Model 13 MPK Pendekatan Kuantitatif
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Model 13 MPK Pendekatan Kuantitatif
MODUL PERKULIAHAN
Judul METHODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUANTITATIF
Pokok BahasanUNIVERSITAS : MERCU BUANA TA 2014-2015FAKULTAS : IKMU KOMUNIKASI JURUSAN ; MATA KULIAH : METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUANTITATIFKELAS : PKK DOSEN : DRS HASYIM ALI IMRAN , MSi.
PER-TEMUANKE :
MATERI AJAR OUT PUT OUTCOMES
1 Pengertian Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif-asumsi filosofis-dari a
Mahasiswa memahami IntipersoalankomunikasiKuantittif
MahasiswabisamembedakanPenelitianKomunikasiPendekatanKuantitatifdari
priori – datakuan titas-penggunaan teori
PenelitianKomunikasiPendekatanKualitatif
2 Mengenal jargon-jargondalam penelitian Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif-konsep-variabel-konstruk-proposisi-hipotesis-level data-kecenderunganpemusatan data-pertanyaan terbuka/tertutup-pretest , dll
Mahasiswa memahami Makna jargon-jargon Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif
MahasiswadapatmembedakanPenelitianKomunikasiPendekatanKuantitatifdariPenelitianKomunikasiPendekatanKualitatifmenurutjargon-jargonnya
3Jenis-jenis penelitianKuantitatif-survai-eksperimen-deskriptif-kuasi eksperimen-observasi
Mahasiswa memahami Jenis-jenispenelitianKuantitatif
Mahasiswa memahami membedakan Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif dari segi jenis-jenis penelitiannya
4 Mengenal konsep-konsepteoritik dalam teori berparadigma Positivistic (Cybernatica) yang cenderung sering digunakan dalam penelitian ilmu komunikasi.
Mahasiswa memahami Dan mengenal konsep-konsepteoritik dalam teori2 komunikasi yang efektif penggunaannyadalam riset komunikasi
Mahasiswa dapat menerapkan konsep-konsepteoritik yangrelevan digunakan dalam aplikasi riset komunikasi
5 Mengenalstatistikdalam kaitankepentinganpenelitianilmukomunikasidenganpendekatankuantitatif
Mahasiswa memahami Persoalan yang membedakan typologi statistik
Mahasiswa dapat menerapkan statistik yang relevan /ideal dalam penelitian komunikasi pendekatan kuantitatif
6 Mengenalstatistikdalam kaitankepentinganpenelitianilmukomunikasidenganpendekatankuantitatif(Lanjutan...)
Mahasiswa memahami Persoalan yang membedakan typologi statistik
Mahasiswa dapat menerapkan statistik yang relevan /ideal dalam penelitian komunikasi pendekatan kuantitatif
7 Sampling : Mahasiswa memahamiPersoalan sampling
Mahasiswa dapat menerapkan metode
sampling yangpas diterapkan untuk suatu populasi penelitian.
8 UTS Bahan : Materi ajar K1-7
Mahasiswa dapat Menguasai materi yang ditanyakan dalam UTS menurut materi K 1-7
9
Hakikat Aplikasi Penelitian Pendekatan Kuantitatif
Mahasiswa mengerti merumuskan suatu masalahpenelitian komunikasi dgn pendekatan kuantitatif
Mahasiswa dapat merumuskan suatu masalahpenelitian komunikasi dengan pendekatan kuantitatif.
10
11 1) Menyajikan Praktik sederhana pembuatan proposal penelitian pendekatan kuan titatif.(lanjutan : Kerangka Teori)
Mahasiswamengerti danmemahamipersoalan : -Praktiksederhanapembuatanproposalpenelitianpendekatankuan titatif,khususnyamembuatKerangkaTeori)
Mahasiswa dapat melakukan Praktik sederhana pembuatan proposal penelitian pendekatan kuan titatif,khususnya membuat Kerangka Teori.
Menyajikan Mahasiswa Mahasiswa
12 Praktik sederhana pembuatan proposal penelitian pendekatan kuan titatif.(lanjutan : Kerangka Teori-)MenyajikanPraktiksederhanapembuatanproposalpenelitianpendekatankuan titatif.(lanjutan :KerangkaTeori-menujuperumusandefinisiOperasionaldan pembuataninstrument)
mengerti dan memahami dalam melakukan proses Pengumpulan Data dan Pengolahan Data serta Analisa dan Interpretasi Data-Diskusi Hasil Penelitian
dapat melakukan proses Pengumpulan Data dan Pengolahan Data serta Analisa dan Interpretasi Data serta -Diskusi Hasil Penelitian
13MenyajikanPraktiksederhanapembuatanproposalpenelitianpendekatankuan titatif.(lanjutan :MetodePenelitian :Metodologi-ProsesSampling)
Mahasiswamengerti danmemahamidalammelakukanprosesPenelitianKuantitatiterkait dgnmetodologi-ProsesSampling)
MahasiswadapatmelakukanprosesPenelitianKuantitatifterkait dgnmetodologi -ProsesSampling)
14 Praktik Melakukan Penelitian Kuantitatif(Imaginer) : Uji Asosiasi (sumber : Pengantar Filsafat IlmuKomunikasi, Drs. Hasyim Ali Imran, MSi, 2014, Jakarta, Grasindo. )
Mahasiswa mengerti dan memahami dalam melakukan proses Penelitian Kuantitati yang bersifatUji Asosiasi
MahasiswadapatmelakukanprosesPenelitianKuantitatifyang bersifatUji Asosiasi
15 Contoh-ContohPenelitian Kuantitaif Dalam Realita(Kasus-kasus penelitian Kementerian Kominfo RI)
Mahasiswa mengetahui contoh-contohrealita pelaksanaan penelitian kuantitatif
Mahasiswa dapat membandingkanmasalah duniariset antara dalam dunia empirik dengan dunia akademis.
16 UAS Bahan : Materi ajar :9-12
Mahasiswa dapat Menguasai materi yang ditanyakan dalam UAS menurut materi K 9-15
Fakultas Program Tatap Kode MK Disusun Oleh
Studi MukaFakultas Ilmu Komunikasi
ProgramStudi Humas 13 85022 Nama : Drs. Hasyim Ali
Imran, MSi.
Abstract Kompetensi
Menyajikan Praktiksederhana pembuatanproposal penelitianpendekatan kuantitatif.(lanjutan : MetodePenelitian :Metodologi-Proses Sampling)
Diharapkan mahasiswamemahami dengan mudahdan mampu melakukanPraktik sederhanapembuatan proposalpenelitian pendekatankuan titatif.(lanjutan : MetodePenelitian :Metodologi-Proses Sampling)
Pembahasan
K-13 ; Praktik Sederhana Pembuatan ProposalPenelitian Pendekatan Kuantitatif. (lanjutan : MetodePenelitian : Proses Sampling)
Esensei dari suatu metodologi penelitian padasuatu proses penelitian, termasuk penelitan ilmukomunikasi, sebenarnya yaitu menunjukkan tentangbagaiman jalannya suatu penelitian itu dilaksanakan.Dengan demikian, para akademisi jadi tahu dan mengertitentang bagaimananya suatu penelitian itu dilaksanakan.
Pemaparan bagian metodologi itu sendiri, disamping untuk memenuhi keperluan tadi, juga untukmengikuti atau memenuhi salah satu ciri ilmiah, yaituciri terbuka atau dapat diperiksa kebenaranya baik dariluar maupun dari dalam. Oleh karena itu, kadar kualitassuatu penelitian juga dapat dinilai dari bagian metodepenelitian ini.
Bagian metodologi ini, biasanya mengandung tentangparadigma yang dianut dalam proses penelitian itu.Selain itu, juga mengandung metode penelitian yangdigunakan sebagai jenis pengumpulan datanya. Jugaterkait dengan prosedur pengumpulan dan pengolahandatanya. Yang trkait denganprosedur pengumpulan data,misalnya menjelaskan tentang bagaimana data dikumpulkan,apakah dilakukan uji reliabelitas dan validitas terhadapinstrument yang digunakan dalam proses pengumpulan datapenelitan ?
Lalu, dijelaskan juga tentang teknik pengumpulandatanya, apakah wawancara terstruktur, by post, byemail, atau by telepon ? Termasuk pula di sinimenyangkut uji normalitas data dan prosedur besertahasilnya. Ini dilakukan supaya terbuka bagi akademisi,sehingga mereka bisa menilai ada kesalahan prosedur atautidak di dalam melakukan proses penelitiannya.
Terakhir dan yang tak kalah pentingnya, yaituterkait dengan sampling. Penjelasan sampling ini sangatpenting dalam proses penelitian pendekatan kuantitatifkarena ia berhubungan dengan masalah generalisasi hasilpenelitian. Prosedur sampling yang benar merupakan salahsatu faktor penting dalam proses penelitian pendekatankuantitatif untuk menentukannya sebagai penelitian yanginferensial atau bukan. Faktor lainnya yaitu terkaitdengan masalah normalitas sebaran data dalam populasi.Faktor ini juga berkaitan nantinya dengan typologistatistik yang diaplikasikan dalam analisis datapenelitian. Typologi mana sebagaimana diketahui, iniberkaitan dengan hasil penelitian yang generalitatifatau bukan.
Jadi, itulah sekilas mengenai esensi dari bagianmetode penelitian dalam suatu proses penelitian denganpendekatan kuantitatif. Pada kesempatan perkuliahan inisendiri, kita akan lebih fokus pada persoalan samplingdalam proses penelitian.
Pada perkuliahan paruh pertama semester ini,
masalah sampling ini sudah banyak kita bahas. Sampling
sendiri memiliki kata dasar sample yang berarti contoh.
Esensi kata sampel yang berarti contoh itu sebenarnya
adalah contoh sebagai wakil yang merepresentasikan sosok
dari yang diwakilinya itu sendiri. Dengan demikian,
sebaik-baiknya sampel itu, berarti sudah seharusnya ia
menggambarkan sosok yang dicontohkan atau yang
diwakilinya itu sendiri. Kalau tidak, maka berarti peran
dan fungsinya sebagai sampel itu tidak berjalan.
Jika pengertian atau makna sampel tadi
dianalogikan dengan bentuk benda misalnya, maka jika
sampel itu berbentuk segi tiga, berarti sosok yang
diwakilinya itu juga harus berbentuk segi tiga juga.
Sosok yang diwakili sampel ini sendiri secara
terminologis methodologis lazim dikenal dengan konsep
populasi. Asumsi ideal mengenai kaitan sampel dengan
populasi ini akan terjadi jika prosedur penarikan sampel
tadi dilakukan dengan benar secara metodologis. Namun
jika terjadi kesalahan secara metodhologi, maka sampel
yang terambil tadi sudah pasti tidak akan
merepresentasikan sosok dari yang diwakilinya itu.
Dalam kaitan ini, maka jika sampel tadi
sebagaimana disebutkan berbentuk segi tiga, maka
populasi yang disampelkan itu sudah pasti bukan dalam
bentuk segi tiga pula, melainkan dalam bentuk lain. Jika
sudah demikian, maka sampel di sini tidak berfungsi
maksimal melainkan minimal. Sampel berfungsi maksimal
berarti sampel itu berfungsi mewakili populasinya. Itu
berarti, hasil studi tentang suatu masalah penelitian
menurut suatu sampel yang diambil dengan benar secara
prosedural dari suatu populasi, hasilnya dapat
digeneralisasikan bagi populasinya. Sampel berfungsi
minimal berarti sampel itu tidak berfungsi mewakili
populasinya. Suatu studi yang dilakukan menurut sampel
yang tidak representatif, itu berarti hasil studinya
tidak dapat diberlakukan bagi populasinya, akan tetapi
hanya berlaku bagi sampel iotu sendiri.
Konsekuensinya bagi penerapan jenis statistik
untuk kedua jenis sampel tadi itu yaitu :
1) Sampel yang berfungsi maksimal ideal
diaplikasikan dengan statistik inferensial dan
2) Sampel yang tidak berfungsi maksimal ideal
diaplikasikan dengan statistik deskriptif.
Dengan demikian dalam penelitian dengan pendekatan
kuantitatif terkait dengan persoalan sampel itu secara
statistik ada dua jenis. Pertama penelitian pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan jenis statistik
inferensial dan kedua dengan menggunakan jenis statistik
deskriptif.
Terkait dengan ini, maka yang harus kita sadari
adalah bahwa esensi dari penelitian dengan pendekatan
kuantitatif itu sebenarnya adalah filosofi keberlakuan
hasilnya itu sendiri. Dalam analogi EM Griffin,
penelitian kuantitatif itu ibarat satu mode baju yang
dirancang untuk banyak orang, dan sementara penelitian
kualitatif itu ibarat satu mode baju yang dirancang
hanya untuk satu orang. Terkait dengan analogi
dimaksud, karenanya pula maka penelitian dengan
pendekatan kuantitatif itu hendaknya juga sebisa mungkin
berorientasi pada hasilnya yang generalitatif. Jika
tidak, sepertinya akan sangat merugi baik bagi sang
peneliti sendiri dan apalagi bagi dunia ilmu
pengetahuan.
Guna upaya mencapai kondisi ideal tadi, banyak
pihak di kubu kuantitatif akhirnya mempermasalahkan
sampel ini. Permasalahan ini akhirnya berwujud pada
berbagai kebaikan, yakni dengan melahirkan berbagai
teknik beserta rumus-rumus statistik yang logis dan
benar. Ada yang dihadirkan dengan penghitungan yang
rumit dan ada pula yang sangat sederhana. Di samping
itu, ada juga yang khusus mempermasalahkan jumlah sampel
itu sendiri. Ada sementara pihak yang menyebutkan bahwa
jumla sampel itu minimal 5 %. Ada juga yang berprinsip
bahwa pengambilan sampel itu ukurannya adalah
homogenitas. Semakin homogen suatu populasi maka semakin
kecil jumlah sampel dan semakin heterogen jumlah sampel
maka semakin diperlukan banyak sampel.
Jika didiskusikan terkait dua asumsi menyangkut
jumlah sampel tadi, maka untuk asumsi pertama yang
menyebutkan bahwa jumlah itu harus minimal 5 %, maka ini
ada benarnya dan juga salahnya. Benar jika jumlah
populasi itu ideal dan memadai, katakanlah 10 000, maka
5 % dari sini jumlah sampel jadi sebanyak 500. Akan
tetapi menjadi salah jika jumlah populasi itu tidak
ideal dan tidak memadai. Misalnya menyangkut populasi
personal Lurah di satu Kecamatan di Wilayah Kota Jakarta
yang jumlahnya tidak mencapai 100 personal. Apakah untuk
kasus yang demikian prinsip minimal 5 % tadi harus
dipertahankan ? Tentu saja hal ini tidak mungkin karena
kalau dipaksakan pasti tidak akan representatif
hasilnya. Jika dipaksakan, maka jumlahnya hanya 5 lurah
saja tentunya. Dengan demikian asumsi para pihak tadi
yang menyebutkan bahwa jumlah sampel itu minimal 5 %
itu, tentunya tidak bisa dipedomani secara kaku. Akan
tetapi prinsip itu sifatnya relatif, itu tergantung
seberapa besar populasi yang akan disampling.
Menyangkut asumsi kedua bahwa patokannya adalah
homogenitas populasi, ini tampak lebih masuk akal.
Dengan asumsi ini dimaksudkan bahwa populasi yang
bersifat sangat homogen cenderung akan memiliki
karakteristik yang homogen juga.
Suatu populasi yang homogenitasnya sangat tinggi,
misalnya populasi itu terdiri dari orang-orang bersuku
Batak Toba, maka karakteristik populasi ini cenderung
akan seragam berwatakkan orang suku Batak Toba, dan oleh
karena itu jumlah pengambilan sampelnya memang tidak
perlu banyak-banyak. Hal ini karena dengan asumsi bahwa
pengambilan jumlah sampel sedikit atau banyak cenderung
akan menghasilkan hasil riset yang sama.
Sebaliknya, jika suatu populasi itu sifatnya
sangat beragam, maka diperlukan jumlah sampel yang lebih
besar. Hal ini tentunya dimaksudkan agar terhindar dari
kekeliruan dalam mengambil sampel yang sifat
representatif. Dengan begitu, diharapkan setiap sel-sel
dalam populasi dapat terwakili.
Masih terkait dengan jumlah ukuran sampel ini,
secara literatur sebenarnya masih dapat dijumpai cara-
cara pengambilan sampel yang mudah secara prosedural.
Walaupun mudah, secara statistik tingkat akurasi sangat
tinggi, yakni mencapai tingkat kepercayaan 95 %. Dengan
demikian, tingkat kepercayaan ini memenuhi standard
tingkat kesalahan yang ditoleransi dalam ilmu sosial
dalam taraf dunia, yakni 5 %.
Adapun kedua cara-cara pengambilan sampel yang
mudah secara prosedural dimaksud tadi yaitu terkait
dengan tabel Kricje dan monogram Harry King. Untuk tabel
Kricje, maka ini berlaku bagi suatu populasi yang
jumlahnya maksimal sebanyak 100.000. Sementara bagi
monogram Harry King, keberlakuannya hanya untuk suatu
populasi yang maksimal berjumlah 2000 saja. Jadi faktor
jumlah populasi ini harus sangat diperhatikan agar tidak
keliru dalam menggunakannya dalam proses sampling.
Untuk menggunakan kedua tabel dimaksud, caranya
sangat mudah. Sebagai contoh, kita mengetahui populasi
sasaran kita itu misalnya maksimal berjumlah 100.000.
Itu berarti penggunaan tabel Kricje ini masih cocok
tentunya diterapkan dalam proses pengambilan sampel
dalam penelitian kita. Karena itu, selanjutnya langkah
yang ditempuh adalah menemukan jumlah ukuran sampel yang
sesuai dengan jumlah populasi yang ada. Misalnya jumlah
populasi (N) itu adalah sebesar 10.000. Jika diliohat di
tabel Kricje maka besaran sampel (S) yang diperlukan itu
secara statistik dengan tingkat kepercayaan 95 %
jumlahnya sebanyak 370. Jadi tidak perlu mencapai 5 %
seperti sebagaimana dikatakan oleh sejumlah pihak
sebelumnya. Namun secara statistik cukup hanya 370 saja.
Tabel Kricje
Dalam pendistribusian sampel, jumlah sampel
sebanyak 370 ini selanjutnya disesuaikan dengan kondisi
di lapangan. Penyesuaian ini misalnya harus disesuaikan
dengan karakteristik populasi itu sendiri. Kalau
populasi itu misalnya masih sangat heterogen, maka sifat
ini harus diminimalisir dengan cara meng-homogenisasi
karakteristik populasi itu sendiri. Ini misalnya
heterogenitas tadi berhubungan dengan jenis pekerjaan
atau tingkat pendidikan dari unit-unit elementer dalam
populasi. Katakanlah misalnya menyangkut jenis
pekerjaan, maka langkah yang harus diambil yaitu
mengelompokkan unit-unit elementer dalam populasi tadi
ke dalam masing-masing kelompoknya. Proses pengelompokan
ini sendiri dinamakan proses pen-stratum-an. Hasil
proses ini kemudian disajikan dengan sistematis,
misalnya seperti berikut ini :
N =
10.000
S =
370
SD = Stratum
1 (n1) = 3000
SLTP = Stratum 2
(n2) = 2500
SLTA = Stratum 3
(n3) = 4000
PT =
Stratum 4 (n4) = 500 +
10000
Rumus distribusi sampel = n x S N
Dengan melihat distribusi stratum dalam populasi
di atas, maka distribusi jumlah sampel tadi menjadi sbb.
:
SD = Stratum 1 (n1) = 3000 ---- Jml sampel =
3000/10.000 x 370 = 111
SLTP = Stratum 2 (n2) = 2500 ---- Jml sampel =
2500/10.000 x 370 = 92
SLTA = Stratum 3 (n3) = 4000 ---- Jml sampel =
4000/10.000 x 370 = 148
PT = Stratum 4 (n4) = 500 + -- Jml sampel =
500/10.000 x 370 = 19 +
N 10000
n 370
Selanjutnya adalah praktik menggunakan monogram
Harry King. Monogram Harry King seperti tampak dalam
gambar berikut ini. Dari gambar monogram itu diketahui
bahwa monogram dimaksud diperuntukkan bagi penentuan
jumlah ukuran sampel dari suatu populasi berjumlah
maksimal sebanyak 2000 saja. Jadi tidak berlaku bagi
populasinya yang lebih dari 2000 tentunya.
Cara menentukannya yaitu kita harus menyesuaikan
tingkat kepercayaan yang seduai dengan keinginan kita.
Tingkat kepercayaan yang sesuai dengan keinginan kita
itu, menurut Harry King merentang dari tingkat
kepercayaan 0,3 -10. Artinya, tingkat kepercayaan sampel
yang akan diambil itu merentang dari 99,7 % hingga 90 %.
Jadi tingkat kesalahannya sampel hanya 0,3 hingga 10 %.
Dengan demikian peneliti bebas menentukan tingkat
kepercayaan sampel yang diinginkannya dalam skala Harry
King tentunya.
Untuk sekedar contoh, Harry King telah memberikan
contoh guna mempraktikkan monogramnya itu, Dari
contohnya Harry King menentuka dua contoh ukuran
populasi, yaitu populasi sebesar 800 dan 200.
Pada contoh ukuran populasi 800 Harry King
mencontohkan tingkat kesalahan 10 %. Dengan begitu
prosentase sampel yang diambil dari populasi menjadi
sebanyak sekitar 8 %. Ini berarti jumlah ukuran sampel
dengan tingkat kepercayaan 90 % ( atau kesalahan 10 %)
menjadi sebesar 8/100 x 800 = 64.
Mengenai contoh kedua, yaitu ukuran populasi 200,
tingkat kepercayaan yang ditentukan adalah 95 % atau
tingkat kesalahan 5 %. Dengan penetapan ini tampak
persentase populasi yang diambil sebagai sampel yaitu
sebesar 58 %, atau 58/100 x 200 = 116. Demikianlah
seterusnya tergantung pada pilihan kita dan itu dalam
prakteknya kita harus menggunakan bantuan alat penggaris
agar kurva yang dimunculkannya tampil secara jelas dan
presisi.
Demikianlah, sekedar mengingatkan kembali
menyangkut persoalan sampling. Untuk selanjutnya, kita
kembali pada topik utama perkuliahan ini, yaitu
mengikuti kelanjutan proses penelitian yang tercermin
dalam proposal penelitian yang dicontohkan sebagai kasus
dalam perkuliahan paruh kedua semester ini. Dalam
proposal penelitian itu sendiri, proses samplingnya
dijelaskan bahwa : Penelitian ini menggunakan metode
survai terhadap populasi penduduk. Populasi penduduk
yang menjadi populasi sasaran adalah penduduk pada
sampel area Kecamatan Pulau Seribu Selatan Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta.
Area sampel kecamatan dimaksud mencakup Kelurahan Pulau
Tidung dengan populasi 4739 jiwa; Kelurahan Pulau Pari
dengan pupulasi 2727 jiwa dan Kelurahan Pulau Untung
Jawa dengan populasi 1894 jiwa. Total populasi yaitu
sebanyak 9360 jiwa.
Dengan mengacu pada standard tabel Krecjie (lihat
tabel ), dengan tingkat kesalahan sebesar 5 %, maka
populasi sebesar 9360 jiwa itu mencapai besaran sampel
sebanyak 383 (382 + 384 = 766/2 = 383. Sampling size ini
didistribusikan secara proportional di tiga area sampel.
Hasilnya secara rinci disajikan berikut ini :
1) Kelurahan Pulau Tidung n = 47394739/9360 x 383 = 194
2) Kelurahan Pulau Pari n =2727 2727/9360 x 383 = 112
3) Kelurahan Pulau Untung Jawa n = 1894 +1894/9360 x 393 = 77 +
N 9360 ....................... s = 383
Penentuan responden dilakukan dengan teknik simple
random sampling berdasarkan unit-unit elementer dalam
sampling frame yang dibuat menurut data KK yang
bersumber dari Data Kelurahan. Unit-unit elementer yang
terekam dalam sampling frame adalah data anggota dalam
KK yang berusia dewasa (17 tahun – 56 tahun).
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
terstruktur yang sebelumnya telah melalui proses
pretest. Data yang terkumpul diedit secara manual dan
hasil editing dijadikan dasar untuk pengentrian
data/pengolahan secara digital. Digitalisasi dilakukan
melalui komputer yang menggunakan program SPSS. Hasil
pengentrian kemudian dijadikan dasar untuk pengolahan
data. Pengolahan data difokuskan pada data yang bersifat
central of tendency. Data disajikan dalam format grafik untuk
data dari variabel yang berskala nominal. Di luar data
yang berskala nominal, data disajikan dalam bentuk
tabel-tabel distribusi frekuensi dan tabel silang
(cross). Penyajian, analisis dan interpretasi data
dilakukan secara deskriptif.
ooo
Daftar Pustaka
Griffin, EM, 2003, A First Look At Communication Theory, Fifthedition, New York,Mc Graw Hill.
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung,Affabeta, CV. , 2005.
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat,Jakarta, LP3ES, 2009.
Hasyim Ali Imran, Pengantar Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta,Grasindo, 2014.