PENDEKATAN SCIENTIFIC

26
PENDEKATAN ILMIAH/ SCIENTIFIC APPROACH Disusun oleh : Putri Damayantie 1301145080 Putri Sakinah 130114508 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2014

Transcript of PENDEKATAN SCIENTIFIC

PENDEKATAN ILMIAH/ SCIENTIFIC

APPROACH

Disusun oleh :

Putri Damayantie 1301145080

Putri Sakinah 130114508

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA 2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk makalah

ini. Salawat dan salam selalu dihanturkan kepada sang

revolusioner nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat

manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang

benderang seperti saat ini.

Makalah ini berjudul “Pendekatan Ilmiah /

Scientifict approach”, penulis sadari masih banyak

kekurangan dari makalah ini. Makalah ini dibuat untuk

memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran

yang diberikan dosen pengampu mata kuliah tersebut dan

sebagai ajang latihan untuk membuat makalah pada masa

datang. Penulis mengharapkan kritik yang bersifat

membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan

penyusunan makalah ini.

Harapan penulis, semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan

pembaca pada umumnya yang berhubungan dengan Pendekatan

Ilmiah / Scientific Approach.

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

.......................................................

........................... i

DAFTAR

ISI ...................................................

............................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................

………….....................……….......... 1

1.2

Masalah ............................................

.............................................. 2

1.3 Tujuan .........…………………….

…............................……............... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Scientific (Pendekatan

Ilmiah) ..................................... 3

2.2 Tujuan Pendekatan Scientific dalam

Pembelajaran.……............... 3

2.3 Prinsip – Prinsip Pendekatan Scientific dalam

Pembelajaran ........ 4

2.4 Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan

Ilmiah) ........................ 5

2.5 Langkah – Langkah dalam Pembelajaran dengan

Pendekatan Scientific

..................................................

....................................... 6

2.6 Penerapan Pendekatan Scientific dalam

Pembelajaran................ 13

2.7 Teknik Penilaian dalam Pembelajaran dengan

Pendekatan

Scientific ..........................................

............................................. 15

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..................................

................................................

16

4.2 Saran .......................................

..................................................

.. 16

DAFTAR PUSTAKA ………............

………………………....................... 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika kita membahas tentang pendidikan, bisa

dikatakan kita sedang membahas permasalahan yang

sangat luas. Karena pendidikan merupakan salah satu

faktor yang menentukan kualitas suatu bangsa.

Berbagai masalah pendidikan yang terjadi di

Indonesia baik itu dari permasalahan peserta didik,

pendidik, manajemen pendidikan, proses belajar

mengajar, kurikulum, fasilitas pendidikan dan lain

sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi

dalam dunia pendidikan adalah lemahnya kualitas

proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik di

sekolah. Oleh karena itu perlu adanya rumusan dari

masalah-masalah tersebut yang dapat dijadikan

pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya.

Dalam proses pembelajaran terkadang peserta didik

hanya diarahkan untuk menghafal materi, sehingga

otak kanannya dipaksa untuk mengingat berbagai

informasi tanpa dituntut untuk memahaminya . Akibat

dari pada itu banyak peserta didik yang pintar

secara teoritis, akan tetapi mereka kurang

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari.

Oleh karena itu perlu disadari bahwa pendidik

perlu meningkatkan kemampuannya dalam memfasilitasi

peserta didik agar dapat terlatih untuk berpikir

secara logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini

memerlukan peningkatan keterampilan pendidik dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan ilmiah.

Untuk itu Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

pendidikan saat ini menekankan pada dimensi

pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran

harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude),

keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).

1.2 Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan  pendekatan scientific dan ?

2. Apa tujuan pendekatan scientific dalam pembelajaran

3. Apa sajakah prinsip – prinsip kegiatan

pembelajaran dengan pendekatan scientific ?

4. Apa sajakah  kriteria pendekatan scientific ?

5. Apa sajakah langkah-langkah dalam pembelajaran

dengan pendekatan scientific?

6. Bagaimana penerapan pendekatan scientific dalam

pembelajaran

7. Apa saja teknik penilaian dalam pembelajaran

dengan pendekatan scientific?

1.3 Tujuan

1. Memahami konsep pendekatan scientific dalam kurikulum

2013.

2. Mengetahui tujuan pendekatan scientific dalam

pembelajaran.

3. Memahami prinsip – prinsip kegiatan pembelajaran

dengan pendeatan scientific.

4. Mengetahui kriteria pendekatan scientific.

5. Mengetahui langkah – langkah dalam pembelajaran

dengan pendekatan scientific .

6. Mengetahui penerapan pendekatan scientific dalam

pembelajaran.

7. Mengetahui teknik penilaian dalam pembelajaran

dengan pendekatan scientific.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Scientific ( Pendekatan Ilmiah)

Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran

tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan

berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak

pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya

dengan metode.

Pendekatan Ilmiah / Scientific Approach merupakan

bagian dari pendekatan pedagogis yaitu suatu pedekatan

yang digunakan dalam pembelajaran dengan melandasi pada

penggunaan metode ilmiah dalam kegiatan belajar

mengajar.

Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan

scienitific akan menyentuh tiga ranah , yaitu :

1. Ranah sikap (afektif) menggamit transformasi substansi

atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.

2. Ranah keterampilan (psikomotor) menggamit transformasi

substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu

bagaimana”.

3. Ranah pengetahuan (kognitif) menggamit transformasi

substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu

apa.”

Dengan proses pembelajaran yang demikian maka

diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang

produktif , kreatif, inovatif, dan afektif melalui

penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi.

2.2 Tujuan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran

Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific

adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan

suatu masalah secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa

bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide,

khususnya dalam menulis artikel ilmiah

6. Untuk mengembangkan karakter siswa

2.3 Prinsip - Prinsip Pendekatan Scientific dalam

Pembelajaran

1.      Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;

2.      Peserta didik belajar dari berbagai sumber

belajar;

3.      Proses pembelajaran menggunakan pendekatan

ilmiah;

4.      Pembelajaran berbasis kompetensi;

5.      Pembelajaran terpadu;

6.    Pembelajaran yang menekankan pada jawaban

divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;

7.      Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

8.      Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan

keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;

9.      Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar

sepanjang hayat;

10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan

memberi keteladanan (Ing Ngarso Sung Tulodo), membangun

kemauan (Ing Madyo Mangun Karso), dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

(Tut Wuri Handayani);

11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah,

dan di masyarakat;

12.    Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pembelajaran;

13.  Pengakuan atas perbedaan individual dan latar

belakang budaya peserta didik; dan

14.    Suasana belajar menyenangkan dan menantang.

2.4 Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)

Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan

pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran

scientific, yaitu:

a. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi

kriteria seperti berikut ini:

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis

pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika atau penalaran tertentu; bukan

sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau

dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan

interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas

dari prasangka, pemikiran subjektif, atau

penalaran yang menyimpang dari alur berpikir

logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik

berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,

dan mengaplikasikan substansi atau materi

pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik

mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,

kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari

substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik

mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan

pola berpikir yang rasional dan objektif dalam

merespon substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta

empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara

sederhana, jelas, dan menarik sistem

penyajiannya.

2.5 Langkah – Langkah dalam Pembelajaran dengan

Pendekatan Scientific

Pembelajaran Scientific terdiri atas lima langkah,

yaitu Observing (Mengamati), Questioning (Menanya),

Associating (Menalar), Experimenting (Mencoba), Networking

( Membentuk Jejaring/ Mengomunikasikan).

a. Mengamati (Observing)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki

keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek

secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan

mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati

dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu

persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga

relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan

mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan

rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses

pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan

metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa

ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan

dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:

menentukan objek apa yang akan diobservasi,

membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup

objek yang akan diobservasi

menentukan secara jelas data-data apa yang perlu

diobservasi, baik primer maupun sekunder,

menentukan di mana tempat objek yang akan

diobservasi,

menentukan secara jelas bagaimana observasi akan

dilakukan

untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan

lancar,

dan menentukan cara dan melakukan pencatatan atas

hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan,

kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-

alat tulis lainnya.

Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran

meniscayakan keterlibatan peserta didik secara

langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk

keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.

Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat

melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri.

Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi

berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti

dijelaskan berikut ini.

1) Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur

dalam rangka proses pembelajaran, fenomena

subjek, objek, atau situasi apa yang ingin

diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan

oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.

2) Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang

tidak berstruktur dalam rangka proses

pembelajaran, tidak ditentukan secara baku

mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta

didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat

catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori

secara spontan atas subjek, objektif, atau

situasi yang diobservasi.

Prinsip - prinsip yang harus diperhatikan oleh

guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran

disajikan berikut ini.

1) Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada

objek yang diobservasi untuk kepentingan

pembelajaran.

2) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau

heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang

diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek,

objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit

kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi

dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya

menentukan dan menyepakati cara dan prosedur

pengamatan.

3) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang

hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta

bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi

Kompetensi yang dikembangkan pada langkah ini

yaitu untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari

informasi .

b. Menanya (Questioning)

Guru menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan

dan mengembangkan sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu

pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya

belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan

peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong

asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar

yang baik.

Kegiatan Belajar :

Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati

(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan

yang bersifat hipotetik) .

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan

tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh

tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam

bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk

pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan

verbal.

1) Fungsi bertanya

- membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan

perhatian peserta didik tentang suatu tema atau

topik pembelajaran.

- mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk

aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari

dan untuk dirinya sendiri.

- mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik

sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari

solusinya.

- menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan

sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas

substansi pembelajaran yang diberikan.

- membangkitkan keterampilan peserta didik dalam

berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi

jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan

bahasa yang baik dan benar.

- mendorong partisipasi peserta didik dalam

berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan

berpikir, dan menarik simpulan.

- membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi

dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya

kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial

dalam hidup berkelompok.

- membiasakan peserta didik berpikir spontan dan

cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang

tiba-tiba muncul.

- melatih kesantunan dalam berbicara dan

membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

2) Kriteria pertanyaan yang baik

- singkat dan jelas.

- menginspirasi jawaban.

- memiliki fokus

- bersifat probing atau divergen

- bersifat validatif atau penguatan

- member kesempatan peserta didik untuk berpikir

ulang

- merangsang peningkatan tuntutan kemampuan

kognitif

- merangsang proses interaksi

3) Tingkatan Pertanyaan

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi

peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan

benar pula. Kualitas pertanyaan menggambarkan tingkatan

kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari

yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi.

Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk

mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis

yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang

hayat

c. Menalar (Associating)

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan

sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat

diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa

pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran

ilmiah.

Pada proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

dalam Kurikulum 2013 menggambarkan bahwa pendidik dan

peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya

tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus

lebih aktif daripada guru. Aktivitas menalar dalam

konteks proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

banyak merujuk pada teori belajar asosiasi yakni

mengacu kepada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan

peristiwa – peristiwa kemudian menjadikannya penggalan

memori diotak.

Kegiatan belajar :

1. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

2. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang

bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai

kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari

solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat

yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk

mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat

aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan

kemampuan berpikir dalam menyimpulkan

d. Mencoba (Experimenting)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata maka

peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,

terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

Peserta didik harus memiliki keterampilan proses untuk

mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar serta

mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah

untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba

dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan

belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:

(1) menentukan tema atau topik sesuai dengan

kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;

(2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan

yang tersedia dan harus disediakan;

(3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-

hasil eksperimen sebelumnya;

(4) melakukan dan mengamati percobaan;

(5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan

menyajikan data;

(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan

(7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil

percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:

(1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga

akan dilaksanakan murid

(2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang

dipergunakan

(3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu

(4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan

kegiatan murid

(5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan

dijadikan eksperimen

(6) Membagi kertas kerja kepada murid

(7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan

guru, dan

(8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan

mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan

secara klasikal.

Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk

mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai

pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui

berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan

belajar dan belajar sepanjang hayat.

e. Membentuk Jejaring (Networking) dan

Mengomunikasikan.

Jejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran

Kolaboratif, yang merupakan suatu filsafat personal,

lebih dari sekedar teknik pembelajaran di kelas – kelas

sekolah.

Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika

peserta didik diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka

akan bekerja sebaik-baiknya ketika bekerjasama atau

berkolaborasi dengan temannya.

Pada langkah ini, pendidik diharapkan memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa

yang telah mereka pelajari. Hasil tersebut disampaikan

dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar

peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud, Nomor 81a

Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan ,

kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan ,

tertulis, atau media lainnya.

Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan

berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan

singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan

berbahasa yang baik dan benar.

2.5 Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran terdapat tiga kegiatan pokok,

yaitu:

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan suasana

awal pembelajaran yang efektif agar siswa dapat

mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Kegiatan penahuluan biasanya berisikan:

1. Apersepsi dan Motivasi.

2. Penyampaian Kompetensi dan dan Rencana Kegiatan

2) Kegiatan Inti

Kegiatan ini merupakan kegiatan utama dalam proses

pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman

belajar ( learning experience) untuk proses pembentukan

pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang

dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu.

Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk

terkonstruksinya konsep, pengetahuan atau ketrampilan

oleh peserta didik dengan bantuan dari guru melalui

langkah-langkah kegiatan yang baku yaitu mengamati,

menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan ini ditujukan untuk validasi terhadap

konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh

siswa dan pengayaan materi pelajaran yang dikuasai

peserta didik.

Kegiatan penutup biasanya berisikan:

1. validasi/refleksi/simpulan bersama.

2. Penilaian proses bisa lisan atau tertulis.

3. Memberi umpan balik dan mengumpulkan hasil kerja

siswa sebagai bahan portofolio.

4. Tindaklanjut dengan memberikan arahan kegiatan

berikutnya dan tugas –tugas.

2.7 Teknik Penilaian dalam Pembelajaran dengan

Pendekatan Scientific

Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan

scientific meliputi :

Penilaian Proses, dilakukan melalui:

a. Observasi saat siswa bekerja kelompok,

b.Bekerja individu,

c.Berdiskusi,

d. Presentasi dengan menggunakan lembar

observasi kinerja.

Penilaian Produk, berupa Pemahaman Konsep, Prinsip,

Dan pengetahuan Dilakukan Dengan Tes Tertulis.

Penilaian Sikap, dilakukan melalui:

a.Observasi Saat Siswa Bekerja Kelompok,

b. Bekerja Individu,

c. Berdiskusi,

d. Saat Presentasi Dengan

e. Menggunakan Lembar Observasi Sikap.

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran dengan pendekatan scientific merupakan

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan,

ketrampilan, dan lainnya melalui tahapan mengamati ,

menanya, menalar, mencoba, dan menbentuk jejaring untuk

semua mapel.

3.2 Saran

Agar dapat mengimplementasikan pendekatan scientific

dalam pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013,

tenaga kependidikan diharapkan dapat benar- benar

menguasai kurikulum 2013.

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat

beberapa kesalahan baik dari isi dan cara penulisan.

Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila

pembaca merasa kurang puas dengan hasil yang kami

sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan

agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan

makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena.

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.