Model 13 MPK Pendekatan Kuantitatif

21
MODUL PERKULIAHAN Judul METHODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUANTITATIF Pokok Bahasan UNIVERSITAS : MERCU BUANA TA 2014-2015 FAKULTAS : IKMU KOMUNIKASI JURUSAN ; MATA KULIAH : METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUANTITATIF KELAS : PKK DOSEN : DRS HASYIM ALI IMRAN , MSi. PER - TEM UAN KE : MATERI AJAR OUT PUT OUTCOMES 1 Pengertian Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif -asumsi filosofis -dari a Mahasiswa memahami Inti persoalan komunikasi Kuantittif Mahasiswa bisa membedakan Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif dari

Transcript of Model 13 MPK Pendekatan Kuantitatif

MODUL PERKULIAHAN

Judul METHODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUANTITATIF

Pokok BahasanUNIVERSITAS : MERCU BUANA TA 2014-2015FAKULTAS : IKMU KOMUNIKASI JURUSAN ; MATA KULIAH : METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUANTITATIFKELAS : PKK DOSEN : DRS HASYIM ALI IMRAN , MSi.

PER-TEMUANKE :

MATERI AJAR OUT PUT OUTCOMES

1 Pengertian Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif-asumsi filosofis-dari a

Mahasiswa memahami IntipersoalankomunikasiKuantittif

MahasiswabisamembedakanPenelitianKomunikasiPendekatanKuantitatifdari

priori – datakuan titas-penggunaan teori

PenelitianKomunikasiPendekatanKualitatif

2 Mengenal jargon-jargondalam penelitian Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif-konsep-variabel-konstruk-proposisi-hipotesis-level data-kecenderunganpemusatan data-pertanyaan terbuka/tertutup-pretest , dll

Mahasiswa memahami Makna jargon-jargon Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif

MahasiswadapatmembedakanPenelitianKomunikasiPendekatanKuantitatifdariPenelitianKomunikasiPendekatanKualitatifmenurutjargon-jargonnya

3Jenis-jenis penelitianKuantitatif-survai-eksperimen-deskriptif-kuasi eksperimen-observasi

Mahasiswa memahami Jenis-jenispenelitianKuantitatif

Mahasiswa memahami membedakan Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif dari segi jenis-jenis penelitiannya

4 Mengenal konsep-konsepteoritik dalam teori berparadigma Positivistic (Cybernatica) yang cenderung sering digunakan dalam penelitian ilmu komunikasi.

Mahasiswa memahami Dan mengenal konsep-konsepteoritik dalam teori2 komunikasi yang efektif penggunaannyadalam riset komunikasi

Mahasiswa dapat menerapkan konsep-konsepteoritik yangrelevan digunakan dalam aplikasi riset komunikasi

5 Mengenalstatistikdalam kaitankepentinganpenelitianilmukomunikasidenganpendekatankuantitatif

Mahasiswa memahami Persoalan yang membedakan typologi statistik

Mahasiswa dapat menerapkan statistik yang relevan /ideal dalam penelitian komunikasi pendekatan kuantitatif

6 Mengenalstatistikdalam kaitankepentinganpenelitianilmukomunikasidenganpendekatankuantitatif(Lanjutan...)

Mahasiswa memahami Persoalan yang membedakan typologi statistik

Mahasiswa dapat menerapkan statistik yang relevan /ideal dalam penelitian komunikasi pendekatan kuantitatif

7 Sampling : Mahasiswa memahamiPersoalan sampling

Mahasiswa dapat menerapkan metode

sampling yangpas diterapkan untuk suatu populasi penelitian.

8 UTS Bahan : Materi ajar K1-7

Mahasiswa dapat Menguasai materi yang ditanyakan dalam UTS menurut materi K 1-7

9

Hakikat Aplikasi Penelitian Pendekatan Kuantitatif

Mahasiswa mengerti merumuskan suatu masalahpenelitian komunikasi dgn pendekatan kuantitatif

Mahasiswa dapat merumuskan suatu masalahpenelitian komunikasi dengan pendekatan kuantitatif.

10

11 1) Menyajikan Praktik sederhana pembuatan proposal penelitian pendekatan kuan titatif.(lanjutan : Kerangka Teori)

Mahasiswamengerti danmemahamipersoalan : -Praktiksederhanapembuatanproposalpenelitianpendekatankuan titatif,khususnyamembuatKerangkaTeori)

Mahasiswa dapat melakukan Praktik sederhana pembuatan proposal penelitian pendekatan kuan titatif,khususnya membuat Kerangka Teori.

Menyajikan Mahasiswa Mahasiswa

12 Praktik sederhana pembuatan proposal penelitian pendekatan kuan titatif.(lanjutan : Kerangka Teori-)MenyajikanPraktiksederhanapembuatanproposalpenelitianpendekatankuan titatif.(lanjutan :KerangkaTeori-menujuperumusandefinisiOperasionaldan pembuataninstrument)

mengerti dan memahami dalam melakukan proses Pengumpulan Data dan Pengolahan Data serta Analisa dan Interpretasi Data-Diskusi Hasil Penelitian

dapat melakukan proses Pengumpulan Data dan Pengolahan Data serta Analisa dan Interpretasi Data serta -Diskusi Hasil Penelitian

13MenyajikanPraktiksederhanapembuatanproposalpenelitianpendekatankuan titatif.(lanjutan :MetodePenelitian :Metodologi-ProsesSampling)

Mahasiswamengerti danmemahamidalammelakukanprosesPenelitianKuantitatiterkait dgnmetodologi-ProsesSampling)

MahasiswadapatmelakukanprosesPenelitianKuantitatifterkait dgnmetodologi -ProsesSampling)

14 Praktik Melakukan Penelitian Kuantitatif(Imaginer) : Uji Asosiasi (sumber : Pengantar Filsafat IlmuKomunikasi, Drs. Hasyim Ali Imran, MSi, 2014, Jakarta, Grasindo. )

Mahasiswa mengerti dan memahami dalam melakukan proses Penelitian Kuantitati yang bersifatUji Asosiasi

MahasiswadapatmelakukanprosesPenelitianKuantitatifyang bersifatUji Asosiasi

15 Contoh-ContohPenelitian Kuantitaif Dalam Realita(Kasus-kasus penelitian Kementerian Kominfo RI)

Mahasiswa mengetahui contoh-contohrealita pelaksanaan penelitian kuantitatif

Mahasiswa dapat membandingkanmasalah duniariset antara dalam dunia empirik dengan dunia akademis.

16 UAS Bahan : Materi ajar :9-12

Mahasiswa dapat Menguasai materi yang ditanyakan dalam UAS menurut materi K 9-15

Fakultas Program Tatap Kode MK Disusun Oleh

Studi MukaFakultas Ilmu Komunikasi

ProgramStudi Humas 13 85022 Nama : Drs. Hasyim Ali

Imran, MSi.

Abstract Kompetensi

Menyajikan Praktiksederhana pembuatanproposal penelitianpendekatan kuantitatif.(lanjutan : MetodePenelitian :Metodologi-Proses Sampling)

Diharapkan mahasiswamemahami dengan mudahdan mampu melakukanPraktik sederhanapembuatan proposalpenelitian pendekatankuan titatif.(lanjutan : MetodePenelitian :Metodologi-Proses Sampling)

Pembahasan

K-13 ; Praktik Sederhana Pembuatan ProposalPenelitian Pendekatan Kuantitatif. (lanjutan : MetodePenelitian : Proses Sampling)

Esensei dari suatu metodologi penelitian padasuatu proses penelitian, termasuk penelitan ilmukomunikasi, sebenarnya yaitu menunjukkan tentangbagaiman jalannya suatu penelitian itu dilaksanakan.Dengan demikian, para akademisi jadi tahu dan mengertitentang bagaimananya suatu penelitian itu dilaksanakan.

Pemaparan bagian metodologi itu sendiri, disamping untuk memenuhi keperluan tadi, juga untukmengikuti atau memenuhi salah satu ciri ilmiah, yaituciri terbuka atau dapat diperiksa kebenaranya baik dariluar maupun dari dalam. Oleh karena itu, kadar kualitassuatu penelitian juga dapat dinilai dari bagian metodepenelitian ini.

Bagian metodologi ini, biasanya mengandung tentangparadigma yang dianut dalam proses penelitian itu.Selain itu, juga mengandung metode penelitian yangdigunakan sebagai jenis pengumpulan datanya. Jugaterkait dengan prosedur pengumpulan dan pengolahandatanya. Yang trkait denganprosedur pengumpulan data,misalnya menjelaskan tentang bagaimana data dikumpulkan,apakah dilakukan uji reliabelitas dan validitas terhadapinstrument yang digunakan dalam proses pengumpulan datapenelitan ?

Lalu, dijelaskan juga tentang teknik pengumpulandatanya, apakah wawancara terstruktur, by post, byemail, atau by telepon ? Termasuk pula di sinimenyangkut uji normalitas data dan prosedur besertahasilnya. Ini dilakukan supaya terbuka bagi akademisi,sehingga mereka bisa menilai ada kesalahan prosedur atautidak di dalam melakukan proses penelitiannya.

Terakhir dan yang tak kalah pentingnya, yaituterkait dengan sampling. Penjelasan sampling ini sangatpenting dalam proses penelitian pendekatan kuantitatifkarena ia berhubungan dengan masalah generalisasi hasilpenelitian. Prosedur sampling yang benar merupakan salahsatu faktor penting dalam proses penelitian pendekatankuantitatif untuk menentukannya sebagai penelitian yanginferensial atau bukan. Faktor lainnya yaitu terkaitdengan masalah normalitas sebaran data dalam populasi.Faktor ini juga berkaitan nantinya dengan typologistatistik yang diaplikasikan dalam analisis datapenelitian. Typologi mana sebagaimana diketahui, iniberkaitan dengan hasil penelitian yang generalitatifatau bukan.

Jadi, itulah sekilas mengenai esensi dari bagianmetode penelitian dalam suatu proses penelitian denganpendekatan kuantitatif. Pada kesempatan perkuliahan inisendiri, kita akan lebih fokus pada persoalan samplingdalam proses penelitian.

Pada perkuliahan paruh pertama semester ini,

masalah sampling ini sudah banyak kita bahas. Sampling

sendiri memiliki kata dasar sample yang berarti contoh.

Esensi kata sampel yang berarti contoh itu sebenarnya

adalah contoh sebagai wakil yang merepresentasikan sosok

dari yang diwakilinya itu sendiri. Dengan demikian,

sebaik-baiknya sampel itu, berarti sudah seharusnya ia

menggambarkan sosok yang dicontohkan atau yang

diwakilinya itu sendiri. Kalau tidak, maka berarti peran

dan fungsinya sebagai sampel itu tidak berjalan.

Jika pengertian atau makna sampel tadi

dianalogikan dengan bentuk benda misalnya, maka jika

sampel itu berbentuk segi tiga, berarti sosok yang

diwakilinya itu juga harus berbentuk segi tiga juga.

Sosok yang diwakili sampel ini sendiri secara

terminologis methodologis lazim dikenal dengan konsep

populasi. Asumsi ideal mengenai kaitan sampel dengan

populasi ini akan terjadi jika prosedur penarikan sampel

tadi dilakukan dengan benar secara metodologis. Namun

jika terjadi kesalahan secara metodhologi, maka sampel

yang terambil tadi sudah pasti tidak akan

merepresentasikan sosok dari yang diwakilinya itu.

Dalam kaitan ini, maka jika sampel tadi

sebagaimana disebutkan berbentuk segi tiga, maka

populasi yang disampelkan itu sudah pasti bukan dalam

bentuk segi tiga pula, melainkan dalam bentuk lain. Jika

sudah demikian, maka sampel di sini tidak berfungsi

maksimal melainkan minimal. Sampel berfungsi maksimal

berarti sampel itu berfungsi mewakili populasinya. Itu

berarti, hasil studi tentang suatu masalah penelitian

menurut suatu sampel yang diambil dengan benar secara

prosedural dari suatu populasi, hasilnya dapat

digeneralisasikan bagi populasinya. Sampel berfungsi

minimal berarti sampel itu tidak berfungsi mewakili

populasinya. Suatu studi yang dilakukan menurut sampel

yang tidak representatif, itu berarti hasil studinya

tidak dapat diberlakukan bagi populasinya, akan tetapi

hanya berlaku bagi sampel iotu sendiri.

Konsekuensinya bagi penerapan jenis statistik

untuk kedua jenis sampel tadi itu yaitu :

1) Sampel yang berfungsi maksimal ideal

diaplikasikan dengan statistik inferensial dan

2) Sampel yang tidak berfungsi maksimal ideal

diaplikasikan dengan statistik deskriptif.

Dengan demikian dalam penelitian dengan pendekatan

kuantitatif terkait dengan persoalan sampel itu secara

statistik ada dua jenis. Pertama penelitian pendekatan

kuantitatif dengan menggunakan jenis statistik

inferensial dan kedua dengan menggunakan jenis statistik

deskriptif.

Terkait dengan ini, maka yang harus kita sadari

adalah bahwa esensi dari penelitian dengan pendekatan

kuantitatif itu sebenarnya adalah filosofi keberlakuan

hasilnya itu sendiri. Dalam analogi EM Griffin,

penelitian kuantitatif itu ibarat satu mode baju yang

dirancang untuk banyak orang, dan sementara penelitian

kualitatif itu ibarat satu mode baju yang dirancang

hanya untuk satu orang. Terkait dengan analogi

dimaksud, karenanya pula maka penelitian dengan

pendekatan kuantitatif itu hendaknya juga sebisa mungkin

berorientasi pada hasilnya yang generalitatif. Jika

tidak, sepertinya akan sangat merugi baik bagi sang

peneliti sendiri dan apalagi bagi dunia ilmu

pengetahuan.

Guna upaya mencapai kondisi ideal tadi, banyak

pihak di kubu kuantitatif akhirnya mempermasalahkan

sampel ini. Permasalahan ini akhirnya berwujud pada

berbagai kebaikan, yakni dengan melahirkan berbagai

teknik beserta rumus-rumus statistik yang logis dan

benar. Ada yang dihadirkan dengan penghitungan yang

rumit dan ada pula yang sangat sederhana. Di samping

itu, ada juga yang khusus mempermasalahkan jumlah sampel

itu sendiri. Ada sementara pihak yang menyebutkan bahwa

jumla sampel itu minimal 5 %. Ada juga yang berprinsip

bahwa pengambilan sampel itu ukurannya adalah

homogenitas. Semakin homogen suatu populasi maka semakin

kecil jumlah sampel dan semakin heterogen jumlah sampel

maka semakin diperlukan banyak sampel.

Jika didiskusikan terkait dua asumsi menyangkut

jumlah sampel tadi, maka untuk asumsi pertama yang

menyebutkan bahwa jumlah itu harus minimal 5 %, maka ini

ada benarnya dan juga salahnya. Benar jika jumlah

populasi itu ideal dan memadai, katakanlah 10 000, maka

5 % dari sini jumlah sampel jadi sebanyak 500. Akan

tetapi menjadi salah jika jumlah populasi itu tidak

ideal dan tidak memadai. Misalnya menyangkut populasi

personal Lurah di satu Kecamatan di Wilayah Kota Jakarta

yang jumlahnya tidak mencapai 100 personal. Apakah untuk

kasus yang demikian prinsip minimal 5 % tadi harus

dipertahankan ? Tentu saja hal ini tidak mungkin karena

kalau dipaksakan pasti tidak akan representatif

hasilnya. Jika dipaksakan, maka jumlahnya hanya 5 lurah

saja tentunya. Dengan demikian asumsi para pihak tadi

yang menyebutkan bahwa jumlah sampel itu minimal 5 %

itu, tentunya tidak bisa dipedomani secara kaku. Akan

tetapi prinsip itu sifatnya relatif, itu tergantung

seberapa besar populasi yang akan disampling.

Menyangkut asumsi kedua bahwa patokannya adalah

homogenitas populasi, ini tampak lebih masuk akal.

Dengan asumsi ini dimaksudkan bahwa populasi yang

bersifat sangat homogen cenderung akan memiliki

karakteristik yang homogen juga.

Suatu populasi yang homogenitasnya sangat tinggi,

misalnya populasi itu terdiri dari orang-orang bersuku

Batak Toba, maka karakteristik populasi ini cenderung

akan seragam berwatakkan orang suku Batak Toba, dan oleh

karena itu jumlah pengambilan sampelnya memang tidak

perlu banyak-banyak. Hal ini karena dengan asumsi bahwa

pengambilan jumlah sampel sedikit atau banyak cenderung

akan menghasilkan hasil riset yang sama.

Sebaliknya, jika suatu populasi itu sifatnya

sangat beragam, maka diperlukan jumlah sampel yang lebih

besar. Hal ini tentunya dimaksudkan agar terhindar dari

kekeliruan dalam mengambil sampel yang sifat

representatif. Dengan begitu, diharapkan setiap sel-sel

dalam populasi dapat terwakili.

Masih terkait dengan jumlah ukuran sampel ini,

secara literatur sebenarnya masih dapat dijumpai cara-

cara pengambilan sampel yang mudah secara prosedural.

Walaupun mudah, secara statistik tingkat akurasi sangat

tinggi, yakni mencapai tingkat kepercayaan 95 %. Dengan

demikian, tingkat kepercayaan ini memenuhi standard

tingkat kesalahan yang ditoleransi dalam ilmu sosial

dalam taraf dunia, yakni 5 %.

Adapun kedua cara-cara pengambilan sampel yang

mudah secara prosedural dimaksud tadi yaitu terkait

dengan tabel Kricje dan monogram Harry King. Untuk tabel

Kricje, maka ini berlaku bagi suatu populasi yang

jumlahnya maksimal sebanyak 100.000. Sementara bagi

monogram Harry King, keberlakuannya hanya untuk suatu

populasi yang maksimal berjumlah 2000 saja. Jadi faktor

jumlah populasi ini harus sangat diperhatikan agar tidak

keliru dalam menggunakannya dalam proses sampling.

Untuk menggunakan kedua tabel dimaksud, caranya

sangat mudah. Sebagai contoh, kita mengetahui populasi

sasaran kita itu misalnya maksimal berjumlah 100.000.

Itu berarti penggunaan tabel Kricje ini masih cocok

tentunya diterapkan dalam proses pengambilan sampel

dalam penelitian kita. Karena itu, selanjutnya langkah

yang ditempuh adalah menemukan jumlah ukuran sampel yang

sesuai dengan jumlah populasi yang ada. Misalnya jumlah

populasi (N) itu adalah sebesar 10.000. Jika diliohat di

tabel Kricje maka besaran sampel (S) yang diperlukan itu

secara statistik dengan tingkat kepercayaan 95 %

jumlahnya sebanyak 370. Jadi tidak perlu mencapai 5 %

seperti sebagaimana dikatakan oleh sejumlah pihak

sebelumnya. Namun secara statistik cukup hanya 370 saja.

Tabel Kricje

Dalam pendistribusian sampel, jumlah sampel

sebanyak 370 ini selanjutnya disesuaikan dengan kondisi

di lapangan. Penyesuaian ini misalnya harus disesuaikan

dengan karakteristik populasi itu sendiri. Kalau

populasi itu misalnya masih sangat heterogen, maka sifat

ini harus diminimalisir dengan cara meng-homogenisasi

karakteristik populasi itu sendiri. Ini misalnya

heterogenitas tadi berhubungan dengan jenis pekerjaan

atau tingkat pendidikan dari unit-unit elementer dalam

populasi. Katakanlah misalnya menyangkut jenis

pekerjaan, maka langkah yang harus diambil yaitu

mengelompokkan unit-unit elementer dalam populasi tadi

ke dalam masing-masing kelompoknya. Proses pengelompokan

ini sendiri dinamakan proses pen-stratum-an. Hasil

proses ini kemudian disajikan dengan sistematis,

misalnya seperti berikut ini :

N =

10.000

S =

370

SD = Stratum

1 (n1) = 3000

SLTP = Stratum 2

(n2) = 2500

SLTA = Stratum 3

(n3) = 4000

PT =

Stratum 4 (n4) = 500 +

10000

Rumus distribusi sampel = n x S N

Dengan melihat distribusi stratum dalam populasi

di atas, maka distribusi jumlah sampel tadi menjadi sbb.

:

SD = Stratum 1 (n1) = 3000 ---- Jml sampel =

3000/10.000 x 370 = 111

SLTP = Stratum 2 (n2) = 2500 ---- Jml sampel =

2500/10.000 x 370 = 92

SLTA = Stratum 3 (n3) = 4000 ---- Jml sampel =

4000/10.000 x 370 = 148

PT = Stratum 4 (n4) = 500 + -- Jml sampel =

500/10.000 x 370 = 19 +

N 10000

n 370

Selanjutnya adalah praktik menggunakan monogram

Harry King. Monogram Harry King seperti tampak dalam

gambar berikut ini. Dari gambar monogram itu diketahui

bahwa monogram dimaksud diperuntukkan bagi penentuan

jumlah ukuran sampel dari suatu populasi berjumlah

maksimal sebanyak 2000 saja. Jadi tidak berlaku bagi

populasinya yang lebih dari 2000 tentunya.

Cara menentukannya yaitu kita harus menyesuaikan

tingkat kepercayaan yang seduai dengan keinginan kita.

Tingkat kepercayaan yang sesuai dengan keinginan kita

itu, menurut Harry King merentang dari tingkat

kepercayaan 0,3 -10. Artinya, tingkat kepercayaan sampel

yang akan diambil itu merentang dari 99,7 % hingga 90 %.

Jadi tingkat kesalahannya sampel hanya 0,3 hingga 10 %.

Dengan demikian peneliti bebas menentukan tingkat

kepercayaan sampel yang diinginkannya dalam skala Harry

King tentunya.

Untuk sekedar contoh, Harry King telah memberikan

contoh guna mempraktikkan monogramnya itu, Dari

contohnya Harry King menentuka dua contoh ukuran

populasi, yaitu populasi sebesar 800 dan 200.

Pada contoh ukuran populasi 800 Harry King

mencontohkan tingkat kesalahan 10 %. Dengan begitu

prosentase sampel yang diambil dari populasi menjadi

sebanyak sekitar 8 %. Ini berarti jumlah ukuran sampel

dengan tingkat kepercayaan 90 % ( atau kesalahan 10 %)

menjadi sebesar 8/100 x 800 = 64.

Mengenai contoh kedua, yaitu ukuran populasi 200,

tingkat kepercayaan yang ditentukan adalah 95 % atau

tingkat kesalahan 5 %. Dengan penetapan ini tampak

persentase populasi yang diambil sebagai sampel yaitu

sebesar 58 %, atau 58/100 x 200 = 116. Demikianlah

seterusnya tergantung pada pilihan kita dan itu dalam

prakteknya kita harus menggunakan bantuan alat penggaris

agar kurva yang dimunculkannya tampil secara jelas dan

presisi.

Demikianlah, sekedar mengingatkan kembali

menyangkut persoalan sampling. Untuk selanjutnya, kita

kembali pada topik utama perkuliahan ini, yaitu

mengikuti kelanjutan proses penelitian yang tercermin

dalam proposal penelitian yang dicontohkan sebagai kasus

dalam perkuliahan paruh kedua semester ini. Dalam

proposal penelitian itu sendiri, proses samplingnya

dijelaskan bahwa : Penelitian ini menggunakan metode

survai terhadap populasi penduduk. Populasi penduduk

yang menjadi populasi sasaran adalah penduduk pada

sampel area Kecamatan Pulau Seribu Selatan Kabupaten

Administratif Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta.

Area sampel kecamatan dimaksud mencakup Kelurahan Pulau

Tidung dengan populasi 4739 jiwa; Kelurahan Pulau Pari

dengan pupulasi 2727 jiwa dan Kelurahan Pulau Untung

Jawa dengan populasi 1894 jiwa. Total populasi yaitu

sebanyak 9360 jiwa.

Dengan mengacu pada standard tabel Krecjie (lihat

tabel ), dengan tingkat kesalahan sebesar 5 %, maka

populasi sebesar 9360 jiwa itu mencapai besaran sampel

sebanyak 383 (382 + 384 = 766/2 = 383. Sampling size ini

didistribusikan secara proportional di tiga area sampel.

Hasilnya secara rinci disajikan berikut ini :

1) Kelurahan Pulau Tidung n = 47394739/9360 x 383 = 194

2) Kelurahan Pulau Pari n =2727 2727/9360 x 383 = 112

3) Kelurahan Pulau Untung Jawa n = 1894 +1894/9360 x 393 = 77 +

N 9360 ....................... s = 383

Penentuan responden dilakukan dengan teknik simple

random sampling berdasarkan unit-unit elementer dalam

sampling frame yang dibuat menurut data KK yang

bersumber dari Data Kelurahan. Unit-unit elementer yang

terekam dalam sampling frame adalah data anggota dalam

KK yang berusia dewasa (17 tahun – 56 tahun).

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner

terstruktur yang sebelumnya telah melalui proses

pretest. Data yang terkumpul diedit secara manual dan

hasil editing dijadikan dasar untuk pengentrian

data/pengolahan secara digital. Digitalisasi dilakukan

melalui komputer yang menggunakan program SPSS. Hasil

pengentrian kemudian dijadikan dasar untuk pengolahan

data. Pengolahan data difokuskan pada data yang bersifat

central of tendency. Data disajikan dalam format grafik untuk

data dari variabel yang berskala nominal. Di luar data

yang berskala nominal, data disajikan dalam bentuk

tabel-tabel distribusi frekuensi dan tabel silang

(cross). Penyajian, analisis dan interpretasi data

dilakukan secara deskriptif.

ooo

Daftar Pustaka

Griffin, EM, 2003, A First Look At Communication Theory, Fifthedition, New York,Mc Graw Hill.

Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung,Affabeta, CV. , 2005.

Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat,Jakarta, LP3ES, 2009.

Hasyim Ali Imran, Pengantar Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta,Grasindo, 2014.