
yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai bunyi, maka morfologi merupakan cabang
linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan
dasar sebagai satuan gramatikal (Verhar, 2012:
97).
Dalam buku Morfologi Bahasa Indonesia suatu
pendekatan proses, Abdul Chaer, (2008: 3), Secara
etimologi kata morfologi berasal dari kata morf
yang berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti
‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi
berarti ‘ilmu mengenai bentuk.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahasa morfologi adalah cabang
linguistik yang membahas tentang satuan bentuk
dasar kata dan pembentukan kata. Mengenai
3
hakikat morfologi secara hirarki dalam kajian
linguistik berada diantara kajian fonologi dan
kajian sintaksis. Sebagai kajian yang terletak
diantara kajian fonologi dan sintaksis, maka
kajian morfologi memiliki kaitan baik dengan
fonologi dan sintaksis. Dengan adanya keterkaitan
itu maka ada kajian mengenai morfofonemik yaitu
ilmu yang mengkaji terjadinya perubahan fonem
akibat adanya proses morfologi. Seperti tampak
pada fonem /y/ diberi kata dasar hari bila diberi
sufiks –an.
Hari + an = (hariyan)
Atau pindahnya konsonan /b/ pada kata jawab apabila
diberi sufiks –an
Jawab – an = (ja.wa.ban)
Kemudian keterkaitan morfologi dengan
sintaksis tampak dengan adanya kajian disebut
morfosintaksis. Keterkaitan ini karena adanya
masalah, morfologi yang perlu dibicarakan bersama
masalah sintaksis. Misalnya dalam kajian
morfologi kata merupakan satuan terbesar,
sedangkan dalam kajian sintaksis kata merupakan
satuan terkecil dalam pembentukan kalimat atau
satuan sintaksis lainya. Jadi satuan bahasa yang
disebut kata itu menjadi objek dalam kajian
morfologi dan kajian sintaksis.
4
2. Bentuk-Bentuk Morfem dan Pembagiannya Dalam
Bahasa Indonesia
Dalam kajian morfologi biasanya dibedakan
adanya beberapa morfem berdasarkan kriteria
tertentu, seperti kriteria kebebasan, keutuhan,
makna, dan sebagainya (Abdul Chaer, 2008: 16-17).
a. Berdasarkan kebebasannya untuk digunakan
secara langsung bentuk-bentuk morfem dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu morfem bebas
dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem
yang dapat digunakan dalam tuturan. Misalnya,
morfem {pulang}, {merah}, {pergi} dan lain
sebagainya. Sedangkan morfem terikat adalah
morfem yang harus terlebih dahulu bergabung
dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam
pertuturan. Dalam hal ini semua afiks dalam
bahasa Indonesia merupakan morfem terikat.
Disamping itu juga banyak juga morfem terikat
yang berupa morfem dasar seperti morfem,
{henti}, {juang}, dan {geletak}.
Contoh
- Morfem bebas = pulang, pergi dan lain
sebagainya.
- Morfem terikat = ter + henti = terhentikan
5
Terkait dengan bentuk morfem terikat ada
beberapa catatan yang perlu diperhatikan
sebagai berikut:
1. Bentuk prakategorial yaitu bentuk-bentuk
yang belum memiliki kategori sehingga tidak
dapat digunakan dalam petutur, seperti gaul,
juang dan henti.
2. Kelompok prakategorial yaitu kelompok kata
yang pada penggunaanya di dalam kalimat
harus terlebih dahulu diberi prefik me-,
prefik di-, dan prefik ter- seperti kata beli,
baca, dan tulis. Dalam kalimat omperatif memang
tanpa imbuhan bentuk-bentuk tersebut dapat
digunakan.
3. Morfem unik yaitu bentuk renta hanya muncul
dalam tua renta, kerontang yang hanya muncul
dalam kering kerontang, dan kuyup yang hanya
muncul dalam basah kuyup.
4. Morferm klitika yaitu bentuk morfem yang
agak sukar ditemukan statusnya, apakah
morfem bebas atau morfem terikat seperti
ku-, -ku, -mu, dan –nya. Dilihat dari
posisnya adanya Proklitika (ku-) dan
enklitika (-mu, dan –nya).
Contoh:
Proklitika = bentuk ku- pada bawa = kubawa
6
Enklitika = bentuk –ku dan –nya pada buku =
bukuku/bukunya
5. Preposisi dan konjungsi yaitu secara
morfologis termasuk morfem bebas, tetapi
dalam sintaksis termasuk morfem terikat
seperti, dan, oleh, karena, dan di.
6. Proleksem yaitu bentuk sepeti a (asusila),
dwi (dwibahasa), dan ko (kopilot).
b. Berdasarkan keutuhan bentuknya dapat dibedakan
menjadi dua yaitu morfem utuh dan morfem
terbagi.
- Morfem utuh yaitu semua morfem dasar baik
terikat maupun bebas, serta prefik, infiks
dan sufiks
- Morfem terbagi yaitu morfem yang fisiknya
terbagi atau disisipi morfem lain seperti
semua konfiks (ke-an, ke-andan per-an)
Catatan :
Klofiks (akronim dari kelompok afiks)
Contoh : ber-an pada kata dasar pakai =
berpakaian
Konfiks (awalan dan akhiran)
Contoh : ber-an pada kata dasar muncul =
bermunculan
Infiks (sisipan)
7
Contoh : -el- pada kata dasar tunjuk = t-el-
unjuk = telunjuk
c. Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam
pembentukan kata dapat dibedakan menjadi dua
yaitu morfem dasar dan morfem afiks.
- Morfem dasar adalah morfem yang dapat
menjadi dasar dalam suatu proses morfologi
seperti morfem, {beli}, {makan}, dan
{merah}.
- Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat
menjadi dasar melainkan sebagai pembentuk
seperti, {-kan}, {me-}, dan {pe-an}.
d. Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya
dibedakan adanya morfem segmental dan
suprasegmental (nonsegmental)
- Morfem segmental yaitu morfem yang dibentuk
dari morfem-morfem segmental. Seperti
{lihat}, {ter-}, {sikat}, dan {-lah}.
- Morfem suprasegmental yaitu morfem yang
dibentuk dari nada, tekanan, durasi, dan
intonasi. Dalam bahasa Indonesia tidak
ditemukan morfem suprasegmental tetapi dalam
bahasa Cina, Thai dan Burma.
e. Berdasarkan kehadirannya secara konret
dibedakan menjadi dua yaitu morfem wujud dan
morfem takwujud
8
- Morfem wujud yaitu morfem yang secara nyata
ada seperti, {makan}, {kapal} dan lain
sebagainya.
- Morfem takwujud yaitu morfem yang
kehadirannya tidak nyata. Morfem takwujud
ini dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan
tetapi ditemukan pada bahasa Inggris.
f. Berdasarkan ciri semantiknya morfem dibedakan
menjadi dua bagian yaitu morfem bermakna
leksikal dan morfem bermakna tak leksikal
- Morfem bermakna leksikal yaitu morfem yang
di dalam dirinya secara inheren telah
memiliki makna, seperti {makan}, {pulang},
dan {pergi}.
- Morfem tak bermakna leksikal yaitu morfem
yang tidak dapat menjadi unsur dalam
pertuturan seperti, {ber-}, {ke-} dan
{ter-}.
3. Klasifikasi Morfem (Kata) Dalam Bahasa Indonesia
Secara tradisional kata-kata dikelompokkan
atau diklasifikasikan berdasarkan kriteria
semantik dan kriteria fungsi (Abdul Chaer, 2008:
64). Klasifikasi semantik digunakan untuk
mengklasifikasikan kelas verba (V), kelas Nomina
(N), dan kelas Adjektiva (A), lalu kriteria
fungsi digunakan untuk menentukan kelas
9
preposisi, kelas konjungsi dan lainnya. Ketika
kita membicarakan kelas kata dalam bahasa
Indonesia, pertama-pertama yang harus kita
lakukan adalah membedakan antara kelas-kelas kata
terbuka dan kelas kata tertutup. Kelas-kelas kata
terbuka adalah kelas kata yang anggotanya dapat
bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan
dengan perkembangan ocial budaya yang terjadi
dalam masyarakat penutur suatu bahasa.
Kata yang termasuk dalam kelas-kelas kata
terbuka adalah kelas kata verba, nomina dan
adjektifa. Seperti memonitor (verba), komputer
(nomina) dan inkarnasi (adjektifa). Sedangkan
kelas-kelas kata yang termasuk dalam kelas kata
tertutup adalah keals kata pronomina, adverbial,
preposisi, konjungsi, artikula, interjeksi dan
partikel. Yang jumlahnya dari dulu tidak pernah
bertambah. Dari kelas kata tertutup ini boleh
dikatakan tidak pernah menjadi dasar dalam suatu
proses morfologi. Sebaliknya kelas kata yang
terbuka dapat menjadi dasar dalam proses
morfologi. Untuk lebih jelasnya mengenai kelas-
kelas kata terbuka dan kelas-kelas kata tertutup
berikut akan diuraikan sesuai dengan ciri, sifat
dan jenisnya:
10
a. Kelas-Kelas Kata Terbuka
1. Nomina (Kata Benda)
Ciri-cirinya
a. Tidak dapat didahului oleh adverbial
negasi tidak
Contoh: tidak (kucing, kerbau, ayam dan
lainnya)
b. Tidak dapat didahului oleh adverbial
derajat agak (lebih, sangat dan paling).
Contoh: agak, sangat, paling (kucing, batu,
rumah dan lainya).
c. Tidak dapat didahului oleh adverbial
keharusan wajib.
Contoh: wajib (rumah, ayam, kambing, pensil
dan lainya).
d. Dapat didahului oleh adverbial yang
menyatakan jumlah seperti, satu, sebuah,
sebatang, dan sebagainya.
Contoh: satu, sebatang, sebuah, (kambing, batu,
apel dan lainnya).
e. Dari segi bentuk nomina turunan dapat
dikenal dari afiks-afiks yang diimbuhkan
pada kata dasar nominanya seperti:
(1) Berprefiks
pe- (pepohonan, perumahan) dll.
per- (perkebunan, perpiring) dll.
11
(2) Berkonfiks
pe-an (pe-rumah-an) dll.
per-an (per-kebun-an) dll.
ke-an (ke-kenbun-an) dll.
(3) Bersufiks
an- (batu-an) dll.
2. Verba (Kata Kerja)
Ciri-cirinya
a. Dapat didampingi negasi tidak dan tanpa
Contoh: tidak, tanpa (dating, pergi, makan)
dll.
b. Dapat didampingi oleh semua adverbial
frekuensi dan adverbial bilangan, seperti
sering, jarang, dan kadang-kadang
Contoh: sering, jarang, kadang-kadang, kurang,
sedikit (datang, makan, pulang) dll.
c. Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan
dengan penggolongannya.
Contoh:
sebuah *datang
dua butir *membaca dll.
d. Tidak dapat didampingi oleh semua
adverbial derajat seperti, agak, cukup, lebih,
kurang, sangat, sekali, sedikit, paling
Agak *membaca
Cukup *dating dll
12
e. Dapat didampingi oleh semua adverbial
kala (tenses)
Contoh:
Sudah makan
Sedang makan
Tengah membaca
Lagi tidur
Akan pulang
Hendak pergi
Mau pergi
f. Dapat didampingi oleh semua adverbial
keselesaian
Contoh:
Belum mandi
Baru datang
Sedang makan
Sudah pulang
g. Dapat didampingi oleh semua adverbial
keharusan
Contoh
Boleh mandi
Harus pulang
Wajib datang
h. Dapat didampingi oleh semua anggota
adverbia kepastian
Contoh
13
Pasti pulang
Tentu datang
Mungkin pergi
Barangkali tahu
i. Secara morfologi penurunan katanya
mendapatkan afiksasi yakni:
(1) berprefiks ber- (berbicara)
berkonfiks ber-an (berhadapan)
berklofik ber-an (berbermunculan)
berklofiks ber-kan (bersenjatakan)
(2) berprefiks me-
berklofiks me-kan
berklofiks me-i
berklofiks memper-
berprefiks me- dan konfiks per-kan
berprefiks me- dan berkonfiks per-i
berprefiks di-, ter, dan zero
( dalam bentuk pasif).
j. Dalam kedudukannya sebagai predikat dapat
dibedakan menjadi dua yakni
(1) Verba transitif yakni verba yang
memiliki objek
(2) Verba intransistif yakni verba yang
tidak memiliki objek.
k. Secara semantik verba dapat dibedakan
menjadi dua yakni
14
(1) Verba tindakan yakni verba yang
mengandung perbuatan yang dilakukan
oleh subjek. Seperti, dia makan
(2) Verba kejadian, yakni verba yang
mengandung pengertian adanya peristiwa
yang menimpa subjek, seperti, gunung
itu meletus.
(3) Verba keadaan, yakni verba yang
mengandung pengertian sebagai keadaan
yang dirasakan oleh subjek, seperti
mereka takut kepada pejabat pemerintah.
3. Adjektiva (kata sifat)
Ciri-cirinya
a. Tidak dapat didampingi oleh adverbia
frekuensi sering, jarang dan kadang-kadang
Sering indah
Jarang tinggi
Kadang-kadang besar
b. Tidak dapat didampingi oleh adverbia
jumlah
Banyak bagus
Sedikit baru
Sebuah indah
c. Dapat didampingi oleh semua adverbial
derajat
Agak tinggi
15
Cukup mahal
Lebih bagus
Sangat indah
Sedikit kecil
Jauh sekali
Paling mulia
d. Dapat didampingi oleh adverbia kepastian
pasti, tentu, mungkin dan barangkali.
Pasti indah
Tentu baik
Mungkin buruk
Barangkali cantik
e. Tidak dapat diberi adverbial kala
(tenses) hendak dan mau
Hendak indah
Mau tinggi
f. Secara morfologis adjektiva yang berupa
kata turunan dapat dikenali sufiks-sufiks
yang berasal dari bahasa asing seperti:
al : gramatikal, factual, ideal
il : prinsipil, idiil, material
ial: alamiah, ruhaniah, harfiah
if: efektif, kalifikatif, kualitatif,
administrative
ik : mekanik, patriotik, heroik
is : teknis, kronologis, pancasilais
16
istis : matematis, optimistis, egoistis
i : islami, jasadi, alami
wi : duniawi, surgawi, kimiai
ni : grejani
b. Kelas Kata Tertutup
Berikut beberapa kelas kata tertutup yaitu:
1. Adverbial (kata keterangan)
Dalam berbagai buku tata bahasa,
adverbial ini disebut kata keterangan atau
kata keterangan tambahan. Adverbial juga
sering disebut kata yang bertugas
mendampingi nomina, verba dan adjektiva.
Adverbial pada umumnya berupa bentuk dasar.
Sedikit sekali yang berupa kata bentukan.
Yang berupa kata bentukan ini secara
morfologi dapat dikenali dari bentukan yang:
(1) Berprefiks se- (sejumlah, sebagian,
seberapa dan semoga)
(2) Berprefiks se- dengan reduplikasi
(sekali-kali, semena-mena)
(3) Berkonpiks se-nya (sebaiknya,
seharusnya, sesungguhnya, sebiasanya)
(4) Berkonpiks se-nya dengan reduplikasi
(selambat-lambatnya, secepat-cepatnya,
sedapat-dapatnya)
17
Dilihat dari segi semantik, dapat
dilihat adanya kata-kata yang berkelas
adverbial yaitu (1) memiliki komponen makana
[+ negasi] seperti kata-kata seperti, tidak,
bukan, tanpa dan tiada yang bertugas menegasika
kata verba dan adjektiva, (2) memiliki
komponen makana [+frekuensi] seperti kata-
kata, sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali,
acapkali, dan selalu yang hanya biasa digunakan
untuk kelas kata verba, (3) memiliki
komponen makana [+kuantitas] seperti kata,
banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian
dan beberapa. (4) memiliki komponen makana
[+kualitas] atau [+derajat] seperti kata,
agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit dan
sekali. (5) memiliki komponen makana [+waktu]
atau [+kala] seperti kata, sudah, sedang, lagi,
tengah, akan, hendak, dan mau. (6) memiliki
komponen makna [+keselesaian] seperti kata,
sudah, belum, baru, dan sedang) (7) memiliki makna
[+pembatasan] seperti kata, hanya dan saja (8)
memiliki makna [+keharusan] seperti kata,
boleh, wajib, harus, dan mesti (9) memiliki makna
[+kepastian] seperti kata, pasti, tentu, mungkin,
dan barangkali.
2. Pronominal (kata ganti)
18
Secara lazim pronominal dapat dibedakan
menjadi macam yaitu:
a. Kata ganti diri
Yaitu pronominal yang menggantikan nomina
orang atau yang diorangkan, baik berupa
nama diri atau bukan nama diri. Kata
ganti diri ini dibedakan menjadi tiga
yaitu (1) kata ganti diri orang pertama
tunggal (saya, aku, kami dan kita), (2) kata
ganti orang kedua tunggal (kamu dan engkau,
kalian, semua sekalian), (3) kata ganti orang
ketiga (ia, dia, nya, dan mereka).
b. Kata ganti penunjuk (pronominal
demontratifa)
Yaitu kata ini dan itu yang digunakan untuk
menggantikan nomina (frase nomina atau
lainya) sekaligus dengan penunjuknya.
c. Kata ganti Tanya (pronominal interogatif)
Yaitu kata yang digunakan untuk bertanya
atau menanyakan sesuatu (nomina atau yang
dianggap konstruksi nomina) seperti kata-
kata, apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa,
bagaimana, dan mana.
d. Pronominal tak tentu
Yaitu kata-kata yang digunakan untuk
menggantikan nomina yang tidak tentu.
19
Seperti kata-kata, seseorang, salah seorang,
siapa, siapa saja, setiap prang, masing-masing, suatu,
sesuatu, salah satu, beberapa, dan sewaktu-waktu.
3. Numeralia (kata bilangan)
Yaitu kata-kata yang menyatakan
bilangan, jumlah, nomor, urutan dan
himpunan. Seperti kata-kata, satu, dua, tiga, lima
dan seterusnya.
4. Preposisi (kata depan)
Yaitu kata-kata yang digunakan untuk
merangkaikan nomina dengan verba di dalam
suatu klausa. Secara semantik preposisi
menunjukkan makana (1) Tempat berada seperi
di, pada, dalam, atas, dan antara, (2) Arah asal
seperti preposisi dari. (3) Arah tujuan
seperti preposisi ke, kepada, akan dan terhadap,
(4) Pelaku seperti preposisi oleh, (5) Alat
seperti preposisi dengan dan berkat, (6)
Perbandingan seperi preposisi daripada, (7)
Hal atau masalah seperti preposisi, tentang
dan mengenai, (8) Akibat seperti preposisi,
hingga/sehingga dan sampai, (9) Tujuan seperti
preposisi, untuk, buat, guna dan bagi.
5. Konjungsi (kata penghubung)
Yaitu kata-kata yang menghubungkan
satuan-satuan sintaksis, baik antara kata
20
dengan kata, antara frase dengan frase,
antara klausa dengan klausa, atau kalimat
antara kalimat. Dilihat dari tingkat
kedudukannya dapat dibedakan menjadi dua
yaitu
(1) Konjungsi koordinatif
Yaitu konjungsi yang menggabungkan dua
unsur kalimat atau lebih yang keduanya
sederajat atau setara. Seperti konjungsi
dan, atau, dengan dll.
(2) Konjungsi subordinatif
Yaitu konjungsi yang menghubungkan dua
unsur kalimat (klausa) yang keduaya tidak
sederajat. Seperti konjungsi, sebab, karena,
bilamana, apabila dll.
(3) Konjungsi antarkalimat
Yaitu konjungsi yang digunakan utnuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain yang berada dalam satu
paragraf. Seperti konjungsi, oleh sebab itu,
kalau begitu, dengan demikian dll.
6. Artikula (kata sandang)
Yaitu kata-kata yang berfungsi sebagai
penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina,
adjektiva, atau kelas kata lain. Seperti
artikula si, dan sang.
21
7. Interjeksi
Yaitu kata-kata yang mengungkapkan
perasaan batin, misalnya, karena kaget,
marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan
sebagainya. Seperti kata-kata, wah, cih, hai, oi,
oh, nah, dan dah.
4. Proses Morfologi dalam Pembentukan Kata
4.1. Afiksasi
4.1.1. Pembentukan Verba
Afiksasi adalah salah satu proses dalam
pembentukan kata turunan baik berkategori
verba, berkategori nomina maupun yang
berkategori ajektiva (Abdul Chaer
2008:106). Adapun afiks-afiks pembentuk
verba adalah:
a. Prefiks ber- (berjuang, bekerja,
berpakaian, berkeluh-kesah, bertemu
muka)
b. Konfiks dan klofiks ber-an
(bermunculan, berpakaian)
c. Klofiks ber-kan (bermodalkan,
bersenjatakan, berdalilkan)
d. Sifiks –kan (lemparkan, robohkan,
laksanakan)
e. Sufiks –i (gulai, hubungi, surati)
22
f. Prefiks per- (persingkat, perketat,
perdalam)
g. Konfiks per-kan (persiapkan,
pertemukan, pertunjukkan)
h. Konfiks per-i (perbaiki, perdayai,
perlengkapi)
i. Prefiks me- (merakit, membina, menulis,
mengirim, mengebom)
j. Prefiks di- (dimaksud)
k. Prefiks ter- (terangkat, terbaca,
tertinggi, terpasang, teringat)
l. Prefiks ke- (kebaca, ketipum ketabrak,
kebawa, ketangkap)
m. Konfiks ke-an (kebakaran, kehijauan)
4.1.2. Afiksasi Pembentukan Nomina
Kata-kata berkelas nomina, selain
berbentuk akar (nomina) banyak pula yang
terbentuk melalui proses afiksasi.
Pembentukan dengan afiksasi ini ada yang
dibentuk langsung dari akar, tetapi
sebagian besar dibentuk dari akar melalui
kelas verba dari akar itu. Berikut aifiks-
afiks pembentuk nomina turunan adalah:
a. Prefiks ke- (ketua, kekasih, kehendak)
b. Konfiks ke-an (kehutanan, kecamatan,
keberanian)
23
c. Perefiks pe- (perawat, pembantu,
pendidik, pencuri, penghibur, pengetes)
d. Konfiks pe-an (perawatan, pembakaran,
pendengaran, pengetikan)
e. Konfiks per-an (perdagangan,
perkantoran, pertemuan)
f. Sufiks –an (tulisan, tahanan, saringan,
mingguan)
g. Sufiks –nya (nasinya, luasnya,
datangnya)
h. Prefiks ter- (terdakwa, tergugat,
tertuduh, tersangka, terhukum,
terpidana)
i. Berinfiks –el-, -em-, dan –er- (telapak,
gemetar, gerigi, gendering)
j. Bersufiks asing –in, -at, -ah, -si, -
ika, ir, -ur, -us, -isme, -sasi, -or,
(muslimin, hadirat, hafizah, matematika,
importer, redaktur, politikus,
kapitalisme, organisasi, diktator)
4.1.3. Afiksasi Pembentukan Adjektiva
Adapun afiks-afiks pembentukan adjektiva
adalah
a. Berprefiks pe- (pemalu, penakut,
pengecut, pemberani)
24
b. Berprefiks se- (secantik, sepintar,
semahal, setinggi)
c. Bersufiks –an (tinggian, pintaran,
nakalan, mahalan)
d. Berprefiks ter- (termahal, terbesar,
terbodoh)
e. Berkonfiks ke-an (kebiruan, kehitaman,
kekuningan, kesedihan)
f. Berklofiks me-kan (memilukan,
menakutkan, memalukan)
g. Berklofiks me-i (mengagumi, mencintai,
menghormati)
h. Berkomponen makna ( + keadaan) (merah,
kuning, untung, rugi)
i. Adjektiva dengan “afiks” serapan (if,
ika, is, istis, al, il, (Belanda) dan I,
iah, wi, in, at (Arab) seperti kata,
objektif, patriotik, kronologis,
optimistis, material, prinsipil
(Belanda) dan rohani, islamiah, ukhrawi,
mukminin, muslimat (Arab).
4.2. Reduplikasi
Reduplikasi merupakan bentuk satuan
kebahasaan yang terdapat dalam bahasa di
dunia. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi
merupakan mekanisme yang penting dalam
25
pembentukan kata, di samping afiksasi,
komposisi dan akronim (Abdul Chaer,
2008:178). Berikut beberapa reduplikasi
dalam kebahsaan yaitu.
a. Reduplikasi Fonologi
Reduplikasi fonologi berlangsung terhadap
dasar yang bukan akar atau terhadap
bentuk yang setatusnya lebih tinggi dari
akar. Status bentuk yang diulang tidak
jelas, dan reduplikasi fonologi ini tidak
menghasilkan makna gramatikal, melainkan
makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi
fonologis ini adalah bentuk:
Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi
Foya-foya, tubi-tubi, semak-semak, anai-anai dan
anai-anai
Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan
rama-rama
Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-
langgung, kocar-kacir dan teka-teki.
b. Reduplikasi sintaksis
Yaitu proses pengulangan terhadap sebuah
dasar yang biasanya berupa akar, tetapi
menghasilkan satuan bahasa yang statusnya
lebih tinggi daripada sebuah kata.
Contoh:
26
Panas memang panas rasa hariku karena
tingkah lakunya kemarin
Besok-besok kamu boleh datang ke sini.
c. Reduplikasi semantik
Pengulangan “makna” yang sama dari dua
buah kata yang bersinonim.
Contoh: alim ulamak, cerdik cendikia, segar bugar,
tua renta, gelap gulita dan kering mersik.
d. Reduplikasi morfologis
Reduplikasi morfologi dapat terjadi pada
bentuk dasar yang berupa akar, berupa
bentuk berafiks, dan berupa bentuk
komposisi.
(a) Pengulangan akar
Bentuk dasar yang berupa akar memiliki
empat macam proses yaitu (1) berupa
pengulangan utuh seperti, meja-meja,
kuning-kuning, makan dll, (2) berupa bentuk
pengulangan sebagian, seperti leluhur
(luhur-luhur), lelaki (laki-laki), jejari (jari-jari),
tetangga (tangga-tangga dll. (3) bentuk
pengulangan dengan perubahan bunyi,
seperti, bolak-balik, kelap-kelip, lauk-pauk,
sayur-mayur, serba-serbi, dll. (4) pengulangan
bentuk infiks seperti, turun-temurun, tali-
temali, sinar-seminar, gunung-gemunung.
27
(b) Pengulangan dasar berafiks
Berikut beberapa proses reduplikasi
dengan afiksai
(1) Akar berprefiks ber- (berlari-lari,
berhari-hari, berputar-putar dll)
(2) Akar berkonfiks ber-an (berpeluk-
pelukan, berlari-larian, bersenggol-
senggolan dll)
(3) Akar berprefiks me- (menembak-
nemabak, tembak-menembak)
(4) Akar berklofiks me-kan (membeda-
bedakan, melebih-lebihkan dll)
(5) Akar berklofiks me-i (mengurang-
ngurangi, melempar-lempari,
menembak-nembaki dll)
(6) Akar berprefiks pe- (Pembina-
pembina, pemuda-pemuda, pembaca-
pembaca dll)
(7) Akar berkonfiks pe-an (penjelasan-
penjelasan, pembinaan-pembinaan,
pelatihan-pelatihan dll)
(8) Akar bekonfiks per-an (peraturan-
peraturan, perdebatan-perdebatan,
pertokoan-pertokoan dll)
28
(9) Akar bersufiks an (aturan-aturan,
biji-bijian, mobil-mobilan kucing-
kucingan dll)
(10) Akar berprefiks se- (sedikit-
sedikit, sekali-sekali, sebaik-baik,
sejauh-jauh dll)
(11) Akar berprefiks ter- (tertawa-tawa,
tertawa-tawa, tersenyum-senyum dll)
(12) Akar berkonfiks se-nya (sebaik-
baiknya, sedapat-dapatnya, setinggi-
tingginya dll)
(13) Akar berkonfiks ke-an ( kebiru-
biruan, kehijau-hijauan, keputih-
putihan dll)
(14) Akar berinfiks –em- (sinar-
seminar), -el- (tali-temali), -er-
(gigi-gerigi).
(c) Reduplikasi kompositum
Reduplikasi kompositum, gabungan kata,
kata majemuk dapat dilakukan secara
utuh dan reduplikasi dilakukan secara
sebagian.
(1) Reduplikasi secra utuh
Contoh
Buah bibir-buah bibir
Tua muda-tua muda
29
(2) Reduplikasi secara sebagian
Contoh
Surat kabar
Buku-buku agama dll
(d) Reduplikasi dasar nomina
Apabila dasar nomin direduplikasikan
antara lain, akan melahirkan makana
gramatikal yang menyatakan:
(1) Banyak (rumah-rumah)
(2) Banyak dan bermacam-macam (ketua-
ketua)
(3) Banyak dengan ukuran tertentu
(pengumuman-pengumuman)
(4) Menyerupai atau seperti (ancaman-
ancaman)
(5) Saat atau waktu (kesatuan-satuan)
(e) Reduplikasi dasar verba
Makna gramatikal yang dapat dihasilkan
dalam proses reduplikasi terhadap dasar
verba yaitu:
(1) Kejadian berulang kali (marah-
marah)
- dari tadi beliau marah-marah
(2) Kejadian berintensitas (berlari-
lari)
30
- mereka berlari-lari di halaman
sekolah
(3) Kejadian berbalasan (tembak-
menembak)
- terjadi tembak-menembak antara
pasukan Palestina dengan Israel
(4) Dilakukan tanpa tujuan (dasar)
- mari kita duduk-duduk di taman
belakang
(5) Hal tindakan
- saya menerima pekerjaan ketik-
mengetik di kantor
(6) Begitu (dasar)
- rupanya dia lapar sekali, pulang-
pulang mintamakan.
4.3. Komposisi
Komposisi adalah proses penggabungan
dasar dengan dasar (bisanya berupa akar
maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi
satu “konsep” yang belum terpampang dalam
sebuah kata (Abdul Chaer, 2008: 209).
Komposisi adalah proses morfemis yang
menggabungkan dua morfem dasar (atau
pradasar) menjadi satu kata, (Verhar, 2008:
154).
31
Dilihat dari usaha menampung konsep-
konsep dalam kehidupan, ada lima macam
komposisi yaitu:
1. Komposisi yang menampung konsep-konsep
yang digabungkan sederajat, sehingga
membentuk komposisi yang koordinatif.
Contoh: baca tulis, pulang pergi, cantik
molek, jauh dekat, sawah lading dll.
2. Komposisi yang menampung konsep-konsep
yang digabung tidak sederajat sehingga
melahirkan komposisi yang subordinatif.
Contoh : sate ayam, sate pak halim, sate
lontong dll.
3. Komposisi yang menghasilkan istilah yakni
makna sudah pasti, sudah tentu, meskipun
bebas dengan konteks kalimatnya, karena
sebagai istilah hanya digunakan dalam
bidang ilmu atau kegiatan tertentu.
Contoh:
- Istilah olahraga (tolak peluru, bulu
tangkis, angkat besi dll)
- Istilah linguistik (morfem bebas, ide
pokok, kalimat inti dll)
- Istilah politik (hak peto, hak pilih, siding
hak prerogratif. dll)
- Istilah hukum (meja hijau, saksi sidang dll)
32
- Istilah pendidikan ( buku ajar, model
pembelajaran, modul ajar dll)
- Istilah agama (hadis sahih, zakat fitrah,
ibadah haji dll)
- Dan istilah-istilah lain dalam
kehidupan.
4. Komposisi pembentuk idiom, yakni
menggabungkan dasar dengan dasar yang
menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna
yang tidak dapat diperidiksi secara
leksikal maupun gramatikal.
Contoh: meja hijau (pengadilan), gigit jari (tidak
mendapat apa-apa), tutup usia (meninggal) dll
5. Komposisi yang menghasilkan nama, yakni
yang mengacu pada sebuah maujud dalam
dunia nyata,
Contoh : stasiun gambir, selat sunda, gunung
berapi, kapal terbang dll.
5. Morfologi Generatif
5.1. Pengertian dan Batasan Morfologi Generatif.
Morfologi generatif merupakan sub bidang
tata bahasa generatif transformasi (TGT),
Chomsky (1965). Morfologi adalah bagian
integral dari komponen sintaksis. Dalam tata
bahasa generatif transformatif (TGT) standar
morfologi tidak merupakan suatu komponen yang
33
otonom melainkan bagian komponen sintaksis
Ba’dulu dan Herman (2005:27). Komponen
sintaksis terdiri dari subkomponen basis dan
subkomponen transformasi, komponen semantik
dan komponen fonologi (Chomsky, 1965). Scalice
(1983:16) menyatakan bahwa, pembentukan kata
terjadi seluruhnya dalam leksikon dan
ditangani oleh satu mekanisme khusus yang
disebut dengan kaidah pembentukan kata (word
formation rules). Analisis morfologi generatif
dilakukan dalam dua tingkatan, yaitu tingkatan
struktur batin dan tingkatan struktur lahir.
Berikut bagan dari teori standar Chomsky
(1965) yang menunjukkan bahwa morfologi
generatif adalah pengembangan dari subkomponen
leksikon dalam dasar.
Komponen SintaksisStruktur Batin
KomponenKom. DasarSemantik
Kom. Kategorial
Leksikon
--------------------
34
Komponen Struktur Lahir Komponen TransformasiFonologi
Diagram 1. Teori Chomsky (1965)
Diagram di atas mengacu pada uraian
Darjowidjojo (1988:31) dapat dibaca sebagai
berikut, bahawa standar TGT, terdiri dari tiga
komponen utama yakni, (1) sintaksis, (2)
semantik, dan (3) fonologi. Komponen semantik
sebagai sentral, selanjutnya komponen semantik
dan komponen fonologi merupakan penafsiran apa
yang dihasilkan komponen sintaksis. Di dalam
komponen sintaktis terdapat dua subkomponen
utama yaitu (1) subkomponen dasar dan (2)
subkomponen transformasi. Subkomponen dasar
akan menghasilkan tata bahasa struktur batin
(deep structure) yang menjadi masukan pada komponen
semantik. Struktur batin ini bisa berubah
(mengalami transformasi) untuk menghasilkan
struktur lahir (surface structure) yang kemudian
menjadi masukan pada komponen fonologi. Dalam
subkomponen dasar terdapat pula komponen
kategorial dan leksikon yang menghimpun
sejumlah kata dalam dalam bahasa Indonesia.
35
5.2. Pendekatan Morfologi Menggunakan Model
Teoritis Menurut Halle
Menurut model Halle (1973) dalam Scalise
(1984:31) bahwa morfologi generatif terdiri
dari subkomponen yakni (1) daftar morfem (list of
morphemes), (2) aturan pembentukkan kata (word
formation rules), (3) saringan (filter), dan (4)
kamus (dictionary of words). Berikut penyajiannya
dalam bentuk diagram:
Diagram 2. Model Halle (1973)
Diagram model Halle yang disajikan di atas
yang terdiri dari empat subkomponen dapat
diuraikan sebagai berikut:
Subkomponen pertama: daftar morfem (list of
morfem) disingkat (DM), terdapat beberapa jenis
36
Daftar
Morfem
AturanPembentukan
Kata
Saringan
Kamus
Fonologi
Sintaksis
morfem afiks yang mencakup dua jenis anggota
morfem yakni derivasional dan infleksional
morfem. Dalam DM setiap morfem dinyatakan
sebagai suatu gugus ruas fonologis dan
diberikan kurung berlabel. Refresentasi
nominal, verba dan sufiks dapat dinyatakan
sebagai berikut:
a. [home]
N
b. [discuss
] V
c. [-
ity]suf
“B.
Inggris”a. [meja]
N
b. [makan]
V
c. [-
an]suf
“B.
Indonesia”
Subkomponen kedua: aturan pembentukan kata
(word formation rules), disingkat dengan (APK) yang
menyatakan bagaimana morfem-morfem suatu
bahasa disusun dalam gugus-gugus untuk
membentuk kata-kata yang sesungguhnya dalam
bahasa itu. Dengan kata lain, APK harus mampu
menghasilkan semua kata yang diterima dalam
suatu bahasa dan mengeluarkan semua kata yang
berterima. Secara spesifik tugas APK akan
membentuk kata-kata baru berdasarkan satuan-
satuan dasar leksikon yang terdapat dalam DM
yaitu kata-kata yang benar ada (singkron) maupun
kata-kata yang bersifat potensial (potencial word)
37
yaitu bentuk satuan lingual yang belum ada
dalam realitas, akan tetapi diprediksi ada
dalam kenyataan dan memenuhi dalam proses APK.
Subkomponen ketiga: Saringan (filter). Tugas
utama komponen ini adalah suatu mekanisme yang
menangani idiosingkrasi (bersifat keadaan)
yang terdapat dalam suatu bahasa. Tidak semua
kata dapat diturunkan dengan menggunakan APK.
APK dapat membentuk kata-kata yang secara
fonologis, morfologis, sintaksis dan semantik
yang berterima, tapi tidak pernah muncul pada
struktur lahir. Selain itu tugas filter ialah
memarkahi bentukan-bentukan seperti dengan
cirri [-LI] yang berarti bentukan-bentukan
tersebut tidak dapat masukkan ke dalam
leksikon atau kamus dikarenakan non-eksisten
(non-existent).
Subkomponen keempat: Kamus (dictionary).
Kata-kata yang telah melalui saringan (filter)
membentuk kamus dari bahasa yang bersangkutan,
yang merupakan komponen terakhir dalam model
morfologi generatif. Semua kata, baik kata
ddasar maupun kata turunan yang dibentuk
melalui Aturan Pemebentukan Kata (APK) yang
telah melewati saringan (filter), dimasukkan
38
ke dalam kamus sebagai komponen terakhir dari
morfologi generatif.
Cara kerja model Halle dalam proses
pembentukan kata dapat digambarkan melalui
diagram sebagai berikut:
List OfMorphemes
WFR’s Filter Dictionary
(DM) (APK) (Saringan) (Kamus)
Diagram 3. Model Halle
Penjelasan Diagram 3.:
39
1. Friend
2. Makan
3. BoyHood
4. Reciteal
5. Montainalal
X[-LI]
X [-
[+idiosingkretis]
1. Kata friend masuk dalam kamus sebagaimana adanya,
yaitu melewati APK dan Filter tanpa mengalami
perubahan. Kata itu harus dicantumkan dalam DM,
karena diperlukan untuk pembentukan kata lain,
seperti friendly,
2. Kata “makan” masuk dalam kamu sebagaimana
adanya, dengan melewati APK dan Filter tanpa
mengalami perubahan, dapat dicantumkan dalam
DM, dan dapat diperlukan untuk pembentukan kata
lain seperti “makanan”
3. Kata boyhood tidak terdapat dalam DM: yang
ditemukan adalah boy dan hood kedua unsur ini
digabungkan olek APK, dan hasilnya yaitu boyhood
(masa kanak-kanak)
4. Kata recital dibenrtuk secara regular oleh APK,
seperti kata boyhood. Sebelum kata itu masuk ke
kamus, filter memberinya cirri-ciri
idiosingkretis yang menyangkut makna (yaitu,
perfomansi sebagai solois).
5. Kata montainal tidak dibentuk oleh APK, karena –
al hanya dapat dirangkaikan dengan verba
menurut kaidah bahasa inggris dan kata ini
tidak mungkin (non-ekstensi).
6. Kata “pohonwan” tidak dibentuk oleh APK sama
dengan kata montainal. Hanya dapat dirangkai
40
dengan nomina-nomina tertentu, seperi ilmumuan,
pahlawan.
E. SIMPULAN
Morfologi adalah cabang linguistik yang membahas
tentang satuan bentuk dasar kata dan pembentukan
kata. Mengenai hakikat morfologi secara hirarki
dalam kajian linguistik berada diantara kajian
fonologi dan kajian sintaksis. Dalam kajian
morfologi biasanya dibedakan adanya beberapa morfem
berdasarkan kriteria tertentu, seperti kriteria
kebebasan, keutuhan, makna, dan sebgainya.
Secara tradisional kata-kata dikelompokkan atau
diklasifikasikan berdasarkan kriteria semantik dan
criteria fungsi. Klasifikasi semantik digunakan
untuk mengkalasifikasikan kelas verba (V), kelas
nomina (N), dan kelas adjektiva (A), lalu kriteria
fungsi digunakan untuk menentukan kelas preposisi,
kelas konjungsi dan lainnya. Kelas kata dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu Kelas kata terbuka seperti,
nomina, verba dan adjektiva. Sedangkan kelas kata
tetutup yaitu, selain kata nomina, verba dan
adjektiva. Proses pembentukan kata dalam morfologi
melalui tiga proses yaitu (1) proses afiksasi (2)
Proses Reduplikasi dan (3) Proses Komposisi.
41
Morfologi generatif merupakan subbidang tata
bahasa generatif transformasi (TGT), Chomsky (1965).
Morfologi adalah bagian integral dari komponen
sintaksis. Dalam tata bahasa generatif transformatif
(TGT) standar morfologi tidak merupakan suatu
komponan yang otonom melainkan bagian komponen
sintaksis. Menurut model Halle (1973) dalam Scalise
(1984:31) bahwa morfologi generatif terdiri dari
subkomponen yakni (1) daftar morfem (list of morphemes),
(2) aturan pembentukkan kata (word formation rules), (3)
saringan (filter), dan (4) kamus (dictionary of words).
F. DAFTAR ISI
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan
Proses).Jakarta: PT. RINEKA CIPTA
Verhar, J.W.M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum.
Yokyakarta: Gajah Mada University Press.
Alwi, Hasan dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Indonesia, Edisis
Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa Dan Balai Pustaka.
Zainuddin. 2012. “Morfologi Generatif: Suatu Tinjauan Teoritis”
Jurnal Ilmiah Disertasi di PPs. USU.
42