karakterisasi sifat kuantitatif itik kerinci - Repository Unja

45
KARAKTERISASI SIFAT KUANTITATIF ITIK KERINCI JANTAN DAN BETINA SAMPAI UMUR 4 BULAN SKRIPSI NADYA PUTRI E10017194 FAKULAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2021

Transcript of karakterisasi sifat kuantitatif itik kerinci - Repository Unja

KARAKTERISASI SIFAT KUANTITATIF ITIK KERINCI

JANTAN DAN BETINA SAMPAI UMUR 4 BULAN

SKRIPSI

NADYA PUTRI

E10017194

FAKULAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

KARAKTERISASI SIFAT KUANTITATIF ITIK KERINCI

JANTAN DAN BETINA SAMPAI UMUR 4 BULAN

Nadya Putri, di bawah bimbingan

Dr. Ir. Depison, M.P.1) dan Dr. Ir. Gushairiyanto, M.Si.2)

RINGKASAN

Itik Kerinci merupakan itik lokal yang berasal dari Kabupaten Kerinci,

Provinsi Jambi. Beberapa tahun belakangan ini populasi itik Kerinci mengalami

penurunan karena adanya pemasukan itik jenis lain seperti itik tegal, alabio dan

jenis itik lainnya. Untuk mempertahankan plasma nutfah itik Kerinci dan

sekaligus pengembangannya, maka perlu dilakukan karakterisasi kuantitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kuantitatif, bobot

badan, pertambahan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh itik Kerinci jantan dan

betina sampai umur 4 bulan. Materi pada penelitian ini adalah 126 ekor itik yang

terdiri dari 36 ekor itik Kerinci jantan dan 90 ekor itik Kerinci betina. Metode

yang digunakan adalah metode eksperimen atau pengamatan secara langsung.

Data yang dihimpun adalah bobot DOD, bobot badan, pertambahan bobot badan

dan ukuran-ukuran tubuh. Analisis Uji Beda Rata-rata (uji t) digunakan untuk

mengetahui perbedaan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh itik Kerinci jantan

dan betina. Hubungan dan keeratan hubungan antara bobot DOD dengan bobot

badan diuji menggunakan analisis regresi dan korelasi. Penciri ukuran dan penciri

bentuk tubuh pada itik Kerinci jantan dan betina dianalisis menggunakan Analisis

Komponen Utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bobot badan,

pertambahan bobot badan pada itik Kerinci jantan umur DOD-1 bulan, 1-2 bulan,

2-3 bulan dan 3-4 bulan secara berturut-turut adalah 342,61±14,46, 886,71±55,13,

414,81±53,20, 73,31±37,29 serta ukuran-ukuran tubuh itik Kerinci jantan berbeda

nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan itik Kerinci betina. Pertambahan

bobot badan umur 1-2 bulan berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan

DOD-1, 2-3, dan 3-4 bulan. Analisis regresi bobot DOD berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap bobot badan. Kesimpulan: bobot DOD, bobot badan,

pertambahan bobot badan, dan ukuran-ukuran tubuh itik Kerinci jantan lebih

tinggi dibandingkan itik betina. Secara parsial korelasi tertinggi antara bobot DOD

dengan bobot badan dicapai pada umur 1 bulan. Penciri ukuran tubuh pada itik

Kerinci jantan dan betina adalah lingkar dada. Persamaan bentuk tubuh itik jantan

adalah tinggi kepala sedangkan pada itik Kerinci betina adalah panjang tibia.

Kata Kunci : Itik Kerinci, jantan, betina, bobot badan, pertambahan bobot badan,

ukuran-ukuran tubuh.

Keterangan : 1. Pembimbing Utama

2. Pembimbing Pendamping

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“Karakterisasi Sifat K uantitati f It ik Kerinci Jantan dan Bet ina

Sampai Umur 4 Bulan ” adalah karya saya sendiri dan belum pernah

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini sesuai dengan kaidah

penulisan ilmiah yang berlaku.

Jambi, 03 Agustus 2021

Nadya Putri

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari

pasangan Bapak Oneta Netral dan Ibu Petri Yenti. Penulis

di lahirkan di Kampung Tengah 14 juli 1999. Penulis telah

menyelesaikan jenjang pendidikan dasar di SD Negri

039/XI Sungai Liuk pada tahun 2011, pendidikan

menengah pertama di SMPN 7 Sungai Penuh pada tahun

2014 dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 4

Sungai Penuh dalam program studi Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) pada tahun 2017.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas

Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2017 melalui jalur seleksi mandiri

masuk perguruan tinggi negri (SMMPTN) dan memilih minat nutrisi Ternak.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapang pada bulan September-Oktober 2020

di Desa Seleman Kecamatan Danau Kerinci Provinsi Jambi. Penulis mengikuti

Magang pengganti KKN pada 15 November 2019 sampai dengan 15 Januari 2020

di Desa Koto Majidin Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

i

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala Karunia dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tugas akhir (SKRIPSI) ini dengan judul “Karakter isas i s ifat kuant it at if it ik

ker inc i jant an dan bet ina sampai umu r 4 bu lan” . Penulis mengucapkan

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi,

yaitu:

1. Kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi bapak Oneta Netral dan ibuk

Petri Yenti. Terkhusus untuk Ibunda tercinta yang berperan penting dalam

hidup saya, yang memegang dua peran sekaligus yaitu ibu dan ayah untuk

anak-anaknya. Terimakasih telah menjadi wanita kuat membesarkan anak-

anak mu sampai menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sosok

perempuan yang tangguh dan menjadi sumber kekuatan bagi anak-anaknya.

2. Ayah sambung saya yang sangat saya sayangi Bapak Akamaluddin yang

selalu mensupport, memberi semangat, doa restu serta dorongan moril

maupun materil selama kuliah.

3. Dosen pembimbing skripsi saya Bapak Dr. Ir. Depison, M.P. dan Bapak Dr.

Ir. Gushairiyanto, M.Si. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam menyusun sikripsi ini.

4. Tim penguji skripsi saya Bapak Ir. Eko Wiyanto, M.Si, Ibu Ir. Silvia Erina,

M.P. dan Bapak Ir. Helmi Ediyanto, M.P. yang telah bersedia memberikan

waktunya sebagai penguji saya.

5. Pembimbing Akademik saya Ibuk Prof. Dr. Ir. Ucop Heroen, M.S. yang telah

membimbing saya selama kuliah di Fakultas Peternakan.

6. Bapak Ir. Helmi Ediyanto, M.P. sebagai pembimbing praktek kerja lapangan.

7. Dekan Fakultas Peternakan bapak Dr. Ir. Agus Budiansyah, M.S.

8. Ketua Prodi Fakultas Peternakan Bapak Dr. Ir. Endri Musnandar M.S.

9. Seluruh Dosen Peternakan yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliah.

10. Teruntuk abang kandung saya Haris Pratama terimakasih telah menjadi

tempat berkeluh kesah yang selalu memberikan support kepada saya.

ii

11. Nenek saya ibuk Megawati dan paman saya bapak Zalmadi yang selalu

menjadi penyemangat saya ketika dunia menghakimi. Terimakasih telah

menjadi panutan dalam hidup saya dan membuat saya menjadi manusia yang

kuat hingga saat ini.

12. Bapak Dr. Ir. Depison, M.P. dan Ibu Zurlisma S.E. terimakasih telah

mendidik, membimbing, meluangkan waktu serta memberi izin kepada saya

untuk melakukan bimbingan dirumah baik siang maupun malam hari.

13. Teruntuk kekasih hati Revo Maidi Tris Munandar terimakasih telah menjadi

penyemangat, tempat saya berkeluh kesah yang selalu memberikan support

dan nasehat kepada saya.

14. Teman-teman PJAO GRUP Atikoh, Gebby rizna, Ayu Lestari Rafita Silaban,

Elka Repianse Simamora, Wahyuni, Ade Nopianti Pane, Muhammad Abdu,

dan Riski Ananda. Terimakasih sudah menjadi teman semasa perkuliahan

hingga sekarang.

15. Teman-teman satu penelitian Kinanti Nabila Khanza, Bobby Supriawan dan

Bima Afdiatama, terimakasih atas semangat dan dukungannya.

16. Seluruh Tim Ayam Squad Wahyuni, Millisani Utama Idris, Fetty Febriana

Rahayu, Monita Sari, Muhammad Abdu, Redo Prawira, Rozal Nanda Putra

dan Ilham Wahyudi yang selalu menjadi pemicu semangat untuk berjuang

menggarap skripsi.

17. Kelas D 2017, terimakasih telah membersamai selama bangku perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini karena keterbatasan penulis. Saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan oleh penulis untuk penyempurnaan berikutnya. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah S.W.T

senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua Aamiin ya

Rabbal'aalamiin. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Jambi, 03 Agustus 2021

Nadya Putri

iii

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Tujuan......................................................................................... 4

1.3. Manfaat ....................................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5

2.1. Ternak Itik .................................................................................. 5

2.2. Karakterisasi Kuantitatif.............................................................. 6

2.2.1. Bobot Badan...................................................................... 6

2.2.2. Pertambahan Bobot Badan................................................ 7

2.2.3. Ukuran-Ukuran Tubuh ..................................................... 7

BAB III. MATERI DAN METODA ........................................................... 10

3.1. Tempat dan Waktu ...................................................................... 10

3.2. Materi dan Peralatan ................................................................... 10

3.3. Metode ........................................................................................ 10

3.4. Peubah yang Diamati .................................................................. 10

3.5. Analisis Data ............................................................................... 11

3.5.1. Uji t ................................................................................... 11

3.5.2. Analisis komponen utama.................................................. 12

3.5.3. Analisis regresi .................................................................. 13

3.5.4. Analisis korelasi ................................................................ 13

3.6. Batasan operasional..................................................................... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 15

4.1. Bobot Badan Itik Kerinci ............................................................ 15

4.2. Pertambahan Bobot Badan itik Kerinci ........................................ 16

4.3. Regresi dan Korelasi ................................................................... 18

iv

4.3.1. Regresi Bobot DOD dengan Bobot Badan ........................ 18

4.3.2. Korelasi Bobot DOD dengan Bobot Badan ........................ 19

4.4. Ukuran-Ukuran Tubuh ................................................................ 20

4.5. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Itik Kerinci ..................... 22

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 24

5.1. Kesimpuan .......................................................................... ....... 24

5.2. Saran ................................................................................... ....... 24

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ....... 25

LAMPIRAN ............................................................................................... 29

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rataan bobot badan itik Kerinci sampai umur 4 bulan ..................... 15

2. Pertambahan bobot badan itik Kerinci antara jantan betina .............. 16

3. Persamaan regresi bobot DOD dengan bobot badan itik Kerinci ...... 19

4. Persamaan korelasi bobot badan itik kerinci jantan dan betina ......... 19

5. Ukuran-ukuran tubuh itik Kerinci jantan dan betina ....................... 21

6. Persamaan ukuran-ukuran tubuh dan bentuk tubuh ......................... 22

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rataan bobot DOD, bobot badan itik Kerinci ...................................... 15

2. Rataan pertambahan bobot badan ......................................................... 17

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan penduduk yang

sangat banyak. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati sebagai sumber

plasma nutfah. Salah satu keanekaragaman yang dimiliki Indonesia adalah itik.

Potensi pengembangan ternak itik di Indonesia cukup besar karena itik dapat

menghasilkan daging dan telur yang dapat di konsumsi. Salah satu ternak itik

yang cukup potensial yaitu itik Kerinci.

Itik Kerinci merupakan itik lokal yang berasal dari Kabupaten Kerinci,

Provinsi Jambi yang telah lama di budidayakan masyarakat Kerinci secara turun

temurun. Itik Kerinci telah di akui sebagai plasma nutfah Indonesia, sesuai

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2834/Kpts/LB.430/8/2012. Ciri-ciri tubuh

itik Kerinci jantan tegak dengan sudut 70-80 derajat sedangkan tubuh itik Kerinci

betina condong ke depan dengan sudut 40-45 derajat. Warna bulu pada itik jantan

dominan putih bintik cokelat di bagian leher, dada dan punggung, ujung ekor

warna campuran cokelat dan biru kehitaman, sedangkan pada itik betina warna

dasar bulu putih, totol cokelat terang dari dada hingga ujung ekor dan sayap

berwarna gelap.

Beberapa tahun belakangan ini populasi itik Kerinci mengalami penurunan

karena adanya pemasukan itik jenis lain seperti itik tegal, alabio dan jenis itik

lainnya. Banyaknya jenis itik yang masuk mengakibatkan terganggunya populasi

itik Kerinci. Di samping itu, sistem pemeliharaan yang di lepas berpeluang besar

terjadinya persilangan. Adanya persilangan yang tidak terkontrol akan

mengganggu kemurnian itik Kerinci. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mempertahankan plasma nutfah itik Kerinci dan sekaligus pengembangannya,

maka perlu dilakukan karakterisasi.

Karakterisasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan

identifikasi, deskripsi kuantitatif dan kualitatif serta dokumentasi. Karakterisasi

merupakan salah satu langkah awal dalam pemulian ternak guna untuk

mengindentifikasi sifat-sifat yang bernilai ekonomis. Karakterisasi dapat di

lakukan dengan cara karakterisasi secara kuantitatif.

3

Karakteristik kuantitatif adalah karakteristik yang dapat di ukur tapi tidak

dapat di bedakan. Karakteristik kuantitatif meliputi bobot badan, pertambahan

bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh. Bobot badan merupakan salah satu

indikator karakteristik ternak yang bernilai ekonomis. Pertambahan bobot badan

adalah peningkatan bobot badan ternak yang bisa di lihat. Pertambahan bobot

badan merupakan selisih dari bobot akhir (panen) dengan bobot badan awal pada

kurun waktu tertentu (Fahrudin et al., 2016). Bobot awal di dapat dengan cara

penimbangan DOD sedangkan bobot akhir di dapat dari rata-rata bobot badan itik

pada saat panen. Pertambahan bobot badan diduga memiliki hubungan yang tinggi

terhadap pertumbuhan dimensi ukuran-ukuran tubuh ternak. Pergerakan kenaikan

bobot badan biasanya diikuti oleh peningkatan ukuran-ukuran tubuh (Putra et al.,

2014).

Bobot badan merupakan salah satu indikator karakteristik ternak yang

bernilai ekonomis. Pertambahan bobot badan merupakan selisih dari bobot akhir

(panen) dengan bobot badan awal pada kurun waktu tertentu (Fahrudin et al.

2016). Bobot awal di dapat dengan cara penimbangan DOD sedangkan bobot

akhir di dapat dari rata-rata bobot badan itik pada saat panen. Pertambahan bobot

badan diduga memiliki hubungan yang tinggi terhadap pertumbuhan dimensi

ukuran-ukuran tubuh ternak. Pergerakan kenaikan bobot badan biasanya diikuti

oleh peningkatan ukuran-ukuran tubuh (Putra et al., 2014).

Ukuran-ukuran tubuh merupakan gambaran dari kemampuan produktivitas

ternak. Ukuran-ukuran tubuh juga dapat di jadikan sebagai indikator pertumbuhan

tulang, di samping itu ukuran-ukuran tubuh mempunyai hubungan erat dengan

bobot badan (Musa et al., 2012). Ukuran-ukuran tubuh yang sering digunakan

untuk mengidentifikasi itik di antaranya adalah Panjang Paruh (PP), Lebar Paruh

(LP), Panjang Kepala (PK), Tinggi Kepala (TK), Panjang Leher (PL), panjang

punggung (Ppu), panjang tulang dada (PTD), Panjang Sayap (PSa), Panjang

femur (PF), Panjang tibia (Pti), panjang shank (PS), Lingkar Shank (LiS), panjang

jari ketiga (PJK), lingkar dada (LiD), Panjang Tubuh (PT), Lingkar Kepala (LiK),

Lingkar Leher (LiL) dan Lingkar Tibia (LiTi).

4

Hingga saat ini penelitian karakterisasi belum banyak di lakukan, atas

pertimbangan itu maka di lakukan penelitian tentang karakterisasi sifat kuantitatif

itik Kerinci jantan dan betina sampai umur 4 bulan.

1.2.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sifat

kuantitatif itik Kerinci jantan dan betina sampai umur 4 bulan..

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

karakteristik sifat kuantitatif itik Kerinci jantan dan betina sampai umur 4 bulan

untuk di jadikan dasar seleksi dalam rangka program pemuliabiakan itik Kerinci

di masa yang akan datang.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ternak Itik

Itik adalah jenis ungags air yang di budidayakan di Indonesia dengan

potensi besar penghasil daging dan telur (Yuniarinda et al., 2019). Menurut

pendapat Syaifudin et al. (2015) bahwa itik merupakan salah satu jenis unggas air

yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan karena itik merupakan

salah satu ternak yang memiliki daya adaptasi yang tinggi di daerah pedesaan.

Ternak itik merupakan salah satu jenis ternak unggas penghasil telur dan daging

yang potensial. Populasi ternak itik tersebar diseluruh pelosok Nusantara mulai

dari daerah perkotaan sampai pedesaan. Daging dan telur itik cukup digemari oleh

masyarakat Indonesia (Nova et all., 2016).

Pemeliharaan itik di Indonesia sudah di kenal dan dilakukan sejak dahulu,

terutama oleh masyarakat di pedesaan. Itik di jumpai hampir di seluruh wilayah

Indonesia, biasanya itik di pelihara di daerah dataran rendah, persawahsan yang

irigasinya cukup baik, di daerah aliran sungai dan daerah yang memiliki rawa-

rawa (Gunawan. 2001). Keunggulan itik lokal adalah kemampuan bertahan di

lingkungan yang buruk serta penyakit dibandingkan dengan ayam, juga dalam

memanfaatkan pakan dengan kualitas rendah, sehingga biaya pakan dapat

berkurang (Suhaemi et al., 2014). Pelaksanaan dan pengawasan diperoleh bahwa

pemeliharaan ternak itik petelur pada umumnya peternak telah menerapkan

fungsi-fungsi manajemen dalam aspek pemeliharaan ternak itik yang dilakukan

secara tradisonal (Mamarimbing et al., 2017 )

Amaludin et al. (2013) menyatakan pada umumnya di Indonesia, itik

dipelihara secara terkurung dan di gembalakan. Suswoyo et al. (2010) menyatakan

bobot badan itik dewasa pada sistem terkurung rata-rata sebesar 1,290 gram,

sedangkan pada sistem gembala rata-rata 1,153 gram. Perbedaan bobot badan

tersebut dimungkinkan karena pengaruh cara pemeliharaan, itik gembala

cenderung banyak beraktivitas dibandingkan terkurung. Perbedaan sistem

pemeliharaan dan lokasi ternyata berpengaruh terhadap produktivitas itik

Itik yang mengkonsumsi pakan yang tinggi cenderung menghasilkan telur

yang berat. Itik yang jarang bertelur telurnya lebih berat daripada itik yang sering

6

bertelur (Akbarillah et al., 2010). Telur itik merupakan salah satu komoditi usaha

peternakan yang saat ini meningkat permintaannya dalam bentuk telur asin seiring

dengan dijadikan Pulau Lombok sebagai daerah pariwisata dan telur asin

merupakan salah satu oleh-oleh yang paling digemari (Purnamasari et al., 2015)

Itik umumnya mulai bertelur pada umur 5-5,5 bulan dan grafik akan terus

meningkat hingga mencapai 6-7 bulan, lalu kembali menurun untuk memasuki

masa rontok bulu selama sekitar 2-3 bulan. Masa produksi fase 2 dimulai lagi

setelah rontok bulu (moulting) selesai, sampai 6-7 bulan berikutnya. Memasuki

usia ≥ 2 tahun, itik sudah mulai turun produksinya, sehingga pemeliharaan tidak

efektif lagi karena sudah memasuki fase afkir (Widyaningrum et al., 2014).

2.2. Karakteristik Kuantitatif

2.2.1. Bobot Badan

Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk

mengevaluasi performa dan produktivitas ternak (Arigan et al., 2015). Wahyudi et

al. (2017) semakin tinggi bobot hidup ternak maka bobot karkas yang di hasilkan

juga akan semakin tinggi. Bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas

ransum yang optimal, perbedaan zat-zat makanan yang terkandung pada ransum

berpengaruh pada pertambahan bobot badan yang dihasilkan (Handayani et al.,

2017).

Bobot itik lebih dipengaruhi oleh asupan nutrisi, genetik dan lingkungan

seperti suhu dan kepadatan kandang, sedangkan bobot tetas dipengaruhi oleh berat

telur (Syaifudin et al., 2015). Dalam usaha peternakan bobot hidup dan karkas

mempunyai arti penting dan belum adanya cara yang praktis dalam menentukan

bobot hidup dan bobot karkas ternak, maka salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah menggunakan ukuran vital yang meliputi lingkar dada, dan panjang badan

sebagai penduga bobot karkas seperti ternak sapi (Rokhidi et al., 2016).

Bobot badan unggas mulai meningkat pada umur 14 hari dan semakin

meningkat pada umur 28 hari dan 35 hari. Hal ini akibat dari meningkatnya kadar

hormone pertumbuhan pada umur 21 hari dan semakin meningkat pada umur 35

hari (Rahayuningtyas et al., 2014). Adanya keragaman ini memberi peluang untuk

dilakukan seleksi ke arah jenis itik dengan bobot badan yang tingi. Seleksi dapat

dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Seleksi secara langsung adalah

7

seleksi terhadap sifat pertumbuhan dan kualitas daging, sedangkan seleksi secara

tidak langsung adalah seleksi sifat berdasarkan penanda (Tamzil., 2018).

2.2.2. Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu faktor penting yang

dipertimbangkan dalam mengamati performa, adapun simpangan baku dan

koefisien keragaman pertambahan bobot badan umur 1-4 minggu (Habiburahman

et al., 2018). Pertambahan bobot badan ayam lokal di Jimmy’s Farm termasuk

kedalam pertambahan bobot badan yang cepat dikarenakan kebanyakan setiap

periode pemeliharaan ayam tidak sampai umur panen tetapi ayam lokal Jimmy’s

Farm ini dipanen sesuai dengan kebutuhan pasar yang berdampak pada batas

bobot panen atau bobot akhir (Fahrudin et al., 2016).

Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot

badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan

diketengahkan dengan pertumbuhan bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap

waktu lainnya (Meriana et al., 2016). Sihite et al. (2015) menyatakan pertambahan

bobot badan mingguan itik ketika beranjak dewasa semakin besar karena

pengaruh perubahan hormonal di dalam tubuh itik jantan. Sesuai pendapat

Meiriana et al. (2016) Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

genetik, pakan. dan lingkungan.

Menurut Singarimbun et al. (2013) ada pengaruh antara bobot hidup dengan

bobot karkas, karena bobot badan yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas

yang tinggi pula. Karkas akan bernilai ekonomis tinggi jika karkas tersebut

mempunyai kualitas karkas yang baik. Bobot potong dan pertambahan bobot

badan erat hubungannya dengan bobot karkas (Haroen et al., 2013). Pertambahan

bobot badan sangat berkaitan dengan pakan, dalam hal kuantitas , yang berkaitan

dengan konsumsi pakan apabila konsumsi pakan terganggu maka akan

mempengaruhi pertumbuhan (Uzer et al., 2013).

2.2.4. Ukuran-ukuran Tubuh

Morfometrik adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan

perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi

pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme. Istilah "Morfometrik"

8

mengacu pada analisis kuantitatif bentuk, sebuah konsep yang mencakup ukuran

dan bentuk, yang umumnya berguna dalam analisis fenotipik hewan ternak

(Salamena et al., 2007). Parameter morfometrik meliputi bobot badan, panjang

paruh, lebar paruh, panjang kepala, panjang leher, lingkar leher, lebar dada,

panjang dada, panjang tibia, lingkar tibia, lingkar shank, panjang shank, panjang

jari kaki ke-3 (Ogah, 2009; Yakubu, 2011).

Pengukuran morfometrik digunakan untuk mendapatkan ciri-ciri khusus dan

hubungan variasi dalam suatu taksonomi populasi hewan (ternak) (Sembiring et

al., 2012; Sulasmi et al., 2017). Menurut Sulasmi et al. (2017) karakterisasi sifat

kuantitatif (morfometrik) dapat dilakukan menggunakan metode sederhana yaitu

melalui pengukuran permukaan tubuh. Peubah-peubah ukuran tubuh yang

memberikan pengaruh yang kuat dalam membedakan antar jenis itik adalah

panjang femur, panjang tibia, panjang shank, lingkar shank, panjang sayap,

panjang maxilla dan panjang jari ketiga, panjang tibia dan panjang sayap.

Pendugaan tersebut didasari dari tingginya nilai kanonikal dari peubah panjang

femur,panjang tibia, panjang shank, lingkar shank, panjang sayap, panjang

maxilla dan panjang jariketiga (Sitanggang et al., 2016).

Perbandingan fenotipik berdasarkan ukuran tubuh dapat memberikan

petunjuk perbedaan genetik diantara populasi dengan kriteria tertentu (Yakubu et

al., 2011). Fatmarischa et al. (2013) menyatakan bahwa pengukuran tubuh ternak

jantan lebih tinggi di banding ternak betina. Ukuran tubuh mempunyai kaitan erat

atau berkorelasi positif dengan produktivitas terutama sifat bobot badan itik.

Semakin besar ukuran tubuh maka bobot badan itik akan semakin tinggi pula

(Prasetyo et al., 2002; Rajab et al., 2012). Pengukuran tubuh pada ternak jantan

umumnya terdapat perbedaan di semua variabel pengukuran kecuali lebar paruh

(Yakubu et al., 2011).

Lebar dada dan panjang shank diduga kurang dapat digunakan sebagai

peubah pembeda rumpun ayam (Mariandayani et al., 2013). Parameter

morfometrik meliputi bobot badan, panjang paruh, lebar paruh, panjang kepala,

panjang leher, Lingkar leher, lebar dada, panjang femur, panjang shank, lingkar

shank, panjang jari kaki ke-3 (Putra et al., 2016). Morfometrik itik dapat

dibedakan atas sifat kualitatif maupun sifat kuantitatif. Sifat kuantitatif umumnya

9

dipengaruhi oleh faktor genetik dan factor lingkungan, serta umumnya

mempunyai kaitan erat dengan sifat ekonomis seekor ternak seperti produktivitas

dan reproduktivitasnya. Sifat kuantitatif itik yang diukur diantaranya adalah

karakteristik ukuran tubuh, bobot badan (Rajab et al., 2012).

Yakubu (2013) melaporkan bahwa variasi fenotipik yang tinggi

diindikasikan karena tingginya variasi genetik berdasarkan respon seleksi.

Keragaman genetik terjadi tidak hanya antar bangsa tetapi juga di dalam satu

bangsa yang sama, antar populasi maupun di dalam populasi, atau di antara

individu dalam populasi.. Pada spesies domestik suatu identifikasi tingkat

keragaman, terutama pada lokus-lokus yang mempunyai sifat bernilai penting

mempunyai keterkaitan dengan seleksi dalam program pemuliaan (Zein et al.,

2012).

10

BAB III

MATERI METODA

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Seleman Kabupaten Kerinci Provinsi

Jambi yang dilaksanakan selama 4 bulan. Dimulai dari tanggal 10 Desember 2020

sampai dengan 04 April 2021.

3.2. Materi

Materi pada penelitian ini adalah sebanyak 126 ekor itik Kerinci, dimana

terdiri dari 36 ekor itik jantan dan 90 ekor betina. Peralatan yang digunakan

adalah alat tulis, jangka sorong digital, timbangan digital kapasitas 5 kg, kamera

digital, pita ukur, tempat pakan, tempat minum, vaksin, obat-obatan dan pakan

komersil.

3.3. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

(pengamatan langsung) terhadap bobot DOD, bobot badan, pertambahan bobot

badan dan ukuran-ukuran tubuh itik Kerinci jantan dan betina. Sistem

pemeliharaan itik didalam kandang dengan pemberian pakan dan minum secara

terus-menerus (ad libitum). DOD yang baru menetas ditimbang setelah bulu

kering dan diberi tanda menggunakan kertas label pada bagian kaki. Pengukuran

bobot badan dan pengukuran ukuran-ukuran tubuh dilakukan setiap bulan.

3.3. Paubah Yang Diamati.

Peubah yang diamati adalah meliputi; Bobot Badan (BB), Panjang Paruh

(PP), Lebar Paruh (LP), Panjang Kepala (PK), Tinggi Kepala (TK), Panjang

Leher (PL), panjang punggung (Ppu), panjang tulang dada (PTD), Panjang Sayap

(PSa), Panjang femur (PF), Panjang tibia (Pti), panjang shank (PS), Lingkar

Shank (LiS), panjang jari ketiga (PJK), lingkar dada (LiD), Panjang Tubuh (PT),

Lingkar Kepala (LiK), Lingkar Leher (LiL) dan Lingkar Tibia (LiTi).

11

3.4. Analisis Data

3.4.1. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan bobot badan itik Kerinci dari

umur DOD, 1, 2, 3, 4 bulan, pertambahan bobot badan umur DOD-1, 1-2, 2-3, dan

3-4 bulan antara itik jantan dan betina. Model persamaan matematika yang

digunakan menurut Gaspersz (2006):

t =X̅1 − X̅2

√∑(XJ1 −X̅1)

2

n1(n1 − 1) +∑(XJ2 −X̅2)

2

n2(n2 − 1)

Keterangan :

t = nilai t hitung

X̅i = rataan sampel pada kelompok pertama,

X̅2 = rataan sampel pada kelompok kedua,

Xj1 = nilai pengamatan ke-J pada kelompok pertama

Xj2 = nilai pengamatan ke-J pada kelompok kedua

n1 = jumlah sampel pada kelompok pertama, dan

n2 = jumlah sampel pada kelompok kedua.

Kaidah Keputusan :

Terima Ho bila t-hitung ≤ t tabel

Terima H1 bila t-hitung ≥ t tabel

Vektor nilai rata-rata ukuran-ukuran tubuh ternak itik Kerinci jantan dan

betina meliputi, Panjang Paruh (PP), Lebar Paruh (LP), Panjang Kepala (PK), Tinggi

Kepala (TK), Lingkar Kepala (LK), Panjang Leher (PL), Lingkar Leher (LL),

Panjang Tubuh (PTu), Tinggi Tubuh (TTu), Panjang Sayap (PS), Panjang Dada

(PD), Lebar Dada (LD), Lingkar Tibia-Tarsus (LTi), Panjang Tibia-Tarsus (PTi),

Panjang Shank (PS), Lingkar Shank (LS), Panjang Jari Ketiga (PJK), Jarak Tulang

Pubis (JTP), di analisis menggunakan menggunakan uji statistik T2-Hotelling

Gaspersz (2006) dengan rumus sebagai berikut :

T2 =n1n2

n1+n2(X̅1¯¯X̅2)SG−1(X̅1¯¯X̅2)

Selanjutnya:

F =n1 + n2−p−1

(n1 + n2 − 2)pT²

12

Akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 - p – 1

Keterangan:

T 2 = nilai statistik T2-Hotelling

F = nilai hitung untuk T2-Hotelling

n1 = jumlah data pengamatan pada kelompok ternak pertama

n2 = jumlah data pengamatan pada kelompok ternak kedua

X1 = vektor nilai rata-rata variabel acak pada kelompok ternak pertama

X2 = vektor nilai rata-rata variabel acak pada kelompok ternak kedua

SG-1 = invers matriks peragam gabungan (invers dari matriks SG)

P = banyaknya variabel ukur

Dua kelompok dinyatakan sama bila T2

T≤ (n1+n2−2)p

n1+n2−p−1Fα: v1, v2. dan

Dinyatakan beda bila T2

T ≥ (n1+n2−2)p

n1+n2−p−1Fα: v1, v2.

Bila uji T2-Hotelling menunjukkan hasil nyata (P<0,05), maka pengolahan

data pada setiap kelompok ternak dilanjutkan dengan Analisis Komponen Utama

(AKU).

3.4.2. Analisis Komponen Utama

AKU adalah teknik statistik yang digunakan pada sekumpulan data yang

saling berkorelasi. Tujuannya ialah untuk menemukan sejumlah variabel yang

koheren dalam subkelompok, yang secara relatif independen terhadap yang lain.

Perbedaan ukuran dan bentuk tubuh yang diamati dianalisis menggunakan

Analisis Komponen Utama (AKU). Udeh et al. (2011) menyatakan bahwa angka

yang lebih tinggi pada analisis komponen utama dapat digunakan sebagi

acuan/standar utama pembeda. Persamaan ukuran dan bentuk diturunkan dari

matriks kovarian. Model matematika yang digunakan untuk analisis ini (Gaspersz,

2006) sebagai berikut:

Yj = 𝐚1jX1+𝐚2jX2+𝐚3jX3+……+𝐚7jX

Keterangan :

Yj = komponen utama ke-j ( j = 1, 2; 1 = ukuran, 2 = bentuk )

X1,2,3… = peubah ke 1,2,3….7

13

aij,2j,3j,.. = vektor eigen variable ke-i (1,2,3,….7) dan Komponen utama ke j

3.5.4. Analisis Regresi

Analisis Regresi merupakan analisis untuk melihat hubungan antara dua

atau lebih variable yaitu bobot DOD dengan bobot badan umur 1, 2, 3, dan 4

bulan. Analisis. Model Regresi menurut Gaspersz (1992).

Y1 = b0+b1x

Keterangan:

Y = bobot badan

b0 = Konstanta

b1 = Koefisien regresi dari bobot DOD.

X = Bobot DOD

3.5.5. Analisis korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara bobot

DOD dengan bobot badan umur 1, 2, 3, dan 4 bulan dihitung berdasarkan rumus

menurut Gaspersz, (1992) sebagai berikut :

r =n ∑ xiyi − (∑ xi)(∑ yi)

√{n ∑ x12 − (∑ xi)2}{n ∑ y2

1 − (∑ yi)2}

Keterangan:

r = Bobot DOD

y = Bobot badan 1, 2, 3, dan 4 bulan.

3.5.6. Batas Operasional

Batasan operasional yang akan diamati menurut Fatmarischa et al. (2013)

meliputi:

1. Bobot badan (BB) besarnya bobot badan itik yang di timbang menggunakan

timbangan digital (g)

2. Panjang Paruh (PP) jarak antara pangkal maxilla sampai ujung maxilla, yang

diukur dengan jangka sorong digital (cm).

3. Lebar Paruh (LP) diukur dari pinggir paruh bagian luar sebelah kiri dan

kanan, dengan menggunakan jangka sorong digital (cm).

4. Panjang Kepala (PK) diukur dari pangkal paruh hingga kepala bagian

belakang, menggunakan jangka sorong digital (cm).

14

5. Tinggi Kepala (TK) diukur pada bagian kepala yang paling tinggi dengan

menggunakan jangka sorong digital (cm).

6. Lingkar Kepala (LK) diukur pada bagian kepala yang paling tinggi dengan

menggunakan pita ukur (cm).

7. Panjang Leher (PL) diukur dari tulang first cervical vetebrae sampai

dengan last cervical vetebrae menggunakan jangka sorong digital (cm).

8. Lingkar Leher (LL) diukur pada bagian leher dengan menggunakan pita ukur

(cm).

9. Panjang Tubuh (Ptu) di ukur dari ujung paruh sampai pangkal ekor

menggunakan pita ukur (cm).

10. Tinggi Tubuh (Ttu) di ukur dari bagian bawah itik berpijak sampai bagian

atas kepala menggunakan tongkat ukur (cm).

11. Panjang Sayap (PS) jarak antara pangkal tulang humerus sampai tulang

phalangens di ukur dengan menggunakan pita ukur (cm).

12. Panjang Dada (PD) diukur sepanjang tulang sternum dengan pita ukur (cm).

13. Lebar Dada (LD), diukur pada bagian dada yang paling lebar dengan

menggunakan jangka sorong digital (cm).

14. Lingkar Tibia (LTi), diukur pada bagian tibia dengan menggunakan pita ukur

(cm).

15. Panjang Tibia (PTi), diukur dari patella sampai ujung tibia diukur dengan

menggunakan jangka sorong digital (cm).

16. Panjang Shank (PS), diukur sepanjang tulang tarsometatarsus (shank)

menggunakan jangka sorong digital (cm).

17. Lingkar Shank (LS), diukur pada bagian shank dengan menggunakan pita ukur

(cm).

18. Panjang Jari Ketiga (PJK), diukur dari pangkal sampai ujung jari ketiga di

ukur menggunakan jangka sorong digital (cm).

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Bobot Badan Badan Itik Kerinci

Rataan bobot badan dan pertambahan bobot badan itik Kerinci sampai umur

4 bulan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan bobot badan itik kerinci sampai dengan umur 4 bulan.

Parameter Jantan Betina

BB DOD 54,28 ± 4,07a 44,77 ± 3,95b

BB 1 bulan 396,89 ± 18,31a 340,64 ± 32,41b

BB 2 bulan 1283,59 ± 70,61a 1037,73± 41,09b

BB 3 bulan 1698,41 ± 66,99a 1443,95± 64,20b

BB 4 bulan 1771,71 ± 51,23a 1545,44± 50,71b

Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 1. Rataan bobot DOD dan bobot badan itik Kerinci

Berdasarkan tabel 1. rataan bobot badan itik Kerinci jantan umur DOD, 1

bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan secara berurutan yaitu 54,28 ± 4,07 g, 396,89

± 18,31 g, 1283,59 ± 70,61 g, 1698,41 ± 66,99 g dan 1771,71 ± 51,23 g. Hasil

penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Yusinta et al. (2017)

yang menyatakan bahwa bobot DOD jantan adalah 42,39 g. Putra et al. (2015)

yang menyatakan bahwa bobot badan itik jantan pada umur 2 bulan sebesar

1122,58 g dan pada umur 3 bulan sebesar 1496,70 g. Penelitian Syaifudin et al.

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1000.00

1200.00

1400.00

1600.00

1800.00

2000.00

DOD 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan

Rataan bobot DOD, bobot badan itik Kerinci

Jantan

Betina

16

(2015) meyatakan bahwa bobot badan itik albino jantan pada umur 2 bulan adalah

1292,43. Daud et al. (2020) menyatakan bahwa pada umur 4 bulan bobot badan

itik lokal jantan adalah 1680,2 g.

Rataan bobot badan itik Kerinci betina pada penelitian ini mulai dari umur

DOD, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan secara berurutan yaitu 44,77 ± 3,95

g, 340,64 ± 32,41 g, 1037,73± 41,09g, 1443,95± 64,20 g dan 1545,44± 50,71 g.

Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Rukmiasih et al.

(2015) menyatakan bahwa bobot badan pada umur DOD adalah 43,4 g.

Matitaputty et al. (2018) menyatakan bahwa bobot badan itik betina pada umur 1

bulan adalah 245,33 g. Artinya itik Kerinci jantan dan betina pada penelitian ini

lebih baik dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya baik dari umur

DOD, 1,2,3, dan 4 bulan.

Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa rataan bobot badan itik Kerinci

jantan umur DOD, 1, 2, 3, dan 4 bulan itik jantan berbeda nyata (P < 0,05) lebih

tinggi dibandingkan rataan bobot badan itik Kerinci betina. Hal ini diduga karena

adanya perbedaan jenis kelamin dan hormon. Hal ini sesuai dengan pendapat Sari

et al. (2012) yang menyatakan terjadinya perbedaan pertumbuhan antara itik

jantan dan betina disebabkan oleh pengaruh hormon androgen.

4.2. Pertambahan Bobot Badan itik Kerinci

Pertambahan bobot badan itik Kerinci mulai umur DOC-1 bulan, 1-2 bulan,

2-3 bulan, 3-4 bulan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Pertambahan Bobot Badan itik Kerinci antara jantan dan betina

Itik DOD-1Bulan 1-2Bulan 2-3Bulan 3-4 bulan

Jantan 34 2,61±14,46cA 886,71±55,13aA 414,81±53,20bA 73,31±37,29dA

Betina 295,88 ±28,75dB 697,08±21,92cB 406,22±48,47bB 101,49±43,77aB

Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P < 0,05). Superskrip huruf besar pada kolom yang sama berbeda nyata (P < 0,05).

17

Gambar 2. Rataan pertambahan bobot badan

Berdasarkan tabel 2. pertambahan bobot badan pada itik Kerinci jantan

umur DOD-1 bulan, 1-2 bulan, 2-3 bulan dan 3-4 bulan secara berturut-turut

adalah 342,61±14,46, 886,71±55,13, 414,81±53,20 dan 73,31±37,29.

Pertambahan bobot badan itik Kerinci betina umur DOD-1 bulan, 1-2 bulan, 2-3

bulan dan 3-4 bulan secara berturur-turut adalah 295,88±28,75, 697,08±21,92,

406,22±48,47, dan 101,49±43,77.

Pertambahan bobot badan itik Kerinci jantan dan betina umur DOD-1 bulan

pada hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian Yusinta et al. (2017)

yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan itik jantan pada umur 0-1

bulan adalah 328,6 g sedangkan pada itik betina adalah 286,63 g. Pertambahan

bobot badan itik Kerinci jantan dan betina umur 1-2 bulan pada hasil penelitian ini

lebih tinggi dibandingkan penelitian Rukmiasih et al. (2015) yang menyatakan

bahwa rataan pertambahan bobot badan itik jantan pada umur 1-2 bulan adalah

740,8 g dan 661,6 pada itik betina. Pertambahan bobot badan itik Kerinci jantan

dan betina umur 2-3 bulan pada hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan

dengan penelitian Putra et al. (2015) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot

badan itik jantan umur 2-3 bulan adalah 374,12 g, sedangkan pada itik betina

adalah 261,33 g.

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

900.00

doc- 1 bulan 1-2 bulan 2-3 bulan 3-4 bulan

Pertambahan Bobot Badan itik Kerinci

jantan

betina

18

Puncak pertambahan bobot badan tertinggi pada penelitian ini dicapai pada

umur 1-2 bulan, hal ini sesuai dengan pendapat Rukmiasih et al. (2015) yang

menyatakan bahwa puncak rataan pertambahan bobot badan itik tertinggi dicapai

pada umur 1-2 bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Urfa et al. (2017) yang

menyatakan pertumbuhan bobot badan akan cepat dan mencapai suatu bobot yang

spesifik pada umur muda.

Hasil uji beda rata-rata menunjukkan pertambahan bobot badan umur 1-2

bulan berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan pertambahan

bobot badan umur DOD-1, 2-3 dan 3-4 bulan. Rataan pertambahan bobot badan

umur 2-3 bulan berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi pertambahan bobot badan

umur DOD-1 dan 3-4 bulan. Rataan pertambahan bobot badan umur DOD-1 bulan

berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi pertambahan bobot badan umur 3-4 bulan.

Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan itik

kerinci jantan umur DOD-1 bulan, 1-2 bulan, 2-3 bulan dan 3-4 bulan berbeda

nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan pertambahan bobot badan itik

Kerinci betina. Perbedaan hasil yang diperoleh tersebut diduga adanya perbedaan

hormon pertumbuhan. Hal ini sesuain dengan pendapat Setiyono (2017) yang

menyatakan bahwa pertumbuhan yang lebih baik dan cepat terjadi pada ternak

jantan, dimana ternak jantan memiliki suatu hormon yang berupa hormone

pertumbuhan, dan hormone ini hanya dimiliki oleh ternak jantan. Menurut Pagala

et al. (2019) yang menyatakan bahwa pada ternak jantan terdapat gen hormon

pertumbuhan yang berfungsi mengendalikan sifat produksi lebih tinggi

dibandingkan ternak betina.

4.3. Regresi dan korelasi

4.3.1. Regresi Bobot DOD dengan Bobot Badan

Hasil regresi bobot DOD dengan bobot badan itik disajikan pada tabel 3

dapat dilihat pada tabel dibawah:

19

Tabel 3. Persamaan regresi bobot DOD dengan bobot badan itik Kerinci

Uraian Variabel Persamaan

Jantan Dod- BB 1 bulan Y = 162,4 + 4,320 X

Dod- BB 2 bulan Y = 422,7 + 15,86 X

Dod – BB 3 bulan Y = 951,0 + 13,77 X

Dod- BB 4 bulan Y = 1268,3 + 9,28 X

Betina Dod- BB 1 bulan Y = -3,0 + 7,677 X

Dod- BB 2 bulan Y = 633,8 + 9,023 X

Dod- BB 3 bulan Y = 855,1 + 13,15 X

Dod- BB 4 bulan Y = 1189,1 + 7,96 X Keterangan : DOD = Day Old Duck, BB = Bobot Badan, Y = Bobot Badan, X = Bobot DOD

Hasil analisis regresi menunjukan bahwa bobot DOD berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap bobot badan umur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.

Persamaan regresi DOD dengan bobot badan itik Kerinci jantan diatas

menggambarkan bahwa setiap kenaikan 1g bobot DOD akan berdampak pada

kenaikan bobot badan umur 1, 2, 3, dan 4 bulan secara berurutan sebesar 4,320,

15,86, 13,77, dan 9,28. Persamaan regresi DOD dengan bobot badan itik Kerinci

betina diatas menggambarkan bahwa setiap kenaikan 1g bobot DOD akan

berdampak pada kenaikan bobot badan umur 1, 2, 3, dan 4 bulan secara berurutan

sebesar 7,677, 9,023, 13,15, dan 7,96. Selain bobot DOD, beberapa faktor lain

yang dapat mempengaruhi bobot badan umur 1, 2, 3, dan 4 bulan adalah pakan

dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purba et al. (2011) menyatakan

bahwa selama fase pertumbuhan, itik umumnya membutuhkan pakan yang relatif

banyak serta berkualitas agar dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna.

4.3.2. Korelasi Bobot DOD Dengan Bobot Badan

Hasil korelasi bobot DOD dengan bobot badan itik disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Persamaan Korelasi bobot badan itik Kerinci jantan dan berina

Uraian Vaiabel Jantan Betina

r r2 r r2

Itik

kerinci

DOD- BB 1 bulan 0,959 0,920 0,935 0,874

DOD- BB 2 bulan 0,913 0,834 0,867 0,752

DOD- BB 3 bulan 0,836 0,699 0,809 0,654

DOD- BB 4 bulan 0,736 0,542 0,620 0,384 Keterangan : r = Korelasi, r2 = Determinasi, BB = Bobot Badan, DOD = Day Old Duck

20

Berdasarkan tabel 4. nilai korelasi antara bobot DOD- 1 bulan, bobot DOD-

2 bulan, bobot DOD-3 bulan, dan DOD-4 bulan itik Kerinci jantan berturut-turut

adalah 0,920, 0,834, 0,699, dan 0,542. Pada itik Kerinci betina berturut-turut

adalah 0,874, 0,752, 0,654, dan 0,384. Sesuai dengan pendapat Wardono et al.

(2014) yang menyatakan bahwa nilai korelasi positif tinggi (80-1.00) diperoleh

antara hubungan berat DOD dan berat badan saat umur 4, 6 dan 8 minggu. Nilai

determinasi (r2) bobot DOD dengan bobot badan pada jantan dan betina berturut-

turut adalah 0,927 dan 0,880. Nilai determinasi ini menunjukan bahwa 92,7 %

bobot DOD itik jantan mempengaruhi keragaman bobot badan dan 7,3 % sisanya

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak teramati dan 88,0 % bobot DOD betina

mempengaruhi keragaman bobot badan sedangkan 12,0 % sisanya dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak teramati. Hasil di atas menunjukan bahwa terdapat

hubungan korelasi positif antara bobot DOD dengan bobot badan.

Berdasarkan hasil diatas maka korelasi yang terjadi antara bobot DOD

dengan bobot badan adalah hubungan yang berbanding lurus yang berarti semakin

besar bobot DOD maka bobot badan semakin besar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Pamungkas et al. (2013) yang menyatakan bahwa bobot badan dapat

dipengaruhi oleh bobot DOD, semakin tinggi bobot DOD akan semakin tinggi

bobot badan yang dihasilkan dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

4.4. Ukuran-Ukuran Tubuh

Uji T2-hotteling adalah uji yang digunakan untuk melihat perbedaan

ukuran-ukuran tubuh antar jenis kelamin itik Kerinci jantan dan betina. Hasil

analisis uji T2-Hotteling itik Kerinci jantan dan betina memiliki nilai statistik

sebesar 10169,36 nilai F sebesar 496,0663 dan nilai P yaitu 0,01. Perbedaan

ukuran tubuh ternak itik jantan dan betina diduga disebabkan oleh adanya

perbedaan genetik. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2008) yang menyatakan

bahwa perbedaan ukuran tubuh ternak disebabkan oleh asal usul ternak, dalam hal

ini termasuk pengaruh genetik dan interaksi genetik nya.

21

Hasil uji beda rata-rata ukuran-ukuran tubuh dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Ukuran-ukuran tubuh itik Kerinci jantan dan betina

Ukuran Tubuh Itik jantan Itik betina

PP (mm) 66,73±1,71a 58,95±2,24b

LP (mm) 28,20±1,37a 23,94±1,32 b

PK (mm) 62,31±1,39a 57,22±2,00 b

TK (mm) 47,33±1,43a 42,08±2,51 b

PL (mm) 137,15±1,61 a 126,99±2,79 b

PPu (mm) 239,50±7,30a 225,69±2,36 b

PTD (mm) 143,36±0,99 a 136,36±2,13 b

PSa (mm) 268,98±4,72 a 249,17±6,87 b

PF (mm) 74,60±0,77 a 64,50±0,84 b

PTi (mm) 85,40±0,94 a 76,84±3,16 b

PS (mm) 53,10±1,20 a 45,90±2,45 b

LiS (mm) 42,42±0,88 a 37,74±1,60 b

PJK (mm) 68,03±1,08 a 65,44±0,69 b

LiD (mm) 377,00±3,40 a 354,18±4,56 b

PT (mm) 520,49±11,71 a 475,77±13,50 b

LiK (mm) 152,17±1,11 a 145,97±2,29 b

LiL (mm) 90,13±1,05 a 85,94±1,51 b

LiTi (mm) 67,30±1,91 a 64,19±1,18 b Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (P < 0,05)

PP = Panjang Paruh, LP = Lebar Paruh, PK = Panjang Kepala, TK = Tinggi Kepala

PL = Panjang Leher, Ppu = panjang punggung PTD = panjang tulang dada, PSa =

Panjang Sayap, PF = Panjang femur, PTi = Panjang tibia, PS = panjang shank, LiS =

Lingkar Shank, PJK = panjang jari ketiga, LiD lingkar dada, PT = Panjang Tubuh,

LiK = Lingkar Kepala, LiL = Lingkar Leher, LiTi = Lingkar Tibia

Berdasarkan tabel 5. bahwa Itik Kerinci jantan memiliki rataan ukuran-

ukuran tubuh yang lebih tinggi dibandingkan Itik Kerinci betina artinya kerangka

ukuran tubuh itik Kerinci jantan lebih besar dibandingkan itik Kerinci betina.

Mulder et al. (2005) menyatakan bahwa dalam pemuliaan ternak, untuk

memperbaiki performan ternak dengan melalui seleksi genetik tidak hanya

dipengaruhi oleh genetik ternak tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan.

Selain itu sistem pemeliharaan juga menjadi pengaruh dari perbedaan ukuran

tubuh itik. Sesuai dengan pendapat Fatmarischa et al. (2013) yang menyatakan

bahwa faktor pakan serta sistem pemeliharaan turut menunjang hasil ukuran

tubuh.

22

Berdasarkan tabel 5. di atas hasil uji beda rata-rata ukuran-ukuran tubuh

itik Kerinci jantan berdeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan itik

Kerinci betina. Perbedaan rataan ukuran tubuh itik Kerinci jantan dan betina ini

diduga karena adanya pengaruh genetik. Menurut Putri et al. (2020) menyatakan

apabila keragaman kondisi lingkungan tidak ada, maka perbedaan ukuran tubuh

tersebut disebabkan oleh keragaman genetik.

4.5. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh itik Kerinci

Persamaan ukuran, bentuk tubuh, keragaman total dan nilai eigen itik

Kerinci jantan dan itik Kerinci betina, disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Persamaan ukuran dan bentuk tubuh dengan keragaman total dan nilai

eigen pada itik Kerinci jantan dan betina.

Itik

Kerinci Persamaan

KT

(%) Λ

Jantan Ukuran

Tubuh =

0,092 PP+0,26 LP+0,128 PK +0,002 TK +

0,212 PL + 0,246 PPu+ 0,233 PTD +0,268 PSa

+ 0,268 PF + 0,291 Pti + 0,286 PS + 0,243 LiS

+ 0,265 PJK + 0,295 LiD + 0,283 PT + 0,252

LiK + 0,276 LiL + -0,031 LiTi.

50,8 9,14

Bentuk

Tubuh =

0,44 PP + -0,268 LP + -0,43PK+0,485TK +

0,189 PL + -0,043 Ppu + -0,117 PTD + 0,059

PSa + 0,1 PF + 0,1 Pti + 0,063 PS + 0,147

LiS + 0,077 PJK + -0,097 LiD + 0,023 PT +

0,012 LiK + -0,008 LiL + 0,456 LiTi.

10.4 1,9

Betina Ukuran

Tubuh =

0,217 PP+0,234 LP+0,236 PK+0,238

TK+0,233 PL+ 0,245 Ppu + 0,237 PTD +

0,24 PSa + 0,184 PF + PTi + 0,248 PS +0,247

LiS + 0,213 PJK + 0,251 LiD + 0,247 PT +

0,243 LiK + 0,239 LiL + 0,232 LiTi.

79,6 14,3

Bentuk

Tubuh =

0,41 PP + -0,264 LP + 0,147 PK + 0,003 TK

+ 0,109 PL + 0,068 Ppu + 0,07 PTD + -0,692

PSa + 0,081 PF + 0,247 PTi + 0,093 PS +

0,094 LiS + -0,436 PJK + -0,046 LiD+ -0,006

PT + 0,034 LiK + 0,099 LiL + 0,113 LiTi.

3,1 0,5

Keterangan : PP = Panjang Paruh, LP = Lebar Paruh, PK = Panjang Kepala, TK = Tinggi

Kepala, LiK = Lingkar Kepala, PL = Panjang Leher, LiL = Lingkar Leher, PSa = PanjangSayap, PPu = Panjang Punggung, TPu = Tinggi Punggung, PD = Panjang

Dada, LD = Lebar Dada, PS = Panjang shank, LiS= Lingkar Shank, PTi= Panjang

Tibia, PJK = Panjang Jari Ketiga, JTP = Jarak Tulang Pubis.

23

Berdasarkan tabel 6. Berdasarkan hasil analisis komponen utama

menunjukkan bahwa persamaan skor ukuran tubuh itik Kerinci jantan memiliki

keragaman total sebesar 50,8 %, sedangkan itik Kerinci betina memiliki

keragaman total sebesar 79,6 %. Berdasarkan presentasi di atas merupakan

proporsi terbesar diantara komponen utama penentu ukuran tubuh. Vektor eigen

tertinggi pada persamaan ukuran tubuh pada itik Kerinci jantan dan betina adalah

lingkar dada. Persamaan dari ukuran tubuh diatas diduga karena terjadi adanya

persamaan lingkungan pemeliharaan yang dilakukan pada tempat yang sama.

Sesuai dengan pendapat Suryawan et al. (2017) menyatakan bahwa pertumbuhan

dan ukuran tubuh itik sangat dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi,

lingkungan sekitar, sistem perkandangan, dan potensi genetiknya.

Persamaaan skor bentuk tubuh itik Kerinci jantan memiliki keragaman total

sebesar 10,4 % sedangkan keragaman total pada itik Kerinci betina memiliki

keragaman total sebesar 3,1 %. Vektor eigen tertinggi pada persamaaan bentuk

tubuh pada itik Kerinci jantan adalah tinggi kepala sedangkan pada itik Kerinci

betina adalah panjang tibia. Perbedaan dari penentu bentuk tubuh diatas diduga

terjadi karena adanya perbedaan genetik antara itik jantan dan betina. Sesuai

dengan pendapat Sitanggang et al. (2016) menyatakan bahwa perbedaan kapasitas

penyusun kerangka tubuh yang sebagian besar dipengaruhi faktor genetik dan

faktor lingkungan walau kemungkinannya sangat kecil terjadi, sehingga dapat

ditarik kesimpulan semakin besar ukuran kerangka tubuh suatu individu maka

ukurannya tubuh juga akan besar.

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan :

1. Bobot badan, pertambahan bobot badan, dan ukuran-ukuran tubuh itik

Kerinci jantan lebih tinggi dibandingkan itik Kerinci betina.

2. Pertambahan bobot badan tertinggi pada itik Kerinci jantan dan betina dicapai

pada umur 1-2 bulan.

3. Secara parsial korelasi tertinggi antara bobot DOD dengan bobot badan

dicapai pada umur 1 bulan.

4. Penciri ukuran tubuh pada itik Kerinci jantan dan betina adalah lingkar dada.

Penciri bentuk tubuh itik Kerinci jantan adalah tinggi kepala sedangkan pada

itik Kerinci betina adalah panjang tibia.

5.2. Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk

mengetahui karakterisasi sifat kuantitatif itik Kerinci jantan dan betina sampai

umur 4 bulan.

25

DAFTAR PUSTAKA

Agustina D, N Iriyanti S, Mugiyono. 2013. Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan

pada Berbagai Jenis Itik Lokal Betina yang Pakannya di Suplementasi

Prebiotik. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol 1. No. 2. Hal 691-698.

Amaludin, F., I. Suswoyo., dan Roesdiyanto. 2013. Bobot dan persentase bagian-

bagian karkas itik mojosari afkir berdasarkan sistem dan lokasi

pemeliharaan. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1. No. 3. Hal. 924-932.

Ashifudin, E. Kurnianto, dan Sutopo. 2017. Karakteristik Morfometrik Ayam

Kedu Jengger Merah Dan Jengger Hitam Generasi Pertama Di Satker

Ayam Maron-Temanggung. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 17. No. 1. Hal. 40-

46.

Daud. M., Zahrul Fuadi dan Mulyadi. 2020. Performan dan Produksi Karkas Itik

Lokal dengan Pemberian Ransum yang Mengandung Limbah Ikan

Leubim (Canthidermis maculata). Vol 20. No. 1. Hal. 9-16.

Fatmarischa. N., Sutopo dan S. Johari. 2013. Ukuran Tubuh Entok di Tiga

Kabupaten Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Peternakan dan Pertanian.

Vol.11. No. 2. Hal. 106-112.

Fatmarischa, N., Sutopo dan S. Johari. 2014. Jarak Genetik dan Faktor Peubah

Pembeda Entok Jantan dan Betina Melalui Pendekatan Analisis

Morfometrik. Jurnal Peternakan Indonesia. Vol. 16. No. 1. Hal. 33 – 39.

Gaspersz, V. 2006. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Penerbit Tarsito.

Bandung.

Habiburahman. R., S. Darwati dan C. Sumantri. 2018. Pola Pertumbuhan Ayam

Silangan Pelung Sentul Kampung Ras Pedaging (IPB D-1) G4 Umur 1-

12 Minggu. ISSN 2303-2227. Vol. 06. No. 3. Hal. 81-89.

Haroen, U. 2013. Respon Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun Sengon

(Albizzia falcataria) dalam Ransum terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Karkas. J. Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. Vol.6. No. 1. Hal. 34-41.

Komarudin., Rukmiasih dan P.S. Hardjosworo. 2011. Penampilan Anak Itik

Betina Yang Dipelihara Berdasarkan Kelompok Bobot Tetas Kecil, Besar

Dan Campuran. Balai Penelitian Ternak. Vol. 14. No.2. Hal. 353-360.

Lapik. S. E. M., Putu Sampurna dan Ketut Suatha. 2016. Pola Pertumbuhan

Dimensi Panjang Tubuh Itik Bali Betina. Indonesia Medicus Veterinus.

Vol. 5. No. 5. Hal 388-398.

Matitaputty. P. R dan H. Bansi. 2018. Upaya Peningkatan Produktivitas Itik

Petelur Secara Intensif dan Pemberian Pakan Berbahan Lokal di Maluku.

Vol. 7. No. 2. Hal 1-8.

26

Mulder, H. A and P. Bijma. 2005. Effects Of Genotype By Environment

Interaction On Genetic Gain In Breeding Prgrams. J.Anim. Sci. Vol. 83.

No. 1. Hal. 49-61.

Negara. P. M. S ., Putu Sampurna dan Tjokorda Sari Nindhia. 2017. Pola

Pertumbuhan Bobot Badan Itik Bali Betina. Vol. 6. No 1. Hal. 28-37.

Noor, R.R. 2008. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nova, T.D., Yurnalis dan A. K. Sari. Keragaman Genetik Gen Hormon

Pertumbuhan (GH Mboii) Pada Itik Sikumbang Janti Menggunakan

Penciri PCR-RFLP. Vol. 18. No. 1. Hal. 44-52.

Ogah, D. M. 2009. Analysis Of Morphological Traits Of Geographically

Separated Population Of Indigenous Muscovy Duck (Cairina Moschata).

International Journal Of Poultry Science. Vol. 8. No. 2. Hal. 179-182.

Okatama Mahardika Setya,. 2018. Hubungan Bobot Telur dan Indeks Telur

dengan Bobot Tetas Itik Dabung di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Ternak

Tropika Journal of Tropical Animal Production Vol. 19. No. 1. Hal. 1-8.

Pagala, M.A., A.M. Tasse dan N. Ulupi. 2019. Association Of Cgh Ecorv Gene

With Production In Tolaki Chicken. International Journal Of Sciences:

Basic And Applied Research. Vol. 24. No. 7. Hal. 88-95.

Purba. M dan PP Ketaren. 2011. Konsumsi dan Konversi Pakan Itik Lokal Jantan

Umur Delapan Minggu dengan Penambahan Santoquin dan Vitamin E

dalam Pakan. JITV. Vol. 16. No 4. Hal. 280-287.

Putri, A.B. S. R. N., Gushairiyanto, dan Depison. 2020. Bobot Badan dan

Karakteristik Morfometrik Beberapa Galur Ayam Lokal. Peternakan

Tropis. Vol. 7. No. 3. Hal. 256-260.

Putra. A., Rukmiasih dan R.Afnan. 2015. Persentase dan Kualitas Karkas Itik

Cihateup-Alabio (CA) pada Umur Pemotongan yang Berbeda.

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Vol. 03. No. 1.

Hal. 27-32.

Rokhidi, E., R. Widyani, dan D. Sumardjo. 2016. Hubungan Antara Bobot Karkas

Dengan Lingkar Dada Dan Panjang Badan Pada Sapi Peranakan Ongole

Jantan. J. Kandang.Vol. 8. No. 1. Hal. 34–46.

Rukmiasih., P.R. Matitaputty., P.S. Hardjosworo dan L.H. Prasetyo. 2015.

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA (Itik Cihateup x

Itik Alabio) sebagai Itik Pedaging. Vol. 4. No. 2. Hal. 29-34.

Salamena, J., F. R. R. Noor, C. Sumantri, & I. Inounu. 2007. Hubungan genetik,

ukuran populasi efektif dan laju silang dalam per generasi populasi

domba di Pulau Kisar. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Vol. 32. No. 2. Hal.

71-75.

27

Sari. LM,. Noor RR,. Hadjosworo PS dan Nisa C. 2012. Kajian karakteristik

biologis itik Pegagan Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Supoptimal. Vol. 1.

No.2. Hal. 170-176.

Sihite. M dan Palmar Pakpahan. 2015. Pengaruh Pemberian Probiotik Campuran

Streptococcus thermophillus Dan Bacillus Cereus Dalam Air Minum

Terhadap Bobot Badan Dan Pertambahan Bobot Badan Mingguan Itik

Magelang Jantan. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 18. No. 1. Hal. 8-13.

Sitanggang, E.N, Hasnudi, dan Hamdan. 2016. Keragaman sifat kualitatif dan

morfometrik antara ayam kampung, ayam bangkok, ayam katai, ayam

birma, ayam bagon dan magon di medan. Jurnal Peternakan Integratif.

Vol. 3 No. 2. Hal. 167–189.

Sulasmi, A. Gunawan, R. Priyanto, C. Sumantri, dan J. Arifin. 2017.

Keseragaman dan kedekatan morfometrik ukuran tubuh sapi pasundan.

Jurnal Veteriner. Vol. 18. No. 2. Hal. 263-273.

Suryawan. M. E., Putu Sampurna dan Ketut Suatha. 2017. Pola Pertumbuhan

Dimensi Panjang Alat Gerak Tubuh Itik Bali Betina. Vol. 9 No. 2. Hal.

178-186.

Syaifudin., Rukmiasih dan R. Afnan. 2015. Performa Itik Alabio Jantan Dan

Betina Berdasarkan Pengelompokan Bobot Tetas. J. Ilmu Produksi Dan

Teknologi Hasil Peternakan. Vol. 03. No. 2. Hal. 83-88.

Tamzil, M.H. 2018. Sumber Daya Genetik Entok (Cairina MOSCHATA): Profil

dan Potensi Produksi Sebagai Penghasil Daging. Vol. 28. No. 3. Hal.

129-138.

Tarigan J. H. 2015. Identifikasi Bobot Badan Dan Ukuran-Ukuran Tubuh Itik Bali

(Kasus Di Kelompok Ternak Itik Manik Sari Dusun Lepang Desa

Takmung Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung Provinsi

Bali). Studens E-Jurnal. Vol. 4. No. 2. Hal. 1-7.

Urfa, S., H. Indijani, dan W. Tanwiriah. 2017. Model Kurva Pertumbuhan Ayam

Kampung Unggul Balitnak (KUB) Umur 0-12 Minggu. Jurnal Ilmu

Ternak. Vol. 17. No. 1. Hal. 59-66.

Uzer, F., N. Iriyanti dan Roesdiyanto. 2013. Penggunaan Pakan Fungsional Dalam

Ransum Terhadap Konsumsi Pakan Dan Pertambahan Bobot Badan

Ayam Broiler. J. Ilmiah Peternakan. Vol. 1. No. 1. Hal. 282-288.

Wahyuni, V. 2016. Karakteristik Fenotip Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif

Kambing Kacang Di Kabupaten Muna Barat. JITRO. Vol. 1. No. 1. Hal.

21-30.

Widiyaningrum, P., Lisdiana, dan N.R. Utami. 2014. Pelatihan Manajemen

Pemeliharaan Itik Secara Intensif Di Kecamatan Wedung Kabupaten

Demak. Rekayasa Vol. 2. No. 1. Hal. 48 – 56.

28

Yakubu, A. and S. B. Ugbo. 2011. An Assessment Of Biodiversity In

Morphological Traits Of Muscovy Ducks In Nigeriausing Discriminant

Analysis. In: International Proceedings Of Chemical, Biological And

Environmental Engineering. Vol. 1. No. 292. Hal. 389-391.

Yakubu, A. 2011. Discriminant Analysis Of Sexual Dimorphism

Inmorphological Traits Of African Muscovy Ducks. Arch. Zootec. Vol.

60. No. 232. Hal. 1115-1123.

Yusinta. E.N., Edy Kurnianto dan Sutopo. 2017. Analisis parameter pertumbuhan

itik Magelang generasi ketiga di Balai Pembibitan Ternak Non

Ruminansia Satuan Kerja itik Banyubiru. Vol 27. No 2. Hal. 44-53.

Wahju, J. 2015. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ke-6. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Wardono H. Ponco, et al. 2014. Korelasi Antara Beberapa Kriteria Peubah

Produksi Pada Ayam Buras. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi

Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014.

Hal. 578-582

Zein, M.S.A., S. Sulandari, Muladno, Subandriyo dan Riwantoro. 2012.

Diversitas Genetik Dan Hubungan Kekerabatan Kmbing Lokal Indonesia

Menggunakan Marker DNA Mikrosatelit. JITV. Vol. 17. No. 1. Hal. 25-

35.

29

LAMPIRAN

Lampiran 1. Regresi DOD dengan bobot badan itik jantan.

Regression Analysis: 1 bulan versus DOD

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

Regression 1 10800 10800 392,45 0

  DOD 1 10800 10800 392,45 0

Error 34 935,7 27,5

  Lack-of-Fit 29 934,8 32,2 189,24 0

  Pure Error 5 0,9 0,2

Total 35 11735,7

Model Summary

S R-sq R-sq(adj)R-sq(pred)

5,24589 92,03% 91,79% 91,15%

Coefficients

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant 162,4 11,9 13,68 0

DOD 4,32 0,218 19,81 0 1

Regression Equation

1 bulan = 162,4 + 4,320 DOD

Fits and Diagnostics for Unusual Observations

Obs 1 bulan Fit Resid Std Resid

3 439,5 440,19 -0,69 -0,15 X

4 448,5 442,3 6,2 1,34 X

10 395 406,06 -11,06 -2,15 R

18 395 405,41 -10,41 -2,02 R

24 415,7 404,93 10,77 2,09 R

30 441,4 441,96 -0,56 -0,12 X

R  Large residual

X  Unusual X

Regression Analysis: 2 bulan versus DOD

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

Regression 1 145591 145591 171,26 0

  DOD 1 145591 145591 171,26 0

Error 34 28903 850

  Lack-of-Fit 29 28840 994 78,69 0

  Pure Error 5 63 13

Total 35 174494

Model Summary

S R-sq R-sq(adj)R-sq(pred)

29,1564 83,44% 82,95% 78,55%

Coefficients

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant 422,7 66 6,41 0

DOD 15,86 1,21 13,09 0 1

Regression Equation

2 bulan = 422,7 + 15,86 DOD

Fits and Diagnostics for Unusual Observations

Obs 2 bulan Fit Resid Std Resid

3 1383 1442,56 -59,56 -2,29 R X

4 1539 1450,33 88,67 3,44 R X

30 1440 1449,07 -9,07 -0,35 X

R  Large residual

X  Unusual X

Regression Analysis: 3 bulan versus DOD

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

Regression 1 109735 109735 78,8 0

  DOD 1 109735 109735 78,8 0

Error 34 47345 1393

  Lack-of-Fit 29 45979 1585 5,8 0,029

  Pure Error 5 1366 273

Total 35 157080

Model Summary

S R-sq R-sq(adj)R-sq(pred)

37,3163 69,86% 68,97% 66,62%

Coefficients

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant 951 84,4 11,26 0

DOD 13,77 1,55 8,88 0 1

Regression Equation

3 bulan = 951,0 + 13,77 DOD

Fits and Diagnostics for Unusual Observations

Obs 3 bulan Fit Resid Std Resid

3 1831,1 1836,4 -5,3 -0,16 X

4 1818,3 1843,2 -24,9 -0,75 X

26 1712,5 1634,1 78,4 2,17 R

30 1835,7 1842,1 -6,4 -0,19 X

35 1567,8 1660,2 -92,4 -2,53 R

R  Large residual

X  Unusual X

Regression Analysis: 4 bulan versus DOD

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

Regression 1 49784,6 49784,6 40,23 0

  DOD 1 49784,6 49784,6 40,23 0

Error 34 42079,6 1237,6

  Lack-of-Fit 29 42041,6 1449,7 191,23 0

  Pure Error 5 37,9 7,6

Total 35 91864,2

Model Summary

S R-sq R-sq(adj)R-sq(pred)

35,18 54,19% 52,85% 49,61%

Coefficients

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant 1268,3 79,6 15,93 0

DOD 9,28 1,46 6,34 0 1

Regression Equation

4 bulan = 1268,3 + 9,28 DOD

Fits and Diagnostics for Unusual Observations

Obs 4 bulan Fit Resid Std Resid

3 1878,2 1864,7 13,5 0,43 X

4 1842,3 1869,2 -26,9 -0,87 X

8 1883,5 1793,3 90,2 2,61 R

19 1873,2 1792,3 80,9 2,34 R

30 1860,1 1868,5 -8,4 -0,27 X

35 1648,3 1745,9 -97,6 -2,83 R

R  Large residual

X  Unusual X

30

Lampiran 2. Regresi DOD dengan bobot badan itik jantan.

Regression Analysis: 1 bulan versus DOD

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

Regression 1 81782 81782,4 613,98 0

  DOD 1 81782 81782,4 613,98 0

Error 88 11722 133,2

  Lack-of-Fit 63 8322 132,1 0,97 0,553

  Pure Error 25 3399 136

Total 89 93504

Model Summary

S R-sq R-sq(adj)R-sq(pred)

11,5412 87,46% 87,32% 86,42%

Coefficients

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant -3 13,9 -0,22 0,83

DOD 7,677 0,31 24,78 0 1

Regression Equation

1 bulan = -3,0 + 7,677 DOD

Fits and Diagnostics for Unusual Observations

Obs 1 bulan Fit Resid Std Resid

31 246,7 285,79 -39,09 -3,47 R

32 214,2 242,8 -28,6 -2,65 R X

56 303 337,07 -34,07 -2,97 R

59 343,5 305,98 37,52 3,29 R

87 340,4 286,25 54,15 4,81 R

90 292 333,23 -41,23 -3,59 R

R  Large residual

X  Unusual X

Regression Analysis: 2 bulan versus DOD

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

Regression 1 112976 112976 266,46 0

  DOD 1 112976 112976 266,46 0

Error 88 37311 424

  Lack-of-Fit 63 21792 346 0,56 0,968

  Pure Error 25 15519 621

Total 89 150287

Model Summary

S R-sq R-sq(adj)R-sq(pred)

20,5911 75,17% 74,89% 73,28%

Coefficients

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant 633,8 24,8 25,52 0

DOD 9,023 0,553 16,32 0 1

Regression Equation

2 bulan = 633,8 + 9,023 DOD

Fits and Diagnostics for Unusual Observations

Obs 2 bulan Fit Resid Std Resid

15 1002,9 1080,44 -77,54 -3,82 R

16 1002,2 1079,72 -77,52 -3,82 R

32 949 922,73 26,27 1,37 X

49 933,5 981,83 -48,33 -2,39 R

84 1065,9 988,68 77,22 3,81 R

87 1071 973,79 97,21 4,84 R

R  Large residual

X  Unusual X

Regression Analysis: 3 bulan versus DOD

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

Regression 1 240102 240102 166,78 0

  DOD 1 240102 240102 166,78 0

Error 88 126685 1440

  Lack-of-Fit 63 91435 1451 1,03 0,485

  Pure Error 25 35250 1410

Total 89 366787

Model Summary

S R-sq R-sq(adj)R-sq(pred)

37,9421 65,46% 65,07% 62,89%

Coefficients

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant 855,1 45,8 18,68 0

DOD 13,15 1,02 12,91 0 1

Regression Equation

3 bulan = 855,1 + 13,15 DOD

Fits and Diagnostics for Unusual Observations

Std

Resid

15 1590,7 1506,22 84,48 2,26 R

16 1589 1505,17 83,83 2,24 R

17 1581,1 1504,51 76,59 2,05 R

31 1541,8 1349,96 191,84 5,18 R

32 1356,1 1276,3 79,8 2,25 R X

R  Large residual

X  Unusual X

Obs 3 bulan Fit Resid

Regression Analysis: 4 bulan versus DOD

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

Regression 1 87946 87946 54,91 0

  DOD 1 87946 87946 54,91 0

Error 88 140949 1602

  Lack-of-Fit 63 103736 1647 1,11 0,401

  Pure Error 25 37212 1488

Total 89 228894

Model Summary

S R-sq R-sq(adj)R-sq(pred)

40,0211 38,42% 37,72% 32,03%

Coefficients

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant 1189,1 48,3 24,63 0

DOD 7,96 1,07 7,41 0 1

Regression Equation

4 bulan = 1189,1 + 7,96 DOD

Fits and Diagnostics for Unusual Observations

Obs 4 bulan Fit Resid Std Resid

12 1483,9 1571,59 -87,69 -2,21 R

31 1590,09 1488,56 101,53 2,6 R

32 1612,6 1443,98 168,62 4,51 R X

45 1432,9 1518,89 -85,99 -2,17 R

77 1444,6 1536,16 -91,56 -2,3 R

83 1465,3 1551,69 -86,39 -2,17 R

86 1447,2 1560,84 -113,64 -2,86 R

R  Large residual

X  Unusual X

31

Lampiran 3. Uji t bobot badan antara jantan dan betina

Two-Sample T-Test and CI

Method

μ₁: mean of Sample 1

µ₂: mean of Sample 2

Difference: μ₁ - µ₂

Equal variances are not assumed for this analysis.

Descriptive Statistics

Sample N Mean StDev SE Mean

Sample 1 36 396,9 18,3 3,1

Sample 2 90 340,6 32,4 3,4

Estimation for Difference

95% CI for

Difference

56,24 (47,16; 65,32)

Test

Null hypothesisH₀: μ₁ - µ₂ = 0

Alternative hypothesisH₁: μ₁ - µ₂ ≠ 0

T-Value DF P-Value

12,28 109 0

Difference

Two-Sample T-Test and CI

Method

μ₁: mean of Sample 1

µ₂: mean of Sample 2

Difference: μ₁ - µ₂

Equal variances are not assumed for this analysis.

Descriptive Statistics

Sample N Mean StDev SE Mean

Sample 1 36 1283,6 70,6 12

Sample 2 90 1137,7 41,1 4,3

Estimation for Difference

95% CI for

Difference

145,9(120,6; 171,1)

Test

Null hypothesisH₀: μ₁ - µ₂ = 0

Alternative hypothesisH₁: μ₁ - µ₂ ≠ 0

T-Value DF P-Value

11,63 44 0

Difference

Two-Sample T-Test and CI

Method

μ₁: mean of Sample 1

µ₂: mean of Sample 2

Difference: μ₁ - µ₂

Equal variances are not assumed for this analysis.

Descriptive Statistics

Sample N Mean StDev SE Mean

Sample 1 36 1698,4 67 11

Sample 2 90 1346 66,8 7

Estimation for Difference

95% CI for

Difference

352,4(326,0; 378,7)

Test

Null hypothesisH₀: μ₁ - µ₂ = 0

Alternative hypothesisH₁: μ₁ - µ₂ ≠ 0

T-Value DF P-Value

26,7 64 0

Difference

Two-Sample T-Test and CI

Method

μ₁: mean of Sample 1

µ₂: mean of Sample 2

Difference: μ₁ - µ₂

Equal variances are not assumed for this analysis.

Descriptive Statistics

Sample N Mean StDev SE Mean

Sample 1 36 1771,7 51,2 8,5

Sample 2 90 1643,4 51,5 5,4

Estimation for Difference

95% CI for

Difference

128,4(108,1; 148,6)

Test

Null hypothesisH₀: μ₁ - µ₂ = 0

Alternative hypothesisH₁: μ₁ - µ₂ ≠ 0

T-Value DF P-Value

12,69 64 0

Difference

32

Lampiran 4. Perhitungan Analisis Komponen Utama (AKU) itik Kerinci

jantan

Principal Component Analysis: Pjg. Paruh; Le. Paruh; P. ... .leher; L.tibia

Eigenanalysis of the Correlation Matrix

Eigenvalue 9,1423 1,8683 0,9712 0,8912 0,8543 0,6458 0,57 0,4725 0,4286 0,4032

Proportion 0,508 0,104 0,054 0,05 0,047 0,036 0,032 0,026 0,024 0,022

Cumulative 0,508 0,612 0,666 0,715 0,763 0,799 0,83 0,856 0,88 0,903

Eigenvalue 0,3705 0,3137 0,2645 0,2434 0,1966 0,173 0,1172 0,0737

Proportion 0,021 0,017 0,015 0,014 0,011 0,01 0,007 0,004

Cumulative 0,923 0,941 0,955 0,969 0,98 0,989 0,996 1

Eigenvectors

Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PC8 PC9 PC10

Pjg. Paruh 0,092 0,44 -0,234 0,038 0,675 0,191 0,225 -0,192 -0,029 -0,008

Le. Paruh 0,26 -0,268 0,261 -0,153 0,181 0,011 -0,058 0,105 -0,163 0,063

P. kepala 0,128 -0,43 0,399 -0,333 0,426 -0,159 -0,018 -0,022 0,091 -0,274

T. Kepala 0,002 0,485 0,598 0,371 0,027 -0,123 -0,161 0,053 -0,154 -0,26

P. leher 0,212 0,189 0,261 -0,125 -0,323 -0,255 0,673 0,012 -0,114 0,09

P. Pung 0,246 -0,043 -0,344 0,184 0,034 -0,583 -0,025 0,214 0,137 -0,058

P. T.  dada 0,233 -0,117 -0,152 0,173 -0,223 0,486 0,197 0,172 0,146 -0,652

P. Sayap 0,268 0,059 0,019 0,069 -0,157 0,103 -0,455 0,193 -0,409 0,035

P. Femur 0,268 0,1 -0,154 -0,194 0,043 0,163 -0,236 0,066 -0,201 0,153

P. Tibia 0,291 0 0,059 0,027 -0,058 0,102 -0,065 -0,073 0,118 0,073

P. Shank 0,286 0,063 0,05 -0,077 -0,007 -0,034 -0,102 -0,262 0,019 -0,207

L . Shank 0,243 0,147 0,216 0,104 0,122 0,176 -0,043 0,376 0,669 0,287

PJK 0,265 0,077 -0,116 0,026 0,197 -0,036 0,146 -0,094 -0,264 -0,099

L.dada 0,295 -0,097 -0,034 -0,098 -0,072 0,107 0,214 0,046 -0,16 0,02

P. Tubuh 0,283 0,023 -0,224 0,134 0,042 -0,384 -0,088 0,15 0,057 -0,094

L. Kepala 0,252 0,012 0,026 0,048 -0,222 -0,062 -0,2 -0,75 0,302 0,011

L.leher 0,276 -0,008 0,049 -0,035 -0,086 0,183 0,097 -0,017 -0,07 0,443

L.tibia -0,031 0,456 -0,081 -0,745 -0,166 -0,07 -0,157 0,143 0,156 -0,216

Variable PC11 PC12 PC13 PC14 PC15 PC16 PC17 PC18

Pjg. Paruh -0,225 0,22 -0,119 -0,115 -0,162 -0,073 0,006 0,055

Le. Paruh 0,007 0,097 -0,01 -0,045 0,19 -0,725 0,173 0,298

P. kepala -0,066 0,16 0,1 0,027 -0,161 0,393 -0,086 -0,096

T. Kepala 0,019 0,118 -0,01 0,17 0,229 0,063 0,161 -0,09

P. leher -0,249 -0,036 0,148 -0,043 -0,209 -0,014 -0,186 0,165

P. Pung -0,092 0,09 -0,051 -0,022 0,043 0,202 0,466 0,311

P. T.  dada -0,011 0,209 0,098 0,04 0,044 0,001 -0,017 0,15

P. Sayap -0,057 0,091 -0,04 -0,265 -0,613 0,069 -0,06 0,066

P. Femur -0,408 -0,174 0,336 0,521 0,262 0,176 -0,099 0,12

P. Tibia -0,311 -0,144 0,194 -0,67 0,359 0,085 0,126 -0,336

P. Shank 0,072 -0,455 -0,582 -0,078 0,162 0,12 -0,285 0,323

L . Shank 0,122 -0,238 0,028 0,109 -0,236 -0,038 -0,023 0,029

PJK 0,644 -0,358 0,446 -0,037 -0,039 0,036 0,1 -0,061

L.dada -0,046 -0,109 -0,443 0,305 -0,112 -0,032 0,407 -0,565

P. Tubuh 0,056 0,206 -0,015 0,08 0,105 -0,264 -0,599 -0,41

L. Kepala -0,005 0,19 0,171 0,185 -0,217 -0,148 0,133 -0,01

L.leher 0,376 0,537 -0,158 -0,023 0,287 0,336 -0,071 0,115

L.tibia 0,162 0,144 0,001 -0,088 0,038 -0,068 0,131 -0,05

33

Lampiran 5. Perhitungan Analisis Komponen Utama (AKU) itik Kerinci

betina

Principal Component Analysis: Pjg. Paruh; Le. Paruh; P. ... .leher; L.tibia

Eigenanalysis of the Correlation Matrix

Eigenvalue 14,325 0,554 0,529 0,361 0,267 0,241 0,217 0,205 0,194 0,191 0,161

Proportion 0,796 0,031 0,029 0,02 0,015 0,013 0,012 0,011 0,011 0,011 0,009

Cumulative 0,796 0,827 0,856 0,876 0,891 0,904 0,916 0,928 0,939 0,949 0,958

Eigenvalue 0,147 0,132 0,116 0,113 0,104 0,092 0,051

Proportion 0,008 0,007 0,006 0,006 0,006 0,005 0,003

Cumulative 0,966 0,974 0,98 0,986 0,992 0,997 1

Eigenvectors

Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PC8 PC9 PC10

Pjg. Paruh 0,217 0,41 -0,163 -0,574 -0,473 -0,041 -0,199 0,188 -0,01 0,293

Le. Paruh 0,234 -0,264 0,429 -0,064 -0,237 -0,111 0,072 0,07 0,039 -0,033

P. kepala 0,236 0,147 -0,1 -0,225 -0,061 0,013 -0,095 -0,456 0,24 -0,71

T. Kepala 0,238 0,003 0,026 0,121 -0,009 0,34 -0,089 -0,581 -0,496 0,35

P. leher 0,233 0,109 -0,082 -0,218 0,754 -0,012 -0,055 0,226 0,013 0,076

P. Pung 0,245 0,068 -0,013 0,018 0,122 0,039 0,12 -0,078 -0,114 -0,128

P. T.  dada 0,237 0,07 -0,062 0,042 -0,03 0,101 0,691 -0,169 0,528 0,313

P. Sayap 0,24 0,018 -0,041 0,403 -0,201 -0,008 -0,029 0,322 0,047 -0,136

P. Femur 0,184 -0,692 -0,669 -0,151 -0,07 -0,06 -0,016 0,019 -0,039 0,026

P. Tibia 0,247 0,081 -0,002 -0,046 0,17 -0,116 0,064 0,056 -0,072 0,047

P. Shank 0,248 0,093 0,017 -0,093 0,054 0,041 -0,015 -0,052 -0,09 -0,001

L . Shank 0,247 0,094 -0,032 0,004 0,048 -0,03 0,041 0,206 -0,074 0,032

PJK 0,213 -0,436 0,559 -0,357 0,04 -0,051 -0,001 0,028 -0,027 0,002

L.dada 0,251 -0,046 0,018 0,248 -0,177 0,038 0,002 0,037 0,002 0,039

P. Tubuh 0,247 -0,006 0,038 0,129 0,108 0,174 -0,324 -0,088 0,329 0,034

L. Kepala 0,243 -0,034 0,035 0,277 -0,016 0,208 -0,467 0,153 0,267 0,104

L.leher 0,239 0,099 -0,039 0,085 -0,078 0,254 0,334 0,323 -0,428 -0,352

L.tibia 0,232 0,113 -0,025 0,255 0,009 -0,835 -0,04 -0,195 -0,128 0,071

Variable PC11 PC12 PC13 PC14 PC15 PC16 PC17 PC18

Pjg. Paruh 0,068 0,034 0,071 0,103 0,025 -0,128 -0,011 0,053

Le. Paruh -0,005 -0,052 0,162 0,279 -0,212 0,262 -0,497 -0,373

P. kepala 0,004 -0,156 -0,166 0,099 -0,1 -0,031 0,066 -0,043

T. Kepala -0,007 -0,172 -0,1 0,107 -0,033 -0,173 -0,065 -0,102

P. leher 0,092 -0,284 0,129 0,304 -0,187 -0,089 -0,087 0,045

P. Pung -0,328 0,692 0,45 0,138 -0,061 -0,164 0,155 -0,073

P. T.  dada 0,114 -0,07 -0,001 -0,047 0,004 -0,079 0,094 -0,07

P. Sayap -0,397 -0,373 0,047 0,179 0,291 -0,441 -0,009 -0,029

P. Femur 0,011 0,015 0,026 -0,022 0,016 0,018 -0,034 -0,04

P. Tibia -0,111 0,246 -0,543 0,238 0,562 0,344 -0,002 -0,124

P. Shank -0,275 -0,33 0,423 -0,448 0,228 0,518 0,147 -0,005

L . Shank -0,374 0,077 -0,46 -0,473 -0,522 -0,052 -0,104 -0,093

PJK 0,038 -0,016 -0,102 -0,16 0,135 -0,308 0,346 0,222

L.dada -0,032 0,008 -0,059 0,319 -0,294 0,357 0,151 0,703

P. Tubuh 0,14 0,232 0,058 -0,306 0,239 -0,113 -0,565 0,312

L. Kepala 0,296 0,089 -0,017 -0,007 -0,12 0,115 0,452 -0,408

L.leher 0,543 0,036 0,021 -0,163 0,061 -0,019 -0,056 0,008

L.tibia 0,274 -0,008 0,079 -0,13 -0,022 -0,099 0,038 -0,001

34

Lampiran 6. Perhitungan Analisis Komponen Utama (AKU) itik Kerinci

jantan dan betina

Principal Component Analysis: Pjg. Paruh; Le. Paruh; P. ... .leher; L.tibia

Eigenanalysis of the Correlation Matrix

Eigenvalue 16,057 0,467 0,29 0,184 0,151 0,138 0,119 0,097 0,077 0,072 0,064

Proportion 0,892 0,026 0,016 0,01 0,008 0,008 0,007 0,005 0,004 0,004 0,004

Cumulative 0,892 0,918 0,934 0,944 0,953 0,96 0,967 0,972 0,977 0,981 0,984

Eigenvalue 0,059 0,052 0,047 0,043 0,038 0,031 0,014

Proportion 0,003 0,003 0,003 0,002 0,002 0,002 0,001

Cumulative 0,987 0,99 0,993 0,995 0,998 0,999 1

Eigenvectors

Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PC8 PC9 PC10

Pjg. Paruh 0,235 0,077 -0,168 0,427 0,117 0,126 0,544 -0,434 0,364 -0,099

Le. Paruh 0,237 -0,183 0,156 -0,201 -0,457 0,157 -0,091 0,115 0,222 0,134

P. kepala 0,233 0,059 0,312 0,198 -0,49 -0,406 0,364 0,35 0,059 0,047

T. Kepala 0,226 0,36 0,338 -0,012 0,464 0,427 0,093 0,459 0,102 0,262

P. leher 0,241 0,019 -0,087 0,191 0,037 0,023 -0,054 0,079 -0,646 -0,123

P. Pung 0,222 -0,487 -0,227 -0,269 0,429 -0,403 0,266 0,197 0,003 0,179

P. T.  dada 0,242 0,007 0,034 0,189 -0,002 -0,043 -0,194 -0,051 -0,127 0,048

P. Sayap 0,24 0,015 0,104 -0,151 0,083 -0,122 -0,371 -0,188 0,431 0,036

P. Femur 0,231 -0,207 -0,442 0,458 -0,057 0,167 -0,298 0,267 0,105 0,099

P. Tibia 0,243 0,108 0,138 0,037 0,01 -0,073 0,014 -0,112 -0,278 -0,125

P. Shank 0,244 0,053 0,098 0 0,004 -0,015 0,074 -0,048 -0,073 -0,076

L . Shank 0,243 0,069 0,104 0,033 0,06 -0,026 0,007 -0,194 -0,116 -0,005

PJK 0,23 -0,309 -0,093 -0,386 -0,233 0,588 0,259 -0,09 -0,14 -0,114

L.dada 0,245 -0,113 -0,121 0,153 -0,054 0,036 -0,249 0,082 0,108 0,053

P. Tubuh 0,243 -0,113 0,03 -0,17 0,173 -0,143 0,032 0,082 0,049 -0,285

L. Kepala 0,241 0,064 0,16 -0,101 0,088 -0,063 -0,249 -0,041 0,118 -0,621

L.leher 0,24 0,002 0,161 -0,086 -0,005 -0,093 -0,131 -0,48 -0,173 0,577

L.tibia 0,205 0,634 -0,596 -0,373 -0,166 -0,135 0,044 0,069 0,018 0,062

Variable PC11 PC12 PC13 PC14 PC15 PC16 PC17 PC18

Pjg. Paruh 0,045 0,013 -0,137 -0,148 0,051 -0,151 0,057 0,013

Le. Paruh -0,107 -0,076 -0,634 -0,233 -0,033 -0,145 0,039 -0,163

P. kepala 0,135 0,003 0,313 0,138 0,04 -0,052 0,034 0,013

T. Kepala 0,062 0,024 -0,009 0,014 0,04 -0,028 0,039 -0,009

P. leher 0,119 -0,303 0,003 -0,336 -0,057 -0,469 0,102 0,017

P. Pung -0,055 -0,002 -0,08 -0,011 0,028 0,045 0,289 -0,081

P. T.  dada -0,454 0,752 0,083 -0,027 -0,112 -0,176 0,113 -0,088

P. Sayap -0,239 -0,339 0,469 -0,201 0,15 -0,26 0,013 -0,059

P. Femur 0,144 -0,083 0,085 0,169 0,067 0,197 -0,186 -0,382

P. Tibia -0,281 -0,086 -0,158 -0,001 0,727 0,39 -0,069 -0,02

P. Shank -0,134 -0,115 0,126 -0,438 -0,535 0,608 -0,104 -0,054

L . Shank -0,319 -0,345 -0,161 0,7 -0,355 -0,065 0,001 -0,034

PJK -0,001 0,079 0,389 0,14 0,072 0,007 0,045 0,036

L.dada 0,048 -0,005 -0,072 0,039 -0,01 0,136 0,153 0,867

P. Tubuh 0,106 0,16 -0,093 0,02 -0,028 -0,189 -0,809 0,138

L. Kepala 0,442 0,148 -0,086 0,125 -0,032 0,089 0,383 -0,175

L.leher 0,506 0,13 0,006 0,044 0,014 0,064 -0,089 -0,055

L.tibia 0,002 0,054 -0,032 0,019 -0,009 -0,007 0,022 -0,004

35

Lampiran 5. Perhitungan Analisis Komponen Utama (AKU) itik Kerinci

betina

Pjg. ParuhLe. Paruh

P. kepalaT. Kepala

P. leherP. Pung

P. T.  dadaP. SayapP. Femur

P. TibiaP. Shank

L . ShankPJK

L.dadaP. Tubuh

L. KepalaL.leher

L.tibia

34,1841513,95836

-3,43303-5,40809

1,8779310,500827

-0,850521,50051

-5,20767-5,20361

-8,4375-11,7444

-12,36110,308368

-0,715793,844049

-4,54555-4,4646

13,95836145,3659

-35,7543,943293

5,2768353,615578

8,687026-2,71212

-3,00316-3,9324

-2,15548-6,85958

-58,0204-19,39

-2,580669,124211

-11,65459,89009

-3,43303-35,754

56,650981,250708

-1,44380,885216

-4,580962,155422

2,044583-9,20736

-12,1819-3,76326

21,576320,815097

-0,18171-3,30175

-0,95922,634026

-5,408093,943293

1,25070838,64131

-4,811963,445448

-0,91416-2,05052

7,470149-4,98138

-7,64338-12,5102

3,6020392,619034

-0,89883-6,42344

1,539637-2,40215

1,8779315,276835

-1,4438-4,81196

38,13742-0,4142

-1,103012,051308

-1,87753-10,0869

-7,50858-6,50302

-4,54044-3,05039

-0,43418-1,93153

-7,8219-4,8319

0,5008273,615578

0,8852163,445448

-0,41426,349367

2,434287-0,23676

-1,874790,474467

-0,6328-0,30819

-5,58929-2,09174

-2,483134,577798

0,0629122,722111

-0,850528,687026

-4,58096-0,91416

-1,103012,434287

79,94638-1,20823

0,400968-14,6119

-6,49907-7,4702

3,749413-10,0768

-1,766430,447645

-7,6613,965746

1,50051-2,71212

2,155422-2,05052

2,051308-0,23676

-1,208237,648666

-5,54308-2,04538

-2,91847-3,31397

1,56095-2,33692

-0,4346-2,59999

-4,56098-1,1157

-5,20767-3,00316

2,0445837,470149

-1,87753-1,87479

0,400968-5,54308

201,11561,06215

3,400095-4,56732

-25,2465-11,9544

-1,14970,933

-1,69854-9,02121

-5,20361-3,9324

-9,20736-4,98138

-10,08690,474467

-14,6119-2,04538

1,0621566,99377

-10,005-19,4068

7,8629750,071004

-0,27741-9,85915

-5,10046-2,29577

-8,4375-2,15548

-12,1819-7,64338

-7,50858-0,6328

-6,49907-2,91847

3,400095-10,005

100,2653-9,25845

-15,1565-7,56088

-0,71858-9,04174

-0,69392-5,45153

-11,7444-6,85958

-3,76326-12,5102

-6,50302-0,30819

-7,4702-3,31397

-4,56732-19,4068

-9,25845171,1738

-0,85399-3,77059

-0,75991-1,60275

-17,3009-1,46529

-12,3611-58,0204

21,576323,602039

-4,54044-5,58929

3,7494131,56095

-25,24657,862975

-15,1565-0,85399

195,8163-0,42523

-2,258922,481762

-12,3942,121021

0,308368-19,39

0,8150972,619034

-3,05039-2,09174

-10,0768-2,33692

-11,95440,071004

-7,56088-3,77059

-0,4252327,56277

0,692693-10,4749

-10,99150,02903

-0,71579-2,58066

-0,18171-0,89883

-0,43418-2,48313

-1,76643-0,4346

-1,1497-0,27741

-0,71858-0,75991

-2,258920,692693

2,68174-4,99034

-0,37351-0,54154

3,8440499,124211

-3,30175-6,42344

-1,931534,577798

0,447645-2,59999

0,933-9,85915

-9,04174-1,60275

2,481762-10,4749

-4,9903489,85592

-7,73106-0,13149

-4,54555-11,6545

-0,95921,539637

-7,82190,062912

-7,661-4,56098

-1,69854-5,10046

-0,69392-17,3009

-12,394-10,9915

-0,37351-7,73106

146,44861,200556

-4,46469,89009

2,634026-2,40215

-4,83192,722111

3,965746-1,1157

-9,02121-2,29577

-5,45153-1,46529

2,1210210,02903

-0,54154-0,13149

1,20055635,39637