PROPOSAL PENELITIAN KARAKTERISASI SAMPAH PADAT PASAR
Transcript of PROPOSAL PENELITIAN KARAKTERISASI SAMPAH PADAT PASAR
PROPOSAL PENELITIAN
KARAKTERISASI SAMPAH PADAT PASAR
TRADISIONAL DAN DESAIN INSTALASI PENGOMPOSAN DI
PASAR ANYAR, KOTA BOGOR
Oleh :
GUGI YOGASWARA
F44090066
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ii
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
KARAKTERISASI SAMPAH PADAT PASAR TRADISIONAL DAN DESAIN
INSTALASI PENGOMPOSAN DI PASAR ANYAR, KOTA BOGOR
USULAN PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian
Di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
GUGI YOGASWARA
F44090066
Disetujui :
Bogor, Februari 2013
Pembimbing Akademik
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc.
NIP. 19660321 199003 1 012
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas karunia, rahmat, dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul,
“Karakterisasi Sampah Padat Pasar Tradisional dan Desain Instalasi Pengomposan di
Pasar Anyar, Kota Bogor”. Proposal penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk melakukan penelitian di Fakultas Teknologi pertanian.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan
proposal penelitian, yaitu:
1. Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc. selaku pembimbing akademik
yang telah member arahan dan bimbingan dalam pembuatan proposal
usulan praktik lapang ini
2. Orang tua dan keluarga besar yang selalu memberikan doa yang tulus
untuk kelancaraan penulisan proposal penelitian
3. Lutfi, Rizka, Kiki, Anin, dan Lia selaku teman-teman sebimbingan
sebagai tempat bercerita, berbagi ide, diskusi dan berkeluh kesah.
Terima kasih juga diucapkan kepada semua pihak-pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam pembuatan usulan ini.
Semoga proposal ini dapat diterima dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Februari 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 6
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 6
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 7
1.2.1. Tujuan ............................................................................................. 7
1.2.2. Manfaat ........................................................................................... 7
1.2.3. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9
2.1. Sampah Pasar ...................................................................................... 9
2.2. Timbulan, Komposisi, dan Karakteristik Sampah Pasar ..................... 9
2.2.1. Timbulan Sampah ......................................................................... 10
2.2.2. Komposisi Sampah ....................................................................... 10
2.2.3. Karakteristik Sampah .................................................................... 11
2.3. Kompos Sampah Pasar ...................................................................... 12
2.4. Kompos dan Jenis Pengomposan ...................................................... 13
III. METODOLOGI ........................................................................................ 16
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 16
3.2. Bahan dan Peralatan .......................................................................... 16
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 17
3.4. Metode Penelitian .............................................................................. 17
3.5. Desain Instalasi Pengomposan .......................................................... 20
3.6. Analisis Ekonomi .............................................................................. 21
3.6.1. Net Present Value (NPV) .............................................................. 22
3.6.2. Benefit/Cost Ratio ......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Produksi sampah di beberapa kota besar di Indonesia ........................ 10
Tabel 3. Analisis kandungan di kompos sampah perkotaan .............................. 13
Tabel 4. Matriks Jadwal penelitian .................................................................... 16
6
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai negara tropis, Indonesia disebut sebagai negara “Mega Diversity”
karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (Supriatna 2008).
Keanekaragaman hayati ini mendukung pola konsumsi masyarakat yang
mempergunakan banyak sumberdaya alam yang tersedia. Hal ini menjadi sebuah
tantangan tersendiri bagi engineer dan ilmuwan di Indonesia sebagai negara
berkembang untuk melakukan banyak kajian tentang solusi penanganan,
pembuangan, dan pengumpulan sampah domestik yang ada. Teknologi pengumpulan
sampah dan penanganannya telah menjadi materi dasar pada program studi teknik
sipil. Namun, hal tersebut tidak memberikan banyak dampak terhadap perkembangan
sistem pengelolaan sampah di negara berkembang (Polprasert 2007).
Permasalahan sampah menjadi masalah kompleks bagi Kota Bogor. Sampai
saat ini, pengelolaan sampah Kota Bogor dilakukan dengan metode konvensional
yang berujung di TPA Galuga. Sampah yang dibuang di TPA Galuga merupakan
sampah yang berasal dari Kota dan Kabupaten Bogor. Timbulan sampah dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, timbulan sampah mencapai
2.185 meter kubik perhari. Sampai akhir tahun 2012, jumlah timbulan sampah telah
mencapai 2.447 meter kubik per hari (DKP KB 2012).
Sumber sampah mayoritas berasal dari sampah permukiman dan sampah pasar
tradisional. Pasar khusus seperti pasar sayur-mayur, pasar buah, atau pasar ikan
memiliki kandungan material organik yang besar, yakni mencapai 95% (Sudrajat
2006). Hal ini menyebabkan sampah pasar memiliki keseragaman karakteristik yang
dapat memudahkan proses pengolahan sampah. Salah satu cara pengolahan sampah
yang tepat untuk mengolah sampah organik adalah pengomposan.
Pengomposan merupakan teknologi pengolahan sampah yang sudah berumur
ribuan tahun. Namun, sampai abad ke-20, banyak dilakukan penelitian mengenai
karakteristik dan keuggulan penggunaan kompos (Fitzpatrick et al. 2005). Pengguna-
an kompos dapat meningkatkan porositas tanah dan permeabilitas udara dan air. Pe-
nambahan kompos pada tanah dapat menjaga kestabilan pH tanah. Karakteristik
kompos yang baik memiliki persyaratan kandungan kimia, fisik, dan bakteri yang
cukup dengan mengacu pada SNI 19-7030-2004.
Upaya pengomposan merupakan salah satu solusi yang strategis untuk
pengelolaan sampah. Namun, pengomposan belum banyak digunakan pada pengolah-
7
an sampah Kota Bogor. Pengelolaan sampah pasar Kota Bogor tidak menjadi upaya
mandiri pengelola pasar, melainkan menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Bogor. Hal ini secara tidak langsung akan menambah beban TPA
Galuga. Oleh karena itu, perlu dilakukan karakterisasi limbah yang dapat menjadi
kajian pertimbangan instalasi pengomposan pada pasar Kota Bogor.
Upaya pengomposan juga dapat meningkatkan perekonomian pengelola teknis
pengomposan. Sempai saat ini sektor swasta menjadi konsumen terbesar kompos
dengan estimasi kasar konsumen sekitar 60%. Permintaan lain sekitar 30% dari
lembaga pemerintahan dan non pemerintahan. Kemudian, 10% sisanya oleh
penggemar atau amatir (Deddy 2005).
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian dengan judul “Karakterisasi Sampah Padat Pasar Tradisional dan
Desain Pengomposan di Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat” memiliki tujuan dan
manfaat yang diharapkan dapat tercapai.
1.2.1. Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan
tersebut sebagai berikut,
a. Mengkaji timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah pasar yang
dihasilkan oleh pasar tradisional yang ada di Kota Bogor, khususnya di
Pasar Anyar
b. Mendesain instalasi pengomposan yang sesuai dengan kebutuhan
c. Menganalisis kelayakan ekonomi untuk instalasi pengomposan sampah
pasar.
1.2.2. Manfaat
Penelitian ini akan menghasilkan rekomendasi desain instalasi unit
pengomposan sampah pasar Anyar Kota Bogor beserta analisis ekonominya. Reko-
mendasi desain instalasi pengomposan ini dapat diterapkan sebagai teknologi
alternatif untuk meminimasi timbulan sampah yang dibuang ke TPA karena teknologi
pengomposan dapat mengurangi beban sampah yang masuk ke TPA dan mengurangi
biaya pengolahan sampah.
8
1.2.3. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk studi kasus pengelolaan sampah pasar
yang ada di Kota Bogor. Beberapa poin lingkup pembahasan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut,
a. Menganalisis prakiraan jumlah timbulan sampah setiap hari di Pasar
Anyar Kota Bogor dengan mengunakan data primer berupa jumlah
pedagang dan luas area pasar
b. Menganalisis timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah yang
dihasilkan oleh pasar Anyar Kota Bogor. Analisis dilakukan dengan
perhitungan volume sampah perhari, pengamatan komposisi sampah dan
uji kuantitatif sampah yang mencakup kadar air, kadar volatif dan kadar
abu.
c. Mendesain instalasi pengomposan yang direkomendasikan untuk
dibangun di pasar Bogor berdasarkan timbulan, komposisi, karakteristik
dan parameter lainnya
d. Melakukan analisis kelayakan biaya yang mencakup perhitungan Net
Present Value dan Benefit/Cost Ratio.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan mengenai timbulan sampah merupakan hal yang sangat
fundamental pada aspek pengelolaan limbah. Upaya pengelolaan limbah semata-mata
dilakukan untuk mengurangi produksi limbah di masa yang akan datang. Diperlukan
kajian teori untuk memahami cara timbulan sampah terbentuk (Sokka et al.2007)
2.1. Sampah Pasar
Definisi sampah menurut Hadiwiyoto (1983), adalah sisa-sisa bahan yang
mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya atau
karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada
harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan
kelestarian. Sedangkan, menurut Apriadji (1989), sampah adalah zat-zat atau benda-
benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik beruapa bahan buangan yang berasal dari
rumah tanga mauun dari pabrik sebagai sisa proses industri.
Sampah pasar merupakan salah satu kontributor terbesar sampah organik dalam
satu wilayah. Sampah yang berasal dari pasar khusus seperti pasar sayur-mayur, pasar
buah, atau pasar ikan memiliki kandungan organik rata-rata sebesar 95%. Kondisi ini
memungkinkan sampah pasar lebih mudah ditangani. Berbeda dengan sampah yang
berasal dari permukiman yang memiliki kandungan organik rata-rata sebesar 75%
(Supriatna 2008).
2.2. Timbulan, Komposisi, dan Karakteristik Sampah Pasar
Sampah pasar atau sering dikenal sebagai vegetable-market solid waste,
diproduksi secara massal di daerah perkotaan. Setiap tahun, aktivitas manusia,
peternakan, dan pertanian menghasilkan 38 milyar meter kubik sampah organik di
seluruh dunia. Hal ini menyebabkan pembuangan dan manajemen pengelolaan
sampah menjadi prioritas global. Di India, timbulan sampah per kapita mencapai
angka 1-1,33% per tahun. pada kondisi demikian, perkiraan timbulan sampah pada
tahun 2047 akan mencapai 260 juta ton sampah organik (Suthar 2009).
Di Indonesia, penggolongan sampah yang sering digunakan adalah sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik terdiri dari sampah daun-daunan,
kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan, sayur, buah, dan lain-lain. Sedangkan,
sampah anorganik terdiri dari kaleng plastik besi dan logam berat.
10
2.2.1. Timbulan Sampah
Pasar tradisional Indonesia merupakan tempat berlangsungnya jual beli
kebutuhab penduduk setiap hari. Mayoritas pasar tradisional menjual produk makan-
an seperti sayuran, buah-buahan, rempah, dan daging. Sampah pasar merupakan kon-
tributor terbesar kedua setelah sampah permukiman pada timbulan sampah perkotaan.
Secara praktis sumber sampah pasar berasal dari aktifitas pedagang yang
membuang bagian-bagian komoditi dagangan seperti sayur, buah, kulit buah, dan
beberapa sampah plastik sebagai pembungkus. Sampah pasar termasuk sampah
domestik. Sedangkan, sampah non-domestik adalah sampah atau limbah yang bukan
sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari proses industri. Data produksi
sampah di beberapa kota di Indonesia dapat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi sampah di beberapa kota besar di Indonesia
No Kota Jumlah
penduduk
(Jiwa)
Potensi Sampah
Kota (ton/hari)
1 Jakarta 9.783.308 4.892
2 Surabaya 2.913.973 1.457
3 Bandung 2.603.855 1.301
4 Bogor 308.246 154
Sumber : Sudrajat (2006)
Timbulan sampah dapat dihitung dengan mengklasifikasi penghasil sampah
atau sumber sampah yang dihasilkan. Beberapa komponen sumber sampah
diantaranya rumah permanen, rumah semi permanen, rumah non-permanen, kantor,
toko/ruko, sekolah, jalan, dan pasar.
2.2.2. Komposisi Sampah
Komposisi sampah berarti persentase berat atau volume jenis sampah yang
berupa sampah kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan, dan
lain-lain. Identifikasi komposisi sampah akan memudahkan pengelolaan sampah agar
tepat sasaran sesuai dengan karakteristik sampah yang ada. Sampah pasar memiliki
kandungan material organik yang tinggi. Menurut Sudrajat (2006), kandungan
organik pada sampah pasar dapat mencapai 95% dari total sampah yang dihasilkan.
11
Sampah organik merupakan sampah yang cepat terdegradasi atau cepat membu-
suk. Sampah yang membusuk adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi
karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian, pengelolaannya menghendaki
proses yang cepat, baik dalam pengumpulan, pembuangan, maupun pengangutannya.
Kelompok sampah organik ini adalah kelompok yang berpotensi untuk diproses
dengan bantuan mikroorganisme, misalnya pengomposan atau gasifikasi.
Ragamnya jenis sampah yang dihasilkan sangat bergantung dari kondisi
eksternal baik dari lingkungan maupun dari pola sosial dan tingkah laku konsumen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi sampah diantaranya sebagai berikut,
a. Cuaca. Daerah yang memiliki curah hujan tinggi akan mempengaruhi
kelembaban sampah yang dihasilkan.
b. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan maka
semakin tinggi tumpukkan sampah terbentuk. Namun, sampah organik
akan berkurang karena membusuk. Sedangkan, sampah anorganik
akan terus meningkat karena sulit didegradasi atau mengalami
kebusukan.
c. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang
sedang berlangsung
d. Tingkat sosial ekonomi. Daerah ekonomi tinggi pada umumnya
menghasilkan smapah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan
sebagainya
e. Kemasan produk. Kemasan produk bajan kebutuhan sehari-hari akan
mempengaruhi pola pengelolaan sampah. Semakin banyak bahan
kemasan produk yang sulit didegradasi, semakin mahal biaya
pengelolaan sampah yang harus dilakukan.
Dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang
tepat dan yang paling efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahannya.
2.2.3. Karakteristik Sampah
Karakteristik merupakan sifat kimia dan fisika yang dimiliki oleh sampah.
Identifikasi karakteristik kimia dan fisika sampah dapat memberikan informasi sifat
sampah untuk menentukan teknis pengolahan sampah yang diperlukan. Karakteristik
tersebut sangat bervariasi, tergantung pada komponen-komponen sampah. Kekhasan
sampah dari berbagai tempat memungkinkan memberikan sifat yang berbeda-beda
12
dari sampah yang dihasilkan. Karakteristik sampah dapat dibedakan menurut
beberapa aspek, yakni menurut sifatnya dan menurut pengamatan di lapangan.
a. Karakteristik sampah menurut sifatnya dibagi menjadi dua yakni
karakateristik fisika yang mencakup densitas, kadar ait, kadar volatil,
kadar abu, nilai kalor, dan distribusi ukuran; dan karakteristik kimia yang
menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang terdiri dari C, N, O,
P, H, dan S.
b. Karakteristik menurut pengamatan di lapangan yakni tergantung pada
sarana pengumpul dan pengangkut yang digunakan.
2.3. Kompos Sampah Pasar
Penggunaan kompos pada tanah dapat memperkaya kandungan mineral tanah
untuk mendukung proses penyuburan tanah dan mengikat senyawa lainnya yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Beberapa parameter yang dipertimbangkan dalam
penerapan kompos pada tanah diantaranya karbon organik (OC), rasio C/N, nitrogen,
fosfor (P), dan kalium (K).
Menurut Weber et al. (2007), penggunaan kompos yang terbuat dari limbah
padat perkotaan atau pasar terbukti dapat meningkatkan kekayaan mineral tanah lebih
baik dibanding penggunaan pupuk dari proses pengomposan biasa. Kompos limbah
padat perkotaan atau pasar dapat meningkatkan porositas tanah, meningkatkan
penetrasi air, sirkulasi udara dan tahanan air dalam tanah untuk menjaga kestabilan
partikel tanah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Warman et al.(2009), menunjukkan
bahwa kompos sampah perkotaan memiliki kandungan organik dan non organik yang
dapat mempengaruhi fluktuasi nutrisi dan mineral di tanah dalam perannya terhadap
pertumbuhan tanaman. Analisis beberapa material dalam kompos dapat dilihat di
Tabel 3. Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa karakteristik sampah pasar
secara umum memiliki banyak kesamaan dengan sampah perkotaan. Namun,
kandungan material organik sampah pasar lebih tinggi yakni 95% dari total volume,
sedangkan untuk sampah perkotaan hanya 75% dari total volume (Sudrajat 2006).
Menurut Sӕbǿ dan Ferrini (2006), penggunaan kompos dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman di area hijau perkotaan. Sebagai bahan sumber nutrisi, kompos
dapat berperan optimal pada penggunaan kurang dari 100 kg per hektar tanaman.
Pemberian kompos harus memiliki ketebalan kurang dari 10 cm. pemberian kompos
13
dapat mengurangi masalah lingkungan terkait dengan manajemen pegelolaan sampah
pada pengurangan volume sampah dan mengeliminasi mikroorganisme berbahaya.
Tabel 2. Analisis kandungan di kompos sampah perkotaan
Parameter Pengamatan
tahun 1996
Pengamatan tahun
1997
Pengamatan
tahun 1998
Rasio C/N 23,0 11,5 12,6
pH 7,1 7,6 7,9
C (g/kg) 209 227 313
N 9,1 21,3 25,4
P 2,9 5,8 9,4
Sumber : Warman et al.(2009)
Penelitian tentang sampah pasar belum dilakukan secara masif seperti
penelitian tentang sampah perkotaan. Pasalnya, kondisi pasar sangat beragam dan
tidak bisa dibuat standarisasi internasional. Kondisi dan kapasitas pasar sangat
bergantung kepada kebutuhan, kebudayaan, kemajuan ekonomi, tingkat daya beli
masyarakat, dan sistem perekonomian suatu wilayah. Sedangkan, kondisi dan
kapasitas pasar sangat menentukan timbulan, karakteristik, dan komposisi sampah
yang dihasilkan.
2.4. Kompos dan Jenis Pengomposan
Penjabaran kompos dan jenis pengomposan perlu diketahui dalam
mempertimbangkan parameter-parameter untuk mendesain instalasi pengomposan.
2.4.1. Kompos
Kompos merupakan hasil dari dekomposisi biologis dari material organik untuk
memberikan nutrisi bagi tumbuhan. Kompos memiliki kemampuan unik untuk
meningkatkan karakteristik tanah secara kimia, fisika, dan biologi sebagai media
tanam. Kompos mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,
namun tidak bisa dikategorikan sebagai pupuk. Bulluck et al.(2002) mengemukakan
bahwa telah terjadi peningkatan secara fisik, kimia, dan biologis yang lebih besar
pada tanaman yang menggunakan kompos daripada menggunakan pupuk sintetis.
Disamping itu, kompos dapat meningkatkan efektifitas produksi tanaman.
Stabilitas dan kematangan kompos merupakan salah satu hal yang paling sering
didiskusikan pada pembahasan kualitas kompos. Istilah stabilitas dan kematangan
memiliki arti yang berbeda. Stabilitas adalah tingat produksi karbon dioksida yang
14
dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme pada kompos. Sedangkan, kematangan
adalah derajat humifikasi (pengomposan) dari material kompos (Boulter-Bitzer et
al.2006).
Sampai sekarang, belum ada standar atau indeks penilaian stabilitas dan
kematangan nutrisi kompos. Namun, selain dinilai dari kandungan nutrisi,
kematangan kompos dapat dilihat dari aktifitas mikroorganisme (Komilis, Kontou, &
Ntougias, 2011). Pendekatan umum penilaian parameter biokimia pada aktivitas
mikroorganisme telah menjadi rujukan utama untuk memberikan indeks kematangan
kompos (Nahum et al.2005).
2.4.2. Jenis Pengomposan
Pengembangan sistem pengomposan pertama kali dikembangkan secara ilmiah
oleh Sir Albert Howard (1873-1947). Pengembangan prosedur pengomposan oleh Sir
Albert disebut dengan metode Indore yang dikembangkan kembali menjadi metode
Bangalore. Sistem pengomposan yang selanjutnya dikembangkan oleh Giovanni
Beccari pada tahun 1920-an. Sistem yang dikembangkan oleh Beccari ini kemudian
dikenal sebagai Beccari Composting System (Fitzpatrick et al. 2005).
Beberapa metode pengomposan kontemporer ynag banyak digunakan
diantaranya adalah Windrow Composting, Aerated Static Pile Composting System,
Non Reactor System, Reactor system, dan Silo System (Fitzpatrick et al. 2005).
Metode Windrow Compsting adalah sistem pengomposan terbuka yang tidak banyak
menggunakan teknologi. Material kompos ditempatkan dalam satu baris atau bidang
persegi panjang dan diaduk secara berkala. Sistem ini marak digunakan karena tidak
memerlukan perlengkapan khusus. Peralatan sederhana yang diperoleh dari aktifitas
pertanian dan perkebunan seperti sekop dan garpu dapat digunakan untuk mengaduk
material kompos.
Pengomposan dengan metode Aerated Static Pile Composting System dilakukan
dengan sistem yang mirip dengan windrow, hanya saja tidak bergantung dari aliran
udara yang dibawa angin. Sistem ini menggunakan pipa yang megalirkan aliran udara
ke material kompos untuk meningkatkan aerasi. Sistem ini digunakan pada daerah
yang tidak banyak mengalami aliran udara yang baik, sehingga diperlukan bantuan
untuk mensuplai udara pada material kompos. Kemudian, metode Non Reactor
System dilakukan pada ruang terbuka. Sistem windrow dan aerated static pile
termasuk pada sistem pengomposan non reaktor. Sedangkan, metode Reactor System
dilakukan dengan pada ruang tertutup menggunakan rotary drum untuk mengaduk
material kompos. Silo System termasuk metode pengomposan yang dilakukan secara
tertutup. Pada sistem silo, material kompos dimasukkan pada bejana silinder. Aerasi
15
dilakukan dengan memompa udara pada bejana. Pengomposan dengan sistem silo,
memungkinkan untuk mengatur level kematangan kompos sesuai yang diinginkan
(Fitzpatrick et al. 2005).
16
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan selama 3 bulan, dimulai pada Bulan Maret-Mei 2013.
Penelitian ini akan menggunakan beberapa data sekunder dan data primer jika
diperlukan. Penelitian akan dilakukan di salah satu anak pasar Kota Bogor dibawah
naungan PD. Pasar Pakuan Kota Bogor. Matriks jadwal penelitian disajikan pada
Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 3. Matriks Jadwal penelitian
No. Uraian Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Proposal Penelitian v
2 Perkenalan dan persiapan
pengambilan data v
3 Observasi kondisi eksisting pasar v v v 4 Wawancara kepada karyawan v
5 Menganalisis timbulan dan
komposisi sampah v v
6 Melakukan pengujian karakteristik
sampah di Lab. v v v
7 Analisis data v v v v v v v v v 8 Studi Pustaka v v v v v v v v v v v v
9 Pembuatan desain instalasi
pengomposan v v v
10 Analisis Ekonomi v v 11 Pengajuan seminar v 12 Seminar v 13 Revisi v v 14 Pengajuan sidang v 15 Ujian Akhir (sidang) v
3.2. Bahan dan Peralatan
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder
sebagai bahan untuk menghitung desain pengomposan yang perlu dilakukan untuk
mengurangi timbulan sampah kota Bogor. Beberapa bahan dan peralatan yang
dibutuhkan adalah peralatan laboratorium uji kuantitatif sampah pasar adalah sebagai
berikut,
17
Alat pengambik contoh berupa
kantol plastik dengan volume
40 liter
Alat pengukur volume contoh
berupa kotak berukuran 20 cm
x 20 cm x 100 cm, yang
dilengkapi skala tinggi
Timbangan
Perlengkapan berupa alat
pmindah seperti sekop dan
sarung tangan
Oven (uji kadar air)
Pembakar (uji kadar volatil dan
abu)
3.3. Metode Pengumpulan Data
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, diperlukan data yang mendukung
untuk melakukan analisis dasar penelitian. Data yang dimaksud adalah sebagai
berikut,
a. Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari pengukuran yang sudah ada
dapat menjadi acuan perhitungan
b. Data didapat darri pengukuran di lapangan
3.4. Metode Penelitian
Setelah melakukan pengumpulan data sekunder dan primer, penelitian
dilanjutkan dengan melakukan beberapa tahap analisis dan identifikasi. Kerangka
pemikiran penelitian disajikan lewat diagram alir tahapan penelitian pada Gambar 1.
a. Observasi kondisi eksisting pasar
Sebelum melakukan pengambilan data sekunder untuk kebutuhan desain
instalasi kompos, dilakukan observasi kondisi eksisting pasar untuk
mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh pada pola produksi
sampah. Beberapa parameter yang daiamati adalah kondisi geografis,
kondisi meteorologi, kondisi demografis, dan kendala yang dihadapi
dalam melakukan pengelolaan sampah. Kondisi geografis mencakup peran
strategis pasar menurut letak pasar. Hal ini akan menunjukkan tingkat
kontribusi pasar sebagai media komersial masyarakat. Pasar yang strategis
memiliki tingkat transaksi yang tinggi yang berarti produksi sampah akan
tinggi pula. Kondisi meteorologi mencakup curah hujan, temperatur rata-
rata, dan kelembapan. Pengamatan kondisi meteorologi ini bertujuan
untuk mengidentifikasi pengaruh iklim terhadap karakteristik sampah
sampah yang ada. Kemudian, kondisi demografis mencakup data jumlah
pedagang, jumlah kios, jumlah los, dan jenis barang yang dijual. Data
demografis akan menunjukkan tingkat produksi sampah per pedagang.
18
Pengamatan selanjutnya dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai
kendala yang dihadapi pihak pasar dalam melakukan pengelolaan sampah
yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pertimbangan
dalam mendesain instalasi pengomposan.
b. Analisis jumlah timbulan sampah
Jumlah timbulan sampah pasar dapat dikalkulasi dengan data sekunder
dan primer mengenai sebaran pedagang dan pola perilaku konsumsi
pembeli. Jumlah total pedagang Kota Bogor dikali dengan rata-rata
produksi sampah per orang per hari yang didapat dari pengukuran
timbulan sampah per hari. Metode perhitungan timbulan sampah
dilakukan berdasarkan SNI 19-3964-1994 dan SNI M 36-1991-03.
c. Analisis komposisi dan karakteristik sampah pasar
Analisis komposisi sampah mencakup persentase dari komponen
pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan antara sampah
organik, kertas, plastik, logam dan kayu. Analisis komposisi sampah
dilakukan dengan menggunakan data sekunder mengenai komposisi
sampah yang diproduksi oleh pedagang dan pembeli di pasar. Angka
persentase komposisi sampah dihitung dengan menggunakan Persamaan 1
di bawah ini.
[
⁄ ] ( )
( ) .............................. (Pers. 1)
Analisis karakteristik sampah pasar Kota Bogor mencakup analisis
mengenai komposisi sampah dengan menggolongkan sampah organik dan
non organik, kemudian analisis kuantitatif sampah yang mencakup
pengujian kadar air, kadar volatil, dan kadar abu sampah di laboratorium
limbah padat Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian
Bogor. Analisis karakteristik sampah dilakukan dengan mengambil
sampel sampah dari TPA dengan memperhatikan area tempat
pengambilan sampel untuk menjaga keterwakilan sebaran komposisi
sampah (misal, metode kuadran). Kemudian, dilakukan pengujian kadar
air, kadar volatil, dan kadar abu di laboratorium. Pengujian kadar air
dilakukan dengan menggunakan 1 buah cawan, timbangan, desikaor dan
oven. Cawan kosong dimasukkan terlebih dahulu ke dalam oven selama 1
19
jam pada temperatur 105 0
C untuk menghilangkan uap air. Kemudian,
cawan dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit untuk
menurunkan temperatur. Sebanyak 10 gram sampel sampah dimasukkan
ke dalam cawan dan ditimbang beratnya. Selanjutnya cawan yang berisi
sampel sampah di oven, didinginkan dalam desikator selama 15 menit.
Selanjutnya cawan di timbang kembali sehingga di dapat nilai massa
sampel sampah kering. Setelah didapat nilai massa sampel sampah kering
maka dapat dihitung nilai kadar air dari sampel sampah dengan Persamaan
2 dibawah ini,
( ) ( )
( ) .................................................. (Pers. 2)
Dimana :
c : berat cawan kosong +berat sampel sampah setelah dioven (g)
a : berat cawan kosong (g)
b : berat cawan kosong + berat sampel sebelum dioven (g)
Selanjutnya sampel sampah yang sudah digunakan untuk mengukur
kadar air kemudian digunakan untuk pengukuran kadar volatil dan abu.
Sampel sampah dimasukan ke dalam furnace selama 2 jam pada suhu 6000C.
Setelah 2 jam furnace didinginkan sampai temperatur turun. Setelah
temperatur turun, sampel dimasukan ke dalam desikator selama 15 menit
kemudian ditimbang beratnya. Selanjutnya nilai kadar volatil dan abu dapat
dihitung dengan Persamaan 3 dan Persamaan 4.
( ) ( )
( ) ........................................................... (Pers. 3)
( ) ( ) .............................................. (Pers. 4)
Dimana :
a : berat cawan kosong (g)
d : berat cawan kosong + berat sampel sampah setelah masuk furnace (g)
c : berat cawan kosong + berat sampel setelah dioven (g)
20
Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian
3.5. Desain Instalasi Pengomposan
Seluruh data primer, data sekunder data pengamatan, dan perhitungan analisis
sampah dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat desain instalasi pengomposan
pada pasar. Beberapa parameter utama yang menentukan desain adalah kapasitas
Observasi kondisi Eksisting Pasar, mencakup geografis,
meteorologi, demografis, dan kendala umum
Pengujian kadar air, kadar volatil dan kadar
abu di Laboratorium
Analisis data sekunder dan data
primer
Pembuatan desain instalasi
pengomposan
Analisis kelayakan ekonomi untuk
instalasi pengomposan
Rekomendasi
Pengolahan data sekunder
Pengumpulan data sekunder tentang
timbulan, komposisi, dan karakteristik
sampah
Data primer tentang timbulan, komposisi,
dan karakteristik sampah
Pengambilan sampel di lapangan
21
pasar yang mencakup luas area pasar, jumlah pedagang pasar, timbulan sampah,
komposisi sampah, dan karakteristik sampah.
Desain instalasi pengomposan dilakukan dengan memperkirakan volume ruang
penampung sampah, retention time, volume mesin pencacah, volume sampah
organik, dimensi bak komposter, dan jumlah bak yang dibutuhkan.
Instalasi pengomposan mencakup beberapa unit proses yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kompos dengan kualitas yang baik. Beberapa unit proses tersebut
adalah pencacahan, pengadukkan, pengomposan, pengeringan, penampungan lindi,
pengayakan, dan penggilingan. Untuk pengembangan lebih lanjut, dapat dibuat unit
pengemasan produk agar mempermudah distribusi dan pemasaran. Gambar Ilustrasi
unit proses pengomposan dapat dilihat di Gambar 2.
Gambar 2. Diagram proses pengomposan
Dimensi setiap unit pada instalasi pengomposan diintepretasikan pada gambar
denah dan tiga dimensi dengan bantuan software AutoCAD 2010 dan Google
SkecthUp 8.0.
3.6. Analisis Ekonomi
Dilakuka dua macam metode yang digunakan untuk menghitung Analisis-
Manfaat-Biaya (AMB) yang diperlukan untuk menilai kelayakan instalasi unit
kompos sampah pasar Kota Bogor. Tidak metode tersebut adalah :
Pencacahan Pengadukan Pengomposan Pengeringan
Pengayakkan Sampah Organik
Sampah Organik Ukuran 2 cm
Starter
Kompos
Penampungan Leachate
Lindi
Produk
Penggilingan
22
3.6.1. Net Present Value (NPV)
Penilaian kelayakan suatu investasi dapat dilakukan dengan prinstip discounted
cash flow, yaitu mempertimbangkan nilai waktu dari uang pada aliran kas.
Penggunaan NPV didasarkan pada adanya perbedaan antara nilai uang sekarang
dengan nilai uang pada masa yang akan datang. Metode ini akan membandingkan
pengeluaran uang pada masa uang akan datang. Metode ini akan membandingkan
pengeluaran uang sekarang dengan penderimaan uang pada masa datang yang telah
disesuaikan dengan nilai waktu dari uang, atau mengunakan faktor diskon. NPV
dihitung dengan Persamaan 5.
∑((
) ) ..................................................................... (Pers. 5)
Dimana :
Pt : net cash flow pada tahun ke-t (Rp)
i : faktor diskon (%)
n : waktu berlangsungnya investasi (tahun)
I0 : pengeluaran awal (Rp)
3.6.2. Benefit/Cost Ratio
Analisis rasio manfaat-biaya merupakan cara praktis untuk menaksir
kemanfaatan proyek dari berbagai aspek yang relevan terhadap biaya-biaya maupun
manfaat yang ditimbulkannya. Suatu proyek dikatakan layak atau dapat dilaksanakan
apabila rasio manfaat –biata lebih besar dari 1. Analisis biasanya dilakukan dengan
meligat rasio manfaat dari proyek pada masyarakat terhadap biaya yang dikeluarkan
dan diformulasikan. Perhitungan
B/C = ∑ NPV benefit netto/ ∑ NPV cost ............................................... (Pers. 6)
B/C = ∑ (manfaat netto – biaya 0M)/ ∑ biaya investasi ........................ (Pers. 7)
Pemilihan nilai alternatif dapat dilakukan dnegan analisa meningkat
(incremental analysis). Apabila peningkatan rasio B/C dari suatu unit ke unit lain
lebih besar harus dipilih. Demikian pula sebaliknya, bila peningkatan rasio B/C lebih
kecil dari 1 maka yang dipilih adalah yang membutuhkan investasi lebih kecil.
23
IV. BIAYA PENELITIAN
Berikut akan disajikan rincian pendanaan untuk terselenggaranya Penelitian
dengan judul “Karakterisasi Sampah Padat Pasar Tradisional dan Desain Instalasi
Pengomposan di Pasar Anyar, Kota Bogor”.
Biaya Bahan dan Alat (Kertas A4, alat tulis) Rp 150,000.00
Biaya Operasional (pulsa telpon) Rp 400,000.00
Biaya Peralatan dan Bahan di Laboratorium Rp 1,000,000.00
Biaya Transportasi Rp 1,000,000.00
Biaya Print dan Fotokopi Rp 500,000.00
Pembuatan dan perbanyakan skripsi Rp 400,000.00
Biaya tak terduga Rp 200,000.00
Total biaya Rp 3,650,000.00
24
DAFTAR PUSTAKA
Apriadji WH 1989. Memproses Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Boulter-Bitzer J I, Trevors J T, Boland G J 2006. A Polyphasic Approach for
Assessing Maturity and Stability in Compost Intended for Suppression of
Plant Pathogens. ASE. 34:65-66. doi:10.1016/j.apsoil.2005.12.007
Bulluck L R, Brosius M, Evanylo G K, Ristaino J B. 2002. Organic and Synthetic
Fertility Amendments Influence Soil Microbial, Physical and Chemical
Properties on Organic and Conventional Farms. ASE. 19(2):147-148.
doi.org/10.1016/S0929-1393(01)00187-1
Deddy A. 2005. Peluang Pasar Kompos Hasil Pengomposan Sampah Pasar.
Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta (pp. 48-49).
Bogor: KLH.
[DKP KB] Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Bogor. 2012. Laporan Timbulan
Sampah di TPA Galuga.
Fitzpatrick GE, Worden EC, Vendrame WA. 2005. Histocial Development of
Composting Technology during the 20th Century. Hortechnology. 15(1):48-
51.
Hadiwiyoto S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. jakarta: Yayasan Idayu.
Komilis D, Kontou I, Ntougias S. 2011. A Modified Static Respiration Assay and Its
Relationship With an Enzymatic. Biotech. 102:5863-5863.
doi:10.1016/j.biortech.2011.02.021
Nahum S Z, Markovitch O, Tarchitzky J, Chen Y. 2005. Dissolved Organic Carbon
(DOC) as a Parameter of Compost Maturity. Soilbio. 37(11):2109-2110.
doi.org/10.1016/j.soilbio.2005.03.013
Polprasert C. 2007. Organic Waste Recycling : Technology and Management.
Bangkok: IWA Publishing.
Sokka L, Antikainen R, Kauppi P E 2007. Municipal Solid Waste Production amd
Composition in Finland. Resconrec. 50:475-476. doi:10.1016/j.resconrec.
2007.01.011
Sudrajat. 2006. Mengelola Sampah Kota. Bogor: Penebar Swadaya.
Supriatna J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Suthar S. 2009. Vermicomposting of Vegetable-Market Solid Waste using Eisenia
fetida : Impact of Bulking Material on Earthworm Growth and Decomposition
Rate. Ecoleng. 35:914-915. doi:10.1016/j.ecoleng.2008.12.019
25
Sӕbǿ A, Ferrini F. 2006. The Use of Compost in Urban Green Areas - A Review for
Practical Application. UFUG. 4:159-161.doi:10.1016/j.ufug.2006.01.003.
Warman PR, Rodd AV, Hicklenton P. 2009. The Effect of MSW compost and
Fertilizer on Extractable Soil Elements and The Growth of Winter Squash in
Nova Scotia. AGEE. 133:98-102.doi:10.1016/j.agee.2009.05.010.
Weber J, Karczewska A, Drozd J, Licznar M, Licznar S, Jamroz E, Kocowicz A.
2007. Agricultural and Ecological Aspects of a Sandy Soil as Affected by the
Application of Municipal Solid Waste Composts. Soil Bio Biochem
39(2):1294-1295.doi:10.1016/j.soilbio.2006.12.005