Proposal Pongkor diubah lagi

36

Transcript of Proposal Pongkor diubah lagi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................ii

DAFTAR GAMBAR..........................................iv

DAFTAR TABEL............................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................1

1.1 Latar Belakang......................................1

1.2 Identifikasi Masalah................................2

1.3 Maksud Dan Tujuan...................................2

1.4 Kegunaan Penelitian.................................3

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian........................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................5

2.1 Geologi Regional....................................5

2.1.1 Geomorfologi...................................5

2.1.2 Stratigrafi Regional..........................6

2.1.3 Struktur Geologi Regional....................10

2.1.4 Hidrogeologi Regional........................11

2.2 Landasan Teori.....................................12

2.2.1 Kekar..........................................12

2.2.2 Akifer Rekahan................................14

2.2.3 Hidrolika Air Tanah..........................14

BAB III METODE PENELITIAN..............................16

3.1 Objek Penelitian...................................16

3.2 Peralatan Lapangan.................................16

3.3 Tahap-Tahap Penelitian............................17

3.3.1 Tahap Persiapan...............................17

3.3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data.......17

3.3.3 Tahap Penyusunan Laporan.....................18

3.4 Bagan Alir Penelitian..............................19

3.5 Rencana Kerja......................................20

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Kawasan Tambang Emas Pongkor....4

Gambar 2. 1 Peta topografi dan lokasi daerah Pongkor

(tanpa skala)...................................6

Gambar 2. 2 Peta Geologi Regional daerah Gunung Pongkor

dan sekitarnya (Effendi dkk, 1998)..............7

Gambar 2. 3 Peta Hidrogeologi Regional Batuan Dasar

daerah Pongkor (Murtianto. Tanpa tahun) (tanpa

skala).........................................12

Gambar 2. 4 Mekanisme dari formasi rekahan, (a) opening

mode/mode 1, (b) sliding mode/mode 2, (c) tearing

mode/mode 3 (Atkinson, 1987; Koestler et al.,

1995)..........................................13

Gambar 2. 5 model akifer media pori ruang antar butir dan

media rekahan (mandel. 1981)...................14

Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian......................19

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jadwal Rencana Kegiatan Tugas Akhir..............20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam akitifitas petambangan faktor hidrogeologi

merupakan salah satu faktor yang paling penting, baik

pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Faktor

hidrogeologi sangat berpengaruh pada keamanan maupun

produksi tambang. Salah satu permasalahannya adalah

masukan aliran air tanah pada daerah yang diterobos. Hal

ini tentu dapat mengakibatkan daerah tersebut tertutupi

oleh air sehingga mengganggu produksi dan keamanan

tambang. Penyebabnya adalah terganggunya kondisi stabil

air tanah pada batuan akibat dari penerobosan kegiatan

tambang. Sifat air itu sendiri adalah selalu mengisi

ruang kosong pada wadahnya hingga air tersebut mencapai

kestabilan. Dalam hal ini air tanah akan selalu berusaha

mencapai kestabilan muka air tanah pada wadahnya atau

dalam hal ini akuifernya.

Daerah Pongkor mayoritas batuannya berupa batuan

vulkanik dan batuan terobosan yang cenderung impermeable.

Akan tetapi karena banyaknya struktur yang berkembang

menjadikan batuannya banyak memiliki rekahan dan

mengakibatkan batuan menjadi permeabel.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka

penulis mengajukan tema dalam penelitian tugas akhir ini

dengan judul “Intensitas Sistem Rekahan Dalam Kaitan Dengan

Potensi Air Bawah Tanah Daerah Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang diidentifikasi

antara lain:

1 Bagaimana kondisi litologi permukaan dan bawah

permukaan daerah penelitian?

2 Bagaimana kondisi struktur geologi terutama rekahan

di daerah penelitian?

3 Apa hubungan parameter rekahan tersebut dengan

kondisi airtanah daerah penelitian?

4 Bagaimana karakteristik hidrogeologi daerah

penelitian?

1.3 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk

mengaplikasikan teori-teori yang didapat dari perkuliahan

dalam industri pertambangan, sehingga penulis dapat

mendapatkan pengalaman berdasarkan teori dalam kuliah

yang sudah dijalaninya serta sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana teknik S-1 dari Fakultas

Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. Sedangkan tujuan

dari penelitian ini adalah untuk sebagai berikut

1. Mengetahui jenis litologi dan struktur geologi yang

berkembang pada daerah penelitian terutama struktur

yang dilewati terowongan.

2. Mengetahui hubungan parameter rekahan dengan kondisi

airtanah di daerah penelitian.

3. Mengetahui pola aliran airtanah pada daerah

penelitian.

4. Mengetahui pengaruh dari aliran masukan air tanah

terhadap terowongan dalam pengembangan tambang

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan

pemahaman akan keadaan hidrogeologi serta faktor-faktor

yang mempengaruhi dari keadaan air tanah di daerah

penelitian dengan harapan dapat membantu dalam

pengembangan desain terowongan eksploitasi di lokasi

penelitian.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian terletak di penambangan emas PT.

Antam di daerah Pongkor, Desa Bantar Karet, Kecamatan

Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

1.1). Lokasi penelitian terletak ±110 km dari Jakarta.

Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal tugas akhir

yang diberikan oleh pihak perusahaan.

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Kawasan Tambang Emas Pongkor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional

Deposit emas-perak Pongkor terletak di sisi timur

laut dari Kubah Bayah, 110 km sebelah barat daya dari

Jakarta. Daerah Pongkor merupakan bagian dari Busur Benua

Neogen Sunda Banda yang berkembang di sepanjang sisi

Selatan Lempeng Eurasia sebagai akibat dari subduksi

Lempeng India-Australia. Unit geologi berada di lahan

seluas sekitar 40 hingga 80 km dan terdiri dari serpih

dan batupasir basement yang dilapisi oleh pusat sabuk

vulkanik dari Oligosen sampai Miosen Awal, terdiri dari

sebagian besar batuan gunung api kasar, dengan diselingi

batugamping dan batupasir. Batuan terobosan intermediet

yang masuk ke dalam formasi Paleogen dan Miosen Awal

(Basuki. 1994 dalam Warmada. 2003).

2.1.1 Geomorfologi

Daerah Pongkor pada umumnya berupa perbukitan-

perbukitan tinggi yang memiliki tinggi rata-rata 300 m

sampai 900 m diatas permukaan laut. Memiliki relief rata-

rata dari landai sampai agak-curam. Hal ini bisa dilihat

dari kerapatan kontur di daerah tersebut (Gambar 2.1).

Daerah Pongkor memiliki pola aliran sungai berupa

paralel. Pola pengaliran paralel merupakan pola

pengaliran dasar yang secara umum menunjukkan daerah

dengan lereng sedang sampai agak curam dan dapat

ditemukan pula pada daerah bentuk lahan perbukitan yang

memanjang dengan aliran relatif sejajar. Pola pengaliran

ini mencerminkan daerah yang dikontrol perlipatan dan

struktur. Sungai yang memiliki pola pengaliran ini adalah

Sungai Cikaniki dan Sungai Cisarua, serta beberapa sungai

intermiten yang merupakan anak dari kedua sungai

tersebut.

Gambar 2. 1 Peta topografi dan lokasi daerah Pongkor(tanpa skala)

2.1.2 Stratigrafi Regional

Dalam draft geologi proyek Tambang Emas Pongkor, PT.

Antam (Persero) Tbk (2001), stratigrafi regional daerah

Pongkor dan sekitarnya (Gambar 2.2) adalah sebagai

berikut.

Satuan batuan tertua tersingkap di daerah ini adalah

Formasi Cimapag yang berumur Miosen, yang merupakan

batuan sedimen gunung api (vulkanik klastik) yang terdiri

dari tufa breksi dan breksi andesit. Formasi Cimapag

setempat tertindih tidak selaras oleh Formasi Genteng

atau satuan batuan yang lebih muda lainnya. Formasi

Genteng berumur Pliosen awal bercirikan sedimen

epiklastik tufaan dan tertindih oleh batuan gunung api,

tuf, lava dan endapan termuda endapan sungai.

Gambar 2. 2 Peta Geologi Regional daerah Gunung Pongkordan sekitarnya (Effendi dkk, 1998)

Jalur batuan sedimen sebelah utara disusun oleh

batuan sedimen yang berumur Miosen Tengah sampai Miosen

Atas, yang termasuk dalam Formasi Bojongmanik, Formasi

Klapanunggal, Formasi Jatiluhur, dan Formasi Genteng.

Lebih ke utara lagi adalah daerah cekungan minyak Jawa

bagian utara. Sedangkan jalur batuan sedimen sebelah

selatan disusun oleh batuan sedimen yang berumur Eosen

sampai Miosen Atas yang menyebar di daerah Bayah-

Pelabuhan Ratu- Cimandiri sampai ke selatan lagi

ditemukan penyebaran batuan gunungapi-sedimen yang

termasuk ke dalam Formasi Jampang. Di sebelah tenggara

Formasi Jampang ditemukan penyebaran batuan Pra-Tersier

sampai Eosen (Komplek Ciletuh).

Stratigrafi dari tua ke muda stratigrafi regional

adalah :

A. Formasi Cimapag

Formasi ini disusun oleh breksi, konglomerat polimik,

lava dan batuan terkersikan memiliki satu anggota

(Sudjatmiko dan Santosa, 1992) yang terdiri dari

satuan batupasir dan batu lempung.Umumnya diperkirakan

Miosen Awal (Sudjatmiko dan Santosa, 1992).

B. Dasit

Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen

Akhir bagian Bawah, bersusunan dasit, liparit dan

bostonit (Effendi dkk, 1998).

C. Diorit Kuarsa

Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen

Akhir bagian Bawah bersusunan diorit kuarsa, monzoit

kuarsa, diorite kuarsa, mikrodorit dan gabro (Effendi

dkk, 1998).

D. Andesit

Berumur Miosen Akhir, bersusunan andesit,andesit

horblenda, andesit hipersten, basal, diabas dan

andesit terpropilitisasikan (Effendi dkk, 1998).

E. Formasi Genteng

Formasi yang berumur Pliosen Awal ini terdiri oleh tuf

batuapungan, batupasir tufan, breksi, konglomerat,

napal dan kayu terkersikan.Tidak mengandung fosil,

ketebalan mencapai 730 meter, secara tidak selaras

menindih Formasi Bojongmanik.

F. Tuf Batuapung

Berumur Pleistosen, berupa tuf batuapung, yang

setempat dinamakan tras (Effendi dkk, 1998).

G. Breksi dan Lava

Berumur Pleistosen, endapan gunungapi bersusunan

breaksi, aliran lava, andesit dan tuf. Batuan ini

mendidih secara tidak selaras batuan yang lebih tua

yang berada dibawahnya (Effendi dkk, 1998) dan

(Sudjatmiko dan Santosa, 1992).

H. Lahar

Berumur Pleistosen yang tersusun atas lahar, breksi

tufaan dan lapili bersusuan andesit basalt, umumnya

lapuk sekali (Effendi dkk, 1998).

I. Breksi dan Aglomerat

Berumur Holosen, bersusunan beksi gunungapi dan

aglomerat yang bersusunan andesit dana basalt

(Sudjatmiko dan Santosa, 1992).

2.1.3 Struktur Geologi Regional

Berdasarkan Milesi, et al., 1999, vein Pongkor

berbentuk subvertikal, dengan arah N 150o E, dan

berbentuk sistem anastomostik. Kemiringan yang berlawanan

(Pasir Jawa dan Ciguha ke arah timurlaut, serta Kubang

Cicau dan Ciurug ke arah baratdaya) secara dihedral,

menimbulkan struktur yang sama terlihat di kaldera.

Observasi lapangan dan pengukuran mengindikasikan

bahwa subsekuen tektonik vulkano aktif berhubungan dengan

individualisasi kaldera. Empat tahapan deformasi brittle

yang terjadi, dapat menggambar satu rangkaian tektonik

yang mengikuti runtuhnya kaldera.

Tahap 1: Bukaan vein kuarsa disebabkan adanya struktur

sesar strike slip sinistral N 150o – 180o E, melewati

sesar normal sinistral, sebagai hasil dari tekanan yang

lebih awal. Tekanan dinamis ini berarah konsisten N-S

hingga NE-SW dengan suatu rejim benturan plat di bawah

Pulau Jawa.

Tahap 2: Mineralisasi vein terbuka seperti regangan yang

memanjang, mengikuti tekanan. Bukaan ini membentuk

seperti gelombang dan multifase.

Tahap 3: Pada tahap ke tiga tekanan NW-SE ditandai dengan

sesar normal sinistral N-S dan sesar dekstral NW-SE,

setelah itu baru terjadi mineralisasi. Sebagai bukti

ditemukan suatu bukaan yang sangat kecil (± 1cm) pada

dinding vein. Dan juga terjadi suatu pembalikan struktur

yang jarang ditemui dengan arah NE-SW, dan ditempat yang

memiliki arah dip sedikit ke arah tenggara yang

menunjukkan bahwa tekanan terjadi dibawah tekanan

lithostatik yang lemah. Struktur tektonik ini, hadir pada

area di sebelah utara tambang, yang juga mempengaruhi

andesit muda pada unit atasnya.

Tahap 4: Pada tahap akhir penyusunan kembali, tektonik

ini ditandai dengan kehadiran sesar normal dengan arah

yang bervariasi, menunjukkan hampir seluruh ekstensi

isotropik ke arah selatan.

2.1.4 Hidrogeologi Regional

Berdasarkan peta hidrogeologi regional (Gambar 2.3)

akuifer daerah Pongkor dibagi menjadi dua bagian. Pada

bagian yang berwarna hijau akuifer melalui ruangan antar

butir setempat dan melalui rekahan dan saluran pelarutan.

Sedangkan yang berwarna jingga merupakan non akuifer.

Gambar 2. 3 Peta Hidrogeologi Regional Batuan Dasardaerah Pongkor (Murtianto. Tanpa tahun) (tanpa skala)

Akuifer ini terdiri dari beberapa akuifer endapan

vulkanik muda berupa batupasir dan breksi setempat pada

batuan tersier. Rata-rata ketebalan akuifer yaitu 1-10

meter, trasmissivitas berkisar antara 0,8 - 94 m2/hari,

nilai permeabilitas 0,8 - 36,4 m/hari. Muka air tanah

statis daerah ini bervariasi antara 28m dibawah permukaan

tanah hingga 0.9 meter diatas permukaan tanah (mengalir

sendiri).

A B C

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kekar

Kekar adalah bidang rekahan yang tidak

memperlihatkan pergeseran yang berarti. Tiga jenis utama

rekahan (Gambar 2.5) diklasifikasi berdasarkan

perkembangan gerakan dalam formasi batuan terekahkan,

yaitu:

Gambar 2. 4 Mekanisme dari formasi rekahan, (a) openingmode/mode 1, (b) sliding mode/mode 2, (c) tearingmode/mode 3 (Atkinson, 1987; Koestler et al., 1995)

A. rekahan terbuka atau opening mode, terbentuk dari

pemisahan dinding rekahan.

B. Rekahan geseran atau sliding mode, akibat gesekan

bersamaan pada dinding rekahan dengan arah normal

terhadap rekahan depan.

C. Rekahan sobek atau tearing mode, berkembang ketika

dinding rekahan bergeser paralel dan berlawanan arah

satu sama lainnya.

Berdasarkan pola penyebarannya kekar dapat dibagi dua,

yaitu :

1. Kekar sistematik, yaitu kekar yang saling sejajar

jurusnya. Terbentuk karena gaya tektonik dan bisa

tersusun lebih dari satu set.

2. Kekar nonsistematik, yaitu kekar yang tidak

menunjukan pola sistematik dan kedudukannya tidak

beraturan. Terbentuk bukan karena gaya tektonik.

2.2.2 Akifer Rekahan

Berdasarkan sifat fisik batuan, secara garis besar

ada 2 jenis media penyusun akifer, yaitu sistem media

pori dan sistem media rekahan (Gambar 2.4). Pada sistem

media rekahan, air mengalir melalui rekahan-rekahan yang

terdapat pada batuan yang terkena tektonik kuat, pada

batugamping, batuan metamorf, dan lava. Jenis batuan yang

menyusun akuifer ini dapat bersifat permeabel atau tidak.

Walaupun batuan bersifat impermeabel, namun keberadaan

bidang-bidang diskontinu tersebut dapat menaikan nilai

permeabilitas massa batuan secara keseluruhan.

Gambar 2. 5 model akifer media pori ruang antar butir danmedia rekahan (mandel. 1981)

2.2.3 Hidrolika Air Tanah

Air tanah tidak berada dalam keadaan statis namun

selalu berubah atau bergerak. Pergerakan air tanah

terjadi karena adanya perbedaan status energi. pergerakan

air tanah dapat dihitung menggunakan persamaan Darcy,

yaitu:

Q = - KA (dhdl )

Dimana Q adalah debit air yang mengalir melalui

satuan luas A dengan konduktivitas hidrolik K dan

gradient hidrolik sebesar dh/dl. Tanda negatif diperlukan

karena aliran air dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian terdapat pada lapangan UPBE Pongkor

terdiri dari aspek geologi dan aspek hidrogeologi dari

daerah penelitian. Aspek geologi terdiri dari jenis

litologi dan struktur geologi. Aspek hidrogeologi terdiri

dari muka air tanah dan hidrolika air tanah. Penentuan

titik objek penelitian disesuaikan dengan daerah yang

diberikan oleh PT Antam.

3.2 Peralatan Lapangan

Alat-alat yang digunakan bersifat mendukung secara

langsung kelancaran pelaksanaan penelitian dan

pengumpulan data adalah sebagai berikut,

1. Kompas Geologi untuk mengukur arah dan kemiringan

rekahan batuan.

2. Palu Geologi untuk mengambil sampel batuan

3. Protactor/busur derajat untuk mengukur sudut rekahan

dan tebal bukaan rekahan.

4. Alat-alat tulis dan clipboard

5. Pita ukur untuk mengukur jarak panjang bentangan.

6. Kamera untuk mengambil gambar/foto singkapan batuan.

3.3 Tahap-Tahap Penelitian

3.3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan

sebelum peneliti melakukan penelitian. Tahap ini

dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang daerah objek

yang akan diteliti. Tahap persiapan ini meliputi studi

literatur, perumusan masalah, pembatasan masalah, dan

pengambilan data sekunder.

3.3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.2.1 Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan dilakukan selama penelitian

di lokasi UPBE Pongkor. Tahap-tahap pekerjaan yang

dilakukan adalah sebagai berikut,

1. Melakukan pengumpulan data-data geologi di permukaan

dari hasil penelitian sebelumnya.

2. Mengambil data curah hujan.

3. Mengambil data groundwater level pada daerah penelitian.

4. Pengamatan terhadap kondisi geologi dari data-data

hasil pengeboran inti yaitu bor geologi teknik, bor

hidrogeologi, bor eksplorasi.

5. Pengumpulan data dari hasil uji bor hidrogeologi,

untuk mendapatkan karakteristik sistem akuifer di

daerah pertambangan.

6. Pengamatan terhadap keadaan dinding terowongan

bukaan Untuk mengetahui keadaan rekahan dalam

terowongan.

3.3.2.2 Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini data dipilah untuk mengambil data yang

diperlukan. Data-data yang diolah adalah sebagai berikut,

1. Kedalaman rekahan

2. Litologi batuan

3. Tipe rekahan: terbuka atau tertutup

4. Orientasi rekahan: azimut dan dip rekahan

5. Tingkat pelapukan

6. Jarak kekar terhadap sesar lokal atau utama

7. Jenis alterasi yang berkembang

8. Karakteristik hidrolik: ada aliran air atau tidak

9. Mendapatkan jumlah frekuensi dari perkembangan

kekar/rekahan

3.3.3 Tahap Penyusunan Laporan

Setelah tahapan-tahapan di atas selesai dilakukan,

selanjutnya penulis menyusun laporan yang secara

sistematis menerangkan seluruh kegiatan dan hasil

penelitian. Laporan tersebut berupa tulisan, tabel, dan

gambar yang secara jelas dapat mengkomunikasikan dengan

pihak lain.

Pada tahap ini pun dilakukan pengecekan ulang dan

bimbingan dengan pembimbing untuk mengurangi kesalahan

dari landasan konsep awal penelitian ini.

3.4 Bagan Alir Penelitian

Bagan alir penelitian (Gambar 3.1) disusun agar

pemikiran-pemikiran dan proses penelitian dapat berjalan

sesuai rencana sehingga mencapai hasil yang diharapakan.

StudiLiterat

CitraLandsat

Pola kelurusan

Pengamatan Geologi

Pengukuran

Karakteristikdan Persebaran

Pengamatan

Jenis mataair

HidrolikaAir Tanah

Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian

3.5 Rencana Kerja

Kegiatan Tugas Akhir ini direncanakan akan

dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan disesuaikan

dengan jadwal yang diberikan oleh perusahaan tempat

dilaksanakannya Tugas Akhir.

Rencana waktu dan kegiatan tugas akhir adalah sebagai

berikut :

Tabel 3. 1 Jadwal Rencana Kegiatan Tugas Akhir

Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Media Aliran Air

Karakteristik

Persiapan Pra

lapangan

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penyusunan Laporan

Bimbingan

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, dkk. 1998. PETA GEOLOGI REGIONAL LEMBAR BOGOR,

JAWA.P3G. Bandung

Murtianto, Edi. Tanpa tahun. PETA HIDROGEOLOGI INDONESIA :

LEMBAR BOGOR-BATUAN DASAR. Direktorat Geologi Tata

Lingkungan. Bandung

Warmada, I.W, 2003. POLYMETALLIC SULFIDES AND SULFOSALTS OF THE

PONGKOR EPITHERMAL GOLD–SILVER DEPOSIT, WEST JAVA,

INDONESIA. The Canadian Mineralogist Vol. 41, pp. 185-200

Website

http://psg.bgl.esdm.go.id/fokus/122-petrologi-dan-geokimia-

batuan-volkanik-tersier-dan-kuarter-daerah-Pongkor-jawa-barat

http://en.wikipedia.org/wiki/Darcy’s_law