Proposal Pongkor diubah lagi
Transcript of Proposal Pongkor diubah lagi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................iv
DAFTAR TABEL............................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................1
1.1 Latar Belakang......................................1
1.2 Identifikasi Masalah................................2
1.3 Maksud Dan Tujuan...................................2
1.4 Kegunaan Penelitian.................................3
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian........................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................5
2.1 Geologi Regional....................................5
2.1.1 Geomorfologi...................................5
2.1.2 Stratigrafi Regional..........................6
2.1.3 Struktur Geologi Regional....................10
2.1.4 Hidrogeologi Regional........................11
2.2 Landasan Teori.....................................12
2.2.1 Kekar..........................................12
2.2.2 Akifer Rekahan................................14
2.2.3 Hidrolika Air Tanah..........................14
BAB III METODE PENELITIAN..............................16
3.1 Objek Penelitian...................................16
3.2 Peralatan Lapangan.................................16
3.3 Tahap-Tahap Penelitian............................17
3.3.1 Tahap Persiapan...............................17
3.3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data.......17
3.3.3 Tahap Penyusunan Laporan.....................18
3.4 Bagan Alir Penelitian..............................19
3.5 Rencana Kerja......................................20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Lokasi Kawasan Tambang Emas Pongkor....4
Gambar 2. 1 Peta topografi dan lokasi daerah Pongkor
(tanpa skala)...................................6
Gambar 2. 2 Peta Geologi Regional daerah Gunung Pongkor
dan sekitarnya (Effendi dkk, 1998)..............7
Gambar 2. 3 Peta Hidrogeologi Regional Batuan Dasar
daerah Pongkor (Murtianto. Tanpa tahun) (tanpa
skala).........................................12
Gambar 2. 4 Mekanisme dari formasi rekahan, (a) opening
mode/mode 1, (b) sliding mode/mode 2, (c) tearing
mode/mode 3 (Atkinson, 1987; Koestler et al.,
1995)..........................................13
Gambar 2. 5 model akifer media pori ruang antar butir dan
media rekahan (mandel. 1981)...................14
Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian......................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam akitifitas petambangan faktor hidrogeologi
merupakan salah satu faktor yang paling penting, baik
pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Faktor
hidrogeologi sangat berpengaruh pada keamanan maupun
produksi tambang. Salah satu permasalahannya adalah
masukan aliran air tanah pada daerah yang diterobos. Hal
ini tentu dapat mengakibatkan daerah tersebut tertutupi
oleh air sehingga mengganggu produksi dan keamanan
tambang. Penyebabnya adalah terganggunya kondisi stabil
air tanah pada batuan akibat dari penerobosan kegiatan
tambang. Sifat air itu sendiri adalah selalu mengisi
ruang kosong pada wadahnya hingga air tersebut mencapai
kestabilan. Dalam hal ini air tanah akan selalu berusaha
mencapai kestabilan muka air tanah pada wadahnya atau
dalam hal ini akuifernya.
Daerah Pongkor mayoritas batuannya berupa batuan
vulkanik dan batuan terobosan yang cenderung impermeable.
Akan tetapi karena banyaknya struktur yang berkembang
menjadikan batuannya banyak memiliki rekahan dan
mengakibatkan batuan menjadi permeabel.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka
penulis mengajukan tema dalam penelitian tugas akhir ini
dengan judul “Intensitas Sistem Rekahan Dalam Kaitan Dengan
Potensi Air Bawah Tanah Daerah Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat ”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang diidentifikasi
antara lain:
1 Bagaimana kondisi litologi permukaan dan bawah
permukaan daerah penelitian?
2 Bagaimana kondisi struktur geologi terutama rekahan
di daerah penelitian?
3 Apa hubungan parameter rekahan tersebut dengan
kondisi airtanah daerah penelitian?
4 Bagaimana karakteristik hidrogeologi daerah
penelitian?
1.3 Maksud Dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk
mengaplikasikan teori-teori yang didapat dari perkuliahan
dalam industri pertambangan, sehingga penulis dapat
mendapatkan pengalaman berdasarkan teori dalam kuliah
yang sudah dijalaninya serta sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana teknik S-1 dari Fakultas
Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. Sedangkan tujuan
dari penelitian ini adalah untuk sebagai berikut
1. Mengetahui jenis litologi dan struktur geologi yang
berkembang pada daerah penelitian terutama struktur
yang dilewati terowongan.
2. Mengetahui hubungan parameter rekahan dengan kondisi
airtanah di daerah penelitian.
3. Mengetahui pola aliran airtanah pada daerah
penelitian.
4. Mengetahui pengaruh dari aliran masukan air tanah
terhadap terowongan dalam pengembangan tambang
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan
pemahaman akan keadaan hidrogeologi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi dari keadaan air tanah di daerah
penelitian dengan harapan dapat membantu dalam
pengembangan desain terowongan eksploitasi di lokasi
penelitian.
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian terletak di penambangan emas PT.
Antam di daerah Pongkor, Desa Bantar Karet, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar
1.1). Lokasi penelitian terletak ±110 km dari Jakarta.
Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal tugas akhir
yang diberikan oleh pihak perusahaan.
Gambar 1. 1 Peta Lokasi Kawasan Tambang Emas Pongkor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional
Deposit emas-perak Pongkor terletak di sisi timur
laut dari Kubah Bayah, 110 km sebelah barat daya dari
Jakarta. Daerah Pongkor merupakan bagian dari Busur Benua
Neogen Sunda Banda yang berkembang di sepanjang sisi
Selatan Lempeng Eurasia sebagai akibat dari subduksi
Lempeng India-Australia. Unit geologi berada di lahan
seluas sekitar 40 hingga 80 km dan terdiri dari serpih
dan batupasir basement yang dilapisi oleh pusat sabuk
vulkanik dari Oligosen sampai Miosen Awal, terdiri dari
sebagian besar batuan gunung api kasar, dengan diselingi
batugamping dan batupasir. Batuan terobosan intermediet
yang masuk ke dalam formasi Paleogen dan Miosen Awal
(Basuki. 1994 dalam Warmada. 2003).
2.1.1 Geomorfologi
Daerah Pongkor pada umumnya berupa perbukitan-
perbukitan tinggi yang memiliki tinggi rata-rata 300 m
sampai 900 m diatas permukaan laut. Memiliki relief rata-
rata dari landai sampai agak-curam. Hal ini bisa dilihat
dari kerapatan kontur di daerah tersebut (Gambar 2.1).
Daerah Pongkor memiliki pola aliran sungai berupa
paralel. Pola pengaliran paralel merupakan pola
pengaliran dasar yang secara umum menunjukkan daerah
dengan lereng sedang sampai agak curam dan dapat
ditemukan pula pada daerah bentuk lahan perbukitan yang
memanjang dengan aliran relatif sejajar. Pola pengaliran
ini mencerminkan daerah yang dikontrol perlipatan dan
struktur. Sungai yang memiliki pola pengaliran ini adalah
Sungai Cikaniki dan Sungai Cisarua, serta beberapa sungai
intermiten yang merupakan anak dari kedua sungai
tersebut.
Gambar 2. 1 Peta topografi dan lokasi daerah Pongkor(tanpa skala)
2.1.2 Stratigrafi Regional
Dalam draft geologi proyek Tambang Emas Pongkor, PT.
Antam (Persero) Tbk (2001), stratigrafi regional daerah
Pongkor dan sekitarnya (Gambar 2.2) adalah sebagai
berikut.
Satuan batuan tertua tersingkap di daerah ini adalah
Formasi Cimapag yang berumur Miosen, yang merupakan
batuan sedimen gunung api (vulkanik klastik) yang terdiri
dari tufa breksi dan breksi andesit. Formasi Cimapag
setempat tertindih tidak selaras oleh Formasi Genteng
atau satuan batuan yang lebih muda lainnya. Formasi
Genteng berumur Pliosen awal bercirikan sedimen
epiklastik tufaan dan tertindih oleh batuan gunung api,
tuf, lava dan endapan termuda endapan sungai.
Gambar 2. 2 Peta Geologi Regional daerah Gunung Pongkordan sekitarnya (Effendi dkk, 1998)
Jalur batuan sedimen sebelah utara disusun oleh
batuan sedimen yang berumur Miosen Tengah sampai Miosen
Atas, yang termasuk dalam Formasi Bojongmanik, Formasi
Klapanunggal, Formasi Jatiluhur, dan Formasi Genteng.
Lebih ke utara lagi adalah daerah cekungan minyak Jawa
bagian utara. Sedangkan jalur batuan sedimen sebelah
selatan disusun oleh batuan sedimen yang berumur Eosen
sampai Miosen Atas yang menyebar di daerah Bayah-
Pelabuhan Ratu- Cimandiri sampai ke selatan lagi
ditemukan penyebaran batuan gunungapi-sedimen yang
termasuk ke dalam Formasi Jampang. Di sebelah tenggara
Formasi Jampang ditemukan penyebaran batuan Pra-Tersier
sampai Eosen (Komplek Ciletuh).
Stratigrafi dari tua ke muda stratigrafi regional
adalah :
A. Formasi Cimapag
Formasi ini disusun oleh breksi, konglomerat polimik,
lava dan batuan terkersikan memiliki satu anggota
(Sudjatmiko dan Santosa, 1992) yang terdiri dari
satuan batupasir dan batu lempung.Umumnya diperkirakan
Miosen Awal (Sudjatmiko dan Santosa, 1992).
B. Dasit
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen
Akhir bagian Bawah, bersusunan dasit, liparit dan
bostonit (Effendi dkk, 1998).
C. Diorit Kuarsa
Berumur antara Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen
Akhir bagian Bawah bersusunan diorit kuarsa, monzoit
kuarsa, diorite kuarsa, mikrodorit dan gabro (Effendi
dkk, 1998).
D. Andesit
Berumur Miosen Akhir, bersusunan andesit,andesit
horblenda, andesit hipersten, basal, diabas dan
andesit terpropilitisasikan (Effendi dkk, 1998).
E. Formasi Genteng
Formasi yang berumur Pliosen Awal ini terdiri oleh tuf
batuapungan, batupasir tufan, breksi, konglomerat,
napal dan kayu terkersikan.Tidak mengandung fosil,
ketebalan mencapai 730 meter, secara tidak selaras
menindih Formasi Bojongmanik.
F. Tuf Batuapung
Berumur Pleistosen, berupa tuf batuapung, yang
setempat dinamakan tras (Effendi dkk, 1998).
G. Breksi dan Lava
Berumur Pleistosen, endapan gunungapi bersusunan
breaksi, aliran lava, andesit dan tuf. Batuan ini
mendidih secara tidak selaras batuan yang lebih tua
yang berada dibawahnya (Effendi dkk, 1998) dan
(Sudjatmiko dan Santosa, 1992).
H. Lahar
Berumur Pleistosen yang tersusun atas lahar, breksi
tufaan dan lapili bersusuan andesit basalt, umumnya
lapuk sekali (Effendi dkk, 1998).
I. Breksi dan Aglomerat
Berumur Holosen, bersusunan beksi gunungapi dan
aglomerat yang bersusunan andesit dana basalt
(Sudjatmiko dan Santosa, 1992).
2.1.3 Struktur Geologi Regional
Berdasarkan Milesi, et al., 1999, vein Pongkor
berbentuk subvertikal, dengan arah N 150o E, dan
berbentuk sistem anastomostik. Kemiringan yang berlawanan
(Pasir Jawa dan Ciguha ke arah timurlaut, serta Kubang
Cicau dan Ciurug ke arah baratdaya) secara dihedral,
menimbulkan struktur yang sama terlihat di kaldera.
Observasi lapangan dan pengukuran mengindikasikan
bahwa subsekuen tektonik vulkano aktif berhubungan dengan
individualisasi kaldera. Empat tahapan deformasi brittle
yang terjadi, dapat menggambar satu rangkaian tektonik
yang mengikuti runtuhnya kaldera.
Tahap 1: Bukaan vein kuarsa disebabkan adanya struktur
sesar strike slip sinistral N 150o – 180o E, melewati
sesar normal sinistral, sebagai hasil dari tekanan yang
lebih awal. Tekanan dinamis ini berarah konsisten N-S
hingga NE-SW dengan suatu rejim benturan plat di bawah
Pulau Jawa.
Tahap 2: Mineralisasi vein terbuka seperti regangan yang
memanjang, mengikuti tekanan. Bukaan ini membentuk
seperti gelombang dan multifase.
Tahap 3: Pada tahap ke tiga tekanan NW-SE ditandai dengan
sesar normal sinistral N-S dan sesar dekstral NW-SE,
setelah itu baru terjadi mineralisasi. Sebagai bukti
ditemukan suatu bukaan yang sangat kecil (± 1cm) pada
dinding vein. Dan juga terjadi suatu pembalikan struktur
yang jarang ditemui dengan arah NE-SW, dan ditempat yang
memiliki arah dip sedikit ke arah tenggara yang
menunjukkan bahwa tekanan terjadi dibawah tekanan
lithostatik yang lemah. Struktur tektonik ini, hadir pada
area di sebelah utara tambang, yang juga mempengaruhi
andesit muda pada unit atasnya.
Tahap 4: Pada tahap akhir penyusunan kembali, tektonik
ini ditandai dengan kehadiran sesar normal dengan arah
yang bervariasi, menunjukkan hampir seluruh ekstensi
isotropik ke arah selatan.
2.1.4 Hidrogeologi Regional
Berdasarkan peta hidrogeologi regional (Gambar 2.3)
akuifer daerah Pongkor dibagi menjadi dua bagian. Pada
bagian yang berwarna hijau akuifer melalui ruangan antar
butir setempat dan melalui rekahan dan saluran pelarutan.
Sedangkan yang berwarna jingga merupakan non akuifer.
Gambar 2. 3 Peta Hidrogeologi Regional Batuan Dasardaerah Pongkor (Murtianto. Tanpa tahun) (tanpa skala)
Akuifer ini terdiri dari beberapa akuifer endapan
vulkanik muda berupa batupasir dan breksi setempat pada
batuan tersier. Rata-rata ketebalan akuifer yaitu 1-10
meter, trasmissivitas berkisar antara 0,8 - 94 m2/hari,
nilai permeabilitas 0,8 - 36,4 m/hari. Muka air tanah
statis daerah ini bervariasi antara 28m dibawah permukaan
tanah hingga 0.9 meter diatas permukaan tanah (mengalir
sendiri).
A B C
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kekar
Kekar adalah bidang rekahan yang tidak
memperlihatkan pergeseran yang berarti. Tiga jenis utama
rekahan (Gambar 2.5) diklasifikasi berdasarkan
perkembangan gerakan dalam formasi batuan terekahkan,
yaitu:
Gambar 2. 4 Mekanisme dari formasi rekahan, (a) openingmode/mode 1, (b) sliding mode/mode 2, (c) tearingmode/mode 3 (Atkinson, 1987; Koestler et al., 1995)
A. rekahan terbuka atau opening mode, terbentuk dari
pemisahan dinding rekahan.
B. Rekahan geseran atau sliding mode, akibat gesekan
bersamaan pada dinding rekahan dengan arah normal
terhadap rekahan depan.
C. Rekahan sobek atau tearing mode, berkembang ketika
dinding rekahan bergeser paralel dan berlawanan arah
satu sama lainnya.
Berdasarkan pola penyebarannya kekar dapat dibagi dua,
yaitu :
1. Kekar sistematik, yaitu kekar yang saling sejajar
jurusnya. Terbentuk karena gaya tektonik dan bisa
tersusun lebih dari satu set.
2. Kekar nonsistematik, yaitu kekar yang tidak
menunjukan pola sistematik dan kedudukannya tidak
beraturan. Terbentuk bukan karena gaya tektonik.
2.2.2 Akifer Rekahan
Berdasarkan sifat fisik batuan, secara garis besar
ada 2 jenis media penyusun akifer, yaitu sistem media
pori dan sistem media rekahan (Gambar 2.4). Pada sistem
media rekahan, air mengalir melalui rekahan-rekahan yang
terdapat pada batuan yang terkena tektonik kuat, pada
batugamping, batuan metamorf, dan lava. Jenis batuan yang
menyusun akuifer ini dapat bersifat permeabel atau tidak.
Walaupun batuan bersifat impermeabel, namun keberadaan
bidang-bidang diskontinu tersebut dapat menaikan nilai
permeabilitas massa batuan secara keseluruhan.
Gambar 2. 5 model akifer media pori ruang antar butir danmedia rekahan (mandel. 1981)
2.2.3 Hidrolika Air Tanah
Air tanah tidak berada dalam keadaan statis namun
selalu berubah atau bergerak. Pergerakan air tanah
terjadi karena adanya perbedaan status energi. pergerakan
air tanah dapat dihitung menggunakan persamaan Darcy,
yaitu:
Q = - KA (dhdl )
Dimana Q adalah debit air yang mengalir melalui
satuan luas A dengan konduktivitas hidrolik K dan
gradient hidrolik sebesar dh/dl. Tanda negatif diperlukan
karena aliran air dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian terdapat pada lapangan UPBE Pongkor
terdiri dari aspek geologi dan aspek hidrogeologi dari
daerah penelitian. Aspek geologi terdiri dari jenis
litologi dan struktur geologi. Aspek hidrogeologi terdiri
dari muka air tanah dan hidrolika air tanah. Penentuan
titik objek penelitian disesuaikan dengan daerah yang
diberikan oleh PT Antam.
3.2 Peralatan Lapangan
Alat-alat yang digunakan bersifat mendukung secara
langsung kelancaran pelaksanaan penelitian dan
pengumpulan data adalah sebagai berikut,
1. Kompas Geologi untuk mengukur arah dan kemiringan
rekahan batuan.
2. Palu Geologi untuk mengambil sampel batuan
3. Protactor/busur derajat untuk mengukur sudut rekahan
dan tebal bukaan rekahan.
4. Alat-alat tulis dan clipboard
5. Pita ukur untuk mengukur jarak panjang bentangan.
6. Kamera untuk mengambil gambar/foto singkapan batuan.
3.3 Tahap-Tahap Penelitian
3.3.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan
sebelum peneliti melakukan penelitian. Tahap ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang daerah objek
yang akan diteliti. Tahap persiapan ini meliputi studi
literatur, perumusan masalah, pembatasan masalah, dan
pengambilan data sekunder.
3.3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.3.2.1 Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan dilakukan selama penelitian
di lokasi UPBE Pongkor. Tahap-tahap pekerjaan yang
dilakukan adalah sebagai berikut,
1. Melakukan pengumpulan data-data geologi di permukaan
dari hasil penelitian sebelumnya.
2. Mengambil data curah hujan.
3. Mengambil data groundwater level pada daerah penelitian.
4. Pengamatan terhadap kondisi geologi dari data-data
hasil pengeboran inti yaitu bor geologi teknik, bor
hidrogeologi, bor eksplorasi.
5. Pengumpulan data dari hasil uji bor hidrogeologi,
untuk mendapatkan karakteristik sistem akuifer di
daerah pertambangan.
6. Pengamatan terhadap keadaan dinding terowongan
bukaan Untuk mengetahui keadaan rekahan dalam
terowongan.
3.3.2.2 Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini data dipilah untuk mengambil data yang
diperlukan. Data-data yang diolah adalah sebagai berikut,
1. Kedalaman rekahan
2. Litologi batuan
3. Tipe rekahan: terbuka atau tertutup
4. Orientasi rekahan: azimut dan dip rekahan
5. Tingkat pelapukan
6. Jarak kekar terhadap sesar lokal atau utama
7. Jenis alterasi yang berkembang
8. Karakteristik hidrolik: ada aliran air atau tidak
9. Mendapatkan jumlah frekuensi dari perkembangan
kekar/rekahan
3.3.3 Tahap Penyusunan Laporan
Setelah tahapan-tahapan di atas selesai dilakukan,
selanjutnya penulis menyusun laporan yang secara
sistematis menerangkan seluruh kegiatan dan hasil
penelitian. Laporan tersebut berupa tulisan, tabel, dan
gambar yang secara jelas dapat mengkomunikasikan dengan
pihak lain.
Pada tahap ini pun dilakukan pengecekan ulang dan
bimbingan dengan pembimbing untuk mengurangi kesalahan
dari landasan konsep awal penelitian ini.
3.4 Bagan Alir Penelitian
Bagan alir penelitian (Gambar 3.1) disusun agar
pemikiran-pemikiran dan proses penelitian dapat berjalan
sesuai rencana sehingga mencapai hasil yang diharapakan.
StudiLiterat
CitraLandsat
Pola kelurusan
Pengamatan Geologi
Pengukuran
Karakteristikdan Persebaran
Pengamatan
Jenis mataair
HidrolikaAir Tanah
Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian
3.5 Rencana Kerja
Kegiatan Tugas Akhir ini direncanakan akan
dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan disesuaikan
dengan jadwal yang diberikan oleh perusahaan tempat
dilaksanakannya Tugas Akhir.
Rencana waktu dan kegiatan tugas akhir adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. 1 Jadwal Rencana Kegiatan Tugas Akhir
Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Media Aliran Air
Karakteristik
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, dkk. 1998. PETA GEOLOGI REGIONAL LEMBAR BOGOR,
JAWA.P3G. Bandung
Murtianto, Edi. Tanpa tahun. PETA HIDROGEOLOGI INDONESIA :
LEMBAR BOGOR-BATUAN DASAR. Direktorat Geologi Tata
Lingkungan. Bandung
Warmada, I.W, 2003. POLYMETALLIC SULFIDES AND SULFOSALTS OF THE
PONGKOR EPITHERMAL GOLD–SILVER DEPOSIT, WEST JAVA,
INDONESIA. The Canadian Mineralogist Vol. 41, pp. 185-200
Website
http://psg.bgl.esdm.go.id/fokus/122-petrologi-dan-geokimia-
batuan-volkanik-tersier-dan-kuarter-daerah-Pongkor-jawa-barat
http://en.wikipedia.org/wiki/Darcy’s_law