PENDEKATAN SCIENTIFIC
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of PENDEKATAN SCIENTIFIC
PENDEKATAN ILMIAH/ SCIENTIFIC
APPROACH
Disusun oleh :
Putri Damayantie 1301145080
Putri Sakinah 130114508
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk makalah
ini. Salawat dan salam selalu dihanturkan kepada sang
revolusioner nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Makalah ini berjudul “Pendekatan Ilmiah /
Scientifict approach”, penulis sadari masih banyak
kekurangan dari makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
yang diberikan dosen pengampu mata kuliah tersebut dan
sebagai ajang latihan untuk membuat makalah pada masa
datang. Penulis mengharapkan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya yang berhubungan dengan Pendekatan
Ilmiah / Scientific Approach.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
.......................................................
........................... i
DAFTAR
ISI ...................................................
............................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................
………….....................……….......... 1
1.2
Masalah ............................................
.............................................. 2
1.3 Tujuan .........…………………….
…............................……............... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Scientific (Pendekatan
Ilmiah) ..................................... 3
2.2 Tujuan Pendekatan Scientific dalam
Pembelajaran.……............... 3
2.3 Prinsip – Prinsip Pendekatan Scientific dalam
Pembelajaran ........ 4
2.4 Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan
Ilmiah) ........................ 5
2.5 Langkah – Langkah dalam Pembelajaran dengan
Pendekatan Scientific
..................................................
....................................... 6
2.6 Penerapan Pendekatan Scientific dalam
Pembelajaran................ 13
2.7 Teknik Penilaian dalam Pembelajaran dengan
Pendekatan
Scientific ..........................................
............................................. 15
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................
................................................
16
4.2 Saran .......................................
..................................................
.. 16
DAFTAR PUSTAKA ………............
………………………....................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika kita membahas tentang pendidikan, bisa
dikatakan kita sedang membahas permasalahan yang
sangat luas. Karena pendidikan merupakan salah satu
faktor yang menentukan kualitas suatu bangsa.
Berbagai masalah pendidikan yang terjadi di
Indonesia baik itu dari permasalahan peserta didik,
pendidik, manajemen pendidikan, proses belajar
mengajar, kurikulum, fasilitas pendidikan dan lain
sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi
dalam dunia pendidikan adalah lemahnya kualitas
proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik di
sekolah. Oleh karena itu perlu adanya rumusan dari
masalah-masalah tersebut yang dapat dijadikan
pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya.
Dalam proses pembelajaran terkadang peserta didik
hanya diarahkan untuk menghafal materi, sehingga
otak kanannya dipaksa untuk mengingat berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahaminya . Akibat
dari pada itu banyak peserta didik yang pintar
secara teoritis, akan tetapi mereka kurang
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari.
Oleh karena itu perlu disadari bahwa pendidik
perlu meningkatkan kemampuannya dalam memfasilitasi
peserta didik agar dapat terlatih untuk berpikir
secara logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini
memerlukan peningkatan keterampilan pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah.
Untuk itu Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
pendidikan saat ini menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude),
keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).
1.2 Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan scientific dan ?
2. Apa tujuan pendekatan scientific dalam pembelajaran
3. Apa sajakah prinsip – prinsip kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan scientific ?
4. Apa sajakah kriteria pendekatan scientific ?
5. Apa sajakah langkah-langkah dalam pembelajaran
dengan pendekatan scientific?
6. Bagaimana penerapan pendekatan scientific dalam
pembelajaran
7. Apa saja teknik penilaian dalam pembelajaran
dengan pendekatan scientific?
1.3 Tujuan
1. Memahami konsep pendekatan scientific dalam kurikulum
2013.
2. Mengetahui tujuan pendekatan scientific dalam
pembelajaran.
3. Memahami prinsip – prinsip kegiatan pembelajaran
dengan pendeatan scientific.
4. Mengetahui kriteria pendekatan scientific.
5. Mengetahui langkah – langkah dalam pembelajaran
dengan pendekatan scientific .
6. Mengetahui penerapan pendekatan scientific dalam
pembelajaran.
7. Mengetahui teknik penilaian dalam pembelajaran
dengan pendekatan scientific.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Scientific ( Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran
tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan
berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak
pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya
dengan metode.
Pendekatan Ilmiah / Scientific Approach merupakan
bagian dari pendekatan pedagogis yaitu suatu pedekatan
yang digunakan dalam pembelajaran dengan melandasi pada
penggunaan metode ilmiah dalam kegiatan belajar
mengajar.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan
scienitific akan menyentuh tiga ranah , yaitu :
1. Ranah sikap (afektif) menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.
2. Ranah keterampilan (psikomotor) menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan (kognitif) menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
apa.”
Dengan proses pembelajaran yang demikian maka
diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang
produktif , kreatif, inovatif, dan afektif melalui
penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
2.2 Tujuan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific
adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa
bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah
6. Untuk mengembangkan karakter siswa
2.3 Prinsip - Prinsip Pendekatan Scientific dalam
Pembelajaran
1. Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
2. Peserta didik belajar dari berbagai sumber
belajar;
3. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah;
4. Pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Pembelajaran terpadu;
6. Pembelajaran yang menekankan pada jawaban
divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;
7. Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan
keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan
memberi keteladanan (Ing Ngarso Sung Tulodo), membangun
kemauan (Ing Madyo Mangun Karso), dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(Tut Wuri Handayani);
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat;
12. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran;
13. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik; dan
14. Suasana belajar menyenangkan dan menantang.
2.4 Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan
pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran
scientific, yaitu:
a. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi
kriteria seperti berikut ini:
1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis
pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan
interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas
dari prasangka, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik
berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,
dan mengaplikasikan substansi atau materi
pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik
mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik
mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan
pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon substansi atau materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara
sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
2.5 Langkah – Langkah dalam Pembelajaran dengan
Pendekatan Scientific
Pembelajaran Scientific terdiri atas lima langkah,
yaitu Observing (Mengamati), Questioning (Menanya),
Associating (Menalar), Experimenting (Mencoba), Networking
( Membentuk Jejaring/ Mengomunikasikan).
a. Mengamati (Observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki
keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati
dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu
persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan
mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan
rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan
metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa
ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:
menentukan objek apa yang akan diobservasi,
membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup
objek yang akan diobservasi
menentukan secara jelas data-data apa yang perlu
diobservasi, baik primer maupun sekunder,
menentukan di mana tempat objek yang akan
diobservasi,
menentukan secara jelas bagaimana observasi akan
dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan
lancar,
dan menentukan cara dan melakukan pencatatan atas
hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan,
kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-
alat tulis lainnya.
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran
meniscayakan keterlibatan peserta didik secara
langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk
keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat
melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri.
Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi
berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti
dijelaskan berikut ini.
1) Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur
dalam rangka proses pembelajaran, fenomena
subjek, objek, atau situasi apa yang ingin
diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan
oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
2) Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang
tidak berstruktur dalam rangka proses
pembelajaran, tidak ditentukan secara baku
mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta
didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat
catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori
secara spontan atas subjek, objektif, atau
situasi yang diobservasi.
Prinsip - prinsip yang harus diperhatikan oleh
guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran
disajikan berikut ini.
1) Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada
objek yang diobservasi untuk kepentingan
pembelajaran.
2) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau
heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang
diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek,
objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit
kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi
dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya
menentukan dan menyepakati cara dan prosedur
pengamatan.
3) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang
hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta
bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi
Kompetensi yang dikembangkan pada langkah ini
yaitu untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari
informasi .
b. Menanya (Questioning)
Guru menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu
pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan
peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong
asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik.
Kegiatan Belajar :
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
yang bersifat hipotetik) .
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan
tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh
tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam
bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal.
1) Fungsi bertanya
- membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan
perhatian peserta didik tentang suatu tema atau
topik pembelajaran.
- mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk
aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari
dan untuk dirinya sendiri.
- mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari
solusinya.
- menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
- membangkitkan keterampilan peserta didik dalam
berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi
jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
- mendorong partisipasi peserta didik dalam
berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan
berpikir, dan menarik simpulan.
- membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi
dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya
kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial
dalam hidup berkelompok.
- membiasakan peserta didik berpikir spontan dan
cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang
tiba-tiba muncul.
- melatih kesantunan dalam berbicara dan
membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
2) Kriteria pertanyaan yang baik
- singkat dan jelas.
- menginspirasi jawaban.
- memiliki fokus
- bersifat probing atau divergen
- bersifat validatif atau penguatan
- member kesempatan peserta didik untuk berpikir
ulang
- merangsang peningkatan tuntutan kemampuan
kognitif
- merangsang proses interaksi
3) Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi
peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan
benar pula. Kualitas pertanyaan menggambarkan tingkatan
kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari
yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi.
Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat
c. Menalar (Associating)
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan
sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran
ilmiah.
Pada proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
dalam Kurikulum 2013 menggambarkan bahwa pendidik dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya
tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus
lebih aktif daripada guru. Aktivitas menalar dalam
konteks proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
banyak merujuk pada teori belajar asosiasi yakni
mengacu kepada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan
peristiwa – peristiwa kemudian menjadikannya penggalan
memori diotak.
Kegiatan belajar :
1. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
2. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari
solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir dalam menyimpulkan
d. Mencoba (Experimenting)
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata maka
peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Peserta didik harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar serta
mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba
dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan
belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
(1) menentukan tema atau topik sesuai dengan
kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
(2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan
yang tersedia dan harus disediakan;
(3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-
hasil eksperimen sebelumnya;
(4) melakukan dan mengamati percobaan;
(5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan
menyajikan data;
(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
(7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil
percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
(1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga
akan dilaksanakan murid
(2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan
(3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
(4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan
kegiatan murid
(5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan
dijadikan eksperimen
(6) Membagi kertas kerja kepada murid
(7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan
guru, dan
(8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan
secara klasikal.
Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.
e. Membentuk Jejaring (Networking) dan
Mengomunikasikan.
Jejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran
Kolaboratif, yang merupakan suatu filsafat personal,
lebih dari sekedar teknik pembelajaran di kelas – kelas
sekolah.
Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika
peserta didik diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka
akan bekerja sebaik-baiknya ketika bekerjasama atau
berkolaborasi dengan temannya.
Pada langkah ini, pendidik diharapkan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa
yang telah mereka pelajari. Hasil tersebut disampaikan
dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud, Nomor 81a
Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan ,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan ,
tertulis, atau media lainnya.
Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
2.5 Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat tiga kegiatan pokok,
yaitu:
1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran yang efektif agar siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Kegiatan penahuluan biasanya berisikan:
1. Apersepsi dan Motivasi.
2. Penyampaian Kompetensi dan dan Rencana Kegiatan
2) Kegiatan Inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan utama dalam proses
pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman
belajar ( learning experience) untuk proses pembentukan
pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu.
Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk
terkonstruksinya konsep, pengetahuan atau ketrampilan
oleh peserta didik dengan bantuan dari guru melalui
langkah-langkah kegiatan yang baku yaitu mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan ini ditujukan untuk validasi terhadap
konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh
siswa dan pengayaan materi pelajaran yang dikuasai
peserta didik.
Kegiatan penutup biasanya berisikan:
1. validasi/refleksi/simpulan bersama.
2. Penilaian proses bisa lisan atau tertulis.
3. Memberi umpan balik dan mengumpulkan hasil kerja
siswa sebagai bahan portofolio.
4. Tindaklanjut dengan memberikan arahan kegiatan
berikutnya dan tugas –tugas.
2.7 Teknik Penilaian dalam Pembelajaran dengan
Pendekatan Scientific
Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan
scientific meliputi :
Penilaian Proses, dilakukan melalui:
a. Observasi saat siswa bekerja kelompok,
b.Bekerja individu,
c.Berdiskusi,
d. Presentasi dengan menggunakan lembar
observasi kinerja.
Penilaian Produk, berupa Pemahaman Konsep, Prinsip,
Dan pengetahuan Dilakukan Dengan Tes Tertulis.
Penilaian Sikap, dilakukan melalui:
a.Observasi Saat Siswa Bekerja Kelompok,
b. Bekerja Individu,
c. Berdiskusi,
d. Saat Presentasi Dengan
e. Menggunakan Lembar Observasi Sikap.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran dengan pendekatan scientific merupakan
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan,
ketrampilan, dan lainnya melalui tahapan mengamati ,
menanya, menalar, mencoba, dan menbentuk jejaring untuk
semua mapel.
3.2 Saran
Agar dapat mengimplementasikan pendekatan scientific
dalam pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013,
tenaga kependidikan diharapkan dapat benar- benar
menguasai kurikulum 2013.
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat
beberapa kesalahan baik dari isi dan cara penulisan.
Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila
pembaca merasa kurang puas dengan hasil yang kami
sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan
agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan
makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena.
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.